Analisis dan Pembahasan

C. Analisis dan Pembahasan

1. Praktek Halālan Ṭayyiban Makanan Siap Saji oleh Pedagang Warung Makan Tradisional di Pasar Blauran Kota Palangka Raya

Perlu disadari bagaimanapun dalam dunia usaha (bisnis) mau tidak mau akan muncul masalah-masalah etis dan masalah-masalah etis itu sudah barang tentu harus dicarikan jalan keluarnya. Terlebih lagi secara realitas, dunia usaha di tanah air masih memandang etika bisnis sebagai sesuatu yang asing, yang sulit ditempatkan kedalam dunia bisnis sehari- hari. Maraknya beredar makanan yang menggunakan daging celeng (babi) untuk mengelabui konsumen serta penggunaan zat tambahan, baik untuk Perlu disadari bagaimanapun dalam dunia usaha (bisnis) mau tidak mau akan muncul masalah-masalah etis dan masalah-masalah etis itu sudah barang tentu harus dicarikan jalan keluarnya. Terlebih lagi secara realitas, dunia usaha di tanah air masih memandang etika bisnis sebagai sesuatu yang asing, yang sulit ditempatkan kedalam dunia bisnis sehari- hari. Maraknya beredar makanan yang menggunakan daging celeng (babi) untuk mengelabui konsumen serta penggunaan zat tambahan, baik untuk

Dalam Islam tuntunan bekerja adalah merupakan sebuah keniscayaan bagi setiap muslim agar kebutuhan hidupnya sehari-hari bisa terpenuhi. Salah satu jalan untuk memenuhi kebutuhan itu antara lain melalui aktivitas bisnis sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sejak beliau masih muda. Hanya saja beliau dalam berbisnis benar-

benar menerapkan standar moral yang digariskan dalam al- 37 Qur’an. Berdasarkan hasil penelitian penulis baik dari hasil pengamatan

maupun wawancara ternyata semua pedagang di warung makan yang dijadikan responden telah menerapkan dan mempraktekkan prinsip

h alālan thayyiban (halal dan baik) pada makanan siap saji yang mereka olah atau masak. Praktek h alālan thayyiban dalam makanan oleh para pedagang di warung makan tradisional pasar blauran kota Palangka Raya digambarkan dari awal pedagang memilih bahan makanan, pengolahannya serta cara menyajikannya. Menurut mereka pemilihan bahan makanan harus sesuai dengan ketentuan atau kriteria halālan thayyiban dalam agama Islam, kemudian dalam pengolahannya mereka masak sendiri dengan resep tradisional atau sesuai kebiasan yang dilakukan secara turun temurun. Begitu juga dengan penyajiannya yang cukup bersih dan rapi sehingga

37 Muhammad Dzakfar, Etika Bisnis, Menangkap Spirit ajaran Langit dan Pesan Moral 37 Muhammad Dzakfar, Etika Bisnis, Menangkap Spirit ajaran Langit dan Pesan Moral

Dalam praktik h alālan thayyiban pedagang makanan siap saji di warung tradisional pasar blauran kota Palangka Raya, menurut responden MS, VW, dan JUL mereka sama-sama mengambil bahan mentah dengan langganan di Pasar Subuh, mulai dari ayam, ikan dan sayur-sayurannya. Menurut penuturan MS, VW dan JUL ayam diambil di pasar subuh dengan langganan dari awal sehingga mereka sudah tahu dan mengenal pen jual tersebut dengan baik. Adapun respoden lainnya mengakui bahwa bahan masakan seperti sayuran, ikan dan lainnya dibeli di tempat langganan sedangkan ayam diambil langsung dari langganan yang sudah memiliki usaha rumah ayam potong. Selain bahan utama makanan tersebut, rempah-rempah atau bumbu-bumbu masak yang mereka gunakan merupakan bahan-bahan alami sesuai dengan resep yang diajarkan oleh orang tua terdahulu. Semua bahan mereka beli diwarung yang kemudian diolah sendiri tanpa menggunakan bumbu yang sudah siap pakai. Dari praktik yang dilakukan oleh para pedagang sendiri dimana masakan menggunakan bumbu atau resep masakan yang alami dan makanan dimasak untuk satu hari saja mengindikasikan bahwa mereka menjauhi Dalam praktik h alālan thayyiban pedagang makanan siap saji di warung tradisional pasar blauran kota Palangka Raya, menurut responden MS, VW, dan JUL mereka sama-sama mengambil bahan mentah dengan langganan di Pasar Subuh, mulai dari ayam, ikan dan sayur-sayurannya. Menurut penuturan MS, VW dan JUL ayam diambil di pasar subuh dengan langganan dari awal sehingga mereka sudah tahu dan mengenal pen jual tersebut dengan baik. Adapun respoden lainnya mengakui bahwa bahan masakan seperti sayuran, ikan dan lainnya dibeli di tempat langganan sedangkan ayam diambil langsung dari langganan yang sudah memiliki usaha rumah ayam potong. Selain bahan utama makanan tersebut, rempah-rempah atau bumbu-bumbu masak yang mereka gunakan merupakan bahan-bahan alami sesuai dengan resep yang diajarkan oleh orang tua terdahulu. Semua bahan mereka beli diwarung yang kemudian diolah sendiri tanpa menggunakan bumbu yang sudah siap pakai. Dari praktik yang dilakukan oleh para pedagang sendiri dimana masakan menggunakan bumbu atau resep masakan yang alami dan makanan dimasak untuk satu hari saja mengindikasikan bahwa mereka menjauhi

Adapun hal yang menguatkan pendapat dari para pedagang makanan siap saji yang telah mempraktekkan halālan ṭayyiban di atas, penulis mencari informan tambahan yakni beberapa pedagang ayam potong dan juga pelanggan yang sering makan di warung makan. Menurut pengakuan dari AB dan RU sebagai pelanggan makanan siap saji di warung tradisional tersebut memang sudah menerapkan halālan ṭayyiban yakni dimana makanan yang dijual tersebut sudah memenuhi kriteria halal dan baik karena mereka sudah cukup mengetahui dan mengenal lama para pedagang tersebut sehingga mereka mau bahkan menjadi pelanggan di warung makan tersebut. Sedang kan untuk meyakinkan bahwa ayam yang digunakan sebagai bahan utama dalam masakan para pedagang sudah termasuk kriteria halal dan baik dan sudah disembelih sesuai dengan syariat Islam, penulis melakukan observasi dan wawancara secara langsung kepada para pedagang ayam potong yang menjadi langganan oleh pedagang warung makan di pasar Blauran tersebut. Menurut pengakuan KAR dan PA pedagang ayam potong di Pasar Blauran bahwa memang benar salah satu pelanggan dari ayam potong mereka adalah pedagang warung makan di Pasar Blauran tersebut. Mereka juga menjelaskan bahwa ayam potong yang mereka jual sudah disembelih sesuai dengan aturan Islam.

Berdasarkan praktek halālan ṭayyiban dalam makanan yang sudah diterapkan oleh para pedagang sesuai dengan etika yang seharusnya dijalankan oleh seorang pengusaha muslim. Pedagang muslim bukan saja memahami tentang halālan ṭayyiban dalam makanan tetapi juga harus menerapkan dalam praktiknya secara benar sehingga tidak banyak merugikan konsumen, terlebih lagi konsumen muslim yang sudah menjadi kewajiban untuk mengkonsumsi yang halal saja.

Sebagaimana Islam secara khusus mengajak orang yang beriman, dengan ayat berikut:

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya

Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Al Baqarah ayat 172-173). 38

Allah Maha

Dalam ajakan ini Allah SWT menyuruh mereka untuk menyantap sesuatu yang baik dari rezeki yang telah diberikan kepada mereka, supaya

mereka bersyukur sebagai ekspresi terima kasih atas nikmat tersebut. Allah SWT juga menjelaskan bahwa Allah SWT tidak mengharamkan

kecuali kepada empat aspek diatas yang disebutkan. 39 Mengacu pada pemikiran as-Syatibi, bahwa kebutuhan dasar

manusia harus mencakup lima hal, yaitu terjaganya kehidupan beragama, terpeliharanya jiwa, terjaminnya berkreasi dan berpikir, terpenuhinya kebutuhan materi dan keberlangsungan meneruskan keturunan. Maka orientasi yang dibangun dalam melakukan produksi dalam hal ini pedagang makanan adalah tindakan yang seharusnya dilakukan oleh setiap pelaku ekonomi muslim dalam mengarahkan kegiatan produksinya untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang lima tersebut. Gambaran diatas memberikan pemahaman pada kita bahwa orientasi yang ingin dicapai oleh proses produksi menjangkau pada aspek yang universal dan berdimensi spiritual. Ini lah yang menambah keyakinan akan

kesempurnaan ajaran Islam yang tertulis dalam QS. al-Maidah ayat 3. 40

39 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Surabaya: Karya Utama, 2005 . h. 48 40 Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikro Ekonomi, Suatu Perbandingan

Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang

tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.(QS. al-Maidah; 3). 41

Secara global, binatang yang diharamkan ada 4 jenis, yaitu:

a. Haramnya bangkai

b. Haramnya darah yang mengalir

c. Daging babi c. Daging babi

Tujuan pedagang dalam pandangan ekonomi Islam adalah mashlahah maximize, mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan usaha lain tidak dilarang sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam, hal inilah yang tercantum dalam rancang bangun ekonomi Islam dimana salah satunya adalah ma’ad atau return. Namun, keuntungan yang dicari bukanlah keuntungan yang eksploitatif yang bertujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menetapkan keuntungan jauh diatas keuntungan normal. Seorang produsen muslim akan berupaya mencari keuntungan yang mampu memberikan kemaslahatan tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi lingkungan sekitar termasuk

konsumen. 43 Salah satu nilal-nilai Islam dalam produksi adalah menghindari jenis dan proses produksi yang diharamkan dalam Islam,

meskipun produksi barang yang diharamkan dalam Islam mampu memberikan keuntungan yang lebih tinggi. 44 Perilaku seorang produsen

muslim memiliki batasan syariat yang tidak boleh dilanggar, seperti larangan memproduksi barang yang haram.

Kepuasan yang optimal bagi bagi seorang konsumen dicapai dengan proses yang benar atau sesuai syariah. Artinya barang yang dikonsumsi baik sumbernya maupun zatnya adalah barang yang halal dan baik. Demikian sebaliknya sebagai seorang produsen atau pengusaha dalam hal

42 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Surabaya: Karya Utama, 2005, h. 50- 53.

43 Ibid , h. 158.

ini pedagang yang menjual makanan siap saji setiap proses produksi keuntungan yang diharapkan harus berdasarkan input, proses output dan outcome yang sesuai tuntunan syariah yang tidak membawa kerugian atau kemudharatan bagi pihak lain, baik untuk didunia maupun untuk

kehidupan akhirat. 45 Dapat terlihat masing-masing subjek dalam penelitian ini berusaha

menjaga dan menjamin makanan yang mereka jual itu halal dan baik. Menurut penuturan para subjek bahan makanan yang mereka pilih semuanya sudah masuk kriteria halal sedangkan untuk memasaknya mereka lakukan sendiri dengan resep turun temurun. Mengolah makanan dengan memperkirakan laku dijual untuk satu hari sedangkan untuk makanan yang dijual besok mereka masak kembali besok harinya, hal ini mereka praktekkan sejak awal mereka berdagang. Sedangkan untuk zat-zat yang dilarang penggunaannya dalam makanan seperti, boraks,formalin dan pewarna tekstil sangat dihindari.

2. Pemahaman Pedagang Warung Makan Tradisional di Pasar Blauran Kota Palangka Raya Terhadap Halālan Ṭayyiban Pada Makanan Siap Saji

Islam merupakan agama yang kaffah (sempurna) yang tidak hanya memandang kehidupan secara akhirat (ibadah) saja, tetapi juga adanya pandangan terhadap kehidupan atau kegiatan duniawi. Oleh sebab itu Islam tidak hanya agama yang bersifat transedental yakni yang mengatur Islam merupakan agama yang kaffah (sempurna) yang tidak hanya memandang kehidupan secara akhirat (ibadah) saja, tetapi juga adanya pandangan terhadap kehidupan atau kegiatan duniawi. Oleh sebab itu Islam tidak hanya agama yang bersifat transedental yakni yang mengatur

Islam memerintahkan kepada umat manusia yang dijadikan sebagai khalifah di bumi, hendaknya mempunyai tanggung jawab dalam segala aspek kehidupannya, baik secara individual maupun dalam berorganisasi. Hendaknya setiap usaha atau praktek jual beli memiliki etika atau aturan- aturan yang sesuai dengan ketentuan dalam syariat Islam.

Dalam dimensi Al- Qur’an, orang beriman bukanlah penghuni masjid, pertapa dan biarawan, tapi seorang pekerja yang tangguh dan rajin, meski rutinitas duniawi mereka tidak sampai melenakan mereka sehingga

lupa pada kewajiban agama. 46 Pemahaman ialah kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari

ilmu pengetahuan. Namun, tidak berarti bahwa pengetahuan tidak dipertanyakan sebab untuk dapat memahami, perlu terlebih dahulu

mengetahui atau mengenal. 47 Pemahaman ini sangat diperlukan terutama pemahaman tentang h alālan ṭayyiban. Karena apabila kita memiliki

pemahaman tentang apa yang ingin kita lakukan, berkaitan dengan penerapan h alālan ṭayyiban dalam makanan pasti akan lebih mudah dalam menerapkan ketentuan tersebut. Oleh karenanya pemahaman terhadap h alālan ṭayyiban dapat diakatakan sebagai motivasi pendorong dan kesadaran seseorang terkhusus pedagang makanan dalam

46 Ibid , h. 159 46 Ibid , h. 159

Apa yang diungkapkan oleh para pedagang mengenai pemahaman tentang halālan ṭayyiban dalam makanan sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam al- Qur’an dan Sunnah. Makanan yang halal adalah makanan yang diperbolehkan dalam syariat Islam untuk dimakan. Sedangkan makanan yang baik adalah makanan yang tidak mengandung hal-hal yang berbahaya bagi tubuh seperti formalin, boraks dan pewarna tekstil. Adapun kriteria halālan ṭayyiban dalam makanan yaitu:

a. Kategori minuman Ada dua kategori minuman yaitu memabukkan seperti khamr dan sejenisnya haram dikonsumsi, meskipun sedikit, baik sebagai obat maupun karena kehausan. Allah SWT berfirman dalam QS. al-Maidah ayat 90.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib

dengan panah adalah Termasuk perbuatan syaitan…”(QS. al- Maidah ayat 90) 48

Adapun minuman yang tidak memabukkan bila berupa barang najis, seperti darah, maka mengonsumsinya haram kecuali untuk Adapun minuman yang tidak memabukkan bila berupa barang najis, seperti darah, maka mengonsumsinya haram kecuali untuk

merupakan kewajiban yang sangat ditekankan. 49

b. Kategori makanan Aturan halal-haram tidak hanya terbatas pada minuman tetapi juga pada makanan. Pada dasarnya seluruh makanan yang baik dan bermanfaat dapat dikonsumsi dan halal bagi umat Islam. Hanya sedikit makanan yang diharamkan dibanding jumlah makanan yang dihalalkan. Pemberlakuan haram atas sejumlah jenis makanan pun mengandung

maksud-maksud baik bagi orang yang memakannya. 50 Makanan yang halal adalah makanan yang tidak haram, yakni

memakannya tidak dilarang oleh agama. Makanan haram ada dua macam yaitu yang haram karena zatnya seperti babi, bangkai dan darah dan yang haram karena sesuatu bukan dari zatnya, seperti makanan yang tidak diizinkan oleh pemiliknya untuk dimakan dan digunakan.

Makanan yang halal adalah yang bukan termasuk kedua macam ini. 51 Hal ini sesuai dengan rasionalitas Islami bahwa setiap pelaku

ekonomi selalu ingin meningkatkan maslahah yang diperolehnya. Kandungan maslahah terdiri dari manfaat dan berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsi. Konsumen merasakan adanya manfaat suatu

49 Wahbah Juhaili, Fiqih Imam Syafi’I (mengupas masalah fiqliyah berdasarkan al- Qur’an dan Hadits), Jakarta: Almahira, 2010. h. 580-581.

50 Hasbi dkk, Halal Haram dalam Makanan , … h. 98.

kegiatan konsumsi ketika ia mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik atau psikis atau material. Di sisi lain, berkah akan diperolehnya ketika ia mengonsumsi barang atau jasa yang dihalalkan oleh syariat Islam. Mengonsumsi yang halal saja merupakan kepatuhan kepada Allah, karenanya memperoleh pahala. Pahala inilah yang kemudian dirasakan sebagai berkah dari barang atau jasa yang telah dikonsumsi. Sebaliknya, konsumen tidak akan mengonsumsi barang-barang atau jasa yang haram karena tidak mendatangkan berkah. Mengonsumsi yang haram akan menimbulkan dosa yang pada akhirnya akan berujung pada siksa Allah. Jadi mengonsumsi yang haram justru memberikan berkah

negatif. 52 Kegiatan produksi atau konsumsi adalah sebuah mata rantai yang

saling berkaitan dan tidak bisa saling dilepaskan. Jika konsumen mengonsumsi barang dan jasa untuk mendapatkan maslahah, maka produsen akan memproduksi barang dan jasa yang dapat memberikan maslahah. Jadi, produsen dan konsumen memiliki tujuan yang sama,

yaitu mencapai maslahah. 53 Perilaku produsen harus sepenuhnya sejalan dengan dengan perilaku konsumen. Misalnya, dalam konsumsi kita

dilarang untuk memakan atau meminum barang-barang yang haram maka secara langsung produsen juga dilarang memproduksi hal yang dilarang tersebut.

52 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta, Ekonomi

Jujur adalah modal yang paling berharga dalam semua aspek kegiatan manusia. Dengan bermodalkan kejujuran manusia bisa hidup tenang senang dan damai. Dalam dunia bisnis, salah satu variabel yang menentukan keberhasilan adalah kejujuran. Demikian halnya dengan barang atau makanan yang diperjualbelikan kejujuran harus selalu dikedepankan. Tanpa perilaku jujur usaha yang dibangun akan berantakan. Dalam ekonomi Islam berdagang dengan jujur menjadi prasarat pertama dan utama. Rasulullah dan para sahabat dalam berdagang adalah penuh dengan kejujuran. Bila ada salah satu barang yang cacat, walaupun cacat itu tersembunyi, harus disampaikan kepada

calon pembeli secara terbuka (transparan). 54 Baik penjual maupun sebagai pembeli haruslah memiliki budi yang

mulia, sehingga barang dagangan menjadi laris, dan semua mitra dagang menjadi senang. Adapun beberapa budi mulia sebagai penjual adalah sebagai berikut:

1. Sopan santun terhadap calon pembeli untuk mendapatkan simpati dan daya tarik langganan.

2. Berlaku jujur.

3. Tidak suka menimbun.

4. Sadar mengeluarkan zakat harta.

5. Menjauhi kecurangan dalam menakar dan menimbun.

6. Sadar sepenuhnya bahwa menjadi pelaku ekonomi sebagai penjual yang mulia, sebagai penjual yang tidak melanggar ketentuan Allah dan Rasulnya, bahkan dengan ikhlas berusaha untuk memperdagangkan barang yang halal, dengan cara halal dan sasaran

atau tujuan akhir mencari ridho Allah SWT. 55 Konsep etika bisnis dalam Islam tentang halālan ṭayyiban sangat

dijunjung tinggi. Etika bisnis dalam Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al islamiyah) yang dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang mengedepankan halal dan haram. Jadi perilaku yang etis itu ialah perilaku yang mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangnya. Dalam islam etika bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai literatur dan sumber utamanya adalah Al-Quran dan sunnaturrasul. Pelaku-pelaku bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya. Kepercayaan, keadilan dan kejujuran adalah elemen pokok dalam mencapai suksesnya suatu bisnis di kemudian hari. Etika merupakan suatu nilai sedangkan bisnis bentuk upaya mencapai nilai lebih, jadi secara logika arti dari etika bisnis dipahami adalah pelaksanaan usaha yang menerapkan nilai-nilai moral. Sebagaimana pendapat Skinner di dalam buku Yusanto mengartikan etika bisnis adalah penerapan etika dalam menjalankan kegiatan suatu bisnis dan tujuan bisnis yakni memperoleh

keuntungan tetapi harus berdasarkan norma-norma hukum yang berlaku. 56

55 Ibid , h. 61-64. 56 Suyadi Prawirosentono, Pengantar Bisnis Modern Studi Kasus Indonesia dan Analisis

Etika memiliki guna yang kompleks dalam bisnis Islam, dalam konteks ekonomi dan bisnis, etika tidak hanya menyangkut wawasan dan pemahaman tentang norma-norma ekonomi dan pengaturan organisasi bisnis, tetapi juga berkaitan erat dengan nilai-nilai relegius yang mengatur

aspek dan sosial. 57 Al- Qur’an menjelaskan tentang etika jual beli agar menjauhkan yang

haram dalam jual beli Qs. Al- An’am : 152

Artinya: “ Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah

kepadamu agar kamu ingat. 58

Pandangan ekonomi syariah yang menjunjung tinggi prinsip kesucian (Halalan Ṭayyiban) bukan hanya tertuju pada nilai dan kemanfaatan suatu objek, melainkan juga yang lebih menentukan

a. Kaum muslim yang berbisnis harus selalu ingat dengan Allah

b. Barang yang diperdagangkan merupakan barang yang halal

c. Pelaku bisnis muslim dilarang memalsu dan menipu

d. Pelaku bisnis jangn menyengsarakan masyarakat

e. 59 Pelaku bisnis muslim harus jujur

59 Moch. Faisal Salam, Pertumbuhan Hukum Bisnis Syariah di Indonesia, Bandung:

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian - Implementasi Total Quality Management Pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Katingan Tengah Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 13

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang Lokus Penelitian 1. Identitas MTsN Katingan Tengah - Implementasi Total Quality Management Pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Katingan Tengah Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah - Digital Library IAIN Palangk

0 0 30

BAB V PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN - Implementasi Total Quality Management Pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Katingan Tengah Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 13

A. Background of the Study - The effect of guided – questions strategy on the students’ skill in writing recount text at the tenth grade of SMA NU Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

The effect of guided – questions strategy on the students’ skill in writing recount text at the tenth grade of SMA NU Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 21

A. Time and Place of the Study - The effect of guided – questions strategy on the students’ skill in writing recount text at the tenth grade of SMA NU Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 15

Pemahaman halālan tayyiban (halal dan baik) oleh pedagang makanan siap saji (studi pada warung makan tradisional di Pasar Blauran Kota Palangka Raya)” - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 24

Pemahaman halālan tayyiban (halal dan baik) oleh pedagang makanan siap saji (studi pada warung makan tradisional di Pasar Blauran Kota Palangka Raya)” - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu - Pemahaman halālan tayyiban (halal dan baik) oleh pedagang makanan siap saji (studi pada warung makan tradisional di Pasar Blauran Kota Palangka Raya)” - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian - Pemahaman halālan tayyiban (halal dan baik) oleh pedagang makanan siap saji (studi pada warung makan tradisional di Pasar Blauran Kota Palangka Raya)” - Digital Library IAIN Pa

0 0 8