Demokrasi di Negara-Negara Islam

2. Demokrasi di Negara-Negara Islam

Dalam konteks negara-negara muslim, banyak para ahli Islam, ilmuan sosial, para jurnalis dan sarjana-sarjana muslim sendiri telah mengamati dan mendiskusikan kesesuaian antara Islam dan demokrasi. Banyak pemerintahan di negara-negara muslim mengklaim bahwa sistem politik mereka sedang bergerak ke arah demokratis, meskipun masing-masing mereka menafsirkan

dengan caranya sendiri-sendiri. Pemerintah Saudi merupakan salah satu dari sedikit pemerintahan di negara-negara muslim yang secara terbuka menolak sistem demokrasi, karena menurut Raja Fahd, demokrasi tidak cocok dengan rakyat Saudi Arabia. 56

Bagaimanapun keanekaragaman pemahaman dan penggunaan konsep demokrasi, tuntutan akan demokratisasi, partisipasi politik dan demokrasi Islam menunjukkan diterimanya demokrasi di banyak masyarakat muslim kontemporer. Malaysia, di bawah Perdana Menteri Mahathir Muhammad, menawarkan contoh alternatif dari demokrasi. Islam merupakan agama resmi dan kaum muslim mendominasi sistem politik, sementara golongan minoritas non-muslim memiliki kekuatan besar dalam ekonomi. Pemerintah berusaha menghadapi oposisi Islam dan menyeimbangkan antara tekanan yang lebih kuat pada identitas muslim Melayu dan perkembangan ekonomi modern. Dukungan pemerintah pada proses demokratisasi lebih berakar pada nilai-nilai pribumi. 57

Pengalaman dan catatan sejarah gerakan- gerakan Islam dengan partisipasi politik dan demokratisasi jelas berbeda-beda. Jamaat al-Islami dari Pakistan telah berpartisipasi dalam sistem politik sejak berdirinya negara Pakistan. Meskipun sering bertentangan dengan pemerintah, Jamaat al-Islami setuju untuk bekerja di dalam pemerintahan, seperti pada masa awal pemerintahan Ziaul Haq. Secara ideologis dan politis, Jamaat al-Islami terbukti pragmatis dan luwes, bergerak dari perlawanan terhadap pendirian negara Pakistan hingga penerimaan dan partisipasi, dari menentang Nasionalisme dan demokrasi hingga berpartisipasi penuh di dalam sistem politik dan mendukung negara Islam dan negara demokrasi. 58

56 Masykur Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna, Respon Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi

(1966-1993), hlm. 4.

57 John L.Esposito dan John O.Voll, Demokrasi di Negara-

Negara Muslim: Problem dan Prospek, hlm. 264

58 John L.Esposito dan John O.Voll, Demokrasi di Negara-

Negara Muslim: Problem dan Prospek, hlm. 266.

Bila menengok perkembangan demokrasi Ze Dong menamakan rezimnya”Republic of Indonesia, sebagaimana dituturkan Moh. New democracy” atau “socialist democracies”. 61 Hatta, sumber demokrasi, tegasnya demokrasi Jubah-jubah semacam ini hanyalah rekayasa sosial di Indonesia ada tiga; a). Sosialisme untuk menutupi kecenderungan otoriter pada Barat yang membela pronsip-prinsip sebagian pemimpin puncak suatu bangsa. kemanusiaan yang sekaligus dipandang

Proses demokratisasi ini tidak hanya sebagai tujuan demokrasi, b) Ajaran Islam bergantung pada kehendak politik pemerintah, yang memerintahkan kebenaran dan keadilan tetapi juga bergantung pada kondisi dan Tuhan dalam masyarakat, c) Pola hidup dalam tuntutan masyarakat itu sendiri, khususnya bentuk kolektivisme sebagaimana terdapat di tingkat kesejahteraan ekonomi dan pendidikan desa-desa di Indonesia. Hatta berkeyakinan masyarakat, serta sifat dasar budaya bahwa fondasi demokrasi di Indonesia sudah tradisional yang sebagian tidak selaras dengan cukup solid karena didukung oleh kombinasi budaya demokrasi. Identitas Indonesia yang tiga kekuatan sosio-religius di atas yang sudah berbasis pada masyarakat multikultural dapat mengakar dalam sebagian besar masyarakat menjadi wadah pengembangan demokrasi di kita. 59

Indonesia. 62

Pencarian bagi bentuk demokrasi yang cocok di Indonesia dimulai ketika persiapan

D. Kesimpulan

kemerdekaan 1945, terutama dalam kerangka Nasionalisme dan demokrasi sebagai pembahasan mengenai konstitusi Indonesia. pemikiran politik yang dibawa oleh Barat

Ada tiga konsep demokrasi yang digunakan menimbulkan berbagai respon intelektual untuk menandai berbagai sistem politik dalam dunia Islam. Diskursus tersebut di satu Indonesia, yaitu demokrasi liberal atau sisi telah memperkaya pemikiran politik Islam demokrasi parlementer (1950-1958), demokrasi dan di sisi lain menghadapkan masyarakat terpimpin (1959-1965) dan demokrasi pancasila muslim pada berbagai eksperimen demokrasi

(1966 hingga sekarang). 60 Sebagaimana di yang tidak jarang menghasilkan konflik dan sebagian besar negara berkembang lainnya, ketegangan. Variasi penerimaan masyarakat demokrasi di Indonesia belum diwujudkan muslim terhadap Nasionalisme dan demokrasi secara penuh, dan masih bergerak menuju menunjukkan bahwa dinamika ummat muslim ideal. Ini dibuktikan dengan belum cukupnya sendiri sangat plural, tergantung pada visi kebebasan pers, banyaknya protes akan kesejarahan, budaya, pergolakan politik dan kecurangan hasil pemilu dan lain sebagainya. keterbukaan yang dimiliki.

Bahkan dalam sejarahnya, demokrasi terpimpin ciptaan Bung Karno pada hakikatnya adalah sistem politik otoriter yang ditutupi dengan jubah demokrasi. Penyimpangan demokrasi tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di berbagai negara. Bila Soekarno di Indonesia menggunakan istilah demokrasi terpimpin, maka Nasser menggunakan istilah demokrasi tanpa partai, Ayub Khan menamakan demokrasi dasar, Mao

59 Ahmad Syafi’i Maarif, Islam dan Politik; Teori belah Bambu Demokrasi Terpimpin (1959-1965), (Jakarta : Gema Insani Press,

61 Ahmad Syafi’i Maarif, Islam dan Politik, Teori belah Bambu 1996), hlm.197.

Demokrasi, hlm.198.

60 Masykur Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna, 62 Tim Indonesian Center for civic Education (ICCE) UIN Respon Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi

Syarif Hidayatullah, Peny. A Ubaedillah dkk , Demokrasi, Hak (1966-1993), hlm.14

Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, hlm.162.

P-ISSN: 1978-6948

38 e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 1 Januari 2016 | 25-40

DAFTAR PUSTAKA

Kohn, Hans, Nasionalisme; Arti dan sejarahnya, Jakarta: PT Pembangunan, 1976.

L. Esposito, John, John O.Voll, Demokrasi di Negara-Negara Muslim: Problem dan Prospek,

Abdillah, Masykur, Demokrasi di Persimpangan

Bandung: Mizan, 1996.

Makna; Respon Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi (1966-1993), Montogomery Watt, William, Fundamentalis dan

Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999. Modernitas dalam Islam, Bandung: Pustaka

Setia, 2003.

Afan, Gaffar, Politik Indonesia; Transisi Menuju

Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Muljana, Slametn, Kesadaran Nasional dari sampai 2000.

Kemerdekaan, Yogyakarta: LkiS, 2008. Ahmad Syafi’i Maarif, Islam dan Politik; Teori Musfah, Jejen, Indeks Al Qur’an Praktis, Jakarta:

belah Bambu Demokrasi Terpimpin (1959-

Mizan Publika, 2006

1965), Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Natsir, Muhammad, “Islam Demokrasi”?, Al Maududi, Abul A’la,

Khilafah dan Kerajaan; dalam buku Capita Selecta, Jakarta: Bulan Evaluasi Kritis atas Sejarah Pemerintahan

Bintang, 1973.

Islam, Terj. Muhammad al Baqir, Bandung: _________________, Islam sebagai Landasan Mizan, 1996.

Negara, Bandung: Pimpinan Fraksi Masyumi Ali, Fachry dan Effendy, Bachtiar, Merambah

dalam Konstituante, 1957.

jalan Baru Islam: Rekonstruksi Pemikiran Islam Rais, Dhiauddin, Teori Politik Islam. Jakarta: Indonesia Masa Orde Baru, Bandung: Mizan,

Gema Insani, 2001.

1986. Sardar, Ziauddin, Rekayasa Masa Depan

Amiruddin, M. Hasbi, Konsep Negara Islam Peradaban Islam, Bandung: Mizan, 1991. Menurut Fazlur Rahman, Yogyakarta: UII

Press, 2000. Mekanisme Demokrasi Pancasila,

Sunny, Ismail,

Jakarta: Aksara Baru, 1987. Ash shiddiqy, Hasbi, Islam dan Politik Bernegara,

Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2002. Pemikiran Politik Barat; Sejarah,

Syam, Firdaus,

Filsafat, Ideologi dan pengaruhnya terhadap Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam

Dunia ke-3, Jakarta: Bumi Aksara, 2007. dari Fundamentalisme; Modernisme hingga

Postmodernisme, Jakarta: Paramadina, 1996 Syamsuddin, Din, Etika Agama dalam Membangun

Masyarakat Madani, Jakarta: PT Logos Badrika, I Wayan,Sejarah Nasional Indonesia dan

Wacana Ilmu, 2002.

Umum, Jakarta: Erlangga, 2004 Tim Indonesian Center for civic Education

Efendy, Bahtiar, Islam dan Negara; Transformasi (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah, Peny. Pemikiran dan Praktik Politik Islam di

A Ubaedillah dkk, Demokrasi, Hak Asasi Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1998

Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: Ghafur, Abdul, Demokratisasi dan Prospek Hukum

ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2006

Islam di Indonesia, Yogyakarta: Walisongo Ward, Barbara, Manusia Dalam Kemelut Idiologi, Press, 2002.

Bandung: Iqra, 1982.

Himy, Masdar, Teologi Perlawanan, Islamisme Yatim, Badri, Soekarno; Islam dan Nasionalisme, dan Diskursus Demokrasi Indonesia Pasca Orde

Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Yusuf, Moh. Asror, Persinggungan Islam dan Huwaydi, Fahmi,Demokrasi oposisi dan Barat, Studi Pandangan Badiuzzaman Said Masyarakat Madani, Bandung: Mizan, 1996.

Nursi, Kediri: STAIN Kediri Press, 2009. Zetty Azizatun Ni’mah, Diskursus Nasionalisme dan Demokrasi Perspektif Islam

Zamzam Noor, Acep, Zuly Qadir, dkk, NU http://id.wikipedia.org/wiki/Feodalisme, Muhammadiyah

Bicara

Nasionalisme,

http://id.wikipedia.org/wiki/Josef_Stalin, Jogjakarta: Ar Ruzz Media, 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Liga_Muslim_ http://.wikipedia.org/wiki/Muammar_

India

Gaddafi http://id.wikipedia.org/wiki/Proletariat.

http://en.wikipedia.org/wiki/Abraham_ Lincoln,

http://id.wikipedia.org/wiki/Vladimir_Lenin http://id.wikipedia.org/wiki/Anarkisme_ http://www.ojimori.com/2011/05/08/masa-

dan_Marxisme, depan-islam-dan-nasionalime/

http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi

P-ISSN: 1978-6948

40 e-ISSN: 2502-8650

Vol. 10 No. 1 Januari 2016 | 25-40