7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Pembinaan Prestasi
a. Pengertian Pembinaan Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan ke-
dan akhiran -an yang berarti bangunbangunan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Purwodarminto, 1996: 34, pembinaan berarti
membina, memperbaharui, atau proses perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil
guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna
mencapai suatu tujuan tertentu. Pembinaan merupakan hal umum yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, kecakapan di bidang
pendidikan, ekonomi, sosial, kemasyarakatan, dan lainnya. Pembinaan menekankan pada pendekatan praktis, pengembangan sikap, kemampuan
dan kecakapan. Pembinaan adalah suatu proses penggunaan manusia, alat
peralatan, uang, waktu, metode dan sistem yang didasarkan pada prinsip tertentu untuk pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan daya dan
hasil yang sebesar-besarnya Musanef, 1991: 32. Pembinaan berusaha untuk mencapai efektivitas, efisiensi dalam suatu perubahan dan
pembaharuan yang dilakukan tanpa mengenal berhenti Miftah, 1997:
8 42. Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan
adalah membina, memperbaharui, atau proses perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. b. Pembinaan Prestasi
Untuk mencapai prestasi atlet secara maksimal diperlukan pembinaan yang terprogram, terarah dan berkesinambungan serta
didukung dengan penunjang yang memadai. Dan untuk mancapai prestasi optimal atlet, juga diperlukan latihan intensif dan berkesinambungan
kadang-kadang menimbulkan rasa bosan baredom. Hal ini dapat menjadi penyebab penurunan prestasi, oleh karena itu diperlukan
pencegahan yaitu dengan merencanakan dan melakukan latihan-latihan yang bervariasi. Berlatih secara intensif belum cukup untuk menjamin
tercapainya peningkatan prestasi hal ini karena peningkatan prestasi tercapai bila selain intensif, latihan dilakukan dengan bermutu dan
berkualitas Tohar, 2002: 10. Menurut M Furqon 2002: 1-
2 “proses pembinaan memerlukan waktu yang lama, yakni mulai dari masa kanak-kanak atau usia dini
hingga anak mencapai tingkat efisiensi kompetisi yang tertinggi”. Pembinaan dimulai dari program dari program umum mengenai latihan
dasar mengarah pada pengembangan efisiensi olahraga secara komprehensif dan kemudian berlatih yang dispesialisasikan pada cabang
olahraga tertentu.
9 Para ahli olahraga seluruh dunia sependapat perlunya tahap-tahap
pembinaan untuk menghasilkan prestasi olahraga yang tinggi, yaitu melalui tahap pemassalan, pembibitan dan pencapaian prestasi Djoko
Pekik Irianto, 2002: 27.
1 Pemasalan
Menurut M. Furqon H 2002: 3 “Pemasalan adalah mempolakan keterampilan dan kesegran jasmani secara multilateral
dan spesialisasi ”. Pemassalan adalah mempolakan keterampilan dan
kebugaran jasmani atlet secara multilateral dan spesialisasi.
Pemassalan merupakan dasar pokok gerakan olahraga.
Agar diperoleh bibit olahragawan yang baik perlu disiapkan sejak awal yakni dengan program pemasalan yang dilakukan dengan
cara menggerakan anak-anak usia dini untuk melakukan aktivitas olahraga secara menyeluruh atau jenis olahraga apapun.
2 Pembibitan
Menurut M. Furqon H 2002: 5 “pembibitan atlet adalah
upaya mencari dan menemukan inividu-individu yang memiliki potensi untuk mencapai prestasi olahraga yang setinggi-tingginya di
kemudian hari, sebagai langkah atau tahap lanjutan dari pemasalan olahraga”.
Pembibitan adalah upaya yang diterapkan untuk menjaring atlet berbakat dalam olahraga prestasi yang diteliti secara terarah dan
intensif melalui orang tua, guru, dan pelatih pada suatu cabang
10 olahraga. Tujuan pembibitan adalah untuk menyediakan calon atlet
berbakat dalam berbagai cabang olahraga prestasi, sehingga dapat dilanjutkan dengan pembinaan yang lebih intensif, dengan sistem
yang inofatif dan mampu memanfaatkan hasil riset ilmiah serta perangkat teknologi modern.
Menurut Toho Cholik M 1994 yang dikutip oleh Djoko Pekik Irianto 2002: 32, beberapa indikator yang perlu diperhatikan sebagai
kriteria untuk mengidentifikasi dan menyeleksi bibit atlet berbakat secara objektif antara lain:
a Kesehatan pemerikasaan
medik, khususnya
sistem
kardiorespiorasi dan sisitem otot saraf
b Antropometri tinggi dan berat badan, ukuran bagian tubuh,
lemak tubuh dan lain-lain c Kemampuan fisik speed power, koordinasi, VO2 Max
d Kemampuan psikologis sikap, motivasi, daya toleransi e Keturunan
f Lama latihan yang telah diikuti sebelumnya dan adakah
peluang untuk berkembang g Maturasi
Pemanduan dan Pembinaan dalam perencanaan untuk pencapaian prestasi olahraga yang maksimal dibutuhkan tahap-tahap yang
berkelanjutan. Menurut KONI 1997: A.4 Tahap pembinaan dibagi dalam tiga tingkatan, adapun tiga tingkatan itu dapat digambarkan dalam
sebuah piramida pembinaan, seperti gambar berikut:
11
Gambar 1. Piramida Tahap-tahap Pembinaan
Sumber: KONI Pusat, Gerakan Nasional Garuda Emas 1997-2007 Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam pencapaian
prestasi olahraga yang maksimal dibutuhkan tahap-tahap yang berkelanjutan. Untuk lebih memahaminya berikut akan dijelaskan, yaitu:
1 Tahap Latihan Persiapan Multilateral, Tahap ini merupakan tahap dasar untuk memberikan kemampuan memberikan kemampuan dasar
yang menyeluruh multilateral kepada anak dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Pada tahap dasar ini, anak yang berprestasi
diarahkan ke tahap spesialisasi, akan tetapi latihannya harus mampu membentuk kerangka tubuh yang kuat dan benar, khususnya dalam
perkembangan biomotorik, guna menunjang peningkatan prestasi di tahapan latihan berikutnya.
2 Tahap Latihan Pembentukan Spesialisasi, Tahap latihan ini adalah untuk merealisasikan terwujudnya profil atlet seperti yang diharapkan,
sesuai dengan cabang olahraganya masing-masing. Kemampuan fisik, maupun teknik telah terbentuk, demikian pula keterampilan taktik,
Golden Age Pemantapan
Spesialisasi Multilateral
12 sehingga dapat digunakan atau dipakai sebagai titik tolak
pengembangan, serta peningkatan prestasi selanjutnya. Pada tahap ini, atlet dapat dispesialisasikan pada satu cabang olahraga yang paling
cocok sesuai baginya. 3 Tahap Latihan Pemantapan. Profil yang telah diperoleh pada tahap
pembentukan, lebih ditingkatkan pembinaannya, serta disempurnakan sampai ke batas optimal atau maksimal. Tahap pemantapan ini
merupakan usaha pengembangan potensi atlet semaksimal mungkin, sehingga telah dapat mendekati atau bahkan mencapai puncak
prestasinya. 4 Golden Age, Sasaran tahapan-tahapan pembinaan adalah agar atlet
dapat mencapai prestasi puncak golden age. Tahapan ini didukung oleh program latihan yang baik, dimana perkembangannya dievaluasi
secara periodik. Dalam tahap latihan pemantapan, keadaan atlet disiapkan untuk
mencapai prestasi puncak. Di dalam tahap pembibitan pembinaan harus dilakukan secara terprogram, terarah dan terencana dengan baik. Untuk
mencapai prestasi puncak pentingnya pembinaan merupakan salah satu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan atau
memperoleh hasil yang lebih baik. Menurut Depdiknas 2000: 32 prestasi terbaik hanya akan dapat dicapai dan tertuju pada aspek-aspek
pelatihan seutuhnya yang mencakup: a Kepribadian atlet
b Kondisi fisik
13 c Keterampilan teknik
d Keterampilan taktis e Kemampuan mental
Kelima aspek itu merupakan satu kesatuan yang utuh. Bila salah satu terlalaikan, berarti pelatihan tidak lengkap. Keunggulan salah satu
aspek akan menutup kekurangan pada aspek lainnya. Dan setiap aspek akan berkembang dengan memakai metode latihan yang spesifik.
c. Metode Pembinaan Menurut Mangunhardjana 1986: 19 untuk dapat menggunakan
metode-metode pembinaan secara efektif dalam pemilikan metode itu perlu diperhitungkan melalui:
1 Bahan dan acara, penggunaan metode disesuaikan : a Dari segi pencapaian tujuan acara pembinaan, apakah lewat
metode itu bahan diolah sehingga tujuan acara pembinaan tercapai, jangan sampai terjadi bahwa tujuan acara
dikorbankan dengan metode yang barangkali menarik, teteapi tidak membawa acara pembinaan menuju tujuannya.
b Dari segi kecocokan isi dan cara pengolahan isi acara, apakah isi acara cocok diolah dengan metode itu, tidak
setiap isi acara dapat diolah dengan sembarang metode. 2 Para Peserta, sebelum mempergunakan suatu metode
sebaiknya diketahui terlebih dahulu: a Tingkat umur, pendidikan, latar belakang para peserta.
Tidak semua cocok untuk segala macam orang. b Pengetahuan dan kecapakan para peserta muda, tetapi
kurang cocok untuk peserta tua. 3 Waktu, sebelum mempergunakan suatu metode sebaiknya
diperhatikan: a Waktu yang tersedia dalam rangka seluruh acara
pembinaan. Karena kurang perhitungan waktu pembinaan itu dapat mengacau jalannya seluruh acara.
b Waktu hati yang ada, pagi, siang atau malam. Tidak semua acara cocok untuk segala waktu.
4 Sumber atau peralatan, sebelum mempergunakan suatu metode sebaiknya diperiksa:
a Apakah sumbernya tersedia: tenaga, buku, hand-out, Petunjuk
14 b Apakah peralatan siap, karena tanpa sumber dan peralatan
yang memadai, metode tak apat dilaksanakan dengan baik. 5 Program pembinaan, sebelum mempergunakan suatu metode
sebaiknya mempertimbangkan integrasi penggunaan metode itu kedalam seluruh program pembinaan, maka:
a Perlu dijaga agar dalm seluruh program diciptakan variasi
metode dalam mengolah acara. Tujuannya agar program berjalan secara memikat dan tidak monoton, membosankan.
b Perlu diketahui sikap, pengalaman, dan keahlian pembina dalam bidang pembinaan.
2. Faktor-faktor Pendukung Pembinaan Prestasi