Kinerja Guru Penjasorkes Berdasarkan Latar Belakang Kualifikasi Akademik pada Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo
Kinerja Guru Penjasorkes Berdasarkan Latar Belakang
Kualifikasi Akademik pada Sekolah Dasar Negeri
Di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2010
Oleh : Giyoto1
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kinerja
guru Penjasorkes dengan perbedaan kualifikasi akademik pada Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan bentuk pendekatan korelasional. Sumber
data diperoleh guru Penjasorkes di SD Negeri Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo tahun 2010. Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
kinerja guru Penjasorkes berdasar kualifikasi akademik yang meliputi: kualitas
personal dan profesional, persiapan mengajar, perumusan tujuan pengajaran,
penampilan guru dalam mengajar, penampilan siswa dalam belajar dan evaluasi.
Teknik pengumpulan data dengan angket tertutup (quisioner). Teknik analisis data
dengan teknik Chi Kuadrat pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil analisis
penelitian diperoleh simpulan: ada hubungan yang signifikan antara kinerja guru
Penjasorkes dengan perbedaan kualifikasi akademik pada SD Negeri di Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun 2010. Dari nilai Chi Kuadrat 6.091 dan tabel
Chi 5% sebesar 5.591, dengan nilai korelasi 0.132.
Kata Kunci : Kinerja Guru Penjasorkes, Kualifikasi Akademik
PENDAHULUAN
Pendidikan Jasmani Olahraga
Agus
Mahendra
menyatakan,
(2004:
“Pendidikan
9)
jasmani
dan Kesehatan merupakan pendidikan
merupakan suatu bagian yang tidak
yang tidak dapat dipisahkan dari
terpisahkan dari pendidikan umum.
pendidikan secara keseluruhan. Proses
Melalui program pendidikan jasmani
pelaksanaan pendidikan di sekolah
dapat diupayakan peranan pendidikan
tidak akan sempurna, apabila di
untuk mengembangkan kepribadian
dalamnya tidak diajarkan Pendidikan
individu. Tanpa pendidikan jasmani,
Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
proses pendidikan di sekolah akan
_______________________________________
1
Giyoto adalah dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga , Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta
499
pincang”. Sedangkan Toho Cholik M.
secara
& Rusli Lutan (2001: 2) menyatakan,
mencapai tujuan pendidikan nasional.
“Pendidikan
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
jasmani
dapat
sistematis
didefinisikan sebagai suatu proses
Kesehatan
pendidikan
yang di
yang ditujukan
untuk
dalam
merupakan
dalamnya
rangka
pendidikan
dikembangkan
mencapai tujuan pendidikan melalui
aspek-aspek di antaranya kebugaran
gerakan fisik. Pendidikan sebagai
jasmani,
salah satu sub system pendidikan yang
keterampilan
berperan
keterampilan
yang
mengembangkan
penting
kualitas
dalam
manusia
Indonesia”.
stabilitas
keterampilan
gerak,
berfikir
kritis,
sosial,
emosional
penalaran,
dan
lain
sebagainya. Agar tujuan pendidikan
Pendidikan Jasmani Olahraga
jasmani
tercapai,
dan Kesehatan merupakan pendidikan
pembelajaran
yang
Olahraga
di
dalamnya
bertujuan
maka
dalam
Pendidikan
dan
Jasmani
Kesehatan
harus
mengembangkan semua aspek yang
dilakukan dengan baik dan benar.
ada pada diri siswa. Seperti dijelaskan
Oleh karena itu, dalam pembelajaran
dalam Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan jasmani harus disesuaikan
Pendidikan
dengan karakteristik perkembangan
(KTSP)
Penjasorkes
(2008: 1) bahwa: Pendidikan Jasmani
dan pertumbuhan peserta didik.
Pembelajaran
Olahraga dan Kesehatan merupakan
pendidikan
bagian integral dari pendidikan secara
jasmani dengan baik dan tepat sesuai
keseluruhan
perkembangan
bertujuan
keterampilan
keterampilan
pertumbuhan
peserta didik sangat penting. Namun
keterampilan
gerak,
hal ini terkadang diabaikan oleh para
berfikir
kritis,
guru
aspek
sosial,
penalaran,
Penjasorkes.
hanya
aspek
sekolah,
hidup
sehat
dan
Masih
banyak
anggapan bahwa, pendidikan jasmani
stabilitas emosional, tindakan moral,
pola
dan
kebugaran
mengembangkan
jasmani,
untuk
pelengkap
pendidikan
di
sehingga
pengenalan lingkungan bersih melalui
kebutuhanpembelajaran
aktivitas
jasmani sering diabaikan oleh sekolah
jasmani,
olahraga
dan
kesehatan terpilih yang direncanakan
baik
sarana
pendidikan
maupun
tenaga
500
pendidiknya. Kurangnya sarana dan
S1.
prasarana
meningkatkan
pembelajaranpendidikan
Hal
ini
dimaksudkan
untuk
kualitas
guru
jasmani merupakan salah satu wujud
pendidikan
pendidikan
jasmani
kurang
terhadap
diperhatikan
oleh
sekolah,
jasmani selalu berkembang, sehingga
dibandingkan dengan mata pelajaran
dibutuhkan tenaga-tenaga pendidik
lainnya. Masih ada guru pendidikan
yang profesional.
jasmani
tidak
kualifikasi
sesuai
Bahkan
Pengkajian
pembelajaran
Adanya
dengan
pendidikannya.
jasmani.
pendidikan
program
sertifikasi
dari pemerintah merupakan pemicu
ada juga guru mata pelajaran lain
untuk
merangkap
mengembangkan ilmu pengetahuan
mengajar
pendidikan
selalu
meningkatkan
jasmani, sehingga berdampak dalam
dalam
pembelajaran
jasmani. Farida Sarimaya (2009: 9)
pendidikan
jasmani
pembelajaran
dan
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
menyatakan,
pendidikan jasmani.
merupakan
pendidikan
“Program
sertifikasi
konsekuensi
dari
Guru memegang peran penting
disahkannya produk hukun tentang
untuk menghantarkan perkembangan
pendidikan yaitu, UU RI No. 20/2003
dan
melalui
tentang Sisdiknas, UU RI No. 14/2005
pendidikan jasmani. Latar belakang
tentang Guru dan Dosen dan PP RI
pendidikan yang tidak sesuai akan
No. 19/2005 tentang Standar Nasional
berdampak
Pendidikan”.
pertumbuhan
kurang
siswa
tepat
dalam
Berdasarkan
hukum
jasmani,
tersebut menunjukkan bahwa, guru
sehingga tujuan pendidikan jasmani
adalah pendidik yang profesional.
tidak dapat tercapai. Paling tidak
Sebagai pendidik yang profesional
kualifikasi akademik guru pendidikan
maka
jasmani
kesehatan
persyaratan baik kualifikasi akademik
Sekolah Dasar (SD) minimal D2 dari
maupun kompetensi. Lebih lanjut
Jurusan Pendidikan Jasmani. Seiring
Farida
perkembangan dan tuntutan dalam
menyatakan,
dunia
D2
mengikuti
uji
Pendidikan Jasmani harus menempuh
memenuhi
persyaratan
pembelajaran
pendidikan
olahraga
pendidikan
dan
ijasah
harus
memenuhi
Sarimaya
sejumlah
(2009:
10)
yang
akan
“Guru
sertifikasi
harus
kualifikasi
501
akdemis minimal sarjana atau diploma
dan tenaga kependidikan menjadi
IV (S1/D4) yang relevan”. Adanya
kunci utamanya”.
tentang
Kualifikasi seorang pendidik
kualifikasi akademik pendidik atau
merupakan salah satu kunci untuk
guru minimal S1 untuk meningkatkan
meningkatkan
profesionalisme
Namun pada kenyataannya masih
peraturan
melalui
pemerintah
seorang
program
semuanya
pendidik
sertifkasi
dilakasanakan.
disebabkan
oleh
tidak
Hal
banyak
ini
faktor,
banyak
mutu
para
pembelajaran.
guru
mengembangkan
pendidikannya.
tidak
kualifikasi
Masih
guru
dari
D2
misalnya usia yang sudah tua, tidak
pendidikan
ada biaya, merasa tidak mampu, tidak
pendidikan jasmani. Kualifikasi guru
ada kemauan dan lain sebagainya.
pendidikan jasmani dari D2 tentunya
Sehingga
guru
materi yang diterimanya pada saat
kualifiaksi
kuliah tidak seperti S1 pendidikan
pendidikannya dari D2 pendidikan
jasmani, sehingga masih ada beberapa
jasmani. Latar belakang kualifikasi
disiplin
akademik seorang pendidik tentu akan
harus
berdampak pada proses pembelajaran
pendidikan seorang pendidik tentunya
pendidikan jasmani. Tuntutan dalam
akan berdampak pada kinerjanya pada
pembelajaran
jasmani
saat melaksanakan tugasnya. Bisa saja
terhadap guru sekarang ini harus
seorang guru Penjasorkes dengan
memiliki kreativitas dan inisiatif yang
kualifikasi akademik D2 memiliki
tinggi
kinerja yang baik, karena selalu
masih
pendidikan
banyak
jasmani
pendidikan
dalam
membelajarakan
pendidikan
jasmani.
Budimansyah
dkk.,
menyatakan,
Dasim
jasmani
ada
ilmu
pendidikan
dipelajari.
mengikuti
jasmani
Kualifikasi
perkembangan
dan
68)
kemajuan dalam bidang pendidikan.
“Peningkatan
mutu
Tetapi bisa juga kurang baik karena
pembelajaran
merupakan
kunci
secara disiplin ilmu masih kurang.
keberhasilan
peningkatan
mutu
Bagi guru Penjasorkes kualifikasi
meningkatkan
akademik S1 secara disiplin ilmunya
pendidikan.
Untuk
(2009:
mutu pembelajaran, mutu pendidikan
telah
sesuai
dengan
tuntutan
membelajarkan pendidikan jasmani,
502
namun bisa juga kinerjanya kurang
merupakan bentuk kinerjanya yang
baik. Hal ini bisa disebabkan karena
akan
profesi guru sebetulnya bukan pilihan
berwenang (Kepala Sekolah). Adapun
dari hati nuraninya atau disebabkan
yang
faktor lain. Apakah benar kualifikasi
menuru
akademik guru Pendidikan Jasmani
Indonesia
Kesehatan
“Kinerja adalah sesuatu yang dicapai,
dan
Olahraga
S1
dinilai
kinerja
Kamus
Besar
Bahasa
570)
bahwa,
(2001:
sebaliknya.
kemampuan
orang
yang
dengan
prestasi
umum
pejabat
dimaksud
kinerjanya lebih baik dari D2 ataukah
Secara
oleh
yang
diperhatikan,
kerja”.
beranggapan latar belakang kualifikasi
pengertian
akademik S1
disimpulkan
lebih baik dari D2, namun hal ini
merupakan sesuatu yang dicapai oleh
bukan merupakan jaminan S1 lebih
seseorang (guru) dari tugas dan
baik kinerjanya daripada D2. Jika
tanggungjawab
guru
dengan
Kinerja yang dilakukan oleh seorang
selalu
guru merupakan sebuah performance
ilmu
dari seseorang dalam melaksanakan
yang
tugasnya untuk memperoleh hasil
pendidikan
kualifikasi
jasmani
akademik
D2
mengembangkan
pengetahuannya
bukan
hal
kinerja
Berdasarkan
tersebut
bahwa,
yang
kinerja
diberikan.
mustahil kinerjanya lebih baik dari S1.
kerja
Tetapi ditinjau dari materi akademis,
Prawirosentono (1999) yang dikutip
tentunya S1 lebih lengkap, sehingga
Suradji
dalam
“Performance adalah hasil kerja yang
pembelajaran
jasmani
lebih
pendidikan
mengetahui
dan
yang
dapat
(2009:
Menurut
38)
bahwa,
dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok
menguasainya.
optimal.
orang
dalam
suatu
Setiap guru mempunyai tugas
organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab sesuai dengan
dan tanggungjawab masing-masing
bidang tudinya masing-masing. Setiap
dalam
tugas yang diembankannya harus
organisasi bersangkutan secara legal,
dikerjakan
mungkin.
tidak melanggar hukum dan sesuai
guru
dengan moral maupun etika yang
Kemampuan
melaksanakan
sebaik
seorang
tugas-tugasnya
berlaku”.
rangka
mencapai
Menurut
tujuan
Mangkunegara
503
H.J.S.
obyektif dalam pembinaan kerier PNS
Husdarta (2009: 97) bahwa, “Kinerja
yang dibuat oleh Pejabat Penilai dan
(prestasi kerja) adalah hasil kerja
ditandatangani oleh 3 (tiga) pihak
secara kualitas dan kuantitas yang
yaitu: pegawai yang dinilai, Pejabat
dicapai oleh seorang pegawai dalam
Penilai dan Atasan Pejabat Penilai.
melaksanakan tugasnya sesuai dengan
Unsur-unsur yang dinilai:
tanggung
1) Kesetiaan
(2006:67)
yang
jawab
dikutip
yang
diberikan
kepadanya”.
2) Prestasi kerja
Berdasarkan
dua
pendapat
3) Tanggungjawab
tersebut dapat disimpulkan bahwa,
4) Ketaatan
kinerja yang dilakukan seseorang atau
5) Kejujuran
sekelompok orang akan mendapatkan
6) Kerjasama
hasil kerja sesuai dengan tugas dan
7) Prakarsa
tanggungjawabnya untuk mencapai
8) Kepemimpinan
tujuan dalam
lingkungankerjanya.
Memiliki kinerja yang baik sangat
Bagi seorang guru kinerjanya akan
penting bagi seorang guru. Kinerja
dinilai oleh kepala sekolah. Penilaian
yang dilakukan akan dinlai oleh
kinerja guru oleh kepala sekolah
pejabat yang berwenang. Kinerja akan
tersebut berkaitan dengan kegiatan
dapat dilaksanakan jika beban tugas
dalam
dan
pembelajaran.
Rusli
Lutan
dkk.,
tanggungjawab
diembankannya
yang
sesuai
dengan
(2002: 171) menyatakan, “Penilaian
kemampuannya. Oleh karena
pada awalnya tertuju pada performa
setap
guru dalam kaitannya dengan prestasi
kemampuan sesuai dengan tugasnya.
atau hasil
belajar para siswa”.
guru
harus
Keberhasilan
memiliki
seorang
guru
Sedangkan guru ditinjau sebagai PNS
dalam
penilaian kinerja guru melalui DP3
dipengaruhioleh banyak faktor. H.J.S.
(Daftar
Pekerjaan
Husdarta (2009: 99) menyatakan,
Pegawai Negeri Sipil). Lebih Lanjut
“Secara umum terbentuknya kinerja
Suradji (209: 39) menyatakan: DP-3
disebabkan oleh tiga faktor yaitu: (1)
merupakan bahan pertimbangan yang
faktor kemampuan, (2) faktor upaya
Pelaksanaan
melaksanakan
itu,
tugasnya
504
dan
(3)
faktor
kesempatan/peluang”.Berdasarkan
pendapat
tersebut
tempat-tempat yang berarti dalam
pekerjaannya.
Kinerja
menunjukkan
guru
Penjasorkes
bahwa, kinerja merupakan fungsi dari
berdasarkan latar belakang kualifikasi
ketiga faktor tersebut.
akademik
faktor-faktor
menarik
untuk
diteliti.
dasar yang berperan penting dalam
Apakah ada perbedaan kinerja dalam
pembentukan kinerja. Ketidak hadiran
membelajarkan
salah satu faktor
kualifikasi akademik D2 dan S1.
dapat
mengakibatkan
tidak
Penjasorkes
antara
Untuk mengetahui hal ini, maka perlu
lainnya.
dibuktikan
(ability)
Penelitian ini dilakukan pada guru
merupakan fungsi dari pengetahuan,
Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di
keterampilan
Kecamatan
bernilainya
Faktor
kedua
faktor
kemampuan
teknologi.
dan
Karena
kemampuan
faktor tersebut
melalui
penelitian.
Polokarto
Kabupaten
Sukoharjo tahun 2010. Sejauh ini
dapat memberikan indikasi terhadap
belum
batas kemungkinan kinerja yang dapat
kinerjanya
dicapai. Upaya (effort) merupakan
pendidikan
fungsi dari kebutuhan, sarana, harapan
mengetahui bagaimana kinerja guru
dan
Penjasorkes
imbalan.
kemampuan
Berapa
individu
yang
banyak
dapat
diketahui
dalam
Misalnya
bagaimana
pembelajaran
jasmani.
Untuk
sangat
dari
kompleks.
latar
belakang
direalisasikan sangat tergantung dari
pendidikannya,
tingkat individu dan atau kelompok
pengajaran,
termotivasi,
dapat
pengajaran, cara berpakaian, metode
usaha
pembelajaran,
mencurahkan
sehingga
upaya
atau
perencanaan
merumuskan
evaluasi
tujuan
dan
lain
sebesar mungkin. Kinerja tidak akan
sebagainya. Kinerja guru Penjasorkes
terbentuk menakala pimpinan tidak
dapat dilihat dari berbagai aspek.
memberikan
kesempatan
Selain hal-hal seperti tersebut di atas
(opportunity) kepada individu atau
masih banyak komponen lain yang
bawahan agar dapat menggunakan
dapat dijadikan gambaran kinerja
kemampuan dan upaya mereka di
seorang
guru,
misalnya
mampu
menyelesaikan tugas-tugas sekolah
505
yang dibebankan kepadanya, hadir
Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun
tepat waktu, tidak pernah membolos
2010 berjumlah 40 orang Teknik
dan lain sebagainya.
pengumpulan data yang digunakan
Berdasarkan
latar
belakang
dalam
penelitian
ini
adalah
masalah yang telah dikemukakan di
menggunakan teknik angket yaitu,
atas, masalah dalam penelitian ini
daftar
pertanyaan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
kepada
guru
Adakah hubungan antara kinerja guru
Kecamatan
Penjasorkes
Sukoharjo tahun 2010.
dengan
perbedaan
yang
diajukan
Penjasorkes
Polokarto
di
Kabupaten
kualifikasi akademik pada Sekolah
Dasar Negeri Kecamatan Polokarto
HASIL PENELITIAN
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010?
Validitas Data
Berdasarkan permasalah yang
telah dikemukakan di atas, penelitian
1. Uji Validitas
Data
dianalisis
secara
untuk
kuantitatif dengan bantuan statistik
mengetahui: Ada tidaknya hubungan
deskriptif kualitatif. Instrumen ini
antara
diujicobakan (try out) untuk validitas
ini
mempunyai
kinerja
dengan
tujuan
guru
Penjasorkes
perbedaan
kualifikasi
instrument
itu
sendiri.
Setelah
akademik pada Sekolah Dasar Negeri
ditemukan instrument yang valid, baru
Kecamatan
digunakan untuk memperoleh data
Polokarto
Kabupaten
langsung di lapangan atau subjek
Sukoharjo Tahun 2010.
penelitian.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SD
Negeri
Kecamatan
Kabupaten
Polokarto
Sukoharjo
dengan
Metode
analisis
yang
digunakan untuk menguji validitas
tiap butir soal menggunakan korelasi
product
moment
pearson
sebagai
berikut:
memberikan angket pada responden.
Metode penelitian adalah
deskriptif
dengan
korelasional.
Sumber
penelitian
ini
adalah
metode
pendekatan
data
dalam
guru-guru
Penjasorkes SD Negeri Kecamatan
√{(
Keterangan :
(
{
(
N = Jumlah sampel
rXY = Korelasi antara X dan Y
X = Variabel prediktor
506
Y = Variabel kriterium
0.60 – 0.69
Quisonable
∑ = Jumlah
Dari hasil perhitungan rhitung
Analisis Data
dikonsultasikan dengan rtabel pada
Teknik
analisis
data
yang
taraf signifikansi 5%. Jika rhitung >
digunakan dalam penelitian ini adalah
rtabel maka
secara Chi Kuadrat. Sutrisno Hadi
data tersebut
valid.
Sebaliknya jika rhitung < rtabel maka
(2004:
butir soal tidak valid. Selanjutnya item
Kuadrat adalah suatu teknik statistik
soal yang dipakai sebagai instrument
yang
penelitian adalah butir soal yang valid.
menilai
2. Uji Reliabilitas
perbedaan
Uji reliabilitas data dalam
257)
menyatakan,
memungkinkan
penyelidikan
probabilitas
memperoleh
frekuensi
yang diharapkan
reliabilitas belah dua sebagai berikut:
kategori
(
(
(
{
rumus
dimasukkan
reliabilitas
ke
dari
nyata
dalam
tertentu
kategori-
sebagai
akibat
kesalahan sampling”. Rumus bangun
(
yang umum
Hasil penghitungan korelasi di atas
kemudian
yang
(sudah diobservasi) dengan frekuensi
penelitian ini menggunakan koefisien
√{(
“Chi
untuk
Chi
Kuadrat
sebagai berikut:
(
dalam
Sperman
Keterangan:
Brown sebagai berikut :
X2 : chi kuadrat
(
fo
: frekuensi yang diperoleh dari
Untuk mengetahui kategori koefisien
(observasi dalam ) sampel
reliabilitas
fh :frekuensi yang diharapkan dalam
test
menggunakan
pedoman tabel koefisien reliabilitas
sampel
sebagai berikut:
frekuensi
Tabel 2. Range Kategori Reliabilitas
yang diharapkan dalam populasi
Kategori
Reliabilitas
Excellent
Very good
0.95 – 0.99
0.90 – 0.94
Acceptable
Poor
0.80 – 0.89
0.70 – 0.79
sebagai
pencerminan
dan
Tabel 1. Deskripsi Data Tentang
Kinerja Guru Penjasorkes Kualifikasi
Akademik
Akademik
N
Max (
Nilai
Min (Nilai
Terendah)
507
D2
S1
21
19
Tertinggi)
130
133
Kualifikasi
100
110
Dari hasil penelitian yang dilakukan
dapat disusun norma kinerja guru
Penjasorkes SD Negeri di Kecamatan
Polokarto
Sukoharjo tahun
Hasil
pengklasifikasian
2010.
dan
penyusunan kinerja guru Penjasorkes
SD Negeri di Kecamatan Polokarto
Sukoharjo tahun 2010 sebagai berikut:
Tabel
2.
Norma
Kinerja
Guru
Penjasorkes SD Negeri di Kecamatan
Polokarto
Kabupaten
Sukoharjo
Tahun 2010
Nilai
≥
127
114126
≤
113
Tota
l
Jumla
h Guru
7
Prosentase(%
)
17.50
Sedang
26
65.00
Kurang
7
17.00
40
100.00
Kinerja guru Penjasorkes SD di
Polokarto
Kabupaten
Sukoharjo tahun 2010 berdasarkan
kualifikasi akademik D2 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Kinerja Guru Penjasorkes SD
Negeri
di
Kecamatan
Polokarto
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Berdasarkan Kualifikasi Akademik
D2
Prosentase
(%)
4.76
80.95
14.29
100.00
Guru
Penjasorkes
Baik (B)
Sedang (S)
Kurang (K)
Jumlah
Kinerja
Berdasarkan Kualifikasi Akademik S1
Kinerja guru
Kecamatan
Penjasorkes SD di
Polokarto
Kabupaten
Sukoharjo tahun 2010 berdasarkan
kualifikasi akademik S1 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Kinerja Guru Penjasorkes SD
Negeri
di
Kecamatan
Polokarto
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Berdasarkan Kualifikasi Akademik S1
Kategor
i
Baik
Kecamatan
Jumlah
Guru
1
17
3
21
Kualifikasi
Jumlah
Guru
6
9
4
19
Baik (B)
Sedang (S)
Kurang (K)
Jumlah
Prosentase
(%)
31.58
47.37
21.05
100.00
Penghitungan frekuensi kinerja guru
Penjasorkes SD Negeri di Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun
2010
berdasarkan
kualifikasi
akademik antara D2 dan S1 dengan
Chi
Kuadrat.
Hasil
penghitungan
frekuensi masing-masing kelompok
disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 4. Hasil Penghitungan Kinerja
Guru
Penjorkes
Kecamatan
SD
Polokarto
Negeri
di
Kabupaten
508
Sukoharjo Tahun 2010 Berdasarkan
1) (2 – 1) dengan taraf signifikansi 5%
Kualifikasi Akademik
harga Chi Kuadrat tabel = 5.591. Hasil
Kuali
fikasi
Akad
emik
Sarja
na
Muda
(D2)
Sarja
na
(S1)
Jumla
h
Kinerja Guru Penjasorkes
Baik
Sedang Kuran
g
f Fh f fh
f fh
o
o
o
1 3.6 1 13. 3 3.6
75 7 650
75
Ju
mla
h
Chi Kuadrat tersebut ternyata lebih
besar dari tabel (6.091 > 5.59). Hasil
tersebut menunjukkan Ho ditolak.
21
Yang berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara kualifikasi akademik
6
3.3
25
7
9
12.
35
26
4
3.3
25
7
19
dengan kinerja guru Penjasorkes SD
Negeri
40
di
Kacamatan
Polokarto
Kabupaten Sukoharjo tahun 2010
dengan nilai korelasi sebesar 0.132.
Dari hasil penghitungan Chi Kuadrat
diperoleh
nilai
sebesar
6.091.
KESIMPULAN
Selanjutnya dilakukan penghitungan
Ada hubungan yang signifikan
koefisien kontigensi Chi Kuadrat.
antara
Hasil
dengan
perbedaan
akademik
pada
penghitungan
kontigensi
Chi
koefisien
Kuadrat
antara
kinerja
guru
SD
Penjasorkes
kualifikasi
Negeri
di
kualifikasi akademik D2 dan S1,
Kecamatan
kinerja guru Penjasorkes pada SD
Sukoharjo tahun 2010. Dari nilai Chi
Negeri
Polokarto
Kuadrat 6.091 dan table Chi 5%
Kabupaten Sukoharjo tahun 2010
sebesar 5.591, dengan nilai korelasi
sebesar 0.132. Dengan dk = (k-1) (r –
0.132.
di
Kecamatan
Polokarto
Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA
Adang Suherman.2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru
SLTP Setara D-III.
Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga
Kependidikan. Bagian Proyek Pengendalian dan Peningkatan Mutu Guru
Penjas Dikdasmen.
509
Dasim Budimansyah, Suparlan dan Danny Meirawan. 2009. PAKEM Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Genesindo.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat
Jenderal Departemen Pendidikan Nasional.
2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.
Farida Sarimaya. 2009. Sertifikasi Guru. Bandung: CV. YRAMA WIDYA.
Rusli Lutan dkk., 2002. Supervisi Pendidikan Jasmani Konsep dan Praktik.
Depdiknas.
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.
Toho Cholik M. dan Rusli Lutan. 2001. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Bandung: CV. Maulana.
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta:
Dharma Bhakti.
510
Kualifikasi Akademik pada Sekolah Dasar Negeri
Di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo
Tahun 2010
Oleh : Giyoto1
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kinerja
guru Penjasorkes dengan perbedaan kualifikasi akademik pada Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan bentuk pendekatan korelasional. Sumber
data diperoleh guru Penjasorkes di SD Negeri Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo tahun 2010. Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
kinerja guru Penjasorkes berdasar kualifikasi akademik yang meliputi: kualitas
personal dan profesional, persiapan mengajar, perumusan tujuan pengajaran,
penampilan guru dalam mengajar, penampilan siswa dalam belajar dan evaluasi.
Teknik pengumpulan data dengan angket tertutup (quisioner). Teknik analisis data
dengan teknik Chi Kuadrat pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil analisis
penelitian diperoleh simpulan: ada hubungan yang signifikan antara kinerja guru
Penjasorkes dengan perbedaan kualifikasi akademik pada SD Negeri di Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun 2010. Dari nilai Chi Kuadrat 6.091 dan tabel
Chi 5% sebesar 5.591, dengan nilai korelasi 0.132.
Kata Kunci : Kinerja Guru Penjasorkes, Kualifikasi Akademik
PENDAHULUAN
Pendidikan Jasmani Olahraga
Agus
Mahendra
menyatakan,
(2004:
“Pendidikan
9)
jasmani
dan Kesehatan merupakan pendidikan
merupakan suatu bagian yang tidak
yang tidak dapat dipisahkan dari
terpisahkan dari pendidikan umum.
pendidikan secara keseluruhan. Proses
Melalui program pendidikan jasmani
pelaksanaan pendidikan di sekolah
dapat diupayakan peranan pendidikan
tidak akan sempurna, apabila di
untuk mengembangkan kepribadian
dalamnya tidak diajarkan Pendidikan
individu. Tanpa pendidikan jasmani,
Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
proses pendidikan di sekolah akan
_______________________________________
1
Giyoto adalah dosen Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga , Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta
499
pincang”. Sedangkan Toho Cholik M.
secara
& Rusli Lutan (2001: 2) menyatakan,
mencapai tujuan pendidikan nasional.
“Pendidikan
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
jasmani
dapat
sistematis
didefinisikan sebagai suatu proses
Kesehatan
pendidikan
yang di
yang ditujukan
untuk
dalam
merupakan
dalamnya
rangka
pendidikan
dikembangkan
mencapai tujuan pendidikan melalui
aspek-aspek di antaranya kebugaran
gerakan fisik. Pendidikan sebagai
jasmani,
salah satu sub system pendidikan yang
keterampilan
berperan
keterampilan
yang
mengembangkan
penting
kualitas
dalam
manusia
Indonesia”.
stabilitas
keterampilan
gerak,
berfikir
kritis,
sosial,
emosional
penalaran,
dan
lain
sebagainya. Agar tujuan pendidikan
Pendidikan Jasmani Olahraga
jasmani
tercapai,
dan Kesehatan merupakan pendidikan
pembelajaran
yang
Olahraga
di
dalamnya
bertujuan
maka
dalam
Pendidikan
dan
Jasmani
Kesehatan
harus
mengembangkan semua aspek yang
dilakukan dengan baik dan benar.
ada pada diri siswa. Seperti dijelaskan
Oleh karena itu, dalam pembelajaran
dalam Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan jasmani harus disesuaikan
Pendidikan
dengan karakteristik perkembangan
(KTSP)
Penjasorkes
(2008: 1) bahwa: Pendidikan Jasmani
dan pertumbuhan peserta didik.
Pembelajaran
Olahraga dan Kesehatan merupakan
pendidikan
bagian integral dari pendidikan secara
jasmani dengan baik dan tepat sesuai
keseluruhan
perkembangan
bertujuan
keterampilan
keterampilan
pertumbuhan
peserta didik sangat penting. Namun
keterampilan
gerak,
hal ini terkadang diabaikan oleh para
berfikir
kritis,
guru
aspek
sosial,
penalaran,
Penjasorkes.
hanya
aspek
sekolah,
hidup
sehat
dan
Masih
banyak
anggapan bahwa, pendidikan jasmani
stabilitas emosional, tindakan moral,
pola
dan
kebugaran
mengembangkan
jasmani,
untuk
pelengkap
pendidikan
di
sehingga
pengenalan lingkungan bersih melalui
kebutuhanpembelajaran
aktivitas
jasmani sering diabaikan oleh sekolah
jasmani,
olahraga
dan
kesehatan terpilih yang direncanakan
baik
sarana
pendidikan
maupun
tenaga
500
pendidiknya. Kurangnya sarana dan
S1.
prasarana
meningkatkan
pembelajaranpendidikan
Hal
ini
dimaksudkan
untuk
kualitas
guru
jasmani merupakan salah satu wujud
pendidikan
pendidikan
jasmani
kurang
terhadap
diperhatikan
oleh
sekolah,
jasmani selalu berkembang, sehingga
dibandingkan dengan mata pelajaran
dibutuhkan tenaga-tenaga pendidik
lainnya. Masih ada guru pendidikan
yang profesional.
jasmani
tidak
kualifikasi
sesuai
Bahkan
Pengkajian
pembelajaran
Adanya
dengan
pendidikannya.
jasmani.
pendidikan
program
sertifikasi
dari pemerintah merupakan pemicu
ada juga guru mata pelajaran lain
untuk
merangkap
mengembangkan ilmu pengetahuan
mengajar
pendidikan
selalu
meningkatkan
jasmani, sehingga berdampak dalam
dalam
pembelajaran
jasmani. Farida Sarimaya (2009: 9)
pendidikan
jasmani
pembelajaran
dan
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
menyatakan,
pendidikan jasmani.
merupakan
pendidikan
“Program
sertifikasi
konsekuensi
dari
Guru memegang peran penting
disahkannya produk hukun tentang
untuk menghantarkan perkembangan
pendidikan yaitu, UU RI No. 20/2003
dan
melalui
tentang Sisdiknas, UU RI No. 14/2005
pendidikan jasmani. Latar belakang
tentang Guru dan Dosen dan PP RI
pendidikan yang tidak sesuai akan
No. 19/2005 tentang Standar Nasional
berdampak
Pendidikan”.
pertumbuhan
kurang
siswa
tepat
dalam
Berdasarkan
hukum
jasmani,
tersebut menunjukkan bahwa, guru
sehingga tujuan pendidikan jasmani
adalah pendidik yang profesional.
tidak dapat tercapai. Paling tidak
Sebagai pendidik yang profesional
kualifikasi akademik guru pendidikan
maka
jasmani
kesehatan
persyaratan baik kualifikasi akademik
Sekolah Dasar (SD) minimal D2 dari
maupun kompetensi. Lebih lanjut
Jurusan Pendidikan Jasmani. Seiring
Farida
perkembangan dan tuntutan dalam
menyatakan,
dunia
D2
mengikuti
uji
Pendidikan Jasmani harus menempuh
memenuhi
persyaratan
pembelajaran
pendidikan
olahraga
pendidikan
dan
ijasah
harus
memenuhi
Sarimaya
sejumlah
(2009:
10)
yang
akan
“Guru
sertifikasi
harus
kualifikasi
501
akdemis minimal sarjana atau diploma
dan tenaga kependidikan menjadi
IV (S1/D4) yang relevan”. Adanya
kunci utamanya”.
tentang
Kualifikasi seorang pendidik
kualifikasi akademik pendidik atau
merupakan salah satu kunci untuk
guru minimal S1 untuk meningkatkan
meningkatkan
profesionalisme
Namun pada kenyataannya masih
peraturan
melalui
pemerintah
seorang
program
semuanya
pendidik
sertifkasi
dilakasanakan.
disebabkan
oleh
tidak
Hal
banyak
ini
faktor,
banyak
mutu
para
pembelajaran.
guru
mengembangkan
pendidikannya.
tidak
kualifikasi
Masih
guru
dari
D2
misalnya usia yang sudah tua, tidak
pendidikan
ada biaya, merasa tidak mampu, tidak
pendidikan jasmani. Kualifikasi guru
ada kemauan dan lain sebagainya.
pendidikan jasmani dari D2 tentunya
Sehingga
guru
materi yang diterimanya pada saat
kualifiaksi
kuliah tidak seperti S1 pendidikan
pendidikannya dari D2 pendidikan
jasmani, sehingga masih ada beberapa
jasmani. Latar belakang kualifikasi
disiplin
akademik seorang pendidik tentu akan
harus
berdampak pada proses pembelajaran
pendidikan seorang pendidik tentunya
pendidikan jasmani. Tuntutan dalam
akan berdampak pada kinerjanya pada
pembelajaran
jasmani
saat melaksanakan tugasnya. Bisa saja
terhadap guru sekarang ini harus
seorang guru Penjasorkes dengan
memiliki kreativitas dan inisiatif yang
kualifikasi akademik D2 memiliki
tinggi
kinerja yang baik, karena selalu
masih
pendidikan
banyak
jasmani
pendidikan
dalam
membelajarakan
pendidikan
jasmani.
Budimansyah
dkk.,
menyatakan,
Dasim
jasmani
ada
ilmu
pendidikan
dipelajari.
mengikuti
jasmani
Kualifikasi
perkembangan
dan
68)
kemajuan dalam bidang pendidikan.
“Peningkatan
mutu
Tetapi bisa juga kurang baik karena
pembelajaran
merupakan
kunci
secara disiplin ilmu masih kurang.
keberhasilan
peningkatan
mutu
Bagi guru Penjasorkes kualifikasi
meningkatkan
akademik S1 secara disiplin ilmunya
pendidikan.
Untuk
(2009:
mutu pembelajaran, mutu pendidikan
telah
sesuai
dengan
tuntutan
membelajarkan pendidikan jasmani,
502
namun bisa juga kinerjanya kurang
merupakan bentuk kinerjanya yang
baik. Hal ini bisa disebabkan karena
akan
profesi guru sebetulnya bukan pilihan
berwenang (Kepala Sekolah). Adapun
dari hati nuraninya atau disebabkan
yang
faktor lain. Apakah benar kualifikasi
menuru
akademik guru Pendidikan Jasmani
Indonesia
Kesehatan
“Kinerja adalah sesuatu yang dicapai,
dan
Olahraga
S1
dinilai
kinerja
Kamus
Besar
Bahasa
570)
bahwa,
(2001:
sebaliknya.
kemampuan
orang
yang
dengan
prestasi
umum
pejabat
dimaksud
kinerjanya lebih baik dari D2 ataukah
Secara
oleh
yang
diperhatikan,
kerja”.
beranggapan latar belakang kualifikasi
pengertian
akademik S1
disimpulkan
lebih baik dari D2, namun hal ini
merupakan sesuatu yang dicapai oleh
bukan merupakan jaminan S1 lebih
seseorang (guru) dari tugas dan
baik kinerjanya daripada D2. Jika
tanggungjawab
guru
dengan
Kinerja yang dilakukan oleh seorang
selalu
guru merupakan sebuah performance
ilmu
dari seseorang dalam melaksanakan
yang
tugasnya untuk memperoleh hasil
pendidikan
kualifikasi
jasmani
akademik
D2
mengembangkan
pengetahuannya
bukan
hal
kinerja
Berdasarkan
tersebut
bahwa,
yang
kinerja
diberikan.
mustahil kinerjanya lebih baik dari S1.
kerja
Tetapi ditinjau dari materi akademis,
Prawirosentono (1999) yang dikutip
tentunya S1 lebih lengkap, sehingga
Suradji
dalam
“Performance adalah hasil kerja yang
pembelajaran
jasmani
lebih
pendidikan
mengetahui
dan
yang
dapat
(2009:
Menurut
38)
bahwa,
dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok
menguasainya.
optimal.
orang
dalam
suatu
Setiap guru mempunyai tugas
organisasi, sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawab sesuai dengan
dan tanggungjawab masing-masing
bidang tudinya masing-masing. Setiap
dalam
tugas yang diembankannya harus
organisasi bersangkutan secara legal,
dikerjakan
mungkin.
tidak melanggar hukum dan sesuai
guru
dengan moral maupun etika yang
Kemampuan
melaksanakan
sebaik
seorang
tugas-tugasnya
berlaku”.
rangka
mencapai
Menurut
tujuan
Mangkunegara
503
H.J.S.
obyektif dalam pembinaan kerier PNS
Husdarta (2009: 97) bahwa, “Kinerja
yang dibuat oleh Pejabat Penilai dan
(prestasi kerja) adalah hasil kerja
ditandatangani oleh 3 (tiga) pihak
secara kualitas dan kuantitas yang
yaitu: pegawai yang dinilai, Pejabat
dicapai oleh seorang pegawai dalam
Penilai dan Atasan Pejabat Penilai.
melaksanakan tugasnya sesuai dengan
Unsur-unsur yang dinilai:
tanggung
1) Kesetiaan
(2006:67)
yang
jawab
dikutip
yang
diberikan
kepadanya”.
2) Prestasi kerja
Berdasarkan
dua
pendapat
3) Tanggungjawab
tersebut dapat disimpulkan bahwa,
4) Ketaatan
kinerja yang dilakukan seseorang atau
5) Kejujuran
sekelompok orang akan mendapatkan
6) Kerjasama
hasil kerja sesuai dengan tugas dan
7) Prakarsa
tanggungjawabnya untuk mencapai
8) Kepemimpinan
tujuan dalam
lingkungankerjanya.
Memiliki kinerja yang baik sangat
Bagi seorang guru kinerjanya akan
penting bagi seorang guru. Kinerja
dinilai oleh kepala sekolah. Penilaian
yang dilakukan akan dinlai oleh
kinerja guru oleh kepala sekolah
pejabat yang berwenang. Kinerja akan
tersebut berkaitan dengan kegiatan
dapat dilaksanakan jika beban tugas
dalam
dan
pembelajaran.
Rusli
Lutan
dkk.,
tanggungjawab
diembankannya
yang
sesuai
dengan
(2002: 171) menyatakan, “Penilaian
kemampuannya. Oleh karena
pada awalnya tertuju pada performa
setap
guru dalam kaitannya dengan prestasi
kemampuan sesuai dengan tugasnya.
atau hasil
belajar para siswa”.
guru
harus
Keberhasilan
memiliki
seorang
guru
Sedangkan guru ditinjau sebagai PNS
dalam
penilaian kinerja guru melalui DP3
dipengaruhioleh banyak faktor. H.J.S.
(Daftar
Pekerjaan
Husdarta (2009: 99) menyatakan,
Pegawai Negeri Sipil). Lebih Lanjut
“Secara umum terbentuknya kinerja
Suradji (209: 39) menyatakan: DP-3
disebabkan oleh tiga faktor yaitu: (1)
merupakan bahan pertimbangan yang
faktor kemampuan, (2) faktor upaya
Pelaksanaan
melaksanakan
itu,
tugasnya
504
dan
(3)
faktor
kesempatan/peluang”.Berdasarkan
pendapat
tersebut
tempat-tempat yang berarti dalam
pekerjaannya.
Kinerja
menunjukkan
guru
Penjasorkes
bahwa, kinerja merupakan fungsi dari
berdasarkan latar belakang kualifikasi
ketiga faktor tersebut.
akademik
faktor-faktor
menarik
untuk
diteliti.
dasar yang berperan penting dalam
Apakah ada perbedaan kinerja dalam
pembentukan kinerja. Ketidak hadiran
membelajarkan
salah satu faktor
kualifikasi akademik D2 dan S1.
dapat
mengakibatkan
tidak
Penjasorkes
antara
Untuk mengetahui hal ini, maka perlu
lainnya.
dibuktikan
(ability)
Penelitian ini dilakukan pada guru
merupakan fungsi dari pengetahuan,
Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri di
keterampilan
Kecamatan
bernilainya
Faktor
kedua
faktor
kemampuan
teknologi.
dan
Karena
kemampuan
faktor tersebut
melalui
penelitian.
Polokarto
Kabupaten
Sukoharjo tahun 2010. Sejauh ini
dapat memberikan indikasi terhadap
belum
batas kemungkinan kinerja yang dapat
kinerjanya
dicapai. Upaya (effort) merupakan
pendidikan
fungsi dari kebutuhan, sarana, harapan
mengetahui bagaimana kinerja guru
dan
Penjasorkes
imbalan.
kemampuan
Berapa
individu
yang
banyak
dapat
diketahui
dalam
Misalnya
bagaimana
pembelajaran
jasmani.
Untuk
sangat
dari
kompleks.
latar
belakang
direalisasikan sangat tergantung dari
pendidikannya,
tingkat individu dan atau kelompok
pengajaran,
termotivasi,
dapat
pengajaran, cara berpakaian, metode
usaha
pembelajaran,
mencurahkan
sehingga
upaya
atau
perencanaan
merumuskan
evaluasi
tujuan
dan
lain
sebesar mungkin. Kinerja tidak akan
sebagainya. Kinerja guru Penjasorkes
terbentuk menakala pimpinan tidak
dapat dilihat dari berbagai aspek.
memberikan
kesempatan
Selain hal-hal seperti tersebut di atas
(opportunity) kepada individu atau
masih banyak komponen lain yang
bawahan agar dapat menggunakan
dapat dijadikan gambaran kinerja
kemampuan dan upaya mereka di
seorang
guru,
misalnya
mampu
menyelesaikan tugas-tugas sekolah
505
yang dibebankan kepadanya, hadir
Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun
tepat waktu, tidak pernah membolos
2010 berjumlah 40 orang Teknik
dan lain sebagainya.
pengumpulan data yang digunakan
Berdasarkan
latar
belakang
dalam
penelitian
ini
adalah
masalah yang telah dikemukakan di
menggunakan teknik angket yaitu,
atas, masalah dalam penelitian ini
daftar
pertanyaan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
kepada
guru
Adakah hubungan antara kinerja guru
Kecamatan
Penjasorkes
Sukoharjo tahun 2010.
dengan
perbedaan
yang
diajukan
Penjasorkes
Polokarto
di
Kabupaten
kualifikasi akademik pada Sekolah
Dasar Negeri Kecamatan Polokarto
HASIL PENELITIAN
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010?
Validitas Data
Berdasarkan permasalah yang
telah dikemukakan di atas, penelitian
1. Uji Validitas
Data
dianalisis
secara
untuk
kuantitatif dengan bantuan statistik
mengetahui: Ada tidaknya hubungan
deskriptif kualitatif. Instrumen ini
antara
diujicobakan (try out) untuk validitas
ini
mempunyai
kinerja
dengan
tujuan
guru
Penjasorkes
perbedaan
kualifikasi
instrument
itu
sendiri.
Setelah
akademik pada Sekolah Dasar Negeri
ditemukan instrument yang valid, baru
Kecamatan
digunakan untuk memperoleh data
Polokarto
Kabupaten
langsung di lapangan atau subjek
Sukoharjo Tahun 2010.
penelitian.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SD
Negeri
Kecamatan
Kabupaten
Polokarto
Sukoharjo
dengan
Metode
analisis
yang
digunakan untuk menguji validitas
tiap butir soal menggunakan korelasi
product
moment
pearson
sebagai
berikut:
memberikan angket pada responden.
Metode penelitian adalah
deskriptif
dengan
korelasional.
Sumber
penelitian
ini
adalah
metode
pendekatan
data
dalam
guru-guru
Penjasorkes SD Negeri Kecamatan
√{(
Keterangan :
(
{
(
N = Jumlah sampel
rXY = Korelasi antara X dan Y
X = Variabel prediktor
506
Y = Variabel kriterium
0.60 – 0.69
Quisonable
∑ = Jumlah
Dari hasil perhitungan rhitung
Analisis Data
dikonsultasikan dengan rtabel pada
Teknik
analisis
data
yang
taraf signifikansi 5%. Jika rhitung >
digunakan dalam penelitian ini adalah
rtabel maka
secara Chi Kuadrat. Sutrisno Hadi
data tersebut
valid.
Sebaliknya jika rhitung < rtabel maka
(2004:
butir soal tidak valid. Selanjutnya item
Kuadrat adalah suatu teknik statistik
soal yang dipakai sebagai instrument
yang
penelitian adalah butir soal yang valid.
menilai
2. Uji Reliabilitas
perbedaan
Uji reliabilitas data dalam
257)
menyatakan,
memungkinkan
penyelidikan
probabilitas
memperoleh
frekuensi
yang diharapkan
reliabilitas belah dua sebagai berikut:
kategori
(
(
(
{
rumus
dimasukkan
reliabilitas
ke
dari
nyata
dalam
tertentu
kategori-
sebagai
akibat
kesalahan sampling”. Rumus bangun
(
yang umum
Hasil penghitungan korelasi di atas
kemudian
yang
(sudah diobservasi) dengan frekuensi
penelitian ini menggunakan koefisien
√{(
“Chi
untuk
Chi
Kuadrat
sebagai berikut:
(
dalam
Sperman
Keterangan:
Brown sebagai berikut :
X2 : chi kuadrat
(
fo
: frekuensi yang diperoleh dari
Untuk mengetahui kategori koefisien
(observasi dalam ) sampel
reliabilitas
fh :frekuensi yang diharapkan dalam
test
menggunakan
pedoman tabel koefisien reliabilitas
sampel
sebagai berikut:
frekuensi
Tabel 2. Range Kategori Reliabilitas
yang diharapkan dalam populasi
Kategori
Reliabilitas
Excellent
Very good
0.95 – 0.99
0.90 – 0.94
Acceptable
Poor
0.80 – 0.89
0.70 – 0.79
sebagai
pencerminan
dan
Tabel 1. Deskripsi Data Tentang
Kinerja Guru Penjasorkes Kualifikasi
Akademik
Akademik
N
Max (
Nilai
Min (Nilai
Terendah)
507
D2
S1
21
19
Tertinggi)
130
133
Kualifikasi
100
110
Dari hasil penelitian yang dilakukan
dapat disusun norma kinerja guru
Penjasorkes SD Negeri di Kecamatan
Polokarto
Sukoharjo tahun
Hasil
pengklasifikasian
2010.
dan
penyusunan kinerja guru Penjasorkes
SD Negeri di Kecamatan Polokarto
Sukoharjo tahun 2010 sebagai berikut:
Tabel
2.
Norma
Kinerja
Guru
Penjasorkes SD Negeri di Kecamatan
Polokarto
Kabupaten
Sukoharjo
Tahun 2010
Nilai
≥
127
114126
≤
113
Tota
l
Jumla
h Guru
7
Prosentase(%
)
17.50
Sedang
26
65.00
Kurang
7
17.00
40
100.00
Kinerja guru Penjasorkes SD di
Polokarto
Kabupaten
Sukoharjo tahun 2010 berdasarkan
kualifikasi akademik D2 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Kinerja Guru Penjasorkes SD
Negeri
di
Kecamatan
Polokarto
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Berdasarkan Kualifikasi Akademik
D2
Prosentase
(%)
4.76
80.95
14.29
100.00
Guru
Penjasorkes
Baik (B)
Sedang (S)
Kurang (K)
Jumlah
Kinerja
Berdasarkan Kualifikasi Akademik S1
Kinerja guru
Kecamatan
Penjasorkes SD di
Polokarto
Kabupaten
Sukoharjo tahun 2010 berdasarkan
kualifikasi akademik S1 disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Kinerja Guru Penjasorkes SD
Negeri
di
Kecamatan
Polokarto
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010
Berdasarkan Kualifikasi Akademik S1
Kategor
i
Baik
Kecamatan
Jumlah
Guru
1
17
3
21
Kualifikasi
Jumlah
Guru
6
9
4
19
Baik (B)
Sedang (S)
Kurang (K)
Jumlah
Prosentase
(%)
31.58
47.37
21.05
100.00
Penghitungan frekuensi kinerja guru
Penjasorkes SD Negeri di Kecamatan
Polokarto Kabupaten Sukoharjo tahun
2010
berdasarkan
kualifikasi
akademik antara D2 dan S1 dengan
Chi
Kuadrat.
Hasil
penghitungan
frekuensi masing-masing kelompok
disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 4. Hasil Penghitungan Kinerja
Guru
Penjorkes
Kecamatan
SD
Polokarto
Negeri
di
Kabupaten
508
Sukoharjo Tahun 2010 Berdasarkan
1) (2 – 1) dengan taraf signifikansi 5%
Kualifikasi Akademik
harga Chi Kuadrat tabel = 5.591. Hasil
Kuali
fikasi
Akad
emik
Sarja
na
Muda
(D2)
Sarja
na
(S1)
Jumla
h
Kinerja Guru Penjasorkes
Baik
Sedang Kuran
g
f Fh f fh
f fh
o
o
o
1 3.6 1 13. 3 3.6
75 7 650
75
Ju
mla
h
Chi Kuadrat tersebut ternyata lebih
besar dari tabel (6.091 > 5.59). Hasil
tersebut menunjukkan Ho ditolak.
21
Yang berarti terdapat hubungan yang
signifikan antara kualifikasi akademik
6
3.3
25
7
9
12.
35
26
4
3.3
25
7
19
dengan kinerja guru Penjasorkes SD
Negeri
40
di
Kacamatan
Polokarto
Kabupaten Sukoharjo tahun 2010
dengan nilai korelasi sebesar 0.132.
Dari hasil penghitungan Chi Kuadrat
diperoleh
nilai
sebesar
6.091.
KESIMPULAN
Selanjutnya dilakukan penghitungan
Ada hubungan yang signifikan
koefisien kontigensi Chi Kuadrat.
antara
Hasil
dengan
perbedaan
akademik
pada
penghitungan
kontigensi
Chi
koefisien
Kuadrat
antara
kinerja
guru
SD
Penjasorkes
kualifikasi
Negeri
di
kualifikasi akademik D2 dan S1,
Kecamatan
kinerja guru Penjasorkes pada SD
Sukoharjo tahun 2010. Dari nilai Chi
Negeri
Polokarto
Kuadrat 6.091 dan table Chi 5%
Kabupaten Sukoharjo tahun 2010
sebesar 5.591, dengan nilai korelasi
sebesar 0.132. Dengan dk = (k-1) (r –
0.132.
di
Kecamatan
Polokarto
Kabupaten
DAFTAR PUSTAKA
Adang Suherman.2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru
SLTP Setara D-III.
Agus Mahendra. 2004. Azas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.
Direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga
Kependidikan. Bagian Proyek Pengendalian dan Peningkatan Mutu Guru
Penjas Dikdasmen.
509
Dasim Budimansyah, Suparlan dan Danny Meirawan. 2009. PAKEM Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Genesindo.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat
Jenderal Departemen Pendidikan Nasional.
2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.
Farida Sarimaya. 2009. Sertifikasi Guru. Bandung: CV. YRAMA WIDYA.
Rusli Lutan dkk., 2002. Supervisi Pendidikan Jasmani Konsep dan Praktik.
Depdiknas.
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Dasar
dan
Menengah
Bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Olahraga.
Toho Cholik M. dan Rusli Lutan. 2001. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Bandung: CV. Maulana.
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta:
Dharma Bhakti.
510