Hubungan Karakteristik dengan Selektivitas PPL pada Terpaan Media Cetak Sinar Tani

PADA

HU33UNGAN KAFZAKTERISTIR
DENGAN SELERTIVITAS PFL
TERPAAN l5J3DIA CETAK S I N A R
D I RLABUPATEN SILEMAN

Oleh

TAN1

ABSTRACT

In relation with observing the use of several mass
media in general and
sers by
Field

specifically the Sinar Tani publi-

the PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) or


the

Agricultural Supervisors in the Sleman Regency

of

Jogyakarta, there have been surveys done 60 samples. The
sample method

taking has been

done

randomly

(simple

cluster sampling).
From


this research, it has been concluded that:

The communication behavioral by the PPL in using
mass media has been considered relatively
The
been

several

improper, 2)

level of mass media usage by the PPL in Sleman has
categorized

(30,85
of

1)


%

"low" with an average score

of

from the total score), 3) The selectivity rate

the PPL in using Sinar Tani in Sleman has been

gorized

10,17

"selective"

with

an average


score of

cate77,72

(27,76 % from the total score), 4) There is a correlation
between
the

the characteristic and the selectivity rate

PPL in using Sinar Tani, 5) There is a

between

the PPL's

of

correlation


characteristic itself, and

6)

the

results of a required model of the mass media to the PPL.

5URAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

"HUBUNGAN

gARAgTWISTIK DWGAN

SELEKTIVITAS

PPL PADA


TERPAAN MEDIA CbTAK SINAR TAN1 DI KABWATEN SLEHAN"

adalah benar hasil karya saya sendiri. Semua sumber informasi

yang digunakan

telah

dinyatakan

secara jelas

dan

dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 1 Februari 2002

IWDARDT
NRP. 99513/KMP


-- -

- - - - ---

DENGAN SELEKTIVITAS PET.
PAI2A TERPAAN MEDIA CETAK SINAR TAN1
D I KABUPATEN SLEMAN

Oleh
Indardi
KMP 99513

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada Program Studi
Komunikasi Penbangunan Pertanian dan Pedesaan

Judul Tesis
Nama Mahasiswa

Nomor Pokok
Program Studi

: Hubungan

Karakteristik dengan Selektivitas PPL
pada Terpaan Media Cetak Sinar Tani
di Kabupaten Sleman
: Indardi
: 99513
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

Ketua Program Studi


Tanggal Lulus: 14 Januari 2002

Anggota

RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah putra kedua dari pasangan Sadiyono
Riptoharjono dengan Sri Rahayu, dilahirkan di Klaten Jawa
Tengah pada tanggal 13 Oktober 1965.
Pada tahun 1977 penulis menamatkan pendidikan sekolah
dasar di SD Negeri I Jambukidul Ceper Klaten, dan pada
tahun 1981 lulus dari SMP Negeri I Ceper Klaten dan selanjutnya lulus dari SPP-SPMA Negeri Yogyakarta pada tahun
1984. Pada tahun 1985 penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada Fakultas
Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, dan lulus
pada tanggal 30 Januari 1992.
Semenjak September 1992 sampai sekarang penulis
bekerja sebagai staf pengajar di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY) pada Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian. Penulis mengasuh mata kuliah Ilmu

Sosial Dasar, Sosiologi Pedesaan, Penyuluhan Pertanian,
Komunikasi Pertanian, dan Komunikasi Massa. Pada tahun
1995-1996 penulis diberi tanggung jawab sebagai Ketua
Kuliah Kerja Nyata (Ketua KKN) di UMY. Pada tahun 19971999 dipercaya sebagai Pembantu Dekan 111 (bidang kemahasiswaan) di Fakultas Pertanian UMY. Pada tahun 1999
(September) penulis memperoleh kesempatan melanjutkan
pendidikan pada Program Studi Komunikasi
Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan, Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menikah dengan Dra.Salmah Orbayinah, Apt.MKes
pada tahun 1996 dan telah dikaruniai seorang putri, yaitu
Sarah Disa Khoirunnisa.

Halaman

.............................................
H I W P ........................................

ABSTRAW


RIWAYAT
KATA PBNGANTAR .......................................
D m A R TABEL .........................................
DAPTAR GAMBAR ........................................
DAETAR IAMPIRAN ......................................
I. PENDAHULUAN .....................................
A . Latar Belakang ...............................
B . Tujuan Penelitian

............................

i
v

vi
ix
xi
xi
1
1
5

................................
A . Komunikasi Massa .............................
B . Teori-Teori Komunikasi Massa .................
1. Teori Selektivitas ........................
2 . Teori Lain yang Berkaitan .................
C . Media Cetak Sinar Tani .......................
D . Penyuluh Pertanian ...........................
1. Pengertian ................................
2 . Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan .......
E . Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu ...........

6
6
9
9
13
17
20
20
22

I11 . METODOLOG1 PENELITIAN ...........................
A . Kerangka Berpikir ............................

29
29
35
35
35
35
36

I1 . TINJAUAN PUSTAKA

B . Hipotesis ....................................
C . Lokasi dan Waktu Penelitian ..................
D . Metode Penelitian ............................
1. Populasi dan Contoh .......................
2 . Data dan Instrumentasi ....................

26

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ......
4. Desain Penelitian .........................
5. Definisi Operasional ......................

IV . HASIL DAN PEPiBAHASAN ............................
A . Keadaan Geografis dan Sosial Ekonomi

B.

C.

D.
E.

F.

Wilayah Sleman ...............................
Karakteristik PPL Contoh .....................
1. Karakteristik Demografis ..................
2 . Karakteristik Sosiografis .................
3 karakteristik Psikografis .................
Perilaku Komunikasi PPL ......................
1 Ragam Media Massa yang Digunakan ..........
2. Curahan Waktu .............................
3. Tujuan Penggunaan Media ...................
4. Cara Menggunakan Media ....................
Selektivitas PPL dalam Menggunakan
Sinar Tani ...................................
Hubungan Karakteristik dengan
Selektivitas PPL .............................
Model Terpaan Media ..........................

.

.

............................
A . Kesimpulan ...................................
B . Saran ........................................

V . KESIMPUJAN DAN SARAN

No.

Teha

Halaman

1. Massa dibandingkan dengan bentuk
kolektivitas lainnya
2. Distribusi frekuensi umur PPL contoh di Sleman
pada tahun 2001

46

3. Distribusi frekuensi pendidikan formal PPL
contoh di Sleman pada tahun 2001

47

4. Distribusi frekuensi golongan kepangkatan PPL
contoh di Sleman pada tahun 2001

47

5. Distribusi frekuensi masa kerja PPL contoh
d i Sleman pada tahun 2001

48

6. Distribusi frekuensi pendidikan non formal PPL
contoh di Sleman pada tahun 2001

48

7. Kekosmopolitan PPL contoh di Wilayah Sleman
pada tahun 2001

49

8. Partisipasi sosial PPL contoh di Wilayah

Sleman pada tahun 2601
9. Persepsi terhadap Sinar Tani dari PPL contoh
di Sleman pada tahun 2001

50
50

10. Sikap terhadap informasi dari PPL contoh
di Sleman pada tahun 2001

51

11. Motivasi membaca Sinar Tani PPL contoh di
Sleman pada tahun 2001

51

12. Distribusi media massa yang digunakan PPL di
Wilayah Sleman pada tahun 2001

54

13. Rata-rata curahan waktu total bagi PPL dalam
menggunakan berbagai media massa di Sleman
pada tahun 2001

54

14. Kisaran dan waktu rata-rata PPL dalam
memanfaatkan masing-masing media massa di
Sleman pada tahun 2001

55

15. Tujuan PPL membaca Sinar Tani di Sleman pada
tahun 2001

56

16. Tujuan PPL menggunakan berbagai media cetak
di Wilayah Sleman pada tahun 2001
17. Tujuan PPL menggunakan media elektronika di
Wilayah Sleman pada tahun 2001
18. Kebiasaan PPL dalam menggunakan media cetak dan
media elektronika di Sleman pada tahun 2001
19. Distribusi frekuensi perolehan skor dan

kategori tingkat penggunaan media massa oleh
PPL di Wilayah Sleman pada tahun 2001
20. Distribusi frekuensi perolehan skor perhatian

selektif, daya ingat selektif, dan penerimaan
selektif PPL dalam menggunakan media Sinar
Tani di Wilayah Sleman pada tahun 2001
21. Distribusi frekuensi perolehan skor diskusi

selektif PPL dalam menggunakan media Sinar
Tani di Wilayah Sleman pada tahun 2001
22. Distribusi frekuensi perolehan skor dan

kategori tingkat selektivitas PPL dalam
menggunakan Sinar Tani di Sleman pada
tahun 2001
23. Analisis korelasi Spearman antara karakteristik
PPL dengan selektivitasnya dalam menggunakan
Sinar Tani di Sleman pada tahun 2001
24. Korelasi Rank Spearman antara karakteristik

demografis dengan sosiografis dan psikografis

25. Korelasi Rank Spearman antara karaktersitik
sosiografis dengan psikografis

26. Korelasi Rank Spearman antar peubah bebas
dalam karakteristik demografis
27. Korelasi Rank Spearman antar peubah bebas

dalam karakteristik sosiografis
28. Korelasi Rank Spearman antar peubah bebas

dalam karakteristik psikografis

70

No.

TekB

Halaman

1. Kaitan karakteristik PPL dengan
selektivitas

34

2. Model terpaan media massa terhadap PPL

71

3. Model penggunaan saluran komunikasi bagi PPL

73

DAETAR LAMPIRAN

No :

Teka

Halaman

1. Uji reliabilitas instrumen

82

2. Peta wilayah Sleman

83

3. Rata-rata curah hujan (mm) setiap bulan periode
1991 - 2000 di Sleman

84

4. Penentuan tipe iklim menurut Mohr

85

5. PDRB atas dasar harga yang berlaku di Sleman
pada tahun 1993 - 1998

86

6. PDRB atas dasar harga yang berlaku dalam

persentase di Sleman pada tahun 1993 - 1998

87

7. Tata hubungan kerja BIPP dengan lembaga terkait
di tingkat kabupaten/kotamadya

88

8. Macam media massa dan jumlah PPL pengguna

89

9. Jumlah buku yang dibaca PPL di Wilayah Sleman
pada tahun 2001

92

10. Curahan waktu PPL untuk pertemuan kelompok
dan personal

93

11. Data karakteristik dan selektivitas PPL contoh
setelah diskor (skala data)

94

12. Analisis korelasi Rank-Spearman

96

13. Skoring data (skala data)

100

14. Kuesioner penelitian

108

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan proses perubahan yang berguna
menuju

suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan

sebagai kehendak bersama dari suatu bangsa (Rogers, 1985).
Pertanian sebagai salah satu sektor pembangunan dalam
bidang ekonomi mempunyai peran penting di era globalisasi,
karena sebagian besar (80%)masyarakat

Indonesia hidup

dari kegiatan pertanian dan merzgskan penyangga yang kokoh
dikala menghadapi
mampu

krisis. Sebagai

ilustrasi, pertanian

menghasilkan berbagai aneka produk agribisnis yang

mempunyai nilai komparatif dan kompetitif, disamping nilai
politis dan strategis bagi bangsa dan negara Indonesia di
mata internasional.
Seiring dengan
manusia

tuntutan zaman, maka

(SDM) berkualitas di sektor

sumber daya

ini telah menjadi

kebutuhan mendesak. Oleh karena itu, petani

tidak hanya

dituntut untuk menguasai kultur teknis dengan berbagai
paket teknologi yang direkomendasikan , tetapi diharapkan
juga mampu menggunakan berbagai informasi yang ada, membaca peluang, secara mandiri memutuskan berbagai

alternatif

kebutuhan yang berkaitan dengan usahataninya, mampu

meng-

gunakan berbagai inovasi/teknologi pertanian dan teknologi
komunikasi dalam memajukan pertanian yang dikelolanya,
menjaga hubungannya dengan berbagai lembaga terkait secara
berkesinambungan dan sebagainya.

Dari ha1 yang dikemukakan, terlihat bahwa

Penyuluh

Pertanian Lapangan (PPL) menjadi sangat penting, karena
dipandang

sebagai orang pertama dan utama, serta paling

bertanggung

jawab dengan persoalan-persoalan masyarakat

petani di pedesaan. PPL sebagai ujung tombak kegiatan penyuluhan, secara langsung berinteraksi dengan petani dalam
mengatasi berbagai masalah uaaha taninya. Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, kualitas SDM seorang PPL harus
selalu ditingkatkan sesuei dengan kebutuhan dan perkembangan yang ada. Edam ha1 ini, PPL hendaklah berusaha mendapatkan berbagai informasi pertanian dari berbagai

sumber,

dari pelatihan di tingkat kabupaten secara rutin,

baik

temuan lapang, atau melalui media (cetak dan elektronika).
Berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya

(SDM) seorang PPL, pertanyaan penting yang dapat

manusia

dikemukakan adalah sejauh mana petugas penyuluh

tersebut

memiliki kesadaran dan berupaya untuk meningkatkan
tas dirinya, dengan memperoleh berbagai
berbagai

kuali-

informasi dari

sumber lainnya, baik secara oral maupun melalui

berbagai media (diskusi dengan sesama teman secara personal

dan kelompok, pengalaman lapang, acara TV dan

membaca

surat kabar dan majalah, dan

sebagainya).

radio,
Dalam

pemanfatan media massa untuk memperoleh berbagai informasi
pertanian, PPL dapat memilih media
untuk

yang

dikehendakinya

didengar, dilihat atau dibaca. Berkenaan dengan

penggunaan

berbagai media tersebut, pertanyaan mendasar

yang muncul adalah bagaimana perilaku PPL dalam mengguna-

kan berbagai media informasi unt;uk

memperoleh berbagai

informasi pertanian.
Di

sisi lain pemerintah telah memberikan

tambahan

informasi melalui

dukungan

media cetak Sinar Tani yang

nampaknya diutamakan untuk konsumsi PPL. Hal ini terlihat
dari

oplahnya yang mencapai

efektif 35.000

38.000 eksemplar, secara

PPL (Bagian

eksemplar atau 92,10% untuk

Pemasaran Penerbit Sinar Tani, 2001). Sinar Tani merupakan
salah satu media cetak yang potensial bagi

peningkatan

intelektualitas seorang PPL. Dalam ha1 ini, Sinar Tani
merupakan

media

informasi dan

cetak yang diproduksi untuk

teknologi atau berbagai ha1

dengan usaha

berkaitan

lainnya yang

kemajuan di bidang

Pemerintah telah menggunakan media

berbagai

pertanian.

ini untuk

konsumsi

lembaga penyuluhan hingga tingkat bawah, dimana PPL berada. Sinar Tani menjadi salah satu sumber informasi pertanian penting bagi PPL. Berkaitan dengan ha1 ini pertanyaan
yang muncul ~dalahbagaimana perilaku PPL dalam memanfaatkan

Sinar Tani, untuk

mendapatkan berbagai

informasi

pertanian. Apakah PPL sangat selektif ataukah tidak

dalam

menggunakan media cetak tersebut.
Di

dalam menggunakan media massa,

tidaklah mungkin

khalayak membaca secara rinci semua artikel yang

dimuat.

Khalayak

tentang

akan membaca, melihat

atau mendengar

sebagian artikel atau topik yang dikehendakinya.

Dari apa

yang dibaca, dilihat atau didengar mungkin hanya

sebagian

lagi yang

diingat, dan tentunya hanya

sebagian yang

dipercayainya. Kemudian, mungkin hanya ada beberapa topik
saja Yang sempat didiskusikan dengan orang lain.
Perilaku komunikasi tersebut juga berlaku pada
PPL.

Di

dalam menggunakan (membaca),

mempunyai perhatian yang berbeda pada
media

diri

setiap PPL akan

bagian-bagian

dari

cetak Sinar Tani. Sebagai ilustrasi, seorang PPL

akan lebih memperhatikan rubrik tertentu dalam Sinar Tani,
sedangkan PPL yang lain lebih tertarik membaca
utama

berita

atau kolom opini, dan sebagainya. Selanjutnya, me-

mungkinkan

adanya variasi perilaku PPL antara

individu

satu dengan lainnya. Hal ini karena mereka memiliki karakteristik yang berbeda. Pertanyaannya adalah bagaimanakah
gambaran karakteritik PPL ini mempunyai

kaitan dengan

perilaku komunikasinya. Dengan mempelajari
dalam memperoleh

informasi pertanian

dan

perilaku

PPL

mengkaitkan

dengan karakteristiknya, muncul pertanyaan, bagaimana pola
terpaan media cetak yang dihasilkan. Informasi ini penting
untuk

dipelajari, terutama dalam memahami

permasalahan

serupa di wilayah lain.
Khalayak memiliki karakteristik berbeda, baik
dernografis, sosiografis maupun psikografis. Hal

secara
ini me-

mungkinkan antara PPL yang satu dengan individu lain memiliki perilaku komunikasi berbeda dalam mencari informasi.
Berkaitan dengan ha1 tersebut, penelitian ini
mengungkap bagaimana

kaitan karakteristik PPL

ingin
dengan

perilaku komunikasinya dalam menggunakan berbagai media,
serta bagaimana

selektivitasnya dalam menerima

terpaan

media

cetak

Sinar Tani, khususnya di

dalam memperoleh

berbagai informasi pertanian. Hal ini dapat dinyatakan dalam rumusan masalah berikut:

1. Bagaimana perilaku komunikasi PPL dalam menggunakan
berbagai medic

massa, di dalam memperoleh

informasi

pertanian ?

2. Sejauhmana selektivitas PPL dalam menerima
media

cetak

Sinar Tani untuk mendapatkan

terpaan
berbagai

informasi pertanian ?
3. Bagaimana karakteristik PPL mempunyai hubungan

selektivitasnya dalam

menerima terpaan media

dengan
Sinar

Tani, untuk memperoleh berbagai informasi pertanian ?

4. Bagaimana model

terpaan media cetak bagi

PPL dalam

nendapatkan informasi pertanian, yang akan diperoleh ?.

B. N u a n Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, penelitian
ini mempunyai tujuan berikut:
1. Mempelajari perilaku komunikasi PPL

dalam menggunakan

berbagai media, untuk memperoleh informasi pertanian.
2. Mempelajari

selektivitas PPL dalam menggunakan media

cetak Sinar Tani.
3. Mengetahui

kaitan antara karakteristik PPL dengan se-

lektivitasnya terhadap terpaan media cetak Sinar Tani
dalam mendapatkan berbagai informasi pertanian.
4 . Mendapatkan

model terpaan media cetak bagi

mendapatkan informasi pertanian.

PPL dalam

11. TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Massa
Massa merupakan salah satu tipe kolektivitas yang ada
di masyarakat.
massa

Blumer (McQuail, 1991) membuat

dengan membandingkan bentuk

definisi

kolektivitas lainnya

yang ditemukan dalam kehidupan sosial, khususnya kelompok,
kerumunan dan pub1 i k (Tabel 1) .

Tabel 1. Massa dibandingkan dengan bentuk kolektivitas
lainnya
WBLIK

K E m K

Tingkat
Instruksi

KERUMUNAN

MASSA

Tinggi
Sedang,
Tinggi
dalam wila- Walaupun para
yah terbatas anggotanya
tersebar

Tuluan atau Tujuan
obyek per- bersama+
hatian
identitas+
kontak

Rendah

Obyek perhatiPandangan
Kejadian
atau masalah yang sedang an yang diuntuk diskusi berlangsung kelola
dan penentuan
pilihan

......................................................................
Kontrol/
Tinggi/
sedang,
Rendah dan Eksternal dan
orgmisasi

tetapi
formal dan
informal dan informal
internal

eksternal
manipulatif
(kalau ada)

......................................................................
Kadar kesadaran

Tinggi

Bervariasi:
Tinggi,
sedang sampai tetapi
tinggi
sementara

Rendah

Sumber : McQuail, 1991
Komunikasi

adalah proses dimana pesan-pesan

dikirim

dari sumber kepada penerima (Rogers and Shoemaker, 1987),
atau

diartikan

berbagai
penerima.

sebagai proses

pemindahan

informasi baru atau inovasi dari

ide/gagasan,

sumber kepada

Komunikasi massa merujuk pada proses

dimana

organisasi yang kompleks dengan sebuah atau
produksi

suatu

lebih mesin

dan mengirim pesan publik yang disampaikan pada

audiens besar, heterogen dan menyebar (Dominick, 1990).
Wright dalam Tubbs and Moss (1994), mengatakan bahwa dalam
komunikasi massa, khalayak
anonim bagi

sumber.

komunikasi massa

relatif besar, heterogen

DeVito (1997) mengungkapkan bahwa

merupakan

kepada khalayak yang

dan

komunikasi yang

sangat

diarahkan

luas, disalurkan melalui

sarana audio dan atau visual.
Komunikasi massa mempunyai ciri utama (McQuail.1991):
1) sumber komunikasi bukanlah satu orang, melainkan

suatu

organisasi formal; 2) pesan beraneka ragam, tidak unik dan
dapat diperkirakan, serta seringkali diproses, distandarisasi

dan selalu diperbanyak; 3 ) hubungan antara pengirim

dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat
interaktif, juga bersifat

impersonal, bahkan

sekali seringkali bersifat non-moral dan

mungkin

kalkulatif; 4)

penerima (bagian dari khalayak luas) merasakan pengalaman
dan memberikan
lain menurut

reaksi secara bersama-sama dengan

pola tertentu yang dapat

diperkirakan; 5 )

komunikasi massa seringkali mencakup kontak secara
tak antara satu pengirim

orang

seren-

dengan banyak penerima, mencip-

takan pengaruh luas dalam waktu singkat dan menimbulkan
respons seketika dari banyak orang secara serentak.
Tersedianya media yang merupakan sarana yang
mungkin

tidak

tidak untuk terjadinya proses komunikasi massa,

Dominick

(1990) menjelaskan

dua kelompok besar

media

massa, yaitu media elektonik (the electronic media)
media

cetak

(the print media).

Media

dan

elektronik yang

menon301 adalah TV, radio, film dan tape recorder (kaset).
Media
saat

cetak yang menonjol penggunaannya oleh masyarakat
ini adalah surat kabar, majalah, brosur

(leaflet,

folder, buklet, dan lain lain) dan buku.

Komunikasi massa mempunyai ragam atau banyak
Menurut

Effendy

fungsi.

(1992) fungsi komunikasi massa

adalah

menyiarkan informasi, mendidik der! aenghibur serta

sifat-

nya sebagai tambahan saja, yaitu mempengaruhi, membimbing
dan mengkritik. Lasswell sW,,&m Littlejohn (1996) mengidentifikasi tiga fungsi media massa, yaitu memberikan

infor-

masi tentang lingkungan, mempresentasikan pilihan

pemeca-

han masalah, serta sosialisasi dan pendidikan.

Menurut

Dominick
adalah

(1990) fungsi komunikasi massa
surveillance

bagi masyarakat

(mengawasi), interpretasi, linkage

(keterkaitan), transmisi nilai dan entertainment.

DeVito

(1997) mengungkapkan 6 fungsi yang dianggap paling penting
media massa, yakni: 1) menghibur, 2 )

melalui

meyakinkan,

3) menginformasikan, 4) menganugerahkan status, 5)

mem-

bius dan 6) menciptakan rasa kebersatuan. Fungsi meyakinkan (persuasi) dapat datang dalam banyak bentuk, yaitu a)
memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; b) mengubah

sikap, kepercayaan atau nilai seseorang; c) meng-

gerakkan

seseorang untuk melakukan sesuatu; dan d) mem-

perkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu.

Berkaitan

dengan fungsi-fungsi tersebut,

Effendy

(1992) mengkaitkannya dengan jenis media, misalnya

Utama

surat kabar adalah menyiarkan

informasi. Fungsi

utama film, radio dan %elevisi adalah menghibur.
tersebut mulai

fungsi

bergeser, yaitu berkaitan

Pendapat

dengan proses

reformasi di Indonesia, maka mulai tahun 1997 terlihat
menjadi penyampai

informasi yang mulai

lain, belum terlihat
'

disukai.

TV

Disisi

fungsi TV sebagai penyebar informasi

pertanian, karena dibatasi o l ~ hagenda setting yang dibuat
media tersebut dar, proses selektif khalayak.

B. Teori-Teori Komunikasi Massa
1. Teori Selektivitas

Pendekatan teori

terhadap permasalahan penelitian

ini, lebih merupakan bagaimana pengaruh suatu media terhadap audiensnya. Berbagai rangsangan dapat ditumbuhkan oleh
media massa dan tanggapan audiens yang dihasilkan dapat
berbeda-beda. Teori tentang pengaruh (effects) media
penting untuk

diungkapkan

yang

adalah proses selektif/ selec-

tive processes (Ban and Hawkins, 1990). Penelitian menun-

jukkan bahwa media massa kelihatannya dapat mempercepat
proses perubahan, tetapi jarang mewujudkan
perilaku. Hal
menggunakan

ini karena pengirim

proses

selektjf,

dan penerima

pesan

sehingga pesan mengalami

distorsi, dan proses selektif tersebut
selektif

perubahan

(selective publication),

adalah publikasi

perhatian

selektif

(selective attention), persepsi selektif (selective per-

ception),
penerimaan

daya

inget selektif

(selective remembering),

selektive (selective accepeance) dan

diskusi

selektif (selective discussion).
Proses selektif lebih merupakan proses mental
ada

yang

dalam diri individu, sehingga ada yang berpandangan

bahwa

persepsi tidak hanya ketika audiens membaca

pesan

(Ban, 1990). Sears and Freedman

suatu

(1993)

Jahi

menyebut proses selektif tersebut sebagai proses persepsi
selektif, dengan tahapan:

1) keterdedahan

(exposure)

selektif, 2) perhatian selektif, 3) komprehensi selektif
dan 4) retensi selektif.
Persepsi

bersifat

subyektif, kreatif dan

aktif

(Sereno and Bodaken, 1975). Persepsi memiliki tiga aktivitas, yakni seleksi, organisasi dan
karena

interpretasi. Oleh

itu, ketika seseorang dihadapkan pada

(adanya berbagai media

informasi), secara

kreatif dan aktif, maka melalui komunikasi

stimuli

subyektif,

intrapersonal

orang tersebut akan mempersepsi dengan menyeleksi, mengorganisasi dan menginterpretasikan stimuli tersebut.
Konsep publjkasi selektifmenjelaskan proses selektif
dari sudut pandang media. Dalam ha1 ini, perusahaan media
cetak

atau pemancar

menyiarkan

TV dan radio tidak mungkin dapat

semua informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber nasional maupun internasional, karena terbatasnya
ruang dan waktu. Dalam ha1 ini, penyuntinglah yang

akan

memutuskan dimuat/ditayangkan ataukah tidak suatu acara.
Penyunting selaku gatekeeping dipengaruhi oleh nilai

dan

keyskinan pribadi, perintah atau himbauan pemilik

media,

pimpinan atau pemerintah dan sebagainya. Untuk itu

setiap

perusahaan media memiliki visi, misi dan sejumlah kepentingan tertentu, sehingga agenda settingnya berbeda

antar

pemilik media yang satu dengan lain. Agenda setting mengacu

pada kemampuan media dalam menyeleksi dan mengarahkan

perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu
(Agee, Ault and Emery dalam DeVito, 1997). Media

mengata-

kan pada khalayak, apa yang penting dan apa yang tidali.
Konsep

keterdedahan (exposure) s e l e k t i f

kepada media

menjelaskan

massa mana suatu audiens akan mendedahkan

dirinya sesuai dengan kepentingan. Konsep perhatian selektifuntuk menjelaskan bahwa tidak seorangpun membaca semua
pesan atau artikel yang ada di sebuah media cetak, karena
yang

bersangkutan melakukan seleksi. Orang yang

berbeda

dapat membaca artikel yang sama pada sebuah media

cetak

(komprehensi s e l e k t i f ) . Proses daya ingat s e l e k t i f

menje-

laskan bahwa tidak seorangpun yang dapat mengingat

semua

pernah didengar atau dibacanya. Dalam ha1 ini

orang

yang

cenderung melupakan hal-ha1

yang

tidak

sesuai dengan

pendapatnya, atau menempatkannya pada suatu dilema yang
tidak

menyenangkannya. Proses retensi s e l e k t i f

mengung-

kapkan bahwa audiens yang berbeda akan mengingat

hal-ha1

yang berbeda dari suatu isu spesifik dalam suatu koran.
Proses penerimaan s e l e k t i f mengungkapkan bahwa
mungkin

diingat, tetapi tidak

perlu

pesan

selalu dipercaya/

diterima. Gagasan cenderung mudah diterima, bila

sesuai

dengan pendapat atau
khir adalah

keyakinan diri sendiri. Tahap tera-

diskusi s e l e k t i f . Dalam konteks ini, tidak

cukup waktu untuk membicarakan segala sesuatu yang dibaca,
dilihat

atau didengar dari media. Penelitian menunjukkan

bahwa yang dibicarakan, terutama mengenai ha1 yang disepakati bersama atau yang dirasakan menarik.
Berkaitan

dengan proses

selektif tersebut, perlu

diungkapkan teori yang mengungkap adanya perbedaan

efek

media massa karena adanya perbedaan karakteristik individu
audiens. Teori kontempcrer Melvin De Fleur &Jam

Depari

dan MacAndrews (1998), mengungkapkan bahwa pengaruh
nikasi massa dikelompokkan menjadi empat golongan

1) teori perbedaan-perbedaan individu
differences

theory),

social

category

social

relationships

(the

2 ) teori penggolongan

theory), 3 )

komuyakni:

individual

sosial

(the

teori hubungan sosialcthe

theory) dan

4)

teorf

norma-norma

budaya (the cultural norms theory).
Hal yang

sangat penting

untuk

dijelaskan adal~h

teori perbedaan individu. Teori didasarkan pada

pengakuan

bahwa tiap individu tidak sama perhatiannya; kepentingannya, kepercayaan maupun nilai-nilainya, maka dengan sendirinya selektivitas terhadap komunikasi massa juga berbeda.
Audiens bukanlah

suatu kelompok monolitis yang

setiap

individunya senantiasa mempunyai tsnggapan sama terhadap
isi media.
perbedaan
pandangan

Perbedaan individu terjadi, karena adanya
lingkungan, sehingga menghasilkan

perbedaan

dalam menghadapi sesuatu. Dalam ha1 h i , tiap

individu memiliki motivasi dan pengalaman yang berbeda
berdasarkan hasil belajarnya.

2. Teori Lain
DeVito

yang

Berkaitan

(1997) mengungkapkan adanya teori

langkah.

Beberapa teori memandang, efek media dalam bentuk langkahlangkah atau tahap-tahap. Pesan-pesan media dapat diterima
audiens melalui model komunikasi satu tahap (one step flow
model), komunikasi dua tahap (two step flow model

maupun

komunikasi banyak tahap. T e m i satu langkah yang

sangat

terkenal adalah

teori peluru atau teori jarurn suntik

(hypodermic needle model), yang berpendapat bahwa pengaruh

media bersifat langsung dan segera. Teori ini disebut juga
komunikasi model linear (Melkote, 1991). Hal yang menarik
dari model komunikasi satu tahap adalah: 1) mengakui bahwa
tidak semua media memiliki kekuatan pengaruh yang sama, 2 )
mempengaruhi peranan

selektivitas sebagai faktor yang

menentukan penerimaan audiens, dan 3 ) mengakui kemungkin~n
timbulnya reaksi yang berbeda dari audiens, terhadap pesan
komunikasi yang sama (Depari, 1998).
Kegagalan
berbeda

teori

peluru menimbulkan

dari khalayak, yakni

pandangan

yang

aktif terhadap berbagai

informasi, sehingga muncul teori efek terbatas/tanpa efek
atau theory of minimal effects of

the mass media

1989; Melkote, 1991). Teori ini berpendapat bahwa

(Jahi,
media

massa menimbulkan efek kecil atau bahkan tidak menimbulkan
efek pada khalayak yang selektif.

Teori dua langkah memandang bahwa media massa
secara langsung mempengaruhi

tidak

khalayak, tetapi melalui

opinion leader (pembawa pengaruh) yang mempunyai

akses

lebih besar terhadap media dan juga lebih dipercaya oleh
masyarakatnya. Sedangkan teori multi

langkah mengatakan

bahwa pengaruh mengalir ulang-alik dari media ke khalayak
(berinteraksi satu sama lain), kembali ke media, kemudian
kembali lagi ke khalayak, dan seterusnya (DeVito, 1997).
Banyaknya tahap yang harus dilalui dalam proses penerimaan
informasi bergantung pada: a) tujuan sumber informasi, b)
banyaknya media massa yang menyebarluaskan informasi, dan
c) apakah isi pesan berkenan atau melibatkan kepentingan
audiens, dan d) apakah cara penyampaiannya menarik

perha-

tian audiens (Depari, 1998).
Teori konvergen atau

interaktif memandang

komunikasi sebagai transaksi diantara partisipan.

bahwa
Teori

ini digambarkan secara beragam oleh berbagai ahli, yakni:
1) lingkaran yang tumpang tindih atau diagram Venn

Rogers and Kincaid),

2) heliks (model Dance).

(moc 1
dan

3)

zigzag (model Watzlawick, Beavin and Jackson).
Model kegunaan dan kepuasan (Uses and Gratifications
Model)

diungkapkan oleh Katz &.Ian

Effendy (1993). Teori

ini menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama
bukanlah bagaimana media

mengubah sikap dan perilaku

khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan gribadi

dan sosial khalayak. Penekanannya p d a

khalayak yang

aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai

tujuan khusus. Model ini menyatakan bahwa khalayak berada
pada lingkungan sosial (karakteristik demografl, afiliasi
kelompok dan karakteristik kepribadian) tertentu. Dalam
ha1 ini, setiap individu khalayak memiliki sejumlah kebutuhan, yaitu kebutuhan kognitif, kebutuhan afektif, kebutuhan pribadi secara integratif, kebutuhan sosial secara
integratif dan kebutuhan pelepasan (dari tekanan, ketegangan dan sebagainya). Untuk memenuhi kebutuhan individu
tersebut, dapat dilakukan melalui sumber pemuasan kebutuhan non media maupun menggunakan media massa. Media massa
mem-punyai

fungsi pemuasan

( surveillance,

entertainment,

personal dan hubungan sosial).
Teori agenda setting mengungkapkan bahwa

keyakinan

orang-orang tentang pentingnya suatu isu adalah bila

di-

kaitkan dengan sejumlah space (ruang) penyediaan suatu ide
di

surat kabar dan atau sejumlah waktu yang disediakan

sebagai laporan di radio dan televisi (Weaver dalam Cragan
and Shields, 1998). Model Penataan Agenda (Agenda Setting
Model) pertama kali diungkapkan oleh Mc.Comb

and

Shaw

(Effendy, 1993). Disini dinyatakan bahwa jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
mempengaruhi khalayak uncuk menganggapnya penting.

Agenda

setting ini meliputi agenda media, agenda khalayak dan
agenda kebijaksanaan (Manhein dalam Effendy: 1993).

Dika-

takan bahwa dimensi agenda media meliputi visibilitas
(jumlah dan tingkat menonjolnya berita), audience selience
(relevansi isi dengan berita dengan kebutuhan khalayak)

dan valence (cara pemberitaan suatu peristiwa menyenangkan
atau

tidak).

familiarity

(

Dimensi agenda khalayak meliputi

dimensi:

keakraban/derajat kesadaran khalayak terha-

dap topik tertentu), personal saliance (penonjolan pribadihelevansi kepentingan dengan ciri pribadi)

dan

rability

(pertimbangan senang atau tidak

berita).

Agenda kebijaksanaan meliputi dimensi:

tentang topik

dukungan kegiatan menyenangkan bagi posisi
tertentu),

likelihood

of

support/

suatu berita

(kemungkican

action

favo-

kegia-

tan/kemungkinan pemerintah melaksacak~napa yang diibaratkan) dan freedom of action (kebebasan bertindakhilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah).
Teori

difusi inovasi yang dikembangkan

oleh Rogers

DeVito (1997) memfokuskan pada cara komunikasi dalam
mempengaruhi orang untuk melaksanakan (mengadopsi) sesuatu
inovasi. Difusi adalah proses
melalui

inovasi

dikomunikasikan
jangka waktu

saluran tertentu merembes dalam

tertentu (over time), diantara anggota suatu sistem sosial
(Rogers, 1983).
barang

yang

Inovasi adalah gagasan, tindakan atau

dianggap baru oleh

seseorang

(Rogers and

Shoemaker, 1987).
Dikenal juga adanya teori kultivasi. Melalui TV

(dan

media lain),audiens belajar tentang dunia, orang-orangnya,
nilai-nilai, dan adat kebiasaannya (DeVito,l997). Melalui
media, orang belajar tentang masyarakat
Teori

ini menyatakan bahwa pecandu

dan

berat

TV

kulturnya.
membentuk

suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenya-

taan. Gerbner, Gross, Morgan and Signorielli dalam Black,
Bryant

and Thompson (1998) menggunakan

konsep kultivasi

untuk menggambarkan kontribusi independen TV dalam membuat
konsepsi realitas sosial pemirsa. Perbedaan kultivasi di
sini adalah adanya selisih perbedaan konsepsi realitas diantara pemirsa biasa dan pecandu (light and heavy

viewer)

TV pada subgroup demografi yang sama.

C. Media Cetak Sinar Tani
Dikenal dua jenis media massa, yakni media elektronika dan media cetak (printed media), dengan karakteristik
tersendiri yang memiliki segala kelebihan dan
nya. Wahyudi (1992) mengungkapkan bahwa

kekurangan-

kelebihan media

cetak

adalah dapat dibaca kapan dan dimana

dapat

diulang-ulang. Kelemahannya, antara

saja, serta

lain memiliki

rangsang yang kurang baik, bila dibandingkan dengan

daya

audio visual.
Media cetak bisa berupa buku, majalah, brosur, surat
kabar, leaflet, poster dan sebagainya. Untuk surat kabar,
dikenal adanya surat kabar umum, yang memuat berbagai
informasi, baik

menyangkut masalah politik,

entertainment, budaya, pertanian, dan

surat kabar khusus yang hanya memuat

ekonomi,

sebagainya; dan
bidang

tertentu,

misalnya surat kabar Sinar Tani yang memuat bidang
nian.

Dalam ha1 ini, orientasi perusahaanya bisa

mata

kearah bisnis, sosial, ataupun berorientasi

yang tetap memperhatikan keuntungan.

pertasematasosial

Berdasarkan penelitian Ban dan Hawkins (1990),
kabar memiliki

berbagai kelebihan, yaitu pesan

diinterpretasikan secara baik oleh
audiensnya
media

penerima

surat

relatif

(receiver),

lebih besar bila dibandingkan dengan produk

cetak lainnya dan tingkat mendidik audiens relatif

tinggi.

Surat kabar aering kali dipandang kurang tingkat

kredibilitas sumbernya, tingkat umpan balik rendah, pengaruh terhadap audiens yang rendah, dan sebagainya.
Sinar Tani termasuk golongan surat kabar di bidang
pertanian,

yang memiliki misi sosial dalam pembangunan

pertanian di Indonesia. Surat kabar ini diterbitkan pertama

kali pada tanggal 29 Agustus 1970

berdasarkan

Surat

Izin Terbit (SIT) yang dikeluarkan oleh Departemen Penerangan Nomor 01002/SK/Dir/PP/SIT/1970 tertanggal 12 Agustus

1970 dengan nama Sinar Jaya di bawah badan

hukwn PT

Duta Karya Swasta. Pada tanggal 1 April 1986, Sinar Jaya
beruban

nama menjadi Sinar Tani sesuai Surat

Izin Usaha

Penerbitan Pers (SIUPP) tertanggal 8 Juli 1986, dan jwnlah
halaman
muncul

menjadi delapan muka

setiap terbit.

Media

bersamaan dengan penetapan Repelita I tahun

ini
1970,

terbit dua kali seminggu (hari Rabu dan Sabtu) dan berhalaman empat muka pada setiap terbit.
Tujuan diterbitkannya Sinar Tani (Emrus,1994) adalah:

1. Memberi penerangan pada masyarakat pertanian dalam arti
luas, baik pengusaha bidang pertanian (petani pangan,
kebun,ternak,ikan, dan sebagainya), maupun kepada pegawai pemerintah Deptan dan non Pertanian di pusat dan di

daerah tentang kebijakan dan program-program pembangunan pertanian.

2. Memberikan penerangan dan menyebarluaskan hasil pembangunan pertanian.
3. Memberikan penerangan dan menyebarluaskan rencana pem-

bangunan pertanian.

4. Melalui

Sinar Tani diharapkan akan memperoleh umpan

balik berupa saran dan aspirasi masyarakat, baik

per-

orangan maupun organisasi profesi di bidang pertanian.
Khalayak pembaca Sinar Tani adalah kalangan Deptan,
penyuluh
bawah

pertanian, karyawan perkebunan, Bimas, Balai

Deptan, petani, mahasiswa

di

dan masyarakat umum.

Berdasarkan hasil penelitian Emrus (1994) khalayak Sinar
Tani

terdiri dari 1) Penyuluh Pertanian sebanyak 39.049

orang (80,35%), 2 ) Karyawan perkebunan/BUMN sebanyak 5.678
orang

3 ) Dinas, petani dan

(11,68%),

lainnya sebanyak

2.936 orang (6,04%) dan 4) perkenalan sebanyak 937 orang
(1,93%).
Mulai
perubahan

Juli

1999, surat kabar Sinar Tani mengalami

tampilan, dari bentuk koran menjadi

tabloid.

Bentuk tabloid ini dicirikan oleh ukuran yang lebih kecil,
mengmnakan kualitas kertas yang lebih baik

dan

tebal

(bukan kertas koran), serta penggunaan tinta berwarna
dalam

gambar maupun tulisan. Oplahnya telah mengalami

penurunan menjadi
terbltnya. Hal

38.000

eksemplar

dalam

setiap kali

ini berkaitan dengan pertimbangan blaya

cetak per eksemplarnya.

Dalam ha1 isi, selalu di upayakan untuk

mengikuti

perkembangan yang ada. Demikian juga dalam interval terbitnya, semula seminggu dua kali terbit, sekarang menjadi
terbit satu kali dalam seminggu.

Performance (tampilan) Sinar Tani semula dalam bentuk
koran mempunyai

halaman sejumlah 32 muka,

kini jumlah

halaman menurun menjadi 24 muka. Halaman pertama merupakan
halaman

cover depan, yang memuat rubrik utama pada

edisi

bersangkutan dengan gambar, serta tulisan menonjol,

yang

dan beberapa rubrik lain yang disajikan deism edisi yang
sama. Halaman 2 (dua) dan halaman 3 (tiga) memuat
tar

dari redaksi dan editorial. Halaman 4 sampai

halaman

23 merupakan isi Sinar tani

berbagai

yang

pengandengan

terdiri dari

rubrik, yaitu: Nasional, Sorotan, Agriwacana,

Agriinvestasi,

Agrilembaga, Agripenyuluhan, Agriutama,

Daerah, Agrineka/Anekaragam, Iptek, Agriprosesing, Agrilingkungan, dan

Agrisehat. Halaman cover belakang

atau

halaman terakhir (halaman 24) menuat Informasi Agribisnis
(Jendela Usaha

dan pasar). Diantara rubrik-rubrik yang

disajikan disisipi pesan-pesan lain, seperti iklan, informasi buku baru, konsultasi rumah tangga dan sebagainya.

D. Penyuluhan Pertanian
1. Pengertian

Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem komunikasi dalam penyampaian informasi pertanian kepada petani,
dalam

rangka pelaksanaan pembangunan

bidang

pertanian.

Penyuluhan pertanian merupakan proses penyebarluasan informasi yang diperlukan dan berkembang selama pelaksanaan
pembanmnan pertanian (Anonimous, 1999). Menurut

Tjondro-

negoro dalam Sastraatmadja (1986), penyuluhan adalah usaha
pendidikan non formal yang merupakan perpaduan dari kegiatan menggugah minat atau keinginan, menimbulkan swadaya
masyarakat, menyebarkan pengetahuanlketrampilan dan kecakapan, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku
(pengetahan, sikap dan tindakan).
Sebagai proses pendidiken, penyuluhan memiliki

ciri-

ciri (Anonimous, 1999) berikut:
1. Penyuluhan

adalah

sistem pendidikan non formal yang

terprogram, dilakukan dimana saja (dalam/luar ruangan,
bahkan

sambil kerja), tidak terikat waktu, dan dise-

suaikan dengan kebutuhan sasaran.
2.

Penyuluhan merupakan pendidikan orang dewasa, sehingga
metode pendidikan lebih bersifat lateral, ukuran keberhasilannya adalah terciptanya dialog antara pendidik
dan peserta didik (bukan target materi), dan sasarannya
orang dewasa.
Agar

pelaksanaan kegiatan penyuluhan dapat berlang-

sung secara efektif, perlu dipahami falsafah penyuluhan
(Suhardiyono, 1992). Falsafah seseorang mempengaruhi perilakunya, selanjutnya mempengaruhi respons orang-orang lain
dengan siapa dia bekerja-sama (Wiriaatmadja, 1983).
ha1

ini dikenal tiga falsafah penyuluhan: a)

Dalam

pendidikan,

b) demokrasi dan c) kesinambungan (Sastraatmadja, 1986).

Penyuluhan pertanian bertujuan untuk merubah perilaku
(WiriaatmadJa, 1983), yakni bertambahnya kesanggupan keluarga tani, sehingga dapat memperbaiki

cara bercocok

tanam, lebih beruntung usaha taninya dan lebih layak hidupnya. Berdasarkan tingkatannya dapat dibedakan menjadi
tujuan dasar, tujuan umum dan tujuan kerja/operasional.
Tujuan dasar merupakan tujuan akhir yang sifatnya umum
sekali dan masih kabur, seperti kemakmuran, keadilan dan
sebagainya. Tujuan umum merupakan tujuan yang sifatnya
sudah agak jelas, tetapi masih

untuk

golongan besar,

seperti meningkatkan taraf hidup, meningkatkan penghasilan. Tujuan operasional merupakan tujuan yang jelas digunakan sebagai arah dilakukannya suatu kegiatan. Klasifikasi dari tujuan penyuluhan lain didasarkan pada
waktu

jangkauan

tercapainya, yakni tujuan jangka pendek, jangka

menengah, dan jangka panjang.

2. Peranan Penyuluh Pertanian Lapangan

Ada berbagai persoalan dalam pembangunan pertanian.
Menurut Sumitro Maskun (Hubeis, Tjotropranoto dan Ruwiyanto, 1995) yaitu masalah masyarakat

sasaran penyuluhan

pertanian dan masalah ruang lingkup penyuluhan berdasarkan
aspek kehidupan masyarakat. Masalah

yang umum menjadi

perhatian di negara berkembang seperti Indonesia adalah
masalah sasaran, pelaku dan cara pendekatan
lisme dan masalah

(profesiona-

sistem). Penyuluhan pertanian adalah

kegiatan pendidikan non formal yang bermaterikan masalah-

masalah

pertanian yang

teknis maupun
penyuluh

sangat kompleks, baik

masalah

aspek sosial ekonominya. Dalam ha1

ini,

diharapkan mampu menyampaikan pengetahuan prak-

tis, seperti panca usahatani, pasca

panen,

introduksi

inovasi dan teknologi yang terus berkembang, juga dituntut
untuk mampu memberikan bimbingan tentang manajemen usahatani, informasi pasar, dan sebagainya.

Menurut

Danick

Ibrahim dalam Sastraatmadja (1986) ada tiga masalah

utama

dalam penyuluhan pertanian di Indonesia, yakni a)

fasili-

tas yang belum berfungsi sebagai mana mestinya, b)

kurang

adanya keseimbangan antara fasilitas dengan
harus

tugas yang

dikerjakan dan c) kurang lancarnya komunikasi dan

koordinasi antara lembaga penunjang kegiatan penyuluhan.
Secara konsepsi dan operasi, kegiatan penyuluhan

setidak-

nya mencakup dua hal, yaitu penyuluh sebagai change

agent

dan petani sebagai t a r g e t group (SastraatmadSa, 1986).
Di Indonesia, kegiatan penyampaian informasi pertanian

tersebut dilakukan oleh korps penyuluh

pertanian,

yang terdiri atas tiga kategori, yakni penyuluh spesialis,
penyuluh madya
penyuluh

dan penyuluh

lapangan.

Seperti halnya

yang lain, PPL mempunyai lima tugas yang

telah

ditetapkan oleh Departemen Pertanian (Soekartawi, 1988),
yaitu 1) menyebarkan informasi, 2) mengajarkan

keterampi-

lan atau kecakapan, 3) memberikan rekomendasi, 4 )

mengu-

payakan kemudahan terhadap kesulitan yang dihadapi petani,
serta 5) menimbulkan swadaya ataupun swadana petani
melaksanakan tugasnya sehari-hari.

dalam

Tugas seorang penyuluh lapangan (PPL), antara
adalah

lain

(Suhardiyono, 1992) menyusun program bagi wilayah

kerjanya; menetapkan

impact point dan mencari pemeca-

hannya; melaksanakan kunjungan lapangan, demonstrasi dan
pembinaan kegiatan kelompok tani; bersama petani mengembangkan kelompok tani agar menjadi kekuatan ekonomi-sosial
bagi masyarakat

sekitar; bersama dengan PPUP dan PPS

mencari pemecahan masalah yang dihadapi, baik

masalah

keterampilan petani maupun masalah sarana produksi bersama
dengan

instansi lain

(KUD, Dinas terkait, BRI, maupun

masalah kelompok itu sendiri). Berdasar Keputusan Menpan
No 73/Menpan/1985, tugas pokok PPL adalah a) menyuluh dan
melakukan percontohan kepada petani, b) mengembangkan
swadaya dan swakarya petani, c ) menyusun program penyuluhan pertanian, d) membantu mengajar pada kursus tani, dan
e) membantu pelaksanaan pengujian, survei dan atau evaluasi (Dumasari, 1995).

Sumber

lain mengungkapkan bahwa penyuluh mempunyai

peran (Anonimous, 1999):
1. Pengembangan kebutuhan untuk melakukan perubahan-peru-

bahan, mencakup diagnosa masalah/kebutuhan yang
narnya dari

sasaran, memilih

sebe-

obyek perubahan yang

tepat,,analisis motivasi dan kemampuan masyarakat untuk
melakukan perubahan dan analisis berbagai sumber daya
yang ada.
2. Menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan, yang

mencakup: menjalin hubungan akrab dengan petani, menun-

jukkan pentingnya perubahan, bersama masyarakat

menen-

tukan prioritas kegiatan, mobilisasi swnber daya

dan

memimpin perubahan.
3. Memantapkan hubungan dengan masyarakat sasaran, seperti

menjalin hubungan baik dan kerjasama dengan masyarakat,
bersama

tokoh masyarakat

merancang

dan memantapkan

upaya perubahan.
Menurut

Suhardiyono

(1992) peran

sebagai sebagai pembimbing

(guru non

penyuluh

adalah

fo~mal) petani,

sebagai organisator dan dinamisatcr, sebagai teknisi,serta
sebagai jembatan penghubung

antara

lembaga penelitian

dengan petani.
PPL merupakan petugas di tingkat lapangan yang berhadapan langsung dengan petani. Dalam ha1 ini, penyuluh berperan sebagai agen pembaruan yang membantu petani mengenal
maaalah-masalah

yang

mereka hadapi

dan mencari

keluar yang diperlukan. Mengingat tugas PPL yang
besar, maka

jalan
begitu

tidak hanya diperlukan kemampuan akademis,

tetapi juga harus

sehat jasmani, rohani dan

kualitas

personel yang baik.
Untuk memiliki
seseorang PPL harus
berkomunikasi

kualitas personel
memenuhi

yang baik, maka

persyaratan

:

kemampuan

dengan baik, kemampuan bergaul, antusias

terhadap tugas, serta berpikir
(Suhardiyono, 1992).

logis dan berinisiatif

Disamping kualitas personel, 3uga

diperlukan kualitas profesional, seperti empati, rendah
hati,

dan kredibel. Keberhasilan

seorang

komunikator

sangat ditentukan oleh kredibilitasnya di mata petani.
Dalam prakteknya, yang mempunyai kredibilitas tinggi
dalam melakukan komunikasi pertanian

sering ditentukan

oleh berbagai faktor, antara lain a) latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman, b) karakter, c) cinta
dan bangga dengan pekerjaannya, d) kepribadian, e) tujuan
komunikasi, dan f) cara penyampaian

(Soekartawi, 1988).

Berkaitan dengan peningkatan pengetahuannya,

tentunya

terkait erat dengan kebiasaannya dalam mengkonsumsi media
Sinar Tani, yang memang ditujukan untuk
pengetahuan

dan wawasan PPL. Hal lain, dapat

pengembangan
diungkapkan

bahwa kredibilitas seorang komunikator sering ditentukan
oleh titel, pangkat

atau jenjang kepegawaian, status

sosial, dan penampilan dalam melakukan komunikasi.

E. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitiannya tentang

"

Peranan

penyuluhan dalam mengembangkan kelompok tani pada intensifikasi padi", Surialaga (1984) menyimpulkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan dalam program intensifikasi padi
tersebut masih lemah. Penyelenggaraan penyuluhan merupakan
tugas yang kompleks, perlu keterlibatan aktif dari masyarakat tani secara luas, terutama tokoh masyarakat

setem-

pat. Hal ini bisa dipahami, kalau dikaitkan dengan temuantemuan lain dari peneliti tersebut, misalnya masih rendahnya

tindakan pemuka tani dalam mengembangkan kemampuan

kelompok tani, tingkat pengadaan

sarana produkai yang

lemah, dan lemahnya iraitan antara penyuluhan dengan kernampuan kelompok tani.
Kaitannya dengan penggunaan media massa, ditemukan
sejumlah karakteristik PPL yang relatif masih

kurang

terhadap keterdedahan media massa (Mulyadi, 2001),

yakni

adanya 20% PPL yang tidak terdedah TV, dan 56,6%

masin

terdedah masih di bawah 1 jam/hari; terhadap radio, juga
ada 20%

yang tidak terdedah, dan hanya 11,6% saja yang

terdedah di atas 1 jamhari; 58,3% PPL tidak terdedah
buletin, dan ada

32,6% yang hanya terdedah sampai 30

menit/hari; terhadap brosur ada 36,6% yang tidak baca, ?an
hanya

ada

seorang PPL (1,6%) yang membaca di

atas satu

jamhari. Sedangkan dalam memanfaatkan majalah, ada 31,6%
PPL yang tidak baca, serta 51,6% nya membaca hanya

sampai

30 menit/hari.
Dari hasil penelitian Ganjar (1999) terhadap 10 orang
PPL, diperoleh data yang lebih baik
sejumlah media massa.

dalam memanfaatkan

Dalam satu hari, rata-rata PPL

membaca: surat kabar 65,45 menit, majalah 31,82 menit, dan
brosur 70,91 menit; serta melihat TV 69,55 menit, dan
mendengarkan radio

27,27 menit. Namun hasil penelitian

tersebut tidak diketahui bagaimana cara mendapatkan datanya, sehingga tidak diketahui apakah penggunaan sejumlah
media

massa

tersebut sudah merupakan kebiasaan ataukah

hanya kasus penggunaan pada suatu hari tertentu.
Keterdedahan PPL terhadap berbagai media massa (media
cetak, TV, radio dan kaset rekaman) dalam kurun waktu satu

hari. ditemukan median 3,5 jam; ada 56 orang PPL
dalam

kategori keterdedahan yang rendah

(<

(57,73%)

3,5 jam),

ada 41 orang PPL (42,27%) termasuk kategori tinggi

(>

dan
3,5

jam) (Syamsurizal, 1992).
Dari berbagai

temuan penelitian di atas, terlihat

bahwa penggunaan (lama keterdedahan) berbagai media komunikasi PPL masih relatif kurang. Dengan demikian penggunaan media massa oleh PPL,

khususnya dalam memperoleh

informasi pertanian akan lebih rendah lagi.

A.

Kerangka Berpikir
Seperti yang telah diungkapkan, PPL dapat memperoleh

berbagai informasi secara leluasa di luar lingkungan kerjanya(berbagai media massa ataupun sumber informasi lain),
maupun di dalam lingkungan kerjanya(pe1atihan di
kabupaten, berbagai

selebaran/brosur

dan

tingkat

Sinar Tani).

Dalam ha1 ini, PPL telah menggunakar, Sinar Tani
satu-satunya surat kabar pertanian yang ada di

sebagai

Indonesia

sudah sejak lama (tahun 1970). Dalam perkembangan, koran
ini mengalami perubahan nama dan penampilan (performance).
PPL dapat memperoleh informasi dari media massa

mana

saja ya