PELANGGARAN PLAGIARISME BERKENAAN DENGAN CERITA PENDEK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

(1)

ABSTRAK

PELANGGARAN PLAGIARISME BERKENAAN DENGAN CERITA PENDEK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA

Oleh

IKA RISTIA ANDINI PUTRI

Cerita pendek (cerpen) sebagai karya tulis fiksi merupakan salah satu objek dari hak cipta, oleh karena itu dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Cerpen merupakan ciptaan yang kerap dijiplak oleh penulis. Tindakan penjiplakan tersebut disebut juga dengan plagiarisme. Plagiarisme adalah tindakan pemakaian atau penggunaan hasil karya cipta milik orang lain tanpa mencantumkan sumbernya. Adapun yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk pelanggaran plagiarisme yang dilakukan penulis dalam membuat cerita pendek, perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta terhadap tindakan plagiarisme dalam cerita pendek, dan upaya untuk mencegah terjadinya tindakan plagiarisme cerita pendek.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan normatif atau menggunakan peraturan perundang-undangan (statute approach), dengan tipe penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan (liberary research). Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data, penandaan data, rekonstruksi data dan sistematisasi data.

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan bahwa bentuk-bentuk plagiarisme yang dilakukan pada kasus plagiarisme cerpen berdasarkan indikator Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi dan indikator bentuk plagiarisme Julissar maka penulis menyimpulkan bahwa indikator bentuk plagiarisme cerpen diantaranya yaitu berupa penggunaan ide atau gagasan orang lain dalam suatu karya tulis tanpa mengemukakan identitas sumbernya; penggunaan atau pengutipan kata-kata atau kalimat orang lain dalam suatu karya tulis tanpa memberi tanda kutip dan/atau mengemukakan identitas sumbernya;


(2)

serta menyerahkan/mempublikasikan cerpen yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai cerpennya tanpa mencantumkan sumbernya. Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra. Perlindungan hukum terhadap cerpen diatur dalam Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Cerpen telah memperoleh status hukum yang sah sebagai karya cipta sejak cerpen tersebut selesai diciptakan oleh penciptanya, oleh karena itu cerpen mendapat perlindungan hukum berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku. Upaya untuk mencegah terjadinya tindakan plagiarisme tidak hanya dibebankan kepada individu dalam kejujurannya membuat suatu cerpen tetapi juga bagi para penerbit yang mempublikasikan cerpen tersebut kepada masyarakat, penerbit turut bertanggung jawab dalam mengawasi tindakan-tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh penulis.


(3)

PELANGGARAN PLAGIARISME BERKENAAN DENGAN CERITA PENDEK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Oleh

IKA RISTIA ANDINI PUTRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Ika Ristia Andini Putri. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 10 April 1994, dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Salahudin S.T., M.Pd. dan Ibu Dra. Sartini.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Dharma Wanita Universitas Lampung pada tahun 1998, penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar di SD Al-Kautsar Bandar Lampung pada Tahun 1999 hingga tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2005 sampai tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2008 hingga tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2011. Pada tahun 2014 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Labuhan Ratu Induk Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur.


(7)

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsiku ini kepada:

Kedua orangtuaku tercinta Salahudin S.T., M.Pd. dan Dra. Sartini. Yang selama ini telah banyak berkorban, selalu berdoa dan menantikan

keberhasilanku

Almamater tercinta Universitas Lampung

tempatku memperoleh ilmu dan merancang mimpi yang menjadi sebagian jejak langkahku menuju kesuksesan.


(8)

MOTO

“Hendaklah engkau jujur meski hal tersebut merugikanmu, namun kejujuran

sangat bermanfaat bagimu, dan jauhilah kebohongan meski ia menguntungkanmu,

namun sejatinya kebohongan merugikanmu.”

(Asy-Sya’bi)

“Bila hidup itu buruk, maka karya itu untuk hidup. Namun, bila hidup itu baik, maka karya itu untuk kedudukan, kehormatan dan sebagainya.”


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pelanggaran Plagiarisme Berkenaan Dengan Cerita Pendek Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung di bawah bimbingan dari dosen pembimbing serta atas bantuan dari berbagai pihak lain. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung dan Pembimbing I atas kesabaran dan kesediaan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(10)

3. Ibu Kasmawati, S.H., M.Hum., Pembimbing II yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Ibu Lindati Dwiatin, S.H., M.Hum., Pembahas I yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini;

5. Ibu Siti Nurhasanah, S.H., M.H., Pembahas II yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

6. Bapak Dita Febrianto, S.H., M.H., selaku pembimbing akademik, yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

7. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi; 8. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak yang

penulis banggakan dan Mama tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Terimakasih atas segalanya semoga kelak dapat membahagiakan, membanggakan, dan selalu bisa membuat kalian tersenyum dalam kebahagiaan;

9. Adik-adikku Adi Indra Jaya Saputra dan Ali Riska Triansyah atas semua dukungan moril, motivasi, kegembiraan, dan semangatnya;

10.Sahabat-sahabat terbaikku Arjuna Frans Sisko, Fera Lestari dan Iis Priyatun atas semangat dan motivasinya;


(11)

11.Teman-temanku yang selalu menemani Ines, Herra, Andi MS, Aminah, Citra, Ayu, Johanna, Aprilia RW, Kresna, Andika, Beni, Andri, Indra Budhi, Imam, Asadillah;

12.Teman-teman Hukum Keperdataan 2011 Clara, Bramantya, Gerri, Astari, Maya, Rae, Marullfa yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan kerjasamanya;

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... . i

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... ... v

RIWAYAT HIDUP... ... vi

MOTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup... . 6

C.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Perlindungan Hukum ... 8

B.Hak Kekayaan Intelektual ... 10

C.Hak Cipta ... 12

1. Pengertian Hak Cipta ... 12

2. Hak Ekonomi dan Hak Moral ... 14

3. Pencipta, Ciptaan dan Pemegang Hak Cipta ... 15

4. Pelanggaran Terhadap Hak Cipta ... 18

5. Pengaturan Hukum Hak Cipta ... 20

D.Plagiarisme ... 22

E. Cerita Pendek ... 23


(13)

III. METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Masalah... 28

B.Jenis Penelitian... 28

C.Tipe Penelitian ... 29

D.Data dan Sumber Data ... 29

E. Metode Pengumpulan Data ... 30

F. Metode Pengolahan Data... .... 30

G.Analisis Data ... 31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Bentuk Bentuk Pelanggaran Plagiarisme yang Dilakukan Penulis Dalam Membuat Cerita Pendek ... 32

B.Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Cipta Terhadap Tindakan Plagiarisme Dalam Cerita Pendek ... 42

C.Upaya Untuk Mencegah Terjadinya Tindakan Plagiarisme Cerita Pendek ... 53

V. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hasil dari intelektual manusia yang dijelmakan dalam suatu bentuk ciptaan atau penemuan.1 HKI merupakan suatu hak milik yang berada dalam ruang lingkup kehidupan teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Objek HKI bukan terhadap barangnya, melainkan terhadap hasil kemampuan intelektual manusianya, yaitu berupa benda tidak berwujud. HKI akan memiliki arti ekonomi apabila diwujudkan oleh pemiliknya dalam bentuk penemuan atau ciptaan untuk dapat dinikmati oleh konsumennya.

Salah satu rezim HKI adalah Hak Cipta. Pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hak cipta timbul secara otomatis ketika suatu ciptaan lahir dari seorang pencipta, dengan demikian pendaftaran hak cipta bukanlah suatu keharusan, hanya saja mengenai hak cipta yang tidak didaftarkan akan sukar dan memakan waktu untuk pembuktian hak cipta daripada ciptaan yang telah didaftarkan.

1

Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 9.


(15)

Menciptakan bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Hasil ciptaan bagaimana pun bentuknya, merupakan sesuatu yang perlu dihargai. Ciptaan tumbuh dari proses berfikir manusia yang kemudian dituangkan dalam bentuk ciptaan dan penemuan (invention). Pada prinsipnya ciptaan adalah membuat sesuatu yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Kreatifitas untuk membuat ciptaan dapat timbul dari berbagai sumber, misalnya televisi, internet, majalah, koran, dan sebagainya. Ciptaan yang dihasilkan gunanya untuk memudahkan kehidupan manusia, seperti penemuan yang memudahkan manusia dalam memperoleh informasi, kemudahan dalam melakukan pekerjaan, maupun kemudahan dalam berkomunikasi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya.

Selaras dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi saat ini memudahkan manusia dalam memperoleh informasi dengan akurat, cepat dan berbiaya murah. Melalui media Interconnected computer networks atau lazim disebut dengan internet, manusia dapat mengakses informasi dan data dari seluruh belahan dunia dalam waktu singkat. Namun, di sisi lain kemudahan-kemudahan inilah yang membuat manusia menjadi malas dan memilih menggunakan cara cepat untuk menemukan gagasan/ide atau kreatifitas dalam melakukan suatu pekerjaan. Kemajuan teknologi tersebut tidak hanya membawa dampak yang baik namun juga dapat membawa dampak buruk bagi Hak Kekayaan Intelektual. Salah satu dampak buruknya, yaitu plagiarisme.

Plagiarisme berasal dari bahasa latin plagiarius yang berarti merampok atau membajak.2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Plagiarisme ialah

2

Annisa Dwi Kusumawardani, Plagiarisme Merusak Moral Bangsa, <www.kompasiana.com>, diakses pada tanggal 06-07-2015, pukul 09.08 WIB


(16)

penjiplakan yang melanggar hak cipta. Sedangkan, plagiat adalah pengambilan karangan orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan sendiri.3 Orang yang melakukan tindakan plagiarisme disebut dengan plagiator. Plagiarisme atau yang sering juga disebut dengan plagiat adalah suatu tindakan/perbuatan mengambil, menyalin, maupun menduplikasi karya orang lain dan menjadikannya karya sendiri tanpa mencantumkan sumber atau tanpa izin sang pemiliknya.

Terkait dengan tindakan plagiarisme, Pemerintah Indonesia telah mengatur suatu mekanisme hukum untuk melindungi pemilik ciptaan, yaitu dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan undang-undang tentang hak kekayaan intelektual lainnya. Meskipun demikian, masih ada tindakan plagiarisme terutama dalam pembuatan karya tulis.

Plagiarisme saat ini terjadi pada hampir seluruh aspek hak cipta, antara lain seperti karya seni, musik dan sastra. Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang kerap dijiplak oleh penulis. Cerita pendek atau yang sering disebut dengan cerpen, merupakan suatu karya tulis yang ditulis untuk mengekspresikan pemikiran dari penulisnya dalam bentuk cerita. Penulis cerpen bukan hanya dari kaum sastrawan saja tetapi juga sudah banyak anak-anak remaja maupun orang dewasa yang tertarik untuk menulis cerpen. Cerita-cerita yang ditulis mengangkat beragam tema yang menarik seperti cerpen yang bertemakan keluarga, persahabatan, percintaan bahkan keagamaan. Cerpen berbentuk cerita singkat yang panjang ceritanya hanya berkisar kurang lebih 10.000 kata sehingga tidak

3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 459.


(17)

membuat bosan pembacanya, terutama bagi orang-orang yang tidak suka membaca berlama-lama.

Cerpen dapat dengan mudah kita temukan di berbagai media cetak maupun online

seperti dalam koran, majalah, maupun pada blog-blog penulis cerpen yang terdapat di internet. Pada saat ini menulis cerpen bukan hanya dilakukan sebagai hobi saja tetapi ada juga yang menulis cerpen untuk mendapatkan imbalan, misalnya mengirim cerpen ke media cetak seperti koran dan majalah. Semakin bagus cerpen yang ditulis maka semakin banyak tuntutan bagi penulis untuk menulis cerpen yang lebih baik lagi. Hal inilah yang membuat para penulis memeras otak guna mencari ide-ide untuk membuat cerita yang baru. Dengan adanya imbalan yang dihasilkan dari penulisan cerpen, maka para penulis berlomba-lomba untuk membuat cerpen bahkan tidak sedikit penulis yang melakukan plagiarisme terhadap cerpen yang terbaik.

Pelaku plagiarisme cerpen menjiplak karya orang lain dari dalam negeri ataupun dari luar negeri yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Plagiarisme tidak hanya merugikan penulis cerita pendek sebagai pemilik hak cipta, tetapi juga merugikan para pembaca, akibat kebohongan yang dibuat oleh plagiator. Terdapat beberapa kasus plagiarisme cerita pendek di Indonesia salah satunya yaitu plagiarisme cerita pendek di koran yang dilakukan oleh Dadang Ari Murtono

dalam cerpennya yang berjudul “Perempuan Tua dalam Rashomon”. Cerpen

tersebut adalah hasil plagiat dari cerpen milik Akutagawa Ryunosuke seorang

cerpenis terbaik di Jepang yang berjudul “Rashomon”. Selain hasil dari tindak

plagiarisme cerpen tersebut telah diterbitkan di dua media cetak yang berbeda.


(18)

dimuat di Lampung Post, kemudian pada hari Minggu 30 Januari 2011, cerpen tersebut dimuat kembali di Koran Kompas.4

Plagiarisme atau pemanfaatan ciptaan yang di dalamnya mengandung hak cipta tanpa seizin maupun sepengetahuan pencipta/pemegang hak cipta, maka dapat menimbulkan sengketa hak cipta. Dalam ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai hak cipta, sengketa hak cipta dapat diselesaikan dengan dua cara penyelesaian, yaitu dengan hukum perdata atau pidana. Dalam hal sengketa perdata, maka mekanisme penyelesaian hak cipta dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan melalui proses penyelesaian sengketa alternatif atau gugatan ke Pengadilan Niaga. Sedangkan, dalam hal pidana, dapat diselesaikan melalui pengaduan kepada polisi untuk dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Penegakan hukum terhadap pelanggaran hak cipta dirasa masih sangat penting, mengingat perkembangan perlidungan hak cipta dan perlindungan hukum terhadap hak cipta bagi pencipta masih kurang. Masih banyak terdapat hambatan-hambatan yang timbul dalam penegakan hukum hak cipta, meskipun telah dilakukan upaya-upaya hukum oleh para pihak, serta dengan menerapkan sanksi-sanksi hukum terhadap para pelanggar hak cipta. Kurang tegasnya penegakan hukum hak cipta maka dapat memotifasi pelaku plagiarisme di Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mencari informasi lebih dalam melalui penelitian dan melakukan penulisan skripsi yang berjudul “Pelanggaran

4

Bamby, Surat Pembaca Untuk Kompas, <http://bambydanceritanya.blogspot.com>, diakses pada tanggal 30-03-2015, pukul 13.13 WIB.


(19)

Plagiarisme Berkenaan Dengan Cerita Pendek di Koran Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Bagaimanakah bentuk-bentuk pelanggaran plagiarisme yang dilakukan penulis dalam membuat cerita pendek?

b. Bagaimana perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta terhadap tindakan plagiarisme dalam cerita pendek?

c. Bagaimana upaya untuk mencegah terjadinya tindakan plagiarisme cerita pendek?

2. Ruang Lingkup

Penelitian ini terdiri dari dua ruang lingkup yaitu ruang lingkup keilmuan dan ruang lingkup objek kajian. Lingkup keilmuan dalam penelitian ini yaitu berkenaan dengan hukum kekayaan intelektuan khususnya dalam bidang hak cipta. Sedangkan, lingkup objek kajian dalam penelitian ini berupa kajian mengenai bentuk-bentuk plagiarisme serta perlindungan hukum hak cipta berkenaan dengan cerita pendek ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.


(20)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

a. Mengetahui dan memahami mengenai bentuk-bentuk pelanggaran plagiarisme yang dilakukan penulis dalam membuat cerita pendek;

b. Mengetahui tentang perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta terhadap plagiarisme cerita pendek di koran berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta;

c. Mengetahui tentang cara pencegahan tindak plagiarisme cerita pendek.

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menunjang pengembangan ilmu pengetahuan hukum keperdataan, khususnya dalam lingkup hukum kekayaan intelektual.

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi para pembaca serta melengkapi informasi yang telah ada dengan temuan-temuan yang muncul dalam penelitian ini.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum

Hukum dibuat oleh manusia dan untuk manusia itu sendiri. Perlindungan hukum berarti bahwa hukum itu melindungi sesuatu yang dapat berupa harta benda, kehormatan dan bahkan nyawa seseorang. Perlindungan hukum adalah upaya untuk melindungi kepentingan individu atas kedudukannya sebagai manusia yang mempunyai hak untuk menikmati martabatnya, dengan memberikan kewenangan padanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.

Perlindungan hukum merupakan segala upaya yang dapat menjamin adanya kepastian hukum, sehingga dapat memberikan perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang bersangkutan atau yang melakukan tindakan hukum.5 Salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum. Daniel S. Lev mengartikan kepastian hukum sebagai suatu kepastian tentang bagaimana warga masyarakat menyelesaikan masalah-masalah hukum, bagaimana

5

Hetty Hasanah, Perlindungan Konsumen dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen atas

Kendaraan Bermotor dengan Fidusia, <http//jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html>, hlm. 1,


(22)

peranan dan kegunaan lembaga-lembaga hukum, bagi masyarakat serta apakah hak dan kewajiban para warga masyarakat.6

Hukum dalam memberikan perlindungan dapat melalui cara-cara tertentu, antara lain yaitu dengan:7

1. Membuat peraturan (by giving regulation), bertujuan untuk: a. memberikan hak dan kewajiban;

b. menjamin hak-hak para subjek hukum;

2. Menegakan peraturan (by law enforcement) melalui:

a. hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventive) terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perijinan dan pengawasan;

b. hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive) pelanggaran, dengan mengenakan sanksi pidana dan hukuman;

c. hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative; recovery; remedy), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.

Cara dan langkah pertama yang dilakukan dalam perlindungan hukum adalah pembuatan peraturan perundang-undangan. Dikatakan sebagai perlindungan hukum karena tindakan-tindakannya harus didasarkan pada peraturan hukum. Tanpa peraturan, maka tindakan hukum belum dapat dilakukan. Peraturan dalam

6

Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdulah, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat (Jakarta: CV Rajawali, 1987), hlm.33.

7

Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2007), hlm.31.


(23)

hal ini merupakan hasil dari kesepakatan yang dibuat oleh masyarakat melalui wakil-wakilnya di parlemen bersama-sama dengan pemerintah.8

B. Hak Kekayaan Intelektual

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan suatu hak milik dari hasil pemikiran, yang bersifat tetap dan eksklusif dan melekat pada pemiliknya. HKI pada dasarnya adalah hak hukum dimana dengan hak hukum tersebut dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap hasil kreasi dan karya intelektual manusia dalam bidang industri, ilmu pengetahuan, literatur dan artistik.9 HKI terdiri dari beberapa cabang ilmu, yaitu Hak Cipta, Hak Merek, Hak Paten, Rahasia Dagang, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu dan Perlindungan Varietas Tanaman.

HKI merupakan hak kekayaan intelektual yang dilindungi oleh hukum, oleh karena itu HKI tidak boleh digunakan oleh orang lain tanpa mendapat izin dari pemiliknya atau pemegang HKI. Dalam HKI terdapat dua sistem perlindungan yaitu sistem konstitutif yang melindungi pendaftar pertama (first to file system) bagi HKI dan sistem deklaratif yang mendasarkan pada pengguna pertama (first to use system). Dalam sistem konstitutif, untuk mendapatkan perlindungan hukum yang sah, pemilik HKI diwajibkan untuk mendaftarkan haknya tersebut. Setiap HKI yang telah didaftarkan akan sah dengan pembuktian berupa sertifikat pendaftaran. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi pelanggaran maupun kecurangan-kecurangan terhadap HKI. Apabila terjadi pelanggaran HKI maka pemilik HKI dapat menuntut pelanggarnya secara hukum dan dapat dikenakan sanksi sesuai

8Ibid,

hlm.31. 9


(24)

dengan hukum yang mengaturnya. Namun jika HKI tidak didaftarkan berarti tidak ada pengakuan hak yang sah dari pemiliknya, dengan demikian tidak ada perlindungan hukum terhadap haknya tersebut. Sedangkan dalam sistem deklaratif, perlindungan hukum diberikan kepada pengguna atau pemakai pertama HKI. Jadi apabila ada pihak lain yang mengaku sebagai pemilik dari HKI, maka ia harus membuktikan bahwa ia adalah pemilik pertama yang sah dari HKI tersebut. Dalam sistem deklaratif tidak diharuskan melakukan pendaftaran HKI, namun pendaftaran dianjurkan karena pendaftaran HKI memberikan kepastian hukum.

HKI dapat dialihkan kepada orang lain dengan cara pewarisan, wasiat, hibah, perjanjian, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh undang-undang. Adanya pengalihan HKI dengan berbagai cara dikarenakan pemilik/pemegang HKI mengharapkan hak miliknya dapat memberikan manfaat ekonomi yang sebesar-besarnya, guna mendapatkan nilai ekonomis tersebut, maka hak tersebut mempunyai kesempatan untuk dapat dialihkan dan dimanfaatkan sesuai dengan kehendak pemilik atau pemegang hak tersebut.10 Sifat-sifat HKI menurut Abdulkadir Muhammad yaitu sebagai berikut:11

1. Benda bergerak tidak berwujud;

2. Dapat dibagi, artinya dapat dialihkan seluruhnya atau sebagian kepada pihak lain; dan

3. Tidak dapat disita.

10

Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan

Prakteknya di Indonesia (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003), hlm.34.

11


(25)

C. Hak Cipta

1. Pengertian Hak Cipta

Hak cipta merupakan salah satu dari beberapa cabang hak kekayaan intelektual.

Hak cipta terdiri dari dua kata hak dan cipta, kata “hak” yang sering dikaitkan

dengan kewajiban adalah kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang

sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak. Kata “cipta” tertuju kepada hasil kreasi

manusia dengan menggunakan sumber daya yang ada padanya berupa pikiran, perasaan, pengetahuan, dan pengalaman. Oleh karenanya, hak cipta berkaitan dengan intelektualitas manusia itu sendiri berupa hasil kerja otak.12 Hak cipta didefinisikan sebagai hak eksklusif bagi para pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberikan izin kepada pihak lain untuk melakukan hal yang sama dalam batasan hukum yang berlaku. 13

Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian pendaftaran hak cipta bukan merupakan suatu keharusan, karena hak cipta timbul secara otomatis dan tanpa pendaftaran pun hak cipta tersebuk akan dilindungi, hanya saja pembuktian mengenai hak ciptanya akan sulit dilakukan daripada hak cipta yang sudah didaftarkan, maka

12

Sanusi Bintang, Hukum Hak Cipta (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998), hlm. 1. 13

Asian Law Group Pty Ltd, Hak Kekayaan Intelektual Sebuah Pengantar (Bandung: PT Alumni, 2011), hlm.97.


(26)

dari itu perlu adanya pengumuman atau penerbitan mengenai hak milik atas ciptaan tersebut.

Hak eksklusif yang dimaksud dalam pengertian hak cipta diatas yaitu hak khusus yang hanya dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta. Apabila orang lain ingin mengakui hak cipta tersebut maka harus dengan seizin penciptanya atau pemegang hak cipta. Hal ini dikarenakan bahwa suatu ciptaan itu tidak mudah diciptakan, butuh proses yang lama, dimulai dari gagasan inspirasi sang pencipta kemudian di tuangkan dalam pemikiran yang melahirkan suatu ciptaan. Sifat hak cipta adalah bagian dari hak milik yang abstrak (incoporeal property), yang merupakan penguasaan atas hasil kemampuan kerja, dari gagasan serta hasil pemikiran. Dalam perlindungannya hak cipta mempunyai waktu yang terbatas, dalam arti setelah habis masa perlindungannya karya cipta tersebut akan menjadi milik umum.14

Hak cipta adalah hak alam, dan menurut prinsip ini bersifat absolut, dan dilindungi haknya selama si pencipta hidup dan beberapa tahun setelahnya. Sebagai hak absolut, maka hak itu pada dasarnya dapat dipertahankan terhadap siapapun, yang mempunyai hak itu dapat menuntut tiap pelanggaran yang dilakukan oleh siapa pun. Dengan demikian suatu hak absolut mempunyai segi balik (segi pasif), bahwa bagi setiap orang terdapat kewajiban untuk menghormati hak tersebut.15

14

Djumhana, Hak Milik Intelektual, hlm.56. 15

Arif Lutviansori, Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm.78.


(27)

2. Hak Ekonomi dan Hak Moral

Hak eksklusif dari hak cipta terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait. Dikatakan Hak Ekonomi karena hak cipta adalah benda yang dapat dinilai dengan uang. Hak Ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan oleh pihak lain berdasarkan lisensi. Hak Ekonomi itu diperhitungkan karena hak cipta dapat digunakan/dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau perdagangan yang mendatangkan keuntungan.16

Pencipta memiliki hak ekonomi, apabila orang lain ingin melaksanaan hak ekonomi dari ciptaan wajib mendapatkan izin pencipta atau pemegang hak cipta. Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki beberapa hak ekonomi untuk melakukan:

a. Penetbitan ciptaan;

b. Pengadaan ciptaan dalam segala bentuknya; c. Penerjemahan ciptaan;

d. Pengadaptasian, pengaransemenan, dan pentransformasian ciptaan; e. Pendistribusian ciptaan atau salinannya;

f. Pertunjukkan ciptaan; g. Pengumuman ciptaan; h. Komunikasi ciptaan, dan i. Penyewaan ciptaan.

16


(28)

Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak cipta telah dialihkan.17 Hak moral tidak dapat dialihkan kepada orang lain selama pencipta masih hidup. Hak moral baru dapat dialihkan setelah pencipta meninggal dunia dengan wasiat atau hal-hal lain berdasarkan dengan peraturan perundang-undangan. Secara umum, setiap negara minimal mengenal dan mengatur hak ekonomi tersebut meliputi jenis hak:18

a. Hak Reproduksi atau Penggandaan (Reproduction Right); b. Hak Adaptasi (Adaptation Right);

c. Hak Distribusi (Distribution Right);

d. Hak Pertunjukan (Public Performance Right); e. Hak Penyiaran (Broadcasting Right);

f. Hak Programa Kabel (Cablecasting Right); g. Droite de suite;

h. Hak Pinjam Masyarakat (Public Landing Right).

3. Pencipta, Ciptaan dan Pemegang Hak Cipta

a. Pencipta

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama melahirkan suatu ciptaan. Selanjutnya dapat pula diterangkan bahwa yang mencipta suatu ciptaan menjadi pemilik pertama dari hak cipta atas ciptaan bersangkutan.19

17

Andrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektua (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm.115. 18

Djumhana, Hak Milik Intelektual, hlm.52. 19


(29)

Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Apabila suatu ciptaan terdiri atas beberapa bagian tersendiri yang diciptakan oleh dua orang atau lebih, yang dianggap sebagai pencipta ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan itu, atau dalam hal tidak ada orang yang menghimpun dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing atas bagian ciptaannya itu. Seseorang dianggap pencipta jika ia merupakan orang yang merancang ciptaan itu.20

Dari rumusan tersebut dapat diketahui tentang siapa yang dapat menjadi pencipta dan jumlahnya dapat lebih dari satu orang. Apabila penciptanya beberapa orang maka syaratnya dalam melahirkan suatu ciptaan wajib dilakukan secara bersama-sama. Ada kerjasama satu dengan yang lain diantara mereka dalam melakukan ciptaan. Oleh karena sifatnya demikian maka dipandang tidak dimungkinkan sebuah badan hukum menjadi pencipta. Dengan demikian perseroan terbatas, koperasi dan yayasan tidak dapat sebagai pencipta walaupun mereka kedudukannya sebagai badan hukum dan diperlakukan sebagai manusia pada umumnya.21

b. Ciptaan

Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan,

20

Lutviansori, Hak Cipta, hlm.76. 21

Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm.8.


(30)

keterampilan, dan keahlian yang di ekspresikan dalam bentuk nyata, hal ini tertera dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Ciptaan dilindungi oleh undang-undang, artinya setiap orang tidak boleh mengambil, memperbanyak, atau mengumumkan ciptaan orang lain, baik sebagian, maupun seluruhnya tanpa izin pencipta/ pemegang hakcipta dan dengan cara yang bertentagan dengan undang-undang hak cipta.22

Ciptaan sebagai hasil karya pencipta yang menunjukkan ciptaan itu bentuknya konkret dan tidak abstrak. Artinya hasil karya cipta harus dapat ditunjukkan dengan nyata kepada orang lain. Hasil karya cipta sebagai bukti wujud dari ciptaan si pencipta. Ciptaan harus bersifat asli, bukan merupakan tiruan dari ciptaan orang lain. Pencipta harus dapat membuktikan hasil karya ciptanya berasal dari ciptaannya sendiri terutama apabila terjadi sengketa.23

Mengenai ciptaan yang dilindungi, berdasarkan Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang salah satunya yaitu buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya termasuk didalamnya cerita pendek.

c. Pemegang Hak Cipta

Pada Pasal 1 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang menerima

22

Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 459.

23


(31)

lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah. Jika pemegang hak cipta bukan pencipta, hal itu terjadi karena adanya proses pengalihan hak cipta dari pencipta kepada pihak tertentu yang biasanya disertai dengan pemberian kompensasi (imbalan atau royalti) dari penerima hak cipta kepada pencipta.24

4. Pelanggaran Terhadap Hak Cipta

Pelanggaran hak cipta adalah perbuatan atau penggunaan karya cipta yang dapat merugikan atau mengganggu hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta seperti, memproduksi, mendistribusikan, mengumumkan, menampilkan atau memamerkan ciptaan tanpa izin dari pemegang hak cipta. Bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta antara lain berupa pengambilan, pengutipan, perekaman, pertanyaan dan pengumuman sebagian atau seluruh ciptaan orang lain dengan cara apa pun tanpa izin pencipta/pemegang hak cipta, bertentangan dengan undang-undang atau melanggar perjanjian.

Tindakan pelanggaran hak cipta dalam KUHPerdata termasuk kedalam perbuatan melawan hukum dan dapat digugat berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata. Adapun isi pasal tersebut yaitu sebagai berikut setiap perbuatan melawan hukum, oleh karenanya menimbulkan kerugian pada pihak lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menyebabkan kerugian itu menggantinya. Berdasarkan bunyi pasal tersebut, maka suatu perbuatan melawan hukum harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

24

Bernard Nainggolan, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta Lagu Atau Musik Melalui Fungsi


(32)

a) Perbuatan itu harus melawan hukum (onrechtmatige), perbuatan yang dilakukan oleh pelaku pelanggaran merupakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang berlaku. Dalam hal ini pelaku melakukan tindakan pelanggaran yang bertentangan dengan hukum hak cipta.

b) Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian, kerugian yang ditimbulkan dapat berupa kerugian materil maupun kerugian inmateril. Dalam tindakan pelanggaran hak cipta, kerugian yang ditimbulkan merupakan kerugian di bidang hak ekonomi maupun hak moral.

c) Perbuatan ini harus dilakukan dengan kesalahan, pengertian kesalahan dalam pasal 1365 KUHPerdata ini mengandung semua lingkup dari kesalahan baik yang merupakan kesalahan sengaja maupun kesalahan yang tidak disengaja (lalai).

d) Antara perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan harus ada hubungan klausal, berdasarkan rumusan pengertian pada pasal 1365 KUHPerdata maka perbuatan klausal merupakan perbuatan yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian, kerugian tersebut harus timbul sebagai akibat dari perbuatan pelaku pelanggaran, jika tidak ada perbuatan maka tidak ada kerugian.

Plagiarisme dikatakan sebagai pelanggaran terhadap hak cipta karena merupakan perbuatan pengambilan hak milik orang lain untuk dirinya sendiri sehingga dapat merugikan pencipta atau pemegang hak cipta. Perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yaitu:

a. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;


(33)

b. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama pemerintah, kecuali dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, pernyataan pada Ciptaan tersebut, atau ketika terhadap Ciptaan tersebut dilakukan Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan;

c. pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lainnya dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap; atau

d. pembuatan dan penyebarluasan konten Hak Cipta melalui media teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial dan/atau menguntungkan Pencipta atau pihak terkait, atau Pencipta tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan penyebarluasan tersebut.

e. Penggandaan, Pengumuman, dan/atau Pendistribusian Potret Presiden, Wakil Presiden, mantan Presiden, mantan Wakil Presiden, Pahlawan Nasional, pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, dan/atau kepala daerah dengan memperhatikan martabat dan kewajaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Pengaturan Hukum Hak Cipta

Perkembangan hukum hak cipta telah melalui beberapa proses yang panjang, berkembang mengikuti perkembangan zaman yang semakin kompleks. Peraturan mengenai hak cipta di Indonesia sendiri berawal dari masa pemerintahan Hindia-Belanda yaitu sejak Auteurswet 1912 diundangkan. Auteurswet merupakan suatu ketentuan atau undang-undang yang mengatur mengenai masalah hak cipta dan


(34)

bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi pencipta atas karya-karya yang diciptakannya.25 Pada masa itu Kerajaan Belanda mengikatkan diri pada Konvensi Berne 1886 dengan beberapa Reservation.

Auteurswet terus berlaku hingga Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan, Undang-Undang Dasar 1945 dan Peraturan Presiden Nomor 2 Tanggal 10 Oktober 1945. Selain itu Indonesia juga telah meratifikasi persetujuan TRIPs yang mengacu pada Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan tentang pembentukan organisasi perdagangan dunia) yang selanjutnya disebut dengan WTO (Agreement of Trade Related Aspecs of Intellectual Property Rights (Persetujuan tentang perdagangan yang terkait dengan aspek-aspek Hak Kekayaan Intelektual)26, sampai dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta.

Lima tahun kemudian undang-undang tersebut diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987. Pada tahun 1997 dilakukan pembaharuan kembali terhadap undang-undang hak cipta sebelumnya, yaitu berubah menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Hak Cipta. Upaya pembaharuan terhadap undang-undang hak cipta terus dilakukan, pada tahun 2002 undang-undang hak cipta diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002. Hingga pembaharuan terakhir yang berlaku sekarang yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

25

Naning Ramdlon, Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912

dan Undang-Undang Hak Cipta 1997 (Yogyakarta: Liberty, 1997), hlm.20.

26

Sejarah Hak Cipta di Indonesia <http://www.yrci.or.id/sejarah-hak-cipta-di-indonesia/>, diakses pada tanggal 14 September 2015 pukul 19:05 WIB.


(35)

D. Plagiarisme

Pengertian plagiarisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah penjiplakan yang melanggar hak cipta. Sedangkan plagiat adalah pengambilan karangan orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan sendiri.27 Plagiarisme merupakan suatu pelanggaran dalam hukum hak cipta karen plagiarisme merupakan tindakan pencurian atau penjiplakan yang dilakukan terhadap suatu ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta oleh karena itu pelaku plagiarisme (plagiator) dapat dikenakan sanksi hukum berdasarkan peraturan hukum yang mengaturnya.

Plagiarisme pada prinsipnya yaitu mengakui hasil karya orang lain sebagai karya miliknya sendiri tanpa mencantumkan sumbernya. Menurut Marshall & Rowland dalam jurnal milik Tarkus Suganda menyatakan bahwa berdasarkan niatnya, ada dua jenis plagiarisme, yaitu plagiarisme yang dilakukan dengan sengaja (deliberate) dan plagiarisme yang dilakukan secara tanpa disengaja (accidental).

Deliberate plagiarism adalah kegiatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang untuk membajak karya ilmiah orang lain, contohnya adalah membajak isi buku orang lain, menerjemahkan karya orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu (apalagi jika mengklaimnya sebagai karyanya sendiri), dll. Sedangkan accidental plagiarism terjadi lebih disebabkan karena ketidaktahuan si penulis tentang kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah dan tentang tata cara atau etika menulis artikel ilmiah atau mungkin karena si penulis artikel tidak memiliki akses ke kepustakaan yang diperlukannya tersebut.28

27

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 459.

28

Tarkus Suganda, Perihal Plagiarisme Dalam Artikel Ilmiah (Bandung: Universitas Padjadjaran, Jurnal Agrikultura Vol. 17 No.3, 2006), hlm.162.


(36)

Menurut Peter Salim dalam jurnal milik Sentosa Sembiring, plagiarisme berarti penjiplakan. Sedangkan plagiarize, mengambil tulisan, pendapat orang lain dan digunakan sebagai kepunyaan sendiri, menjiplak, plagiat. Plagiarist, orang yang menjiplak tulisan, pendapat orang lain. Plagiary, penjiplakan.29

E. Cerita Pendek

Karya tulis merupakan salah satu objek hak cipta yang dilindungi oleh Undang-Undang Hak Cipta, hal ini tertera pada pasal 40 ayat (1) undang-undang tersebut. Karya tulis dapat dibedakan menjadi dua yaitu karya tulis fiksi dan karya tulis non fiksi. Karya tulis fiksi dapat berupa cerita pendek, cerita bersambung, novel, novelet, roman dan puisi. Karya fiksi bersifat fiktif yang dipengaruhi oleh imajinasi dan perasaan pengarang, tetapi masih berpijak pada kebenaran rasional. Biasanya karya fiksi disebut juga dangan karya sastra yang dapat diterbitkan dalam majalah, tabloid, koran maupun berbentuk buku. Sedangkan karya nonfiksi dilandasi dengan fakta, pengalaman objektif (kisah nyata), penelitian, pemikiran, atau analisis dari suatu masalah. Karya non fiksi biasanya diterbitkan dalam bentuk jurnal ilmiah, majalah, surat kabar dan buku.30

Salah satu bentuk dari karya tulis fiksi yaitu cerita pendek atau sering juga disebut dengan cerpen adalah cerita singkat yang dibuat pengarang tentang sesuatu hal

29

Sentosa Sembiring, Penghormatan Terhadap Karya Tulis Seseorang Sebagai Langkah

Awal Untuk Mencegah Terjadinya Plagiarisme Dalam Melahirkan Suatu Karya Tulis (Bandung:

Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan. Law Review Vol. VIII, No. 3, 2009), hlm.477. (Peter Salim, The Contemporary English-Indonesia Dictionary (Jakarta: Modern English Press, 1991), hlm.1423).

30

Yoga, Perbedaan Antara Fiksi dan Nonfiksi, (http://gumelarp.blogspot.com, 2013), diakses pada 7 Oktober 2015, pukul 19:17 WIB.


(37)

yang pernah dialaminya atau hanya khayalan si pengarang saja.31 Cerpen adalah suatu cerita yang pendek dan hanya melukiskan sebagian dari kejadian dalam kehidupan yang luas. Pengertian cerpen adalah bentuk prosa yang pendek yang paling sederhana merupakan kerja fiksi, dengan efek satu-satunya kesan impression jadi mengungkap satu sari kehidupan saja, Bukan berarti terdiri dari satu halaman saja, tetapi bisa sampai beberapa halaman.32 Dari pengertian diatas maka apat ditarik kesimpulan dari pengertian cerita pendek yaitu suatu cerita yang merupakan kebulatan ide yang dibuat oleh pengarang tentang suatu hal yang dialaminya atau hanya bersifat khayalan yang memberikan kesan tunggal pada jiwa pembaca.

Setiap karya sastra selalu didukung oleh unsur-unsur tertentu, unsur-unsur pendukung itu antara lain: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah aspek-aspek yang membangun sastra itu dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik adalah aspek-aspek yang mempengaruhi cipta sastra yang bersumber dari luar cipta sastra itu sendiri.33 Unsur intrinsik terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, setting, gaya bercerita, sudut pandang, amanat, dan lain-lain. Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur yang membentuk atau yang terdapat di luar cerpen itu sendiri (unsur yang berada di luar karya sastra). Unsur-unsur ekstrinsik dari cerpen tidak bisa terlepas dari keadaan masyarakat saat dimana cerpen itu dibuat oleh si penulis. Unsur ini sangat memiliki banyak pengaruh pada penyajian amanat maupun latar belakang dari cerpen itu sendiri.

31

Muh Darisman, dkk, Ayo Belajar Berbahasa Indonesia (Bogor: Yuddhistira, 1998), hlm.59.

32

Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra (Bandung: Angkasa, 1984), hlm.170.

33


(38)

Menurut Tarigan, terdapat beberapa ciri khas cerpen yaitu diantaranya sebagai berikut: 34

1. Ciri utama cerpen adalah singkat, padat dan intensif.

2. Bahasa dalam cerpen harus tajam, sugesti, dan menarik perhatian. 3. Unsur-unsur cerpen adalah: adegan, tokoh dan gerak.

4. Cerpen harus mempunyai seorang tokoh utama.

5. Dalam cerpen sebuah kejadian atau peristiwa harus dapat menjadikan pusat perhatian yang menarik sehingga dapat memancing perhatian para pembacanya dan kemudian kejadian atau peristiwa harus dapat menguasai jalan ceritanya.

6. Cerpen hanya tergantung pada satu situasi.

7. Cerpen harus menimbulkan perasaan beda pembaca yaitu berawal dari jalan cerita yang menarik.

8. Cerpen harus mempunyai satu efek atau kesan atau kesan yang menarik. 9. Cerpen harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca.

10. Cerpen harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsep kehidupan baik langsung maupun tak langsung.

11. Cerpen menyajikan satu emosi.

12. Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah yang pertama-tama menarik perasaan dan baru menarik pikiran

13. Dalam cerpen ceritanya hanya terdiri dari inti suatu kejadian yang merupakan cerpen.

14. Panjang cerita kurang lebih 10.000 kata.

34


(39)

F. Kerangka Pikir

Keterangan:

Hak Cipta merupakan salah satu cabang dari Hak Kekayaan Intelektual yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Cerita pendek termasuk dalam perlindungan hukum hak cipta karya tulis yang diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Plagiarisme merupakan tindakan pencurian, pengambilan atau penjiplakan karya cipta orang lain tanpa seizin pencipta/pemegang hak ciptanya. Dengan adanya perlindungan hak cipta berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta maka pencipta/pemegang hak cipta dapat menuntut pelaku plagiarisme berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Berdasarkan penjelasan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Hak Cipta

Plagiarisme Cerita Pendek

Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap

Plagiarisme Cerita pendek Bentuk Pelanggaran

Plagiarisme Cerita Pendek

Upaya Pencegahan Terjadinya Plagiarisme Cerita


(40)

tersebut maka penulis akan melakukan penelitian berkenaan dengan bentuk plagiarisme cerita pendek, perlindungan hukum hak cipta berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta terhadap pelanggaran plagiarisme cerita pendek, serta bagaimana upaya untuk mencegah terjadinya tindakan plagiarisme cerita pendek di koran.


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini, yaitu pendekatan normatif. Pendekatan normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan mempelajari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak cipta. Pendekatan normatif terhadap peraturan perundang-undangan (statute approach). Substansi hukum dalam penelitian ini yaitu mengenai tindakan plagiarisme cerita pendek yang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif karena penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji hukum tertulis, dalam hal ini mengenai pelanggaran plagiarisme dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sebagai dasar peraturan. Penelitian hukum normatif ini dikonsepkan sebagai hukum yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.35

35

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.118.


(42)

C. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat.36 Penelitian ini akan menggambarkan bagaimana bentuk-bentuk plagiarisme, ketentuan hukum yang mengatur mengenai plagiarisme berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta serta upaya untuk mencegah maraknya perilaku plagiarisme cerita pendek.

D. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan cara membaca, mengutip dan menelaah peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen-dokumen, kamus, dan literatur lainnya yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas.37 Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

1. Bahan hukum primer yaitu data normatif yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, dalam penelitian ini peraturan yang digunakan yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

2. Bahan hukum sekunder, meliputi bahan-bahan yang berkaitan dengan bahan hukum primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta memahami bahan hukum primer, diantaranya yaitu berupa literatur serta norma-norma

36Ibid.,

hlm.53. 37

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 1990), hlm.57.


(43)

hukum yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas didalam penelitian ini.38

3. Bahan hukum tersier, meliputi bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan pencarian sumber-sumber data melalui internet (Browsing).

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara studi kepustakaan (liberary research), serta menganalisis pelanggaran plagiarisme yang berkenaan dengan cerita pendek. Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan membaca, mencatat, dan mengutip dari berbagai literatur, peraturan perundang-undangan, buku-buku, media cetak, dan lain-lain yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

F. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Data (editing)

Pemeriksaan data yaitu data yang diperoleh selanjutnya diperiksa apakah masih terdapat kekurangan serta apakah data tersebut sesuai dengan permasalahan.

38

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm.3.


(44)

b. Penandaan Data (coding)

Penandaan Data yaitu memberi catatan atau data yang menyatakan jenis sumber data (buku, literatur, dan perundang-undangan).

c. Rekonstruksi Data (reconstructing)

Rekonstruksi data yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis, sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan.

d. Sistematisi Data (sistematizing)

Sistematisi data yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada setiap pokok bahasan secara sistemasi sehingga memudahkan pembahasan.

G. Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari tahapan pengolahan data kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu melakukan penafsiran terhadap data hasil penelitian yang hasilnya diuraikan dan digambarkan dalam bentuk kalimat yang tersususn secara sistematis, logis dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan penarikan suatu kesimpulan.


(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah penulis jelaskan diatas, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk pelanggaran plagiarisme yang dilakukan penulis dalam membuat cerita pendek berdasarkan indikator yang mengacu pada bentuk-bentuk plagiarisme Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi serta bentuk-bentuk plagiarisme yang dikemukakan Julissar, yaitu antara lain menggunakan ide atau gagasan orang lain dalam suatu karya tulis tanpa mengemukakan identitas sumbernya, menggunakan atau mengutip kata-kata atau kalimat orang lain dalam suatu karya tulis tanpa memberi tanda kutip dan/atau mengemukakan identitas umbernya serta menyerahkan/ mempublikasikan cerpen yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai cerpennya tanpa mencantumkan sumbernya.

2. Perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta terhadap tindakan plagiarisme dalam cerita pendek, tersebut diatur dalam Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Ketika suatu karya tulis telah menjadi ciptaan dengan label hak cipta, maka secara yuridis penulis tidak


(46)

hanya berhak mendapatkan perlindungan hak cipta, tetapi juga mendapatkan pengakuan, penghormatan, dan penghargaan masyarakat. Terkait dengan kasus plagiarisme cerpen yang dilakukan oleh Dadang Ari Murtono yang tidak mencantumkan nama atau sumber dari cerpen milik Akutagawa Ryunosuke tersebut, dalam hal ini Dadang telah melanggar hak ekonomi dan hak moral berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

3. upaya untuk mencegah terjadinya tindakan plagiarisme cerpen salah satunya yaitu kejujuran dari diri penulis. Pihak penerbit yang menerbitkan cerpen tersebut juga turut bertanggung jawab dalam mengawasi pelaksanaan kode etik penulisan cerpen yang dilakukan oleh penulis. Walaupun sudah ada hukum yang mengatur mengenai hak cipta tetapi hukum bagi tindakan plagiarisme belum sepenuhnya efektif, pemerintah selaku aparat hukum juga bertanggung jawab dalam upaya pencegahan tindakan plagiarisme yang dilakukan penulis.

B. Saran

Saran yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebaiknya perlu diadakan pengenalan mengenai antiplagiarisme sejak dini, disamping itu anti-plagiarisme harus lebih disosialisasikan ke seluruh kalangan masyarakat, karena Undang-Undang Hak Cipta belum mengatur secara lebih spesifik mengenai kalusul-klausul pelanggaran plagiarisme beserta sanksinya. Bagi penulis sebaiknya lebih teliti dalam mengutip kata-kata maupun kalimat-kalimat milik orang lain dengan mencantumkan sumbernya secara jelas sehingga tidak dikatakan sebagai tindakan plagiat. Para redaktur media cetak seharusnya juga turut mengawasi


(47)

cerpen-cerpen yang dikirim oleh penulis ke media cetak tersebut agar tidak ada cerpen-cerpen hasil plagiat yang dapat di publikasikan kepada masyarakat.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Amiruddin dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Asian Law Group Pty Ltd. 2011. Hak Kekayaan Intelektual Sebuah Pengantar. Bandung: PT Alumni.

Badrun, Ahmad.1983. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.

Bintang, Sanusi. 1998. Hukum Hak Cipta. Bandung: Citra Aditya Bakti. Damian, Eddy. 2005. Hukum Hak Cipta. Bandung: Alumni.

Darisman, Muh, dkk. 1998 Ayo Belajar Berbahasa Indonesia. Bogor: Yuddhistira.

Djumhana, Muhammad dan R. Djubaedillah. 2003. Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Lutviansori, Arif. 2010. Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

___________. 2007. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Nainggolan, Bernard. 2011. Pemberdayaan Hukum Hak Cipta Lagu Atau Musik Melalui Fungsi Lembaga Kolektif. Bandung: PT.Alumni.

Ramdlon, Naning. 1997. Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912 dan Undang-Undang Hak Cipta 1997. Yogyakarta: Liberty.

Salim, Peter. 1991. The Contemporary English-Indonesia Dictionary. Jakarta: Modern English Press.


(49)

Sasongko, Wahyu. 2007. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Soekanto, Soerjono. 1982. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia.

Soekanto, Soerjono dan Mustafa Abdulah. 1987. Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Jakarta: CV Rajawali.

Soelistyo, Henry. 2011. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soelistyo, Henry. 2011. Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Sumardjo, Jakob. 1984. Seluk Beluk Cerita Pendek. Bandung: Angkasa. Sutedi, Andrian. 2009. Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika. Supramono, Gatot. 2010. Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya. Jakarta :

Rineka Cipta.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.

B. Kamus

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

C. Jurnal

Mulyana. 2010. Pencegahan Tindak Plagiarisme Dalam Penulisan Skripsi: Upaya Untuk Memperkuat Pembentukan Karakter di Dunia Akademik. Cakrawala Pendidikan. Edisi Khusus Dies Natalis UNY

Sembiring, Sentosa. 2009. Penghormatan Terhadap Karya Tulis Seseorang Sebagai Langkah Awal Untuk Mencegah Terjadinya Plagiarisme Dalam Melahirkan Suatu Karya Tulis. Bandung: Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan. Law Review Vol. VIII No. 3.

Suganda, Tarkus. 2006. Perihal Plagiarisme Dalam Artikel Ilmiah. Bandung: Universitas Padjadjaran. Jurnal: Agrikultura Vol. 17 No.3.


(50)

Wibowo, Adik. 2012. Mencegah dan Menanggulangi Plagiarisme di Dunia Pendidikan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.6 No.5.

D. Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Peraturan Menteri Pendidikan Naional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi

E. Lainnya

http://bambydanceritanya.blogspot.com

http://gumelarp.blogspot.com http://id.m.wikipedia.org

http//jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html

http://julissarwritting.blogspot.com/2007/08/mengenali-permasalahan-plagiarisme.html

www.kompasiana.com http://pustakhi.uii.ac.id


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah penulis jelaskan diatas, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk pelanggaran plagiarisme yang dilakukan penulis dalam membuat cerita pendek berdasarkan indikator yang mengacu pada bentuk-bentuk plagiarisme Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi serta bentuk-bentuk plagiarisme yang dikemukakan Julissar, yaitu antara lain menggunakan ide atau gagasan orang lain dalam suatu karya tulis tanpa mengemukakan identitas sumbernya, menggunakan atau mengutip kata-kata atau kalimat orang lain dalam suatu karya tulis tanpa memberi tanda kutip dan/atau mengemukakan identitas umbernya serta menyerahkan/ mempublikasikan cerpen yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai cerpennya tanpa mencantumkan sumbernya.

2. Perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta terhadap tindakan plagiarisme dalam cerita pendek, tersebut diatur dalam Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Ketika suatu karya tulis telah menjadi ciptaan dengan label hak cipta, maka secara yuridis penulis tidak


(2)

hanya berhak mendapatkan perlindungan hak cipta, tetapi juga mendapatkan pengakuan, penghormatan, dan penghargaan masyarakat. Terkait dengan kasus plagiarisme cerpen yang dilakukan oleh Dadang Ari Murtono yang tidak mencantumkan nama atau sumber dari cerpen milik Akutagawa Ryunosuke tersebut, dalam hal ini Dadang telah melanggar hak ekonomi dan hak moral berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

3. upaya untuk mencegah terjadinya tindakan plagiarisme cerpen salah satunya yaitu kejujuran dari diri penulis. Pihak penerbit yang menerbitkan cerpen tersebut juga turut bertanggung jawab dalam mengawasi pelaksanaan kode etik penulisan cerpen yang dilakukan oleh penulis. Walaupun sudah ada hukum yang mengatur mengenai hak cipta tetapi hukum bagi tindakan plagiarisme belum sepenuhnya efektif, pemerintah selaku aparat hukum juga bertanggung jawab dalam upaya pencegahan tindakan plagiarisme yang dilakukan penulis.

B. Saran

Saran yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebaiknya perlu diadakan pengenalan mengenai antiplagiarisme sejak dini, disamping itu anti-plagiarisme harus lebih disosialisasikan ke seluruh kalangan masyarakat, karena Undang-Undang Hak Cipta belum mengatur secara lebih spesifik mengenai kalusul-klausul pelanggaran plagiarisme beserta sanksinya. Bagi penulis sebaiknya lebih teliti dalam mengutip kata-kata maupun kalimat-kalimat milik orang lain dengan mencantumkan sumbernya secara jelas sehingga tidak dikatakan sebagai tindakan plagiat. Para redaktur media cetak seharusnya juga turut mengawasi


(3)

cerpen-62

cerpen yang dikirim oleh penulis ke media cetak tersebut agar tidak ada cerpen hasil plagiat yang dapat di publikasikan kepada masyarakat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Amiruddin dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Asian Law Group Pty Ltd. 2011. Hak Kekayaan Intelektual Sebuah Pengantar. Bandung: PT Alumni.

Badrun, Ahmad.1983. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud.

Bintang, Sanusi. 1998. Hukum Hak Cipta. Bandung: Citra Aditya Bakti. Damian, Eddy. 2005. Hukum Hak Cipta. Bandung: Alumni.

Darisman, Muh, dkk. 1998 Ayo Belajar Berbahasa Indonesia. Bogor: Yuddhistira.

Djumhana, Muhammad dan R. Djubaedillah. 2003. Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Lutviansori, Arif. 2010. Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

___________. 2007. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Nainggolan, Bernard. 2011. Pemberdayaan Hukum Hak Cipta Lagu Atau Musik Melalui Fungsi Lembaga Kolektif. Bandung: PT.Alumni.

Ramdlon, Naning. 1997. Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912 dan Undang-Undang Hak Cipta 1997. Yogyakarta: Liberty.

Salim, Peter. 1991. The Contemporary English-Indonesia Dictionary. Jakarta: Modern English Press.


(5)

64

Sasongko, Wahyu. 2007. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Soekanto, Soerjono. 1982. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia.

Soekanto, Soerjono dan Mustafa Abdulah. 1987. Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Jakarta: CV Rajawali.

Soelistyo, Henry. 2011. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soelistyo, Henry. 2011. Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Sumardjo, Jakob. 1984. Seluk Beluk Cerita Pendek. Bandung: Angkasa. Sutedi, Andrian. 2009. Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika. Supramono, Gatot. 2010. Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya. Jakarta :

Rineka Cipta.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.

B. Kamus

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

C. Jurnal

Mulyana. 2010. Pencegahan Tindak Plagiarisme Dalam Penulisan Skripsi: Upaya Untuk Memperkuat Pembentukan Karakter di Dunia Akademik. Cakrawala Pendidikan. Edisi Khusus Dies Natalis UNY

Sembiring, Sentosa. 2009. Penghormatan Terhadap Karya Tulis Seseorang Sebagai Langkah Awal Untuk Mencegah Terjadinya Plagiarisme Dalam Melahirkan Suatu Karya Tulis. Bandung: Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan. Law Review Vol. VIII No. 3.

Suganda, Tarkus. 2006. Perihal Plagiarisme Dalam Artikel Ilmiah. Bandung: Universitas Padjadjaran. Jurnal: Agrikultura Vol. 17 No.3.


(6)

Wibowo, Adik. 2012. Mencegah dan Menanggulangi Plagiarisme di Dunia Pendidikan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.6 No.5.

D. Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

Peraturan Menteri Pendidikan Naional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi

E. Lainnya

http://bambydanceritanya.blogspot.com

http://gumelarp.blogspot.com

http://id.m.wikipedia.org

http//jurnal.unikom.ac.id/vol3/perlindungan.html

http://julissarwritting.blogspot.com/2007/08/mengenali-permasalahan-plagiarisme.html

www.kompasiana.com http://pustakhi.uii.ac.id