Factors influencing fishermen behavior to utilize fishery resources in the north coast of West Java

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU
NELAYAN ARTISANAL MEMANFAATKAN
SUMBERDAYA PERIKANAN
DI PANTAI UTARA JAWA BARAT

PRIHANDOKO SANJATMIKO

MAYOR ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ii

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi saya berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi

Perilaku Nelayan Artisanal Memanfaatkan Sumberdaya Perikanan di Pantai Utara Jawa Barat
adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan oleh penulis lain, telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka
pada bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Desember 2011

Prihandoko Sanjatmiko
NIM P061040091

iii

ABSTRACT
PRIHANDOKO SANJATMIKO. 2011. Factors Influencing Fishermen Behavior to Utilize
Fishery Resources in the North Coast of West Java. Supervised by: AMRI JAHI, DARWIS S
GANI, I GUSTI PUTU PURNABA, LUKY ADRIANTO, IWAN TJITRADJAJA.
The objective of this study to determine the factors influencing fishermen behavior to
utilize Fishery Resources in the North Coast of West Java base upon the Theory of Planned
Behavior (TPB). In the fishery system in Indonesia there is a complex issues of coastal resource

use in with a more diversity of stakeholders utilizing these resources. The populations of
artisanal fishermen in the northern coast of West Java Province were 10.404 household.
Techniques for sampling by cluster random sampling, with the number of household sample of
400 artisanal fishermen. Data was collected using a questionnaire interview further processed
using the program structural equation model (SEM) and LISREL 8:54. The conclusions of this
study were: (a) Attitude, Subjective Norm and Perceived Behvior Control variabels were the
factors which direct influencing to the Behavior Intention variables in the fishery activity of
fishermen. Individual characteristics variebles influence indirectly to the Behavior Intention
variable, (b) The magnitude Behavior Intention varieble influence on behavioral variables 0, 68
with the coefficient of determinant (R2) of 0.47. This situation indicates the influence of other
variables by 53% beyond the variables discussed in this study the variables affecting the
behavior, (c) The amount of influence of individual characteristics variables as background
factors (background factor) to the variable Attitude, Subjective Norm and Perceived Control and
Behvior variables respectively 0.15, 0.22 and 0.26.

Keywords: artisanal fishermen behavior, behavior intention, attitude, subjective norm,
perceived behavior control

iv


RINGKASAN
PRIHANDOKO SANJATMIKO. 2011. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku
Nelayan Artisanal Memanfaatkan Sumberdaya Perikanan di Pantai Utara Jawa Barat.
Dibimbing oleh: AMRI JAHI, DARWIS S GANI, I GUSTI PUTU PURNABA, LUKY
ADRIANTO dan IWAN TJITRADJAJA.
Mendeskripsikan perilaku nelayan artisanal di Indonesia khususnya di pantai Utara Jawa
Barat secara akurat dengan menggunakan perspektif Theory Planned Behavior, penting untuk
dilakukan. Urgensi ini diperkuat dengan masih minimnya hasil penelitian tentang nelayan
artisanal Indonesia di tengah kondisi degradasi sumberdaya laut yang semakin menurun,
kemiskinan absolut yang dihadapi oleh nelayan, kompleks persoalan pemanfaatan sumberdaya
pesisir serta beragamnya pihak berkepentingan pemanfaat sumberdaya tersebut. Kajian teoritis
yang menjelaskan bagaimana dampak sikap terhadap perilaku individu telah dibahas sejak tahun
1862. Tesis utama dari perkembangan perspektif teori tersebut adalah “sikap dapat menjelaskan
perilaku individu”. Berangkat dari kritik terhadap teori dan pengukuran sikap yang seringkali
tidak tepat, yaitu tidak dapat memperkirakan perilaku yang akan timbul, maka perspektif Theory
Planned Behavior menganggap penting melihat unsur “niat untuk berperilaku”.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi niat
untuk berperilaku nelayan artisanal dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan, (2)
Menentukan intensitas pengaruh faktor niat untuk berperilaku tersebut terhadap perilaku nelayan
artisanal dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan, (3) Menentukan intensitas pengaruh

faktor latar belakang berupa karakteristik individu terhadap sikap, kepatuhan terhadap patron dan
kemampuan berperilaku.
Lokasi penelitian terletak di desa-desa pesisir pada rumah tangga nelayan artisanal
pemilik perahu di lima kabupaten di pantai Utara Provinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Cirebon,
Indramayu, Subang, Karawang dan Bekasi. Penelitian dilakukan pada Desember 2009 – Februari
2011. Jumlah populasi nelayan artisanal di pantai Utara Provinsi Jawa Barat 10.404 rumah
tangga. Menggunakan teknik pengambilan sampel acak kluster ditentukan 400 sampel kepala
rumah tanggal nelayan artisanal pemilik yang mengoperasikan perahunya sendiri.
Gambaran mengenai karakteristik umum nelayan artisanal di wilayah studi; (1)
berdasarkan usia, nelayan artisanal berada pada usia antara 30 hingga 55 tahun, (2) berdasarkan
jumlah tanggungan keluarga sebagian besar dari mereka harus menghidupi 4 hingga 5 jiwa, (3)
berdasarkan pendidikan non formal yang pernah diikuti, sebagian besar dari mereka hanya
pernah mengecap pendidikan non formal (dalam bentuk kursus, magang dan pelatihan) tidak
lebih dari 15 jam dalam satu tahun terakhir, (4) berdasarkan pengalaman sebagai nelayan,
mereka telah memiliki pengalaman sebagai nelayan antara 18 hingga 23 tahun, (5) berdasarkan
ukuran perahu yang dimiliki mereka hanya memiliki ukuran perahu dengan indeks luas perahu 3
hingga 26 M².
Hasil uji kecocokan keseluruhan model perilaku nelayan, menunjukkan model yang fit
dengan model perilaku dengan nilai Khi-kuadrat 139,54, derajat bebas (df) 126, dan P-value =
0,19332. Ukuran kecocokan lainnya yaitu RMSEA=0.016, GFI=0.96, AGFI=0.95, CFI=0.99,

NFI=0.95 dan NNFI=0.99. Analisis model struktural menunjukkan bahwa (1) adanya pengaruh
langsung peubah karakteristik individu terhadap sikap sebesar 0,15 yang nyata pada α = 0,05, (2)
adanya pengaruh langsung peubah karakteristik individu terhadap kepatuhan kepada patron 0,22
yang nyata pada α=0,05, (3) adanya pengaruh langsung peubah karakteristik individu terhadap
kemampuan berperilaku 0,26 yang nyata pada α = 0,05, (4) adanya pengaruh langsung peubah

v
sikap, kepatuhan kepada patron, kemampuan berperilaku terhadap niat untuk berperilaku masing
0,26; 0,46 dan 0,55 yang nyata pada α= 0,05. Secara bersama pengaruh ketiga peubah tersebut
terhadap peubah niat untuk berperilaku nelayan sebesar 64 persen yang nyata pada α = 0,05; (5)
pengaruh peubah niat untuk berperilaku terhadap perilaku 0,68. Pengaruh niat untuk berperilaku
pada perilaku koefisien determinasinya 47 persen, sehingga 53 persen merupakan pengaruh
peubah lain di luar penelitian ini.
Simpulan. (1) Peubah sikap, kepatuhan kepada patron dan peubah kemampuan
berperilaku merupakan faktor-faktor yang memengaruhi secara langsung peubah niat untuk
berperilaku nelayan dalam kegiatan perikanan tangkap. Peubah karakteristik individu
memengaruhi secara tidak langsung peubah niat untuk berperilaku, (2) Besaran pengaruh peubah
niat untuk berperilaku terhadap peubah perilaku 0, 68 dengan nilai Koefisien Determinan (R2)
sebesar 0,47. Keadaan ini mengindikasikan adanya pengaruh peubah lain sebesar 53% di luar
peubah yang dibahas dalam penelitian ini yang memengaruhi peubah perilaku, (3) Besaran

pengaruh peubah Karakteristik Individu sebagai faktor latar belakang (background factor)
terhadap peubah Sikap, Kepatuhan kepada Patron dan peubah Kemampuan Berperilaku 0,15,
0,22 dan 0,26.
Saran. Aspek Perilaku Individu Nelayan (1) Mengingat perilaku nelayan dipengaruhi
secara positif oleh niat untuk berperilaku dengan nilai koefisien determinan (R2= 0,47), maka
untuk meningkatkan perilaku diperlukan peningkatan niat untuk berperilaku. (2) Mengingat
peubah niat untuk berperilaku secara bersama-sama dipengaruhi oleh peubah sikap, kepatuhan
terhadap patron dan kemampuan berperilaku nelayan dengan nilai koefisien determinan
(R2=0,64), maka untuk meningkatkan niat untuk berperilaku diperlukan peningkatan sikap,
kepatuhan kepada patron dan kemampuan berperilaku nelayan, (3) Mengingat pengaruh peubah
kemampuan berperilaku nelayan terhadap niat untuk berperilaku 0,55, pengaruh kepatuhan
kepada patron terhadap niat untuk berperilaku nelayan 0,46 dan pengaruh sikap terhadap niat
untuk berperilaku 0,26, maka dapat dinyatakan bahwa peubah kemampuan berperilaku
merupakan peubah yang paling dominan diantara ketiga peubah tersebut dalam mempengaruhi
niat untuk berperilaku, kemudian disusul peubah kepatuhan kepada patron dan peubah sikap.
Prioritas program peningkatan niat untuk berperilaku nelayan yang mendorong peningkatan
upaya penangkapan ikan dilakukan dengan cara: (a) Meningkatkan kemampuan berperilaku
nelayan untuk dapat terwujud dalam bentuk perilaku dengan menghilangkan/mengurangi
kendala-kendala yang dihadapi dalam bidang penggunaan alat tangkap, penggunaan alat bantu
tangkap dan persiapan operasi penangkapan, (b) Meningkatkan kepatuhan nelayan kepada

patronnya dalam hal ini adalah punggawa yang mendorong ke arah perilaku positif khususnya
dalam aspek penggunaan alat bantu tangkap, pelaksanaan operasi penangkapan dan menjaga
mutu ikan hasil tangkapan, (c) Meningkatkan sikap nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan
dengan mengembangkan program peningkatan pengetahuan nelayan khususnya dalam aspek
penggunaan alat tangkap, pelaksanaan operasi penangkapan dan menjaga mutu ikan hasil
tangkapan.
Aspek Struktur. Peubah yang dibahas dalam penelitian ini adalah peubah dalam perilaku
individu. (1) Mengingat adanya pengaruh peubah lain 53 persen di luar peubah yang dibahas
dalam penelitian ini. Pengaruh peubah lain tersebut berada dalam tatanan struktur yang dapat
berupa kebijakan, tekanan sosial dari pihak berkepentingan lain pemanfaat sumberdaya pesisir
dan perikanan, tekanan karena degradasi sumberdaya pesisir/perikanan dan sebagainya, (2)
Mengingat diperlukan eksploitasi ikan dengan memperhatikan kelangsungan aspek ekonomis,
sosial dan lingkungan yang optimal, maka untuk mencegah tragedi sumberdaya milik bersama

vi
dalam tingkat struktur dilakukan kontrol tingkat upaya penangkapan, (3) Kontrol tingkat upaya
penangkapan dilakukan melalui kesepakatan diantara pihak yang memiliki kepentingan
sumberdaya pesisir/perikanan melalui adanya sharing terhadap hak dan kewajiban dalam bentuk
ko-manajemen kegiatan perikanan di wilayah studi. Diperlukan penelitian lanjutan untuk
menelaah peubah-peubah lain yang memberikan kontribusi terhadap perilaku nelayan artisanal

dalam kegiatan perikanan tangkap.

Kata Kunci: Perilaku Nelayan Artisanal, Niat untuk Berperilaku, Sikap,
Tingkat Kepatuhan terhadap Patron, Tingkat Kemampuan Berperilaku
.

vii

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam
bentuk apapun atanpa izin IPB.

viii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERILAKU NELAYAN ARTISANAL

MEMANFAATKAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PANTAI UTARA
JAWA BARAT

PRIHANDOKO SANJATMIKO

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memeroleh gelar Doktor pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

MAYOR ILMU PENYULUHAN PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

ix
Judul Disertasi

: Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Nelayan Artisanal

Memanfaatkan Sumberdaya Perikanan di Pantai Utara Jawa Barat.

Nama

: Prihandoko Sanjatmiko

NIM

: P061040091

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc
Ketua

Dr. Iwan Tjitradjaja

Prof. Dr. Ir. H. Darwis S. Gani, MA
Anggota


Anggota

Dr. Ir. I. Gusti Putu Purbana, DEA

Dr. Ir. H. Luky Adrianto, M.Sc

Anggota

Anggota

Diketahui:
Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 9 Desember 2011

Tanggal Lulus :

x

Penguji pada Ujian Tertutup
1. Prof. Dr. Ir. Sumardjo, MS
Director Center for Alternative Dispute Resolution and Empowerment (CARE)
IPB/Staf Pengajar Program Studi Penyuluhan Pembangunan
Sekolah Pascasarjana IPB)
2. Dr. Ir. Arif Satria, SP, M.Si
(Staf Pengajar Fakultas Ekologi Manusia IPB/Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB)

Penguji pada Ujian Terbuka
1. Dr. Dedi S. Adhuri
(Peneliti pada Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia/LIPI)
2. Dr. Ma’mun Sarma, M.Ec
(Staf Pengajar Program Studi Penyuluhan Pembangunan
Sekolah Pascasarjana IPB)

xi

PRAKATA
Dengan memanjatkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan
sehingga penelitian disertasi ini dapat saya selesaikan. Penelitian ini mengambil tema faktorfaktor yang memengaruhi perilaku nelayan artisanal di pantai Utara Jawa Barat.
Dalam penyelesaian penelitian disertasi ini, saya mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Amri Jahi dan para anggota komisi pembimbing Prof. Dr. H. Darwis S Gani, MA, Dr.
Ir. I Gusti Putu Purnaba, Dr. Ir. H. Luky Adrianto dan Dr. Iwan Tjitradjaja yang telah
memberikan bimbingan dan arahan. Penghargaan dan ucapan terima kasih juga saya sampaikan
kepada Bapak Prof. Dr. Sumardjo, MS dan Bapak Dr. Arif Satria, SP, M.Si yang telah bertindak
selaku Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup Disertasi pada tanggal 7 Oktober 2011. Bapak
Dr. Dedi S Adhuri dan Bapak Dr. Ma’mun Sarma, M.Ec sebagai Penguji Luar Komisi pada
Ujian Terbuka. Kepada Rektor Universitas Indonesia, Dekan FISIP Universitas Indonesia dan
Bapak Dr. Iwan Tjitrdajaja (Ketua Departemen Antropologi FISIP UI) yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk melanjutkan pendidikan doktoral pada Program Studi Penyuluhan
Pembangunan IPB. Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada para guru-guru saya; Bapak
Dr. Boedhihartono, Bapak Prof. Dr. Achmad Fedyani Saifuddin dan para guru yang lain beserta
segenap kolega staf pengajar Departemen Antropologi FISIP UI yang tidak dapat saya sebutkan
namanya satu persatu. Dengan kesabaran dan ayoman, Beliau-beliau terus memberi semangat
kepada saya untuk penyelesaian penelitian disertasi ini. Ucapan terima kasih juga saya
sampaikan kepada Bapak Dr. Imam Soeseno beserta jajaran Institute of Natural and Regional
Resourches, Dr. Dody Prayogo, Prof. (Riset) Dr. Asikin Djamali, Dr. Budi Hascaryo, dengan
segala ketulusan senantiasa memberikan semangat untuk saya segera menyelesaikan penelitian
disertasi ini.
Kepada saudara-saudaraku nelayan artisanal di pantai Utara Jawa Barat, terima kasih atas
keikhlasan hati kalian dalam menerima saya untuk banyak belajar mengenai bidang yang asing
dalam kehidupan saya. Akhirnya saya ucapkan pula terima kasih kepada istriku Nursih
Nurhayati serta kedua buah hatiku Alamanda Putria Jeannety dan Fitraya Bintang Jeannety atas
doa dan pengorbanan yang kalian berikan untuk selesainya penelitian disertasi ayah ini.
Bogor, Desember 2011
Prihandoko Sanjatmiko

xii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1966. Menikah dengan Nursih
Nurhayati dan dikaruniai dua orang anak; Alamanda Putria Jeannety (lahir 2005) dan Fitraya
Bintang Jeannety (lahir 2010).
Pendidikan Sarjana Antropologi, diselesaikan pada Program Sarjana Antropologi FISIP
UI pada tahun 1994 dan Magister Antropologi dari Universitas Indonesia pada tahun 2000.
Tahun 2004, melanjutkan pendidikan jenjang doktoral pada Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan, Sekolah Pascasarjana IPB dengan biaya beasiswa BPPS Depdiknas.
Sebelum dan selama menjadi mahasiswa Program Studi Penyuluhan Pembangunan IPB,
penulis bekerja sebagai Staf Pengajar Tetap pada Program Sarjana Antropologi, Departemen
Antropologi FISIP Universitas Indonesia sejak tahun 1995. Aktif sebagai peneliti pada Institute
of Natural and Regional Resources (INRR) dan Center for Alternative Dispute Resolution and
Empowerment (CARE) IPB; keduanya merupakan lembaga yang bergerak dalam bidang
penelitian, konsultasi lingkungan dan resolusi konflik perusahaan berbasis kawasan.
Berawal pada keikutsertaan dalam kegiatan Training of Trainer in Integrated Coastal
Management (ICM) on Coastal Project University of Rhode Island and Center for Studies of
Marine and Sea Resources, Bogor Agricultural Institute (IPB) pada Februari 2000, kegiatan
pendampingan dan mediasi konflik terhadap komunitas di sekitar perusahaan migas, kehutanan
dan perkebunan di wilayah Indonesia (mulai pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Papua) telah
dilakukannya. Demikian pula kegiatan sebagai auditor dalam bidang sustainable forest
management (SFM) pada kegiatan joint certification (Lembaga Ekolabel Indonesia – Forest
Stewardhips Council) bersama Societe Generale de Survailance (SGS) Indonesia.

xiii

DAFTAR ISI
Halaman
Abstract
Ringkasan
Prakata
Riwayat Hidup
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Glossary
Daftar Lampiran

iii
iv
xi
xii
xiii
xvi
xvii
xviii
xix

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Definisi Istilah

1
4
5
6
7

TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku
Niat untuk Berperilaku
Ringkasan

9
14
15

Faktor-faktor yang Memengaruhi Niat
untuk Berperilaku Nelayan Artisanal
Sikap (Attitude)
Kepatuhan kepada Patron (Subjective Norm)
Kemampuan Berperilaku (Perceived Behavior Control)
Faktor Latar Belakang: Karakteristik Individu
Nelayan Artisanal
Ringkasan
Hubungan antar Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Nelayan
Hubungan Karakteristik Individu dengan Sikap
Hubungan Karakteristik Individu dengan
Kepatuhan Kepada Patron
Hubungan Karaktersitik Individu dengan
Kemampuan Berperilaku
Hubungan Sikap dengan Niat untuk Berperilaku
Hubungan Kepatuhan terhadap Patron dengan
Niat untuk Berperilaku

16
17
18
19
30

32
33
34
35
35

xiv

Hubungan Tingkat Kemampuan Berperilaku dengan
Niat untuk Berperilaku
Hubungan Niat untuk Berperilaku dengan Perilaku
Nelayan Artisanal
Sistem Kegiatan Perikanan Tangkap pada Nelayan Artisanal
Perikanan Tangkap Nelayan Artisanal di Indonesia
Teknologi Perikanan Tangkap
Operasi Penangkapan
Pengerahan Modal dan Tenaga Kerja
Pemasaran Hasil Penangkapan Ikan
Common Property dan C0-Management dalam
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Kondisi Perikanan Tangkap di Pantai Utara Provinsi Jawa Barat
Studi-studi Terdahulu tentang Perilaku Nelayan dan
Theory Planned Behavior (TPB)
Ringkasan

36
37

43
45
46
48
50
50
56
59
61
66

KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
Kerangka Berfikir
Hipotesis Penelitian

68
68

METODA PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi
Sampel
Rancangan Penelitian
Data dan Instrumentasi
Data
Pengumpulan Data
Analisis Data
Instrumentasi
Validitas dan Reabilitas Instrumen

70
70
71
73
74
74
76
77
79
88

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Letak Geografis dan Kondisi Lingkungan
Perairan Pantai Utara Jawa Barat
Demografi Wilayah Pesisir Pantai Utara Jawa Barat
Komposisi Golongan Etnik
Profil Umum Responden Nelayan Artisanal
Langkah-langkah Pendugaan Parameter Perilaku Nelayan

92
92
92
94
95
97
103

xv

Pengujian Hipotesis
Hipotesis 1
Hipotesis 2
Hipotesis 3
Hipotesis 4
Hipotesis 5
Pembahasan
Theory Planned Behavior dalamMenggambarkan
Perilaku Nelayan di Pantai Utara Jawa Barat
Kontribusi Temuan Penelitian terhadap Persoalan
Sifat Kepemilikan Laut sebagai Sumber Milik “Bersama”

114
114
114
115
115
116
117
117
121

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

124
124
124

Daftar Pustaka

127

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xvi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1

Dikotomi antara Artisanal Fisheries dan Industrial Fisheries

41

Tabel 2

Kategori Nelayan Large-Scale, Small Scale dan Subsistent

42

Tabel 3

Populasi Rumah Tangga Perikanan Nelayan Artisanal
di Pantai Utara Jawa Barat

70

Tabel 4

Distribusi Sampel Penelitian

72

Tabel 5

Peubah dan Sub Peubah dari Model pada Gambar

74

Tabel 6

Susunan Kepakaran Juri Opinion Uji Instrumen Penelitian

89

Tabel 7

Rancangan Pengujian Model Perilaku Nelayan

90

Tabel 8

Rangkuman Hasil Uji Kesesuaian Model Perilaku Nelayan

107

Tabel 9

Dekomposisi Pengaruh antar Peubah Model Perilaku Nelayan

111

Tabel 10

Koefisien dan t-hitung Pengaruh Peubah Karakteristik
terhadap Sikap

Tabel 11

Koefisien dan t-hitung Pengaruh Peubah Karakteristik Individu
terhadap Kepatuhan kepada Patron

Tabel 12

114

Koefisien dan t-hitung Pengaruh Peubah Karakteristik Individu
Terhadap Tingkat Kemampuan Berperilaku

Tabel 13

114

115

Koefisien dan t-hitung Pengaruh Peubah Sikap, Kepatuhan
Kepada Patron dan Kemampuan Berperilaku terhadap
Niat untuk Berperilaku

Tabel 14

115

Koefisien dan t-hitung Pengaruh Peubah Niat untuk Berperilaku
terhadap Perilaku

116

xvii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1

Skema Perilaku dalam Theory Planned Behavior

13

Gambar 2

Dimensi Pengukuan Sikap

19

Gambar 3

Kaitan Aspek Bio-fisik dan Sosio Ekonomi dalam
Sistem Perikanan Tangkap

Gambar 4

Ruang Lingkup Studi Perilaku Nelayan dalam Memanfaatkan
Sumberdaya Perikanan Tangkap

Gambar 5

44

55

Kerangka Teori Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Nelayan Artisanal Memanfaatkan Sumberdaya
Perikanan Tangkap di Pantai Utara Jawa Barat

Gambar 6

68

Kerangka Hipotetik Model Atruktural Peubah Penelitian:
Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Nelayan
Memanfaatkan Sumberdaya Perikanan

90

Gambar 7

Pendugaan Parameter Model Struktural Perilaku Nelayan

105

Gambar 8

Pendugaan Parameter Model Perilaku Nelayan

106

Gambar 9

Korelasi antar Peubah Penelitian Faktor-faktor yang Memengaruhi
Perilaku Nelayan Artisanal dalam Memanfaatkan Sumberdaya
Perikanan

Gambar 10

113

Kontribusi Theory Planned Behavior terhadap Persoalan Sifat
Kepemilikan Ikan Laut sebagai Sumber Milik Bersama di
Wilayah Studi

121

xviii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Surat Keterangan Izin Penelitian dari Kepala Badan Kesatuan
Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Daerah Provinsi
Jawa Barat

Lampiran 2

Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 3

Lampiran output Simplis Lisrel 8.54 tanggal 28/7/2011 jam 15.38

Lampiran 4

Lampiran Statistik Deskriptif Kabupaten Bekasi, Karawang, Subang,
Indramayu, Cirebon

Lampiran 5

Gambaran Nelayan Artisanal di Pantai Utara Jawa Barat

Lampiran 6

Sebaran Populasi Rumah Tangga Perikanan Nelayan Artisanal di Pantai
Utara Jawa Barat

xix

GLOSSARY
Punggawa

adalah pemodal dengan sistem bagi hasil dalam sistem kegiatan perikanan
nelayan artisanal. Istilah lain popular yang juga dikenal di komunitas nelayan
pantai Utara Jawa yaitu langgan, bakul

Andun

adalah kegiatan migrasi sementara ke wilayah lain yang dilakukan oleh nelayan
dalam upaya mereka untuk tetap dapat melakukan kegiatan melaut

Garok

adalah jenis alat tangkap dasar jaring yang menggunakan kekuatan tenaga mesin
perahu dalam mengoperasikannya. Bagian ujung jaring alat ini bekerja dengan
cara menancap ke dasar laut kemudian jaring menyaring kolom air.

Kelip
Pertamina

adalah anjungan migas milik perusahaan migas yang beroperasi di tengah laut. Di
bagian bawah anjungan ini banyak merupakan lokasi tempat berlindungnya ikan

Dombret

adalah wanita pekerja seni pertunjukkan dangdut yang berusia remaja. Dalam
sistem seni pertunjukkan dangdut tersebut, dombret bertugas menemani
pengunjung pria yang datang. Pekerja seni dangdut dalam tingkat usia dewasa
disebut dongdot.

Mandi
Kembang

merupakan kegiatan ritual kepercayaan dalam bentuk memandikan perahu dengan
menggunakan air yang dicampur dengan kembang 7 rupa. Ritual ini dipercaya
memiliki fungsi sebagai penyelamat dan memberikan hasil tangkapan yang baik
dalam kegiatan melaut.

Fishing
Ground

merupakan lokasi perairan yang digunakan oleh nelayan untuk mencari ikan.

Horse Power disingkat HP atau istilah lain park de craft (PK) merupakan satuan kekuatan
mesin perahu/kapal

xx

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mengkaji perilaku nelayan artisanal di Indonesia, khususnya di pantai Utara
Jawa Barat penting dilakukan. Hal ini berguna untuk mengumpulkan data dasar
tentang perilaku nelayan untuk menyusun program peningkatan kesejahteraan mereka.
Keadaan ini menjadi makin kompleks karena degradasi sumberdaya laut yang mereka
eksploitasi semakin cepat, kemiskinan absolut yang mereka hadapi, semakin
kompleks persoalan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan semakin beragamnya
kepentingan

pemanfaat sumberdaya tersebut.

sumberdaya laut sebagai “milik bersama”,

Sementara itu, sifat kepemilikan

mendorong eksploitasi berlebih juga

merupakan ancaman penting.
Kajian teoritis tentang apa dampak sikap terhadap perilaku individu telah
dibahas sejak tahun 1862. Dalam kurun waktu antara 1918 hingga 1925, para ahli
psikologi sosial telah memunculkan berbagai teori yang menghubungkan sikap
dengan perilaku. Tesis utama perspektif teori tersebut “sikap dapat menjelaskan
perilaku individu”. Berangkat dari kritik pada teori dan pengukuran sikap yang tidak
tepat, Fishbein dan Ajzen menganggap pentingnya unsur “niat untuk berperilaku”.
Menurut kedua pakar itu, mengukur sikap pada sama dengan mengukur perilaku itu
sendiri karena niat dan perilaku berhubungan erat. Perspektif teori yang kemudian
dikenal sebagai Theory Planned Behavior ini telah digunakan oleh banyak peneliti
untuk memprediksi perilaku (behavior) melalui niat untuk berperilaku (behavior
intention).
Dalam hubungan ini, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas kesejahteraan nelayan, meskipun implementasi kebijakan
tersebut tidak selalu mempertimbangkan nelayan karena lemahnya regulasi dalam
bidang itu.

Misalnya Revolusi Biru pada 1970-an dan

regulasi

pada saat ini.

Revolusi Biru dilaksanakan pemerintah untuk mengikuti success story Revolusi
Hijau. Target Revolusi Biru untuk peningkatan kesejahteraan nelayan dengan
meningkatkan efisiensi dan produktifitas perikanan. Revolusi Biru ini meliputi
motorisasi dan modernisasi teknologi alat tangkap, pemberian fasilitas kredit berupa

2

kredit usaha, mesin, perahu dan peralatan penting lain kepada nelayan, membangun
fasilitas dan infrastruktur pendukung kegiatan perikanan agar lebih efektif dan
meningkatkan produksi seperti pelabuhan perikanan, ruang pendingin, tempat
pengeringan ikan dan pelelangan ikan (TPI). Pada tahun 1980 – 1996 kebijakan ini
diperbaharui dengan peluncuran deregulasi perikanan yang mencakup pengembangan
alat tangkap, pembangunan pelabuhan dan penambahan armada penangkapan ikan
melalui produksi dalam negeri maupun impor kapal bekas serta pemberian izin kapal
asing.
Dampak kebijakan Revolusi Biru hingga 2003 cukup fantastis dalam
meningkatkan produksi perikanan tangkap maupun budidaya. Revolusi Biru yang
didukung aktifitas usaha berskala besar dan padat modal menjustifikasi adanya
penetrasi kapitalisme yang tidak memandirikan nelayan kecil dan petani ikan. Secara
khusus ada enam implikasi dari perkembangan ini. Pertama, degradasi sumberdaya
ikan, penurunan daya dukung lingkungan laut dan kerusakan ekosistem; kedua,
menciptakan ketimpangan kelas yang lebar antara pemilik kapal dan buruh nelayan;
ketiga, degradasi hutan mangrove dan pengalihan lahan tambak kepada pemodal;
keempat, konflik ruang di wilayah pesisir yang disebabkan oleh wilayah kegiatan
perikanan, pelabuhan, pariwisata, industri maupun kawasan konservasi; kelima,
rendahnya kapasitas sumberdaya manusia nelayan sehingga produktifitas mereka juga
rendah dan keenam ketidakadilan struktural yang merugikan nelayan miskin dalam
keterbatasan akses modal.
Upaya lain yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan nelayan antara lain program kredit usaha nelayan, subsidi bahan bakar
minyak (BBM), pembagian wilayah penangkapan berdasarkan peralatan tangkap
nelayan, larangan penghapusan operasi kapal pukat harimau, pengelolaan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil serta dan alokasi dana sekitar Rp.927,82 milyar untuk
menyejahterakan nelayan. Namun demikian penegakkan regulasi dan implementasi
program-program tersebut masih lemah, mengindikasikan seolah-olah regulasi dan
kebijakan tersebut tidak pernah ada sehingga belum berhasil meningkatkan
kesejahteraan nelayan.

3

Memfokuskan studi ini, dalam fishery system, socio-economic environment
merupakan komponen penting selain komponen biophysical environment. Penelitian
ini membatasi pada kajian socio-economic environment berupa perilaku nelayan
artisanal dalam bidang perikanan tangkap yang meliputi kegiatan yaitu: (a)
penggunaan teknologi alat tangkap dan alat bantu tangkap terkait dengan capital
dynamics seperti armada alat tangkap (fleet) dan alat bantu tangkap untuk
menghasilkan hasil tangkapan maksimal dan menimalkan dampak lingkungan fisik,
(b) persiapan dan operasi penangkapan untuk meningkatkan kemampuan nelayan
menentukan musim ikan, lokasi penangkapan ikan, ukuran dan jenis ikan yang boleh
ditangkap serta kondisi cuaca yang cocok untuk melaut, (c) pengerahan tenaga kerja
dan modal untuk mengoptimalkan tenaga kerja dan modal dalam mengoperasikan
perahu beserta alat tangkap dan (d) menjaga mutu hasil tangkapan dan pemasaran
ikan yang berkualitas untuk dapat dijual dengan harga yang tinggi. Keempat kegiatan
perikanan tersebut seyogyanya menjadi perilaku nelayan yang hendak dijelaskan oleh
perspektif Theory Planned Behavior (TPB).
Theory Planned Behavior memiliki komponen attitude, subjective norm,
perceived

behaviour control dan background factor sebagai peubah yang

memengaruhi niat untuk berperilaku (behaviour intention), yang selanjutnya akan
memengaruhi perilaku individu. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
menentukan seberapa jauh faktor-faktor tersebut memengaruhi perilaku nelayan
artisanal di pantai Utara Jawa Barat.

4

4
Masalah Penelitian

Keberagaman latarbelakang nelayan artisanal (artisanal fishery) berpengaruh
pada perilaku nelayan dalam memanfaatan sumber daya perikanan seperti telah
dikemukakan pada bagian pendahuluan.

Perilaku nelayan dipengaruhi oleh attitude

(sikap), subjective norm (kepatuhan terhadap patron),

perceived behavior control

(kemampuan berperilaku), background factor (faktor latar belakang) dan behavior
intention (niat untuk berperilaku).
Berangkat dari pemikiran tersebut di atas maka beberapa masalah penelitian yang
perlu dijawab, ialah :
1. Faktor-faktor apa yang memengaruhi niat nelayan artisanal dalam memanfaatkan
sumberdaya perikanan?
2. Berapa besar pengaruh faktor niat tersebut terhadap perilaku nelayan artisanal dalam
memanfaatkan sumber daya perikanan?
3. Berapa besar pengaruh faktor latarbelakang berupa karakteristik individu terhadap
sikap, kepatuhan terhadap patron dan kemampuan berperilaku?

5
Tujuan Penelitian

Nelayan merupakan aktor sosial. Menurut perspektif Theory Planned Behavior,
perilaku seseorang sebagai aktor sosial ditentukan oleh niat untuk berperilaku, sikap,
kepatuhan terhadap patron, kemampuan berperilaku dan karakteristik individu sebagai
faktor latarbelakang.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi niat untuk berperilaku nelayan
artisanal dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan.
2. Menentukan intensitas pengaruh faktor niat untuk berperilaku tersebut terhadap
perilaku nelayan artisanal dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan.
3. Menentukan intensitas pengaruh faktor latar belakang berupa karakteristik
individu terhadap sikap, kepatuhan terhadap patron dan kemampuan berperilaku.

6
Kegunaan Penelitian

Dengan pemahaman yang lebih jelas tentang faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku nelayan dalam proses penangkapan hingga pemasaran ikan, penelitian ini
diharapkan akan memiliki kegunaan yang luas bagi referensi pengembangan pilihan
model peningkatan kesejahteraan nelayan tangkap dengan menggunakan perspektif
Theory Planned Behavior. Secara lebih rinci kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Menjadi referensi bagi pengembangan perilaku nelayan dalam penyelesaian masalah
kegiatan penangkapan ikan hingga pemasaran, khususnya di pantai Utara Jawa Barat
yang menjadi wilayah penelitian ini.
2. Menjadi referensi bagi agen perubahan baik pemerintah maupun swasta

yang

bergerak di bidang pengembangan sumberdaya perikanan dan kelautan.
3. Memperbanyak khazanah kajian tentang pengembangan kelompok dalam upaya
pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap nelayan kecil.
4. Mendorong studi lebih lanjut tentang perilaku nelayan tangkap dalam memanfaatkan
sumberdaya perikanan.

7
Definisi Istilah

1. Nelayan artisanal adalah nelayan pemilik perahu yang sebagian besar
penghasilannya berasal dari kegiatan penangkapan ikan di laut, yang
mengoperasikan sendiri perahunya dan menggunakan peralatan tangkap ikan
sederhana seperti gilnet, jaring badut, minitrawl, pancing dan rawai pancing,
yang mengoperasikan perahu berukuran 2,75 – 25 GT, panjang perahu antara
5 - 15 Meter dan lebar antara 1,5 - 6 Meter yang menggunakan sistem
penghasilan bagi hasil antara pemilik dan anak buah kapal, hasil tangkapan
ikan untuk pasar lokal.

2. Karakteristik individu nelayan adalah ciri-ciri yang menandai keadaan nelayan
dari sisi kondisi sosial yang terdiri dari:
a. Ukuran perahu diukur berdasarkan ukuran indeks luas perahu yang dimiliki,
merupakan hasil perkalian antara panjang dan lebar perahu dan dinyatakan
dalam meter persegi (M2).
b. Jumlah anak buah kapal diukur berdasarkan jumlah jiwa yang bekerja
menjadi anggota Anak Buah Kapal yang dimiliki responden.
c. Ukuran mesin perahu diukur berdasarkan ukuran kekuatan laju dorong
mesin perahu yang dinyatakan dalam paar de kraft (PK) atau tenaga kuda.

3. Sikap nelayan dalam proses kegiatan perikanan tangkap adalah total skore dari
domain sikap (aspek pengetahuan, perasaan dan perilaku) dalam bidang
penggunaan alat tangkap, pelaksanaan operasi penangkapan dan menjaga mutu
ikan hasil tangkapan.

4. Kepatuhan nelayan terhadap patron dalam proses kegiatan perikanan tangkap
adalah total skore dari pengaruh personal (significant other) dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh nelayan di bidang penggunaan
alat bantu tangkap, pelaksanaan operasi penangkapan dan menjaga mutu ikan
hasil tangkapan.

8
5. Kemampuan berperilaku nelayan dalam proses kegiatan perikanan tangkap
adalah total skore keyakinan individu untuk melakukan sesuatu dan evaluasi
individu dalam kemampuannya melakukan sesuatu dalam bidang penggunaan
alat tangkap, penggunaan alat bantu tangkap dan persiapan operasi
penangkapan

6. Niat untuk berperilaku nelayan adalah total skore kecenderungan, tekad atau
keinginan (intention) nelayan untuk melakukan kegiatan dalam bidang
penggunaan alat tangkap, pengerahan tenaga kerja penangkapan dan menjaga
mutu ikan hasil tangkapan.

7. Perilaku nelayan dalam proses kegiatan tangkap adalah total skore tindakan
yang dilakukan oleh nelayan dalam bidang penggunaan alat bantu tangkap,
pelaksanaan operasi penangkapan dan menjaga mutu ikan hasil tangkapan.

9

TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku
Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003) perilaku ialah
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Ada dua perspektif
teori yang menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan individu dalam membentuk
perilakunya. Perspektif teori pertama adalah nature sebagai ”the view espoused by
nativists. Nature refers not simply to abilities present at birth but to any ability
determined by genes, including those appearing through maturation”.

Para ahli

psikologi evolusi sebagai penganut perspektif teori ini menganggap bahwa perilaku
merupakan produk dari seleksi alam sebagai “evolutionary adaptation” (EA).
Ketertarikan interpersonal merupakan contoh sexual selection: laki-laki dan perempuan
memilih pasangan yang paling sesuai bagi sukses reproduksinya.
Kedua nurture sebagai “the view of empiricists, the view that everything is
learned through interactions with the environment, the physical and social world, more
widely referred to as ‘experience”. Para ahli psikologi radikal (seperti Skinner dan
Watson) berpendapat bahwa seluruh perilaku dapat dijelaskan oleh suatu peristiwa
sendiri. Skinner berpendapat bahwa proses pembelajaran suatu bahasa oleh anak kecil
dapat dijelaskan melalui reward dan konsekuensinya. Contoh lain dari perspektif teori ini
adalah bahwa schizophrenia muncul pada anak-anak yang senantiasa menerima informasi
kontradiktif dari kedua orang tuanya.
Teori Convergence memadukan kedua teori di atas. Teori ini menyebutkan bahwa
perkembangan individu adalah perpaduan antara bawaan dengan pengaruh luar. Kekuatan
internal dan eksternal saling berinteraksi, saling memengaruhi

pertumbuhan dan

perkembangan individu. Interaksi lingkungan dengan faktor bawaan tidak selalu tetap
dan tergantung pada sifat hereditas, sifat lingkungan dan intensitas pengaruh luar. Sifatsifat jasmani tubuh manusia merupakan ciri utama seseorang dan sulit diubah sedangkan
kemampuan berbicara, bersikap dan berperilaku dapat diubah melalui interaksi sosial
antara sifat bawaan dan lingkungan luar (Zanden dan James, 1995).

10
Memperkuat argumentasi tersebut, Lewin (dalam Hersey et al: 1996)
mengemukakan bahwa perilaku individu merupakan fungsi dari individu dan situasi.
Secara matematis kondisi demikian dinyatakan sebagai: B = ƒ (P,S). Dalam hal ini B =
behavior, P = person dan S = situation. Seseorang berperilaku, dipengaruhi oleh sesuatu
dalam diri orang (yang memotivasi individu untuk bertindak) dan oleh sesuatu di luar
orang itu (situasi), antara individu dengan situasi akan saling bergantung. Perilaku juga
dimotivasi oleh keinginan untuk mencapai hasil tertentu dan dipengaruhi oleh tujuan.
Tujuan atau sasaran tidak selamanya didasari oleh perilaku individu tersebut. Hal ini
dikarenakan adanya alam bawah sadar yang memengaruhi perilaku seseorang individu.
Menurut teori communication and human behavior, perilaku pada dasarnya
merupakan suatu tindakan manusia yang diawali oleh adanya proses input berupa
informasi yang masuk dari tiap individu (Ruben, 1992). Beragam informasi yang masuk
tersebut selanjutnya mengalami proses seleksi untuk menentukan informasi yang relevan.
Informasi yang telah melalui proses seleksi tersebut selanjutnya mengalami proses
interpretasi yang menyebabkan timbulnya beragam penafsiran terhadap informasi yang
sama dari tiap individu. Informasi yang mengalami interpretasi tersebut selanjutnya
disimpan

dalam short-term atau long-term memory. Tergantung pada penting atau

tidaknya nilai informasi. Bila informasi tersebut penting, maka individu akan menyimpan
informasi tersebut dalam long-term memory, sebaliknya bila informasi tersebut tidak
penting maka individu itu akan menyimpannya dalam short-term memory yang mudah
dilupakan. Adanya asupan informasi yang diproses dalam diri individu, memungkinkan
individu memiliki kebutuhan dan menentukan tujuan yang relevan dengan asupan
informasi tersebut. Jadi, asupan informasi mengalami seleksi, interpretasi dan retention
hingga munculnya kebutuhan dan tujuan yang berujung pada munculnya perilaku
individu.
Perilaku individu juga dapat dijelaskan oleh teori operant conditioning yang
digagas oleh BF. Skinner (Brophy, 1990). Menurut Skinner, perilaku individu pada
dasarnya merupakan hasil dari suatu proses belajar. Sementara itu Pavlov menganggap
tingkahlaku terjadi bila ada stimuli khusus, sementara Skinner menambahkan bahwa
tingkahlaku demikian hanya menerangkan sebagian kecil saja dari semua kegiatan.
Skinner berpendapat, ada bentuk tingkahlaku lain yang dia sebut sebagai tingkahlaku

11
operant,

yang sengaja terjadi pada lingkungan tanpa unconditioned stimuli, seperti

makanan. Penemuan Skinner memusatkan hubungan antara tingkahlaku dan konsekuen.
Contoh, jika menyenangkan, individu akan menggunakan tingkahlaku itu lagi sesering
mungkin. Menggunakan konsekuen yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam
mengubah tingkahlaku, sering disebut sebagai operant conditioning. Konsekuensi
menyenangkan akan memperkuat tingkahlaku, sementara konsekuensi yang tidak
menyenangkan akan memperlemah tingkahlaku. Jadi, konsekuensi yang menyenangkan
akan meningkat frekuensinya, sementara konseskuensi yang tidak menyenangkan akan
mengurang frekuensinya. Operant (perilaku diperkuat jika akibatnya menyenangkan)
merupakan tingkahlaku yang ditimbulkan oleh organisme itu sendiri. Operant belum
tentu didahului oleh stimuli dari luar. Operant conditioning akan terbentuk jika frekuensi
tingkahlaku operant bertambah atau bila timbul tingkahlaku operant yang tidak tampak
sebelumnya. Frekuensi terjadinya tingkahlaku operant ditentukan oleh akibat tingkahlaku
ini. Percobaan Skinner dengan tikus memerjelas hal ini. Tikus dibuat lapar dengan asumsi
karena dorongan lapar, maka timbul motivasi untuk belajar keluar dan mencari makanan.
Tikus yang lapar di dalam kotak, kesana-kemari tanpa sengaja menekan tombol.
Banyaknya tekanan per satuan waktu dihitung sebagai tingkahlaku operant penekanan
sebelum terbentuk operant conditioning.

Setelah tingkat operant diketahui,

eksperimenter mengaktifkan alat pemberi makan, sehingga setiap kali tikus menekan
tombol, segelintir makanan jatuh ke penampung makanan. Makanan ini memerkuat
frekuensi penekanan dan kecepatan penekanan berkurang jika makanan tidak muncul,
artinya operant respons mengalami extinction jika tidak mendapatkan reinforcement
(berupa makanan).
Theory Planned Behavior (Fisbein, 2005) melihat dengan menggunakan
perspektif lain tentang perilaku. Teori ini diawali dengan kritik terhadap teori dan
pengukuran sikap yang seringkali tidak tepat yaitu tidak dapat memperkirakan perilaku
yang akan timbul.
Pada awal tahun 1862 para ahli psikologi mulai membangun teori yang
menunjukkan dampak sikap terhadap perilaku. Para ahli psikologi sosial kemudian
melanjutkan studi mengenai sikap dan perilaku antara kurun waktu tahun 1918 dan 1925
dan menghasilkan banyak kemunculan teori baru dengan penekanan kaitan antara sikap

12
dan perilaku. Tesis utama dari trend perkembangan teori tersebut adalah bahwa sikap
dapat menjelaskan perilaku manusia. Pada masa itu Thomas dan Znaiecki ialah ahli
psikologi pertama yang menyampaikan bahwa sikap merupakan proses mental individual
yang menentukan perilaku aktual individu dan respon potensialnya. Berangkat dari
perspektif tersebut maka para ahli psikologi sosial mulai melihat sikap sebagai prediktor
perilaku.
Beberapa ahli psikologi sosial yang menganggap perspektif sikap sebagai
prediktor perilaku antara lain (a) Thurston yang pada tahun 1929 mengembangkan
metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala interval.

Setelah itu Likert

mengembangkan skala pengukuran sikap yang lebih spesifik dan mudah digunakan.
Gordon pada tahun 1935 menyampaikan teori yang menyatakan bahwa hubungan sikap
dan perilaku tidaklah uni-dimensional, melainkan multi-dimensional. Sikap merupakan
sesuatu yang kompleks yang menunjukkan perasaan individu tentang suatu objek, (b)
Guttman pada tahun 1944 membuat skalogram analisis untuk mengukur perasaan
individu tentang suatu objek tertentu. Kemudian, (c) Rosenberg dan Hovland pada tahun
1960 memaparkan bahwa sikap individu terhadap suatu objek meliputi aspek afektif,
kognitif dan perilaku.
Sebagai kelanjutan teori-teori hubungan sikap dan perilaku, Fishbein dan Ajzen
berkolaborasi untuk mengembangkan cara memprediksi perilaku. Mereka beranggapan
bahwa individu senantiasa rasional dan menggunakan informasi yang tersedia di sekitar
mereka secara sistematik. Manusia sadar atas implikasi perilakunya sebelum bertindak.
Fishbein dan Ajzen mereview seluruh studi itu, kemudian membangun sebuah perspektif
untuk memprediksi perilaku dan sikap. Perspektif itu mereka disebut sebagai Theory of
Reasoned Action (TRA) yang memasukan adanya behavior intention (BI) atau niat
berperilaku dari perilaku. Satu kritik penting dilontarkan kepada TRA adalah bahwa
individu memiliki kendala dalam mewujudkan perilakunya,

meski individu yang

bersangkutan telah memiliki niat untuk mewujudkan perilaku itu. Karena itu, Fishbein
dan Ajzen menambahkan elemen perceived behavior control (PBC) yang pada dasarnya
berisikan keyakinan individu tersebut untuk mampu mewujudkan perilakunya.
Penambahan elemen PBC ini selanjutnya dikenal menjadi teori Theory Planned Behavior
(TPB).

13
Tujuan dari TPB adalah (a) memprediksi dan memahami dampak niat untuk
berperilaku pada perilaku, (b) mengidentifikasi strategi untuk mengubah perilaku, (c)
menjelaskan perilaku nyata manusia seperti ”mengapa seseorang membeli mobil,
mengapa seseorang memilih seorang caleg tertentu, atau mengapa nelayan tidak
menggunakan bom ikan ketika mencari ikan”. Dalam hubungan ini asumsi TPB bahwa:
(a) manusia bersifat rasional dan menggunakan informasi yang ada secara sistematik, (b)
manusia memahami dampak perilakunya sebelum memutuskan untuk mewujudkan atau
tidak perilaku tersebut.
TPB secara lugas digambarkan sebagai berikut: (Ajzen, 2005; Rehman, 2000)
Attitude
(Aact)

Background
Factor
Social
- Age
- Gender
- Education
- Income
- Religion

Subjective
Norm
(SN)

Intention
(BI)

Behavior
(B)

Individu
- Personality
- Intelegence
Information
- Experience

Perceived
Behavior
Control
(PBC)

Gambar 1 : Skema Perilaku dalam Theory Planned Behavior
Sumber: Ajzen (2005). Attitudes, Personality and Behavior, New York: McGraw-Hill Education.

B

perilaku (behavior) atau action

BI

(intention to perform behavior)
niat berperilaku

Aact

attitude – a person’s positif or negative evaluation of performing a
behavior
sikap – evaluasi positif atau negatif individu tentang perwujudan satu
perilaku

14
SN

subjective norm – a person perception of the social pressures upon him to
perform or not perform a behavior
Nilai subjektif – persepsi individu terhadap tekanan sosial yang
diterimanya untuk menampilkan suatu perilaku atau tidak.

PBC

perceived behavioral control – perceived case or difficulty of performing a
behavior
Persepsi individu tentang keyakinannya untuk mampu melakukan sesuatu.

Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam skema TPB, perilaku seseorang ditentukan
oleh niat untuk berperilaku (behavior intention), sedangkan niat untuk berperilaku
(behavior intention) ditentukan oleh attitude, subjective norm dan perceived behavior
control. Selain itu, faktor latarbelakang (background factor) menunjukkan bahwa tiap
individu berbeda lingkungan sosialnya seperti umur, jender, pendidikan, penghasilan,
agama, kepandaian dan pengalamannya yang dapat menunjukkan beragam isu atau
informasi yang memengaruhi kepercayaan individu tersebut (Ajzen, 2005).

Niat untuk Berperilaku
Niat untuk berperilaku (intention to perform behavior) ialah kecenderungan, tekad
atau keinginan (intention) nelayan untuk berperilaku. Mengukur niat untuk berperilaku
sama dengan mengukur perilaku itu sendiri, karena niat dan perilaku memiliki hubungan
yang kuat. Setiap perilaku bebas yang ekspresinya oleh kemauan sendiri selalu akan
didahului oleh niat. Niat seseorang untuk berperilaku ditentukan oleh: (1) sikap nelayan
terhadap kegiatan perikanan tangkap yang berupa evaluasi positif atau negatif nelayan
terhadap manfaat kegiatan perikanan tangkap, (2) tingkat kepatuhan individu nelayan
terhadap orang-orang yang berpengaruh pada dirinya agar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Penelitian-penelitian berikutnya menunjukkan bahwa niat untuk
berperilaku tidak dengan sendirinya menjadi perilaku, karena masih dipengaruhi faktor
lain yaitu perceived behavior control (PBC) yang merupakan persepsi yang bersangkutan
terhadap kendala-kendala dapat menghambat perilakunya.

15
Niat untuk berperilaku berbeda dengan motivasi. Bila niat untuk berperilaku
menunjukkan hubungan sikap seseorang dengan perilakunya (yang kadangkala tidak
sesuai), maka motivasi menekankan pada latarbelakang kebutuhan yang memengaruhi
munculnya perilaku individu. Teori Hierarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh
Abraham Maslow (Maslow, 1954) menjelaskan perbedaan ini. Maslow menjelaskan
bahwa setiap orang memiliki lima macam kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis (rasa
lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), kebutuhan akan rasa aman (rasa ingin
dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), kebutuhan sosial (rasa kasih sayang,
kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), kebutuhan untuk dihargai (secara internal
dan eksternal) dan kebutuhan aktualisasi untuk dirinya (pertumbuhan, pencapaian potensi
seseorang, dan pemenuhan diri sendiri). Maslow menunjukkan lima kebutuhan ke dalam
hierarki urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman berada pada tingkat terbawah,
kemudian di atasnya ada kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Menurut
Maslow, perbedaan kedua tingkat tersebut terjadi karena kebutuhan tingkat atas dapat
dipenuhi secara internal sedangkan kebutuhan pada tingkat bawah dipenuhi secara
eksternal. Teori kebutuhan Maslow telah diterima secara luas karena teori ini logis secara
intuitif.

Ringkasan
Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu terhadap stimuli rangsangan
atau lingkungan. Ada tiga teori yang menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan
individu sehingga membentuk perilaku, yaitu teori nativisme, teori empirisme dan teori
konvergensi. Setiap teori itu berusaha menjelaskan faktor-faktor lingkungan yang
melatarbelakangi timbulnya perilaku. Lebih jauh teori communication and human
behavior, teori operant conditioning dan theory planned behavior telah menjelaskan
tentang bagaimana perilaku terbentuk.
Teori communication and human behavior umumnya digunakan untuk melihat
faktor-faktor yang melatarbelakangi perilaku dan kecenderungan individu dalam
berperilaku. Teori ini umumnya digunakan dalam bidang periklanan untuk memprediksi
perilaku konsumen. Teori operant conditions adalah satu dari teori belajar yang berguna
untuk mengubah perilaku individu melakukan pembelajaran. Teori ini menjelaskan

16
bahwa perilaku seseorang tidak hanya dipengaruhi ole