Dampak kebijakan fiskal dan moneter terhadap kinerja perekonomian indonesia suatu aplikasi model makroekonomi Three Gap

DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP
KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA : SUATU
APLIKASI MODEL MAKROEKONOMI THREE-GAP

DISERTASI

Oleh:

RATNAWATI PRAYOGI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
disertasi saya yang berjudul:

DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP
KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA : SUATU

APLIKASI MODEL MAKROEKONOMI THREE-GAP
merupakan gagasan atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan
pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada
program sejenis di perguruan tinggi lain.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 2 April 2010

Ratnawati Prayogi
NRP. EPN/965004

ABSTRACT

RATNAWATI PRAYOGI. 2012. The Impact of Fiscal and Monetary Policy on
Indonesia’s Economic Performance: A Three-Gap Macroeconomic Model
Application (MANGARA TAMBUNAN as Chairman, BONAR M. SINAGA and
KUNTJORO, as Members of Advisory Committee).
The objective of this study is to analyze the impact of fiscal and monetary

policy on Indonesia’s economic performance. Considering that internal gaps (savings
gap and fiscal gap) and external gap (foreign exchange gap) exist at any economy,
therefore it was necessary to build a macroeconomic model which integrates the three
gaps. The Indonesia’s Three-Gap Macroeconomic Model built as an econometric
model in the form of a simultaneous equations system and estimated using Two-Stage
Least Squares method by using time series data in the year of 1969-2000.
Empirical result shows that negative gap in private sector (savings deficit) is
not a constraint to economic growth if there is an augmentation in investment
financed by foreign capital inflows (foreign direct investment and foreign loans).
Therefore it is very important to stimulate an excellent atmosphere to boost up
investment. On the other hand, negative gap in public sector (fiscal deficit) is a
constraint to Indonesia’s economic growth because the fall of public income will
deteriorate fiscal potency. If the deficit is covered by increasing loans, it would
increase interest payment. Therefore, besides exercising taxational intensification and
extensibility policy, government spending should be spent efficiently and effectively.
At the foreign exchange gap, the higher the net export, the higher the
economic growth. At the capital account, while increasing the cash inflows (foreign
investment and foreign loans) to the private sector would increase the investment, on
the contrary, decreasing public foreign loans would make public spending more
efficient and could increase economic growth.

Since Indonesia’s economy experienced an economic downfall initiated by the
currency crisis in 1997, in the future, the role of the fiscal and monetary policy would
be very crucial in accelerating economic growth.

Key words:

savings gap, fiscal gap, foreign exchange gap, three-gap,
econometric model, economic growth.

ABSTRAK

RATNAWATI PRAYOGI. 2012. Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter
terhadap Kinerja Perekonomian Indonesia: Suatu Aplikasi Model
Makroekonomi Three-Gap (MANGARA TAMBUNAN sebagai Ketua, BONAR
M. SINAGA dan KUNTJORO sebagai Anggota Komisi Pembimbing).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan fiskal dan
moneter terhadap kinerja perekonomian Indonesia. Memperhatikan bahwa dalam
perekonomian terdapat kesenjangan internal (kesenjangan tabungan dan kesenjangan
fiskal) dan kesenjangan eksternal (kesenjangan valuta asing), maka perlu dibuat suatu
model makroekonomi yang mengintegrasikan ketiga kesenjangan tersebut. Ketiga

kesenjangan ini dikenal dengan nama three-gap dalam perekonomian. Model
Makroekonomi Three-Gap Indonesia dibangun sebagai model ekonometrika dalam
bentuk sistem persamaan simultan dan diestimasi menggunakan metode Two-Stage
Least Squares (2SLS). Data yang digunakan adalah data time series tahun 1969-2000.
Hasil empiris menunjukkan bahwa kesenjangan yang negatif di sektor swasta
(defisit tabungan) tidak menjadi kendala bagi pertumbuhan ekonomi sepanjang
terjadinya peningkatan investasi swasta yang antara lain dibiayai oleh aliran dana
asing (foreign direct investment dan foreign loans). Oleh karena itu sangat penting
untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan iklim
investasi yang kondusif. Sebaliknya, kesenjangan yang negatif pada sektor publik
(defisit fiskal) menjadi kendala bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia karena
penurunan penerimaan pemerintah memperlemah kekuatan fiskal. Defisit fiskal dapat
mengakibatkan makin besarnya beban bunga jika defisit ditutup dengan pinjaman.
Oleh karena itu, di samping melakukan kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi
perpajakan, pemerintah perlu melakukan efisiensi dan efektivitas dalam
pengeluarannya.
Pada kesenjangan valuta asing, makin tinggi ekspor bersih, maka makin tinggi
pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pada akun modal (capital account), aliran dana
asing ke sektor swasta dalam bentuk investasi asing dan pinjaman asing dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi sebaliknya, justru penurunan

pinjaman luar negeri pemerintah dapat mengefisienkan sektor publik dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Mengingat perekonomian Indonesia mengalami krisis yang diawali dari krisis
nilai tukar pada tahun 1997, maka kebijakan fiskal dan moneter ke depan akan
berperan penting dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci: kesenjangan tabungan, kesenjangan fiskal, kesenjangan valuta asing,
three gap, model ekonometrika, pertumbuhan ekonomi.

RINGKASAN
Program-program Bank Dunia dan IMF di negara-negara sedang berkembang
terutama fokus pada pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi serta memperoleh
balance of payment yang surplus dan penciptaan lapangan kerja yang luas. Dalam
mencapai empat tujuan tersebut secara simultan, seringkali mengalami keterbatasan
karena adanya berbagai perubahan dan ketidakseimbangan internal dan eksternal dalam
perekonomian. Program-program bantuan IMF kepada Indonesia dalam mengatasi krisis
ekonomi 1997, juga disertai prasyarat berupa rekomendasi strategi dan kebijakan program
stabilisasi yang pada dasarnya tetap memperhatikan masalah keseimbangan internal dan
eksternal. Keseimbangan internal dapat diukur dengan menggunakan analisis kesenjangan
tabungan dan kesenjangan fiskal, sedangkan pengukuran keseimbangan eksternal diambil

dari indikator kesenjangan neraca perdagangan. Analisis tiga kesenjangan tersebut
dikenal sebagai three-gap analysis.
Dilihat dari kacamata three-gap, krisis ekonomi Indonesia 1997 menyebabkan
makin kecilnya (jika surplus) atau makin dalamnya (jika defisit) kesenjangan tabungan,
kesenjangan fiskal dan kesenjangan valuta asing. Data yang dikumpulkan dari Badan
Pusat Statistik menunjukkan bahwa kesenjangan tabungan di Indonesia dari rata-rata
positif 9.5% pada tahun 1969-1996 menjadi rata-rata -3.4% pada tahun 1997-2000.
Kesenjangan valuta asing dari rata-rata 17.6% pada tahun 1969-1996 menjadi rata-rata
3.1% pada tahun 1997-2000. Pada kesenjangan fiskal, pada tahun 1994-1997 Indonesia
mengalami surplus, akan tetapi pada tahun 1998-2000, fiskal Indonesia kembali
mengalami defisit. Secara keseluruhan pada periode pengamatan tahun 1969-2000,
terlihat bahwa Indonesia mengalami fenomena defisit fiskal rata-rata -1.7%.
Memperhatikan bahwa dalam perekonomian terdapat kesenjangan tabungan,
kesenjangan fiskal dan kesenjangan valuta asing, maka untuk menganalisis dampak
kebijakan fiskal dan moneter terhadap kinerja perekonomian Indonesia, dibangun suatu
model makroekonomi Indonesia dengan mengintegrasikan ketiga kesenjangan.
Kesenjangan tabungan adalah kesenjangan sumberdaya sektor swasta, yakni selisih antara
tabungan dan investasi. Kesenjangan fiskal adalah selisih antara penerimaan dan
pengeluaran pemerintah, sedangkan kesenjangan valuta asing adalah selisih antara ekspor
dan impor.

Metode penelitian meliputi pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan, pembentukan model ekonometrika, spesifikasi
model, identifikasi model, estimasi model, validasi dan simulasi model, dengan unit
analisis secara nasional. Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia dibangun sebagai
suatu model ekonometrika dalam bentuk sistem persamaan simultan dan diestimasi
menggunakan metode Two-Stage Least Squares (2SLS). Data yang digunakan adalah data
time series tahun 1969-2000. Seluruh variabel dalam model diuji melalui uji statistik yang
meliputi uji signifikansi dengan tingkat signifikansi 20 persen, uji statistik F, uji statistik t
dan uji autokorelasi Durbin-h. Program piranti lunak (software) utama yang digunakan
adalah Statistical Analysis System/Econometric Time Series (SAS/ETS) versi 6.12. Model
Makroekonomi Three-Gap Indonesia diperoleh setelah dilakukan beberapa alternatif
spesifikasi model. Model ini terdiri dari 24 persamaan struktural dan 18 persamaan
identitas.
Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia yang dibangun untuk menganalisis
kinerja perekonomian Indonesia berhasil dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil estimasi

vi

yang logis dan mempunyai arti secara ekonomi. Hasil estimasi model juga memuaskan
secara statistik, terlihat dari nilai koefisien determinasi R2, besaran nilai statistik uji F,

nilai statistik t dan uji autokorelasi Durbin-h yang umumnya dipenuhi. Dengan demikian
model yang dibangun dapat dinyatakan cukup representatif dalam menggambarkan
fenomena makroekonomi dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan pengujian validasi
terhadap model dengan menggunakan metode Newton dan prosedur SIMNLIN, dapat
disimpulkan bahwa model ini dapat digunakan untuk aplikasi dalam bentuk simulasi
kebijakan dan perubahan faktor-faktor eksternal. Uji validasi meliputi RMSPE dan UTheil. Simulasi kebijakan dilakukan untuk menganalisis dampak berbagai alternatif
kebijakan terhadap kinerja perekonomian.
Hasil empiris menunjukkan bahwa pinjaman luar negeri swasta dapat mendorong
peningkatan investasi. Kalau pinjaman luar negeri meningkat, maka ada kecenderungan
investasi swasta meningkat dan pertumbuhan ekonomi meningkat. Sedangkan pinjaman
luar negeri pemerintah dipengaruhi oleh perbedaan tingkat suku bunga asing dan
domestik. Itu berarti aliran pinjaman asing akan meningkat ke perekonomian apabila
perbedaan tingkat suku bunga menurun. Peningkatan cadangan devisa dan PDB riil secara
teoritis seharusnya mengurangi pinjaman luar negeri. Akan tetapi ternyata kondisi
ekonomi semacam itu tidak terjadi di Indonesia.
Depresiasi nilai tukar riil yang disertai oleh penurunan cadangan devisa dapat
meningkatkan penanaman modal asing langsung karena adanya harapan akan menjadikan
nilai aset menjadi lebih tinggi, sehingga pihak asing tertarik untuk melakukan investasi.
Sedangkan kenaikan tingkat suku bunga asing relatif terhadap suku bunga domestik
ternyata meningkatkan permintaan akan pinjaman luar negeri swasta. Di lain pihak,

penurunan cadangan devisa meningkatkan pinjaman luar negeri swasta. Hal ini
menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya restriksi valuta asing dari defisit neraca
pembayaran yang dapat membahayakan transfer modal dan bunganya, ternyata tidak
relevan.
Pada periode sebelum krisis dan pada periode krisis, peningkatan penerimaan
pemerintah ternyata dapat mendorong peningkatan pengeluaran pemerintah dan dapat
meningkatkan PDB riil. Untuk itu kebijakan peningkatan penerimaan pemerintah dengan
intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan masih dapat dilakukan mengingat tax ratio di
Indonesia masih rendah (15%), yang secara normatif di negara lain dapat mencapai 30%.
Kebijakan perpajakan dapat menjadi instrumen yang efektif untuk mengurangi utang luar
negeri pemerintah, yang dalam kurun waktu panjang, dapat meningkatkan pendapatan per
kapita penduduk.
Pada periode sebelum krisis, penurunan pinjaman luar negeri pemerintah ternyata
dapat meningkatkan efisiensi di sektor publik sehingga meningkatkan belanja pemerintah
dan kesenjangan fiskal yang dalam hal ini mendorong meningkatkan PDB riil. Akan
tetapi, hal ini tidak terjadi pada periode krisis.
Kebijakan moneter penurunan tingkat suku bunga pada periode sebelum krisis
dapat meningkatkan investasi swasta, konsumsi swasta, kesenjangan fiskal dan
kesenjangan valuta asing yang membawa peningkatan PDB riil. Namun hal ini tidak
terjadi pada periode krisis.

Pada periode sebelum krisis, kombinasi simulasi secara simultan dalam bentuk
kebijakan fiskal berupa peningkatan penerimaan pemerintah dan penurunan pinjaman luar
negeri pemerintah disertai kebijakan moneter berupa peningkatan tabungan swasta,
penurunan tingkat suku bunga, peningkatan cadangan devisa dan peningkatan jumlah

vii

uang beredar, memberi dampak meningkatkan kesenjangan fiskal, akan tetapi
menurunkan kesenjangan tabungan dan kesenjangan valuta asing. Investasi swasta,
konsumsi swasta dan pengeluaran pemerintah meningkat, yang kesemuanya berdampak
meningkatkan PDB riil.
Pada periode krisis, kombinasi simulasi secara simultan dalam bentuk kebijakan
fiskal berupa peningkatan penerimaan pemerintah dan penurunan perubahan obligasi
pemerintah disertai kebijakan moneter berupa peningkatan tabungan swasta dan
peningkatan jumlah uang beredar, ternyata berdampak menurunkan kesenjangan
tabungan, kesenjangan fiskal dan kesenjangan valuta asing. Akan tetapi kombinasi
kebijakan fiskal dan moneter tersebut dapat meningkatkan investasi swasta dan konsumsi
swasta, yang berdampak meningkatkan PDB riil.
Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa defisit pada kesenjangan
tabungan tetap dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang terjadinya

peningkatan investasi swasta yang antara lain dibiayai oleh aliran dana asing dalam
bentuk penanaman modal asing langsung dan pinjaman luar negeri. Tetapi mengingat
bahwa akumulasi pinjaman luar negeri swasta telah menjadi salah satu sebab terjadinya
krisis ekonomi Asia tahun 1997, maka kebijakan yang lebih penting adalah mendorong
investasi asing langsung (foreign direct investment) berjangka panjang. Ada bukti
menunjukkan bahwa walaupun kebijakan suku bunga uang dari bank sentral diturunkan,
tidak serta merta dapat memperbaiki suku bunga uang di sektor riil. Untuk itu, peran
intermediasi perbankan harus ditingkatkan, mengingat perbankan masih sumber
pembiayaan utama dalam masyarakat tetapi sampai saat ini mengalami spread yang
tinggi terutama setelah terjadi krisis ekonomi Asia tahun 1997.
Pada sektor publik, karena terdapat defisit dalam kesenjangan fiskal, maka di
samping melakukan kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, pemerintah
perlu melakukan efisiensi dan efektivitas dalam pengeluarannya. Efisiensi ini diharapkan
akan mengurangi pelemahan kekuatan fiskal yang diakibatkan oleh karena terjadinya
defisit.
Pada sektor luar negeri, makin tinggi kesenjangan valuta asing, maka makin
tinggi pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pada akun modal (capital account), aliran dana
asing ke sektor swasta dalam bentuk investasi asing dan pinjaman asing dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi sebaliknya, justru penurunan pinjaman
luar negeri pemerintah dapat mengefisienkan sektor publik dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mengurangi pinjaman
luar negerinya untuk mengurangi beban bunga. Kebijakan tersebut perlu dilakukan
sekaligus dengan pengelolaan utang dalam negeri pemerintah yang juga meningkat.
Dengan demikian, pemerintah akan menjadi lebih mampu mengelola pengeluarannya
secara lebih efisien dan lebih tepat sasaran.

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari IPB.

DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP
KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA : SUATU
APLIKASI MODEL MAKROEKONOMI THREE-GAP

RATNAWATI PRAYOGI

DISERTASI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Penguji pada Ujian Tertutup : Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec.

Penguji pada Ujian Terbuka : Dr. Ir. Anny Ratnawati, MS
Dr. Ir. Hedi Muhamad Idris

DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER
TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN
INDONESIA: SUATU APLIKASI MODEL
MAKROEKONOMI THREE-GAP

JudulDisertasi

Nama Mahasiswa RatnawatiPraYogi
Nomor Pokok

965004

ProgramStudi

Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

/,2{^2,4

-'r--r--/

.r,1 6

-2,.o-

Prof. Dr. Ir. Maneara Tambunan.M.Sc.
Ketua

Prof. Dr. Ir. BonarM. Sinaga.MA
Anggota
Mengetahui,
2. Ketua ProgramStudi
Ilmu Ekonomi Pertanian
f,"

/--

/t/,u -

6ffi0

Prof.Dr. Ir. BonarM. Sinaea.MA

TanggalUjian : 29 Desember2003

t"jfr"ijs
TanggalLulus :

g I JAN?012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan disertasi ini. Dalam kesempatan ini
penulis sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, M.Sc. sebagai ketua komisi pembimbing, yang telah
meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya yang luar biasa, untuk membimbing dan
mengarahkan penulis serta mempercanggih disertasi ini dengan pengetahuannya yang
sangat luas.
2. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA sebagai anggota komisi pembimbing, yang tanpa
kenal lelah serta dengan tulus dan ikhlas telah membimbing dan memberikan arahanarahan akademik secara komprehensif baik teoritis maupun dalam aplikasi, sehingga
sangat membantu penulis dalam membangun model ekonomi dalam penelitian ini.
Arahan-arahan beliau sangat membantu penulis dalam menyusun disertasi ini dengan
baik. Penulis sangat menyadari atas pengorbanan waktunya yang sangat berharga di
sela-sela kesibukannya yang terus menerus untuk secara konsisten membimbing
penulis secara intensif, sejak awal penelitian sampai terselesaikannya disertasi ini.
3. Prof. Dr. Ir. H. Kuntjoro sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah meluangkan
waktunya yang sangat berharga untuk secara konsisten membantu kami dalam
menyempurnakan penulisan disertasi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada:
1. Rektor, Dekan Sekolah Pascasarjana, Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan
Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor, atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Program
Doktor di IPB.

xiii

2. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec. (penguji ujian tertutup), Dr. Ir. Anny Ratnawati,
MS (penguji ujian terbuka) dan Dr. Ir. Hedi Muhamad Idris (penguji ujian terbuka)
yang di sela-sela kesibukannya yang padat telah bersedia sebagai penguji ujian doktor
dan memberikan masukan-masukan yang sangat berharga.
3. Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec. yang pada tahun 1996 yang lalu berkenan
merekomendasikan kami untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan doktor
di IPB dan memberikan perhatian penuh selama masa pendidikan kami sampai kami
meraih gelar Doktor.
4. Gereja St. Yoseph di Matraman Raya Jakarta Timur atas dukungannya kepada kami.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang sangat khusus penulis sampaikan kepada
almarhum ayahanda penulis Drs. Tantra Wijana dan kepada ibunda penulis Mardiani
Rahardja, terutama kepada Ibunda yang selalu mendoakan keberhasilan kami, selalu
mendukung dan membantu kami secara moril dan materil dengan kasih sayang
seutuhnya. Terima kasih juga kami sampaikan kepada almarhum ayahanda mertua dan
kepada ibunda mertua yang baik, yang selalu mendukung dan mendoakan kami.
Akhirnya, kepada suami yang terkasih Ir. Nurdi Prayogi, MM, yang secara
konsisten memberikan dorongan, semangat dan dukungan yang luar biasa dengan
sepenuh hati tanpa kenal lelah, penulis sampaikan secara khusus ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya. Semoga segala upaya dan doa yang tulus membuahkan hal-hal
yang baik dan bermanfaat bagi bangsa, negara dan sesama.
Bogor, 2 April 2010

Ratnawati Prayogi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Agustus 1962, merupakan
anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan suami istri Drs. Tantra Wijana
dan Mardiani Rahardja, menikah dengan Ir. Nurdi Prayogi, MM.
Penulis lulus SMA Fons Vitae Marsudirini Jakarta pada tahun 1981 dan
lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Katholik Atma Jaya Jakarta pada tahun
1986. Pada tahun 1991, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi
Magister Manajemen Universitas Indonesia (MM-UI) konsentrasi Akuntansi
Manajemen, lulus pada tahun 1993. Lalu pada tahun 1996, penulis memperoleh
kesempatan untuk melanjutkan lagi pendidikan pada Program Doktor, Program
Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis pernah berkarir selama 10 tahun di bidang akuntansi dan keuangan
pada berbagai industri, yaitu industri properti (perumahan di Jakarta Selatan),
industri jasa (Rumah Sakit Mitra Keluarga milik PT. Kalbe Farma Tbk.) dan
industri manufaktur (Cadbury Indonesia). Setelah lulus dari MM-UI tahun 1993,
penulis berkarir di bidang pendidikan. Penulis pernah bekerja sebagai pengelola
Program Pascasarjana Universitas Tarumanagara Jakarta selama dua kali masa
jabatan. Sampai saat ini penulis masih berprofesi sebagai Peneliti dan Pengajar di
Bidang Ekonomi, sekaligus sebagai Pemerhati bidang Keorganisasian, Pemerhati
Fenomena Natural, Parapsikologi dan Hubungan antar Manusia.

To Commemorate

WILLIAM SOERYADJAYA
December 20th, 1922 – April 02nd, 2010

Tarumanagara Foundation
Jakarta

This Is a Work of Art

Pietà
Pietà (1497-1500, Saint Peter’s Basilica, Vatican City), created by

Michelangelo in his early 20s,

depicts Mary as a young

woman holding the dead Christ in her arms. It is a remarkable
technical piece; the flesh under Christ’s shoulder just above
Mary’s right hand seems to be soft and pliable. It is also a work of
great beauty, capable of eliciting a deeply emotional response in
the viewer.
Araldo de Luca/Corbis
Microsoft ® Encarta ® 2009. © 1993-2008 Microsoft Corporation.
All rights reserved.

Done with Dignity

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xx

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxiv
I. PENDAHULUAN ...............................................................................

1

1.1. Latar Belakang ..............................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ......................................................................

4

1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................

7

1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ................................

8

II. TINJAUAN PEREKONOMIAN INDONESIA DALAM KAITAN
DENGAN TIGA KESENJANGAN DALAM MAKROEKONOMI

11

2.1. Perkembangan Ekonomi Indonesia ..............................................

11

2.2. Tiga Kesenjangan dalam Perekonomian Indonesia ......................

16

2.2.1. Kesenjangan Tabungan ......................................................

20

2.2.2. Kesenjangan Fiskal ............................................................

22

2.2.3. Kesenjangan Valuta Asing ................................................

29

2.3. Perkembangan Aliran Dana pada Perekonomian Indonesia .........

35

2.3.1. Jumlah Uang Beredar dan Obligasi Pemerintah ................

37

2.3.2. Pinjaman Luar Negeri Pemerintah dan Repayments .........

39

2.3.3. Penanaman Modal Asing Langsung dan Pinjaman
Luar Negeri Swasta ............................................................

40

2.4. Tiga Kesenjangan dalam Kaitan dengan Binding Constraints
Dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .....................................

42

2.5. Kekuatan Analisis Tiga Kesenjangan untuk Memahami
Perekonomian Indonesia ...............................................................

52

2.6. Kebijakan Fiskal dan Moneter Indonesia pada Periode Analisis ...

56

III. TINJAUAN TEORI DAN BEBERAPA MODEL THREE-GAP ...

61

3.1. Tinjauan Teori Three-Gap ............................................................

61

3.2. Tinjauan Beberapa Model Three-Gap ..........................................

67

3.2.1. Model Three-Gap Bacha ...................................................

72

xviii

3.2.2. Model Three-Gap Taylor ...................................................

79

3.2.3. Model Three-Gap Solimano ..............................................

89

3.2.4. Perbandingan Model-Model Three-Gap Bacha, Taylor
dan Solimano .....................................................................

99

3.2.5. Tinjauan Kritis atas Model-Model Three-Gap Bacha,
Taylor dan Solimano .......................................................... 102
3.2.6. Model Three-Gap Iqbal ..................................................... 105
IV. METODE PENELITIAN .................................................................. 111
4.1. Kerangka Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia ............... 111
4.2. Spesifikasi Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia ............. 116
4.2.1. Blok Sektor Swasta ............................................................ 117
4.2.2. Blok Sektor Publik ............................................................. 119
4.2.3. Blok Luar Negeri ............................................................... 123
4.2.4. Blok Moneter ..................................................................... 131
4.2.5. Blok Indikator Ekonomi .................................................... 133
4.2.6. Blok Kinerja Ekonomi ....................................................... 136
4.3. Identifikasi Model ......................................................................... 136
4.4. Metode Estimasi Model ................................................................ 138
4.5. Validasi Model .............................................................................. 140
4.6. Simulasi Model ............................................................................. 141
4.6.1. Penentuan Variabel-Variabel yang Disimulasikan ............ 143
4.6.2. Simulasi Kebijakan dan Perubahan Faktor-Faktor
Eksternal ............................................................................ 151
4.7. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 154
V. ANALISIS PERILAKU MODEL MAKROEKONOMI
THREE-GAP INDONESIA ............................................................... 155
5.1. Gambaran Umum Hasil Estimasi Model Makroekonomi
Three-Gap Indonesia .................................................................... 155
5.2. Analisis Perilaku Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia .... 156
5.2.1. Respon Blok Sektor Swasta ............................................... 156
5.2.2. Respon Blok Sektor Publik ................................................ 160
5.2.3. Respon Blok Luar Negeri .................................................. 164

xix

5.2.4. Respon Blok Moneter ........................................................ 172
5.2.5. Respon Blok Indikator Ekonomi ....................................... 173
VI. DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL, KEBIJAKAN MONETER
DAN PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL
TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA .......... 177
6.1. Validasi Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia ................. 177
6.2. Dampak Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Perubahan
Faktor-Faktor Eksternal terhadap Kinerja Perekonomian Indonesia . 180
6.2.1. Dampak Peningkatan Penerimaan Pemerintah sebesar
15 Persen ............................................................................ 181
6.2.2. Dampak Penurunan Perubahan Obligasi Pemerintah
Sebesar 15 Persen .............................................................. 183
6.2.3. Dampak Penurunan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah
Sebesar 15 Persen .............................................................. 185
6.2.4. Dampak Peningkatan Tabungan Swasta sebesar 15 Persen.. 188
6.2.5. Dampak Penurunan Tingkat Suku Bunga sebesar 15 Persen 190
6.2.6. Dampak Peningkatan Cadangan Devisa sebesar 15 Persen

192

6.2.7. Dampak Peningkatan Jumlah Uang Beredar sebesar
15 Persen ............................................................................ 194
6.2.8. Dampak Penurunan Capital Flight sebesar 15 Persen ...... 196
6.2.9. Dampak Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Asia
Sebesar 15 Persen .............................................................. 198
6.2.10.Dampak Depresiasi Nilai Tukar Riil sebesar 15 Persen .... 200
6.2.11.Dampak Perubahan Kebijakan Fiskal dan Moneter
Secara Simultan ................................................................. 203
6.2.12.Evaluasi Dampak Perubahan Kebijakan Fiskal dan
Moneter terhadap Kinerja Perekonomian Indonesia ......... 209
VII. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 217
7.1. Simpulan ....................................................................................... 217
7.2. Saran Kebijakan ............................................................................ 222
7.3. Saran Penelitian Lanjutan ............................................................. 224
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 225
LAMPIRAN ........................................................................................ 230

xx

DAFTAR TABEL
Nomor
1.

Halaman

Perkembangan Three-Gap pada Perekonomian Indonesia
dalam Persentase Produk Domestik Bruto, Tahun 1969-2000 ............

17

Sumber Pendapatan Pemerintah dalam Persentase Total
Penerimaan Pemerintah, Tahun 1969-2000 ........................................

24

Komponen Pengeluaran Pemerintah dalam Persentase Total
Pengeluaran, Tahun 1969-2000 ...........................................................

26

Perbandingan Ekspor Non-Migas dan Ekspor Migas Indonesia
dalam Persentase Total Ekspor, Tahun 1969-2000 .............................

32

Komposisi Impor Indonesia dalam Persentase Total Impor,
Tahun 1969-2000 .................................................................................

34

Aliran Dana pada Perekonomian Indonesia dalam Persentase
Produk Domestik Bruto Nominal, Tahun 1969-2000 .........................

36

Restriksi atas Parameter Fungsi-Fungsi Investasi dengan Kendala
Gap Tabungan, Gap Kapasitas Penuh dan Gap Valuta Asing .............

44

Restriksi atas Parameter Fungsi-Fungsi Investasi dengan Kendala
Gap Tabungan, Gap Valuta Asing dan Gap Fiskal .............................

46

Parameter Estimasi Fungsi Investasi dengan Kendala Three-Gap
pada Perekonomian Indonesia .............................................................

50

Ringkasan Hasil Penelitian tentang Kendala Pertumbuhan Ekonomi
di Negara-Negara Sedang Berkembang, Tahun 1962-1998 ................

53

11.

Awal Krisis Ekonomi Indonesia Tahun 1997 .....................................

57

12.

Neraca Identitas dalam Model Bacha ..................................................

73

13.

Neraca Identitas dan Persamaan Perilaku dalam Model Bacha ..........

76

14.

Lambang dan Definisi dalam Model Bacha ........................................

78

15.

Neraca Identitas dalam Model Taylor .................................................

80

16.

Neraca Identitas dan Persamaan Perilaku dalam Model Taylor ..........

84

17.

Lambang dan Definisi dalam Model Taylor .......................................

88

18.

Neraca Identitas dalam Model Solimano ............................................

90

19.

Lambang dan Definisi dalam Model Solimano ...................................

94

20.

Neraca Identitas dan Persamaan Perilaku dalam Model Solimano .....

95

21.

Perbandingan Model-Model Three-Gap Bacha, Taylor dan Solimano 100

22.

Persamaan-Persamaan Model Naive Three-Gap ................................. 144

23.

Notasi dan Definisi Model Naive Three-Gap ...................................... 145

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

xxi

24.

Ekspektasi Dampak Simulasi terhadap Variabel-Variabel Tujuan ..... 147

25.

Hasil Estimasi Parameter Persamaan Tabungan Swasta Tahun
1969-2000 ............................................................................................ 157

26.

Hasil Estimasi Parameter Persamaan Investasi Swasta Tahun
1969-2000 ............................................................................................ 158

27.

Hasil Estimasi Parameter Persamaan Konsumsi Swasta Tahun
1969-2000 ............................................................................................ 159

28.

Hasil Estimasi Parameter Persamaan Investasi Pemerintah dan
Konsumsi Pemerintah Tahun 1969-2000 ............................................ 161

29.

Hasil Estimasi Parameter Persamaan Penerimaan Pajak Langsung
dan Pajak Tak Langsung Tahun 1969-2000 ........................................ 162

30.

Hasil Estimasi Parameter Persamaan Penerimaan Non-Pajak dan
Pajak Perdagangan Internasional Tahun 1969-2000 ........................... 163

31.

Hasil Estimasi Parameter Persamaan Ekspor Barang dan Ekspor
Jasa Tahun 1969-2000 ......................................................................... 165

32.

Hasil Estimasi Parameter Persamaan Impor Barang dan Impor
Jasa Tahun 1969-2000 ......................................................................... 167

33.

Hasil Estimasi Parameter Persamaan Pinjaman Luar Negeri
Pemerintah, Penanaman Modal Asing Langsung dan Pinjaman
Luar Negeri Swasta Tahun 1969-2000 ................................................ 169

34.

Hasil Estimasi Parameter Persamaan Jumlah Uang Beredar dan
Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Tahun 1969-2000 ....... 173

35.

Hasil Estimasi Parameter Persamaan Tingkat Inflasi, Nilai Tukar
Riil dan Probabilitas Terjadinya Krisis Ekonomi Tahun 1969-2000 ..... 174

36.

Validasi Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia, Tahun
1990-1996 ............................................................................................ 178

37.

Validasi Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia, Tahun
1997-2000 ............................................................................................ 179

38.

Hasil Simulasi Peningkatan Penerimaan Pemerintah (TD,TI,TT)
Sebesar 15%, Tahun 1990-1996 dan 1997-2000 ................................. 182

39.

Hasil Simulasi Penurunan Perubahan Obligasi Pemerintah (DGB)
Sebesar 15%, Tahun 1990-1996 dan 1997-2000 ................................. 184

40.

Hasil Simulasi Penurunan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah (FG)
Sebesar 15%, Tahun 1990-1996 dan 1997-2000 ................................. 186

41.

Hasil Simulasi Peningkatan Tabungan Swasta (SP) sebesar 15%,
Tahun 1990-1996 dan 1997-2000 ....................................................... 189

42.

Hasil Simulasi Penurunan Tingkat Suku Bunga SBI (IR) sebesar
15%, Tahun 1990-1996 dan 1997-2000 .............................................. 191

xxii

43.

Hasil Simulasi Peningkatan Cadangan Devisa (R) sebesar 15%,
Tahun 1990-1996 dan 1997-2000 ....................................................... 193

44.

Hasil Simulasi Peningkatan Jumlah Uang Beredar (MS) sebesar
15%, 1990-1996 dan 1997-2000 ......................................................... 195

45.

Hasil Simulasi Penurunan Capital Flight (KF) sebesar 15%,
Tahun 1990-1996 dan 1997-2000 ...................................................... 197

46.

Hasil Simulasi Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi Asia (GASIA)
Sebesar 15%, Tahun 1990-1996 dan 1997-2000 ................................. 199

47.

Hasil Simulasi Depresiasi Nilai Tukar Riil (RER) sebesar 15%,
Tahun 1990-1996 dan 1997-2000 ....................................................... 201

48.

Rekapitulasi Hasil Skenario Simulasi 1-10, Tahun 1990-1996 ........... 204

49.

Rekapitulasi Hasil Skenario Simulasi 1-10, Tahun 1997-2000 ........... 205

50.

Hasil Simulasi Kombinasi Kebijakan Fiskal dan Moneter, Tahun
1990-1996 dan 1997-2000 ................................................................... 208

51.

Rekapitulasi Evaluasi Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter
terhadap Kinerja Perekonomian Indonesia, Tahun 1990-1996 ........... 210

52.

Rekapitulasi Evaluasi Dampak Kebijakan Fiskal dan Moneter
terhadap Kinerja Perekonomian Indonesia, Tahun 1996-2000 ........... 211

xxiii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Tahun 1969-2000 .........................

15

2.

Three-Gap pada Perekonomian Indonesia ..........................................

19

3.

Keseimbangan Sumberdaya Sektor Swasta Indonesia, Tahun
1969-2000 ............................................................................................

21

4.

Sumberdaya Sektor Publik di Indonesia, Tahun 1969-2000 ...............

23

5.

Sumber Pendapatan Pemerintah dalam Persentase Total
Penerimaan Pemerintah, Tahun 1969-2000 ........................................

27

Komponen Pengeluaran Pemerintah dalam Persentase Total
Pengeluaran, Tahun 1969-2000 ...........................................................

27

Perbandingan antara Konsumsi Pemerintah dengan Investasi
Pemerintah, Tahun 1969-2000 ............................................................

28

8.

Keseimbangan Neraca Perdagangan Indonesia, Tahun 1969-2000 .....

30

9.

Perbandingan Ekspor Non-Migas dan Migas Indonesia,
Tahun 1969-2000..................................................................................

31

10.

Komponen Agregat Impor Indonesia, Tahun 1969-2000 ....................

33

11.

Obligasi Pemerintah dan Jumlah Uang Beredar, Tahun 1969-2000 ....

38

12.

Pinjaman Luar Negeri Pemerintah dan Repayments, Tahun 19692000 .....................................................................................................

39

Penanaman Modal Asing Langsung dan Pinjaman Luar Negeri
Swasta, Tahun 1969-2000 ...................................................................

41

Pendapatan dan Pengeluaran Institusi-Institusi dalam suatu
Perekonomian Terbuka ........................................................................

69

15.

Pembiayaan Sektor Publik yang Defisit ..............................................

70

16.

Enam Kemungkinan Kombinasi Three-Gap dalam suatu
Perekonomian Terbuka ........................................................................

71

6.
7.

13.
14.

17.

Diagram Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia ....................... 113

18.

Kurva I p −I g dan Variabel Kebijakan X, NF p , NF g , NSS p , C g ........... 148

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Konsep Model Makroekonomi Two-Gap ............................................ 231

2.

Data yang Digunakan dalam Analisis Model Makroekonomi
Three-Gap Indonesia Tahun 1969-2000 atas dasar Indeks
Deflator PDB (P) Tahun Dasar 1990 ................................................... 240

3.

Definisi Operasional Variabel Endogen dan Eksogen ........................ 246

4.

Program Komputer Estimasi Parameter Model Makroekonomi
Three-Gap Indonesia dengan Menggunakan SAS/ETS Versi 6.12
Prosedur SYSLIN Metode 2SLS ......................................................... 250

5.

Hasil Estimasi Parameter Model Makroekonomi Three-Gap
Indonesia dengan Menggunakan SAS/ETS Versi 6.12 Prosedur
SYSLIN Metode 2SLS ........................................................................ 253

6.

Program Komputer Uji Durbin-h dengan Menggunakan SAS/ETS
Versi 6.12 Prosedur Autoreg Data ...................................................... 265

7.

Hasil Uji Durbin-h dengan Menggunakan SAS/ETS Versi 6.12
Prosedur Autoreg Data ........................................................................ 266

8.

Program Komputer Validasi Model Makroekonomi Three-Gap
Indonesia dengan Menggunakan SAS/ETS Versi 6.12 Prosedur
SIMNLIN Metode Newton ................................................................. 290

9.

Hasil Validasi Model Makroekonomi Three-Gap Indonesia,
Tahun 1990-1996 dan Tahun 1997-2000 Menggunakan
SAS/ETS Versi 6.12 Prosedur SIMNLIN Metode Newton ................ 297

10.

Program Komputer Simulasi Kombinasi Kebijakan Fiskal dan
Moneter Tahun 1990-1996, Menggunakan SAS/ETS Versi 6.12
Prosedur SIMNLIN Metode Newton .................................................. 305

11.

Hasil Simulasi Kombinasi Kebijakan Fiskal dan Moneter Tahun
1990-1996, Menggunakan SAS/ETS Versi 6.12 Prosedur
SIMNLIN Metode Newton .................................................................. 312

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami
perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan
melakukan kebijakan deregulasi. Telah disadari pula pentingnya perubahanperubahan yang terjadi dalam perekonomian dunia, sehingga pemerintah
mempersiapkan negara untuk sebuah orde baru dalam perekonomian. Pemerintah
Indonesia merangkul globalisasi sebagai sebuah paradigma dasar yang menuntun
kebijakan ekonomi masa depan.
Akan tetapi, pada kenyataannya, lemahnya fundamental ekonomi, baik
secara makro maupun mikro, telah membuat perekonomian Indonesia rentan
terhadap contagion effect, sehingga gejolak nilai tukar bath Thailand pada
pertengahan tahun 1997 dengan mudah menulari nilai tukar rupiah atas mata uang
asing terutama terhadap mata uang dollar Amerika Serikat (AS). Jatuhnya nilai
mata uang rupiah yang diikuti dengan peningkatan inflasi, lalu dengan cepat
menyeret Indonesia ke dalam krisis ekonomi. Selanjutnya, perekonomian
Indonesia berbalik sangat cepat dari pertumbuhan yang tinggi menjadi kontraksi
ekonomi hanya dalam waktu beberapa bulan. Kemudian terjadi pula pelarian
modal yang sangat besar, serta peningkatan pengangguran yang sangat tinggi.
Dampak langsung dari krisis ekonomi adalah peningkatan harga-harga
yang sangat dramatis. Biaya hidup meningkat sangat cepat, sehingga
menimbulkan peningkatan jumlah masyarakat yang berada di bawah garis
kemiskinan. Menurut hasil studi Levinshon (1999), dampak kenaikan harga
terhadap biaya hidup penduduk miskin rata-rata mencapai 130%. Namun

2

demikian, dalam studi tersebut Levinshon menemukan bahwa pada periode
September 1997 sampai dengan Oktober 1998, terdapat kelompok-kelompok
masyarakat yang mendapat peningkatan pendapatan sebagai akibat dari
peningkatan harga mata uang asing, yaitu kelompok masyarakat yang
menghasilkan barang dan jasa yang secara langsung dapat diekspor, serta
kelompok masyarakat yang dapat secara cepat mengalihkan aset-asetnya ke dalam
denominasi mata uang asing (dollar AS).
Dalam bidang ekonomi, krisis telah mengakibatkan neraca pembayaran
memburuk secara drastis. Seluruh investor asing maupun domestik, secara tibatiba menarik investasinya dari perekonomian Indonesia, sehingga terjadi capital
flight yang sangat besar dalam waktu singkat. Radelet & Sachs (1998)
mengatakan bahwa ketidakseimbangan dalam neraca transaksi modal mempunyai
dampak yang lebih kuat dalam mendorong defisit neraca pembayaran
dibandingkan dengan ketidakseimbangan dalam neraca transaksi berjalan, yang
pada akhirnya mendorong depresiasi mata uang rupiah menjadi lebih dalam.
Menurut McLeod (1998), besarnya dampak kejatuhan nilai rupiah
terhadap sektor riil, banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang tidak
tepat (counterproductive) terhadap shock yang terjadi. Hal tersebut terjadi dengan
mekanisme berikut: Jatuhnya nilai rupiah, ternyata tidak mendorong ekspor
seperti yang diperkirakan. Hal ini karena banyak industri pengekspor yang bahan
bakunya sangat tergantung dari bahan baku impor. Turunnya nilai rupiah, secara
langsung justru memotong nilai asset perusahaan swasta akibat meningkatnya
nilai pinjaman luar negeri yang didominasi mata uang asing (dollar AS). Hal ini

3

mengakibatkan perusahaan swasta melakukan penundaan terhadap rencana
investasi, dan masyarakat mengurangi konsumsi.
Menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 1997 tersebut dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi
permintaan,

melambatnya

pertumbuhan

ekonomi

terutama

berasal

dari

melemahnya permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga dan
investasi swasta. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi yang melambat
bersumber dari melemahnya kegiatan perekonomian, baik di sektor non-migas
maupun sektor migas.
Krisis nilai tukar rupiah selanjutnya memporakporandakan sendi-sendi
perekonomian nasional, sehingga banyak perusahaan yang dilikuidasi. Sedangkan
perusahaan yang masih beroperasi cenderung berproduksi jauh di bawah kapasitas
terpasang. Hal ini telah menyebabkan kesempatan kerja semakin sempit dan
tingkat pengangguran pun semakin tinggi. Depresiasi nilai tukar rupiah yang
demikian besar ditambah dengan rawannya keamanan, lalu menyebabkan
terjadinya krisis kepercayaan di kalangan investor asing. Hal ini mengakibatkan
investasi portofolio mengalir ke luar dari Indonesia, dan investasi langsung juga
mengalami penurunan tajam.
Krisis kepercayaan juga menulari para kreditur asing, menyebabkan
mereka tidak bersedia melakukan roll-over terhadap hutang luar negeri swasta
yang telah jatuh tempo dan enggan memberikan pinjaman baru, sehingga arus
keluar modal (capital outflow) meningkat tajam menjadi US$10.9 miliar pada
tahun 1997/1998. Dalam tahun yang sama, capital inflow berupa investasi asing

4

langsung adalah US$1.8 miliar, sehingga lalu lintas modal bersih swasta
mengalami defisit sebesar US$9.1 miliar.
Langkah yang ditempuh pemerintah dalam mengatasi krisis adalah
mengundang International Monetary Fund (IMF). Bantuan IMF terdiri dari tiga
bentuk mekanisme (Radelet and Sachs, 1998). Pertama, bantuan dana untuk
cadangan Bank Indonesia agar dapat menjamin pembayaran hutang luar negeri
Indonesia. Kedua, bantuan dana untuk tambahan modal Bank Indonesia dalam
rangka mendukung kebijakan melaksanakan intervensi di pasar uang sebagai
usaha stabilisasi mata uang rupiah. Ketiga, bantuan keahlian yang diharapkan
dapat meningkatkan kepercayaan donor dan investor. Hal ini penting karena IMF
sering dijadikan acuan oleh investor asing dan negara serta institusi donor,
sehingga kesepakatan yang telah dicapai (oleh IMF dan pemerintah Indonesia)
merupakan sinyal bagi investor asing untuk kembali menanamkan modalnya di
Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah
Program-program Bank Dunia dan IMF di negara-negara sedang
berkembang terutama fokus pada pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi
serta memperoleh balance of payment yang surplus dan penciptaan lapangan kerja
yang luas. Dalam mencapai empat tujuan di atas secara simultan, seringkali
mengalami

keterbatasan

karena

adanya

berbagai

perubahan

dan

ketidakseimbangan internal dan eksternal dalam perekonomian.
Pada tahun 1970an dan 1980an, para ekonom percaya bahwa peningkatan
ketidakseimbangan internal dan eksternal terutama disebabkan oleh faktor-faktor
domestik

dan

asing

seperti

akumulasi

hutang,

beban

debt-service,

5

ketidakseimbangan fiskal, crowding out investasi swasta, capital flight,
goncangan terms of trade, perubahan tingkat suku bunga asing, dan penurunan
aktivitas di negara-negara maju (White, 1992 dalam Iqbal, 1996). Oleh karena itu
perlu dibangun suatu metodologi yang memasukkan faktor-faktor tersebut untuk
menganalisis keseimbangan internal dan keseimbangan eksternal dalam suatu
perekonomian.
Program-program bantuan IMF kepada Indonesia dalam mengatasi krisis
ekonomi 1997, juga disertai prasyarat berupa rekomendasi strategi dan kebijakan
program stabilisasi

yang pada dasarnya tetap memperhatikan

masalah

keseimbangan internal dan eksternal. Karena itu masalah keseimbangan internal
dan eksternal pada perekonomian Indonesia serta kebijakan fiskal dan moneter
dalam penelitian ini akan dianalisis pada periode sebelum krisis ekonomi Asia
tahun 1997 dan pada periode krisis ekonomi. Tahun 1997-2000 merupakan
periode krisis ekonomi sebelum menuju periode transisi ekonomi tahun 20012005 (Haryanto, 2007).
Secara ringkas, permasalahan dalam penelitian ini adalah menyelidiki
mengenai ketidakseimbangan internal: yakni faktor besaran tabungan dan
investasi dalam negeri yang berpengaruh terhadap penerimaan dan pengeluaran.
Sedangkan keseimbangan eksternal menyangkut perdagangan mencakup impor
dan ekspor. Secara khusus, fokus masalah pada tiga ketidakseimbangan tersebut.
Dewasa ini pola pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat ditopang oleh kekuatan
konsumsi dan fiskal pemerintah, sedangkan kekuatan investasi seharusnya dapat
diperkuat dari mobilisasi tabungan sehingga pertumbuhan ekonomi secara

6

seimbang tidak bertumpu pada konsumsi tetapi dapat bersumber dari investasi,
fiskal pemerintah dan perdagangan.
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia yang berawal dari krisis nilai
tukar rupiah pada semester kedua tahun 1997 tersebut ternyata telah
mengakibatkan makin melebarnya ketidakseimbangan internal dan eksternal
dalam perekonomian. Tabungan dalam negeri tidak efektif dapat menjadi sumber
investasi yang dominan. Maka diperlukan suatu analisis mengenai dampak dari
ketidakseimbangan internal dan eksternal. Dalam penelitian ini, pengukuran
keseimbangan internal menggunakan analisis kesenjangan tabungan dan
kesenjangan fiskal, sedangkan pengukuran keseimbangan eksternal diambil dari
indikator kesenjangan neraca perdagangan. Salah satu model pilihan adalah
menggunakan three-gap analysis.
Dilihat dari kacamata three-gap, krisis ekonomi Indonesia 1997
menyebabkan makin ke