PENGARUH UKURAN PLASTIK UNTUK PENYARUNGAN BUAH KAKAO (Theobroma cacao) TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora)

ABSTRAK
PENGARUH UKURAN PLASTIK UNTUK PENYARUNGAN BUAH
KAKAO (Theobroma cacao) TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT
BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora)

Oleh

MUHAMAD IDOLA HARTAS

Kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang penting di Provinsi
Lampung. Sampai sekarang masih banyak kendala yang dihadapi dalam budidaya
tanaman kakao. Salah satu kendala yang penting adalah serangan Phytophthora
palmivora yang menyebabkan penyakit busuk buah kakao. Penyakit ini pada
umumnya dikendalikan dengan fungisida kimia sintetis tetapi ternyata
menimbulkan dampak negatif, sehingga harus diupayakan cara pengendalian yang
lain. Penyarungan buah kakao dengan plastik telah banyak dilakukan tapi ternyata
berdampak pada peningkatan penyakit busuk buah. Hal ini di duga berkaitan
dengan ukuran plastik yang tidak sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh ukuran plastik untuk penyarungan buah kakao terhadap
intensitas penyakit busuk buah kakao. Penelitian ini dilakukan di Desa Waylaga
Kecamatan Panjang, Bandar Lampung. Perlakuan dalam percobaan ini disusun

dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan yaitu penyarungan

dengan kantong plastik berukuran 12 x 25 cm (P1), 15 x 30 cm (P2), 20 x 35 cm
(P3), dan kontrol (P0) (tanpa penyarungan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyarungan buah kakao dengan kantong plastik berukuran 15 x 30 cm dan 20 x
35 cm dapat menurunkan keterjadian penyakit dan keparahan penyakit busuk
buah kakao. Penyarungan buah dengan plastik berukuran 20 x 35 cm paling
efektif menekan keterjadian penyakit dan keparahan penyakit busuk buah kakao.

Kata Kunci : penyakit busuk buah kakao, penyarungan buah kakao,
Phytophthora palmivora.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 18
September 1991, merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan
Bapak Anispari, S.E dan Ibu Emiyati, S.Pd.. Penulis menyelesaikan pendidikan
taman kanak-kanak (TK) Aisiyah Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada
tahun 1997, menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 08 Tanjung
Aman Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2003.

Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP
Negeri 03 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, sedangkan menyelesaikan
pendidikan menengah atas di SMA N 04 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara
pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa program
studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Pada bulan Januari hingga Februari 2012, penulis melaksanakan Praktik Umum
(PU) di Pusat Pelatihan Jamur Lampung Raja Basa, Bandar Lampung. Pada bulan
Juli hingga Agustus 2012, penulis juga melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Kecamatan Rawa Jitu Utara Kabupaten Mesuji.

Dengan rahmat Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
mempersembahkan karya ini…
Untuk setiap kasih sayang Ibuku tercinta, yang tak pernah henti dalam setiap
sujudnya mendo’akanku untuk meraih cita-citaku…
Untuk setiap kerja keras Ayahku, dukungan moral dan spiritual yang tak pernah
henti, dalam setiap perjuanganya untuk menyukseskanku…
Untuk Kedua kakakku Meifima anetasya dan Marisa yunita atas kebersamaan dan
pengertiannya…
Dan, untuk keluarga besarku tercinta.....


--It’s better to light a candle than to curse the darkness-“Three grand essentials to happiness in this life are something to do, something to
love and something to hope for” (Joseph Addison)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Ukuran
Plastik Untuk Penyarungan Buah Kakao (Theobroma cacao) Terhadap Intensitas
Penyakit Busuk Buah (Phytophthora palmivora)”. Shalawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada rasulullah Muhammad shallallahu‘alaihi wa
sallam.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Bapak Ir. Joko Prasetyo, MP., selaku pembimbing I, atas bimbingan, saran
dan nasihat yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini selesai.

2.

Ibu Ir. Titik Nur Aeny, M.Si., selaku pembimbing II, atas bimbingan, saran dan


nasihat selama penelitian dan penulisan skripsi.
3.

Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.Sc., selaku penguji, atas saran dan
bimbingan yang diberikan dalam penulisan skripsi.

4.

Bapak Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc., selaku pembimbing akademik, atas
bimbingan yang diberikan.

5.

Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung.

6.

Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

7.

Bapak Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Jurusan Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

8.

Keluarga besar bapak Sugiwo yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian hingga selesai.

9.

Papa, Mama, kanjeng Meifi, uni Ica, Kakek dan Nenekku serta semua
keluarga besarku yang selalu mendoakan kelancaran dan kesuksesan penulis,
memberi semangat, dukungan dan kasih sayang.

10. Seluruh dosen Fakultas Pertanian, Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya.

11. Keluarga besar Agroteknologi 2009 dan teman-teman seperjuangan: M. Deri
Bastian, Wido Rizki Pratama dan Hendi Victolika, selama penulis melakukan
penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat atas dukungan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Oktober 2014
Penulis,

Muhamad Idola Hartas

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .........................................................................

i

DAFTAR GAMBAR .....................................................................

vi


PENDAHULUAN ..................................................................

1

1.1. Latar Belakang dan Masalah ............................................
1.2. Tujuan Penelitian .............................................................
1.3. Kerangka Pemikiran .........................................................
1.4. Hipotesis . .........................................................................

1
3
4
5

I.

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
2.1. Kakao (Theobroma cacao) ..............................................
2.2. Penyakit Busuk Buah Kakao ...........................................

2.2.1. Gejala Penyakit ......................................................
2.2.2. Penyebab Penyakit .................................................
2.2.3. Perkembangan Penyakit ........................................
2.3. Penyarungan Buah Menggunakan Plastik Transparan ....
2.4. Pengendalian Penyakit Busuk Buah Kakao .....................
2.4.1. Pengendalian Secara Budidaya .............................
2.4.1.1. Tanaman resisten (tahan) .........................
2.4.1.2. Pemangkasan dan Pengaturan penaungan.
2.4.2. Pengendalian Secara Kimiawi .............................
2.4.2.1. Penggunaan Fungisida ............................
2.4.3. Pengendalian Secara Kultur Teknis ....................
2.4.3.1. Penyarungan Buah Kakao ......................

6
6
8
8
9
10
12

12
13
13
13
14
14
15
15

III. BAHAN DAN METODE .......................................................

17

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................
3.2. Bahan dan Alat ................................................................
3.3. Metode Penelitian ............................................................
3.4. Pelaksanaan Penelitian ....................................................

17
17

17
18

3.4.1. Persiapan dan Penyarungan Buah ......................
3.5. Pengamatan .....................................................................
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................
4.1. Hasil Penelitian ...............................................................
4.1.1 Gejala Penyakit Busuk Buah Kakao ....................
4.1.2 Keterjadian Penyakit Busuk Buah Kakao ............
4.1.3 Keparahan Penyakit Busuk Buah Kakao ..............
4.2. Pembahasan .....................................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................

18
18
20
20
20
21
21

23
25

5.1. Kesimpulan ....................................................................
5.2. Saran ...............................................................................

25
25

PUSTAKA ACUAN ......................................................................

26

LAMPIRAN ...................................................................................

28

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Skor gejala penyakit busuk buah. ..................................................

19

2. Keterjadian penyakit busuk buah pada buah kakao. .....................

21

3. Keparahan penyakit busuk buah pada buah kakao. ......................

22

4. Data keterjadian penyakit busuk buah kakao. ...............................

28

5. Data keparahan penyakit busuk buah kakao. ................................

28

6. Data keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-1. ....................

28

7. Uji homogenitas ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-1. .................................................................................

29

8. Analisis ragam keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-1. ....

29

9. Uji BNT keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-1. .............

29

10. Data keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-2. ....................

30

11. Uji homogenitas ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-2. ................................................................................

30

12. Analisis ragam keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-2. ....

30

13. Uji BNT keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-2. .............

31

14. Data keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-3. ....................

31

15. Uji homogenitas ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-3. .................................................................................

31

16. Analisis ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-3. .................................................................................

32

i

17. Uji BNT keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-3. .............

32

18. Data keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-4. ....................

32

19. Uji homogenitas ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-4. ................................................................................

33

20. Analisis ragam keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-4. ....

33

21. Uji BNT keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-4. .............

33

22. Data keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-5. ....................

34

23. Uji homogenitas ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-5. ................................................................................

34

24. Analisis ragam keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-5. ....

34

25. Uji BNT keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-5. .............

35

26. Data keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-6. ....................

35

27. Uji homogenitas ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-6. .................................................................................

35

28. Analisis ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-6. .................................................................................

36

29. Uji BNT keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-6. .............

36

30. Data keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-7. ....................

36

31. Uji homogenitas ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-7. .................................................................................

37

32. Analisis ragam keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-7. ....

37

33. Uji BNT keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-7. .............

37

34. Data keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-8. ....................

38

35. Uji homogenitas ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-8. ...............................................................................

38

36. Analisis ragam keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-8. ....

38

37. Uji BNT keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-8. .............

39

ii

38. Data keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-9. ....................

39

39. Uji homogenitas ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-9. .................................................................................

39

40. Analisis ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-9. .................................................................................

40

41. Uji BNT keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-9. .............

40

42. Data keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-10. ..................

40

43. Uji homogenitas ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-10. ..............................................................................

41

44. Analisis ragam keterjadian penyakit busuk buah
minggu ke-10. ...............................................................................

41

45. Uji BNT keterjadian penyakit busuk buah minggu ke-10. ...........

41

46. Data keparahan penyakit busuk buah minggu ke-1. .....................

42

47. Uji homogenitas ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-1. .................................................................................

42

48. Analisis ragam keparahan penyakit busuk buah minggu ke-1. ....

43

49. Uji BNT keparahan penyakit busuk buah minggu ke-1. ...............

43

50. Data keparahan penyakit busuk buah minggu ke-2. .....................

43

51. Uji homogenitas ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-2. .................................................................................

43

52. Analisis ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-2. .................................................................................

44

53. Uji BNT keparahan penyakit busuk buah minggu ke-2. ...............

44

54. Data keparahan penyakit busuk buah minggu ke-3. .....................

44

55. Uji homogenitas ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-3. .................................................................................

45

56. Analisis ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-3. .................................................................................

45

57. Uji BNT keparahan penyakit busuk buah minggu ke-3. ...............

45

iii

58. Data keparahan penyakit busuk buah minggu ke-4. .....................

46

59. Uji homogenitas ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-4. .................................................................................

46

60. Analisis ragam keparahan penyakit busuk buah minggu ke-4. ......

46

61. Uji BNT keparahan penyakit busuk buah minggu ke-4. ...............

47

62. Data keparahan penyakit busuk buah minggu ke-5. .....................

47

63. Uji homogenitas ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-5. .................................................................................

47

64. Analisis ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-5. .................................................................................

48

65. Uji BNT keparahan penyakit busuk buah minggu ke-5. ...............

48

66. Data keparahan penyakit busuk buah minggu ke-6. .....................

48

67. Uji homogenitas ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-6. .................................................................................

49

68. Analisis ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-6. .................................................................................

49

69. Uji BNT keparahan penyakit busuk buah minggu ke-6. ...............

49

70. Data keparahan penyakit busuk buah minggu ke-7. .....................

50

71. Uji homogenitas ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-7. .................................................................................

50

72. Analisis ragam keparahan penyakit busuk buah minggu ke-7. ......

51

73. Uji BNT keparahan penyakit busuk buah minggu ke-7. ...............

51

74. Data keparahan penyakit busuk buah minggu ke-8. .....................

51

75. Uji homogenitas ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-8. ..................................................................................

51

76. Analisis ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-8. .................................................................................

52

77. Uji BNT keparahan penyakit busuk buah minggu ke-8. ...............

52

iv

78. Data keparahan penyakit busuk buah minggu ke-9. .....................

53

79. Uji homogenitas ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-9. .................................................................................

53

80. Analisis ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-9. .................................................................................

53

81. Uji BNT keparahan penyakit busuk buah minggu ke-9. ...............

54

82. Data keparahan penyakit busuk buah minggu ke-10. ...................

54

83. Uji homogenitas ragam keparahan penyakit busuk buah
minggu ke-10. ...............................................................................

54

84. Analisis ragam keparahan penyakit busuk buah minggu ke-10. ..

55

85. Uji BNT keparahan penyakit busuk buah minggu ke-10. .............

55

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Gejala busuk buah kakao: gejala awal (a) dan gejala lanjut (b). ......

20

2.

Grafik presentase keterjadian penyakit busuk buah kakao pada
kakao berbagai perlakuan. ................................................................

56

Grafik presentase keparahan penyakit busuk buah kakao pada
kakao berbagai perlakuan. ................................................................

56

4.

Foto pengamatan buah kakao tanpa penyarungan (P0). ..................

57

5.

Foto pengamatan buah kakao plastik berukuran 12 x 25 cm (P1). ..

57

6.

Foto pengamatan buah kakao plastik berukuran 15 x 30 cm (P2). ..

58

7.

Foto pengamatan buah kakao plastik berukuran 20 x 35cm (P3). ...

58

8.

Pemanenan kakao. ............................................................................

59

3.

vi

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang
penting di Indonesia (Hendrata dan Sutardi, 2009). Kakao di Indonesia merupakan
penghasil devisa negara ketiga setelah kelapa sawit dan karet. Produksi kakao
Indonesia pada tahun 2009 mencapai nilai US$ 1,8 milyar atau meningkat 20
persen dari tahun sebelumnya (Jauhari dan Budisantoso, 2010).

Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam waktu 20
tahun terakhir dan di tahun 2007 areal perkebunan kakao Indonesia seluas
992.448 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (89,45%) dikelola oleh
rakyat dan selebihnya (5,4%) perkebunan besar negara serta (5,51%) perkebunan
besar swasta (Darwis dan Khoiriyah, 2007).

Dari 25.715 ha pertanaman kakao yang ada di Lampung, 14.618 ha merupakan
pertanaman kakao milik rakyat dengan pola pengusahaan secara monokultur dan
varietas yang beragam. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan
terjadinya penurunan produksi hingga 80% (Sulistyowati, 1997 dalam Somad dan
Lukman, 2004).

1

2

Masalah yang dihadapi perkebunan kakao terutama kakao rakyat adalah
rendahnya produktivitas dan mutu kakao tersebut. Hal itu ditentukan oleh
penerapan teknologi prapanen seperti bahan tanaman, lingkungan fisik dan teknik
budidaya, serta teknologi pascapanen seperti pemanenan, fermentasi, pengeringan,
penyimpanan dan transportasi (Wardoyo, 1991 dalam Somad dan Lukman, 2004).

Dengan kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan tinggi maka perluasan
areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan berlanjut dan hal ini perlu
mendapat dukungan agar kebun yang berhasil di bangun dapat memberikan
produktivitas yang tinggi. Pada tahun 2025, harapan untuk menjadi produsen
utama kakao dunia dapat menjadi kenyataan karena pada tahun tersebut areal
perkebunan kakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan mampu
menghasilkan 1,3 juta ton/tahun biji kakao (Goenadi et al., 2005 dalam Damanik
dan Herman, 2010).

Usaha untuk meningkatkan produksi buah kakao tidaklah mudah, karena kendala
yang dihadapi tanaman kakao saat masih di lapang. Permasalahan yang sering
dihadapi yaitu permasalahan hama dan penyakit. Beberapa hama dan penyakit
dapat menyerang tanaman kakao. Tetapi yang menjadi perhatian adalah penyakit
busuk buah yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora (Evan dan Priori,
1987) dan penggerek buah kakao. Hama ini menggerek dan memakan daging
buah sampai biji buah. Pada serangan berat, biji sulit dikeluarkan karena saling
lengket dengan kulit buah. Akibat serangan hama penggerek buah kakao dapat

3

menurunkan produksi sampai 80% (Wiryadiputra dan Atmawinata, 1998 dalam
Kandowangko, 2011).

Metode pengendalian penggerek buah kakao dalam menggunakan penyarungan
plastik merupakan metode yang digunakan untuk mencegah penggerek buah
meletakkan telur di permukaan buah kakao. Namun petani beranggapan
penyarungan buah agak sulit dilakukan terhadap buah kakao yang letaknya tinggi
karena harus memanjat atau menggunakan tangga (Mustafa, 2003). Tetapi
ternyata penyarungan buah dengan plastik memberikan kelembaban lebih tinggi,
sehingga patogen dapat hidup lebih lama di permukaan kulit kakao dan
menyebabkan meningkatnya laju busuk buah (Rosmana et al., 2010 dalam
Samsudin dan Indriati, 2013). Diperkirakan hal tersebut terjadi disebabkan oleh
penggunaan ukuran plastik yang tidak sesuai pada buah kakao, sehingga
kelembaban dalam plastik meningkat. Dengan demikian penelitian perlu
dilakukan untuk mengetahui pengaruh ukuran plastik yang sesuai sehingga tidak
menimbulkan masalah busuk buah.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran plastik untuk
penyarungan buah kakao terhadap intensitas penyakit busuk buah kakao.

4

1.3 Kerangka Pemikiran

Hama utama yang sangat merugikan adalah hama penggerek buah kakao yang
disebabkan oleh Conopomorpha cramerella Snellen. Hama ini merupakan hama
yang berbahaya, karena dapat menurunkan produksi sampai 82,2% (Wardoyo,
1980 dalam Nurjanani et al., 2013 ). Pada umumnya petani dalam mengendalikan
penggerek buah kakao menggunakan insektisida kimia sintetis. Insektisida yang
digunakan ialah insektisida Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25
EC), Betasiflutrin (Buldok 25 EC), Esvenvalerat (Sumialpha 25 EC). Tetapi
kendala yang terlihat dengan menggunakan fungisida yaitu besarnya biaya yang
harus dikeluarkan dan dapat mencemarkan lingkungan, Maka perlu dicari
alternatif pengendalian lain.

Saat pengendalian dengan melakukan penyarungan buah kakao yang ditujukan
untuk melindungi buah secara mekanis dari serangan hama penggerek buah kakao
pada umumnya telah banyak dilakukan (Munier, 2005 dalam Kresnawaty, 2010),
yang kemudian diadopsi untuk mencegah penyakit busuk buah kakao. Tetapi
ternyata penyarungan buah kakao dengan plastik tidak sesuai mengakibatkan
permukaan buah menjadi lembab sehingga meningkatkan intensitas penyakit
busuk buah kakao (Rosmana et al., 2010 dalam Samsudin dan Indriati, 2013).
Oleh karena itu, perlu diketahui ukuran plastik penyarungan buah kakao yang
tepat untuk menekan intensitas busuk buah kakao. Penyarungan dilakukan mulai
buah kakao berukuran panjang sekitar 15 cm sampai buah dipanen. Cara
penyarungan ini digunakan untuk meminimalkan gangguan penyakit saat buah

5

masih di pohon (Kalie, 1992 dalam Noorbaiti, 2012). Hal ini disebabkan P.
palmivora menginfeksi buah kakao melalui kontak dengan permukaan buah
kakao.

Penyarungan buah kakao ini mencegah kontaknya spora jamur dengan permukaan
buah. Tetapi apabila ukuran plastik terlalu kecil maka dapat menyebabkan
kelembaban buah meningkat dan menimbulkan busuk buah kakao. Dari hal
tersebut diduga bahwa ukuran plastik yang tidak sesuai masih berpotensi untuk
meningkatkan intensitas busuk buah kakao. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian mengenai ukuran plastik yang akan digunakan untuk penyarungan buah
kakao yang paling tepat untuk mengurangi intensitas penyakit busuk buah kakao.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, dapat disusun hipotesis
sebagai berikut:
1. Penyarungan buah kakao dengan kantong plastik dapat menurunkan
keterjadian penyakit dan keparahan penyakit busuk buah kakao.
2. Penyarungan buah kakao dengan kantong plastik berukuran 20 x 35 cm paling
efektif menurunkan keterjadian penyakit dan keparahan penyakit busuk buah
kakao.

6

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kakao (Theobroma cacao)

Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012
dapat diuraikan sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Class

: Dicotyledoneae

Sub class

: Dialypetalae

Ordo

: Malvales

Family

: Sterculiaceae

Genus

: Theobroma

Spesies

: Theobroma cacao L.

Kakao secara umum dibagi menjadi dua tipe yang sering dibudidayakan, yaitu
Criollo dan Forastero. Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara vegetatif
ataupun generatif. Kakao Forastero umumnya diperbanyak dengan benih dari
klon-klon induk yang terpilih, sedangkan kakao jenis Criollo umumnya

7

diperbanyak secara vegetatif. Namun, kakao Forastero saat ini sering diperbanyak
secara vegetatif untuk meningkatkan mutu dan hasil. Budidaya kakao sangat di
tentukan oleh tersedianya benih dan bibit yang baik untuk menjamin tersedianya
benih yang bermutu (Cahyono, 2010).

Tanaman kakao merupakan komoditas tanaman perkebunan yang penting di
Indonesia karena sebagai penghasil devisa negara. Negara tujuan utama ekspor
kakao dari Indonesia adalah Malaysia, Singapura, Amerika, China dan Brazil
yang menguasai sebesar 93,1 persen. Tanaman ini dikenal sebagai bahan untuk
membuat makanan dan minuman. Sehubungan dengan semakin banyaknya
industri makanan dan minuman yang berbahan baku kakao, baik di Indonesia
ataupun di dunia pada umumnya, prospek kakao dapat dikatakan cukup cerah.
Upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan produksi tanaman kakao dan
salah satunya adalah dengan memperbaiki teknis budidaya kakao (Hendrata dan
Sutardi, 2009).

Disisi lain situasi kakao dunia beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit,
sehingga harga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Hal ini merupakan
suatu peluang yang menjanjikan untuk segera dimanfaatkan. Peningkatan
produksi kakao di Indonesia saat ini dalam situasi yang strategis karena pasar
ekspor biji kakao dan pasar domestik Indonesia masih sangat terbuka. Indonesia
memiliki peluang menjadi produsen terbesar kakao dunia, apabila permasalahan
pada perkebunan kakao dapat diselesaikan dengan baik (Damanik dan Herman,
2010).

8

2.2 Penyakit Busuk Buah Kakao

Penyakit utama tanaman kakao baik di Indonesia maupun negara lain adalah
busuk buah. Serangan penyakit busuk buah kakao mampu menurunkan produksi
kakao hingga 44%. P. palmivora merupakan patogen yang menyerang tanaman
kakao di seluruh dunia. Di Asia Tenggara P. palmivora ini ditemukan hampir
pada semua penyakit pada tanaman kakao (Rubiyo dan Amaria, 2013).

Seluruh bagian tanaman kakao dapat terinfeksi oleh P. palmivora tersebut mulai
dari akar, batang, bunga, buah dan daun. Tetapi kerugian yang sangat tinggi
disebabkan pada serangan buah (Opeke and Gorenz, 1974 dalam Rubiyo dan
Amaria, 2013). Pada umumnya besarnya kerugian akibat penyakit ini mencapai
20-30% dan kematian tanaman 10% pertahun (ICCO, 2012 dalam Rubiyo dan
Amaria, 2013).

2.2.1 Gejala Penyakit

Gejala penyakit yang paling umum adalah busuk buah kakao. Bercak pada buah
mulai kecil seperti spot-spot yang kotor dan tebal pada bagian buah di mana saja
pada setiap fase perkembangan buah. Bercak berkembang dengan cepat menutupi
jaringan internal dan seluruh permukaan buah termasuk biji (Guest, 2007 dalam
Rubiyo dan Amaria, 2013).

9

Busuk buah dapat ditemukan pada semua tingkatan buah, sejak buah masih kecil
sampai menjelang masak warna buah berubah. Pada umumnya mulai ujung buah
atau dekat dengan tangkai kemudian meluas keseluruh permukaan buah dan
akhirnya buah menjadi hitam. Kerusakan berat bila patogen ini masuk kedalam
buah dan menyebabkan pembusukan pada biji. Serangan pada buah muda
menyebabkan pertumbuhan biji terganggu yaitu menjadi lunak dan berwarna
coklat kehijau-hijauan dan akibatnya mempengaruhi penurunan kualitas biji
(Semangun, 1996).

2.2.2 Penyebab Penyakit

Penyakit busuk buah kakao disebabkan oleh P. palmivora. Pada buah kakao jamur
membentuk banyak sporangium. Sporangium dapat berkecambah secara langsung
dengan membentuk pembuluh kecambah, tetapi dapat juga berkecambah secara
tidak langsung dengan membentuk zoospora (Semangun, 1996).

P. Palmivora merupakan salah satu patogen penyebab penyakit penting pada
tanaman kakao. Patogen ini dapat menyebakan penyakit busuk buah, kanker
batang dan hawar daun yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman kakao dan dapat menurunkan produksi buah kakao. Penyakit busuk buah
merupakan penyakit yang penting karena P. palmivora menyebabkan buah kakao
menjadi busuk sampai pada biji kakao. Hal ini menyebabkan kerugian karena
menurunkan produksi buah kakao (Sriwati dan Muarif, 2012).

10

Epidemi penyakit busuk buah kakao terjadi akibat penyebaran inokulum P.
palmivora secara vertikal (dalam satu pohon) dan horizontal (antar pohon).
Penyebaran vertikal terjadi melalui kontak langsung antara buah sakit dan buah
sehat. Penyebaran inokulum dapat melalui tetesan air hujan dari buah sakit ke
buah sehat di bawahnya, bantuan serangga vektor dan percikan air hujan dari
tanah kebuah di sekitar pangkal batang. Penyebaran horizontal dapat terjadi
dengan bantuan serangga, kontak antar pohon dan angin (Muller, 1974 dalam
Rubiyo dan Amaria, 2013).

2.2.3 Perkembangan Penyakit

Faktor utama yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit busuk buah pada
tanaman kakao ialah kondisi iklim. Kelembaban yang tinggi akan membantu
pembentukan spora dan meningkatkan infeksi. Infeksi hanya dapat terjadi apabila
pada permukaan buah terdapat air. Hal ini berasal dari air hujan ataupun terjadi
karena pengembunan uap air pada permukaan buah. Hal tersebut yang sering
menyebabkan terjadinya busuk buah pada tanaman kakao. Dengan kelembaban
yang tinggi patogen dapat menginfeksi dengan baik pada buah kakao
(Pawirosoemardjo dan Purwantara, 1992 dalam Chamami dan Hidayanti, 2014).

Perkembangan busuk buah dipengaruhi oleh kelembaban udara, yaitu 80-95%
selama 2-4 jam yang mendukung infeksi spora P. Palmivora. Selain itu, busuk
buah berhubungan langsung dengan jumlah buah di pohon dan curah hujan, tetapi
jumlah buah berbanding terbalik dengan curah hujan sehingga ada interaksi antara

11

curah hujan, keragaman tanaman dan penyakit (Thorold, 1975 dalam Rubiyo dan
Amaria, 2013).

kebasahan permukaan buah dan kelembaban udara berperan langsung terhadap
infeksi P. palmivora pada buah kakao. Dalam hal ini peranan curah hujan terjadi
secara tidak langsung melalui terjadinya kebasahan permukaan buah dan
meningkatnya kelembaban udara. Demikian juga pengaruh suhu terhadap
perkembangan infeksi terjadi secara tidak langsung, melalui pengaruhnya
terhadap kelembaban udara dan kebasahan buah (Purwantara, 1990 dalam Rubiyo
dan Amaria, 2013).

Infeksi P. palmivora dapat langsung terjadi antar buah melalui percikan air hujan
dari permukaan tanah, serangga atau vertebrata. Penyebaran P. palmivora banyak
dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab. Buah yang busuk pada pohon juga
mendorong infeksi pada buah lain yang berdekatan. Di Papua Nugini diketahui
semut Crematogaster, Iridomyrmex dan Solenopsis, terbukti merupakan serangga
yang membantu penyebaran P. palmivora (Siregar, 2004).

Patogen berada dalam tanah dapat juga terangkut oleh serangga, sehingga dapat
mencapai buah yang tinggi. Dari buah yang tinggi sporangium dapat terbawa air
ke buah di bawahnya. Dari buah yang terserang P. palmivora dapat berkembang
melalui tangkai dan menyerang bantalan bunga dan dapat berkembang terus
sehingga menyebabkan terjadinya penyakit (Semangun, 1996).

12

2.3 Penyarungan Buah Menggunakan Plastik Transparan

Salah satu upaya untuk menghambat kerusakan buah saat masih di pohon adalah
dengan penyarungan buah. Cara ini dimaksudkan untuk meminimalkan gangguan
yang terjadi pada saat buah masih di pohon, sehingga buah kakao terhindar dari
serangan jamur penyebab penyakit busuk buah kakao (Kalie, 1992 dalam
Noorbaiti, 2012).

Penyarungan buah menggunakan plastik transparan adalah teknik yang
dikembangkan untuk mengendalikan PBK pada buah kakao yang merupakan
perlindungan secara mekanis. Tetapi penyarungan ini, apabila ukuran plastik
terlalu kecil maka dapat menyebabkan kelembaban di permukaan buah sehingga
memicu timbulnya busuk buah kakao (Munier, 2005 dalam Kresnawaty, 2010).

2.4 Pengendalian Penyakit Busuk Buah Kakao

Berbagai teknik untuk pengendalian penyakit busuk buah kakao telah diupayakan,
seperti penyarungan buah kakao, Sanitasi kebun dan tanaman kakao seperti
pemangkasan, pengendalian gulma, panen sering dan penggunaan fungisida.
Berikut pengendalian penyakit busuk buah yang sudah banyak digunakan untuk
mengendalikan penyakit busuk buah kakao.

13

2.4.1 Pengendalian Secara Budidaya

2.4.1.1 Tanaman resisten (tahan)

Bahan tanaman yang resisten ataupun toleran merupakan komponen pengendalian
jasad pengganggu tanaman yang telah terbukti efektif mengendalikan beberapa
kasus serangan hama dan penyakit tanaman. Penggunaan bahan tanaman yang
toleran untuk mengatasi penyakit busuk buah merupakan alternatif pengendalian
penyakit tanaman yang murah dan ramah lingkungan. Beberapa klon selain
berproduksi tinggi juga mempunyai sifat tahan terhadap hama dan penyakit.
Seperti klon DR 2, DR 16, PA 300, RCC 71, RCC 73, ICCRI 01, ICCRI 02,
ICCRI 03, dan ICCRI 04 (Rubiyo dan Siswanto, 2012).

2.4.1.2 Pemangkasan dan Pengaturan Penaungan

Saat tanaman kakao belum menghasilkan pemangkasan ditujukkan kepada
pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Selain
itu, pemangkasan pohon pelindung tetap dilaksanakan agar percabangan dan daun
tumbuh dengan baik. Pemangkasan pohon pelindung sementara harus dilakukan
agar tidak menutupi tanaman kakao dan menghalangi sinar matahari.
Pemangkasan juga diperlukan pada tanaman kakao untuk menghasilkan bentuk
pertumbuhan yang baik sehingga mempunyai umur produksi yang panjang.
Berkaitan dengan keberadaan hama dan penyakit, pemangkasan diperlukan untuk
mengurangi kelembaban sehingga dapat menekan perkembangan hama dan

14

penyakit. Hama dan penyakit kakao mempunyai korelasi dengan kondisi
lingkungan yang lembab dan rimbun seperti hama penggerek buah kakao dan
penyakit busuk buah. OPT tersebut berkembang biak dengan baik pada tajuktajuk tanaman kakao yang tertutup rapat dan rimbun. Melihat manfaat
pemangkasan untuk perkembangan dan produktivitas kakao serta menekan
serangan hama dan penyakit, pemangkasan perlu dilakukan dengan tepat dan
sesuai dengan Standar Operasionalnya (Siswanto dan Karmawati, 2011).

2.4.2 Pengendalian Secara Kimiawi

2.4.2.1 Penggunaan Fungisida

Penggunaan fungisida kimia masih banyak dilakukan petani untuk melindungi
tanaman kakao dari serangan penyakit tanaman kakao. Penyemprotan terhadap
buah-buah sehat secara preventif menggunakan fungisida berbahan aktif tembaga
(Copper Sandoz, Cupravit, Vitigram Blue, Cobox dan lain-lain). Dalam konsep
pengendalian hama terpadu, menggunakan fungisida kimia merupakan salah satu
komponen di dalamnya. Tetapi penggunaan fungisida merupakan pilihan terakhir
apabila cara lain sudah tidak mampu mengatasi. Penggunaan fungisida harus
dilakukan secara tepat waktu, alat, dosis, sasaran aplikasi, tempat dan jenis
tanaman (Siswanto dan Karmawati, 2011).

Penggunaan fungisida harus secara selektif untuk mengembalikan populasi OPT
pada tingkat keseimbangannya. Selektivitas fungisida didasarkan atas sifat

15

fisiologis, ekologis dan cara aplikasinya. Penggunaan fungisida diputuskan setelah
dilakukan analisis ekosistem terhadap hasil pengamatan dan ketetapan ambang
kendali. Fungisida yang dipilih harus yang efektif dan direkomendasikan (Arifin,
1999 dalam Siswanto dan Karmawati, 2011).

2.4.3 Pengendalian Secara Kultur Teknis

2.4.3.1 Penyarungan Buah Kakao

Pengendalian busuk buah menggunakan kantong plastik ini bertujuan untuk
menghindari buah kakao terinfeksi oleh jamur P. Palmivora. Penyarungan buah
dilakukan pada umur buah sekitar 3 bulan yang diperkirakan panjang antara 8-15
cm, menggunakan kantong plastik atau dapat juga menggunakan bahan lainnya
seperti koran bekas, kertas semen, dll. (Noorbaiti, 2012). Penyarungan kantong
plastik dapat dilakukan menggunakan alat yang terbuat dari bambu atau pipa
paralon berdiameter 5 cm. Hal ini bertujuan untuk membantu petani dalam
mennjangkau buah yang tinggi sehingga lebih menghemat waktu (Mustafa, 2003).

Penggunaan plastik transparan dalam penyarungan buah kakao ini memiliki
beberapa keunggulan yaitu buah dapat masak lebih awal dikarenakan gas etilen
yang bertahan di dalam plastik tidak terlepas di udara sehingga mempercepat
proses pemasakan buah kakao (Mustafa, 2005), selain itu plastik transparan dapat
menyerap sinar matahari dengan baik sehingga buah kakao tersebut dapat
melakukan proses fotosintesis dengan baik. Keunggulan lain dengan penggunaan

16

plastik transparan ini ialah biaya aplikasi yang murah dan dapat digunakan
berulang karena plastik tidak rusak setelah pemanenan sehingga menghemat biaya
pengeluaran.

Teknik pengendalian secara kultur teknis yaitu menggunakan penyarungan buah
kakao dengan plastik transparan. Hal ini dikarenakan penyarungan buah kakao
merupakan pengendalian yang direkomendasikan oleh Indonesia sebagai
pengendalian OPT pada perkebunan kakao. Penyarungan buah kakao merupakan
pengendalian OPT yang sederhana karena pengaplikasiannya yang mudah dan
biaya aplikasi yang terjangkau. Selain itu pula, pengendalian dengan penyarungan
ini ramah terhadap lingkungan artinya penyarungan ini tidak menimbulkan
dampak negatif pada lingkungan seperi halnya penggunaan bahan kimia yang
umumya digunakan petani dalam mengendalikan busuk buah kakao. Disamping
itu, fluktuasi harga kakao yang tidak menentu menyebabkan pengendalian kimia
menjadi tidak ekonomis, oleh sebab itu diperlukan alternatif pengendalian lain
yang secara bertahap dapat mengurangi ketergantungan pada fungisida kimia yang
berdampak negatif pada kesehatan manusia ataupun lingkungan terutama
kehidupan musuh alami dan mikroorganisme yang bermanfaat (Rubiyo dan
Amaria, 2013).

17

III BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanaman kakao di Desa Waylaga
Kecamatan Panjang, Bandar Lampung pada bulan Januari hingga April 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kakao muda
varietas Criollo dan Forastero yang berukuran sekitar 15 cm dan berada di pohon.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu plastik transparan ukuran ((12
x 25 cm diameter = 24 cm (kapasitas 0.5 kg), 15 x 30 cm diameter = 30 cm
(kapasitas 1 kg) dan 20 x 35 cm diameter = 40 cm (kapasitas 2 kg)), pipa paralon,
gunting, mistar, kertas label, spidol, straples, alat tulis, karet gelang dan kamera.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan ini disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4
perlakuan dan 5 ulangan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 buah kakao
sehingga didapatkan 20 satuan percobaan. Perlakuan berupa ukuran kantong

18

plastik untuk penyarungan. Penyarungan dengan plastik berukuran12 x 25 cm
(P1), penyarungan dengan plastik berukuran 15 x 30 cm (P2), penyarungan
dengan plastik berukuran 20 x 35 cm (P3) dan Kontrol (P0) (Tanpa penyarungan
plastik). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Anova) dengan uji F
pada taraf kepercayaan 95% dilanjutkan dengan uji BNT.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan dan Penyarungan Buah

Persiapan penelitian meliputi kegiatan pemilihan pohon dan pengukuran
keseragaman buah kakao yang berukuran sekitar 15 cm. Langkah terakhir adalah
melakukan penyarungan buah sesuai perlakuan yaitu menggunakan plastik ukuran
12 x 25 cm, 15 x 30 cm, 20 x 35 cm dan kontrol (tanpa penyarungan plastik).
Setiap buah sampel diberi label untuk memudahkan pengamatan.

3.5 Pengamatan

Pengamatan terhadap gejala penyakit dilakukan pada setiap minggu, dimulai pada
satu minggu setelah aplikasi. Peubah yang diamati adalah keterjadian penyakit
dan keparahan penyakit busuk buah. Keterjadian penyakit merupakan persentase
jumlah buah yang terinfeksi jamur dari total buah yang diamati. Keparahan
penyakit dihitung setelah pada setiap buah dilakukan skoring.

19

Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Keterjadian penyakit (Sudarsono dan Ginting, 2003 dalam Utomo, 2010),
n
KT = —————– x 100%
N
Keterangan :
KT = Keterjadian penyakit.
n = Jumlah buah yang terinfeksi.
N = Jumlah semua buah yang diamati.

2. Keparahan penyakit (Asaad et al., 2010 dalam Fauzan et al., 2005),
(n x v)
KP = —————– x 100%
NxZ
Keterangan:
KP = Keparahan penyakit.
n = Jumlah buah yang terinfeksi pada setiap kategori.
v = Kategori (skor) infeksi.
N = Jumlah semua buah yang diamati.
Z = Kategori (skor) tertinggi yang digunakan.

Tabel 1. Skor gejala penyakit busuk buah (Asaad et al., 2010 dalam
Fauzan et al., 2005).
Skor
0
1
2
3
4

Gejala busuk buah (%)
Tidak ada gejala
1 - 25
26 - 50
51 - 75
76 - 100

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.

Penyarungan buah kakao dengan kantong plastik berukuran 15 x 30 cm dan
20 x 35 cm dapat menurunkan keterjadian penyakit dan keparahan penyakit
busuk buah kakao.

2.

Penyarungan buah dengan plastik berukuran 20 x 35 cm paling efektif
menekan keterjadian penyakit dan keparahan penyakit busuk buah kakao.

5.2 Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut yaitu melakukan penyarungan buah kakao
dengan bagian bawah plastik dilubangi bagian sisinya saja untuk menghindari
infeksi pada saat telah dilakukan penyarungan dan respirasi buah tetap berjalan
dengan baik.

PUSTAKA ACUAN

Bajeng, Kr. N.R. 2012. Studi Pengaruh Penambahan Semi Refined Carrageenan
(Eucheuma Cottonii) dan Bubuk Bungkil Kacang Tanah Terhadap Mutu
Permen Cokelat (Chocolate). Universitas Hasanuddin. Makassar.
Cahyono. 2010. Sukses Bertanam Coklat. Pustaka Mina. Direktorat Jendral
Perkebunan. Jakarta. http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpbon/index.php?
option=com_content&view=article&id=129:media-pembibitankakao&catid=12:news. Diakses tanggal 15 Januari 2014.
Chamami, I & Hidayanti, E. 2014. Fluktuasi Serangan Penyakit Phythopthora
Palmivora pada Tanaman Kakao Triwulan I 2014 Di Propinsi Jawa Timur.
Jawa Timur.
Damanik, S & Herman. 2010. Prospek dan Strategi Pengembangan Perkebunan
Kakao Berkelanjutan di Sumatera Barat. Perspektif. 9 (2): 94-105.
Darwis, V & Nur Khoiriyah, A. 2007. Perspektif Agribisnis Kakao di Sulawesi
Tenggara (Studi Kasus Kabupaten Kloaka). Kakao di Sulawesi. Sulawesi.
http://wanty-pristiarini.blogspot.com/2012/10/laporan-2-tanamanperkebunan.html. Diakses tanggal 21 Januari 2014.
Evan, H.C & Priori, C. 1987. Cocoa Pod Diseases. Causal Agents and Control.
Outlock on Agricul. 16: 35-41. http://patrayasa.blogspot.com/2012_06_01
archive.html. Diakses tanggal 15 Januari 2014.
Fauzan, A., Lubis, L & Pinem, M.I. 2013. Keparahan Penyakit Busuk Buah
Kakao (Phytophthora Palmivora Butl.) pada Beberapa Perkebunan Kakao
Rakyat yang Berbeda Naungan di Kabupaten Langkat. Jurnal Online
Agroekoteknologi. 1(3): 377-384.
Hendrata, R & Sutardi. 2009. Respon Bibit Kakao pada Bagian Pangkal, Tengah,
dan Pucuk Terhadap Pemupukan Majemuk. Agrovigor. 2 (2): 103-109.
Jauhari, A & Budisantoso, W. 2010. Analisis Kebijakan Kakao Nasional dalam
Meningkatkan Perolehan Petani Kakao dan Peranan Kakao Nasional di
Pasaran Dunia (Sebuah Pendekatan Sistem Dinamik). Public/ITSUndergraduate.

Kandowangko, D., Engka, R & Rimbing, J. 2011. Jenis Parasitoid Telur Hama
Conopomorpha cramerella pada Tanaman Kakao di Sulawesi Utara.
Eugenia. 17 (1): 22-27.
Kresnawaty, Irma, Budiani, A., Wahab, A & Darmono, TW. 2010. Aplikasi
biokaolin untuk perlindungan buah kakao dari serangan PBK, Helopeltis
spp. dan Phytophthora palmivora. Menara Perkebunan. 78 (1): 25-31.
Mustafa, B. 2003. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) dengan
Metode Penyelubungan Buah Kakao Muda. Makalah Seminar “Sosialisasi
Peningkatan Produktivitas, Mutu dan Pengendalian Hama Penggerek Buah
Kakao”. Asosiasi Kakao Indonesia, Lampung 6 Mei 2003.
Mustafa, B. 2005. Kajian Penyarungan Buah Muda Kakao sebagai Suatu Metode
Pengendalian Penggerek Buah Kakao (Pbk) Conopomorpha cramerella
snellen (Lepidoptera: Gracillariidae). Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan.
Noorbaiti, I., Trisnowati, S & Suyadi, M. 2012. Pengaruh Warna Plastik dan
Umur Pembrongsongan Terhadap Mutu Buah Jambu Biji (Psidium
Guajava L.). Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Nurjanani, Ramlan & Assad, M. 2013. Pengkajian Pengendalian Penggerek Buah
Kakao Menggunakan Pestisida Nabati dan Rotasi Pestisida Nabati dengan
Pestisida Sintetik Pada Tanaman Kakao Di Sulawesi Selatan. Seminar
Nasional Inovasi Teknologi Pertanian.
Rubiyo & Amaria, W. 2013. Ketahanan Tanaman Kakao Terhadap Penyakit
Busuk Buah (Phytophthora Palmivora Butl.). Perspektif. 12 (1): 23-26.
Rubiyo & Siswanto. 2012. Peningkatan Produksi dan Pengembangan Kakao
(Theobroma Cacao L.) Di Indonesia. Buletin Ristri. 3(1): 33-48.
Samsudin & Indriati, G. 2013. Sinergisme Heterorhabditis sp. dengan
Penyarungan Buah dalam Mengendalikan Penggerek Buah Kakao
Conopomorpha cramerella. Buletin Ristri. 4 (1): 19-26.
Semangun, H. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. http://buljugakeren.blogspot.com/2011/09/biologi-penyakitphytophthora-palmivora.html. Diakses tanggal 17 Januari 2014.
Siregar, H.S. 2004. Pembudidayaan, Pengelolahan dan Pemasaran Coklat.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Siswanto & Karmawati, E. 2011. Percepatan Adopsi Teknologi Pht Kakao di
Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan.
Somad, S & Lukman, W. 2004. Analisis Usaha Tani Kooperator dan
Nonkooperator pada Tanaman Kakao. Buletin Teknik Pertanian. 9 (2): 5355.

Sriwati, R & Muarif, R. 2012. Characteristic Symptoms of Phytophthora
Palmivora on Cocoa Leaves. Jurnal Natural. 12 (2): 30-34.
Utomo, S.D., Islamika, N., Ratih, S & Ginting, C. 2010. Pengaruh Fungisida
Metalaksil-M Terhadap Keterjadian Penyakit Bulai dan Produksi Populasi
Jagung Lagaligo X Tom Thumb. Jurnal Agrotropika. 15 (2): 56-59.

Dokumen yang terkait

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 3 17

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 3 17

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 3 17

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 3 17

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 5 17

APLIKASI KONSENTRASI BUBUR CALIFORNIA DALAM BIOCOATING TERHADAP TINGKAT SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butl.) PADA TIGA KLON KAKAO (Theobroma cacao Lin.)

0 5 17

Pengaruh Penyarungan Buah dan Aplikasi Asam Fosfit Terhadap Hama Penggerek dan Penyakit Busuk Buah Kakao

3 20 36

Kajian genetika ketahanan tanaman kakao (Theobroma cacao L.) terhadap penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora Butl) di Indonesia

2 34 202

UJI LAPANG KETAHANAN HIBRIDA KAKAO TERHADAP PENYAKIT BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora Butler).

0 0 3

Eksplorasi cendawan endofit dan potensinya untuk pengendalian Phytophthora palmivora penyebab penyakit busuk buah kakao

0 0 5