TINJAUAN PUSTAKA KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI PANTAI RANDUSANGA KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Jenis Menurut Primack dkk 1998, keanekaragaman jenis menunjuk seluruh jenis pada ekosistem, sementara Desmukh 1992 menyatakan bahwa keanekaragaman jenis sebagai jumlah jenis dan jumlah individu dalam satu komunitas. Jadi keanekaragaman jenis adalah menunjuk pada jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis. Odum 1993 menyatakan bahwa ada dua komponen keanekaragaman jenis yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis dapat dihitung dengan indeks jenis atau area yakni jumlah jenis per satuan area. Kesamarataan atau akuitabilitas adalah pembagian individu yang merata diantara jenis. Namun pada kenyataan setiap jenis itu mempunyai jumlah individu yang tidak sama. Satu jenis dapat diwakili oleh 100 hewan, yang lain oleh 10 hewan dan ketiganya diwakili oleh 1 hewan. Kesamarataan menjadi maksimum bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama atau rata. Cara sederhana mengukur keanekaragaman jenis adalah menghitung jumlah jenis S atau species richnes Soegianto, 1994. B. Gastropoda a. Morfologi Kelas Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Mollusca lebih dari 75.000 spesies yang ada yang telah teridentifikasi dan 15.000 diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya. Fosil dari kelas tersebut 7 secara terus-menerus tercatat mulai awal zaman Cambrian. Ditemukannya Gastropoda di berbagai macam habitat, dapat disimpulkan bahwa Gastropoda merupakan kelas yang paling sukses di antara kelas yang lain Barnes, 1980. Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya dilapisi periostrakum dan zat tanduk Sutikno, 1995. Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkangnya berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. Siput-siput Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali ditemukan dalam bentuk sinistral Dharma, 1988. Pertumbuhan cangkang yang melilin spiral disebabkan karena pengendapan bahan cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam Nontji, 1987. Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya terletak di bagian depan, cangkangnya berikut isi perutnya terguling spiral kearah belakang. Letak mantel di bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan torsi atau perputaran pada pertumbuhan siput Gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejak dari perkembangan larvanya. Pada umumnya gerakannya berputar dengan arah berlawanan jarum jam dengan sudut 180° sampai kepala dan kaki kembali ke posisi semula Dharma,1988. 8 Struktur umum morfologi Gastropoda terdiri atas: suture, posterior canal, aperture, gigi columella, bibir luar, columella, siphonal, umbillicus. Gambar 1. Struktur Umum Morfologi Gastropoda Dharma, 1988 b. Anatomi Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh gastropoda yang terdiri atas: kepala, badan, dan alat gerak. Pada kepala terdapat sepasang alat peraba yang dapat dipanjang pendekkan. Pada alat peraba ini terdapat titik mata untuk membedakan terang dan gelap. Pada mulut terdapat lidah parut dan gigi rahang. Di dalam badannya terdapat alat-alat penting untuk hidupnya diantaranya ialah alat pencernaan, alat pernafasan serta alat genitalis 9 untuk pembiakannnya. Saluran pencernaan terdiri atas : mulut, pharynx yang berotot, kerongkongan, lambung, usus, anus Alat geraknya dapat mengeluarkan lendir, untuk memudahkan pergerakannya. Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Gambar 2. Struktur Anatomi Gastropoda Poort Carlson, 1998 c. Pertumbuhan Pertumbuhan dari siput dan kerang terjadi jauh lebih cepat diwaktu umurnya masih muda dibandingkan dengan siput yang sudah dewasa. Ada siput yang tumbuh terus sepanjang hidupnya, tetapi ada pula yang pertumbuhannya terhenti setelah dewasa. Karena proses pertumbuhan siput muda cepat, maka jenis yang muda jauh lebih sedikit ditemukan dibandingkan dengan yang dewasa. Umur siput sangat bervariasi, ada beberapa jenis siput darat yang dapat berkembang biak secara singkat dan dapat mengeluarkan telur- 10 telurnya dua minggu setelah menetas, tetapi ada juga yang berumur sangat panjang sampai puluhan tahun. Menurut para ahli, umur siput dapat diperkirakan dengan melihat alur-alur pada bagian tepi luar cangkang. d. Cangkang Tubuh siput Gastropoda terdiri dari empat bagian utama, yaitu kepala, kaki, isi perut dan mantle. Mantle siput gastropoda terletak di sebelah depan pada bagian dalam cangkangnya. Makanannya yang banyak mengandung calsium carbonat dan pigment masuk ke dalam plasma darah dan diedarkan ke seluruh tubuh, kemudian calsium carbonat serta pigmen tersebut diserap oleh mantle, dan kemudian mantle ini mengeluarkan sel-sel yang dapat membentuk struktur cangkang serta corak warna pada cangkang. Tergantung dari pada faktor keturunan, struktur cangkang dapat dibuat tonjolan-tonjolan ataupun duri-duri. Jadi mantel tersebut merupakan arsitek dalam pembentukan struktur serta corak warna dari cangkang. Lapisan struktur cangkang dinamakan lapisan prismatic. Celah-celah kecil dalam mantle dari beberapa jenis siput menghasilkan benda lainnya yang diletakkan di bagian luar cangkang yang disebut periostracum. Siput-siput yang permukaan luar cangkangnya mengkilap seperti Cypraea dan Oliva ini dikarenakan mantlenya keluar ke atas permukaan cangkang dan menyelimutinya dari dua arah yaitu dari sisi kiri dan kanan. Pada umumnya cangkang siput 11 yang hidup di laut lebih tebal dibandingkan dengan siput darat, hal ini dikarenakan banyak sekali kapur yang dihasilkan oleh binatang bunga karang yang hidup di laut. Munculnya warna pada cangkang juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Pada perairan yang dangkal biasanya cangkang berwarna sangat terang, sedangkan pada perairan yang dalam cangkangnya biasanya lebih gelap. e. Klasifikasi Gastropoda umumnya hidup di laut, pada perairan yang dangkal, dan perairan yang dalam. Menurut Dharma 1988 kelas Gastropoda dibagi dalam tiga sub kelas yaitu : Prosabranchia, Ophistobranchia dan Pulmonata. • Prosobranchia Memiliki dua buah insang yang terletak di anterior, sistem syaraf terpilin membentuk angka delapan, tentakel berjumlah dua buah. Cangkang umumnya tertutup oleh operkulum. Kebanyakan hidup di laut tetapi ada beberapa pengecualian, misalnya yang hidup di daratan antara lain dari family Cyclophoridae dan Pupinidae bernafas dengan paru-paru dan yang hidup di air tawar antara lain dari family Thiaridae. Sub kelas ini dibagi lagi ke dalam tiga ordo yaitu : 1. Archaeogastropoda Insang primitif berjumlah satu atau dua buah yang tersusun dalam dua baris filamen, jantung beruang dua, nefrida berjumlah dua buah. Mereka dapat ditemukan di laut dangkal yang 12 bertemperatur hangat, menempel di permukaan karang di daerah pasang surut serta di muara sungai. Contoh ordo Achaeogastropoda adalah Haliotis, Trochus, Acmaea. A B C Gambar 3. Contoh ordo Archaeogastropoda. A Acmaea B Haliotis C Trochus Hegner Engeman, 1968 2. Ordo Mesogastropoda Insang sebuah dan tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu, nefridium berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula yang berjumlah tujuh buah dalam satu baris. Hewan ini hidup di daerah hutan bakau atau pohon-pohon, laut surut sampai laut lepas pantai dan karang-karang di tepi pantai, laut dangkal bertemperatur hangat, laut dalam, di balik koral, parasit pada binatang laut serta di atas hamparan pasir. Contoh ordo Mesogastropoda adalah 13 Crepidula,Littorina, Campeloma, Pleurocera, Strombus, Charonia, Vermicularia. Gambar 4. Contoh ordo Mesogastropoda. A Crepidula B Littorina C Campeloma D Pleurocera E Strombus F Charonia G Vermicularia Hegner Engeman, 1968 3. Ordo Neogastropoda Insang sebuah dan tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu, nefridium berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula yang berjumlah tiga buah atau kurang dalam satu baris. Hewan ini hidup di daerah pasang surut beriklim tropis, pada batu karang yang bertemperatur panas, laut lepas pantai, laut dangkal dan laut yang berlumpur. Contoh ordo Neogastropoda adalah Murex, Conus. Colubraria, Hemifusus. 14 Gambar 5. Contoh ordo Neogastropoda. A Murex B Urosalpinx C Busycon D Conus Hegner Engeman, 1968 • b. Ophistobranchia Kelompok gastropoda ini memiliki dua buah insang yang terletak di posterior, cangkang umumnya tereduksi dan terletak didalam mantel, nefridia berjumlah satu buah, jantung satu ruang dan organ reproduksi berumah satu. Kebanyakan hidup di laut. Subkelas ini dibagi kedalam delapan ordo yaitu: 1. Cephalaspidea Cangkang terletak eksternal, besar dan tipis, beberapa jenis mempunyai cangkang internal, kepala besar dilengkapi dengan Cephalic Shield, parapodia biasanya ada dan lebar. Contoh ordo Cephalaspidea adalah Bulla D C B A 15 Bulla Gambar 6. Contoh ordo Cephalaspidea Hegner Engeman, 1968 2. Anaspidea Cangkang tereduksi jika ada terletak internal, kepala tanpa Cephalic Shield, rongga mantel pada sisi kanan menyempit dan tertutup oleh parapodia yang lebar. Contoh ordo Anaspidea adalah Aplysia. Aplysia Gambar 7. Contoh ordo Anaspidea Hegner Engeman, 1968 3. Thecosomata Cangkang berbentuk kerucut, rongga mantel besar, parapodia lebar dan merupakan modifikasi dari kaki yang 16 berfungsi sebagai alat renang, hewan berukuran mikroskopik dan bersifat planktonik. Contoh ordo Thecosomata adalah Cavolinia. Cavolinia Gambar 8. Contoh ordo Thecosomata Hegner Engeman, 1968 4. Gymnosomata Tanpa cangkang dan mantel, parapodia sempit, hewan berukuran mikroskopik dan bersifat planktonik. Misalnya Clione, Cliopsis, Pneumoderma. 5. Nataspidea Cangkang terletak internal, eksternal atau tanpa cangkang, rongga mantel tidak ada plicate gill satu buah, terletak disisi kanan. Contoh ordo Notaspidea adalah Umbraculum. 17 Umbraculum Gambar 9. Contoh ordo Nataspidea Hegner Engeman, 1968 6. Acochilidiacea Tubuh kecil diliputi spikula, tanpa cangkang, insang ataupun gigi, Visceral mass besar dan memipih pada batas kaki. Misalnya Hedylopsis, Microhedyle. Microhedyle Gambar 10. Contoh ordo Acochilidiacea Hegner Engeman, 1968 7. Sacoglossa Dengan atau tanpa cangkang, radula dan buccal area, mengalami modifikasi menjadi alat penusuk dan pengisap alga. Contoh ordo Sacoglossa adalah Berthelinia. 18 Berthelinia Gambar 11. Contoh ordo Sacoglossa Hegner Engeman, 1968 8. Nudibranchia Cangkang tereduksi, tanpa insang sejati, bernafas dengan insang sekunder yang terdapat di sekeliling anus, rongga mantel tidak ada, permukaan dorsal tubuh dilengkapi cerata berupa tonjolan dari kelenjar pencernaan. Contoh ordo Nudibranchia adalah Glossodoris. Glosodoris Gambar 12. Contoh ordo Nudibranchia Hegner Engeman, 1968 • c. Pulmonata Bernapas dengan paru-paru, cangkang berbentuk spiral, kepala dilengkapi dengan satu atau dua pasang tentakel, sepasang diantaranya mempunyai mata, rongga mentel terletak di interior, organ reproduksi hermaprodit atau berumah satu. Sub kelas ini dibagi menjadi dua ordo yaitu : 19 1. Stylomatophora Tentakel berjumlah dua pasang, sepasang diantaranya mempunyai mata di ujungnya, kebanyakan anggotanya teresterial. Misalnya Achatina, Triodopsin, Limax. Gambar 13. Contoh ordo Stylomatophora. A Triodopsis B Limax C Achatina Hegner Engeman, 1968 2. Basomatophora Tentakel berjumlah dua pasang, sepasang diantaranya mempunyai mata didepannya, kebanyakan anggotanya hidup di air tawar, kosmopolitan. Contoh ordo Basomatophora adalah Physa. Gambar 14. Contoh ordo Basomatophora. A Lymnaea B Physa C Helisoma D Ferrissia Hegner Engeman, 1968 A B C 20 C. Faktor-faktor Lingkungan Pantai Randusanga Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh di daerah pantai adalah faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik meliputi jenis hewan laut seperti siput laut, tripang, bintang laut, kerang dan jenis tumbuhan laut berupa ganggang coklat, rumput laut, sedangkan faktor abiotik meliputi pasang-surut, suhu, gerakan ombak, salinitas, dan substrat dasar. Pasang surut adalah naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama suatu interval waktu tertentu. Pengaruh pasang surut yang paling jelas terhadap organisme dan komunitas daerah litoral yang menyebabkan terkena udara terbuka secara periodik dengan kisaran parameter fisik cukup besar. Lamanya terkena udara terbuka merupakan hal yang paling penting karena pada saat itulah organisme laut akan berada dalam kisaran suhu terbesar dan memungkinkan mengalami kekeringan kehilangan air. Semakin lama terkena udara, semakin besar kehilangan air diluar batas kemampuan dan semakin kecil kesempatan untuk mencari makan dan mengakibatkan kekurangan energi Nybakken, 1992. Suhu merupakan yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian lautan. Suhu di daerah tropik berkisar antara 20°C sampai 28°C dan suhu menurun dengan bertambahnya kedalaman air, namun penurunan tidak sebanding dengan seluruh kedalaman sampai dasar laut Ewusie, 1980 . Suhu merupakan faktor lingkungan yang penting yang dapat menentukan ada tidaknya beberapa jenis hewan. Hewan yang hidup di daerah pasang surut dan sering mengalami kekeringan mempunyai daya tahan yang besar terhadap perubahan suhu. Suhu air di permukaan di perairan Indonesia umumnya berkisar antara 28°C sampai 31°C Nontji, 1987. Menurut Nybaken 1992 aktivitas ombak mempengaruhi kehidupan pantai secara langsung dengan dua cara utama. Pertama, pengaruh mekaniknya menghancurkan dan menghanyutkan benda yang terkena, karena itu setiap organisme yang hidup di daerah litoral perlu beradaptasi untuk mempertahankan diri dari pengaruh pukulan ombak. Molluska pada daerah litoral yang dominan seperti beberapa limpet dan kiton mempertahankan diri dari gerakan ombak 21 dengan kaki yang kuat dan besar yang diletakkan pada substrat. Terpaan ombak menjadikan pembatas bagi organisme yang tidak dapat menahan terpaan. Kedua, aktivitas ombak memperluas batas daerah litoral. Deburan ombak yang terus- menerus ini membuat organisme laut dapat hidup di daerah yang lebih tinggi di daerah terpaan ombak dari pada di daerah tenang pada kisaran pasang surut yang sama. Salinitas adalah jumlah keseluruhan garam yang terlarut dalam suatu volume air tertentu. Salinitas dinyatakan sebagai bagian garam perseribu bagian air o oo . Konsumsi gas-gas terlarut bervariasi dengan salinitas. Untuk gas-gas yang sangat penting pada proses biologis yaitu oksigen dan karbondioksida, kandungan dalam air sangat tergantung pada proporsi tekanan parsial kedua gas tersebut. Adanya substrat yang berbeda-beda yaitu pasir, batu dan lumpur menyebabkan perbedaan fauna dan struktur komunitas dari daerah litoral. Menurut Nybakken 1992 dari semua pantai pasang surut, pantai berbatu yang tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat makroorganisme dan mempunyai keragaman terbesar untuk jenis hewan maupun tumbuhan. D. Ekosistem Pantai Randusanga 1. Ekosistem Pantai Pantai merupakan daerah yang mempunyai kedalaman kurang dari 200 meter. Pada pantai terdapat daerah litoral yaitu daerah yang berada diantara pasang tertinggi dan air surut terendah atau disebut daerah intertidal Nybaken, 1992. Menurut Nontji 1987 adanya nutrien di dalam air dan arus serta didukung oleh faktor kimia dan fisika menjadikan pantai sebagai perairan yang kaya keanekaragaman jenis. Suhu dan salinitas merupkan parameter-parameter fisik yang penting untuk kehidupan organisme di perairan pantai. Kisaran suhu untuk hidup aktif organisme pantai adalah 0 sampai 35 o C. Menurut Romimohtarto 2001 , dasar lautan dapat di bedakan menjadi tiga daerah atau Zona yaitu : 22 a. Zona litoral yaitu daerah yang masih dapat ditembus oleh cahaya sampai dasar perairan 0 – 200 meter. b. Zona neritik yaitu daerah perairan yang masih ada cahaya, tetapi remang- remang 200 – 2000 m. c. Zona abisal yaitu daerah perairan yang tidak lagi dapat ditembus oleh cahaya, daerah ini mencapai kedalaman lebih dari 2000 meter. Gambar.15 Diagram bagian-bagian lingkungan laut Romimohtarto Juwana, 2001 .. 2. Pantai Randusanga Pantai Randusanga merupakan salah satu perairan asin yang ada di wilayah kabupaten Brebes dengan substrat dasar berupa pasir. Pantai tersebut merupakan jenis pantai yang lurus, hal ini dapat dilihat dengan tidak ditemukannya teluk ataupun delta di pantai tersebut. Pantai Randusanga terletak di desa Randusanga Kecamatan Brebes atau tepatnya ± 6 km sebelah utara kota Brebes. Pantai ini mempunyai luas areal ± 40 Ha dengan panjang pantai ± 3 km. Kondisi pantai Randusanga relatif tenang. Aktivitas ombaknya pun tidak begitu besar. Pantai Randusanga juga merupakan salah satu dari beberapa ekosistem pasang surut. Pasang surut yang terjadi di pantai Randusanga termasuk semi-diurnal karena menurut Nybaken 1992 pada pantai dengan pasang surut 23 semi-diurnal dalam satu hari terjadi dua pasang naik dan dua pasang turun. Di sekitar pantai Randusanga banyak terdapat tambak milik penduduk dengan tumbuhan mangrove di sekelilingnya. Letak Pantai Randusanga dapat dilihat pada gambar 16 berikut ini. = Tambak = Desa = Jalan Laut Jawa Gambar 16. Peta Pantai Randusanga di Desa Randusanga Kabupaten Brebes Kantor Desa Randusanga Kondisi geografis Pantai Randusanga dapat dilihat pada gambar 17 berikut ini. Gambar 17. Kondisi Geografis Pantai Randusanga Brebes Ds.Randusanga Wetan 24

BAB III METODE PENELITIAN