PerMenKes RI No 4 Tahun 2013 entang Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum DI Lingkungan DITJEN Bina Upaya Kesehatan
PERATURAN MENT'ERI .K ESEHATAN RI
NOMOR 4 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PENYUSU A
RE,N 'C ANA BISNIS DAN ANGGARAN
BADAM LAYANAN UMUM
D'I LINGKUNGAN
DITJEN BlNA UPAYA KESEHATAN
DIRE'K TORAT JENDERAL B JNA UPAYA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2013
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI
658.154
Ind
p
Indonesia Kementerian Kesehatan Rio Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Pe raturan Menteri Kesehatan RI nom or 12 Tahun
2013 Tentang Pola Tarif Badan Layanan Umum
Rumah Sakit di Lingkungan Kementerian Kesehatan.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013
ISBN 9786022353720
1. Judul
I. HEALTH CARE COST
II. HOSPITALS
658.154
Ind
p
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR 4 TAHUN 2013
PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA BISN,I S DAN ANGGARAN
BADAN LAYANAN UMUM
DI LINGKUNGAN
DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Pedoman
Rencana
AnggaranBadan
Layanan
Bisnis
Umum
dan
(BLU)
di
Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Up aya
Kesehatan ini disusun sebagai tindak lanjut
dari
terbitnya
92jPMK.05j2011
Nomor
Anggaran
Umum,
Serta
Peraturan
tentang
Pelaksanaan
Menteri
Rencana
Anggaran
Keuangan
Bisnis
Badan
Dan
Layanan
dengan berlakunya Peraturan Menteri Kese h atan
terse but
maka
Keputusan
209jMENKESjSKjlj2011
Menteri
tentang
Kesehatan
Pedoman
No mor
Penyusu nan
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum
Rumah Sakit yang merupakan penjabaran dari Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 44jPMK.05j2009 tentang Rencana
Bisnis dan Anggaran serta Pelakasanaan Anggaran Badan
Layanan Umum dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pedoman ini disusun dengan merujuk pada kegiatankegiatan
operasional,
Bagan
Akun
Standar
(BAS),
dan
Pedoman Akuntansi BLU untuk membantu dalam menyusun
dokumen
RBA
meningkatkan
dan
pelayanan
merencanakan
kepada
kegiatan
masyarakat
untuk
khususnya
dibidang kesehatan.
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Saya
dengan
Berharap
Pedoman
sebaik-baiknya
untuk
lnl
dapat
dimanfaatkan
memudahkan
dalam
penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
s」ォイエ。ゥセN@
Dr . drg. 'Nwshant.\. S. Andi セHM|ーNャ、[@
--'
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
N@ |QセH@
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL
BINA UPAYA KESEHATAN
Sesuai
dengan
Peraturan
Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana
telah diubah dengan Pemerintah Nomor 74
Tahun2012,
instansi
maka
yang
salah
menerapkan
satu
kewaj iban
Pola
Keuangan
Badan Layanan Umum (PK BLU) adalah menyusun Rencana
Bisnis dan Anggaran (RBA).
RBA merupakan dokumen perencanaan bisnis dan
penganggaran tahunan mencakup program, kegiatan, target
kinerja, dan anggaran BLU serta mencakup perhitungan
pendapatan dan belanja, proyeksi arus kas, jumlah dan
kualitas barang/jasa yang dihasilkan BLU, selanjutnya RBA
tersebut digunakan sebagai acuan dalam menyusun dokumen
pelaksanaan anggaran.
Sejalan
penyusunan
dengan
RBA
harus
tuntutan
berbasis
kinerja
kinerja,
BLU
maka
perhitun gan
akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan dan
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Ungkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima.
RBA juga disusun dengan menganut pola anggaran fleksibel
(flexible budge0 dengan suatu ambang batas tertentu.
Saya berharap penyusunan pedoman ini dapat menjadi
acuan bagi BLU di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan untuk menyusun RBA sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Prof. D
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
er, Sp.U(K)
DAFTAR lSI
Kata Pengantar
Kata Sambutan
III
Oaftar lsi
v
Kontribusi
VII
Oasar Hukum
1
BAB I
Ketentuan Umum
3
BAB II
Penyusunan RBA
4
BAB III
Penyusunan Ikhtisar RBA
8
BAB IV
Pengajuan dan Pengesahan RBA
BABV
Bagian Kesatu
Pengajuan RBA
10
BagianKed ua
Pengesahan RBA
11
Ketentuan Penutup
12
LAMPlRAN I
Proses dan Jadwal Penyusunan RBA BLU di Lingkungan
Oitjen Bina Upaya Kesehatan
•
Arus Penyusunan RBA
13
•
Jadwal Penyusunan RBA
15
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
LAMPlRAN II
Teknik Penyusunan RBA BLU di Lingkungan
Ditjen Bina Upaya Kesehatan
BAB I
Pendahuluan
16
A.
Gambaran Umum
17
B.
Visi dan Misi BLU
17
C.
Budaya BLU
17
D.
Susuna Pejabat Pengelola dan Dewan
Pengawas BLU
BAB II
17
Kinerja BLU Tahun Berjalan dan RBA
Tahun yang Akan Datang
18
A.
Gambaran Kondisi BLU
18
B.
Proses Penilaian Kinerja BLU
18
C. Pencapaian Kinerja dan Target Kinerja BLU 19
D.
Informasi Lainnya yang Perlu Disampaikan 28
E. Ambang Batas Belanja BLU
F.
Prakiraan Maju Pendapatan d an
Prakiraan Maju Belanja
BAB III
28
29
Penutup
3 1
Formulir 1
32
Rincian Anggaran Belanja dan Pengeluaran
Pembiayaan per Mata Anggara n
Pengeluaran (MAK)
Formulir 2
Surat Pernyataan Tanggun g Jawab
Mu t la k (SPTJM)
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bin a Upaya Kesehatan
33
TIM PENYUSUN
RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN
BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
Pengarah
Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K)
Penanggungjawab
Dr. drg. Nurshanty S. Andi Sapada, M.Sc
Ketua
G. K. Wirakamboja, SKM , MPS
Wakil Ketua
Mangapul Bakara, MM, M.Kes
Sekretaris I
dr. Octi Palupi R, MPH
Sekretaris II
Penta Yunianti, SE
Anggota
Dr. Suranto, MM
Fresley Hutapea, SH , MH , MARS
drg. Andi Kalsum Patolangi, M.Kes
Yulis Quarti, SE.Ak, M.Si
Soeripto, SE, MARS
Pedoman Penyu sunan RBA BLU
di Lingkungan Di rektorat Jende ral Bina Upaya Ke sehatan
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Ke sehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN
BADAN LAYANAN UMUM DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a. bahwa dengan ditetapkannya Rumah Sakit d an Balai
Besar Kesehatan menjadi instansi yang menera pkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,
perlu
dipersiapkan
perencanaan
tahunan
yang
dituangkan dalam Rencana B is nis dan Anggaran;
b. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Me nteri
Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011 tentang Rencana
Bisnis dan Anggaran Serta Pelaksanaan Anggaran
Badan layanan Umum, perlu dilakukan peru b aha n
dan penyempurnaan pedoman penyusuna n Rencana
Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum ;
c. bahwa
berdasarkan
pertimbanga n
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b , perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan ten tang
Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran
Badan Layanan Umum di Lingkungan Dire ktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan;
Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 ten tang
Keuangan
Negara
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun
2003
Nomor 47,
Tam bahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286) ;
2. Undang-Undang Nomor
Tahun 2004 t e ntang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Re p ublik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ;
3. Undang-Undang ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-2 3. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 ten tang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tamba han
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44 38);
4. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 ten tang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesi a
Tahun 2009 Nomor 144, Tambah a n Le mbaran Nega ra
Republik Indon es ia Nomor 5063);
5. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 te ntang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lemba ran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Ta hun 2005 t e n tang
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Um um
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48 , Tambahan Lembaran Nega ra Republik
Indonesia Nomor 4502) sebagaimana telah diu bah
terakhir dengan Per'aturan Pemerintah Nomor 74
tahun 2012 (Lembaran N egara Republik Indo n esia
Tahun 2012 Nomor 171, Tam bahan Lem baran N ga ra
Republik Indone s ia Nomor 5340);
7. Peraturan
Menteri
Keuangan
omor
134 / PMK.02/2005 ten tang Pedoman Pembayara n
Dalam Pelaksanaan Anggaran P enclapa t a n d a n
Belanja Negara;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 07/PMK. 02/2 006
ten tang Persya ratan Admini s trasi Dal am R ang ka
Pengusula n dan Penetapa n Satuan Kerja Ins ta nsi
Pemerintah Untuk Men e rapkan Pol a Pengelo laan
Keuangan Badan Layanan Umum;
9. Peraturan
Menteri
Ke:seh ata n
Nomor
1144/Menkes / Per/I/2010 te nta ng Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita N ga ra
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.0 5/20 11
ten tang Rencana B isnis dan An ggara n
serta
Pelaksanaan Anggaran Badan Laya nan Umum;
Memperhatika n ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
Memperhatikan
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
PER-20/PB/20 11 tentang Pedoman Teknis Penyusunan
Bisnis dan Anggaran Satuan Kerja Badan Layanan
Umum;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
TENTANG
PEDOMAN
PENYUSUNAN
RENCANA
BISNIS
DAN
ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL BIN A UPAYA KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Badan Layanan Umum yang seJanjutnya disingkat BLU adaJah instansi di
lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelaya n a n
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang dij ua l
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
2. Satuan Kerja Badan Layanan Umum yang selanjutnya disingkat Satker
BLU adalah rumah sakit, ba1!ai besar kesehatan, dan unit pelaksana tekni s
lain, di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan yang telah
menerapkan pola keuangan bad an layanan umum.
3. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yan g
selanjutnya disingkat RKA-K/L adalah dokumen rencana keuangan
tahunan Kementerian Negara/Lembaga yang disusun menurut Bagian
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
4. Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum yang selanj utnya
disingk at RBA adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran
yang berisi program, kegiatan . target kinerja, dan anggaran suatu Satker
BLU.
5 . Rencana Bisnis dan Anggaran Definitif yang selanjutnya disingkat RBA
Definitif adalah Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umu m yang
telah disesuaikan dengan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat dan teJah disahkan oleh Menteri/Pimpin a n
Lembaga/ Ketua Dewan Kawasan.
6. P ola
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
4 -
6. Pola Anggaran Fleksibel (flexible budget) adalah pol a anggaran yang
penganggaran belanjanya dapat bertambah atau berkurang dari yang
dianggarkan sepanjang pendapatan terkait bertambah atau berkurang,
setidaknya proporsional.
7. Persentase Ambang Batas adalah besaran persentase realisasi belanja yang
diperkirakan me\ebihi anggaran d a lam Daftar Isian Pelaksa naa n Anggara n
Badan Layana Umum.
8. Kementerian adalah Kementerian Kesehatan.
9. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan p e merintahan di
bidang kesehatan.
Pasal 2
Ruang lingkup p edoman penyusunan RBA di Lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan meliputi tata cara penyusunan dan format RBA , tata
ca ra penyusunan dan format Ikhtis ar RBA serta mekanisme pengajuan dan
pengesahan RBA pada s。エォセイ@
BLU di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan yang telah menerapkan pola pengelol aan k e uangan baclan
layanan umum.
Pasal 3
Pedoman penyusunan RBA bertujuan sebagai acuan bagi semua Satker BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan yang telah
menerapkan Pola Pe ngelolaan Keuangan Badan Layanan Urnum dalarn
menyusun RBA.
BAB II
PENYU SUNAN RBA
Pasa14
(1) Satker BLU harus rnenyusun RBA tahunan disertai dengan prakiraan RBA
tahun berikutnya.
(2) RBA tahuna n sebagairnana dirnaksud p ada ayat (1) rnenga cu k e p a cla:
a. Re ncana Strategis Bisnis BLU; dan
b. Pagu Anggaran Kernenterian.
PasaI5 ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
Pasal 5
(1) Penyusunan RBA dilakukan rnelalui rnetode top down dan button u p yang
dirnulai dari
a. policy statement oleh pirnpinan
b. tingkat pusat pertanggungjawaban
c . kornite anggaran yaitu suatu panitia anggaran yang mempunyai tugas
untuk rnengarahkan dan mengevaluasi anggaran
d tingkat direksi dan dewan pengawas
(2) Proses penyusunan RBA sebagairnana tercanturn dalarn Larnpiran I dan
Larnpiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peratu r an
Menteri ini.
Pasal6
(1) RBA disusun berdasarkan:
a. basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya rnenurut
layananannya;
b . kebutuhan dan kernarnpuan pendapatan yang diperkirakan
diterirna; dan
c . basis akrual.
jenis
akan
(2) Dalam hal Satker BLU te!ah menyusun standar biaya layanannya
berdasarkan perhitungan akuntansi biaya, RBA disusun menggunakan
standar biaya tersebut.
(3) Standar biaya sebagaimana dirnaksud
pirnpinan BLU.
pada ayat (2) ditetapka n
(4) Perhitungan akuntansi biaya sebagairnana dimaksud pada ayat
dihasilkan dari sis tern akuntansi biaya yang ditetapkan oleh Menteri.
oleh
(2)
(5) Dalarn hal Satker BLU belum menyusun standar biaya layanannya
berdasarkan perhitungan dalam standar biaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), BLU rnenyusun RBA menggunakan standar bia ya yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(6) Dalam hal Satker BLU belurn rnenyusun standar biaya layanannya
berdasarkan perhitungan akuntansi biaya, RBA disusun rnenggun a k a n
standar biaya urnum yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(7) Penyusunan ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 (7) Penyusunan kebutuhan dan kemampuan p e ndapatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun per unit k e rja pada Satker BLU.
(8) Kebutuhan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupa k a n
pagu belanja yang dirinci menu rut program, kegiata n, output, a kun
belanja, dan detail belanja.
(9) Kemampuan pendapatan sebaga imana dim a ksud pad a ayat (1) huruf b
bersumber dari:
a. pendapatan dari layana n yang diberikan kepada masyarakat ;
b . hibah tidak terikat dan l atau hibah terikat yang diperoleh d a ri
masyarakat atau b a d an lain ;
c. hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya ;
d. penerimaan lainnya yang sah; dan/ atau
e. penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN.
(10)Hasil usaha lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf canta r a
la in diperoleh dari pendapatan jasa lembaga ke ua ngan, h asi l penjualan
aset tetap, dan pendap a tan sewa.
Pasal 7
(1) RBA paling sedikit memuat:
a. seluruh program dan kegiatan;
b. targe t kinerja (output) ;
c. kondisi kinerja BLU tahun berjalan;
d . asums i makro dan mikro;
e. kebutuhan belanj a dan kemampuan pendapatan ;
f. perkiraan biaya; d a n
g. prakiraan maju (forward estimate).
(2) Rumusan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan target kinerja (output) sebagaimana dimak s ud p ada ayat (1)
huruf b harus sama dengan rumusan program , kegiatan dan target kinerja
yang ada dalam RKAK/ L.
(3) Kondisi kinerja BLU tah un berjalan sebagaimana dim a ksud pacla ayat (1)
huruf c merupakan uraian gambaran mengenai ca paian kinerja p er un i t
kerja pada Satker BLU.
(4) Asumsi makro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan
data dan /a tau informasi atas indikator ekonomi yang berhubungan
dengan aktivitas perekonomian nasional dan/atau g lobal se c a ra
keseluruhan.
(5) Asumsl ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat lenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
7 -
(5) Asumsi mikro sebagaimana dimaksud pada a y at (1) huruf d m e rupa kan
data dan j atau informasi atas indikator ekonomi y ang berhubun gan
denga n aktivitas Satker BLU .
(6 ) Asumsi makro dan a s umsi mikro sebagaimana dim a ksud pada a y at (4) dan
a y at (5) y ang digunakan dalam penyusunan RBA merupa kan asu m si ya ng
hany a berkaitan dengan pencapaian target BLU.
(7) Asumsi makro dan asumsi mikro sebaimana dimaksud pada a y at (6) harus
dijelaskan kaitannya dengan keberhasilan pencapaian target BLU t ers e but.
(8 ) Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan seba gaimana dimaksud
pad a a y at ( 1) huruf e disusun menggunakan basis kas.
(9) Kebutuhan
belanja dan
kemampuan
pendapatan yang disusun
menggunakan basis kas sebagaimana dimaksud pada ayat (8) menjadi
data masukan untuk pengisian Kertas Kerja RKA-KjL .
(10) Perkiraan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f disusun
menggunakan basis akrual.
( l l )Prakiraan maju sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g digu n a kan
untuk kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan.
(12 )Prakiraan maju untuk kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (11) dicantumkan dalam RB A s a mpai
dengan 3 (tiga) tahun ke depan.
Pasal 8
(1) RBA men ganut Pola Anggaran Fleksibel (f1exible budget) dengan suatu
Persentase Ambang Batas tertentu .
(2) Po la Anggaran Fleksibel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
berlaku untuk b elanja yang bersumber dari pendapatan seb a gaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (9) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d .
(3) Persentase Ambang Batas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 a yat (1)
d ihitung ta npa memperhitungkan saldo awal kas.
(4) Persentase Ambang Batas dicantumkan dalam RKA-KjL dan DIPA BLU.
(5) Pencantuman Ambang Batas sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) d a pat
berupa keterangan atau catatan yang memberikan informasi besar an
Persentase Ambang Batas.
B AB III . . .
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderai Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 8 -
BAB III
PENYUSUNAN IKHTISAR RBA
Pasal9
(1) Ikhtisar RBA digunakan sebagai bahan untuk menggabungkan RBA ke
dalam RKAK / L.
(2) Contoh format Ikhtisar RBA sebagaimana t e r c antum clalam Formulir 1
terl a mpir.
Pasal 10
(1) BLU menc antumkan pen erimaan dan pengeluara n yang tercantum d a lam
RBA BLU ke dalam penda patan, bel a nja, dan p e mbiaya a n dalam Ikh t isar
RBA t e rmas uk belanja dan pengeluaran p e mbiayaan yang didan a i dari
saIdo awal kas.
(2) P en dapa tan , belanja , dan pembiayaan ya ng dican tumka n dalam Ikhti sar
RBA sebagaimana dimaksud pada aya t (1) dihitung berdasa rk a n basis kas .
(3) Pendapatan BLU ya ng dicantumkan ke dalam Ikhtisar RBA sebagai mana
dim a ksud p a da ayat (1) mencakup pendapatan sebagaimana dimaksud
d a la m Pasal 6 a yat (9) huruf a sampai dengan huruf d .
(4) B e lanja BLU yang dicantumkan ke dalam Ikhtisa r R BA s ebagaimana
dimaksud ayat (1) mencakup semua belanja BLU, te rmasuk belanja ya ng
didanai dari APBN (Rupiah MurniJ, b e lanja yan g didanai c1ari PN B P BLU,
penerimaa n pembiayaan , dan belanja y ang didan a i dari sa ld o a wal kas.
Pasal 11
(1) Belanja BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 11 ) dicantumkan
kedalam Ikhtisar RBA dalam 3 (tiga) jeni s belanj a yang terdiri a tas:
a. Belanja Pegawai ;
b. Belanja B ara ng; dan
c . Belanja Modal.
(2) Belanja P egawai sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a merupa k a n
belanja p ega wai yang berasaJ dari APBN (Rupiah Murni).
(3) Bel a n ja . "
Pedoman Penyu sunan RBA BLU
di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 9 -
(3) Belanja Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas
Belanja Barang yang berasal dari APBN (Rupiah Murni), Belanja Barang
yang didanai dari PNBP BLU, dan belanja pegawai yang didanai dari PNBP
BLU.
(4) Belanja Barang yang didanai dari PNBP BLU sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) terdiri dari Belanja Gaji dan Tllnjangan, Belanja Barang, B e lanja
Jasa, Belanja Pemeliharaan, Belanja Perjalanan, dan Belanja Penyediaan
Barang dan Jasa BLU Lainnya yang be ras al dari PNBP BLU, termasuk
Belanja Pengembangan SDM.
(5) Be\anja Modal sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c terdiri dari Belanja
Modal yang berasal dari APBN (Rupiah Murni) dan Belanja Modal BLU.
(6) Belanja Modal yang berasal dari APBN (Rupiah Murni) sebagaimana
dimakslld pada ayat (5) merupakan belanja modal yang bersumber dari
Rupiah Murni yang terdiri dari Belanja Modal Tanah, Belanja Modal
Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan, dan
Belanja Modal Fisik Lainnya.
(7) BeJanja Modal BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan
belanja modal yang bersumber dari PNBP BLU yang terdiri dari Belanja
Modal Tanah, Belanja Modal Peralatan dan Mesin, Belanja Modal J alan,
Irigasi dan Jaringan, dan Belanja Modal Fisik Lainnya.
(8) Belanja Modal Fisik Lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat
(7) mencakup antara lain pengeluaran untuk perolehan asset tidak
berwujud, pengembangan aplikasi/ software yang memenuhi kriteria ase t
tak berwujud.
Pasal 12
(1) Pembiayaan sebagaimana dimaksud d a la m Pa s a l 11 ayat (1) men a kup
semua penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan BLU.
(2) Penerimaan pembiayaan BLU sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) an tara
lain mencakup penerimaan yang bersumber dari pinjaman jangka pendek,
pinjaman jangka panjang, dan/atau penerimaan kembali/penjuaJan
investasi jangka panjang BLU.
(3) Pengeluaran pembiayaan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup antara lain pengeluaran untuk pembayaran pokok pinjaman,
pengeluaran investasi jangka panjang, dan/atau pemberian pinjaman.
(4) Pengeluar an . ..
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
セ@
セ@
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 10 -
(4) Pengeluaran pembiayaan BLU yang dicantumkan dalam Ikhti sar RBA
adalah p e nge luaran pembiayaan ya ng didanai dari APBN (Rupiah Murni)
tahun berjala n dan PNBP BLU .
(5) Pengeluaran pembiayaan BLU yang didanai dari APBN (Rupiah M u rni)
tahun berj a lan yang telah tercantum dalam DIPA selain DIPA BLU , ata u
APBN (Rupi a h Murni) tahun lalu dan telah dipertanggungjawa bkan d a lam
pertanggun g jawaba n APBN sebelumnya, tidak dicantumkan dalam Ikhtisar
RBA.
BABIV
PENGAJUAN DAN PENGESAHAN RBA
Bagian Kesatu
Pegajuan RBA
Pasal 13
(1)
Pimpinan BLU mengajukan RBA kepada Menteri.
(2) Pengajuan R B A sebagaimana dimaksud pad a aya t (1) dilakukan ciengan
memenuhi s ya rat sebagai berikut:
a. RBA ditandatangani oleh Pimpin a n BLU d a ll diketahui oleh D ewan
Pengawas a tau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri apabila Satke l BLU
tidak rnem punyai Dewan Pengawas;
b. RBA diserta i dengan standar pelayanan minimal, tarif, d an/ata u
standar biaya laya nan; dan
c. Dalam hal Satker BLU menyusun RBA menggunakan standar bi aya
berdasarkan perhitungan akuntasi biaya, RBA dilampiri dengan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
(3) Format SPTJM sebaga imana dimaksud pada ayat (1) huruf c sebaga imana
tercantum cl a lam formulir 2 terlampir.
(4) RBA yang tela h dise tujui oleh Menteri m e njad i dasa r penyusun a n RKA K / L
untuk Satker BLU.
B agian
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Keseha tan
MENTERIKESEHATAN
REPlJBlIK INDONESIA
- 11 Bagian Kedua
Pengesahan RBA
Pasal 14
(1) Satker BLU menyusun RKA-K/ L berdasarkan RBA dan lkhtisar RBA.
(2) RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Me n teri.
(3)
Dalam
hal
Menteri
menyetujui
pengajuan
RKA-K/L,
Menteri
menyampaikan RKA-K/L dan RBA kepada Menteri Keuangan melalui
Direktur Jenderal Anggaran.
(4)
Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan melakukan
telaahan terhadap RKA-K/L dan RBA yang diajukan untuk digunakan
sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN.
Pasal 15
(1)
Pimpinan BLU menyusun RBA Definitif sebagai dasar melakukan kegiatan
BLU.
(2)
Penyusunan RBA Definitif sebagaimana diaksud pada ayat (1) d ilaku k an
dengan cara sebagai berikut:
a. Satker BLU melakukan penyesuaian RKA-K/L dan RBA den gan
Penetapan APBN atau Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat.
b. RBA yang telah disesuaikan ditandatangani oleh Pimpinan B LU dan
diketahui oleh Dewan Pengawas atau pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri apabila Satker BLU tidak memiliki Dewan Pengawas.
c . RBA Definitif diajukan kepada Menteri.
d . Dalam hal Menteri menyetujui RBA Definitif, Menteri menyampai k an
RKA-K/ L dan RBA Definitif kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Anggaran dan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Pasal 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan dan forma t rin c ian
RBA definitf ditetapkan oleh Pimpinan BLU.
BABV ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Pada s aat Pera turan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Mente ri Kesehatan
Nomor 209/Menkes/ SK/I/2011 ten tang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 550/Menkes/SK/VII/2009 ten tang Pedom a n Peny usunan
Rencana Bisni s dan Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum Rumah Sakit ,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 18
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan p e ngundangan Peraturan
Menteri ini den ga n penempatannya dalam Berita Negara Republik Indon es ia.
Ditetapkan di J aka rta
pad a tanggaI 7 Janu a ri 201 3
MENTERIKESEHATAN
."...,LlK INDONESIA ,
"'...o;o-....
Diundangkan di Jaka rta
pada tanggaI 16 Januari 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MAN USIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 99
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 13 LAMPlRAN I
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 4 TAHUN 2 013
TENTANG
PEDOMANPEN YUSUNANRENCANA
BISNIS DAN ANGGARAN BADAN
LAYANAN UMUM DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL
BINA UPAYA KESEHATA N
PROSES DAN JADWAL PEN Y USUNAN RENCANA BISNIS DAN ANGG A RAN
BLU DI LINGK U NGAN DIREKTORATJENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
A RUS PENYUS UN A N RENC A NA BI SNIS A NGGARAN
PROS E S
I
DOKUM E NTA S I
STAR T
I
\jI
AN A LI SA S WOT
I
\jI
Matrix Factor
KET E RA NGA N
Vi s i dan Mi s i BLU
Kebijakan l a innya
External
I
Matrix Factor
POLICY
S TATEMENTS
Internal
Sasara n U sa h a BLU
Sasaran U saha Uni t ya n g
t erkait
\If
Stra te gi C o rpora t e
SASARAN
USA H A
O aft a r Isi a n
Rencana B is ni s
A n ggar a n
\If
STRATEGI
USA H A
S tra t egi B isn is
Str a t egi Fu nction al
Rinci a n RBA un tu k set iap
'US U LAN RBA
PER U NIT
K ERJA
Uni t Ke rja / Pu sa t
Renc ana Kerj a
SBU / Ca b an g
p ertan ggu n g j awaban
Anggaran
\jI
Wak t u penyelesa i a n
KO MI TE
AN GGARAN
M セ@
Rencana
B i s n is Anggaran tiap
Pu sa t Pertanggung
J a w a ban
Tic18,k
'----
Ya
PEN YU SUN A N RBA PE R
PU SAT PERTANGGUN G
JA W A B AN
\jI
I
STO P
I
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 ARU S PE NYUSUNAN R E N CAN A B I SN IS ANGGA RAN
PROS E S
DOKUMENTAS I
KET ERAN( ;AN
Pu sa t Pen a ngguIlgj
NOMOR 4 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PENYUSU A
RE,N 'C ANA BISNIS DAN ANGGARAN
BADAM LAYANAN UMUM
D'I LINGKUNGAN
DITJEN BlNA UPAYA KESEHATAN
DIRE'K TORAT JENDERAL B JNA UPAYA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2013
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI
658.154
Ind
p
Indonesia Kementerian Kesehatan Rio Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Pe raturan Menteri Kesehatan RI nom or 12 Tahun
2013 Tentang Pola Tarif Badan Layanan Umum
Rumah Sakit di Lingkungan Kementerian Kesehatan.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2013
ISBN 9786022353720
1. Judul
I. HEALTH CARE COST
II. HOSPITALS
658.154
Ind
p
PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR 4 TAHUN 2013
PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA BISN,I S DAN ANGGARAN
BADAN LAYANAN UMUM
DI LINGKUNGAN
DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Pedoman
Rencana
AnggaranBadan
Layanan
Bisnis
Umum
dan
(BLU)
di
Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Up aya
Kesehatan ini disusun sebagai tindak lanjut
dari
terbitnya
92jPMK.05j2011
Nomor
Anggaran
Umum,
Serta
Peraturan
tentang
Pelaksanaan
Menteri
Rencana
Anggaran
Keuangan
Bisnis
Badan
Dan
Layanan
dengan berlakunya Peraturan Menteri Kese h atan
terse but
maka
Keputusan
209jMENKESjSKjlj2011
Menteri
tentang
Kesehatan
Pedoman
No mor
Penyusu nan
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum
Rumah Sakit yang merupakan penjabaran dari Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 44jPMK.05j2009 tentang Rencana
Bisnis dan Anggaran serta Pelakasanaan Anggaran Badan
Layanan Umum dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pedoman ini disusun dengan merujuk pada kegiatankegiatan
operasional,
Bagan
Akun
Standar
(BAS),
dan
Pedoman Akuntansi BLU untuk membantu dalam menyusun
dokumen
RBA
meningkatkan
dan
pelayanan
merencanakan
kepada
kegiatan
masyarakat
untuk
khususnya
dibidang kesehatan.
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Saya
dengan
Berharap
Pedoman
sebaik-baiknya
untuk
lnl
dapat
dimanfaatkan
memudahkan
dalam
penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
s」ォイエ。ゥセN@
Dr . drg. 'Nwshant.\. S. Andi セHM|ーNャ、[@
--'
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
N@ |QセH@
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL
BINA UPAYA KESEHATAN
Sesuai
dengan
Peraturan
Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana
telah diubah dengan Pemerintah Nomor 74
Tahun2012,
instansi
maka
yang
salah
menerapkan
satu
kewaj iban
Pola
Keuangan
Badan Layanan Umum (PK BLU) adalah menyusun Rencana
Bisnis dan Anggaran (RBA).
RBA merupakan dokumen perencanaan bisnis dan
penganggaran tahunan mencakup program, kegiatan, target
kinerja, dan anggaran BLU serta mencakup perhitungan
pendapatan dan belanja, proyeksi arus kas, jumlah dan
kualitas barang/jasa yang dihasilkan BLU, selanjutnya RBA
tersebut digunakan sebagai acuan dalam menyusun dokumen
pelaksanaan anggaran.
Sejalan
penyusunan
dengan
RBA
harus
tuntutan
berbasis
kinerja
kinerja,
BLU
maka
perhitun gan
akuntansi biaya menurut jenis layanan, kebutuhan dan
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Ungkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima.
RBA juga disusun dengan menganut pola anggaran fleksibel
(flexible budge0 dengan suatu ambang batas tertentu.
Saya berharap penyusunan pedoman ini dapat menjadi
acuan bagi BLU di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan untuk menyusun RBA sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Prof. D
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
er, Sp.U(K)
DAFTAR lSI
Kata Pengantar
Kata Sambutan
III
Oaftar lsi
v
Kontribusi
VII
Oasar Hukum
1
BAB I
Ketentuan Umum
3
BAB II
Penyusunan RBA
4
BAB III
Penyusunan Ikhtisar RBA
8
BAB IV
Pengajuan dan Pengesahan RBA
BABV
Bagian Kesatu
Pengajuan RBA
10
BagianKed ua
Pengesahan RBA
11
Ketentuan Penutup
12
LAMPlRAN I
Proses dan Jadwal Penyusunan RBA BLU di Lingkungan
Oitjen Bina Upaya Kesehatan
•
Arus Penyusunan RBA
13
•
Jadwal Penyusunan RBA
15
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
LAMPlRAN II
Teknik Penyusunan RBA BLU di Lingkungan
Ditjen Bina Upaya Kesehatan
BAB I
Pendahuluan
16
A.
Gambaran Umum
17
B.
Visi dan Misi BLU
17
C.
Budaya BLU
17
D.
Susuna Pejabat Pengelola dan Dewan
Pengawas BLU
BAB II
17
Kinerja BLU Tahun Berjalan dan RBA
Tahun yang Akan Datang
18
A.
Gambaran Kondisi BLU
18
B.
Proses Penilaian Kinerja BLU
18
C. Pencapaian Kinerja dan Target Kinerja BLU 19
D.
Informasi Lainnya yang Perlu Disampaikan 28
E. Ambang Batas Belanja BLU
F.
Prakiraan Maju Pendapatan d an
Prakiraan Maju Belanja
BAB III
28
29
Penutup
3 1
Formulir 1
32
Rincian Anggaran Belanja dan Pengeluaran
Pembiayaan per Mata Anggara n
Pengeluaran (MAK)
Formulir 2
Surat Pernyataan Tanggun g Jawab
Mu t la k (SPTJM)
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bin a Upaya Kesehatan
33
TIM PENYUSUN
RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN
BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
Pengarah
Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K)
Penanggungjawab
Dr. drg. Nurshanty S. Andi Sapada, M.Sc
Ketua
G. K. Wirakamboja, SKM , MPS
Wakil Ketua
Mangapul Bakara, MM, M.Kes
Sekretaris I
dr. Octi Palupi R, MPH
Sekretaris II
Penta Yunianti, SE
Anggota
Dr. Suranto, MM
Fresley Hutapea, SH , MH , MARS
drg. Andi Kalsum Patolangi, M.Kes
Yulis Quarti, SE.Ak, M.Si
Soeripto, SE, MARS
Pedoman Penyu sunan RBA BLU
di Lingkungan Di rektorat Jende ral Bina Upaya Ke sehatan
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Ke sehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN
BADAN LAYANAN UMUM DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a. bahwa dengan ditetapkannya Rumah Sakit d an Balai
Besar Kesehatan menjadi instansi yang menera pkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum,
perlu
dipersiapkan
perencanaan
tahunan
yang
dituangkan dalam Rencana B is nis dan Anggaran;
b. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Me nteri
Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011 tentang Rencana
Bisnis dan Anggaran Serta Pelaksanaan Anggaran
Badan layanan Umum, perlu dilakukan peru b aha n
dan penyempurnaan pedoman penyusuna n Rencana
Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum ;
c. bahwa
berdasarkan
pertimbanga n
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b , perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan ten tang
Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran
Badan Layanan Umum di Lingkungan Dire ktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan;
Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 ten tang
Keuangan
Negara
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun
2003
Nomor 47,
Tam bahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286) ;
2. Undang-Undang Nomor
Tahun 2004 t e ntang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Re p ublik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ;
3. Undang-Undang ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-2 3. UndangUndang Nomor 33 Tahun 2004 ten tang
Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tamba han
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44 38);
4. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 ten tang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesi a
Tahun 2009 Nomor 144, Tambah a n Le mbaran Nega ra
Republik Indon es ia Nomor 5063);
5. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 te ntang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lemba ran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Ta hun 2005 t e n tang
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Um um
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48 , Tambahan Lembaran Nega ra Republik
Indonesia Nomor 4502) sebagaimana telah diu bah
terakhir dengan Per'aturan Pemerintah Nomor 74
tahun 2012 (Lembaran N egara Republik Indo n esia
Tahun 2012 Nomor 171, Tam bahan Lem baran N ga ra
Republik Indone s ia Nomor 5340);
7. Peraturan
Menteri
Keuangan
omor
134 / PMK.02/2005 ten tang Pedoman Pembayara n
Dalam Pelaksanaan Anggaran P enclapa t a n d a n
Belanja Negara;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 07/PMK. 02/2 006
ten tang Persya ratan Admini s trasi Dal am R ang ka
Pengusula n dan Penetapa n Satuan Kerja Ins ta nsi
Pemerintah Untuk Men e rapkan Pol a Pengelo laan
Keuangan Badan Layanan Umum;
9. Peraturan
Menteri
Ke:seh ata n
Nomor
1144/Menkes / Per/I/2010 te nta ng Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita N ga ra
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.0 5/20 11
ten tang Rencana B isnis dan An ggara n
serta
Pelaksanaan Anggaran Badan Laya nan Umum;
Memperhatika n ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 3 -
Memperhatikan
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
PER-20/PB/20 11 tentang Pedoman Teknis Penyusunan
Bisnis dan Anggaran Satuan Kerja Badan Layanan
Umum;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
PERATURAN
MENTERI
KESEHATAN
TENTANG
PEDOMAN
PENYUSUNAN
RENCANA
BISNIS
DAN
ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL BIN A UPAYA KESEHATAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Badan Layanan Umum yang seJanjutnya disingkat BLU adaJah instansi di
lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelaya n a n
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang dij ua l
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
2. Satuan Kerja Badan Layanan Umum yang selanjutnya disingkat Satker
BLU adalah rumah sakit, ba1!ai besar kesehatan, dan unit pelaksana tekni s
lain, di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan yang telah
menerapkan pola keuangan bad an layanan umum.
3. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yan g
selanjutnya disingkat RKA-K/L adalah dokumen rencana keuangan
tahunan Kementerian Negara/Lembaga yang disusun menurut Bagian
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
4. Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umum yang selanj utnya
disingk at RBA adalah dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran
yang berisi program, kegiatan . target kinerja, dan anggaran suatu Satker
BLU.
5 . Rencana Bisnis dan Anggaran Definitif yang selanjutnya disingkat RBA
Definitif adalah Rencana Bisnis dan Anggaran Badan Layanan Umu m yang
telah disesuaikan dengan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga dan Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat dan teJah disahkan oleh Menteri/Pimpin a n
Lembaga/ Ketua Dewan Kawasan.
6. P ola
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
4 -
6. Pola Anggaran Fleksibel (flexible budget) adalah pol a anggaran yang
penganggaran belanjanya dapat bertambah atau berkurang dari yang
dianggarkan sepanjang pendapatan terkait bertambah atau berkurang,
setidaknya proporsional.
7. Persentase Ambang Batas adalah besaran persentase realisasi belanja yang
diperkirakan me\ebihi anggaran d a lam Daftar Isian Pelaksa naa n Anggara n
Badan Layana Umum.
8. Kementerian adalah Kementerian Kesehatan.
9. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan p e merintahan di
bidang kesehatan.
Pasal 2
Ruang lingkup p edoman penyusunan RBA di Lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan meliputi tata cara penyusunan dan format RBA , tata
ca ra penyusunan dan format Ikhtis ar RBA serta mekanisme pengajuan dan
pengesahan RBA pada s。エォセイ@
BLU di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan yang telah menerapkan pola pengelol aan k e uangan baclan
layanan umum.
Pasal 3
Pedoman penyusunan RBA bertujuan sebagai acuan bagi semua Satker BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan yang telah
menerapkan Pola Pe ngelolaan Keuangan Badan Layanan Urnum dalarn
menyusun RBA.
BAB II
PENYU SUNAN RBA
Pasa14
(1) Satker BLU harus rnenyusun RBA tahunan disertai dengan prakiraan RBA
tahun berikutnya.
(2) RBA tahuna n sebagairnana dirnaksud p ada ayat (1) rnenga cu k e p a cla:
a. Re ncana Strategis Bisnis BLU; dan
b. Pagu Anggaran Kernenterian.
PasaI5 ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 5 -
Pasal 5
(1) Penyusunan RBA dilakukan rnelalui rnetode top down dan button u p yang
dirnulai dari
a. policy statement oleh pirnpinan
b. tingkat pusat pertanggungjawaban
c . kornite anggaran yaitu suatu panitia anggaran yang mempunyai tugas
untuk rnengarahkan dan mengevaluasi anggaran
d tingkat direksi dan dewan pengawas
(2) Proses penyusunan RBA sebagairnana tercanturn dalarn Larnpiran I dan
Larnpiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peratu r an
Menteri ini.
Pasal6
(1) RBA disusun berdasarkan:
a. basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya rnenurut
layananannya;
b . kebutuhan dan kernarnpuan pendapatan yang diperkirakan
diterirna; dan
c . basis akrual.
jenis
akan
(2) Dalam hal Satker BLU te!ah menyusun standar biaya layanannya
berdasarkan perhitungan akuntansi biaya, RBA disusun menggunakan
standar biaya tersebut.
(3) Standar biaya sebagaimana dirnaksud
pirnpinan BLU.
pada ayat (2) ditetapka n
(4) Perhitungan akuntansi biaya sebagairnana dimaksud pada ayat
dihasilkan dari sis tern akuntansi biaya yang ditetapkan oleh Menteri.
oleh
(2)
(5) Dalarn hal Satker BLU belum menyusun standar biaya layanannya
berdasarkan perhitungan dalam standar biaya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), BLU rnenyusun RBA menggunakan standar bia ya yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(6) Dalam hal Satker BLU belurn rnenyusun standar biaya layanannya
berdasarkan perhitungan akuntansi biaya, RBA disusun rnenggun a k a n
standar biaya urnum yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
(7) Penyusunan ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 (7) Penyusunan kebutuhan dan kemampuan p e ndapatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun per unit k e rja pada Satker BLU.
(8) Kebutuhan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupa k a n
pagu belanja yang dirinci menu rut program, kegiata n, output, a kun
belanja, dan detail belanja.
(9) Kemampuan pendapatan sebaga imana dim a ksud pad a ayat (1) huruf b
bersumber dari:
a. pendapatan dari layana n yang diberikan kepada masyarakat ;
b . hibah tidak terikat dan l atau hibah terikat yang diperoleh d a ri
masyarakat atau b a d an lain ;
c. hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya ;
d. penerimaan lainnya yang sah; dan/ atau
e. penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN.
(10)Hasil usaha lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf canta r a
la in diperoleh dari pendapatan jasa lembaga ke ua ngan, h asi l penjualan
aset tetap, dan pendap a tan sewa.
Pasal 7
(1) RBA paling sedikit memuat:
a. seluruh program dan kegiatan;
b. targe t kinerja (output) ;
c. kondisi kinerja BLU tahun berjalan;
d . asums i makro dan mikro;
e. kebutuhan belanj a dan kemampuan pendapatan ;
f. perkiraan biaya; d a n
g. prakiraan maju (forward estimate).
(2) Rumusan program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan target kinerja (output) sebagaimana dimak s ud p ada ayat (1)
huruf b harus sama dengan rumusan program , kegiatan dan target kinerja
yang ada dalam RKAK/ L.
(3) Kondisi kinerja BLU tah un berjalan sebagaimana dim a ksud pacla ayat (1)
huruf c merupakan uraian gambaran mengenai ca paian kinerja p er un i t
kerja pada Satker BLU.
(4) Asumsi makro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan
data dan /a tau informasi atas indikator ekonomi yang berhubungan
dengan aktivitas perekonomian nasional dan/atau g lobal se c a ra
keseluruhan.
(5) Asumsl ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat lenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
7 -
(5) Asumsi mikro sebagaimana dimaksud pada a y at (1) huruf d m e rupa kan
data dan j atau informasi atas indikator ekonomi y ang berhubun gan
denga n aktivitas Satker BLU .
(6 ) Asumsi makro dan a s umsi mikro sebagaimana dim a ksud pada a y at (4) dan
a y at (5) y ang digunakan dalam penyusunan RBA merupa kan asu m si ya ng
hany a berkaitan dengan pencapaian target BLU.
(7) Asumsi makro dan asumsi mikro sebaimana dimaksud pada a y at (6) harus
dijelaskan kaitannya dengan keberhasilan pencapaian target BLU t ers e but.
(8 ) Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan seba gaimana dimaksud
pad a a y at ( 1) huruf e disusun menggunakan basis kas.
(9) Kebutuhan
belanja dan
kemampuan
pendapatan yang disusun
menggunakan basis kas sebagaimana dimaksud pada ayat (8) menjadi
data masukan untuk pengisian Kertas Kerja RKA-KjL .
(10) Perkiraan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f disusun
menggunakan basis akrual.
( l l )Prakiraan maju sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g digu n a kan
untuk kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan.
(12 )Prakiraan maju untuk kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (11) dicantumkan dalam RB A s a mpai
dengan 3 (tiga) tahun ke depan.
Pasal 8
(1) RBA men ganut Pola Anggaran Fleksibel (f1exible budget) dengan suatu
Persentase Ambang Batas tertentu .
(2) Po la Anggaran Fleksibel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
berlaku untuk b elanja yang bersumber dari pendapatan seb a gaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (9) huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d .
(3) Persentase Ambang Batas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 a yat (1)
d ihitung ta npa memperhitungkan saldo awal kas.
(4) Persentase Ambang Batas dicantumkan dalam RKA-KjL dan DIPA BLU.
(5) Pencantuman Ambang Batas sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) d a pat
berupa keterangan atau catatan yang memberikan informasi besar an
Persentase Ambang Batas.
B AB III . . .
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderai Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 8 -
BAB III
PENYUSUNAN IKHTISAR RBA
Pasal9
(1) Ikhtisar RBA digunakan sebagai bahan untuk menggabungkan RBA ke
dalam RKAK / L.
(2) Contoh format Ikhtisar RBA sebagaimana t e r c antum clalam Formulir 1
terl a mpir.
Pasal 10
(1) BLU menc antumkan pen erimaan dan pengeluara n yang tercantum d a lam
RBA BLU ke dalam penda patan, bel a nja, dan p e mbiaya a n dalam Ikh t isar
RBA t e rmas uk belanja dan pengeluaran p e mbiayaan yang didan a i dari
saIdo awal kas.
(2) P en dapa tan , belanja , dan pembiayaan ya ng dican tumka n dalam Ikhti sar
RBA sebagaimana dimaksud pada aya t (1) dihitung berdasa rk a n basis kas .
(3) Pendapatan BLU ya ng dicantumkan ke dalam Ikhtisar RBA sebagai mana
dim a ksud p a da ayat (1) mencakup pendapatan sebagaimana dimaksud
d a la m Pasal 6 a yat (9) huruf a sampai dengan huruf d .
(4) B e lanja BLU yang dicantumkan ke dalam Ikhtisa r R BA s ebagaimana
dimaksud ayat (1) mencakup semua belanja BLU, te rmasuk belanja ya ng
didanai dari APBN (Rupiah MurniJ, b e lanja yan g didanai c1ari PN B P BLU,
penerimaa n pembiayaan , dan belanja y ang didan a i dari sa ld o a wal kas.
Pasal 11
(1) Belanja BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 11 ) dicantumkan
kedalam Ikhtisar RBA dalam 3 (tiga) jeni s belanj a yang terdiri a tas:
a. Belanja Pegawai ;
b. Belanja B ara ng; dan
c . Belanja Modal.
(2) Belanja P egawai sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a merupa k a n
belanja p ega wai yang berasaJ dari APBN (Rupiah Murni).
(3) Bel a n ja . "
Pedoman Penyu sunan RBA BLU
di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 9 -
(3) Belanja Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas
Belanja Barang yang berasal dari APBN (Rupiah Murni), Belanja Barang
yang didanai dari PNBP BLU, dan belanja pegawai yang didanai dari PNBP
BLU.
(4) Belanja Barang yang didanai dari PNBP BLU sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) terdiri dari Belanja Gaji dan Tllnjangan, Belanja Barang, B e lanja
Jasa, Belanja Pemeliharaan, Belanja Perjalanan, dan Belanja Penyediaan
Barang dan Jasa BLU Lainnya yang be ras al dari PNBP BLU, termasuk
Belanja Pengembangan SDM.
(5) Be\anja Modal sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c terdiri dari Belanja
Modal yang berasal dari APBN (Rupiah Murni) dan Belanja Modal BLU.
(6) Belanja Modal yang berasal dari APBN (Rupiah Murni) sebagaimana
dimakslld pada ayat (5) merupakan belanja modal yang bersumber dari
Rupiah Murni yang terdiri dari Belanja Modal Tanah, Belanja Modal
Peralatan dan Mesin, Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan, dan
Belanja Modal Fisik Lainnya.
(7) BeJanja Modal BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan
belanja modal yang bersumber dari PNBP BLU yang terdiri dari Belanja
Modal Tanah, Belanja Modal Peralatan dan Mesin, Belanja Modal J alan,
Irigasi dan Jaringan, dan Belanja Modal Fisik Lainnya.
(8) Belanja Modal Fisik Lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat
(7) mencakup antara lain pengeluaran untuk perolehan asset tidak
berwujud, pengembangan aplikasi/ software yang memenuhi kriteria ase t
tak berwujud.
Pasal 12
(1) Pembiayaan sebagaimana dimaksud d a la m Pa s a l 11 ayat (1) men a kup
semua penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan BLU.
(2) Penerimaan pembiayaan BLU sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) an tara
lain mencakup penerimaan yang bersumber dari pinjaman jangka pendek,
pinjaman jangka panjang, dan/atau penerimaan kembali/penjuaJan
investasi jangka panjang BLU.
(3) Pengeluaran pembiayaan BLU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup antara lain pengeluaran untuk pembayaran pokok pinjaman,
pengeluaran investasi jangka panjang, dan/atau pemberian pinjaman.
(4) Pengeluar an . ..
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
セ@
セ@
MENTERI KESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 10 -
(4) Pengeluaran pembiayaan BLU yang dicantumkan dalam Ikhti sar RBA
adalah p e nge luaran pembiayaan ya ng didanai dari APBN (Rupiah Murni)
tahun berjala n dan PNBP BLU .
(5) Pengeluaran pembiayaan BLU yang didanai dari APBN (Rupiah M u rni)
tahun berj a lan yang telah tercantum dalam DIPA selain DIPA BLU , ata u
APBN (Rupi a h Murni) tahun lalu dan telah dipertanggungjawa bkan d a lam
pertanggun g jawaba n APBN sebelumnya, tidak dicantumkan dalam Ikhtisar
RBA.
BABIV
PENGAJUAN DAN PENGESAHAN RBA
Bagian Kesatu
Pegajuan RBA
Pasal 13
(1)
Pimpinan BLU mengajukan RBA kepada Menteri.
(2) Pengajuan R B A sebagaimana dimaksud pad a aya t (1) dilakukan ciengan
memenuhi s ya rat sebagai berikut:
a. RBA ditandatangani oleh Pimpin a n BLU d a ll diketahui oleh D ewan
Pengawas a tau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri apabila Satke l BLU
tidak rnem punyai Dewan Pengawas;
b. RBA diserta i dengan standar pelayanan minimal, tarif, d an/ata u
standar biaya laya nan; dan
c. Dalam hal Satker BLU menyusun RBA menggunakan standar bi aya
berdasarkan perhitungan akuntasi biaya, RBA dilampiri dengan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).
(3) Format SPTJM sebaga imana dimaksud pada ayat (1) huruf c sebaga imana
tercantum cl a lam formulir 2 terlampir.
(4) RBA yang tela h dise tujui oleh Menteri m e njad i dasa r penyusun a n RKA K / L
untuk Satker BLU.
B agian
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Keseha tan
MENTERIKESEHATAN
REPlJBlIK INDONESIA
- 11 Bagian Kedua
Pengesahan RBA
Pasal 14
(1) Satker BLU menyusun RKA-K/ L berdasarkan RBA dan lkhtisar RBA.
(2) RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Me n teri.
(3)
Dalam
hal
Menteri
menyetujui
pengajuan
RKA-K/L,
Menteri
menyampaikan RKA-K/L dan RBA kepada Menteri Keuangan melalui
Direktur Jenderal Anggaran.
(4)
Direktur Jenderal Anggaran atas nama Menteri Keuangan melakukan
telaahan terhadap RKA-K/L dan RBA yang diajukan untuk digunakan
sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN.
Pasal 15
(1)
Pimpinan BLU menyusun RBA Definitif sebagai dasar melakukan kegiatan
BLU.
(2)
Penyusunan RBA Definitif sebagaimana diaksud pada ayat (1) d ilaku k an
dengan cara sebagai berikut:
a. Satker BLU melakukan penyesuaian RKA-K/L dan RBA den gan
Penetapan APBN atau Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran
Belanja Pemerintah Pusat.
b. RBA yang telah disesuaikan ditandatangani oleh Pimpinan B LU dan
diketahui oleh Dewan Pengawas atau pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri apabila Satker BLU tidak memiliki Dewan Pengawas.
c . RBA Definitif diajukan kepada Menteri.
d . Dalam hal Menteri menyetujui RBA Definitif, Menteri menyampai k an
RKA-K/ L dan RBA Definitif kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Anggaran dan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Pasal 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan dan forma t rin c ian
RBA definitf ditetapkan oleh Pimpinan BLU.
BABV ...
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Pada s aat Pera turan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Mente ri Kesehatan
Nomor 209/Menkes/ SK/I/2011 ten tang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 550/Menkes/SK/VII/2009 ten tang Pedom a n Peny usunan
Rencana Bisni s dan Anggaran (RBA) Badan Layanan Umum Rumah Sakit ,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 18
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan p e ngundangan Peraturan
Menteri ini den ga n penempatannya dalam Berita Negara Republik Indon es ia.
Ditetapkan di J aka rta
pad a tanggaI 7 Janu a ri 201 3
MENTERIKESEHATAN
."...,LlK INDONESIA ,
"'...o;o-....
Diundangkan di Jaka rta
pada tanggaI 16 Januari 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MAN USIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 99
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBUK INDONESIA
- 13 LAMPlRAN I
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 4 TAHUN 2 013
TENTANG
PEDOMANPEN YUSUNANRENCANA
BISNIS DAN ANGGARAN BADAN
LAYANAN UMUM DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL
BINA UPAYA KESEHATA N
PROSES DAN JADWAL PEN Y USUNAN RENCANA BISNIS DAN ANGG A RAN
BLU DI LINGK U NGAN DIREKTORATJENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
A RUS PENYUS UN A N RENC A NA BI SNIS A NGGARAN
PROS E S
I
DOKUM E NTA S I
STAR T
I
\jI
AN A LI SA S WOT
I
\jI
Matrix Factor
KET E RA NGA N
Vi s i dan Mi s i BLU
Kebijakan l a innya
External
I
Matrix Factor
POLICY
S TATEMENTS
Internal
Sasara n U sa h a BLU
Sasaran U saha Uni t ya n g
t erkait
\If
Stra te gi C o rpora t e
SASARAN
USA H A
O aft a r Isi a n
Rencana B is ni s
A n ggar a n
\If
STRATEGI
USA H A
S tra t egi B isn is
Str a t egi Fu nction al
Rinci a n RBA un tu k set iap
'US U LAN RBA
PER U NIT
K ERJA
Uni t Ke rja / Pu sa t
Renc ana Kerj a
SBU / Ca b an g
p ertan ggu n g j awaban
Anggaran
\jI
Wak t u penyelesa i a n
KO MI TE
AN GGARAN
M セ@
Rencana
B i s n is Anggaran tiap
Pu sa t Pertanggung
J a w a ban
Tic18,k
'----
Ya
PEN YU SUN A N RBA PE R
PU SAT PERTANGGUN G
JA W A B AN
\jI
I
STO P
I
Pedoman Penyusunan RBA BLU
di Lingkungan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
MENTERIKESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 ARU S PE NYUSUNAN R E N CAN A B I SN IS ANGGA RAN
PROS E S
DOKUMENTAS I
KET ERAN( ;AN
Pu sa t Pen a ngguIlgj