MACAM HUKUMAN DALAM KUHP

MACAM HUKUMAN DALAM KUHP

KUHP sebagai induk atau sumber utama hukum pidana telah merinci jenis
pidana (hukuman), sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 10 KUHP. Dalam KUHP,
pidana dibedakan menjadi 2 kelompok, antara hukum pidana pokok dan hukum
pidana tambahan.
Pidana pokok terdiri dari :
1. Pidana Mati
Pidana mati adalah pidana yang terberat. Karena pidana ini merupakan
pidana terberat yang pelaksanaannya berupa penyerangan terhadap hak hidup
bagi manusia, yang sesungguhanya hak ini hanya berada ditangan Tuhan, maka
tidak heran sejak dahulu hingga sekarang mendapat pro dan kontra, tergantung
dari kepentingan dan cara pidana mati itu sendiri.
Selain itu, juga kelemahan dan keberatan pidana mati ini ialah apabila telah
dijalankan, maka tidak ada harapan lagi untuk perbaikan, baik revisi atas jenis
pidana ini maupun atas dari terpidananya, apabila kemudian ternyata penjatuhan
pidana itu terdapat kekeliruan terhadap tindak pidana yang mengakibatkan
pidana mati itu dijatuhkan dan dijalankan atau juga kekeliruan atas kesalahan
terpidana.
Dalam KUHP, sebagai dasar hukum pidana di Indonesia hanya
menerapkan beberapa tindakan pidana yang diancam dengan pidana mati, hal itu

dikarenakan sifat dari hukuman mati tersebut yang sangat besar.
Adapun beberapa tindakan pidana yang dapat diancam dengan pidana mati
tersebut antara lain:
a. Kejahatah-kejahatan yang mengancam negara (Pasal 140, 111 Ayat 2, 124
Ayat 3 jo 129).
b. Kejahatan-kejahatan pembunuhan terhadap orang tertentu dan/ atau
dilakukan dengan faktor-faktor pemberat (Pasal 140 Ayat 3, Pasal 340).
c. Kejahatah-kejahatan pembajakan laut, sungai, dan pantai (Pasal 444).
Namun demikian, pemberian pidana mati ini tidak boleh sembarangan,
hati-hati, dan tidak boleh gegabah. Oleh karena itu, dalam rumus Pasal KUHP
yang mengancam pemberian pidana mati selalu diikuti pemberian pidana
alternatifnya, yaitu pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selamanya
20 tahun (Pasal 365 Ayat 4, 340, 104, dan lain-lain).
2. Pidana Penjara
Dalam Pasal 10 KUHP ada 2 jenis pidana hilang kemerdekaan, yakni
pidana penjara dan pidana kurungan. Dari sifatnya dan/atau membatasi
kebebasan bergerak, dalam artian menempatkan terpidana dalam suatu tempat,
yaitu lembaga permasyarakatan, dimana terpidana tidak bebas keluar dan/atau

masuk dan didalamnya wajib tunduk, menaati, dan menjalankan semua peraturan

tata tertib yang ada. Meskipun antara pidana penjara dan pidana kurungan selintas
mirip, namun demikian masih terdapat perbedaan. Yaitu pidana penjara lebih
berat dibanding pidana kurungan. Maksimum pidana penjara adalah 20 Tahun.
3. Pidana Kurungan
Pasal 10 KUHP menyebutkan ada 2 jenis pidana hilang kemerdekaan,
yakni pidana penjara dan pidana kurungan. Dari sifatnya menghilangakan
dan/atau membatasi kemerdekaan bergerak, dalam artian menempatkan
terpidana dalam suatu tempat, yaitu lembaga permasyarakatan, dimana terpidana
tidak bebas keluar dan/atau masuk dan didalamnya wajib tunduk, menaati, dan
menjalankan semua peraturan tata tertib yang ada. Maksimim umum pidana
kurungan 1 tahun 4 bulan, minimum umur pidana kurungan 1 hari.
4. Pidana Denda
Dalam buku III KUHP, pidana denda ini banyak jenis pelanggaran, baik
sebagai pidana alternatif, dari pidana kurungan, maupun pidana yang berdiri
sendiri. Begitu juga terhadap jenis kejahatan ringan ataupun kejahatan Culpa,
pidana denda sering diancamkan sebagai alternatif dari pidana kurungan.
Sedangkan bagi kejahatan - kejahatan lain jarang sekali diancam pidana denda,
baik sebagai alternatif dari pidana kurungan maupun berdiri sendiri.
5. Pidana Tutupan
Pidana tutupan ditambahkan dalam Pasal 10 KUHP melalui UU no 20 Tahun

1946, yang maksudnya tertuang dalam Pasal 2 Ayat 1 menyatakan :
"Bahwa dalam mengadili orang yang mengadili kejahatan yang diancam dengan
pidana penjara karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati, hakim boleh
menjatuhkan pidana tutupan "
Pada Ayat 2 menyatakan :
"Pidana tutupan tidak dijatuhkan apabila perbuatan yang kejahatan itu, cara
melakukan perbuatan itu, atau akibat dari perbuatan adalah sedemikian rupa
sehingga hakim berpendapat, bahwa pidana penjara adalah lebih tepat "
Tempat menjalani pidana tutupan dan segala sesuatu untuk melaksanakan
UU no 20 Tahun 1946 diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah Nomor 8
Tahun 1948 tentang Rumah Tutupan.
Pidana Tambahan
1. Pidana Pencabutan Hak - Hak Tertentu.
Menurut hukum, pencabutan seluruh hak yang dimiliki seseorang dapat
mengakibatkan kematian perdata (burgerlijke daad) tidak diperkenankan Pasal
(Pasal 3 BW). Undang-undang hanya memeberikan kekuasaan kepada Negara
melalui alat atau lembaganya untuk melakukan pencabutan hak-hak tertentu saja
yang menurut Pasal 3 Ayat 1 KUHP hak-hak yang dicabut tersebut adalah :
a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu.


b. Hak menjalankan jabatan dalam angkatan bersenjata / TNI.
c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan
peraturan-peraturan umum.
d. Hak menjadi penasehat hukum atau pengurus berdasarkan penetapan
pengadilan, atau pengampuan pengawas atas anak yang bukan anak sendiri.
e. Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian atau pengampuan
atas anak sendiri.
f. Hak menjalankan pencaharian.
Hak - hak tertentu yang dapat dicabut oleh hakim, sifat itu tidak untuk
selamanya, melainkan untuk sementara waktu saja, kecuali bila yang
bersangkutan dijatuhi pidana mati atau pidana penjara seumur hidup.
2. Pidana Perampasan Barang Tertentu
Perampasan barang sebagai pidana hanya diperkenankan atas barang-barang
tertentu, tidak diperkenankan untuk semua barang.
Adapun barang-barang yang tidak dapat dirampas sebagai suatu pidana
tersebut adalah :
a. Barang-barang yang diperoleh / berasal dari suatu kejahatan yang disebut
corpora delictie. Misalnya surat palsu dari kejahatan pemalsuan surat.
b. Barang-barang yang digunakan dalam melakukan kejahatan, yang disebut
instumenta delictie. misalnya Pasal yang digunakan dalam tindak pidana

pembunuhan.
Adapun barang - barang yang disita tersebut pertama akan ditetapkan
untuk negara seperti emas dan perak yang diselundupkan. Kedua barang-barang
sitaan tersebut akan dimusnahkan misalnya narkotika.
3. Setiap Pengumuman Putusan Hakim
Setiap putusan hakim, memang harus diucapkan dalam persidangan yang terbuka
untuk umum (Pasal 195 KUHAP), yang mana bila tidak maka putusan itu batal
demi hukum. Pidana pengumuman putusan hakim ini hanya dapat dijatuhkan
dalam hal-hal yang telah ditentukan oleh KUHP, misalnya Pasal 128, 206, 361,
337, 395, 405.
Tetapi pengumuman putusan hakim sebagai suatu pidana bukanlah seperti
tersebut diatas. Pidana pengumuman putusan hakim yang dimaksud disini adalah
publikasi ekstra dari suatu putusan pemidanaan seseorang dari pengadilan pidana.
Semua jenis hukuman diatas adalah yang terdapat didalam KUHP, Pidana
tambahan sendiri banyak kita temui dalam Undang-undang lain sebagai Lex Specialis,
Misalkan Pidana ganti rugi bagi perkara anak dan perdagangan orang, dan lain
sebagainya.
Semoga Bermanfaat.