Pengaruh Konseling Gizi Pada Ibu Keluarga Miskin Terhadap Pemberain ASI Ekslusif

PENGARUH KONSELING GIZI PADA IBU
KELUARGA MISKIN TERHADAP PEMBERIAN
ASI EKSKLUSIF

Oleh :
Ai Nurhayati
A 5610331

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT
DAN SUMDERDAYA KELUARGA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengaruh Konseling Gizi
pada Ibu Keluarga Miskin terhadap Pemberian ASI Eksklusif adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2008
Ai Nurhayati
NIM A51030031

ABSTRACT
AI NURHAYATI. The Effect of Nutrition Counseling on Exclusive
Breastfeeding of of Poor Families Mothers.
Under direction of
HARDINSYAH, HIDAYAT SYARIEF and SITI MADANIJAH.
The study was done in Sub-district of Darmaga, Municipality of Bogor,
and was aimed to analyze the influence of nutrition counseling on exclusive
breastfeeding of poor families mothers.
The design of the study was a Randomized Controlled Trial with 60
samples, consisted of 31 mothers treated nutrition counseling as a treatment
group, and 29 mothers as a controlled group. The nutrition counseling was done
through home visit 7 times any the study-consisted of twice before during and 5
times after delivery. The study was done for 15 months. The data collected was

then analyzed statistically by descriptive and inferential analysis.
The result of the study shows that the level of nutrition knowledge,
attitude, and practice of mothers on exclusive breastfeeding (who treated by
nutrition counseling) was significantly higher than the controlled group.
The number of matter exclusive breastfeeding using prospective method
was 25,8% and 3,4% in treatment and control groups respectively. While using
cross sectional method was 70,9% and 10% in treatment and control groups
respectively. Exclusive breastfeeding practice was effected by nutrition
counseling (p=0.038) with OR of 9.7 (95%; CI 1,1-83,7). It indicates that
mothers who were given nutrition counseling 10 times more likely practice
exclusive breastfeeding.

Keywords : nutrition counseling, exclusive breastfeeding, nutrition knowledge,
nutrition attitude, and nutrition practice.

ii

RINGKASAN
AI NURHAYATI. Pengaruh Konseling Gizi pada Ibu Keluarga Miskin terhadap
Pemberian ASI Eksklusif. Dibimbing oleh : HARDINSYAH, HIDAYAT

SYARIEF dan SITI MADANIYAH.
Air Susu Ibu (ASI) telah terbukti bermanfaat bagi optimalisasi imunitas,
pertumbuhan, dan perkembangan bayi. Pemerintah Indonesia telah menetapkan
kebijakan pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dengan
mengeluarkan Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004. Praktek pemberian
ASI eksklusif di Indonesia masih memprihatinkan. Pemberian ASI pada bayi
erat kaitannya dengan keputusan ibu bayi. Keputusan ibu dalam praktek
pemberian ASI dipengaruhi oleh pengetahuan ibu mengenai ASI. Ibu pada
keluarga miskin mempunyai presepsi yang negatif terhadap ASI, oleh karena itu
ibu perlu memperoleh informasi yang tepat tentang ASI khususnya ASI
eksklusif. Konseling merupakan pendekatan komunikasi interpersonal yang
sering digunakan dalam peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap dan
perilaku di bidang kesehatan. Bertolak dari hal tersebut maka penelitian ini
dilakukan dengan memberikan konseling gizi pada ibu keluarga miskin dalam
meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor yang
bertujuan : 1) Menganalisis pengetahuan gizi yang mendukung pemberian ASI
ekslusif pada ibu yang diberi konseling gizi dan yang tidak diberi konseling gizi,
2) Menganalisis sikap gizi yang mendukung pemberian ASI ekslusif pada ibu
yang diberi konseling gizi dan yang tidak diberi konseling gizi, 3)Menganalisis

praktek gizi yang mendukung pemberian ASI ekslusif pada ibu yang diberi
konseling gizi dan yang tidak diberi konseling gizi, 4)Menganalisis konsumsi
dan status gizi Ibu pada kelompok yang diberi konseling gizi dan yang tidak
diberi konseling gizi, 5)Menganalisis konsumsi, status gizi dan kesehatan bayi
pada kelompok yang diberi konseling gizi dan yang tidak diberi konseling gizi,
6)Menganalisis pengaruh konseling gizi terhadap status pemberian ASI ekslusif
6 bulan.
Disain penelitian adalah Randomized Controlled Trial dengan 60
sampel yang terdiri dari 31 ibu diberi konseling gizi sebagai kelompok
perlakuan dan 29 ibu tidak diberi konseling gizi sebagai kelompok kontrol.
Pemberian konseling gizi dilakukan sebanyak 7 kali selama penelitian
menggunakan metode kunjungan rumah (home visit), dengan perincian 2 kali
selama hamil dan 5 kali setelah melahirkan. Penelitian dilaksanakan selama 15
bulan efektif. Data dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan
gizi antara kelompok ibu yang diberi konseling gizi dan yang tidak diberi
konseling gizi (p = 0,000), dengan tingkat pengetahuan gizi ibu lebih baik pada
ibu yang diberi konseling gizi. Persentase perubahan jawaban yang benar pada
ibu yang diberi konseling gizi sebesar 60,34% , sedangkan pada ibu yang tidak
diberi konseling gizi hanya sebesar 7,9%. Terdapat perbedaan perubahan sikap

gizi (p = 0,000) antara ibu yanhg diberi konseling dan yang tidak diberi
konseling gizi, perubahan persentase jawaban yang benar tidak sebesar

iii

perubahan untuk pengetahuan gizi. Persentase jawaban sikap yang benar sebesar
24,8% pada kelompok ibu yang diberi konseling gizi dan 4,3% pada kelompok
ibu yang tidak diberi konseling gizi. Terdapat perbedaan praktek gizi (p =
0,000) antara ibu kelompok perlakuan dan ibu kelompok kontrol. Hal ini
ditunjukkan pada ibu yang diberi konseling gizi sebagian besar termasuk pada
periode inisiasi cepat, sebaliknya pada kelompok kontrol pemberian ASI
sebagian besar pada periode inisiasi lambat. Penundaan inisiasi ASI pada bayi
kelompok kontrol akan mendorong ibu untuk memberikan makanan prelaktal,
sehingga pada bayi kelompok kontrol sebagian besar bayi menerima makanan
prelaktal. Seluruh ibu yang diberi konseling gizi memberikan kolostrum kepada
bayinya, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 89,7%. Pemberian MP-ASI
dini kepada bayi sebelum bayi berusia 6 bulan dilakukan oleh ibu dari kedua
kelompok, tetapi pada bayi kelompok kontrol dilakukan lebih cepat (70,7±44,6
hari atau sekitar 2 bulan) dibandingkan kelompok perlakuan (99,1±60,8 hari
atau sekitar 3 bulan)

Mutu gizi yang dikonsumsi ibu pada kedua kelompok pada umumnya
termasuk mutu gizi sangat kurang. Mutu gizi yang sangat kurang disebabkan
karena pangan yang dikonsumsi kurang bervariasi dan kurang mencukupi.
Meskipun demikian, status gizi sebagian besar ibu pada kedua kelompok berada
pada kategori normal.
Rata-rata konsumsi zat gizi bayi kelompok ibu yang diberi konseling gizi
dan bayi kelompok ibu yang tidak diberi konseling gizi tidak jauh berbeda
(p>0,05) tetapi pemenuhan konsumsi bayi dari ASI lebih tinggi persentasenya
pada bayi kelompok ibu yang diberi konseling. Zat gizi dalam ASI merupakan
zat gizi yang mudah diserap dan dimetabolisme, sehingga rata-rata pertambahan
berat badan dan panjang badan bayi lebih besar pada bayi kelompok ibu yang
diberi konseling gizi.
Frekuensi sakit yang diderita bayi lebih sering terjadi pada bayi
kelompok kontrol dibandingkan bayi kelompok perlakuan. Pada bayi
kelompok kontrol 3 anak berulang 2 kali sakit dan 2 anak berulang 3 kali sakit,
sedangkan pada bayi kelompok perlakuan 3 anak berulang 2 kali sakit.
Meskipun demikian, status gizi bayi mulai usia 0-6 bulan pada kedua kelompok
berdasarkan indikator BB/U, P/U dan BB/PB sebagian besar berada pada
kategori normal.
Persentase pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan dengan metoda

prosfektif lebih tinggi pada bayi kelompok ibu yang diberi konseling gizi yaitu
25,8%, dibandingkan bayi pada kelompok ibu yang tidak diberi konseling gizi
yaitu sebanyak 3,4%. Konseling gizi mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
kepada bayi pada taraf kepercayaan 95% (p = 0,038) dan nilai Odd Ratio (OR)
sebesar 9,7. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang diberi konseling gizi
mempunyai peluang memberikan ASI eksklusif 10 kali lebih besar
dibandingkan ibu yang tidak diberi konseling gizi. Persentase pemberian ASI
eksklusif sampai 6 bulan dengan metode cross-sectional lebih tinggi pada bayi
kelompok ibu yang diberi konseling gizi yaitu 70,9%, dibandingkan bayi pada
kelompok ibu yang tidak diberi konseling gizi yaitu sebanyak 10%. Persentase
lamanya pemberian ASI lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan
kelompok kontrol. Bayi pada kelompok perlakuan mendapat ASI saja lebih lama

iv

dengan rata-rata 99,1±60,28 hari, dibandingkan bayi pada kelompok kontrol
yaitu 18,9±44,6 hari.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan harus terus diupayakan. Upaya
yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah adalah dengan menegakkan peraturan
dengan memberikan sangsi apabila dilanggar, perlunya peningkatan

pengetahuan dan kesadaran tentang ASI eksklusif pada bidan atau tenaga
kesehatan. Konseling gizi tentang ASI eksklusif dapat dapat diterapkan di
masyarakat melalui Pos Kesehatan Desa (POSKESDES) yang kewenangannya
pada petugas kesehatan dan kegiatannya sehari-hari oleh kader. Oleh karena itu
peningkatan pengetahuan gizi tentang ASI eksklusif dilakukan juga pada Kader
dengan melakukan pelatihan sebagai ujung tombak di masyarakat atau
menggunakan Kader yang telah berhasil mempraktekkan ASI eksklusif dan
mempunyai anak yang sehat sebagai contoh..
Kata kunci : konseling gizi, ASI eksklusif, pengetahuan gizi, sikap gizi dan
praktek gizi

v

PENGARUH KONSELING GIZI PADA IBU
KELUARGA MISKIN TERHADAP PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF

AI NURHAYATI

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Departemen Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

vi

Penguji pada Ujian Tertutup : Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, M.Sc.
Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Prof. Dr. Ir. Amini Nasoetion, M.S
2 .Dr. Arum Atmawikarta, M.PH

vii

Judul Disertasi
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok


: Pengaruh Konseling Gizi pada Ibu Keluarga
Miskin terhadap Pemberian ASI Eksklusif
: Ai Nurhayati
: A 561030031

Disetujui
Komisi pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS
Ketua

Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS.
Anggota

Dr. Ir. Siti Madanijah, MS
Anggota

Diketahui


Ketua Program Studi
Gizi Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS

Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 30 Januari 2008

Tanggal Lulus : 30 Januari 2008

viii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Penelitian disertasi ini
terlaksana berkat bimbingan Bapak Prof.Dr.Ir. Hardinsyah, MS selaku Ketua
Komisi Pembimbing, penulis dengan tulus menyampaikan terimakasih atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti kegiatan penelitian
dan menggunakan sebagian data penelitian ”Studi Pengaruh Pemberian Biskuit
dan Mie yang Diperkaya Zat Gizi Mikro terhadap status Gizi Mikro Ibu dan
Anak”, memberikan kesempatan untuk lebih menambah keilmuan melalui
seminar, lokakarya dan penelitian, serta memberikan bimbingan dan motivasi
selama menyelesaikan disertasi ini. Bapak Prof.Dr.Ir. Hidayat Syarief.MS
sebagai anggota komisi, penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bimbingan, masukan dan saran yang sangat berarti bagi penulisan disertasi ini.
Ibu Dr.Siti Madanijah, MS sebagai anggota komisi, penulis mengucapkan
terimakasih atas segala bimbingan, masukan, saran dan motivasi serta kesabaran
ibu selama membimbing penulis dalam penyelesaian disertasi ini.
Masukan yang berharga dalam perbaikan dan pengembangan disertasi
ini penulis peroleh dari yang terhormat Prof.Dr.drh. Clara M.Kusharto,M.Sc.
sebagai penguji dalam prelim lisan dan sidang tertutup, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
ibu Dr.Ir.Diah K.Pranadji,MS yang memberikan masukan ketika menjadi
pembahas pada saat kolokium, dan Bapak Dr.Ir.Drajat Martianto MS sebagai
dosen wali untuk semua nasihat dan saran selama perkuliahan. Seluruh staf
pengajar GMK yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama
menempuh perkuliahan S3.
Bapak Dr.Hadi Riyadi, Dr.Ahmad Sulaeman, Dr.Budi Setiawan,
Dr.Dadang Sukandar, Dr.Dodik Briawan,MCN dan Ibu dr.Yekti MS sebagai
anggota peneliti ”Studi Pengaruh Pemberian Biskuit dan Mie yang Diperkaya
Zat Gizi Mikro terhadap status Gizi Mikro Ibu dan Anak” dan Ir. Laily
Amalia,MSi., penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya.
Selain itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah berjasa dalam studi dan dalam penelitian serta
penulisan disertasi ini yaitu kepada Pimpinan instansi tempat penulis bekerja
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan studi yaitu Bapak
Prof.Dr.Soenaryo Kartadinata, selaku Rektor UPI dan Bapak Prof.Dr.Fakri
Ghafar selaku mantan Rektor UPI periode sebelumnya dan Drs.Sabri selaku
Dekan FPTK UPI. Dra.Herni Kusantanti, M.Pd selaku Ketua Jurusan PKK
FPTK UPI yang telah mendorong, memotivasi dan mengijinkan penulis untuk
melanjutkan studi. Prof.Dr.Melly Sri Sulastri Rifai, M.Pd., Dr.Dani
Meriawan,M.Pd dan Prof.Dr. Hamid Hasan, yang telah memberikan
rekomendasi kepada penulis untuk melanjutkan studi di Pasca Sarjana IPB.
Seluruh staf pengajar di Jurusan PKK FPTK UPI, Pimpinan wilayah di
Kecamatan Dramaga, dokter, bidan, kader serta ibu-ibu sebagai sampel atas
kerjasama yang diberikan sehingga penelitian dapat berjalan lancar.Zakiah SP,
Atik SP, Hena SP, Lia SP dan Tina SP sebagai tim enumerator dan konselor atas

ix

bantuan dan kerjasamanya sehingga penelitian dapat diselesaikan.
Dr.Ir.Evawany Aritonang, MS. dan Ir.Zulhaida Lubis,MS. atas segala dukungan,
bantuan dan kerjasamanya serta kebersamaannya selama studi dan selama
penelitian. Teman-teman pada Program Studi GMK-IPB; Dr.Dra. Diffa H. MSi,
Dra.Esi E.MSi, Dr.Ir.Sri P.MSi, Dr.Ir.Yuliana,MSi, Dr.Ir.Suryono,MSi, serta
Dr.Ir.Prihananto,MSi.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada
suami tercinta Drs. Edris Isriyanto, MM atas ijinnya, bantuan dan dukungan
moril maupun materil serta pengertiannya selama penulis menempuh studi.
Kedua buah hati ibu, Alif Hanan Isnuriyanti Edris dan Sadad Abshar AL Edris
atas ’pengertian’ dan prestasi yang dicapai dalam keterbatasan perhatian ibu.
Kedua orang tua penulis yang tak henti mendoakan dan memberikan dorongan
kepada penulis, kakak dan adik-adik penulis, Mba Chie dan Mas Kris yang
selalu membantu dan memberikan dorongan kepada penulis dan seluruh
keluarga besar penulis, terima kasih semoga Allah SWT membalas segala
kebaikannya. Kepada almarhumah Ibu Mertua Hj.Isyami Edris, terima kasih
bantuan dan dorongannya sewaktu beliau masih ada, semoga Allah SWT
menerima amal ibadah ibu.
Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang
telah membantu dan memberikan dorongan selama menyelesaikan disertasi ini
penulis mengucapkan terima kasih. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam meningkatkan
pemberian ASI eksklusif.

Bogor, Januari 2008
Penulis

AI NURHAYATI

x

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banten pada 5 Oktober 1967 sebagai anak kedua
dari enam bersaudara dari Bapak Hardja Muhamad Salim dan Ibu Engkan
Sumekar. Pendidikan Sarjana ditempuh di Program Studi Tata Boga Jurusan
PKK FPTK UPI, lulus pada tahun 1992. Pada tahun 1997, penulis diterima di
Program Studi Gizi Masyarakat pada Program Pascasarjana IPB dan
menamatkan pada tanggal 2 Februari 2000. Kesempatan untuk melanjutkan ke
program doktor pada program studi yang sama diperoleh pada tahun 2003.
Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Direktur Jendral Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Program Studi Tata Boga
Jurusan PKK FPTK UPI sejak tahun 1992. Penulis menikah dengan Drs. Edris
Isriyanto, MM dan dikaruniai 2 orang anak Alif Hanan Isnuriyanti Edris dan
Sadad Abshar AL Edris.

xi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI…………………………………………………...…………..
DAFTAR TABEL………………………………………………..………..
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………

xii
xvi
xvi
xvii

PENDAHULUAN ………......………………………………………………
Latar Belakang ..........................................................................................
Tujuan .......................................................................................................
Kegunaan ..................................................................................................
Hipotesis ...................................................................................................

1
1
4
4
4

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................
Komposisi dan Kandungan Gizi ASI ........................................................
ASI Eksklusif ............................................................................................
Pengertian ASI Eksklusif ....................................................................
Manfaat ASI Eksklusif ........................................................................
Praktek pemberian ASI Eksklusif .......................................................
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Ekslusif.............
Masalah dalam Pemberian ASI Eksklusif ...........................................
Konseling Gizi ..........................................................................................
Pengertian dan Tujuan Konseling Gizi................................................
Media Konseling Gizi .........................................................................
Konseling Gizi untuk Meningkatkan pemberian ASI Eksklusif ...............

6
6
7
7
8
10
13
18
19
19
21
23

KERANGKAN PEMIKIRAN......................................................................
Kerangka Pemikiran...................................................................................
Definisi Operasional..................................................................................

29
29
33

METODE .......................................................................................................
Desain, Tempat dan Waktu .......................................................................
Contoh dan penarikan Contoh ...................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ............................................................
Kegiatan Intervensi ...................................................................................
Validitas Data dan Kontrol Kualitas Data .................................................
Pengolahan dan Analisa Data ...................................................................

36
36
39
42
45
50
50

HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................
Keadaan Umum Daerah Penelitian ...........................................................
Karakteristik Sosial Ekonomi Contoh........................................................
Pendapatan Rumah Tangga..................................................................
Besar Keluarga.....................................................................................
Karakteristik Ibu dan Bayi...................................................................
Pengetahuan Gizi........................................................................................

57
57
59
59
60
62
65

xii

Sikap Gizi...................................................................................................
Praktek Gizi................................................................................................
Konsumsi dan Status Gizi Ibu....................................................................
Konsumsi Ibu.......................................................................................
Status Gizi Ibu.....................................................................................
Konsumsi, Kesehatan Bayi dan Status Gizi..............................................
Konsumsi Bayi.....................................................................................
Kesehatan Bayi....................................................................................
Status Gizi Bayi...................................................................................
Pengaruh Konseling Gizi terhadap Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan.....

69
73
88
88
92
97
97
102
104
116

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 128

xiii

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Penelitian pemberian konseling dalam meningkatkan prevalensi ASI
eksklusif ..................................................................................................
2 Jadwal kegiatan penelitian konseling gizi...............................................
3 Jenis dan cara pengumpulan data............................................................
4 Materi konseling gizi...............................................................................
5 Standar Indeks Ponderal bayi laki-laki dan perempuan..........................
6 Distribusi penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Dramaga
7 Pendapatan keluarga berdasarkan pengeluaran pangan dan non pangan
8 Besar keluarga dan karakteristik ibu pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.....................................................................................
9 Karakteristik bayi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol...
10 Paritas, berat badan dan panjang badan bayi lahir antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.............................................................
11 Presentase jawaban pengetahuan gizi yang benar berdasarkan hasil pretest dan post-test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
12 Kategori pengetahuan gizi berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol............................................
13 Presentase jawaban sikap gizi yang benar berdasarkan hasil pre-test
dan post-test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol..............
14 Kategori sikap gizi berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol............................................
15 Presentase jawaban praktek gizi yang benar berdasarkan hasil pre-test
dan post-test pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol..............
16 Periode inisiasi ASI pertama pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol......................................................................................................
17 Pemberian prelaktal pada bayi dan jenisnya............................................
18 Waktu pemberian MP-ASI pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol......................................................................................................
19 Jenis MP-ASI dan bulan pemberian pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.....................................................................................
20 Frekuensi dan durasi pemberian ASI per hari menurut usia bayi pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ...........................................
21 Kategori pengetahuan gizi berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol............................................
22 Rata-rata konsumsi zat gizi ibu antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.....................................................................................
23 Rataan Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) ibu antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol .............................................................................
24 Nilai Rata-Rata Tingkat Konsumsi Gizi (NRKG) ibu antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.............................................................
25 Perubahan berat badan dan IMT ibu dari setelah melahirkan sampai
anak usia 6 bulan.....................................................................................
26 Status gizi ibu berdasarkan rata-rata Indeks Masa Tubuh (IMT)............

xiv

28
37
43
49
52
58
59
61
63
64
66
68
70
72
74
75
76
79
80
84
86
88
89
90
93
95

27 Rata-rata konsumsi zat gizi bayi antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol ....................................................................................
28 Tingkat kecukupan bayi dibandingkan dengan kelompoknya antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ...........................................
29 Mordibitas bayi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.......
30 Distribusi status gizi bayi berdasarkan BB/U, PB/U dan BB/PB antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol............................................
31 Rata-rata indeks ponderal bayi perempuan antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol..............................................................................
32 Rata-rata indeks ponderal bayi laki-laki antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol..............................................................................
33 Nilai odd-ratio dan nilai p untuk pemberian ASI eksklusif dengan
metoda cross-sectional............................................................................
34 Katagori pengetahuan, sikap dan praktek gizi berdasarkan status
pemberian ASI .......................................................................................
35 Kategori status gizi bayi berdasarkan status pemberian ASI..................
36 Hasil uji regresi logistik pengaruh konseling gizi pada pemberian ASI
eksklusif...................................................................................................

xv

97

101
102
110
114
115
118
120
121
122

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Peluang meninggal karena infeksi pada bayi yang tidak diberi ASI... 9
2 Model faktor penentu perilaku pemberian ASI................................... 14
3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam
16
menyusui……………………………………...................……
4 Contoh lembaran dalam bentuk kartu di negara India dan Afrika....... 22
5 Skema perubahan perilaku................................................................... 23
6 Diagram pohon berbagai kemungkinan yang mempengaruhi perilaku
pemberian ASI eksklusif ..................................................................... 31
7
Kerangka penelitian pengaruh konseling gizi terhadap pemberian
ASI eksklusif ....................................................................................... 32
8 Cara penarikan contoh......................................................................... 41
9 Waktu pemberian konseling kepada Ibu pada saat hamil dan setelah
melahirkan............................................................................................ 45
10 Pendorong pengambil keputusan pemberian MP-ASI dini pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol........................................ 80
11 Perbedaan (delta) rata-rata skor pengetahuan gizi, sikap gizi dan
praktek gizi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol......... 87
12 Perbedaan penurunan berat badan ibu antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol.......................................................................... 94
13 Presentase pemenuhan konsumsi zat gizi bayi dari ASI untuk setiap
bulannya antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.............. 98
14 Persentase rata-rata pemenuhan konsumsi zat gizi ASI dari total
konsumsi zat gizi bayi antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol.................................................................................................. 100
15 Pertambahan berat badan bayi antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol................................................................................. 105
16 Selisih rata-rata pertambahan BB bayi kelompok perlakuan
dibandingkan kelompok kontrol.......................................................... 106
17 Distribusi rata-rata panjang badan bayi menurut umur antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol......................................... 107
18 Selisih rata-rata pertambahan panjang badan bayi kelompok
perlakuan dibandingkan kelompok kontrol.......................................... 109
19 Sebaran nilai Z-Score bayi kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol berdasarkan indikator BB/U.................................................... 111
20 Sebaran nilai Z-Score bayi kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol berdasarkan indikator PB/U.................................................... 112
21 Sebaran nilai Z-Score bayi kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol berdasarkan indikator BB/PB.................................................. 113
22 Perubahan indeks ponderal berdasarkan kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol................................................................................. 115
23 Pemberian ASI eksklusif antara kelompok perlakuan dan kontrol..... 116
24 Presentase penurunan pemberian ASI saja per bulan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol................................................... 117

xvi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
2
3
4
5

Data Jumlah Keluarga di Kabupaten Bogor........................................ 135
Peta Dramaga...................................................................................... 136
Kartu Konseling................................................................................... 137
Protokol Konseling .............................................................................. 139
Materi Konseling Gizi.......................................................................... 140

xvii

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) telah terbukti bermanfaat bagi
optimalisasi imunitas, pertumbuhan, dan perkembangan bayi. Selain itu,
pemberian ASI menciptakan ikatan cinta kasih antara ibu dan anak,
mempercepat pemulihan kesehatan ibu nifas, menunda kehamilan dan
mengurangi risiko kanker payudara (Unicef 1997; Prentice 2000; WHO 2001;
Black dan Victora 2002; Depkes 2002). WHO merekomendasikan pemberian
ASI yang benar yaitu pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai berusia 6
bulan. Pemberian ASI dimulai dalam 30 menit setelah bayi lahir dengan teknik
menyusu yang benar, pemberian sesering dan sekehendak bayi (WHO 2001).
Sejalan dengan hal ini, pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan
pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dengan mengeluarkan
Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004.
Di negara berkembang, terutama bagi keluarga miskin, ASI merupakan
“jaring pengaman” alami untuk melawan pengaruh kemiskinan terhadap bayi.
ASI mengeluarkan bayi dari pengaruh kemiskinan untuk beberapa bulan
pertama yang penting (Lazarov, 2000). Hal ini berkaitan bahwa ASI dapat
memenuhi kebutuhan bayi sampai bayi berusia 6 bulan, sehingga pada keluarga
miskin tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli makanan bagi bayi.
Selain itu, menurut WHO (2003) bagi keluarga miskin pemberian ASI ekslusif
sampai 6 bulan akan lebih bermakna karena dapat mencegah kejadian infeksi,
termasuk diare, dan menghemat pengeluaran keluarga.
Pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan pemberian ASI
eksklusif melalui berbagai program, tetapi pemberian ASI eksklusif di
Indonesia masih tetap memprihatinkan. Berdasarkan data SDKI tahun 1997 dan
2003, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui
dalam satu jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi
3,7% pada tahun 2003. Pemberian ASI ekslusif cenderung terus menurun
seiring dengan bertambahnya usia bayi. Pemberian ASI eksklusif pada bayi 2-3
bulan 44,3% tahun 1997 dan 45,5% tahun 2003. Selanjutnya pemberian ASI

2

ekslusif pada bayi 4-5 bulan 23,9% pada tahun 1997 dan 13,9% tahun 2003;
dan pada bayi 6-7 bulan 13,9% tahun 1997 dan 7,8% tahun 2003. Penelitian
Hardinsyah dkk (2001) di kota Bogor menemukan pemberian ASI ekslusif
antara 4 - 5 bulan adalah 23,9%, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Irawati (2004) di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor hanya 2,6% bayi yang
disusui secara eksklusif sampai 4 bulan. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan
oleh Nutrition & Health Surveilancce System kerjasama dengan Balitbangkes
dan Hellen Keller Internasional pada tahun 2002 di 4 perkotaan yaitu Jakarta,
Surabaya, Semarang, Makasar dan 8 perdesaan di Sumbar, lampung, Banten,
Jateng, Jabar, Jatim, NTB, Sulsel, menunjukkan bahwa cakupan ASI ekslusif 56 bulan di perkotaan berkisar antara 1% - 13% sedangkan di perdesaan 2% 13%.
Pemberian ASI pada bayi erat kaitannya dengan keputusan ibu bayi.
Penelitian Hannon et al (1997) di Amerika Serikat menemukan bahwa faktor
utama yang mempengaruhi keputusan ibu dalam pemberian ASI, yaitu
pengetahuan ibu mengenai manfaat ASI. Hal senada dikemukakan oleh Dermer
(2001) bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan ibu memberikan ASI
adalah kurangnya informasi tentang manfaat ASI. Sedangkan menurut Killewo
et al (2002) faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian ASI di daerah
perdesaan Bangladesh adalah persepsi ibu tentang ASI eksklusif. Ibu yang
mempunyai persepsi negatif tentang ASI adalah ibu dari keluarga yang
berpendidikan dan berpendapatan rendah (Ruowei et al, 2002)
Kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif dan persepsi
yang kurang tepat tentang ASI eksklusif pada akhirnya akan mempengaruhi
praktek ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi. Oleh karena
itu ibu perlu memperoleh informasi yang tepat tentang ASI eksklusif. Konseling
menurut WHO (1993) dan Guise JM et al (2003) merupakan pendekatan
komunikasi

interpersonal

yang

sering

digunakan

dalam

peningkatan

pengetahuan serta perubahan sikap dan praktek di bidang kesehatan. Konseling
menurut Surya (2003) merupakan suatu hubungan yang bersifat membatu, yaitu
interaksi antara konselor dan klien merupakan suatu kondisi yang membuat
klien terbantu dalam mencapai perubahan yang lebih baik. Konseling gizi

3

merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai asupan gizi dan
mengidentifikasi area perubahan yang diperlukan. Konselor gizi memberikan
informasi, dukungan dan ikut membantu klien membuat dan memelihara
perubahan yang dibutuhkan tersebut.
Perubahan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, yang pada awalnya
selama 4 bulan, memerlukan kesiapan. Kesiapan individu untuk berubah
menurut

Murphy

(2005)

dipengaruhi

tingkat

pengetahuan,

persepsi,

keterampilan, kepercayaan, nilai, motivasi dan tingkat percaya diri dan harga
diri (self-esteem) dan juga membutuhkan persetujuan dari yang lain. Pendekatan
dalam konseling gizi dilakukan secara individual, sehingga diharapkan dapat
membantu kesiapan ibu melakukan perubahan perilaku melalui tahapan
perubahan pengetahuan, sikap dan praktek yang mendukung pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Rogers
(Notoatmodjo 2003) bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Sampai saat ini penelitian tentang konseling dalam meningkatkan
pemberian ASI eksklusif lebih banyak berbasis klinik atau rumah sakit oleh
tenaga kesehatan di daerah miskin perkotaan di mancanegara dan umumnya
adalah konseling laktasi (Morrow et al 1999; Hider et al 2000; Aidam et al
2005; Leite et al 2005). Ibu yang datang ke rumah sakit atau klinik
menunjukkan adanya kesadaran dari ibu untuk memeriksakan kesehatannya.
Tetapi tidak semua ibu memiliki kesadaran tersebut, apalagi untuk ibu
masyarakat miskin perdesaan karena pengetahuan dan pendidikan yang pada
umumnya masih rendah serta keterbatasan ekonomi mereka. Mencermati hal
ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian konseling gizi di perdesaan
pada keluarga miskin dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan.

4

Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh konseling
gizi pada ibu keluarga miskin perdesaan terhadap pemberian ASI eksklusif.
Secara khusus tujuannya adalah :
1. Menganalisis pengetahuan gizi pada ibu yang diberi konseling gizi dan yang
tidak diberi konseling gizi
2. Menganalisis sikap gizi pada ibu yang diberi konseling gizi dan yang tidak
diberi konseling gizi
3. Menganalisis praktek gizi pada ibu yang diberi konseling gizi dan yang
tidak diberi konseling gizi
4. Menganalisis konsumsi dan status gizi Ibu pada kelompok yang diberi
konseling gizi dan yang tidak diberi konseling gizi
5. Menganalisis konsumsi, status gizi dan kesehatan bayi pada kelompok yang
diberi konseling gizi dan yang tidak diberi konseling gizi
6. Menganalisis pengaruh konseling gizi terhadap status pemberian ASI
ekslusif 6 bulan.

Kegunaan
Hasil

penelitian

ini

diharapkan

dapat

memperkaya

khasanah

pengetahuan tentang dimensi konseling gizi dalam perubahan pengetahuan gizi,
sikap gizi dan praktek gizi yang mendukung pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan. Selain itu juga sebagai masukan bagi penyempurnaan program dalam
meningkatkan pemberian ASI eksklusif di masyarakat.

Hipotesis
Hipotesis 1 :
Pengetahuan gizi ibu akan lebih baik pada ibu yang diberi konseling gizi
dibandingkan ibu yang tidak diberi konseling gizi

5

Hipotesis 2 :
Sikap gizi ibu akan lebih baik pada ibu yang diberi konseling gizi
dibandingkan ibu yang tidak diberi konseling gizi

Hipotesis 3 :
Praktek gizi ibu akan lebih baik pada ibu yang diberi konseling gizi
dibandingkan ibu yang tidak diberi konseling gizi

Hipotesis 4 :
Konseling gizi berpengaruh positif dan signifikan pada pemberian ASI
ekslusif enam bulan.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Komposisi dan Kandungan Gizi ASI
Air susu ibu (ASI)

merupakan satu-satunya makanan yang paling

sempurna bagi bayi dan anak. Sempurna bukan hanya karena lengkapnya
kandungan zat gizi yang ada pada ASI, namun lebih dari itu ASI mengandung
zat kekebalan yang mampu melindungi bayi dan anak dari berbagai macam
penyakit infeksi, dan ASI memberikan sentuhan emosional bagi bayi dan anak
serta ibu yaitu rasa terlindungi, aman dan damai (Depkes 1991).
Komposisi ASI menurut stadium laktasi adalah kolostrum, air susu
transisi, air susu mature. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali di
sekresi oleh kelenjar mamma dari hari pertama sampai hari kelima masa laktasi.
Kolostrum merupakan cairan kental dengan warna kekuningan dan lebih kuning
dibandingkan ASI yang mature. Kolostrum yang disekresi pada hari pertama,
kualitasnya lebih baik dibandingkan yang disekresi pada hari kedua sampai
keempat. Protein pada kolostrum adalah protein globulin.

Kolostrum

mengandung antibodi yang mampu memberikan perlindungan pada bayi sampai
6 bulan. Komposisi gizi kolostrum lebih tinggi dibandingkan komposisi ASI
mature. Volume kolostrum berkisar antara 150 – 300 gram per hari (Lawrence
1985).
ASI masa transisi merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai
menjadi ASI mature. ASI ini diproduksi dari hari kelima sampai hari kesepuluh.
Kadar protein ASI mature lebih rendah dibandingkan kolostrum yaitu 1,1gram
berbanding 2,2 gram per 100 ml, tetapi kadar lemak dan laktosanya semakin
tinggi dari kolostrum. ASI mature merupakan air susu yang disekresi pada hari
kesepuluh dan seterusnya. Komposisi relatif konstan dan warnanya lebih putih
kekuningan yang merupakan pembentukan garam kalsium, kaseinat, riboflavin
dan karoten (Prentice 2001).
Kandungan ASI selain mengandung unsur gizi juga mengandung
berbagai enzim yang berfungsi membantu pencernaan zat gizi sebelum
pankreas berfungsi sempurna, sebagai pengangkut mineral Fe, Mg, Zn dan Se,
dan berfungsi sebagai anti infeksi.

Enzim yang terdapat dalam ASI yaitu

7

amylase berfungsi untuk mencerna polisakarida, lipase berfungsi untuk
mencerna lemak dan anti infeksi,

protease berfungsi sebagai proteolisis,

santhin oksidase berfungsi sebagai karier zat besi, glutathione peroksidase
berfungsi sebagai karier selenium, alkalin phosphatase berfungsi sebagai karier
zinc dan magnesium, antiprotease berfungsi sebagai proteksi bioaktif
komponen

enzim,

immunoglobulin

dan

hormon

pertumbuhan,

sulfhidriloksidase berfungsi untuk mempertahankan struktur dan fungsi protein
ASI, serta lisozim dan peroksidase berfungsi sebagai bakterisidial (Prentice
2001).

ASI Eksklusif
Pengertian ASI Eksklusif
Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration) tahun 1990 merupakan
salah satu hasil kolaborasi antara organisasi internasional, pemerintah dan LSM
yang bersama-sama mendukung negara-negara untuk menentukan standar
meningkatkan keadaan gizi. Deklarasi Innocenti bertujuan untuk melindungi,
mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI eksklusif sejak
lahir sampai usia 4 – 6 bulan. Setelah berumur 4 – 6 bulan, bayi diberi makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang benar dan tepat serta ASI diteruskan sampai
bayi berusia 2 tahun.
UNICEF dan World Health Assembly (WHA) pada tahun 1999
memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI
eksklusif menjadi 6 bulan. WHO tetap merekomendasikan bayi harus diberi
ASI eksklusif dari mulai lahir sampai usia 4 – 6 bulan (WHO 1999). WHO
berpendapat rekomendasi tersebut masih perlu dikaji lagi meskipun cukup
informasi ilmiah dan pemahaman yang lebih baik terhadap pengaruh secara
individual dan populasi dari pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
Tanggal 13-17 Maret 2000 sebanyak dua puluh ahli berkumpul di
Geneva untuk membantu WHO dan UNICEF dalam merumuskan waktu
pemberian ASI eksklusif. Para ahli berpendapat bahwa sepanjang 10 tahun
setelah Deklarasi Innocenti, cukup bukti ilmiah untuk mengubah jangka waktu

8

pemberian ASI eksklusif menjadi 6 bulan, maka ditetapkan bahwa pemberian
ASI eksklusif dari mulai lahir sampai 6 bulan.
ASI eksklusif (exclusive breastfeeding) menurut WHO (2003) yaitu bayi
hanya diberi ASI saja sebagai sumber makanan tanpa cairan atau makanan
lainnya kecuali obat-obatan, suplemen vitamin dan mineral yang diberikan
karena alasan medis. Bayi yang menerima ASI sebagai sumber makanan tetapi
juga menerima air, sari buah, vitamin dan mineral serta obat-obatan disebut
predominan (predominant breastfeeding).
Pada umumnya rekomendasi menggunakan istilah “sekitar”, “sampai”,
“sedikitnya” untuk pengenalan MP-ASI, sehingga ada yang memberikan lebih
awal pada saat memasuki 6 bulan, atau setelah bayi berusia 6 bulan.
Bagaimanapun tidak bisa persis pada hari atau jam berikutnya melengkapi 6
bulan pemberian ASI eksklusif. Keuntungan ASI eksklusif sampai 6 bulan akan
jauh lebih baik bagi bayi yang dilahirkan dengan risiko yang tinggi (misalnya
yang dilahirkan pada lingkungan yang kurang higienis) dibandingkan bayi yang
lahir pada kelompok mampu dan lingkungan yang bersih (WHO 2003)

Manfaat ASI Eksklusif
ASI eksklusif

memberikan banyak keuntungan baik dari segi gizi

maupun kesehatan bayi. ASI tersedia dalam keadaan bersih sebagai sumber
energi, semua zat gizi esensial dan air. ASI mengandung zat kekebalan dan
komponen yang menguntungkan bagi bayi. Keuntungan ASI dari segi
kesehatan adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian karena diare,
infeksi saluran pernapasan, dan kasus penyakit lainnya (Lung’aho 2001).
Hasil riset ilmiah sepanjang tiga dekade terakhir membuktikan bahwa
menyusui merupakan hal yang paling tepat bagi bayi karena dapat melindungi
bayi dari infeksi, alergi dan asma, pertumbuhan

dan perkembangan fisik,

motorik, psikologi, dan juga memberikan perlindungan ketika dewasa dari
penyakit diabetes, hipertensi dan penyakit jantung. Selain itu menyusui juga
bermanfaat bagi ibu dalam mengurangi kejadian anemia dan kanker payudara,

9

kanker ovarium, menghemat uang dan membantu mengendalikan kesuburan
(Phatak 2001)
Pemberian ASI eksklusif akan bermanfaat bagi bayi, ibu, keluarga dan
pada akhirnya bagi negara. Bayi yang diberi ASI akan tercukupi kebutuhannya
sampai usia 6 bulan, meningkatkan daya tahan tubuh bayi, meningkatkan
kecerdasan dan meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.
Berdasarkan hasil kajian meta analisis tentang perkembangan intelektual bayi
yang diberi ASI dan tidak diberi ASI yang dikemukakan oleh Anderson (1999)
bahwa perkembangan intelektual anak lebih baik pada anak yang diberi ASI
berdasarkan skor perkembangan kognitif anak. Anak yang memperoleh ASI
mempunyai skor 3,16 point lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak diberi
ASI.
Bayi yang tidak diberi ASI lebih besar peluang meninggal karena
penyakit infeksi pada tahun pertama kehidupannya (Gambar 1). Risiko
kematian semakin besar pada bayi yang berusia lebih muda. Bayi yang tidak
diberi ASI pada bulan pertama kehidupannya mempunyai risiko 6 kali lebih
besar dibandingkan bayi yang diberi ASI. Risiko akan semakin menurun seiring
dengan pertambahan usia bayi (WHO 2000).

7
6
5
4
3
2
1
0

0-1

2-3

4-5

6-8

9-12

Usia (bulan)

Gambar 1 Peluang meninggal karena infeksi pada bayi yang tidak diberi ASI
(WHO 2000).

10

Manfaat memberikan ASI eksklusif bagi ibu adalah mengurangi
pendarahan,

mengurangi

terjadinya

anemia,

menjarangkan

kehamilan,

mengecilkan rahim, menurunkan berat badan, mengurangi kemungkinan
menderita kanker, memberi kepuasan pada ibu, praktis dan ekonomis. ASI
memberikan manfaat ekonomi karena akan mengurangi biaya pengeluaran
terutama untuk membeli susu. Lebih jauh, bagi negara pemberian ASI dapat
menghemat devisa negara, menjamin tersedianya sumber daya manusia yang
berkualitas, menghemat subsidi biaya kesehatan masyarakat, dan mengurangi
pencemaran lingkungan akibat gangguan plastik sebagai bahan peralatan susu
formula. Dengan demikian menyusui bersifat ramah lingkungan (Depkes
2002).

Praktek Pemberian ASI Eksklusif
Menyusui merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak 230 juta
tahun yang lalu oleh golongan mamalia. Hal ini lebih dikarenakan kewajiban
untuk memberikan makan pada anak-anaknya. Industri dalam bidang makanan
mulai terjadi saat revolusi industri pada abad 19. Pabrik pengolahan susu
mengalami kemajuan pesat dan kemudian mengembangkan serta memproduksi
susu sesuai dengan kebutuhan khusus, misalnya susu untuk bayi yang baru
dilahirkan. Promosi yang agresif tidak hanya membuat ibu-ibu tertarik untuk
memberikan bayinya susu botol, tetapi juga membuat percaya bahwa susu
formula sungguh praktis, aman dan bagi yang bekerja dapat segera kembali
bekerja tanpa harus menyusui (Phatak 2001). Kondisi tersebut pada akhirnya
akan berpengaruh terhadap praktek pemberian ASI oleh ibu kepada bayinya.
Praktek pemberian ASI merupakan hal yang paling krusial dalam
pemenuhan kebutuhan gizi bayi. Sedikitnya ada tiga permasalahan dalam
praktek pemberian ASI. Pertama, setelah bayi dilahirkan kolostrum tidak
diberikan. Kedua, pemberian ASI eksklusif kurang bisa diharapkan. Ketiga,
pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu cepat atau terlalu lambat.
Masalah

tersebut

menyebabkan

anak

di

Asia

mengalami

gangguan

pertumbuhan. Dilaporkan bahwa di Bangladesh bayi yang diberi kolostrum

11

sebanyak 47%, di Pakistan hanya 25% dilaporkan ibu yang memberikan ASI
dalam 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan dan di Srilangka 55% bayi diberi
kolostrum. Praktek pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 4-6 bulan, rata-rata
hanya 0,5 bulan di Pakistan, di Srilangka 1,2 bulan (Mason et al. 2001)
Konvensi Hak-Hak Anak tahun 1990 antara lain menegaskan bahwa
tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak. Berarti ASI
selain merupakan kebutuhan, juga merupakan hak azasi bayi yang harus
dipenuhi oleh orang tuanya. Hal ini telah dipopulerkan pada pekan ASI Sedunia
tahun 2000 dengan tema “Memberi ASI adalah hak azasi ibu; Mendapatkan
ASI adalah hak azasi bayi” (Depkes 2002).

Hal senada dikemukan oleh

Engesveen (2005) bahwa pemberian ASI merupakan hak azasi anak dan
pemberian ASI memberikan kontribusi kepada pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs) karena ASI merupakan komponen penting dalam
strategi mencegah kelaparan pada bayi.
Hasil penelitian tentang praktek menyusui menunjukkan selama tahun
pertama kehidupan bayi 98% bayi di Afrika, 96% bayi di Asia dan 90% bayi di
Amerika Selatan mendapatkan ASI selama beberapa periode. Periode ASI
eksklusif pada umumnya masih rendah. Di beberapa negara yang umumnya
secara tradisional memberikan ASI lebih lama seperti di Indonesia, Kenya, Peru
dan Philipina, cairan tambahan segera diberikan pada minggu-minggu pertama
kehidupannya. Contohnya di Peru, dari 99% bayi yang diberi ASI, dalam bulan
pertama kehidupannya 83% menerima air atau teh sebagai tambahan ASI
(WHO 1997).
Pemberian ASI eksklusif yang rendah juga dialami oleh negara maju
seperti Amerika Serikat. Departemen Kesehatan Amerika dalam pencapaian
healthy people 2010 menargetkan pemberian ASI oleh ibu setelah melahirkan
kepada bayinya sebesar 75%, 50% sampai bayi berusia 6 bulan dan 25%
sampai bayi berusia 1 tahun. Pemberian ASI kepada bayi terus menurun, dan
rendah pada golongan rawan yaitu golongan yang berpendapatan rendah,
berpendidikan rendah dan pada populasi berkulit hitam. Berdasarkan data tahun
2001 hanya 58% ibu yang berpendapatan rendah menyusui bayinya, sedangkan
53% pada ibu berkulit hitam. Bayi yang terus disusui sampai 6 bulan dari ibu

12

yang menyusui hanya sebesar 21% pada ibu yang berpendapatan rendah dan
22% pada ibu yang berkulit hitam (Guise et al. 2003)
Penelitian yang dilakukan Lung’aho (2001) mengidentifikasi beberapa
praktek spesifik dan intervensi dalam menunjang keberhasilan pemberian ASI
eksklusif , yaitu :
1. Segera disusui setelah bayi dilahirkan, karena akan menstimulasi
pengeluaran oxytocin dan mengembalikan kekuatan kontraksi uteri.
Kondisi ini membantu mengontro