Penatakelolaan minawisata bahari di Kepulauan Spermonde Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Propinsi Sulawesi Selatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA
PENYULUH PERTANIAN DAN DAMPAKNYA
PADA PERILAKU PETANI JAGUNG
DI PROVINSI GORONTALO

MOHAMAD IKBAL BAHUA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku
Petani Jagung di Provinsi Gorontalo,” adalah karya saya sendiri dengan arahan
dari komisi pemimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Oktober 2010

Mohamad Ikbal Bahua
NIM. I361070031

ii

ABSTRACT
MOHAMAD IKBAL BAHUA. Factors Affecting Agricultural Extension
Agents’ Performance and their Impacts on Corn Farmers’ Behavior in
Gorontalo. Under direction of AMRI JAHI, PANG S ASNGARI, AMIRUDDIN
SALEH and I GUSTI PUTU PURNABA.
Agricultural Extension Agents had to demonstrate excellent job
performance so as to convince the national as well as the local development
policy makers to allocate sufficient funds for sustaining agricultural extension
activities to support agricultural and rural development. In this relation, the
objectives of this study were to: (1) identify internal factors affecting the
agricultural extension agents’ performance in promoting corn production in
Gorontalo province, (2) determine the joint effects of such factors and the agents’

performance on corn farmers’ behavior, (3) assess the extent of relationship
amongst those factors affecting the agents’performance in promoting the corn
production, and (4) determine the impact of the agents’ performance on the corn
farmers’ behavior. The study was designed as an ex post facto research. Data were
collected from a randomly selected sample consisted of 118 agents and 236 corn
farmers. They were interviewed in February through April 2010. The data
obtained were analyzed following the Structural Equation Model (SEM)
procedure. The findings demonstrated that the agents’ characteristics,
competencies, motivation and self-reliance affected the agents’ performance
significantly as indicated by the following coefficients: -0,30, 0,88, 0,22 and -0,31
significant at α = 0,05. The R2 of the four variables was 0,74 significant at
α = 0,05 also. Therefore, the joint effects of the four variables on the agents’
performance was 74%. The rest 26 % were the effects of the other variables that
were not observed in this study. Further, the direct impact of the agents’
performance on the corn farmers’ behavior was 0,83, significant at α = 0,05. So,
every single unit increase of the agents’ performance would improve a 0,83 unit
of the corn farmers’ behavior. The R2 of the effect of the agents’ performance on
the corn farmers’ behavior was 0,69, also significant at α = 0.05. This indicated
the extent of the agents’ performance affected the corn farmers’ behavior was
69%; whereas the rest 31% was other variables’ effects excluded in this study.

Keywords:

Extension agents’ characteristics,
performance, farmer behavior.

iii

motivation,

self-reliance,

RINGKASAN
MOHAMAD IKBAL BAHUA. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja
Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku Petani Jagung di Provinsi
Gorontalo. Di bawah bimbingan Amri Jahi, Pang S Asngari, Amiruddin Saleh dan
I Gusti Putu Purnaba.
Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di
Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada
pembangunan. Kini pembangunan daerah harus bertumpu pada kemampuan
sendiri untuk memperoleh pendapatan asli daerah (PAD). PAD tersebut diperoleh

dari berbagai sumber seperti pajak, restribusi dan lain-lain. Di banyak daerah,
pertanian masih menjadi prime mover untuk meningkatkan produktivitas
usahatani dan pendapatan masyarakat. Pembangunan pertanian membutuhkan
penyuluh untuk mendidik petani agar mengadopsi teknologi pertanian dalam
meningkatkan produktivitas usahatani mereka. Dengan cara ini penyuluh
membantu pemerintah daerah meningkatkan pendapatan asli daerah.
Dalam hubungan ini evaluasi kinerja penyuluh sebagai suatu bentuk
akuntabilitas kepada penyedia dana publik dan pembuat kebijakan pembangunan
daerah maupun nasional diperlukan. Kedua pengambil kebijakan utama tersebut
harus selalu diyakinkan bahwa penyuluh telah melakukan tugas dan fungsinya
sesuai dengan amanat undang-undang dan peraturan pemerintah.
Kinerja penyuluh yang baik perlu untuk meyakinkan pembuat kebijakan
dan anggaran pembangunan agar tetap mengalokasikan cukup dana untuk
membiayai penyuluhan dalam menunjang pembangunan daerah. Penyuluh
pertanian berusaha mengembangkan program penyuluhan yang sesuai dengan
potensi daerah dan permintaan pasar untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan
masyarakat.
Tujuan penelitian adalah: (1) mengidentifikasi faktor-faktor internal yang
dapat meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dalam mengembangkan usahatani
jagung di Provinsi Gorontalo, (2) mengaji pengaruh faktor-faktor internal dan

kinerja penyuluh pertanian pada perilaku petani dalam berusahatani jagung di
Provinsi Gorontalo, (3) mengaji derajat hubungan faktor-faktor internal yang
dapat meningkatkan kinerja penyuluh pertanian dalam mengembangkan usahatani
jagung di Provinsi Gorontalo, (4) mengaji dampak kinerja penyuluh pertanian
pada perubahan perilaku petani jagung di Provinsi Gorontalo.
Penelitian dilaksanakan di Provinsi Gorontalo yang memunyai lima
kabupaten dan satu kota dari bulan Pebruari sampai April 2010. Pertimbangan
lokasi penelitian, karena (1) Gorontalo adalah provinsi yang memrogramkan
agropolitan dengan tanaman utama adalah jagung, (2) jumlah penyuluh pertanian
didominasi oleh penyuluh pertanian tanaman pangan dan (3) petani di Provinsi
Gorontalo pada umumnya berusahatani jagung sebagai tanaman utama untuk
meningkatkan ekonomi keluarga. Unit analisis pada penelitian ini adalah
penyuluh pertanian dengan jumlah populasi sebanyak 481 orang. Untuk
kebutuhan data pendukung penelitian, dilibatkan sebanyak 236 orang petani
binaan penyuluh pertanian yang terpilih menjadi sampel. Berdasarkan rumus
Slovin (Sevilla, 1993) sampel penelitian ditetapkan berjumlah 118 orang penyuluh
pertanian, dengan sebaran sampel setiap kabupaten/kota adalah: Kabupaten
iv

Gorontalo ada 43 orang, Kabupaten Bone Bolango ada 22 orang, Kabupaten

Boelemo ada 20 orang, Kabupaten Pohuwato ada 20 orang, Kabupaten Gorontalo
Utara ada tujuh orang dan Kota Gorontalo ada enam orang. Penarikan sampel
dilakukan dengan cara contoh acak proporsional.
Jenis penelitian yang digunakan adalah ex post facto, yaitu bentuk
penelitian yang menilai peristiwa yang telah terjadi atau penilaian kondisi faktual
di lapangan. Peubah-peubah penelitian meliputi peubah bebas (X) dan peubah
terikat (Y). Peubah bebas (X), terdiri dari: karakteristik penyuluh, kompetensi
penyuluh, motivasi penyuluh dan kemandirian penyuluh. Peubah terikat (Y),
terdiri dari: kinerja penyuluh pertanian dan perilaku petani. Metode yang
digunakan adalah metode survei melalui wawancara dan pengisian kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik, kompetensi, motivasi
dan kemandirian penyuluh berpengaruh nyata pada kinerja penyuluh pertanian.
Koefisien pengaruh masing-masing peubah, yaitu: -0,30; 0,88; 0,22 dan -0,31
yang nyata pada α = 0,05, koefisien determinasi pengaruh bersama keempat
peubah tersebut pada kinerja penyuluh pertanian sebesar 74 persen, yang nyata
pada α = 0,05. Dampak pengaruh kinerja penyuluh pertanian pada perubahan
perilaku petani jagung adalah 69 persen dengan koefisien pengaruh sebesar 0,83
yang nyata pada α = 0,05. Artinya peningkatan satu satuan kinerja penyuluh
berdampak pada perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik sebesar 0,83
satuan, yaitu peningkatan pada kompetensi petani dan partisipasi petani jagung.

Kesimpulan penelitian adalah: (1) faktor-faktor internal yang berpengaruh
pada kinerja penyuluh pertanian adalah: umur, masa kerja, jumlah petani binaan,
kemampuan merencanakan program penyuluhan, kemampuan kepemimpinan
penyuluh, pengembangan potensi diri, kebutuhan untuk berafiliasi, kemandirian
intelektual dan kemandirian sosial. Semua faktor internal tersebut berpengaruh
nyata pada peningkatan kinerja penyuluh pertanian; (2) karakteristik, kompetensi,
motivasi dan kemandirian penyuluh berpengaruh tidak langsung dan nyata pada
perubahan perilaku petani jagung, sedangkan kinerja penyuluh pertanian melalui
dimensi mengapresiasi keragaman budaya dan pengelolaan informasi penyuluhan
pertanian berpengaruh langsung dan nyata pada perilaku petani; (3) derajat
hubungan antar peubah karakteristik dan kemandirian penyuluh, motivasi dan
kompetensi penyuluh tergolong lemah dan tidak berbeda nyata. Derajat hubungan
antar peubah kompetensi dan kemandirian penyuluh tergolong kuat, sedangkan
derajat hubungan antar peubah kompetensi dan motivasi penyuluh, serta derajat
hubungan antar peubah motivasi dengan kemandirian penyuluh tergolong lemah;
(4) kinerja penyuluh pertanian berdampak pada perubahan perilaku petani jagung
melalui dimensi kompetensi petani dan partisipasi petani jagung.
Kinerja penyuluh pertanian perlu diperhatikan melalui peningkatan
kompetensi dan motivasi penyuluh. Kompetensi penyuluh diarahkan pada
kemampuan merencanakan program penyuluhan dan kemampuan kepemimpinan

penyuluh. Motivasi penyuluh diarahkan pada pengembangan potensi diri dan
kebutuhan berafiliasi. Perlu adanya strategi pembangunan pertanian yang lebih
memperhatikan peran penyuluh pertanian dengan meningkatkan anggaran
penyuluhan dan perbaikan sarana dan prasarana penyuluhan yang akan
berdampak pada peningkatan kinerja penyuluh dalam membantu petani
berusahatani kearah yang lebih baik dan produktif.
v

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini
tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


vi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA
PENYULUH PERTANIAN DAN DAMPAKNYA
PADA PERILAKU PETANI JAGUNG
DI PROVINSI GORONTALO

MOHAMAD IKBAL BAHUA

Disertasi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Doktor pada
Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
vii


Judul Disertasi

Nama
NIM
Program Mayor

: Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja
Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada
Perilaku Petani Jagung di Provinsi Gorontalo
: Mohamad Ikbal Bahua
: I361070031
: Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc
Ketua

Prof. Dr. Pang S. Asngari

Anggota

Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
Anggota

Dr. Ir. I Gusti Putu Purnaba, DEA
Anggota

Mengetahui
Koordinator Program Mayor
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 27 Oktober 2010

Tanggal Lulus:

viii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia dan ridho-Nya, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktu dan prosedur yang direncanakan. Judul disertasi ini adalah “ Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku
Petani Jagung di Provinsi Gorontalo,” merupakan penelitian yang berguna untuk
pengembangan sumberdaya manusia penyuluh yang berdampak pada peningkatan
kinerja penyuluh pertanian untuk membantu petani melaksanakan usahatani.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc,
Bapak Prof. Dr. Pang S. Asngari, Bapak Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS dan Bapak
Dr. Ir. I Gusti Putu Purnaba, DEA selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan saran dalam penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih pula
penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc selaku koordinator
Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang telah memberikan arahan
dan bimbingan pada proses perkuliahan. Para penyuluh pertanian dan petani di
Provinsi Gorontalo yang telah memberikan informasi data selama proses
penelitian diucapkan terima kasih. Kepada M. Hatta Jamil, Yohanis Kamagi,
Sapar dan Narso sebagai teman seperjuangan penulis ucapkan terima kasih dan
tetap berdoa, berusaha dan bersabar untuk meraih kesuksesan. Seluruh mahasiswa
Gorontalo yang belajar di IPB penulis ucapkan terima kasih atas bantuannya
selama ini. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada mama,
papa, isteri dan anak, serta saudara-saudara penulis atas segala dukungan dan doa
serta kasih sayangnya selama ini. Kepada semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu per satu diucapkan terima kasih atas bantuannya selama penulis
menempuh pendididikan doktoral di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Semoga disertasi ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2010

Mohamad Ikbal Bahua
ix

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gorontalo pada tanggal 25 April 1972 sebagai anak
kedua dari empat bersaudara, pasangan Bapak Hi. Hamzah Bahua dan Ibu
Nurhaida Takuwa. Tahun 1997 penulis menikah dengan Heni Jusuf dan telah
dikaruniai seorang anak bernama Arliawan Safriansyah Pratama Bahua.
Pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas diselesaikan di
Gorontalo. Pendidikan Sarjana Pertanian (SP) ditempuh pada tahun 1991 di
Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi
Manado, lulus pada tahun 1995. Pendidikan Magister Sains (M.Si) ditempuh pada
tahun 2003 di Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin Makassar, lulus pada tahun 2005. Tahun 2007 penulis diterima
sebagai mahasiswa doktoral pada Sekolah Pascasarjana IPB atas bantuan
beasiswa (BPPS) dari Ditjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia.
Pada tahun 2001 penulis diangkat sebagai PNS (dosen) pada Fakultas
Pendidikan MIPA Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri
Gorontalo (sekarang Universitas Negeri Gorontalo). Tahun 2002 dan 2006 penulis
pernah menjadi ketua Program Studi Diploma 3 Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Negeri Gorontalo. Berbagai pendidikan dan pelatihan yang
berhubungan dengan kompetensi dosen pernah penulis ikuti, antara lain pelatihan
kompetensi dosen pertanian di Akademi Pertanian Yogyakarta tahun 2002.
Sampai dengan saat ini selain dosen tetap pada Fakultas Pertanian Universitas
Negeri Gorontalo, sejak tahun 2008 penulis tercatat sebagai salah satu dosen luar
biasa pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gorontalo.

x

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

xvi

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ......................................................................................
Masalah Penelitian .................................................................................
Tujuan Penelitian .................................................................................
Kegunaan Penelitian .............................................................................
Definisi Istilah .......................................................................................

1
1
4
5
6
7

TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Pengertian Kinerja ................................................................................
Penilaian Kinerja ...................................................................................
Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja ..................................................
Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Kinerja Individu ......................

14
14
15
19
21

Kinerja Penyuluh Pertanian .................................................................
Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Kinerja Penyuluh Pertanian ....
Karakteristik Penyuluh Pertanian ....................................................
Kompetensi Penyuluh Pertanian ......................................................
Motivasi Penyuluh Pertanian ...........................................................
Kemandirian Penyuluh Pertanian ....................................................

24
28
28
30
36
42

Hubungan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Kinerja Penyuluh
Pertanian ...............................................................................................
Karakteristik Penyuluh Pertanian ...................................................
Kompetensi Penyuluh Pertanian ....................................................
Motivasi Penyuluh Pertanian ..........................................................
Kemandirian Penyuluh Pertanian ...................................................

47
47
53
54
55

Peran Penyuluh Pertanian pada Kegiatan Petani Jagung .......................
Perilaku Petani ......................................................................................
Hubungan Kinerja Penyuluh dengan Perilaku Petani ...........................
Konsep Usahatani .................................................................................

56
57
58
59

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ............................................
Kerangka Berpikir .................................................................................
Hipotesis Penelitian ..............................................................................

62
62
67

xi

METODE PENELITIAN ............................................................................
Desain Penelitian ...................................................................................
Populasi dan Sampel .............................................................................
Populasi ............................................................................................
Sampel..............................................................................................
Data dan Instrumentasi ..........................................................................
Data ..................................................................................................
Instrument ........................................................................................
Validitas Instrumen .........................................................................
Reliabilitas Instrumen ......................................................................
Pengumpulan Data ................................................................................
Analisis Data .........................................................................................

68
68
73
73
73
74
74
75
76
76
77
77

HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................
Hasil Penelitian ......................................................................................
Kinerja Penyuluh Pertanian .............................................................

79
79
79

Pengaruh Karakteristik, Kompetensi, Motivasi dan Kemandirian
Penyuluh pada Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan
Usahatani Jagung .............................................................................

85

Pengaruh Karakteristik, Kompetensi, Motivasi, Kemandirian
dan Kinerja Penyuluh Pertanian pada Perilaku Petani Jagung ........

86

Hubungan antar Peubah Karakteristik, Kompetensi, Motivasi
dan Kemandirian Penyuluh Pertanian ..............................................

87

Pengaruh Kinerja Penyuluh Pertanian pada Perubahan Perilaku
Petani Jagung ...................................................................................

89

Pembahasan............................................................................................
Pengaruh Karakteristik pada
Kinerja Penyuluh Pertanian .............................................................

90
90

Pengaruh Kompetensi pada
Kinerja Penyuluh Pertanian .............................................................

93

Pengaruh Motivasi pada
Kinerja Penyuluh Pertanian .............................................................

95

Pengaruh Kemandirian pada
Kinerja Penyuluh Pertanian .............................................................

98

Pengaruh Karakteristik, Kompetensi, Motivasi dan
Kemandirian pada Kinerja penyuluh pertanian ............................... 100
Pengaruh Karakteristik, Kompetensi, Motivasi, Kemandirian
dan Kinerja Penyuluh Pertanian pada
Perubahan Perilaku Petani .............................................................. 104
Hubungan antar Peubah yang Berpengaruh pada
Kinerja Penyuluh Pertanian ............................................................. 106

xii

KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 107
Kesimpulan ............................................................................................ 107
Saran ...................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 109
LAMPIRAN ................................................................................................ 119

xiii

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komponen dan indikator kinerja penyuluh pertanian ...........................

27

2. Rancangan pengujian model penelitian studi kinerja penyuluh ..............
pertanian

70

3. Peubah dan sub peubah model persamaan struktural .............................

72

4. Ukuran populasi penyuluh pertanian di Provinsi Gorontalo ...................

73

5. Ukuran sampel penyuluh pertanian tiap kabupaten/kota ......................

74

6. Dekomposisi pengaruh antar peubah/sub peubah model kinerja
penyuluh pertanian ..................................................................................

84

7. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah karakteristik, kompetensi,
motivasi dan kemandirian pada kinerja penyuluh pertanian ...................

85

8. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah karakteristik, kompetensi,
motivasi, kemandirian dan kinerja penyuluh pertanian
pada perilaku petani ................................................................................

86

9. Arah, koefisien dan t-hitung hubungan peubah karakteristik,
kompetensi, motivasi dan kemandirian penyuluh pertanian ...................

88

10. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah kinerja penyuluh pertanian
pada perubahan perilaku petani ...............................................................

89

xiv

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Hubungan kinerja dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya .........

22

2. Hubungan karakteristik individu dengan kompetensi ...........................

31

3. Hirarki kebutuhan Maslow ....................................................................

37

4. Program development using the Logic Model .......................................

64

5. Pengembangan usahatani jagung dengan pendekatan model logika .....

65

6. Alur hubungan antar peubah penelitian ................................................

66

7. Kerangka hipotetik model struktural peubah penelitian ........................

71

8. Estimasi seluruh parameter model struktural kinerja penyuluh
pertanian .................................................................................................

79

9. Estimasi parameter model struktural kinerja penyuluh pertanian ..........

81

10. Statistik t-hitung parameter model struktural kinerja penyuluh
Pertanian ................................................................................................

82

xv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rumus syntax seluruh peubah penelitian dengan lisrel 8.30 ................... 120
2. Output lisrel parameter model struktural kinerja penyuluh pertanian ..... 121
3. Fungsi produksi pada usahatani jagung sebelum adanya kompetensi dan
partisipasi petani ...................................................................................... 134
4. Fungsi produksi pada usahatani jagung sesudah adanya kompetensi dan
partisipasi petani ...................................................................................... 136
5. Kuesioner penelitian untuk penyuluh pertanian ...................................... 138
6. Kuesioner penelitian untuk petani binaan ................................................ 176
7. Peta Wilayah Provinsi Gorontalo............................................................. 186

xvi

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup:
(1) Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA
(Dosen Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Fakultas Ekologi
Manusia Institut Pertanian Bogor)
(2) Dr. Ir. Lukman Effendy, M.Si
(Dosen Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka:
(1) Dr. Ir. H. Teddy Rachmat Muliady, MM
(Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelatihan Multimedia, Pusat Pelatihan
Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian-PPMKP-BPSDMP Kementrian
Pertanian)
(2) Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si
(Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor)

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di
Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada
pembangunan. Kini pembangunan daerah bertumpu pada kemampuan sendiri
untuk memperoleh pendapatan asli daerah (PAD). PAD tersebut diperoleh dari
berbagai sumber seperti pajak, restribusi dan lain-lain. Di banyak daerah,
pertanian masih menjadi prime mover untuk meningkatkan produktivitas
usahatani dan pendapatan masyarakat. Pembangunan pertanian membutuhkan
penyuluh untuk mendidik petani agar mengadopsi teknologi pertanian dalam
meningkatkan produktivitas usahatani mereka. Dengan cara ini penyuluh
membantu pemerintah daerah meningkatkan pendapatan asli daerah.
Dalam hubungan ini evaluasi kinerja penyuluh sebagai suatu bentuk
akuntabilitas kepada penyedia dana publik dan pembuat kebijakan pembangunan
daerah maupun nasional diperlukan. Kedua pengambil kebijakan utama tersebut
harus selalu diyakinkan bahwa penyuluh telah melakukan tugas dan fungsinya
sesuai dengan amanat undang-undang dan peraturan pemerintah.
Kinerja penyuluh yang baik perlu untuk meyakinkan pembuat kebijakan
dan anggaran pembangunan agar tetap mengalokasikan cukup dana untuk
membiayai penyuluhan dalam menunjang pembangunan daerah. Penyuluh
pertanian harus berusaha mengembangkan program penyuluhan yang sesuai
dengan potensi daerah dan permintaan pasar untuk memenuhi berbagai macam
kebutuhan masyarakat. Kinerja penyuluh pertanian yang baik berdampak pada
perbaikan kinerja petani dalam meningkatkan produksi usahatani. Kinerja
penyuluh ini terarah pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani dalam
melaksanakan usahatani.
Informasi tentang kinerja penyuluh perlu juga untuk memertahankan
motivasi kerja penyuluh. Penyuluh yang fokus pada prestasi kerja mereka akan
berusaha untuk tidak sekedar mempertahankan prestasi tersebut, akan tetapi untuk
lebih meningkatkan capaian-capaian yang telah diraih.
1

2

Prestasi kerja penyuluh yang baik juga berguna bagi supervisor penyuluh,
antara lain untuk mempromosikan para penyuluh itu kejenjang yang lebih tinggi,
gaji yang lebih besar dan tanggungjawab/wewenang yang lebih luas.
Informasi yang diperoleh dari evaluasi kinerja penyuluh itu dapat juga
menunjukkan kelemahan yang masih ada dalam diri penyuluh pada berbagai
aspek. Dalam hubungan ini supervisor dapat memotivasi penyuluh untuk
memperbaiki diri mereka, apakah dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang
spesifik penyuluhan, pelatihan teknik pertanian, studi mandiri atau melanjutkan
pendidikan formal kejenjang yang lebih tinggi.
Selain itu evaluasi kinerja penyuluh pertanian dapat menunjukkan
kompetensi penyuluh dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh petani,
baik teknologi budidaya, harga, akses pasar dan permodalan maupun kebijakan
pembangunan pertanian di wilayah kerja penyuluh. Dalam hubungan ini penyuluh
harus memiliki kemampuan menyusun rencana pembelajaran yang akan
diimplementasikan melalui metode dan media pembelajaran yang efektif dan
efisien sesuai dengan jumlah kebutuhan masyarakat.
Penyuluh pertanian mempunyai tugas pokok dan fungsi yang harus
dilakukan untuk mencapai kinerja yang baik. Penyuluh yang berkinerja baik dapat
memosisikan dirinya sebagai motivator, edukator, fasilitator dan dinamisator yang
berdampak pada perubahan perilaku petani dalam berusahatani. Untuk itu
penyuluh harus memiliki berbagai kemampuan, antara lain: kemampuan
berkomunikasi, berpengetahuan luas, bersikap mandiri dan mampu menempatkan
dirinya sesuai dengan karakteristik petani. Kinerja penyuluh ini diharapkan
menjadi acuan bagi pembuat kebijakan dan penyedia dana publik untuk
meningkatkan kompetensi dan motivasi penyuluh dalam membantu pemerintah
daerah meningkatkan PAD.
Pembangunan pertanian di Provinsi Gorontalo ditetapkan melalui Program
Agropolitan Berbasis Jagung yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan
petani dan pendapatan asli daerah (PAD). Produksi jagung Gorontalo melalui
Program Agropolitan sampai tahun 2009 berdasarkan data dari BPS Gorontalo
(2010) mencapai 800.000 ton pipilan kering, dengan tingkat produktivitas ratarata 0,49 kuintal/ha. Program Agropolitan jagung merupakan program pemerintah

3

daerah yang mengarah pada pengembangan sistem agribisnis yang berkelanjutan.
Hal ini membutuhkan dukungan penyuluh untuk menyebarluaskan program
agropolitan sampai ke tingkat petani.
Penyuluh pertanian harus berusaha mengembangkan program agropolitan
melalui sistem pembelajaran yang mengarah pada peningkatan produktivitas
usahatani jagung dan pelestarian ekosistem pertanian secara berkelanjutan.
Pembudidayaan jagung dan penggunaan pupuk kimia serta pestisida secara besarbesaran oleh petani akan berdampak pada menurunnya kesuburan tanah. Hal ini
menyebabkan kerusakan lingkungan yang akan mengakibatkan erosi di Provinsi
Gorontalo.
Manfaat yang diperoleh dengan diketahuinya kinerja penyuluh pertanian,
antara lain: (1) tersusunnya program penyuluhan pertanian sesuai dengan
kebutuhan petani, (2) tersusunnya rencana kerja penyuluhan pertanian di wilayah
kerja masing-masing, (3) terdiseminasinya informasi teknologi pertanian secara
merata sesuai dengan kebutuhan petani, (4) terwujudnya kemitraan usaha antara
petani dan pengusaha yang saling menguntungkan dan (5) meningkatnya
pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing wilayah.
Uraian di atas memberikan gambaran bahwa, kinerja penyuluh pertanian
perlu diperhatikan untuk menjaga keberlanjutan pembangunan pertanian.
Aktivitas penyuluhan harus diawali dengan penyusunan program, memandu dan
memfasilitasi petani melakukan indentifikasi dan analisis wilayah, merumuskan
rencana

aksi,

melaksanakan

program

aksi

dan

mengakhirinya

dengan

mengevaluasi pelaksanaan program penyuluhan. Proses tersebut menuntut kinerja
penyuluh pertanian yang baik sebagai manifestasi dari pelaksanaan tugas pokok
dan fungsinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku
Petani Jagung di Provinsi Gorontalo,” perlu dilakukan. Hasil penelitian ini dapat
memberikan sumbangan pemikiran bagi peningkatan kinerja penyuluh pertanian
secara berkelanjutan yang akhirnya akan berdampak pada perubahan perilaku
petani dalam meningkatkan produktivitas usahatani jagung.

4

Masalah Penelitian
Peningkatan kinerja penyuluh pertanian, mutlak ditingkatkan ke arah
profesi yang mandiri dengan jatidiri penyuluhan yang profesional. Untuk itu
diperlukan peran dan posisi penyuluh pertanian sebagai penyedia jasa pendidikan,
konsultan agribisnis, mediator pedesaan, pemberdaya dan pembela petani.
Penyuluh pertanian dalam merencanakan program penyuluhan harus berusaha
melibatkan petani dan mampu menganalisis potensi wilayah untuk merumuskan
tujuan penyuluhan sesuai dengan keinginan petani. Perencanaan program
penyuluhan yang tidak memperhatikan kebutuhan dan keinginan petani akan
berdampak pada proses pembelajaran yang tidak optimal, sehingga petani hanya
menjadi obyek yang harus mengikuti kemauan penyuluh.
Kinerja penyuluh pertanian yang baik, mengharapkan penyuluh pertanian
yang memiliki peran strategis, yaitu menjadi moderator dan fasilitator antara
pemerintah, swasta, petani dan masyarakat. Penyuluh pertanian diharapkan
mampu berkontribusi positif dalam pembangunan nasional, perekonomian
nasional yang berdayasaing dalam kancah perdagangan internasional dan
mewujudkan kemampuan daerah untuk mengelola pembangunan yang hasilnya
dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Kenyataannya, tidaklah mudah untuk mencapai kinerja penyuluh yang
baik. Kendala dalam menghasilkan kinerja penyuluh pertanian yang baik,
berkaitan erat dengan perubahan-perubahan, seperti: kebijakan pemerintah,
perekonomian global, masalah sosial dan kultur masyarakat. Selain itu keadaan
internal penyuluh pertanian, seperti: karakteristik individu, kompetensi, motivasi
dan kemandirian dapat menyebabkan kinerja penyuluh menjadi rendah. Kinerja
penyuluh yang tidak dikelola dengan baik, akan berdampak pada keadaan petani
yang tidak kreatif, inovatif, takut mengambil resiko dan tidak mandiri. Petani
mengembangkan usahatani tanpa adanya bantuan teknologi pertanian yang
spesifik lokasi dan bimbingan pengelolaan usahatani yang baik sesuai
perkembangan pasar dan permintaan masyarakat. Pada saat ini kinerja penyuluh
pertanian masih rendah, karena tidak memiliki kompetensi, motivasi dan
kemandirian dalam mengubah perilaku petani.

5

Uraian di atas, menimbulkan suatu pertanyaan tentang tingkat kinerja
penyuluh pertanian saat ini di Provinsi Gorontalo dan apa dampak kinerja
penyuluh tersebut pada perilaku petani jagung di Provinsi Gorontalo? Secara
khusus masalah penelitian ini ialah sebagai berikut:
(1) Faktor-faktor internal apa yang berpengaruh pada kinerja penyuluh pertanian
dalam pengembangan usahatani jagung di Provinsi Gorontalo?
(2) Berapa besar pengaruh faktor-faktor internal dan kinerja penyuluh pertanian
pada perilaku petani dalam berusahatani jagung di Provinsi Gorontalo?
(3) Bagaimana derajat hubungan faktor-faktor internal yang berpengaruh pada
kinerja penyuluh pertanian dalam pengembangan usahatani jagung di Provinsi
Gorontalo?
(4) Berapa besar dampak kinerja penyuluh pertanian pada perubahan perilaku
petani jagung di Provinsi Gorontalo?

Tujuan Penelitian
Kinerja penyuluh pertanian yang baik tidak hanya berdampak pada
perilaku petani jagung, melainkan juga pada peningkatan produktivitas usahatani
jagung yang akhirnya akan memperbaiki pendapatan dan kesejahteraan petani.
Keberhasilan penyuluh pertanian dalam melaksanakan perannya untuk
meningkatkan kompetensi dan partisipasi petani berhubungan erat dengan faktorfaktor internal penyuluh, seperti: karakteristik individu, kompetensi, motivasi dan
kemandirian penyuluh. Faktor-faktor tersebut dapat mempunyai hubungan
langsung maupun tidak langsung pada kinerja penyuluh pertanian maupun
perubahan perilaku petani jagung.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penelitian ini bertujuan untuk:
(1) Mengidentifikasi faktor-faktor internal yang dapat meningkatkan kinerja
penyuluh pertanian dalam mengembangkan usahatani jagung di Provinsi
Gorontalo.
(2) Mengaji pengaruh faktor-faktor internal dan kinerja penyuluh pertanian pada
perilaku petani dalam berusahatani jagung di Provinsi Gorontalo.

6

(3) Mengaji derajat hubungan faktor-faktor internal yang dapat meningkatkan
kinerja penyuluh pertanian dalam mengembangkan usahatani jagung di
Provinsi Gorontalo.
(4) Mengaji dampak kinerja penyuluh pertanian pada perubahan perilaku petani
jagung di Provinsi Gorontalo.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi ilmiah untuk
pengembangan ilmu penyuluhan pembangunan terutama mengenai karakteristik,
kompetensi, motivasi, kemandirian dan kinerja penyuluh pertanian sebagai salah
satu upaya dalam memotivasi penyuluh pertanian untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai agen pembaruan dalam mewujudkan pembangunan
pertanian yang bermanfaat pada peningkatan kesejahteraan petani. Beberapa butir
penting kegunaan penelitian ini antara lain:
(1) Bermanfaat bagi lembaga penyuluhan dalam merumuskan kebijakan tentang
tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian.
(2) Dapat memberikan kontribusi kebaruan pada bidang pengembangan
sumberdaya manusia khususnya penyuluh pertanian yang mempunyai tugas
fungsional di lapangan dalam memberikan informasi ilmiah yang efektif dan
efisien, baik dalam bentuk informasi teknis maupun manajemen usahatani.
(3) Dapat dijadikan dasar kebijakan dalam peningkatan dan pembinaan karir
penyuluh pertanian, serta menjadi pedoman dalam sistem rekrutmen penyuluh
pertanian oleh pemerintah pusat dan daerah.
(4) Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu
penyuluhan pembangunan untuk kepentingan masyarakat.
(5) Sebagai kontribusi bagi calon peneliti untuk mengembangkan model
peningkatan kinerja penyuluh dalam mewujudkan program pembangunan
pertanian secara berkelanjutan.

7

Definisi Istilah
Untuk menjelaskan makna peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini
perlu dibuat operasional tentang peubah-peubah tersebut.
(1) Karakteristik adalah peubah tentang individu seorang penyuluh yang
mendasari tingkah lakunya dalam melaksanakan tugas. Peubah-peubah
tersebut meliputi:
(1.1) Umur ialah usia penyuluh sejak dilahirkan sampai ulang tahun terdekat
pada saat penelitian ini dilaksanakan.
(1.2) Pendidikan formal, yaitu tahun mengikuti pendidikan formal dari SD
sampai perguruan tinggi. Diukur dari jumlah tahun mengikuti
pendidikan formal sampai saat penelitian dilaksanakan.
(1.3) Pelatihan fungsional, yaitu pelatihan yang berhubungan dengan
metodologi

penyuluhan.

Diukur

berdasarkan

jumlah

pelatihan

fungsional yang pernah diikuti dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
(1.4) Pelatihan teknis, yaitu pelatihan budidaya dari penanaman sampai pasca
panen. Diukur berdasarkan jumlah pelatihan teknis yang pernah diikuti
dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
(1.5) Masa kerja, yaitu jumlah waktu (bulan atau tahun) yang sudah dialami
oleh penyuluh untuk melaksanakan tugas dan perannya sebagai
penyuluh pertanian. Diukur berdasarkan lamanya seseorang bekerja
(berprofesi) sebagai penyuluh pertanian hingga saat penelitian
dilaksanakan.
(1.6) Wilayah tugas, yaitu letak topografi wilayah penyuluh pertanian
bertugas. Diukur berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut.
(1.7) Cakupan wilayah kerja, yaitu luas wilayah administrasi yang menjadi
wilayah kerja penyuluh pertanian. Diukur berdasarkan jumlah desa
yang menjadi wilayah kerja.
(1.8) Jumlah petani binaan, yaitu jumlah petani jagung yang dibina pada
hamparan wilayah kerja penyuluh pertanian. Diukur berdasarkan
jumlah petani yang dilayani oleh penyuluh.
(1.9) Frekwensi interaksi dengan petani, yaitu banyaknya pertemuan dengan
petani atau kelompok tani dalam rangka penyuluhan pada satu musim

8

tanam. Diukur berdasarkan banyaknya jumlah pertemuan dengan
petani.
(2) Kompetensi adalah jumlah skor kemampuan yang harus dimiliki penyuluh
pertanian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yang terdiri dari sebelas
aspek kemampuan, yaitu:
(2.1) Kemampuan melakukan aksi sosial. Diukur berdasarkan: (1) skor
kemampuan menganalisis komunitas, (2) skor kemampuan menetapkan
prioritas masalah, (3) skor kemampuan merancang kegiatan aksi, (4)
skor kemampuan melaksanakan aksi dan (5) skor tingkat kemampuan
mengevaluasi kegiatan aksi.
(2.2) Kemampuan mengapresiasi keragaman budaya. Diukur berdasarkan:
(1)

skor

kemampuan

memahami

keragaman

nilai-nilai

sosial

masyarakat tani, (2) skor kemampuan memahami keragaman adatistiadat dan (3) skor kemampuan memahami keragaman etika dan
moral.
(2.3) Kemampuan merencanakan program penyuluhan. Diukur berdasarkan:
(1) skor kemampuan mengumpulkan data sumberdaya dan potensi
wilayah kerja, (2) skor kemampuan merumuskan tujuan program
penyuluhan, (3) skor kemampuan menetapkan masalah, (4) skor
kemampuan menetapkan cara mencapai tujuan, (5) skor kemampuan
melaksanakan penyuluhan dan (6) skor kemampuan mengevaluasi
kegiatan penyuluhan.
(2.4) Kemampuan memanfaatkan sumberdaya lokal sesuai kebutuhan petani.
Diukur berdasarkan (1) skor kemampuan mengidentifikasi sumberdaya
yang tersedia dan (2) skor kemampuan mengidentifikasi kebutuhan
petani.
(2.5) Kemampuan mengelola informasi penyuluhan. Diukur berdasarkan: (1)
skor kemampuan membuat media penyuluhan, (2) skor kemampuan
menggunakan komputer untuk mencari dan menyampaikan informasi
dan (3) skor kemampuan menggunakan metode belajar.

9

(2.6) Kemampuan membangun hubungan interpersonal. Diukur berdasarkan:
(1) skor kemampuan membangun kemitraan usaha dan (2) skor
kemampuan membangun jejaring usaha.
(2.7) Kemampuan menyelenggarakan penyuluhan. Diukur berdasarkan: (1)
skor kemampuan menerapkan falsafah penyuluhan, (2) skor kemampuan
menerapkan prinsip penyuluhan dan (3) skor kemampuan menerapkan
etika penyuluhan.
(2.8) Kemampuan kepemimpinan. Diukur berdasarkan: (1) skor kemampuan
menerapkan gaya kepemimpinan, (2) skor kemampuan keterampilan
memimpin dan (3) skor kemampuan menumbuhkembangkan kelompok
tani.
(2.9) Kemampuan manajemen organisasi. Diukur berdasarkan (1) skor
kemampuan mengidentifikasi peran dan fungsi Deptan dan Pemda pada
penyuluhan pertanian, (2) skor kemampuan mengidentifikasi peluang
pengembangan diri dan (3) skor kemampuan mengidentifikasi peluang
pengembangan karier.
(2.10) Kemampuan profesionalisme penyuluh. Diukur berdasarkan (1) skor
kemampuan menumbuhkan komitmen pada etos kerja, (2) skor
kemampuan menumbuhkan komitmen pendidikan berkelanjutan (3) skor
kemampuan memahami visi, misi dan tujuan penyuluhan dan (4) skor
kemampuan melakukan kerjasama dengan peneliti.
(2.11) Kemampuan bidang keahlian teknis. Diukur berdasarkan (1) skor
kemampuan mengenal benih, pupuk dan pestisida, (2) skor kemampuan
mengolah lahan jagung, (3) skor kemampuan menanam jagung, (4) skor
tingkat kemampuan memelihara tanaman jagung, (5) skor kemampuan
memanen jagung, (6) skor tingkat kemampuan menyimpan hasil panen
jagung, (7) skor kemampuan memasarkan hasil dan (8) skor kemampuan
mengakses pada lembaga permodalan, pemasaran dan dinas pertanian.
(3) Motivasi adalah jumlah skor yang diperoleh dari penyuluh pertanian, yang
menggambarkan faktor pendorong penyuluh pertanian untuk melakukan tugas
dan tanggungjawabnya sesuai dengan kemampuan dirinya, yang terdiri dari:

10

(3.1) Pengembangan potensi diri. Diukur berdasarkan skor harapan atau
keinginan penyuluh pertanian dalam rangka meningkatkan kualitas diri
(mengikuti pendidikan formal, pelatihan, uji coba lapang teknologi
spesifik lokasi dan lain-lain) untuk menjadi lebih baik.
(3.2) Pengakuan dari petani binaan. Diukur berdasarkan skor harapan atau
keinginan penyuluh menjadi tumpuan petani berkonsultasi mencari
solusi, dihargai keberadaannya dan mendapat respons yang baik dari
petani.
(3.3) Penghasilan. Diukur berdasarkan skor harapan atau keinginan penyuluh
dapat memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga.
(3.4) Kebutuhan untuk berprestasi (Need for Achievement). Diukur
berdasarkan (1) skor keinginan akan berprestasi, (2) skor keinginan
untuk berkompetisi dan (3) skor ketidaktergantungan terhadap gaji atau
imbalan.
(3.5) Kebutuhan untuk berafiliasi (Need for Affiliation). Diukur berdasarkan
(1) skor keinginan untuk diterima orang lain di lingkungan penyuluh
tinggal dan bekerja, (2) skor keinginan untuk dihormati, (3) skor
keinginan untuk maju dan tidak gagal dan (4) skor tingkat keinginan
untuk ikutserta (berpartisipasi).
(3.6) Kebutuhan akan kekuasaan (Need for Power). Diukur berdasarkan (1)
skor keinginan untuk menduduki jabatan penting dan (2) skor keinginan
untuk bersaing dalam mendapatkan pengaruh.
(4) Kemandirian adalah jumlah skor yang menunjukkan kecenderungan dari
seorang penyuluh pertanian menggunakan kemampuan diri sendiri untuk
menyelesaikan tugas yang menjadi tanggungjawabnya, yang terdiri dari:
(4.1) Kemandirian intelektual. Diukur berdasarkan: (1) skor kemandirian
merencanakan usahatani, (2) kemandirian menentukan lahan budidaya,
(3) skor kemandirian menentukan cara berproduksi, (4) skor
kemandirian menentukan keputusan pemecahan masalah petani dan (f)
skor kemandirian menentukan pasar untuk pemasaran hasil usahatani.
(4.2) Kemandirian sosial. Diukur berdasarkan: (1) skor kemandirian menjaga
independensi, (2) skor kemandirian menjaga hubungan dengan sesama

11

petani jagung, (3) skor kemandirian menjaga hubungan dengan
kelompok tani di luar petani jagung, (4) skor kemandirian menjalin
hubungan dengan kelompok pemimpin dan (5) skor kemandirian
mengembangkan strategi adaptasi.
(4.3) Kemandirian emosional. Diukur berdasarkan: (1) skor melepas
ketergantungan dari otoritas keluarga, (2) skor melepas ketergantungan
dari ikatan patron-klien, (3) skor melepas ketergantungan dari ritual
kepercayaan lokal, (4) skor melepas ketergantungan dari sifat fatalistik
dan (f) skor mengatasi kemungkinan adanya konflik dengan
mengembangkan budaya kerjasama.
(4.4) Kemandirian ekonomi. Diukur berdasarkan: (1) skor kemandirian
menggunakan aset yang berguna untuk biaya produksi usahatani, (2)
skor kemandirian memanfaatkan biaya produksi usahatani, (3) skor
kemandirian melakukan diversifikasi usahatani, (4) skor kemandirian
memanfaatkan pendapatan usahatani dan (5) skor kemandirian gemar
menabung.
(5) Kinerja penyuluh adalah jumlah skor pada hasil kerja penyuluh pertanian
dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, yang terdiri dari:
(5.1) Melaksanakan aksi sosial. Diukur berdasarkan: (1) skor hasil analisis
komunitas, (2) skor hasil penetapan masalah, (3) skor hasil rancangan
kegiatan, (4) skor hasil pelaksanaan dan (5) hasil evaluasi kegiatan.
(5.2) Mengapresiasi keragaman budaya. Diukur berdasarkan: (1) skor materi
penyuluhan yang sesuai dengan kearifan lokal dan (2) skor media
penyuluhan yang sesuai dengan kearifan lokal.
(5.3) Merencanakan program penyuluhan. Diukur berdasarkan: (1) skor hasil
pengumpulan data sumberdaya dan potensi wilayah kerja, (2) skor
rumusan tujuan program penyuluhan, (3) skor hasil penetapan masalah,
(4) skor cara mencapai tujuan, (5) skor hasil pelaksanaan penyuluhan
dan (6) skor hasil evaluasi kegiatan penyuluhan.
(5.4) Memanfaatkan sumberdaya lokal sesuai dengan kebutuhan petani.
Diukur berdasarkan (1) skor hasil identifikasi sumberdaya yang tersedia
dan (2) skor hasil identifikasi kebutuhan petani.

12

(5.5) Mengelola informasi penyuluhan. Diukur berdasarkan: (1) skor hasil
pembuatan media penyuluhan, (2) skor hasil penggunaan komputer
untuk mencari dan menyampaikan informasi dan (3) skor hasil
penggunaan metode belajar.
(5.6) Membangun hubungan interpersonal. Diukur berdasarkan: (1) skor
membangun kemitraan usaha dan (2) skor membangun jejaring usaha.
(5.7) Menyelenggarakan penyuluhan. Diukur berdasarkan: (1) skor hasil
penerapan falsafah penyuluhan, (2) skor hasil penerapan prinsip
penyuluhan dan (3) skor hasil penerapan etika penyuluhan.
(5.8) Menerapkan kepemimpinan. Diukur berdasarkan: (1) skor hasil
penerapan gaya kepemimpinan, (2) skor hasil penerapan keterampilan
memimpin dan (3) skor hasil menumbuhkembangkan kelompok tani.
(5.9) Manajemen organisasi. Diukur berdasarkan: (1) skor hasil identifikasi
peran dan fungsi Deptan dan Pemda, (2) skor hasil identifikasi peluang
pengembangan diri dan (3) skor hasil identifikasi peluang karir.
(5.10) Mengembangkan profesionalisme penyuluhan. Diukur berdasarkan: (1)
skor hasil penumbuhan komitmen pada etos kerja, (2) skor hasil
penumbuhan komitmen pendidikan berkelanjutan, (3) skor hasil
pemahaman visi, misi dan tujuan penyuluhan dan (4) skor hasil
melakukan kerjasama dengan peneliti.
(5.11) Menerapkan bidang keahlian teknis. Diukur berdasarkan: (1) skor hasil
pengenalan benih, pupuk dan pestisida, (2) skor hasil pengolahan lahan
jagung, (3) skor hasil penanaman jagung, (4) skor hasil pemeliharaan
jagung, (5) skor hasil panen jagung, (6) skor hasil pasca panen jagung,
(7) skor pemasaran hasil dan (8) skor hasil akses pada lembaga
permodalan, pemasaran dan dinas pertanian.
(6) Perilaku petani adalah jumlah skor kemampun petani berusahatani jagung dan
berpartisipasi dalam kelompok tani, yang terdiri dari:
(6.1) Kompetensi petani pada budidaya jagung. Diukur berdasarkan tingkat
kemampuan petani: (1) skor memilih benih jagung yang baik, (2) skor
menggunakan pupuk, (3) skor menggunakan pestisida, (4) skor
mengolah lahan, (5) skor menanam

jagung, (6) skor memelihara

13

tanaman jagung, (7) skor memanen jagung (8) skor melakukan pasca
panen jagung, (9) skor mengidentifikasi masalah usahatani, (10) skor
mencari solusi penyelesaian masalah, (11) skor melaksanakan kegiatan
pemecahan masalah usahatani, (12) skor mengembangkan kemitraan
usaha.
(6.2) Partisipasi petani dalam kelompok tani. Diukur berdasarkan: (1) skor
aktif berpartisipasi membayar iuran anggota, (2) skor partisipasi hadir
saat pertemuan dan (3) skor partisipasi dalam memberikan sumbangan
pemikiran.

14

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Kinerja
Kinerja (performance) adalah hasil kerja atau prestasi kerja seseorang
dalam suatu organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Yuchtman
dan Seashore (1967) mendefinisikan kinerja sebagai kemampuan suatu organisasi
yang memanfaatkan lingkungannya untuk mengakses sumber-sumber daya yang
terbatas. Lebih lanjut Yuchtman dan Seash