Perda No.13 Tahun 1983, Pasal 3 ayat 1 huruf c telah terang disebutkan bahwa: KAN berfungsi untuk menyelesaikan sengketa harta
kekayaan masyarakat nagari. Langkah-langkah penyelesaian wajib didahului dengan musyawarah di tingkat keluarga, kaum, dan pesukuan.
KAN dapat bertindak sebagai penengah dalam menyelesaikan sengketa apabila ketiga langkah tersbut telah di tempuh para keluarga yang
bersengketa. Meskipun demikian tidak seluruh keputusan KAN dipatuhi, salah satunya Gugatan Perdata Ikrar Fauzi atas keputusan KAN Pauh
IX Kuranji Nomor 010PDAKAN-XXXII2006.
B. Saran
1. Ada baiknya kewenangan KAN, diberikan peranan lebih jelas dalam aktivitas masyarakat hukum adat, sehingga tetap memberi ciri tiap-tiap
KAN Minangkabau di Sumatera Barat. Misal, penelaahan kasus yang lebih mendalam sebelum
diselesaikan melalui jalur KAN, untuk mempermudah langkah tersebut maka KAN perlu menjelaskan macam senngketa yang dapat
diselesaikan kepada Masyarakat di wilayah KAN itu sendiri. 2. Untuk mengatasi kendala pada KAN hendaknya pelaksanaan fungsi
adat oleh KAN pada Nagari di Kota Padang tetap mempertahankan kedudukan sebagai kesatuan masyarakat huukm adat yang berhak
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan mempertahankan aturan-aturan adat yang berlaku dan mengembangkan
tatanan kehidupan masyarakat Minangkabau yang berlandaskan filosofi “Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”.
3. Diperlukan aturan lebih rinci sebagai tindak lanjut dari Perda 13 Tahun 1983, seperti Peraturan Gubernur, serta sinkronisasi putusan KAN
dengan berbagai peraturan lain khususnya terkait dengan bidang rencana tata ruang wilayah ataupun peraturan lainnya dibidang
pertanahan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Amir M.S, Adat Minangkabau Pola Dan Tinjauan Hidup Orang Minang, Mutia Sumber Widya, Jakarta, 2003.
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995.
Idrus Hakimy, Pegangan Penghulu, Bundo Kanduang, Dan Pidato Alua Pasambahan Adat Di Minangkabau, CV.Remaja Karya, Bandung,
1988.
Mohamad Hasbi, Desa Dan Pembangunan Pedesaan Di Sumatera Barat. Yayasan Genda Budaya. Padang, 1990.
Mohamad Maggis, Minangkabau Sejarah Ringkas Dan Adatnya, Sri Darma, Padang, 1971.
Sjahmunir A.M. Peradilan Menurut Adat, Makalah Pada Seminar Jurusan Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang,
1988.
Syarifuddin Amir, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam Dalam Lingkungan Adat Minangkabau, Gunung Agung, Jakarta, 1984.
Datoek Toeah, Tambo Alam Minangkabau, Pustaka Indonesia, Bukittinggi, 1989.
Faisal Sanafiah, Peneliti Kualitatif Dasar-dasar dan Aplikasinya, Ya3, Malang, 1990.
Hakimi D. Dt. Penghulu, Pedoman Ninik Mamak Pemangku Adat, Biro Pembinaan Adat dan Syarak, LKAAM Provinsi Sumatera Barat.
Hilman Hadikusuma, Hukum Perjanjian Adat, Alumni, Bandung, 1982.
Nurullah, Tanah Ulayat Menurut Ajaran Adat Minangkabau.
PT Singgalang Press, Padang, 1999.
Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.
S Nasution, Metode Penelitian Kualitatif, Tarsito, Bandung, 1992.
Sudiyat Imam, Beberapa Masalah penguasaan Tanah di Berbagai Masyarakat Sedang Berkembang, Liberty, Yogyakarta, 1982.
Herman Sihombing, Prasarananya pada Simposium Tanah Ulayat dalam Pembangunan, Padang, 1979.
B. Makalah