PENGARUH AIR HUJAN PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP DEBIT SUMUR RESAPAN BERDASARKAN HASIL UJI PERMEABILITAS LAPANGAN
PENGRUH IR HUJN PD TNH LEMPUNG TERHDP DEBIT
SUMUR RESPN BERDSRKN HSIL UJI PERMEBILITS
LPNGN
Oleh
HFIDZ RNDI JULI HNDIT
liran air melalui pori-pori tanah dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya
rembesan air dalam tanah, atau yang berkaitan dengan sumur resapan yang
kesemuanya akan terpengaruh oleh gaya rembesan. Debit rembesan yang lewat badan
bendungan dan lewat tanah dasar diperlukan untuk mengetahui banyaknya air yang
hilang. Pada penelitian ini menentukan nilai koefisien permeabilitas yang didapat
dengan alat yang dimodifikasi, yang selanjutnya akan dilakukan penentuan
pembuatan sumur resapan
Sampel tanah yang diuji pada penelitian ini yaitu tanah lempung yang berasal dari
Perumahan Bhayangkara, Kelurahan Beringin Jaya, Kecamatan Kemiling, Bandar
Lampung. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan jumlah sumur resapan yang
akan dibuat dengan nilai hasil uji permeabilitas lapangan dengan alat yang telah
dimodifikasi. Berdasarkan pemeriksaan sifat fisik tanah asli, mengklasifikasikan
sampel tanah pada kelompok tanah berlempung, sedangkan USCS
mengklasifikasikan sampel tanah sebagai tanah lempung dan termasuk ke dalam
kelompok ML.
Hasil analisa dan perhitungan yang dilakukan, diperoleh koefesien permeabilitas
lapangan 1,7820 x
- 2,8128 x
cm /dt. Penelitian di laboratorium
dilakukan untuk perbandingan, diperoleh 0,8342 x 10
-7 -1,9700 x 10
-7. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai koefisien permeabilitas antar lapangan dan laboratorium
tidah terlalu jauh perbedaannya
Nilai koefisien permeabilitas ini digunakan untuk
menentukan pembuatan sumur resapan yang efektif. Pada pembuatan sumur resapan
efektif adalah berjumlah 3 buah dengan diameter 1,5 meter dan kedalaman 3 meter.
Kata kunci: lempung, permeabilitas, sumur resapan
(2)
THE EFFECT OF RIN WTER DISCHRGE OF CLY BSED
INFILTRTION WELL FIELD PERMEBILITY TEST RESULTS
By
HFIDZ RNDI JULI HNDIT
he flow of water through the pores of the soil can be used to estimate the amount of
water seepage in the soil, or relating to the infiltration well all of which will be
affected by seepage force. he seepage flow through the dam body and passing
subgrade required to determine the amount of water lost. In this study determines the
permeability coefficient values obtained with the modified tool, which will further the
determination of infiltration well.
he soil samples were tested in this study are derived from clay Bhayangkara
Housing, Urban Banyan Jaya, District Kemiling, Bandar Lampung. his study was
conducted to determine the amount of infiltration well that will be created with the
value of the field permeability test results with tools that have been modified. Based
on the examination of the physical properties of the original soil, classify soil samples
in group argillaceous soil, while USCS classified as clay soil samples and belong to a
group ML
he results of the analysis and calculation, the permeability coefficient obtained pitch
1.7820 x - 2.8128 x cm / s. Research conducted in the laboratory for comparison,
obtained 0.8342 x 10-7 - 1.9700 x 10-7. his indicates that the value of the
coefficient of permeability between field and laboratory is not too much difference.
he coefficient of permeability is used to determine the effective infiltration well. In
making the effective infiltration well are numbered 3 pieces with a diameter of 1.5
meters and a depth of 3 meters.
(3)
PENGARUH AIR HUJAN PADA TANAH LEMPUNG
TERHADAP DEBIT SUMUR RESAPAN BERDASARKAN
HASIL UJI PERMEABILITAS LAPANGAN
Oleh
HAFIDZ RANDI JULI HANDITA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Teknik
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
(4)
(5)
(6)
(7)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Hafidz Randi Juli Handita lahir di Teluk Betung, Bandar
Lampung, pada tanggal 19 Juli 1991, merupakan anak
pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sugeng Riyadi
dan Ibu Ratna Prihatin Ningsih.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 4 Padang Cermin yang diselesaikan
pada tahun 2002. Pendidikan tingkat pertama ditempuh di SLTPN 4 Padang
Cermin yang diselesaikan pada tahun 2005. Kemudian melanjutkan pendidikan
tingkat atas di SMAN 8 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008.
dan selanjutnya pada tahun 2008 melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Negeri
Universitas Lampung dan terdaftar pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
(S1) melalui jalur UM.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa
Teknik Sipil (HIMATEKS UNILA) 2010, juga aktif dalam organisasi Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT) dan mengikuti organisasi
eksternal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kemudian pada tahun
2013 penulis mengikuti Kerja Praktik selama tiga bulan pada Proyek
Pembangunan Jembatan Layang Antasari - Tirtayasa.
(8)
ersembahan
Sebuah karya kecil buah pemikiran dan kerja keras untuk kedua orang tuaku tercinta
yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Bapakku tercinta Sugeng Riyadi
Ibuku tercinta Ratna rihatin Ningsih
Adikku Rahma Lita Tiariputri
Serta teman dan sahabatku.
(9)
kitalah pemeran utamanya
(Hafidz Randi Juli Handita)
(10)
Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Air Hujan Pada Tanah Lempung Terhadap Debit Sumur Resapan Berdasarkan Hasil Uji Permeabilitas Lapangan” ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Sarjana Teknik Sipil Universitas Lampung ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini secara tulus penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang penuh kesabaran dan dedikasi membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini :
1. Ibu Dr. Lusmeilia Afriani, S.T., D.E.A., selaku Dosen Pembimbing Utama atas waktu, saran, kritik, dukungan, dan kesabarannya selama proses bimbingan, sehingga skripsi ini dapat dibuat dan diselesaikan juga membuat penulis belajar arti disiplin dan kerja keras.
2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Dosen Pembimbing Kedua, Dosen Penguji dan juga selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung atas saran, kritik, ilmu, dukungan .argumentasinya yang
(11)
melakukannya untuk membuat penulis menjadi seseorang yang lebih baik.. 3. Bapak Ir. Setyanto, M.T., selaku Dosen Penguji, atas arahannya dalam
penyusunan skripsi ini yang membuat skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas Lampung. Sekaligus sebagai dosen penguji, atas pengarahan dan bimbingan serta saran yang diberikan kepada penulis menyusun skripsi.
5. Seluruh Dosen dan staf pengajar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
6. Seluruh karyawan di Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
7. Seluruh karyawan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Lampung, Mas Pardin, Mas Miswanto, Mas Riyadi, Mas Syaiful, Mas Budi dan Andi yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian.
8. Ayahku Sugeng Riyadi, Ibuku Ratna Prihatin Ningsih dan Adikku Rahma Lita Tiariputri untuk cinta yang tiada tara serta doa-doanya, dan keluarga besar yang telah memberikan cinta dan kasih sayang serta dorongan material dan spiritual dalam menyelesaikan kuliah di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
9. Teman-teman seperjuanganku satu lingkup penelitian skripsi: Septiadi Yota Nugraha, M. Aqli dan M. Juana Fitra yang telah saling membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
(12)
Terima kasih untuk sajian makan siang, perhatian, canda tawa serta hutang yang diperbolehkan.
11. Teman-teman kreatif dan jahil di Kantin Macan: Fikri Al Fajri, Abdul Aziz Al Hakim, Andrian Nico Hasan, Ferdinand Bembin, Ahmad Hastomo, Dedi Setiawan, Akbar Prima Rifai, Pratama Jagar, Ahmad Riyanto, Ahmad Rifai Lubis, Imsaskia Setyawati C., Lina Puspa Melani, dan teman angkatan 2008 sebagai teman yang selalu memberi pengarahan bagi penulis baik di dalam maupun di luar kampus
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberi semangat dalam proses pengujian dan penulisan skripsi.
Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang berkepentingan dengan topik ini. Penulis berharap hasil dan penulisan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi yang memerlukan.
Bandar Lampung, 19 Agustus 2014 Penulis
(13)
Halaman DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
A. Tanah ... 5
1. Definisi Tanah ... 5
2. Klasifikasi Tanah... 7
a. Sistem Klasifikasi Tanah Unified ... 8
3. Tanah Lempung... 12
B. Hukum Darcy... 16
C. Permeabilitas ... 18
1. Koefisien Permeabilitas ... 19
2. Uji Permeabilitas Lapangan ... 21
3. Uji Permeabilitas Laboratorium ... 23
D. Pengujian Kadar Air (Water Content)... 25
E. Pengujian Berat Jenis (Spesific Gravity)... 26
F. Pengujian Batas-Batas Atterberg ... 27
1. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit) ... 27
(14)
I. Desain Sumur Resapan... 30
J. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 34
III. METODE PENELITIAN ... 39
A. Bahan Penelitian... 39
B. Metode Pengambilan Sampel... 39
C. Pelaksanaan Pengujian ... 40
1. Pengujian di Lapangan ... 40
2. Pengujian di Laboratorium ... 40
D. Pengujian Permeabilitas di Lapangan ... 41
E. Pengujian Kadar Air (Water Content)... 43
F. Pengujian Berat Jenis (Spesific Gravity)... 45
G. Pengujian Batas-Batas Atterberg ... 49
1. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit) ... 49
2. Pengujian Batas Plastis (Plastis Limit) ... 52
H. Pengujian Analisis Saringan... 54
I. Pengujian Permeabilitas di Laboratorium... 57
J. Pengolahan dan Analisis Data... 59
1. Pengolahan Data... 59
2. Analisis Data... 59
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Desain Alat Uji Permeabilitas Lapangan... 62
B. Hasil Uji Coba Alat Uji Permeabilitas Lapngan ... 62
C. Pengujian Permeabilitas Lapangan... 63
1. Waktu Pengujian Permeabilitas Lapangan... 63
2. Hasil Pengujian Permeabilitas Lapangan... 64
D. Hasil Pengujian Untuk Sampel Tanah Asli ... 67
1. Hasil Pengujian Kadar Air (ω) ... 68
2. Hasil Pengujian Berat Jenis (Gs) ... 69
(15)
1. Waktu Pengujian Permeabilitas Laboratorium... 74
2. Hasil Pengujian Permeabilitas Laboratorium... 75
F. Perbandingan Nilai Permeabilitas Lapangan dengan Nilai Permeabilitas Laboratorium... 77
G. Hasil Pengujian Terdahulu, M. Juana Fitra... . 79
H.Menentukan Pembuatan Sumur Resapan Efektif... 76
V. PENUTUP ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Lampiran A Surat – Surat Akademik - Lampiran B Hasil Uji Tanah Asli
- Lampiran C Hasil Uji Permeabilitasdi Lapangan - Lampiran D Hasil Uji Permeabilitasdi Laboratorium - Lampiran E Foto Pengambilan Sampel Tanah Asli - Lampiran F Foto Pelaksanaan Uji Tanah Asli
- Lampiran G Foto Pelaksanaan Uji Permeabilitasdi Lapangan - Lampiran H Foto Pelaksanaan Uji Permeabilitasdi Laboratorium
(16)
Tabel Halaman
1. Sistem Klasifikasi Tanah Unifed... 9
2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unifed ... 10
3. Hasil Pngujian Sebelumnya Sifat Fisik dan Permeabilitas Lapangan Pada Tanah Lempung ... 14
4. Aktivitas Tanah Lempung ... 15
5. Specific GravityMineral – Mineral Penting Tanah ... 16
6. Harga – Harga Koefesien Permeabilitas Tanah Pada Umumnya ... 20
7. Volume Sumur Resapan Pada Kondisi Permeabilitas Tanah Rendah ... 30
8. Koefesien Limpasan Untuk Metode Rasional ... 31
9. Nilai Faktor Geometrik Menurut Bentuk Sumur Resapan ... 32
10. Jumlah Sumur Resapan Berdasarkan Nilai Permeabilitas dan Luas Tanah ... 33
11. Tijauan Perbandingan Nilai Permeabilitas Lapangan dan Permeabilitas Laboratorium yang pernah dilakukan, Ketut Purne 2010 ... 35
12. Tijauan Perbandingan Nilai Permeabilitas Lapangan dan Permeabilitas Laboratorium yang pernah dilakukan, Andius D.P.2012 ... 37
(17)
14. Hasil Pengujian Permeabilitas Lapangan ... 66
15. Uji Kadar Air (Ω) ... 68
16. Uji Berat Jenis (Gs) ... 70
17. Uji Batas-Batas Atterberg ... 71
18. Pengujian Analisis Saringan ... 72
19. Hasil Pengujian Sampel Tanah Asli ... 73
20. Hasil Pengujian Permeabilitas Laboratorium ... 76
21. Hasil Pengujian Tanah Asli, M. Juana Fitra...79
22. Nilai Uji Permeabilitas Lapangan, M. Juana Fitra... 79
(18)
(19)
Gambar Halaman
1. Dua cara pengujian koefisien permeabilitas di laboratorium ... 23
2. Prinsip uji permeabilitas metode falling head... 25
3. Grafik pengujian permeabilitas lapangan di Desa Bandar Rejo, Pringsewu ... 35
4. Grafik pengujian permeabilitas laboratorium di Desa Bandar Rejo, Pringsewu ... 36
5. Grafik perbandingan uji permeabilitas lapangan dan permeabilitas laboratorium desa bandar rejo, pringsewu... 36
6. Perbandingan k. Lapngan dan k. Laboratorium yang pernah Dianalisa ... 38
7. Lokasi pengambilan sample ... 39
8. Tampak atas lokasi pengambilan sample ... 40
9. Persiapan lahan untuk uji permeabilitas lapangan ... 41
10. Pembuatan lubang untuk meletakan alat uji ... 42
11. Meletakan lat uji pada lubang ... 42
12. Menuangkan air kedalam lubang alat uji... 42
13. Pengaliran air yang turun saat debit konstan pada satuan waktu tertentu ... 43
(20)
15. Menimbang sample tanah ... 43
16. Memasukan sample tanah kedalam oven ... 44
17. Menimbang sample setelah dioven... 44
18. Menimbang picnometerkosong... 45
19. Memasukan sample tanah kedalampicnometer... 45
20. Menimbang picnometer dan tanah kering ... 45
21. Mengisi 2/3 labu picnometer dengan air ... 46
22. Mendidihkan air dan tanah padapicnometer... 46
23. Mendinginkan picnometer ... 46
24. Mengisi air hingga bataspicnometer... 47
25. Menimbang picnometer, air dan tanah ... 47
26. Menimbang picnometer dan air ... 47
27. Mengayak sample tanah untuk uji batas cair ... 48
28. Mangkuk cassagrade... 48
29. Mengaduk sample tanah dan air ... 49
30. Mertakan sample pada permukaan mangkukcassagrade... 49
31. Melakukan ketukan hingga tanah merapat ... 50
32. Mengambil sample setelah ketukan diperoleh... 50
33. Sample tanah yang diperoleh dari uji batas cair ... 50
34. Mengayak sample tanah untuk uji batas cair ... 51
35. Menggulung sample hingga mencapai diameter 3 mm... 52
36. Sample uji batas plastis ... 52
(21)
39. Mengayak sample dengan saringan no.200 ... 54
40. Memasukan sample ke dalam oven selama 24 jam ... 54
41. Meletakan sample pada sieve shaker... 54
42. Menyalakan sieve shaker... 55
43. Menimbang sample yang tertahan pada setiap saringan ... 55
44. Meratakan permukaan tanah pada mold... 56
45. Memasangkan mold dengan alat uji falling head... 56
46. Penjenuhan sample uji permeabilita laboratorium... 56
47. Bagan alir penelitian ... 51
48. Lubang sumur uji ... 63
49. Grafik nilai uji permeabilitas lapangan ... 64
50. Grafik pilai pengujian kadar air... .. 69
51. Grafik nilai pengujian berat jenis... 70
52. Grafik nilai batas-batas atterberg... 71
53. Grafik nilai gradasi lolos saringan... 73
54. Grafik klasifikasi tanah ... 74
55. Grafik nilai uji permeabilitas laboratorium ... 77
56. Grafik nilai uji permeabilitas lapangan, M. Juana Fitra... 80
57. Grafik nilai uji permeabilitas lapangan, M. Juana Fitra... 81
58. Denah rumah tangkapan hujan... 82
(22)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstruksi Bangunan teknik sipil memerlukan bahan bangunan yang sangat kokoh agar konstruksi tersebut dapat bertahan lama dan dapat menahan beban yang direncanakan sesuai peruntukkan. Salah satu bahan utama agar bangunan tetap kokoh adalah pondasi yang kuat dan struktur tanah yang baik. Bahan utama pembuat konstruksi bangunan adalah beton, besi, baja dan bahan lainnya tapi konstruksi jalan, bendungan memerlukan bahan lain seperti aspal dan tanah yang mempunyai struktur yang baik. Hal ini disebabkan karena tanah merupakan salah satu material yang memegang peranan penting dalam mendukung suatu konstruksi.
Tanah berperan utama pada setiap pekerjaan konstruksi, karena semua bangunan berada di atas atau dibawah permukaan tanah. Sehingga perlu diketahui sifat-sifat tanah terutama bila dilakukan perubahan terhadapnya, Oleh sebab itu diperlukan adanya pengujian terhadap sifat fisik dan mekanik terhadap struktur tanah.
Tanah adalah kumpulan partikel padat yang saling berhubungan satu sama lain dan memiliki rongga. Rongga tersebut terisi oleh air dan udara, sehingga ini memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel menuju rongga dari satu titik
(23)
yang lebih tinggi ke titik yang lebih rendah. Air juga mempunyai peranan penting yaitu sebagai pelumas dan pengikat antar butiran, tetapi tanah yang mengandung air lebih banyak dan bahkan melebihi berat partikel padatnya semangkin tidak baik. Studi mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dan sangat berguna di dalam memperkirakan jumlah rembesan air di dalam tanah. Sifat tanah yang memungkinkan air melewatinya pada berbagai laju alir tertentu disebut permeabilitas tanah. Sifat ini berasal dari sifat alami granular tanah, meskipun dapat dipengaruhi oleh faktor lain (seperti air terikat di tanah liat). Jadi, jenis tanah yang berbeda akan memiliki permeabilitas yang berbeda pula
(http://www.anneahira.com/permeabilitas-tanah.htm).
Pengujian permeabilitas dilakukan untuk menentukan koefisien permeabilitas. Koefisien permeabilitas tanah lempung dapat dilakukan langsung di lapangan atau dengan cara mengambil contoh tanah lempung di lapangan dengan tabung contoh, salanjutnya dilakukan pengujian permeabilitas di laboratorium.
Dalam pelaksanaannya, sering didapatkan nilai koefisien permeabilitas yang berbeda dari pengujian di lapangan dan pengujian di laboratorium. Hal ini dikarenakan penggunaan metode yang berbeda dan tingkat kesulitan yang tidak sama.
Saat ini belum ada nilai konstanta perbandingan antara uji permeabilitas di lapangan dan di laboratorium untuk tanah lempung. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya untuk menentukan standar komparasi dari pengujian permeabilitas skala lapangan terhadap pengujian permeabilitas skala laboratorium,
(24)
agar koefisien yang didapatkan mendekati keadaan yang sebenarnya dan tidak terlalu jauh berbeda.
Dalam penelitian ini dilakukan pengujian permeabilitas di lapangan dengan menggunakan alat modifikasi permeabilitas, kemudian mengambil sampel tanah lempung pada lokasi yang sama untuk dilakukan pengujian sifat fisik tanah dan permeabilitas di laboratorium. Setelah diperoleh nilai koefisien permeabilitas tanah lempung skala lapangan dan skala laboratorium, kemudian dilakukan analisa dengan membandingkan nilai permeabilitas skala lapangan dan nilai permeabilitas skala laboratorium. Lalu, didapatkan nilai konstanta perbandingan antara uji permeabilitas di lapangan dan di laboratorium untuk tanah lempung.
B. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, masalah hanya dibatasi pada sifat permeabilitas tanah lempung berdasarkan uji di lapangan dan di laboratorium. Adapun ruang lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat di sekitar Perumahan Bhayangkara Kelurahan Beringin Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.
2. Pengujian permeabilitas lapangan pada lokasi tanah lunak menggunakan alat uji permeabilitas yang dimodifikasi.
3. Pengujian sifat fisik tanah di laboratorium meliputi : a. Pengujian Kadar Air.
(25)
c. Pengujian Analisa Saringan. d. Pengujian Batas-Batas Atterberg
e. Pengujian Permeabilitas menggunakan alat modifikasi metode Falling Head.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui nilai permeabilitas tanah dengan alat uji permeabilitas yang dibuat untuk digunakan di lapangan.
2. Mengetahui nilai permeabilitas tanah menggunakan alat Falling Head.
3. Menganalisa perbandingan nilai permeabilitas tanah lunak antara uji permeabilitas skala lapangan dengan skala laboratorium.
4. Mendapatkan nilai konstanta perbandingan antara uji permeabilitas di lapangan dan di laboratorium untuk tanah lunak.
Hasil dari penelitian permeabilitas tersebut mendapatkan nilai koefesien permeabilitas yang dapat dipergunakan untuk pembuatan sumur resapan karena sumur resapan banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya, oleh sebab itu desain sumur resapan dapat dibuat dengan debit sumur resapan yang telah diperoleh. Hal ini digunakan lebih praktis untuk mendisain sumur resapan untuk masyarakat disekitar Perumahan Bhayangkara Kelurahan Beringin Jaya Kecamatan Kemiling kota Bandar Lampung.
(26)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
1. Definisi Tanah
Kandungan material utama dari Bumi adalah, batuan dan air/cairan dan gas
dimana material tersebut mengandung berbagai macam unsur senyawa kimia yang
dinyatakan sebagai material pembentuk kulit bumi. Kulit bumi yang akan
dipelajari adalah mengenai batuannya sesuai dengan ilmu teknik sipil yang
mempelajari sifat batuan/tanah untuk kepentingan disain kontruksi bagunan, jalan
tanggul dan sebagainya. Adapun unsur utama yag terkandung didalam batuan
adalah terdiri dari beberapa mineral. Setiap mineral terdiri atas suatu senyawa
kimia anorganik dan terjadi secara alami.
Pembentukan tanah yang utama berasal dari pelapukan batuan batuan yang
mempunyai ukuran butiran yang besar dan melebihi diamter 30 mm sampai
puluhan m. Batuan tersebut akan hancur dan menjadi diameter yang kecil dan
bahkan halus dikarenakan beberapa faktor antara lain, cuaca, Organisme (Vegetasi,
Jasad Renik/Mikroorganisme), bahan induk, topografi, relief dan waktu
Beberapa ilmuan geologi menyatakan bahwa tanah adalah benda alami di atas
permukaan bumi yang terbentuk dari bahan utamanya seperti bahan organik atau
(27)
faktor-faktor iklim, relief/bentuk wilayah, organisme (makro/mikro) dan waktu, tersusun
dari bahan padatan organik dan anorganik), cairan dan gas, berlapis-lapis dan
mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Batas atas adalah udara, batas
samping adalah air dalam lebih dari 2 meter atau singkapan batuan dan batas
bawah adalah sampai kedalaman aktivitas biologi atau padas yang tidak tembus
akar tanaman, dibatasi sampai kedalaman 2 meter (Subardja, 2004).
Tanah merujuk ke material yang tidak membatu, tidak termasuk batuan dasar,
yang terdiri dari butiran-butiran mineral yang memiliki ikatan yang lemah serta
memiliki bentuk dan ukuran, bahan organik, air dan gas yang bervariasi.
Tanah dalam pandangan teknik sipil adalah himpunan mineral, bahan organik
dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batu dasar (bedrock) ( Hardiyatmo, H.C., 2001).
Tanah merupakan material yang terdiri dari agregat (butiran) padat yang
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik
yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang
mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1988).
Menurut Bowles (1991), tanah adalah campuran partikel-partikel yang terdiri
dari salah satu atau seluruh jenis berikut :
a. Berankal (boulders), yaitu potongan batuan yang besar, biasanya lebih besar dari 250 mm sampai 300 mm. Untuk kisaran ukuran 150 mm sampai 250
mm, fragmen batuan ini disebut sebagai kerakal (cobbles) atau pebbes. b. Kerikil (gravel), yaitu partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai 150 mm.
(28)
c. Pasir (sand), yaitu batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5 mm. Berkisar dari kasar (3 mm sampai 5 mm) samapai halus (< 1mm).
d. Lanau (silt), yaitu partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm sampai 0,074 mm.
e. Lempung (clay), yaitu partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm. Partikel-partikel ini merupakan sumber utama dari kohesif pada tanah
yang “kohesif”.
Menurut E. Saifudin Syarif (1986), tanah adalah benda alami yang terdapat di
permukaan bumi yang tersusun dari bahan – bahan mineral sebagai hasil dari
pelapukan batuan dan bahan organik ( pelapukan sisa tumbuhan dan hewan ) ,
yang merupakan media pertumbuhan tanaman dengan sifat – sifat tertentu yang
terjadi akibat dari gabungan faktor – faktor alami, iklim, bahan induk, jasad hidup,
bentuk wilayah dan waktu pembentukan.
2. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah pengelompokkan tanah sesuai dengan perilaku
umum dari tanah pada kondisi fisis tertentu. Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk
menentukan dan mengidentifikasi tanah, untuk menentukan kesesuaian terhadap
pemakaian tertentu, dan berguna untuk menyampaikan informasi mengenai
keadaan tanah dari suatu daerah dengan daerah lainnya dalam bentuk suatu data
(29)
Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan dalam perencanaan jalan
adalah sebagai berikut :
Sistem Unified (Unified Soil Classification / USCS)
(USCS) diajukan pertama kali oleh Casagrande dan selanjutnya dikembangkan
oleh United State Bureau of Reclamation(USBR) dan United State Army Corps of Engineer (USACE). Kemudian American Society for Testing and Materials
(ASTM) memakai USCS sebagai metode standar guna mengklasifikasikan tanah.
Dalam bentuk yang sekarang, sistem ini banyak digunakan dalam berbagai
pekerjaan geoteknik. Dalam USCS, suatu tanah diklasifikasikan ke dalam dua
kategori utama yaitu :
a. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil), yaitu tanah kerikil dan pasir yang kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan No.200. Simbol untuk
kelompok ini adalah G untuk tanah berkerikil dan S untuk tanah berpasir.
Selain itu juga dinyatakan gradasi tanah dengan simbol W untuk tanah
bergradasi baik dan P untuk tanah bergradasi buruk.
b. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah yang lebih dari 50% berat contoh tanahnya lolos dari saringan No.200. Simbol kelompok ini
adalah C untuk lempung anorganik dan O untuk lanau organik. Simbol Pt
digunakan untuk gambut (peat), dan tanah dengan kandungan organik tinggi. Plastisitas dinyatakan dengan L untuk plastisitas rendah dan H untuk
(30)
Menurut Bowles, 1991 Kelompok-kelompok tanah utama sistem klasifikasi
Unifieddapat dilihat pada tabel 1. berikut ini :
Tabel 1. Sistem Klasifikasi Tanah Unified, Bowles 1991.
Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Kerikil G Gradasi baik W
Gradasi buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C wL< 50 % L
Organik O wL> 50 % H
Gambut Pt
Sumber : Bowles, 1991.
Keterangan :
G = Untuk kerikil (Gravel) atau tanah berkerikil (Gravelly Soil). S = Untuk pasir (Sand) atau tanah berpasir (Sandy soil).
M = Untuk lanau inorganik (inorganic silt). C = Untuk lempung inorganik (inorganic clay). O = Untuk lanau dan lempung organik.
Pt = Untuk gambut (peat) dan tanah dengan kandungan organik tinggi. W = Untuk gradasi baik (well graded).
P = Gradasi buruk (poorly graded). L = Plastisitas rendah (low plasticity). H = Plastisitas tinggi (high plasticity).
(31)
Tabel 2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified, Dunn 1992.
Divisi utama Simbol
kelompok Nama umum
T an ah b er b u ti r k as ar ≥ 5 0 % b u ti ra n te rt ah an s ar in g an N o . 2 0 0 P as ir ≥ 5 0 % f ra k si k as ar lo lo s sa ri n g an N . 4 K er ik il b er si h (h an y a k er ik il ) GW
Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
GP
Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
K er ik il d en g an B u ti ra n h al u s GM
Kerikil berlanau, campuran kerikil-pasir-lanau
GC Kerikil berlempung, campuran kerikil-pasir-lempung K er ik il 5 0 % ≥ f ra k si k as ar te rt ah an s ar in g an N o . 4 P as ir b er si h (h an y ap as ir ) SW
Pasir bergradasi-baik , pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
SP
Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus P as ir d en g an b u ti ra n h al u s
SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau SC Pasir berlempung, campuran pasir-lempung
T an ah b er b u ti r h al u s 5 0 % a ta u l eb ih l o lo s ay ak an N o . 2 0 0 L an au d an l em p u n g b at as c ai r ≤ 5 0 % ML
Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau
berlempung CL
Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung berlanau, lempung “kurus” (lean clays) OL Lanau-organik dan lempung berlanau
organik dengan plastisitas rendah
L an au d an le m p u n g b at as c ai r ≥ 5 0 %
MH Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis CH Lempung anorganik dengan plastisitas
tinggi, lempung “gemuk” (fat clays)
OH Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi
Tanah-tanah dengan kandungan organik sangat
tinggi
PT Peat(gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi
(32)
Lanjutan Tabel 2. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified, Dunn 1992. Kriteria klasifikasi K la si fi k as i b er d as ar k an p e rs e n ta se b u ti ≥ 1 2 % l o lo s sa ri n g an N o . 2 0 0 G M , G C , S M , S C 5 -1 2 % l o lo s sa ri n g an N o . 2 0 0 k la si fi k as i p er b at as an y an g m em e rl u k an r h al u s ≤ 5 % l o lo s sa ri n g an N o . 2 0 0 G W , G P , S W , S P p en g g u n aa n d u a si m b o l
Cu = D60/ D10 > dari 4
Cc =
60 10 2 30) ( xD D D
antara 1 dan 3
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW Batas-batas Atterberg di bawah
garis A atau PI < 4
Batas-batas Atterberg yang digambar dalam daerah yang diarsir merupakan klasifikasi batas yang
membutuhkan simbol ganda Batas-batas Atterberg di atas
garis A atau PI > 7
Cu = D60/ D10 lebih besar dari 6
Cc =
60 10 2 30) ( xD D D
antara 1 dan 3
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW Batas-batas Atterberg di bawah
garis A atau PI < 4
Batas-batas Atterberg yang digambar dalam daerah yang diarsir merupakan klasifikasi batas yang
membutuhkan simbol ganda
Batas-batas Atterberg di atas garis A atau PI > 7
Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat dalam ASTM designation D-2488
Sumber : Dasar-dasar Analisis Geoteknik, Dunn, dkk, 1992.
Bagan plast isit as
Unt uk klasifikasi t anah berbut ir-halus dan fraksi halus dari t anah berbut ir kasar Batas At t erberg yang digambarkan di baw ah yang diarsir merupakan klasifikasi batas yang membutuhkan simbol ganda
OL M L &
OH M H & CL
CH
CL - M L
Garis A
0 10 20 40 50 60 70 80 90 100
Bat as Cair
60 50 40 In d e x p la st is it a sa s
(33)
3. Tanah Lempung
Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan
sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun
batuan, tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis
pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket
(kohesif) dan sangat lunak (Das, 1988).
Tanah lempung terdiri dari berbagai golongan tekstur yang agak susah
dicirikan secara umum. Sifat fisika tanah lempung umumnya terletak diantara sifat
tanah pasir dan liat. Pengolahan tanah tidak terlampau berat, sifat merembeskan
airnya sedang dan tidak terlalu melekat.
Warna tanah pada tanah lempung tidak dipengaruhi oleh unsur kimia yang
terkandung didalamnya, karena tidak adanya perbedaan yang dominan, dimana
kesemuanya hanya dipengaruhi oleh unsur Natrium saja yang paling
mendominasi. Semakin tinggi plastisitas, grafik yang di hasilkan pada
masing-masing unsur kimia belum tentu sama. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur
warna tanah dipengaruhi oleh nilai Liquid Limit (LL) yang berbeda-beda
(Marindo, 2005 dalam Afryana, 2009).
Tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik
dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur
penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas.
Dalam keadaan kering sangat keras, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari
tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah (Terzaghi dan Peck, 1987). Ukuran
(34)
dengan ukuran lanau. Akan tetapi, perbedaan antara keduanya ialah bahwa
mineral lempung tidak lembam.
Jadi dari segi mineral, tanah dapat juga disebut sebagai bukan lempung ( non-clay soils) meskipun terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil. Untuk itu, akan lebih tepat partikel-partikel tanah yang berukuran lebih kecil dari 2 mikron
(= 2 μ), atau < 5 mikron (= 5 μ) menurut sistem klasifikasi yang lain, disebut saja sebagai partikel berukuran lempung daripada disebut sebagai lempung saja.
Partikel-partikel dari mineral lempung umumnya berukuran koloid (<1μ) dan ukuran 2 μ merupakan batas atas (paling besar) dari ukuran partikel mineral lempung (Das,1988).
Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung adalah sebagai berikut
(Hardiyatmo, 2001) :
a. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm.
b. Permeabilitas rendah.
c. Kenaikan air kapiler tinggi.
d. Bersifat sangat kohesif.
e. Kadar kembang susut yang tinggi.
f. Proses konsolidasi lambat.
Tanah butiran halus khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi
oleh air. Sifat pengembangan tanah lempung yang dipadatkan akan lebih besar
pada lempung yang dipadatkan pada kering optimum dari pada yang dipadatkan
pada basah optimum. Lempung yang dipadatkan pada kering optimum relatif
(35)
besar untuk meresap air sebagai hasilnya adalah sifat mudah mengembang
(Hardiyatmo, 2001)
Tanah lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket
apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung membentuk partikel pembentuk
tanah. Tekstur dari tanah yang seperti ini ditentukan oleh komposisi
tiga partikel pembentuk tanah : pasir, lanau (debu), dan lempung. Tanah pasiran
didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah dengan
komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang dikenal sebagai geluh (loam). Tanah lempung berpasir merupakan tanah lempung yang bercampur dengan pasir,
didominasi oleh lempung.
Berikut contoh hasil pengujian sifat fisik dan uji permeabilitas pada tanah
lempung :
Tabel 3. Hasil pengujian sebelumnya sifat fisik dan permeabilitas lapangan pada tanah lempung, Bambang Yulistianto 2011.
No Kedalaman Jenis Tanah Lolos Saringan 200 Berat Jenis Tanah Kadar Air Tanah HB V/1 1,6 – 2,0 Lempung
Cokelat
96,14 2,62 48,14
HB V/2 3,0 – 3,4 Lempung Abu-abu
97,84 2,57 47,58
HB VI/1 2,0 – 2,4 Lempung Cokelat
97,28 2,60 50,12
HB VI/2 3,0 – 3,6 Lempung Abu-abu
(36)
No Kedalaman Jenis Tanah
Angka Attenberg
LL PL PI
HB V/1 1,6 – 2,0 Lempung Cokelat
77 36 43
HB V/2 3,0 – 3,4 Lempung Abu-abu
81 33 48
HB VI/1 2,0 – 2,4 Lempung Cokelat
74 33 41
HB VI/2 3,0 – 3,6 Lempung Abu-abu
78 33 45
No Kedalaman Jenis
Tanah
Permeabilitas Lapangan
cm/detik cm/jam
HB V/1 1,6 – 2,0 Lempung Cokelat 8,2 x
HB V/2 3,0 – 3,4 Lempung Abu-abu 8,7 x
HB VI/1 2,0 – 2,4 Lempung Cokelat 4,5 x
HB VI/2 3,0 – 3,6 Lempung Abu-abu 4,6 x
(Sumber : bambangyulistiyanto.blogspot.com/2011/11/pengendalian-genangan-di-kawasan-monas_11.html)
Tabel 4.Aktivitas tanah lempung, Skempton 1953.
Minerologi tanah lempung Nilai Aktivitas
Kaolinite 0,4 – 0,5
Illite 0,5 – 1,0
montmorillonite 1,0 – 7,0
(37)
Tabel 5.Specific gravitymineral-mineral penting tanah, Das 1995. Minerals Specific Gravity Quarts (kwarsa) 2,65
Kaolinite 2,60
Illite 2,80
Montmorillonite - 2,80 Halloysite - 2,55 Potassium feldspar 2,57 Sodium and calcium
feldspar 2,62 – 2,76 Chlorite 2,60 – 2,90 Biorite 2,80 – 3,20 Muscovite 2,76 – 3,10 Horn blende 3,00 – 3,47 Limonite 3,60 – 4,00 Olivine 3,27 – 3,37
(Sumber : Das, 1995)
B. Hukum Darcy
Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukan kemampuan tanah
meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikan nilai infiltrasi
sehingga menurunkan laju alir larian.
Pada ilmu tanah, permeabilitas didefinisikan secara kualitatif sebagai
pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman. Selain itu
permeabilitas juga merupakan pengukuran hantaran hidraulik tanah. Hantaran
hidraulik tanah timbul adanya pori kapiler yang saling bersambungan antara satu
(38)
sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan adalah air dan media pori adalah
tanah. Penetapan hantaran hdraulik didasarkan pada hukum Darcy (1856).
Hukum Darcy (1856) menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada
rongga-rongga (pori-pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang mempengaruhinya.
Ada dua asumsi utama yang digunakan dalam penetapan Hukum Darcy ini.
Asusmsi pertama menyatakan bahwa aliran fluida/cairan dalam tanah bersifat
laminar. Sedangkan asumsi kedua menyatakan bahwa tanah berada dalam
keadaan jenuh (http://www.anneahira.com/permeabilitas-tanah.htm)
Menurut Darcy (1856), kecepatan aliran air di dalam tanah dinyatakan dengan
persamaan :
V = k . i ...(1)
dengan :
v = kecepatan aliran (m/s atau cm/s)
k = koefisien permeabilitas
i = gradient hidraulik
Lalu telah diketahui bahwa
v =
...(2)
dan
i =...(3)
dengan :
Q = debit konstan, air yang dituangkan ke dalam sumur uji (cm3/dt)
(39)
t = waktu tempuh fluida sepanjang L (s/detik)
∆h = selisih ketinggian (m atau cm)
L = panjang daerah yang dilewati aliran (m atau cm)
C. Permeabilitas
Kemampuan fluida untuk mengalir melalui medium yang berpori adalah suatu
sifat teknis yang disebut permeabilitas (Bowles, 1991). Permeabilitas juga dapat
didefinisikan sebagai sifat bahan yang memungkinkan aliran rembesan zat cair
mengalir melalui rongga pori (Hardiyatmo, 2001).
Satuan permeabilitas adalah m². Pada umumnya pada reservoir panas bumi,
permeabilitas vertikal berkisar antara 10 - 14 m², dengan permeabilitas horizontal
dapat mencapai 10 kali lebih besar dari permeabilitas vertikalnya (sekitar 10
-13 m²). Satuan permeabilitas yang umum digunakan di dunia perminyakan adalah
Darcy (1 Darcy = 10 - 12 m²)
(http://www.anneahira.com/permeabilitas-tanah.html).
Permeabilitas tanah bergantung pada ukuran butiran tanah. Karena butiran
tanah lempung berukuran kecil, kemampuan meloloskan air juga kecil. Dalam
praktik, tanah lempung dianggap sebagai lapisan yang tak lolos air atau kedap air,
karena pada kenyataannya permeabilitasnya lebih kecil daripada beton. Tanah
granuler merupakan tanah dengan permeabilitas yang relatif besar hingga sering
digunakan sebagai bahan filter. Namun, akibat permeabilitas yang besar, tanah ini
menyulitkan pekerjaan galian tanah pondasi yang dipengaruhi air tanah, karena
(40)
merusak struktur tanah dengan menimbulkan rongga-rongga yang dapat
mengakibatkan penurunan pondasi (Hardiyatmo, 2001).
Permeabilitas suatu massa tanah penting untuk :
1. Mengevaluasi jumlah rembesan (seepage) yang melalui bendungan dan tanggul sampai ke sumur air.
2. Mengevaluasi gaya angkat atau gaya rembesan di bawah struktur hidrolik
untuk analisis stabilitas.
3. Menyediakan kontrol terhadap kecepatan rembesan sehingga partikel tanah
berbutir halus tidak tererosi dari massa tanah.
4. Studi mengenali laju penurunan (konsolidasi) dimana perubahan volume
tanah terjadi pada saat air tersingkir dari rongga tanah pada saat proses terjadi
pada suatu gradien energi tertentu.
5. Mengendalikan rembesan dari tempat penimbunan bahan-bahan limbah dan
cairan-cairan sisa yang mungkin berbahaya bagi manusia.
1. Koefisien Permeabilitas
Hukum Darcy menunjukkan bahwa permeabilitas tanah ditentukan oleh
koefisien permeabiitasnya. Koefisien permeabilitas tanah bergantung pada
beberapa faktor(http://www.anneahira.com/permeabilitas-tanah.htm).
Setidaknya ada enam faktor utama yang mempengaruhi permeabilitas tanah,
yaitu :
a. Visikositas cairan, semakin tinggi viskositasnya, koefisien permeabilitas
(41)
b. Distribusi ukuran pori, semakin merata distribusi ukuran porinya, koefisien
permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
c. Distribusi ukuran butiran, semakin merata distribusi ukuran butirannya,
koefisien permeabilitasnya cenderung semakin kecil.
d. Rasio kekosongan (void), semakin besar rasio kekosongannya, koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.
e. Semakin besar partikel mineralnya, semaik kasar partikel mineralnya,
koefisien permeabilitas tanahnya akan semakin tinggi.
f. Derajat kejenuhan tanah. semakin jenuh tanahnya, koefisien permeabilitas
tanahnya akan semakin tinggi.
Beberapa harga koefisien permeabilitas tanah diberikan dalam tabel 3.
Tabel 6. Harga-Harga Koefisien Permeabilitas Tanah Pada Umumnya, Das 1988.
Jenis Tanah k
Cm/dt Ft/menit Kerikil bersih Pasir kasar Pasir halus Lanau Lempung
1,0 – 100 1,0 – 0,01 0,01 – 0,001 0,001 – 0,00001
< 0,000001
2,0 – 200 2,0 – 0,02 0,02 – 0,002 0,002 – 0,00002
< 0,000002
Sumber : Das, 1988
Koefisien permeabilitas dapat ditentukan secara langsung di lapangan ataupun
dengan cara lebih dahulu mengambil contoh tanah di lapangan dengan
(42)
2. Uji Permeabilitas di Lapangan
Ada beberapa metode pengujian permeabilitas yang telah banyak
dikembangkan dan ada tiga metode yang lazim digunakan untuk keperluan
perencanaan pembangunan bendungan yaitu : metode pengujian legeon, metode
sumur pengujian dan metode pengujian pada lubang bor (Sosrodarsono, 1977).
Metode pengujian menggunakan lubang bor dalam keadaan dimana pondasi
calon bendungan terdiri dari lapisan batuan. Nilai koefisien permeabilitas yang
dihasilkan dari pengujian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan
sementasi (grouting). Sedangkan metode pengujian pada lubang bor dilaksanakaan apabila pada lubang yang akan diuji, permukaan air tanahnya
tinggi.
Metode sumur uji merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan
dalam pelaksanaan uji permeabilitas di lapangan pada pekerjaan pemadatan tanah,
karena metode ini dapat digunakan pada lapisan yang terletak di atas permukaan
air tanah atau pada lapisan yang dangkal di dekat permukaan tanah. Koefisien
permeabilitas (k) dalam metode sumur uji dari lapisan yang diuji dapat diketahui
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
k =
(43)
dimana :
k = koefisien permeabilitas (cm/detik)
Q = debit konstan, air yang dituangkan ke dalam sumur uji (cm3/dt)
r = radius / jari-jari sumur pengujian (cm)
H = kedalaman air dalam sumur pengujian (cm)
Apabila H/r jauh lebih besar dari harga 1, maka rumus yang dipakai :
k =
k = ...(5)
Dalam penelitian ini menggunakan alat uji permeabilitas di lapangan yang
telah dimodifikasi menjadi lebih sederhana dan mudah penggunaannya. Alat ini
bertujuan mempermudah pembacaan laju penurunan air dalam waktu tertentu.
Alat modifikasi ini menggunakan pelampung yang dapat bergerak naik turun
sesuai dengan ketinggian permukaan air dalam tabung (sumur) uji. Sehingga dapat
diperoleh nilai koefisien permeabilitas yang akurat.
Prinsip kerja alat modifikasi uji permeabilitas di lapangan ini cukup mudah dan
sederhana. Mengisi tabung dengan air yang kemudian dilakukan pembacaan
penurunan ketinggian air dengan menggunkan penggaris yang telah ditempelkan
(44)
3. Uji Permeabilitas di Laboratorium
Untuk menentukan koefisien permeabilitas di laboratorium, ada dua macam
cara pengujian yang sering digunakan, yaitu Uji Tinggi Energi Tetap (Constant Head) dan Uji Tinggi Energi Turun (Falling Head).
Uji permeabilitas Constant Head cocok untuk tanah granular, seperti pasir, kerikil atau beberapa campuran pasir dan lanau. Umumnya tanah jenis ini
memiliki nilai permeabilitas yang tinggi, karena janis tanah ini mempunyai angka
pori tinggi, yang bergantung pada distribusi ukuran butiran, susunan serta
kerapatan butiran.
Uji permeabilitas Falling Head cocok digunakan untuk mengukur permeabilitas tanah berbutir halus. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode Falling Head, karena contoh tanah yang digunakan adalah tanah lempung.
(45)
Pada pengujian ini, air dari dalam pipa tegak yang dipasang di atas contoh
tanah mengalir melalui contoh tanah. Ketinggian air pada awal pengujian h1 pada
saat waktu t1 = 0 dicatat, kemudian air dibiarkan mengalir melaiui contoh tanah
hingga perbedaan tinggi air pada waktu t2 adalah h2.
Jumlah air yang mengalir melalui contoh tanah pada suatu waktu (t) dapat
dituliskan sebagai berikut :
Q = k x
x A = - a ...(6)
dimana :
Q = debit aliran yang mengalir melalui contoh tanah (cm³/dt)
a = luas penampang melintang pipa pengukur (pipa tegak)
A = luas penampang melintang contoh tanah (m² atau cm²)
L = panjang contoh tanah (m atau cm)
∆t = waktu tempuh fluida sepanjang L (s/detik)
∆h = selisih ketinggian (m atau cm)
Jika persamaan di atas diturunkan lagi, maka akan didapat :
(46)
Yang jika diintegralkan dengan batas kiri atas t = 0 dan batas kiri bawah
t = t, batas kanan atas h = h1 dan batas kanan bawah h = h2 maka didapat :
...(8)
Uji Tinggi Jatuh sangat cocok untuk tanah berbutir halus dengan koefisien
rembesan kecil.
Gambar 2 . Pinsip Uji Permeabilitas Metode Falling Head
D. Pengujian Kadar Air (Water Content)
Kadar air adalah perbandingan berat air yang terkandung dalam tanah dengan
berat kering tanah tersebut. Kadar air tanah dapat digunakan untuk menghitung
parameter sifat-sifat tanah. Area A
Area a Saat
t
1 = 0Saat
t
1 =t
2 h1(47)
Besarnya kadar air dinyatakan dalam persen dan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Kadar air = x 100 % ...(9)
dimana :
W1 = berat cawan + tanah basah (gram)
W2 = berat cawan + tanah kering (gram)
W3 = berat cawan kosong (gram)
W1 - W2 = berat air (gram)
W2 - W3 = berat tanah kering (gram)
E. Pengujian Berat Jenis (Spesific Gravity)
Berat jenis tanah adalah suatu nilai dari perbandingan antara berat butir tanah
dengan berat isi air suling dengan isi yang sama pada suhu 40 °C. Berat jenis
tanah diperoleh dengan melakukan pengujian di laboratorium dan dihitung dengan
menggunakan rumus :
Gs =
...(10)
dimana :
Gs = berat jenis
W1 = berat picnometer (gram)
W2 = berat picnometer tanah kering (gram)
W3 = berat picnometer + tanah + air (gram)
(48)
G. Pengujian Batas-Batas Atterberg
1. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)
Batas cair tanah adalah kadar air minimum dimana sifat suatu tanah yang akan
berubah dari keadaan cair menjadi keadaan plastis. Besaran batas cair tanah
digunakan untuk menentukan sifat dan klasifikasi tanah.
Batas cair ditentukan dengan terlebih dahulu menghitung kadar air dari
masing-masing sampel tanah sesuai dengan jumlah pukulan, kemudian
menggambarkan jumlah pukulan dan kadar dalam suatu grafik, lalu menarik
sebuah garis lurus melalui titik-titiknya. Besarnya kadar air pada jumlah pukulan
ke-25 merupakan batas cair dari sampel tanah tersebut.
2. Pengujian Batas Plastis (Plastis Limit)
Batas plastis adalah kadar air dimana suatu tanah berubah sifatnya dari keadaan
plastis menjadi semi padat. Besaran batas palstis tanah biasanya digunakan untuk
menentukan jenis, sifat dan klasifikasi tanah.
Nilai batas plastis meruapakan harga kadar air rata-rata dari sample tanah yang
diuji. Indeks plastis dihitung dengan menggunakan rumus:
PI = LL – PL ...(11)
dimana:
PI = indeks plastis
LL = batas cair
(49)
H. Pengujian Analisis Saringan (Sieve Analysis)
Analisis saringan adalah penentuan persentase berat butiran tanah yang lolos
dari satu set saringan. Analisis saringan bertujuan untuk menentukan persentase
ukuran butirsn tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah
yang tertahan di atas saringan no. 200.
Analisis saringan digunakan untuk pembagian butir (gradasi) tanah dengan
tujuan untuk memperoleh distribusi besarannya. Hasil dari analisis saringan dapat
digunakan antara lain untuk penyelidikan quarry agregat, untuk perencanaan campuran dan pengendalian mutu.
I. Sumur Resapan
Sumur Resapan (Infiltration Well) adalah sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan/aliran permukaan agar dapat
meresap ke dalam tanah.
Sumur resapan ini memiliki banyak manfaat diantaranya, sebagai pengendali
banjir, melindungi serta memperbaiki kualitas air tanah, menekan laju erosi dan
dalam jangka waktu lama dapat memberi cadangan air tanah yang cukup. Secara
sederhana, prinsip kerja sebuah sumur resapan yaitu menyimpan (untuk
sementara) air hujan dalam lubang yang sengaja dibuat, selanjutnya air tampungan
akan masuk ke dalam tanah sebagai air resapan(infiltrasi).Air resapan ini selanjutnya menjadi cadangan air tanah.
(http://pengairan.banyuwangikab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&i
(50)
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi pembuatan
sumur resapan(menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan)adalah:
1. Keadaan muka air tanah
Untuk mengetahui keadaan muka air tanah dapat ditentukan dengan cara
mengukur kedalamannya permukaan air tanah terhadap permukaan tanah dari
sumur di sekitarnya pada musim hujan.
2. Permeabilitas tanah
Permeabilitas tanah merupakan kemampuan tanah untuk dapat dilalui air.
Permeabilitas tanah yang dapat dipergunakan untuk sumur resapan terbagi dalam
tiga kelas,yaitu :
permeabilitas tanah sedang (jenis tanah berupa geluh/lanau, memiliki daya serap 2,0 – 6,5 cm/jam)
permeabilitas tanah agak cepat (jenis tanah berupa pasir halus, memiliki daya serap 6,5 – 12,5 cm/jam)
permeabilitas tanah cepat (jenis tanah berupa pasir kasar, memiliki daya serap 12,5 cm/jam)
3. Desain Sumur Resapan
Tabel 7 dapat dijadikan bahan acuan mengenai volume sumur resapan pada
(51)
Tabel 7. Volume Sumur Resapan Pada Kondisi Tanah Permeabilitas Rendah
No Luas Kavling (m²)
Volume Resapan Terdapat saluran drainase
sebagai pelimpahan (m³)
Tidak terdapat saluran drainase sebagai pelimpahan (m³)
1 50 1,3 – 2,1 2,1 – 4
2 100 2,6 – 4,1 4,1 – 7,9
3 150 3,9 – 6,2 6,2 – 11,9
4 200 5,2 – 8,2 8,2 – 15,8
5 300 7,8 – 12,3 12,3 – 23,4
6 400 10,4 – 16,4 16,4 – 31,6
7 500 13 – 20,5 20,5 – 39,6
8 600 15,6 – 24,6 24,6 – 47,4
9 700 18,2 – 28,7 28,7 – 55,3
10 800 20,8 – 32,8 32,8 – 63,2
11 900 23,4 – 36,8 36,8 – 7,11
12 1000 26 - 41 41 – 79
(sumber : SK Gubernur No. 17 Tahun 1992)
Untuk mengetahui bagaimana metode perhitungan pembangunan sumur
resapan agar memberikan kontribusi yang maksimum, gunakan metode
perhitungan sebagai berikut (Sunjoto, 1992). Menghitung debit air hujan yang
masuk sebagai fungsi karakteristik luas atap bangunan dengan Metode Rasional
...(12)
Dimana :
Q : Debit Hujan (m3/dtk)
C : Koefisien Aliran
I : Intensitas curah hujan
(52)
Tabel 8. Koefisien Limpasan untuk Metode Rasional, Mc Guen 1989.
No Deskripsi Lahan / Karakter Permukaan Koefesien C
1
Bisnis
- Perkotaan
- Pinggiran
0,70 – 0,95 0,50 – 0,70
2
Perumahan
- Rumah Tunggal
- Multiunit Terpisah, Terpisah
- Multiunit Tergabung
- Perkampungan
- Apartemen
0,30 – 0,50 0,40 – 0,60 0,60 – 0,75 0,25 – 0,40 0,50 – 0,70
4
Perkerasan
- Aspal, Beton
- Batu Bata, Paving
0,70 – 0,95 0,50 – 0,70
5 Atap 0,75 – 0,95
6
Halaman Tanah Berpasir
- Datar 2 %
- Rata-rata 2 – 7 %
- Curam 7 %
0,05 – 0,10 0,10 – 0,15 0,15 – 1,20
7
Halaman Tanah Berat
- Datar 2 %
- Rata-rata 2 – 7 %
- Curam 7 %
0,13 – 0,17 0,18 – 0,22 0,25 – 0,35
9 Taman Tempat Bermain 0,20 – 0,35
(sumber : McGuen, 1989 dalam Suripin 2003)
Dengan metode yang sama, juga dapat memperkirakan debit air yang masuk
pada sumur resapan dari air hujan yang turun pada area rumah selain dari atap
rumah. Untuk menghitung debit sumur optimum diformulakan sebagai berikut :
...(13)
Dimana:
H : Kedalaman sumur resapan (m)
Q : Debit Sumur (m3/dtk)
F : Faktor Geometrik
(53)
T : Durasi aliran (dtk)
K : Permeabilitas lapangan (m/dtk)
Untuk menentukan faktor geometri ditentukan berdasarkan desain sumur resapan.
Tabel 9. Nilai Faktor Geometrik menurut bentuk Sumur resapan, Sunjoto 1991.
No Desain / Bentuk Sumur Resapan Faktor Geometri
1
2
2 . R
3 π². R
4
4 . R
5
2 . π . R
6
4 . R
(54)
Adapun untuk menghitung kebutuhan sumur resapan dengan cara membagi
antara debit hujan yang kita hitung (Qhujan+ Qlimpasan) dengan debit sumur resapan
(Qsumur), sehingga di peroleh jumlah sumur resapan yang dibutuhan untuk daerah
tersebut. Adapun cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan melihat table di
bawah ini:
Tabel 10.Jumlah Sumur Resapan Berdasarkan Nilai Permeabilitas dan Luas
Tanah, Kusnaedi 2011.
No
Luas Bidang
Tadah (m2)
Jumlah Sumur (buah)
Permeabilitas sedang
Permeabilitas agak sedang
Permeabilitas cepat
80 cm 140 cm 80cm 140 cm 80 cm 140 cm
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 20 30 40 50 60 70 80 90 100 200 300 400 500 1 1 2 2 2 3 3 3 4 8 12 15 19 -1 1 1 1 2 2 2 3 5 6 8 -1 1 1 1 2 2 2 2 4 7 9 11 -1 1 1 1 2 3 4 5 -1 1 1 1 2 2 3 5 6 7 -1 1 2 2 3 4
(55)
J. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi bahan pertimbangan dan acuan penelitian ini
adalah skripsi dengan judul Studi Korelasi Uji Permeabilitas Skala Lapangan dan
Uji Permeabilitas Skala Laboratorium. Berikut adalah tinjauan terdahulu yang
pernah dilakukan :
1. Permeabilitas Lapangan dan Laboratorium di Daerah Pringsewu
Pada Tanah Timbunan Tubuh Embung Di Desa Banjar Rejo Kabupaten
Pringsewu, oleh Ketut Purne (2010). Terdapat kesamaan metode pengujian
permeabilitas yang digunakan yaitu untuk metode di lapangan menggunkan
metode Sumur Uji dan untuk metode di laboratorium menggunkan metode Falling Head, akan tetapi untuk tanah yang digunakan berbeda.
Pada penelitian terdahulu hasil pengujian permeabilitas di lapangan diperoleh
nilai k lapangan yang berkisar antara 9 x10-6 – 1 x10-5 cm/dt dan k rata-rata
sebesar 8 x10-6 cm/dt, sedangkan dari pengujian permeabilitas di laboratorium
diperoleh nilai k laboratorium yang berkisar antara 3 x10-6 – 7 x10-6 cm/dt dan k
(56)
Tabel 11. Perbandingan Nilai Permeabilitas Lapangan dan Laboratorium Pada
Pengujian Terdahulu yang Pernah Dilakukan, Ketut Purne 2010.
No. Nama Sampel Permeabilitas(k)
Lapangan (cm/dt)
Permeabilitas (k) Laboratorium (cm/dt)
1. Sampel A 7 x10
-6 4 x10-6
2. Sampel B 1 x10-5 7 x10-6
3. Sampel C 6 x10-6 3 x10-6
4. Sampel D 8 x10-6 5 x10-6
5. Sampel E 9 x10-6 6 x10-6
Rata-rata 8 x10-6 5 x10-6
Gambar 3. Grafik uji permeabilitas lapangan di desa Banjar Rejo, Pringsewu,
(57)
Gambar 4. Grafik uji permeabilitas laboratorium di desa Banjar Rejo, Pringsewu,
Ketut Purne 2010.
Gambar 5. Grafik perbandingan uji permeabilitas lapangan dan Laboratorium di
desa Banjar Rejo, Pringsewu, Ketut Purne 2010.
(58)
2. Koefesien Permeabilitas Lapangan dan Laboratorium Pada Tanah Lempung
Penelitian tentang perbandingan alat uji permeabilitas lapangan dengan alat uji
modifikasi dengan parameter uji permeabilitas laboratorium menggunakanfalling headyang telah dirangkum oleh Andius Dasa Putra (2012).
Dalam penelitian ini dilakukan secara bersamaan antara pengujian
permeabilitas di lapangan dengan pengujian permeabilitas di laboratoriumHal ini
dimaksudkan agar tanah yang dujikan masih memiliki kulaitas yang baik.
Pengujian yang dilakukan dilapangan bertujuan untuk menadapatkan nilai data uji
lapngan yang kemudian akan dibandingkan dengan data uji dilaboratorium.
Tabel 12. Perbandingan Nilai Uji Permeabilitas Lapangan dan Laboratorium Pada
Tanah Lempung Yang Pernah Dilakukan, Andius D.P. 2012.
Lokasi Klasifikasi Tanah
k. Lapangan (cm/detik)
k. Lapangan (cm/detik)
Korelasi antara k. Lapangan dan k. Lab.
(cm/detik)
Titik 1 CH 7,43 x 10-8 5,72 x 10-7 6,89 x 10-7
Titik 2 CH 5,46 x 10-8 6,78 x 10-7 5,21 x 10-7 Titik 3 CH 8,75 x 10-7 4,32 x 10-7 7,77 x 10-7 Titik 4 CH 5,62 x 10-7 7,14 x 10-6 6,19 x 10-7 Titik 5 CH 6,89 x 10-7 5,89 x 10-7 7,23 x 10-7 Titik 6 CH 7,23 x 10-8 5,45 x 10-7 3,42 x 10-7 Titik 7 CH 8,45 x 10-7 6,45 x 10-7 7,65 x 10-7 Titik 8 CH 6,53 x 10-6 7,62 x 10-6 4,39 x 10-6
(59)
Gambar 6. Perbandingan k. Lapangan dengan k. Laboratorium yang pernah
(60)
III.METODEPENELITIAN
A.BahanPenelitian
ahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau
anorganik
atau berlempung yang terdapat yang terdapat di Perumahan
hayangkara Kelurahan eringin Jaya Kecamatan Kemiling andar lampung.
B.MetodePengambilanSampel
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan tabung pipa
diameter 4 inchi dengan kedalaman 15 cm sebanyak lima buah sampel dari lima
titik yang berbeda. Lalu tabung ditutup rapat dengan lakban untuk menjaga
kondisi tanah agar tidak mengalami penguapan dan untuk menjaga kadar air tanah
agar tidak berubah. Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 5 titik.
(61)
Gambar 8. Tampak atas lokasi pengujian
C.PelaksanaanPengujian
Pengujian permeabilitas ini dilaksanakan pada dua tempat, yaitu :
1. PengujiandiLapangan
Pengujian ini dilaksanakan pada tanah lempung yang terdapat di area
Kecamatan Kemiling Kota andar lampung. Pengujian ini dilaksanakan untuk
menentukan nilai koefisien permeabilitas di lapangan.
2. PengujiandiLaboratorium
Pengujian ini dilaksanakan terhadap sebuah sampel tanah lempung yang
dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas
Lampung, yang meliputi :
a. Pengujian Kadar Air.
b. Pengujian erat Jenis.
(62)
c. Pengujian Analisa Saringan.
d. Pengujian atas - atas Atterberg.
e. Pengujian Permeabilitas.
D.PengujianPermeabilitasdiLapangan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien permeabilitas di
lapangan.
ahan-bahan
1.
Air secukupnya.
Langkah kerja
1. Melakukan pembersihan lahan pada area yang akan dilakukan uji
permeabilitas lapangan.
Gambar 9. Persiapan lahan untuk melakukan uji permeabilitas lapangan
2. Membuat lubang dengan diameter 10 cm dan kedalaman 12 cm sebagai
(63)
Gambar 10. Pembuatan lubang untuk meletakan alat uji
3. Memasukan alat uji permeabilitas lapangna pada lubang yang telah dibuat.
(64)
4. Memasukan air ke dalam alat Metode Sumur Uji sampai penuh dan rata
dengan permukaan lubang uji untuk melakukan penjenuhan terhadap
tanah hingga kondisi air dalam alat uji permeabilitas mengalir konstan.
Gambar 12. Menuangkan air ke dalam lubang alat uji
5. Menghitung waktu pengaliran dengan menggunakan topwatch untuk
mengetahui waktu pengaliran ke dalam lubang uji (t).
Gambar 13. Pengaliran air yang turun saat debit konstan dalam satuan
waktu tertentu.
(65)
6. Pemeriksaan dilakukan sebanyak lima kali pada setiap lubang uji, sehingga
diperoleh nilai rata-rata.
E.PengujianKadarAir(
ater Content
)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air tanah. Metode pengujian
kadar air tanah sesuai dengan SNI 03-1965-1990.
ahan-bahan :
1. Sampel tanah sebanyak 50 gram.
2. Air secukupnya.
Langkah kerja:
1. Menyiapkan cawan kosong lalu menimbang berat cawan yang digunakan
dan mencatat beratnya.
Gambar 14.Menimbang cawan untuk uji kadar air
2. Memasukan sampel uji ke dalam cawan, kemudian menimbang dan
mencatat beratnya.
(66)
Gambar 15.Menimbang sample tanah
3. Mengeringkan sampel uji dalam oven dengan suhu 110 °C dalam keadaan
terbuka selama 24 jam atau sampai berat contoh tanah konstan.
(67)
4. Mengeluarkan sampel uji dari oven dan menutup cawan kemudian
mendinginkannya dalam deicator.
5. Menimbang berat sampel uji dan mencatatnya.
Gambar 17. Menimbang sample stelah dioven
F.Pengujian
BeratJenis(
Spesific Gravity
)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis tanah. Metode pengujian
berat jenis tanah sesuai dengan SNI 03-1968-1990.
ahan-bahan
1. Sampel tanah yang lolos saringan no.4 dan telah dikeringkan melalui oven
selama 24 jam sebanyak 300 gram.
2. Air bersih secukupnya.
Langkah kerja
(68)
Gambar 18. Menimbang picnometer kosong
2. Memasukkan sampel tanah kering ke dalam picnometer.
Gambar 19. Memasukan sample tanah kedalam picnometer
3. Menimbang picnometer beserta tanah kering (W2).
(69)
Gambar 20. Menimbang picnometer dan tanah kering
4.
Picnometer yang telah berisi tanah diberi air sebanyak 2/3 volume
picnometer.
(70)
5. Memanaskan
picnometer di atas tungku pemanas, ini dimaksudkan untuk
menghilangkan udara di dalam butir-butir tanah.
Gambar 22. Mendidihkan air dan tanah pada picnometer
6. Setelah mendidih (butir-butir udara hilang), mendinginkan
picnometer
hingga temperatur picnometer sama dengan temperatur ruangan.
(71)
Gambar 23. Mendinginkan picnometer
7. Menambahkan air ke dalam picnometer hingga mencapai garis batas.
Gambar 24. Mengisi air hingga batas picnometer
8. Menimbang
picnometer yang berisi air dan tanah (W3), kemudian catat
beratnya.
(72)
Gambar 25. Menimbang Picnometer, air dan tanah
9. Membersihkan picnometer dari sampel tanah.
10. Mengisi picnometer yang telah kosong dengan air hingga batas picnometer
dan menimbangnya (W4).
Gambar 26.Menimbang picnometer dan air
G.PengujianBatas-BatasAtterberg
1.PengujianBatasCair(
Liquid Limit
)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada
batas antara keadaan plastis dan keadaan cair.
(73)
1. Sampel tanah yang telah dikeringkan sebanyak 300 gram.
2. Air bersih sebanyak 300 cc.
Langkah kerja
1. Mengayak sampel tanah dengan menggunakan saringan no. 40
Gambar 27. Mengayak sample tanah untuk uji batas cair
2. Mengatur tinggi jatuh mangkuk Caagrande sebesar 10 mm.
(74)
Gambar 28. Mangkuk Caagrade
3. Mengambil sampel tanah yang lolos saringan no. 40 sebanyak 150 gram,
kemudian diberi air sedikit demi sedikit dan diaduk hingga rata,
selanjutnya dimasukan ke dalam mangkuk Caagrande.
Gambar 29. Mengaduk sample tanah dan air
(75)
Gambar 30. Meratakan sample pada permukaan mangkuk caagrade
5. Membuat alur tepat ditengah-tengah adonan dengan membagi benda uji
dalam mangkuk Caagrande tersebut dengan mengunakan grooving tool.
6. Memutar tuas pemutar sampai kedua sisi bertemu (merapat) sepanjang 13
mm sambil menghitung jumlah ketukan yang berkisaran antara l0 - 40
ketukan.
Gambar 31. Melakukan ketukan hingga tanah merapat
(76)
Gambar 32. Mengambil sample setelah ketukan diperoleh
8. Melakukan langkah kerja yang sama (langkah 4 - 7) untuk sampel dengan
keadaan adonan yang berbeda sehingga diperoleh 4 macam sampel dengan
jumlah ketukan yang berbeda-beda, yaitu dua buah dibawah 25 ketukan,
dan dua buah di atas 25 ketukan.
Kemudian, masukan sample ke dalam oven selama 24 jam lalu kemudian
ditimbang.
Gambar 33.Sample yang diperoleh dari uji batas cair
Langkah Perhitungan
1. Menghitung kadar air masing-masing sampel tanah sesuai dengan jumlah
pukulan.
(77)
2. Mernbuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik semi
logaritma yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y sebagai
kadar air.
3. Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar.
4. Menentukan nilai batas cair pada jumlah pukulan ke-25.
2.PengujianBatasPlastis(
Plastis Limit
)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada batas
antara keadaan plastis dan keadaan semi padat.
ahan-bahan
1. Sampel tanah sebanyak 100 gram.
2. Air bersih sebanyak 50 cc
Langkah kerja
(78)
Gambar 34. Mengayak sample tanah untuk uji batas plastis
2. Mengambil sampel tanah sebesar ibu jari dan dibulatkan, kemudian
digulung-gulung di atas plat kaca hingga mencapai diameter 3 mm hingga
retak-retak atau putus-putus.
Gambar 35. Menggulung sample hingga mencapai diameter 3mm
(79)
Gambar 36. Sample uji batas plastis
4. Mengeringkan sampel tanah dalam oven kemudian menimbang beratnya.
5. Menentukan kadar air sampel tanah.
6. Melakukan langkah kerja yang sama (langkah 2 - 6 sebanyak 3 kali).
Langkah Perhitungan
1. Nilai batas plastis (PL) adalah harga kadar air rata-rata.
2. Menghitung Plastis Indeks (PI) dengan rumus :
PI = LL – PL
...(14)
I.PengujianAnalisisSaringan
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui persentase ukuran butir sampel tanah
yang akan dipakai dan menghitung modulus kehalusannya. Metode pengujian
sesuai dengan SNI 03-1968-1990.
ahan-bahan
1. Sampel tanah yang sudah dikeringkan sebanyak 1.000 gram.
2. Air bersih secukupnya.
Langkah kerja
1. Menimbang sampel yang akan diuji sebanyak 1.000 gram kemudian
mencucinya di atas saringan no. 200 sampai bersih, sehingga yang
tertinggal di atas saringan hanya butiran tanah kasar.
(80)
Gambar 37. Menimbang sample tanah untuk uji analisa saringan
(81)
Gambar 39. Mengayak sample dengan saringan no.200
2. Mengeringkan sisa tanah yang tertahan di atas saringan no. 200 dalam
oven pada suhu 110 °C selama 24 jam.
(82)
3. Mengeluarkan sampel tanah kemudian mendinginkannya dengan
menggunakan deicator.
4. Meletakkan susunan saringan di atas mesin penggetar, kemudian
memasukkan sampel tanah ke dalam susunan saringan paling atas dan
menutupnya dengan rapat.
Gambar 41. Meletakan sample pada ieve haker
5. Menghidupkan mesin penggetar selama
± 5 menit, setelah itu dimatikan
dan didiamkan selama 5 menit agar debu-debu mengendap.
(83)
Gambar 42. Menyalakan ieve haker
6. Menimbang masing-masing sampel yang tertahan pada saringan kemudian
menghitung persentasenya terhadap berat total sampel uji.
Gambar 43. Menimbang sample yang tertahan pada setiap saringan
J.PengujianPermeabilitasdiLaboratorium
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien permeabilitas (k) tanah
timbunan dengan metode Falling Head menggunkan alat modifikasi.
ahan-bahan
1. Sampel tanah timbunan.
2. Air secukupnya.
Langkah kerja.
1. Mengukur diameter mold, yang diketahui berukuran 5,08 cm
2. Meratakan permukaan sampel bagian atas dan bawah, kemudian menutup
dengan kertas saring dan penutup.
(84)
Gambar 44. Meratakan permukaan tanah pada mold
3. Menghubungkan mold dengan alat permeability tet .
Gambar 45.Memasangkan mold dengan alat uji permeabilitas laboratorium
4. Menjenuhkan tanah dengan menggunakan mesin selama 5 hari.
(85)
Gambar 46. Penjenuhan sample uji permeabilitas laboratorium
5. Menunggu sampai volume air yang keluar konstan pembacaannya.
6. Mencatat ketinggian air awal (h1) dan tinggi air setelah waktu (t) yang
ditentukan (h2).
7. Jika waktu yang diinginkan sudah tercapai maka katup yang mengalirkan
air ke sampel tanah ditutup.
K.PengolahandanAnalisisData
1.PengolahanData
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dan di laboratorium
diolah menurut klasifikasi data dengan menggunakan persamaan-persamaan dan
rumus-rumus yang berlaku. Hasil dari pengolahan data tersebut diuraikan dalam
bentuk tabel dan grafik.
(86)
2.AnalisisData
Dari rangkaian pengujian-pengujian yang dilaksanakan di lapangan dan di
laboratorium, maka :
a. Dari pengujian permeabilitas di lapangan diperoleh nilai koefisien
permeabilitas (k) lapangan.
b. Dari pengujian kadar air sampel tanah, diperoleh nilai kadar air tanah dalam
persentase.
c. Dari pengujian berat jenis sampel tanah, diperoleh berat jenis tanah.
d. Dari pengujian batas-batas Attenberg, diperoleh nilai batas cair (liquid limit),
batas plastis (plati limit), dan indeks plastisitas (plati indek) yang
digunakan untuk mengklasifikasikan tanah dengan Sistem Klasifikasi Unified.
e. Dari pengujian analisis saringan (ieve analyi), diperoleh persentase
pembagian ukuran butiran tanah, yang akan digunakan untuk
mengklasifikasikan tanah dengan Sistem Klasifikasi Unified.
f. Dari pengujian permeabilitas di laboratorium, diperoleh nilai koefisien
permeabilitas (k) laboratorium.
Dari parameter-parameter yang diperoleh dari pengujian permeabilitas
lapangan dan uji permeabilitas laboratorium di atas, selanjutnya dilakukan
pengolahan dan analisa data untuk membandingkan hasil perhitungan antara uji
permeabilitas lapangan dan uji permeabilitas laboratorium. Lalu, didapatkan nilai
konstanta perbandingan antara uji permeabilitas di lapangan dan di laboratorium
untuk tanah lempung.
Dari hasil pengujian tersebut maka akan dzapat dilakukan perhitungan untuk
merencanakan pembuatan sumur resapan efektik pada perumahan.
(1)
67
Gambar 47. agan Alir Penelitian
Klasifikasi tanah Uji permeabilitas laboratorium
Analisa hasil Kesimpulan dan saran
(2)
. PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasik pengujian, analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang didapatkan adalah :
1. Dari uji analisa saringan terhadap sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini, persentase tanah yang lolos saringan No. 200 adalah antara 79,50 % - 2,29 %, menurut klasifikasi unified termasuk jenis tanah berbutir halus (lempung )( ≥ 50 %).
2. Dari uji Batas-Batas Atterberg indeks plastisitas yang didapatkan dari kelima sampel antara 13,36 % - 16,27 %. Menurut DAS ( 1993 ), nama-nama “berlempung” dipakai bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas sebesar 11 % atau lebih.
3. Dari uji permeabilitas lapangan didapatkan nilai permeabilitas antara 1,720 x 10-7 – 2,12 x 10-7 cm/dt, sedangkan pada uji permeabilitas laboratorium nilai permeabilitas antara 2,056 x 10-7 – 4,9251 x 10-6 cm/dt. Nilai rerata dari uji permeabilitas lapangan (k lapangan) sebesar 2,2643 x 10-7 cm/dt, sedangkan nilai rerata pada uji permeabilitas laboratorium (k laboratorium) sebesar 3,3591 x 10-6 cm/dt. Dengan batasan menurut DAS, 1993, untuk jenis tanah lempung memiliki nilai permeabilitas < 10-5 cm/dt.
(3)
7 Menurut Hardiyatmo, 2001, nilai permeabilitas untuk jenis tanah lanau padat, lanau berlempung berkisar antara 10-5 – 10-4 cm/dt. Umumnya pada tanah lempung dengan sedikit kohesi (pasir halus dengan sedikit lempung atau pasir berlempung) memiliki nilai permeabilitas antara 10-5 – 10-4 cm/dt (Kasiro,1997).
4. Dari hasil pengujian diperoleh nilai permeabilitas lapangan rata-rata lebih besar dari nilai permeabilitas laboratorium, hal ini dikarenakan :
a. Struktur tanah mengalami perubahan pada saat membenamkan pipa ke dalam tanah.
b. Kurang akuratnya data yang diperoleh yang disebabkan oleh pelaksanaan pengujian yang dilakukan secara manual.
c. Faktor cuaca, yang menyebabkan terjadinya penguapan karena pelaksanaan pengujian dilakukan di area terbuka.
5. Dalam menentukan sumur resapan efektif yang akan dibuat pada perumahan Bhayangkara kelurahan Beringin Jaya kecamatan Kemiling Bandar Lampung adalah sumur resapan dengan diameter 1,5 m, tinggi 3 m dan jumlah yang dibutuhkan untuk setiap rumah adalah 3 buah dengan jarak antar sumur resapan adalah 2 m. Hal ini dikarenakan nilai k. Permeabilitas yang relatif sangat rendah
(4)
B. Saran
Berdasarkan hasil pengujian, analisis dan pembahasan yang dilakukan maka saran yang dapat diberikan adalah :
1. Dalam pelaksanaan pengujian, perlakuan terhadap sampel hendaknya sama agar diperoleh hasil yang lebih akurat.
2. Dalam pelaksanaan penelitian atau pengujian sampel sebaiknya menggunakan peralatan yang tidak manual tetapi menggunakan alat yang otomatis/digital untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan konstan.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperhitungkan faktor penguapan yang terjadi di lapangan dan perilaku aliran melalui pori-pori pada tanah lempung.
(5)
DAFTARPUSTAKA
fryana. 2009. StudiDayaDukungLapisPondasiStabilisasiTanahLempung denganSekamPadi.Skripsi Universitas Lampung. Lampung. (Hal.12). Bowles, Joseph E. Johan K. Helnim. 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis
Tanah(Mekanikatanah). PT. Erlangga. Jakarta.(Hal. 9) Craig, R.F. 1991. MekanikaTanah. PT. Erlangga. Jakarta.
D, Subardja. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Balai Penelitian Tanah. Puslitbang. Jakarta. (Hal. 6)
Darmady, Dhody. 2009. Pengaruh Rendaman Terhadap Kualitas Tanah Semen(Soil Cement) Menggunakan Tanah Lempung Lunak. Skripsi Universitas Lampung. Lampung.
Das, B. M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis) JilidI . PT. Erlangga. Jakarta. (Hal. 13)
Dunn, nderson dan Kiefer. 1992.Dasar-dasarAnalisisGeoteknik. IKIP Semarang Press. Semarang. (Hal. 10)
Hardiyatmo, H.C. 2001.TeknikFondasi1,EdisiII. Beta Offset. Yogyakarta. (Hal. 6)
Hendarsin, Shirley L. 2000. Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya. Politeknik Negeri Bandung. Bandung.
http://www.anneahira.com/permeabilitas-tanah.htm (Hal. 17)
Kasiro, I. dkk. 1994.PedomanDesainEmbungKeciluntukDaerahSemi KeringdiIndonesia. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta. Lampung, Universitas. 2008.BukuPetunjukPratikumMekanikaTanahIdan
MekanikanTanahII. Laboratorium Mekanikan Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Lampung.
Lampung, Universitas. 2011.FormatPenulisanKaryallmiahUniversitas Lampung. Universitas Lampung. Lampung.
(6)
Universitas Lampung. Lampung. (Hal. 35)
Sudjana, 1992.MetodaStatistik.EdisiKe.5. Tarsito, Bandung.
Santoso, Singgih. 2001.BukuLatihanSPSSStatistikParametrik. Cetakan Kedua. Elek Media Komputindo. Jakarta.
Sosrodarsono, S. Takeda, Kensaku. 1977.BendunganTypeUrugan. Pradyna Paramitha. Jakarta. (Hal. 21)
Tarmizi, M.F. 2001.PengaruhDiamterBurretTerhadapNilaiPermeabilitas TanahTimbunandenganPengujianTinggiJatuh(FallingHead). Skripsi Unversitas Lampung. Lampung.