Hukuman dalam Hukuman Pidana Islam - Repository UNIKOM
FAKULTAS HUKUM
UNIKOM
Tujuan Hukuman dalam
Hukum Pidana Islam
Tujuan utama dari penetapan dan
penerapan hukuman dalam syariat
islam adalah sebagai berikut:
Pencegahan
Perbaikan dan pendidikan
Pencegahan
Pengertian pencegahan adalah menahan orang
yang berbuat jarimah agar ia tidak mengulangi
perbuatan jarimahnya. Atau agar ia tidak terus
menerus melakukan jarimah tersebut.
Disamping mencegah pelaku , pencegahan juga
mengandung arti mencegah orang lain selain
pelaku agar tidak ikut-ikutan melakukan jarimah,
sebab ia bisa mengetahui bahwa hukuman yang
dikenakan kepada pelaku juga akan dikenakan
terhadap orang lain.
Pelaksanaan
Hukuman yang
dilakukan dimuka
umum
contoh
Perbaikan dan pendidikan
Tujuan yang kedua dari penjatuhan
hukuman ini adalah mendidik pelaku
jarimah agar ia menjadi orang yang baik
dan menyadari kesalahannya.
Disini terlihat bagaimana perhatian islam
terhadap diri pelaku. Dengan adanya
hukuman ia menjadi menyadari akan
kesalahannya dan dengan harapan
mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Agar hukuman itu diakui keberadaannya
maka harus dipenuhi tiga syarat, syarat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hukuman harus ada dasarnya dari syara’
Asas
Legalitas
Hukum dianggap punya dasar (Syari’iyah) apabila
ia didasarkan kepada sumber-sumber syara
seperti Algur’an, As-Sunah, Ijma, atau undangundang yang diterapkan oleh lembaga yang
berwenang (ulil amri) seperti dalam hukuman
ta’jir (Hukuman yang bersifat pendidikan)
Hudud (Zina, (qadzaf / penuduhan
zina),minum-minuman keras, pencurian,
harobah atau perampokan,riddah atau
murtad dan pemberontakan.
Qishash (hukuman yang seimbang)
contohnya pembunuhan sengaja dan
penganiayaan.
Ta’jir (hukuman yang bersfat pendidikan)
2.Hukuman harus Bersifat Pribadi.
Asas
Personalitas
Dalam hal ini berarti hukuman harus bersifat
perorangan. Ini mengandung arti bahwa hukuman
harus dijatuhkan kepada orang yang telah
melakukan tindak pidana dan tidak mengenai
orang lain yang tidak bersalah. Syarat ini
merupakan salah satu dasar prinsip yang
ditegakkan oleh syariat islam dan ini telah
dibicarakan berkaitan dengan masalah
pertanggungjawaban.
3. Hukuman harus Berlaku Umum.
Asas
(Aquality Before The Law)
Ini berarti hukuman harus berlaku untuk
semua orang tanpa adanya diskriminasi,
apapun pangkat dan jabatannya dan
kedudukanya.
Hukuman dalam hukum pidana
islam dapat dibagi kepada
beberapa bagian dengan
meninjaunya dari beberapa segi.
Dalam hal ini ada lima
penggolongan yaitu.
Hukuman Pokok (Uqubah Ashliyah) Yaitu hukuman yang
ditetapkan untuk jarimah yang bersangkutan sebagai
hukuman yang asli,
Contohnya: hukuman qishosh untuk jarimah pembunuhan,
Hukuman Dera 100 x untuk jarimah Zina, atau hukuman
potong tangan untuk jarimiah pencurian.
Hukuman pengganti (Uqubah Badaliyah), Yaitu hukuman
yang menggantikan hukuman pokok, apabila hukuman
pokok tidak dapat dilaksanakan karena alasanyang sah.
Contohnya. Hukuman Diat sebagai hukuman pengganti
hukuman Qishosh. Sesungguhnya had itu juga merupakan
hukuman pokok yaitu untuk pembunuhan menyerupai
sengaja atau kekeliruan, akan tetapi juga menjadi hukuman
pengganti untuk hukuman qishosh.
Hukuman Tambahan (Uqubah Taba’iyah), yaitu hukuman
yang mengikuti hukuman pokok tanpa memerlukan
keputusan hakim secara tersendiri.
Contohnya. Larangan menerima warisan bagi orang yang
membunuh orang yang akan diwarisinya (orang tua
membunuh anaknya sendiri), sebagai tambahan untuk
hukuman Qishosh atau diat.
Contoh Selain itu hukuman pencabutan hak untuk menjadi
saksi bagi orang yang telah melakukan jarimah Qadzab
(menuduh zina), disamping hukuman pokokya yaitu jilid
(dera) 80 kali.
Hukuman Pelengkap (Uqubah Takmiliyah) Yaitu hukuman
yang mengikuti hukuman pokok dengan syarat harus
mendapat keputuan tersendiri dari hakim. Dan syarat inilah
yang membedakan dengan hukuman tambahan.
Contohnya. Seperti mengalungkan tangan pencuri yang telah
dipotong dilehernya
Hukuman yang mempunyai satu batas, artinya tidak ada
batas tertinggi dan batas terendah,
Contohnya. Hukuman Jilid (dera) sebagai hukuman had
(delapan puluh kali atau seratus kali) dalam hal ini hakim
tidak berwenang untuk menambah atau mengurangi karena
hukuman itu hanya hanya satu macam saja.
Hukuman yang mempunyai dua batas, yaitu batas tertnggi
dan batas terendah. Dalam hal ini hakim diberi kewenangan
dan kebebasan untuk memilih hukuman yang sesuai antara
kedua batas tersebut,
Contohnya.seperti hukuman penjara atau jilid pada jarimahjarimah ta’jir.
Hukuman yang telah ditentukan (Uqubah
Muqaddarah), yaitu hukuman yang jenis dan
kadarnya telah ditentukan oleh syara’ dan hakim
berkewajiban untuk memutuskan tanpa mengurangi,
menambah, atau menggantinya dengan hukuman
yang lain. Ulil amri tidak berhak untuk
menggugurkannya.
Hukuman yang belum ditentukan (Uqubah Ghair
Muqaddarah), yaitu hukuman yang diserahkan kepada
hakim untuk memilih jenisnya dari sekumpulan
hukuman hukuman yang ditetapkan oleh syara’ dan
menentukan jumlahnya untuk kemudian disesuaikan
dengan perbuatan pelakunya.
Hukuman badan (Uqubah badanyah), yaitu
hukuman yang dikenakan atas badan manusia,
seperti hukuman mati, jilid (dera) dan penjara.
Hukuman Jiwa (Uqubah Nafsiyah) yaitu
hukuman yang dikenakan atas jiwa manusia,
bukannya atas badannya, seperti ancaman,
peringatan, atau teguran.
Hukuman Hudud, yaitu hukuman yang
ditetapkan atas jarimah-jarimah hudud.
Hukuman Qishash dan diat, yaitu hukuman
yang ditetapkan atas jarimah qishash dan diat.
Hukuman Kifarat, yaitu hukuman yang
ditetapkan untuk sebagaian jarimah qishash dan
diat dan beberapa jarimah ta’jir.
Hukuman ta’zir, yaitu hukuman yang
ditetapkan untuk jarimah-jarimah ta’zir.
Zina
Qadzaf (menuduh zina)
Minum-minuman keras
Pencurian
Hirabah (Perampokan)
Riddah (murtad) dan
Pemberontakan
Hukuman Dera seratus kali dan pengasingan
ditetapkan untuk pelaku zina yang keduanya ghoir
muhshan (Belum menikah)
Hukuman rajam bagi pelaku zina yang keduanya
Muhshan (menikah)
Kalau pelakunya yang satu ghoir muhshan dan satunya
muhshan maka yang muhshan dirajan dan yang ghoir
muhshan di dera(jilid) dan diasingkan.
QS. An-Nuur: ayat 2 yang Artinya:
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina
maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus
kali dera, dan janganlah beas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah,jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”
dan HR. Jam’ah kecuali Al Bukhari dan An-Nasa’i.
“Jejeka dan gadis hukumannya jilid seratus kali dan
pengasinganselama satu tahun”
Dalam Hadist lain. Diriwayatkan sama dengan diatas:
“Dan janda dengan duda hukumannya jilid seratus kali
dan rajam”
Hukuman
untuk jarimah qadzaf dalam
syariat islam ada dua yaitu:
Hukuman
pokok, yaitu jilid
Hukuman Tambahan; yaitu pencabutan
hak untuk menjadi saksi
Jarimah qadzaf ini biasanya dilakukan
oleh seseorang yang iri serta tidak
senang dengan orang lain sehingga dia
elakukan sesuatu yang dapat
menjatuhkan harga diri orang lain, oleh
karena ini adalah tindakan yang tidak
jujur maka syariat islam mencabut hak
kejujurannya untuk menjadi saksi atau
tidak diakui kejujurannya.
Jilid untuk pelaku Qadzaf berbeda
dengan zina yang jumlahnya hanya
delapan puluh kali cambukan
Dasarnya. QS. An-Nuur ayat 4.
“dan orang-orang yang menuduh
wanita-wanita yang baik-baik (berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan
empat saksi, maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali,
dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka buat selama-lamanya. Dan
mereka itulah orang-orang yang fasik”
Hal ini yang belum dapat saya temukan
apakah benar hanya laki-laki yang
menuduh zina yang demikian itu.
Hukuman untuk minum minuman keras
adalah jilid atau dera sebanyak delapan
puluh kali dera.
Menurut Imam Syafii, berpendapan bahwa
80 kali jilid tersebut 40 kali jilid termasuk
had sedangkan 40 kali adalah ta’zir yang
hanya dijatuhkan oleh hakim kalau
dipandang perlu oleh hakim.
Larangan untuk minum-minuman keras ada dalam
QS. Al-Maidah ayat 90.
“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(minuman) khamr, judi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan yang keji termasuk perbuatan syaiton.
Maka jauhilah perbuatan-itu agar kamu mendapat
keberuntungan”
Sedangkan untuk hukumannya tercantum dalam
hadist Nabi SAW HR.Ahmad.
“dari Abdullah Ibn’amr ia berkata: telah
bersabda Rasullulah Saw” barang siapa yang
meminum khamr maka jilidlah ia, apabila ia
mengulanginya, maka jilidlah ia, apabila
mengulangi lagi jilidlah ia.”
Jarimah pencurian diancam dengan
hukuman potong tangan.
Para fuqaha telah sepakat, bahwa dalam
pengertian tangan termasuk juga kaki.
Apabila seseorang melakukan pencurian
untuk yang pertama kalinya maka tangan
kanannya yang dipotong, dan jika mencuri
kembali untuk kedua kalinya maka kaki
kirinya yang dipotong.
Dasarnya
QS Al-Maidah ayat 38 yang
artinya:
“laki-laki yang mencuri dan perempuan
yang mencuri, potonglah tangan
keduannya (sebagai) pembalasan bagi
apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah, dan Allah maha
perkasa lagi maha Bijaksana”
Syariat Islam menetapkan empat
macam hukuman untuk tindak
pidana perampokan (Hirabah) yaitu:
Hukuman mati;
Hukuman mati dan salib;
Hukuman potong tangan dan kaki serta;
hukuman pengasingan.
Dasarnya QS. Al-Maidah ayat 33 yang
artinya:
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orangorang yang memerangi Allah dan Rasulnya
dan membuat kerusakan di muka bumi,
hanyalah mereka itu dibunuh atau di salib,
dipotong tangan dan kaki mereka dengan
bertimbal balik, atau dibuang dari negeri
(tempat kediamaanya) yang demikian itu
(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka
di dunia, dan di akherat mereka peroleh
siksaan yang besar”.
Hukuman mati, dijatuhkan kepada
perampok apabila disertai dengan
pembunuhan.
Hukuman mati disalib dijatuhkan kepada
perampok yang membunuh serta merampas
harta bendanya, dijatuhkan atas pembunuhan
dan percurian harta.
Hukuman potong tangan dan kaki dijatuhkan
kepada perampok yang hanya mengambil
hartanya saja tanpa melakukan pembunuhan.
Hukuman pengasingan dilakukan kepada
perampok (pengganggu keamanan) yang
tidak mengambil harta dan tidak membunuh
tetapi hanya menakut-nakuti saja.
Yangtujuannya untuk mencari popularitas
untuk dirinya sendiri.
Jarimah
riddah diancam dengan
dua jenis hukuman:
hukuman Pokok, yaitu
Hukuman mati:
Hukuman tambahan yaitu
penyitaan harta bendanya.
Hukuman mati bagi orang yang murtad
didasarkan pada hadist nabi Saw. HR
Bukhari. Yang artinya:
“dari Ibn Abbas ra, ia berkata: Telah
bersabda RasullAllah Saw: “barang siapa
mengganti agamannya maka bunuhlah ia”
Dalam hal penyitaa harta ini banyak sekali
perbedaan pendapat namun ada pendapat
yang kuat yaitu mengatakan bahwa harta
yang disita hanya sebatas harta yang
diperoleh setelah dia murtad sedangkan harta
sebelumnya diserahkan kepada ahli warisnya
yang masih muslim.
Hukuman untuk jarimah pemberontakan adalah hukuman
mati. Hal ini didasarkan pada Firman Allah dalam Surah
Al Hujuraat ayat 9 yang artinya: “dan jika ada dua
golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka
damaikanlah antara keduannya. Jika salah satu dari
kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan
yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya
itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah
Allah: jika golongan itu telah kembali (kepad perintah
Allah), maka damaikanlah antara keduannya dengan adil
dan berlaku adilah sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil.”
pembunuhan sengaja,
Pembunuhan menyerupai sengaja,
Pembunuhan karena kesalahan,
(tidak sengaja)
Penganiayaan sengaja,
penganiayaan karena kesalahan
(tidak sengaja)
Qishash
Diat
Kifarat (membebaskan seorang
hamba yang mukmin)
Hilangnya hak waris dan hak wasiat.
Pengertian qishash
sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad abu
zahrah adalah sebagai berikut: Qishash adalah
memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan
persis seperti apa yang dilakukan terhadap
korban.
Diat adalah hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan dan
penganiayaan menyerupai sengaja dan tidak sengaja. Ketentuan ini
didasarkan kepada Firman Allah Swt dalam surah An-Nisaa’ ayat 92 yang
artinya:
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang
lain) kecuali kerena tersalah (tidak sengaja): dan barang siapa membunuh
orang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang
hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (orang yang terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh) bersedekah”
Meskipun bersifat hukuman, namun diat merupakan harta yang diberikan
kepada korban atau keluarganya, bukan kepada berbendaharaan Negara
dalam hal ini diat hamper mirip dengan ganti kerugian.
Hukuman kifarat dijatuhkan atas pembunuhan
karena kekeliruan (tidak sengaja) dan
menyerupai sengaja.
Adapun hukumannya adalah membebaskan
seorang hamba yang mukmin. Apabila tidak
mampu maka hukumannya diganti dengan
puasa dua bulan berturut-turut. Hal ini
didasarkan kepada firman Allah Swt dalam
surah An-Nisaa’ ayat 92: yang artinya:”…
Barang siapa yang tidak memperolehnya ia (si
pembunuh)berpuasa dua bulan berturut-turut,
sebagai cara taubat kepada Allah. Dan adalah
Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.
Pencabutan hak waris dan
hak wasiat merupakan
hukuman tambahan,
disamping hukuman pokok
untuk tindak pidana
pembunuhan.
Hukuman ta’zir, seperti yang dikemukakan oleh Imam AlMawardi adalah sebagai berikut: Ta’zir adalah
hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan
dosa (maksiat) yang hukumannyabelum ditetapkan
oleh syara.
Jarimah ta’zir jumlahnya sangat banyak, kerena mencakup
semua perbuatan maksiat yang hukumannya belum
ditentukan oleh syara dan diserahkan kepada ulil
amri untuk mengaturnya. Jadi intinya jarimah yang
tidak diatur dalam syara seperti :Hukuman kawalan,
Hukuman hukuman pengucilan dan lain sebagainya.
UNIKOM
Tujuan Hukuman dalam
Hukum Pidana Islam
Tujuan utama dari penetapan dan
penerapan hukuman dalam syariat
islam adalah sebagai berikut:
Pencegahan
Perbaikan dan pendidikan
Pencegahan
Pengertian pencegahan adalah menahan orang
yang berbuat jarimah agar ia tidak mengulangi
perbuatan jarimahnya. Atau agar ia tidak terus
menerus melakukan jarimah tersebut.
Disamping mencegah pelaku , pencegahan juga
mengandung arti mencegah orang lain selain
pelaku agar tidak ikut-ikutan melakukan jarimah,
sebab ia bisa mengetahui bahwa hukuman yang
dikenakan kepada pelaku juga akan dikenakan
terhadap orang lain.
Pelaksanaan
Hukuman yang
dilakukan dimuka
umum
contoh
Perbaikan dan pendidikan
Tujuan yang kedua dari penjatuhan
hukuman ini adalah mendidik pelaku
jarimah agar ia menjadi orang yang baik
dan menyadari kesalahannya.
Disini terlihat bagaimana perhatian islam
terhadap diri pelaku. Dengan adanya
hukuman ia menjadi menyadari akan
kesalahannya dan dengan harapan
mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Agar hukuman itu diakui keberadaannya
maka harus dipenuhi tiga syarat, syarat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hukuman harus ada dasarnya dari syara’
Asas
Legalitas
Hukum dianggap punya dasar (Syari’iyah) apabila
ia didasarkan kepada sumber-sumber syara
seperti Algur’an, As-Sunah, Ijma, atau undangundang yang diterapkan oleh lembaga yang
berwenang (ulil amri) seperti dalam hukuman
ta’jir (Hukuman yang bersifat pendidikan)
Hudud (Zina, (qadzaf / penuduhan
zina),minum-minuman keras, pencurian,
harobah atau perampokan,riddah atau
murtad dan pemberontakan.
Qishash (hukuman yang seimbang)
contohnya pembunuhan sengaja dan
penganiayaan.
Ta’jir (hukuman yang bersfat pendidikan)
2.Hukuman harus Bersifat Pribadi.
Asas
Personalitas
Dalam hal ini berarti hukuman harus bersifat
perorangan. Ini mengandung arti bahwa hukuman
harus dijatuhkan kepada orang yang telah
melakukan tindak pidana dan tidak mengenai
orang lain yang tidak bersalah. Syarat ini
merupakan salah satu dasar prinsip yang
ditegakkan oleh syariat islam dan ini telah
dibicarakan berkaitan dengan masalah
pertanggungjawaban.
3. Hukuman harus Berlaku Umum.
Asas
(Aquality Before The Law)
Ini berarti hukuman harus berlaku untuk
semua orang tanpa adanya diskriminasi,
apapun pangkat dan jabatannya dan
kedudukanya.
Hukuman dalam hukum pidana
islam dapat dibagi kepada
beberapa bagian dengan
meninjaunya dari beberapa segi.
Dalam hal ini ada lima
penggolongan yaitu.
Hukuman Pokok (Uqubah Ashliyah) Yaitu hukuman yang
ditetapkan untuk jarimah yang bersangkutan sebagai
hukuman yang asli,
Contohnya: hukuman qishosh untuk jarimah pembunuhan,
Hukuman Dera 100 x untuk jarimah Zina, atau hukuman
potong tangan untuk jarimiah pencurian.
Hukuman pengganti (Uqubah Badaliyah), Yaitu hukuman
yang menggantikan hukuman pokok, apabila hukuman
pokok tidak dapat dilaksanakan karena alasanyang sah.
Contohnya. Hukuman Diat sebagai hukuman pengganti
hukuman Qishosh. Sesungguhnya had itu juga merupakan
hukuman pokok yaitu untuk pembunuhan menyerupai
sengaja atau kekeliruan, akan tetapi juga menjadi hukuman
pengganti untuk hukuman qishosh.
Hukuman Tambahan (Uqubah Taba’iyah), yaitu hukuman
yang mengikuti hukuman pokok tanpa memerlukan
keputusan hakim secara tersendiri.
Contohnya. Larangan menerima warisan bagi orang yang
membunuh orang yang akan diwarisinya (orang tua
membunuh anaknya sendiri), sebagai tambahan untuk
hukuman Qishosh atau diat.
Contoh Selain itu hukuman pencabutan hak untuk menjadi
saksi bagi orang yang telah melakukan jarimah Qadzab
(menuduh zina), disamping hukuman pokokya yaitu jilid
(dera) 80 kali.
Hukuman Pelengkap (Uqubah Takmiliyah) Yaitu hukuman
yang mengikuti hukuman pokok dengan syarat harus
mendapat keputuan tersendiri dari hakim. Dan syarat inilah
yang membedakan dengan hukuman tambahan.
Contohnya. Seperti mengalungkan tangan pencuri yang telah
dipotong dilehernya
Hukuman yang mempunyai satu batas, artinya tidak ada
batas tertinggi dan batas terendah,
Contohnya. Hukuman Jilid (dera) sebagai hukuman had
(delapan puluh kali atau seratus kali) dalam hal ini hakim
tidak berwenang untuk menambah atau mengurangi karena
hukuman itu hanya hanya satu macam saja.
Hukuman yang mempunyai dua batas, yaitu batas tertnggi
dan batas terendah. Dalam hal ini hakim diberi kewenangan
dan kebebasan untuk memilih hukuman yang sesuai antara
kedua batas tersebut,
Contohnya.seperti hukuman penjara atau jilid pada jarimahjarimah ta’jir.
Hukuman yang telah ditentukan (Uqubah
Muqaddarah), yaitu hukuman yang jenis dan
kadarnya telah ditentukan oleh syara’ dan hakim
berkewajiban untuk memutuskan tanpa mengurangi,
menambah, atau menggantinya dengan hukuman
yang lain. Ulil amri tidak berhak untuk
menggugurkannya.
Hukuman yang belum ditentukan (Uqubah Ghair
Muqaddarah), yaitu hukuman yang diserahkan kepada
hakim untuk memilih jenisnya dari sekumpulan
hukuman hukuman yang ditetapkan oleh syara’ dan
menentukan jumlahnya untuk kemudian disesuaikan
dengan perbuatan pelakunya.
Hukuman badan (Uqubah badanyah), yaitu
hukuman yang dikenakan atas badan manusia,
seperti hukuman mati, jilid (dera) dan penjara.
Hukuman Jiwa (Uqubah Nafsiyah) yaitu
hukuman yang dikenakan atas jiwa manusia,
bukannya atas badannya, seperti ancaman,
peringatan, atau teguran.
Hukuman Hudud, yaitu hukuman yang
ditetapkan atas jarimah-jarimah hudud.
Hukuman Qishash dan diat, yaitu hukuman
yang ditetapkan atas jarimah qishash dan diat.
Hukuman Kifarat, yaitu hukuman yang
ditetapkan untuk sebagaian jarimah qishash dan
diat dan beberapa jarimah ta’jir.
Hukuman ta’zir, yaitu hukuman yang
ditetapkan untuk jarimah-jarimah ta’zir.
Zina
Qadzaf (menuduh zina)
Minum-minuman keras
Pencurian
Hirabah (Perampokan)
Riddah (murtad) dan
Pemberontakan
Hukuman Dera seratus kali dan pengasingan
ditetapkan untuk pelaku zina yang keduanya ghoir
muhshan (Belum menikah)
Hukuman rajam bagi pelaku zina yang keduanya
Muhshan (menikah)
Kalau pelakunya yang satu ghoir muhshan dan satunya
muhshan maka yang muhshan dirajan dan yang ghoir
muhshan di dera(jilid) dan diasingkan.
QS. An-Nuur: ayat 2 yang Artinya:
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina
maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus
kali dera, dan janganlah beas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah,jika
kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”
dan HR. Jam’ah kecuali Al Bukhari dan An-Nasa’i.
“Jejeka dan gadis hukumannya jilid seratus kali dan
pengasinganselama satu tahun”
Dalam Hadist lain. Diriwayatkan sama dengan diatas:
“Dan janda dengan duda hukumannya jilid seratus kali
dan rajam”
Hukuman
untuk jarimah qadzaf dalam
syariat islam ada dua yaitu:
Hukuman
pokok, yaitu jilid
Hukuman Tambahan; yaitu pencabutan
hak untuk menjadi saksi
Jarimah qadzaf ini biasanya dilakukan
oleh seseorang yang iri serta tidak
senang dengan orang lain sehingga dia
elakukan sesuatu yang dapat
menjatuhkan harga diri orang lain, oleh
karena ini adalah tindakan yang tidak
jujur maka syariat islam mencabut hak
kejujurannya untuk menjadi saksi atau
tidak diakui kejujurannya.
Jilid untuk pelaku Qadzaf berbeda
dengan zina yang jumlahnya hanya
delapan puluh kali cambukan
Dasarnya. QS. An-Nuur ayat 4.
“dan orang-orang yang menuduh
wanita-wanita yang baik-baik (berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan
empat saksi, maka deralah mereka
(yang menuduh itu) delapan puluh kali,
dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka buat selama-lamanya. Dan
mereka itulah orang-orang yang fasik”
Hal ini yang belum dapat saya temukan
apakah benar hanya laki-laki yang
menuduh zina yang demikian itu.
Hukuman untuk minum minuman keras
adalah jilid atau dera sebanyak delapan
puluh kali dera.
Menurut Imam Syafii, berpendapan bahwa
80 kali jilid tersebut 40 kali jilid termasuk
had sedangkan 40 kali adalah ta’zir yang
hanya dijatuhkan oleh hakim kalau
dipandang perlu oleh hakim.
Larangan untuk minum-minuman keras ada dalam
QS. Al-Maidah ayat 90.
“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(minuman) khamr, judi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan yang keji termasuk perbuatan syaiton.
Maka jauhilah perbuatan-itu agar kamu mendapat
keberuntungan”
Sedangkan untuk hukumannya tercantum dalam
hadist Nabi SAW HR.Ahmad.
“dari Abdullah Ibn’amr ia berkata: telah
bersabda Rasullulah Saw” barang siapa yang
meminum khamr maka jilidlah ia, apabila ia
mengulanginya, maka jilidlah ia, apabila
mengulangi lagi jilidlah ia.”
Jarimah pencurian diancam dengan
hukuman potong tangan.
Para fuqaha telah sepakat, bahwa dalam
pengertian tangan termasuk juga kaki.
Apabila seseorang melakukan pencurian
untuk yang pertama kalinya maka tangan
kanannya yang dipotong, dan jika mencuri
kembali untuk kedua kalinya maka kaki
kirinya yang dipotong.
Dasarnya
QS Al-Maidah ayat 38 yang
artinya:
“laki-laki yang mencuri dan perempuan
yang mencuri, potonglah tangan
keduannya (sebagai) pembalasan bagi
apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah, dan Allah maha
perkasa lagi maha Bijaksana”
Syariat Islam menetapkan empat
macam hukuman untuk tindak
pidana perampokan (Hirabah) yaitu:
Hukuman mati;
Hukuman mati dan salib;
Hukuman potong tangan dan kaki serta;
hukuman pengasingan.
Dasarnya QS. Al-Maidah ayat 33 yang
artinya:
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orangorang yang memerangi Allah dan Rasulnya
dan membuat kerusakan di muka bumi,
hanyalah mereka itu dibunuh atau di salib,
dipotong tangan dan kaki mereka dengan
bertimbal balik, atau dibuang dari negeri
(tempat kediamaanya) yang demikian itu
(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka
di dunia, dan di akherat mereka peroleh
siksaan yang besar”.
Hukuman mati, dijatuhkan kepada
perampok apabila disertai dengan
pembunuhan.
Hukuman mati disalib dijatuhkan kepada
perampok yang membunuh serta merampas
harta bendanya, dijatuhkan atas pembunuhan
dan percurian harta.
Hukuman potong tangan dan kaki dijatuhkan
kepada perampok yang hanya mengambil
hartanya saja tanpa melakukan pembunuhan.
Hukuman pengasingan dilakukan kepada
perampok (pengganggu keamanan) yang
tidak mengambil harta dan tidak membunuh
tetapi hanya menakut-nakuti saja.
Yangtujuannya untuk mencari popularitas
untuk dirinya sendiri.
Jarimah
riddah diancam dengan
dua jenis hukuman:
hukuman Pokok, yaitu
Hukuman mati:
Hukuman tambahan yaitu
penyitaan harta bendanya.
Hukuman mati bagi orang yang murtad
didasarkan pada hadist nabi Saw. HR
Bukhari. Yang artinya:
“dari Ibn Abbas ra, ia berkata: Telah
bersabda RasullAllah Saw: “barang siapa
mengganti agamannya maka bunuhlah ia”
Dalam hal penyitaa harta ini banyak sekali
perbedaan pendapat namun ada pendapat
yang kuat yaitu mengatakan bahwa harta
yang disita hanya sebatas harta yang
diperoleh setelah dia murtad sedangkan harta
sebelumnya diserahkan kepada ahli warisnya
yang masih muslim.
Hukuman untuk jarimah pemberontakan adalah hukuman
mati. Hal ini didasarkan pada Firman Allah dalam Surah
Al Hujuraat ayat 9 yang artinya: “dan jika ada dua
golongan dari orang-orang mukmin berperang, maka
damaikanlah antara keduannya. Jika salah satu dari
kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan
yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya
itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah
Allah: jika golongan itu telah kembali (kepad perintah
Allah), maka damaikanlah antara keduannya dengan adil
dan berlaku adilah sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berlaku adil.”
pembunuhan sengaja,
Pembunuhan menyerupai sengaja,
Pembunuhan karena kesalahan,
(tidak sengaja)
Penganiayaan sengaja,
penganiayaan karena kesalahan
(tidak sengaja)
Qishash
Diat
Kifarat (membebaskan seorang
hamba yang mukmin)
Hilangnya hak waris dan hak wasiat.
Pengertian qishash
sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad abu
zahrah adalah sebagai berikut: Qishash adalah
memberikan hukuman kepada pelaku perbuatan
persis seperti apa yang dilakukan terhadap
korban.
Diat adalah hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan dan
penganiayaan menyerupai sengaja dan tidak sengaja. Ketentuan ini
didasarkan kepada Firman Allah Swt dalam surah An-Nisaa’ ayat 92 yang
artinya:
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang
lain) kecuali kerena tersalah (tidak sengaja): dan barang siapa membunuh
orang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang
hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada
keluarganya (orang yang terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh) bersedekah”
Meskipun bersifat hukuman, namun diat merupakan harta yang diberikan
kepada korban atau keluarganya, bukan kepada berbendaharaan Negara
dalam hal ini diat hamper mirip dengan ganti kerugian.
Hukuman kifarat dijatuhkan atas pembunuhan
karena kekeliruan (tidak sengaja) dan
menyerupai sengaja.
Adapun hukumannya adalah membebaskan
seorang hamba yang mukmin. Apabila tidak
mampu maka hukumannya diganti dengan
puasa dua bulan berturut-turut. Hal ini
didasarkan kepada firman Allah Swt dalam
surah An-Nisaa’ ayat 92: yang artinya:”…
Barang siapa yang tidak memperolehnya ia (si
pembunuh)berpuasa dua bulan berturut-turut,
sebagai cara taubat kepada Allah. Dan adalah
Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.
Pencabutan hak waris dan
hak wasiat merupakan
hukuman tambahan,
disamping hukuman pokok
untuk tindak pidana
pembunuhan.
Hukuman ta’zir, seperti yang dikemukakan oleh Imam AlMawardi adalah sebagai berikut: Ta’zir adalah
hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan
dosa (maksiat) yang hukumannyabelum ditetapkan
oleh syara.
Jarimah ta’zir jumlahnya sangat banyak, kerena mencakup
semua perbuatan maksiat yang hukumannya belum
ditentukan oleh syara dan diserahkan kepada ulil
amri untuk mengaturnya. Jadi intinya jarimah yang
tidak diatur dalam syara seperti :Hukuman kawalan,
Hukuman hukuman pengucilan dan lain sebagainya.