Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Antara Dinas Bina Marga Dan Pengairan Kota Pematangsiantar Dengan Cv. Sibange-Bange Siantar Simarimbun (Studi: Dinas Bina Marga Dan Pengairan Kota Pematangsiantar)

(1)

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana dengan prosedur pelaksanaan perjanjian pemborongan ini pak? Perjanjian pemborongan ini dilakukan dengan prosedur Pengadaan Langsung yaitu dengan mengundang langsung penyedia jasa yang dirasa mampu untuk melaksanakan pemborongan ini untuk kemudian diadakan evaluasi dan negosiasi baik mengenai harga maupun proses pelaksanaannya. Dalam hal ini, CV. Sibange-bange merupakan penyeia jasa yang diundang tersebut.

2. Apa yang menjadi syarat-syarat ataupun kualifikasi dari pemborong yang ingin melaksanakan perjanjian pemborongan ini?

Setiap pemborong yang ingin melaksanakan pemborongan proyek pemerintah haruslah memenuhi syarat-syarat dan kualifikasi yang telah ditentukan sebagaimana yang diatur dalam pasal Perpres No. 4 tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Penmerintah.

3. Darimanakah anggaran dana yang digunakan dalam proyek pemborongan ini?

Anggaran dana yang digunakan berasal dari Bantuan Daerah Bawahan (BDB) Tahun Anggaran 2012.

4. Mengenai jangka waktu, berapa lamakah proses pengerjaan pemborongan ini?

Berdasarkan tawaran yang diajukan CV. Sibange-bange dalam tahap negosiasi, CV. Sibange-bange mengajukan lamanya pengerjaan perbaikan


(2)

jalan ini selama 60 hari kalender, yaitu mulai tanggal 19 Oktober 2012 sampai dengan tanggal 18 Desember 2012.

Pengerjaan proyek pemborongan ini mulai dilaksanakan sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh PPK yang ditandatangani oleh Pimpinan dari CV. Sibange-bange.

5. Selama proses pengerjaan yang dilakukan oleh pemborong, apakah pekerjaan itu dapat dialihkan untuk dikerjakan oleh orang lain?

Pekerjaan pemborongan tidak dapat dialihkan kepada orang lain, kecuali pemborong meninggal, maka pengerjaan dilanjutkan oleh walinya atau perjanjian dapat dibatalkan berdasarkan kata sepakat diantara para pihak. 6. Dalam hal pemborong meninggal atau sakit yang menyebabkan

pemborong tidak dapat melanjutkan pekerjaan, siapakah yang bertanggung jawab atas kelanjutan pengerjaan ini?

Pemborong untuk pengerjaan kontruksi instansi pemerintah haruslah berbadan hukum, jadi apabila pemborong itu sakit ataupun meninggal, maka pengerjaan pemborongan dapat dilanjutkan pemborong lainnya seperti misalnya wakil direktur atau yang lainnya dari badan hukum tersebut.

7. Apabila dalam pengerjaan terjadi kerugian, siapakah yang bertanggung jawab untuk mengganti kerugian tersebut?

Kerugian yang terjadi akibat kelalaian pemborong menjadi tanggung jawab pihak pemborong. Demikian juga halnya apabila kerugian tersebut yang diakibatkan oleh kelalaian pihak yang memborongkan, maka


(3)

kerugian akan menjadi tanggung jawab pihak Pemerintah yang dalam hal ini Dinas bina marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar. Dan bila kerugian tersebut diakibatkan terjadinya keadaan kahar, maka mengenai ganti rugi dapat dibicarakan kembali dengan pihak yang memborongkan. 8. Dalam hal pengerjaan pemborongan, pihak pemborong tidak

menyelesaikan pekerjaan sesuai jangka waktu yang ditetapkan, apakah ada pemberian perpanjangan waktu pengerjaan? Berapa lama biasanya dan siapakah yang menetapkan waktu tersebut?

Pekerjaan yang tidak diselesaikan tepat pada waktunya, akan dikenakan denda oleh panitia pengadaan sebesar 1/1000 dari nilai kontrak.

Untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, maka diberikan perpanjangan waktu sesuai dengan kesepakatan antara pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong.

9. Dalam pengerjaan pemborongan ini, apakah pernah terjadi kendala-kendala sehingga menghambat pengerjaan pemborongan ini? Jikalau ada, apakah yang menjadi penyebab terjadinya kendala tersebut?

Selama pengerjaan pemborongan ini secara umum tidak ditemukan kendala-kendala yang menghambat pengerjaan pemborongan ini, karena pengerjaan pemborongan ini juga diselesaikan tepat pada waktunya.Yang mungkin menjadi kendala adalah mengenai kedudukan pihak pemborong dan yang memborongkan yang mana pihak yang memborongkan dalam kontrak ini adalah adalah instansi pemerintah yaitu Dina Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar.Dalam hal pengadaan langsung, kontrak


(4)

sudah disusun terlebih dahulu oleh PPK yang mana pemborong hanya menyetujui kontrak yang telah ditentukan tersebut. Hal inilah yang kemungkinan besar membuat hasil pengerjaan tidak optimal karena pemborong akan mencari barang yang sesuai harga yangditentukan dalam kontrak tersebut yang terkadang kualitas dari barangtersebut kurang baik sehingga hasil pengerjaan menjadi kurang optimal.

10.Dalam pengerjaan pemborongan ini apakah pernah terjadi perselisihan? Bila ada terjadi sengketa, bagaimana cara yang ditempuh para pihak dalam menyelesaikan masalah tersebut?

Selama pengerjaan pemborongan ini, tidak pernah terjadi perselisihan yang mengakibatkan terhambatnya pengerjaan pemborongan ini.

Apabila terjadi sengketa, maka akan diselesaikan secara musyawarah yaitu melalui pengadilan arbitrase. Hal ini tercantum dalam syarat umum SPK poin 24.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Ali Zainuddin, H. 2009. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika: Jakarta.

Budiono, Herlien. 2011. Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan. Citra Aditya Bakti: Bandung.

Djumialdji, F.X. 1995. Perjanjian Pemborongan. Rineka Cipta: Jakarta.

Djumialdji. 1996. Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta: Jakarta.

H.S, Salim.2003. Perkembangan Hukum kontrak Innominaat di Indonesia. Sinar Grafika: Jakarta.

Haharap Yahya, M. 1986. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Penerbit Alumni: Bandung.

Hasyim, Farida. 2009. Hukum Dagang. Sinar Grafika: Jakarta.

Kadir Muhammad, Abdul. 1990. Hukum Perikatan. Citra Aditya Bakti: Bandung. Kurniawan. 2014. Hukum Perusahaan. Genta Publishing: Yogyakarta.

Masjchun Sofwan, Sri Soedewi. 1882. Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan. Liberty: Yogyakarta.

Meilala Syamsudin, A. Qirom. 1985. Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya. Liberty:Yogyakarta.

Fuady, Munir. 1998. Kontrak Pemborongan Mega Proyek. Citra Aditya Bakti: Bandung.

N.P.D. Sinaga, Budiman. 2005. Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa dari Perspektif Sekretaris. Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Prodjodikoro, Wirjono. 1981. Hukum Perdata tentang Persekutuan-Persekutuan Tertentu. Sumur Bandung: Bandung.

Santoso, Lukman. 2012. Hukum Perjanjian Kontrak. Cakrawala: Yogyakarta. Simamora, Sogar Y. 2013. Hukum Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah di Indonesia. Kantor Hukum “WINS & Partners”: Surabaya. Subekti, R. 1995. Aneka Perjanjian. Citra: Bandung.


(6)

Sutedi, Adrian. 2008. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa.Sinar Grafika: Jakarta.

Syaifuddin, Muhammad. 2012. Hukum Kontrak Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat, Teori Dogmatik dan praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan). Mandar Maju: Bandung.

Widjaja Rai, I.G. 2000.Hukum Perusahaan. Kesaint Blanc: Jakarta.

Widjaya Rai, I.G. 2008.Merancang Suatu Kontrak. Kesaint Blanc: Bekasi Timur. Yudha Hernoko, Agus. 2010. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam

Kontrak Komersil. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

B. PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian sengketa.

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

C. INTERNET

http://bstp.hubdat.web.id/data/arsip/laporan%akhir%kajian%20MRRL%20 Sumut.pdf, diakses tanggal 13 Agustus 2015.

HM. Hanafi Darwis, Hubungan Hukum dalam Perjanjian Pemborongan, Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara, Jakarta Raya. Tahun 2012.Diakses Tanggal 20 Agustus 2015.


(7)

BAB III

TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PEMBORONGAN

A. Pengertian Perjanjian Pemborongan

Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata perjanjian pemborongan disebut dengan istilah pemborongan pekerjaan.Perjanjian pemborongan pekerjaan merupakan suatu bentuk perjanjian yang diatur secara khusus dalam KUHPerdata, yang ketentuannya diatur dalam Bab VIIA yang mengatur tentang perjanjian-perjanjian untukmelakukan pekerjaan.Perjanjian pemborongan diatur dalam Pasal 1601 b, 1604 sampai dengan Pasal 1616 KUHPerdata.

Menurut Pasal 1601 KUHPerdata, pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan.59

Defenisi perjanjian disini kurang tepat menganggap bahwa perjanjian pemborongan adalah perjanjian sepihak sebab si pemborong hanya mempunyai kewajiban saja sedangkan yang memborongkan hak saja.Sebenarnya perjanjian pemborongan adalah perjanjian timbal-balik hak dan kewajiban. Dengan demikian defenisi perjanjian pemborongan yang benar adalah sebagai berikut : perjanjian pemborongan adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan, sedangkan pihak yang lain, yang memborong, mengikatkan diri untuk membayar

59


(8)

suatu harga yang ditentukan.60 Berdasarkan defenisi tersebut diatas maka dapat dikatakan :61

• Bahwa yang membuat perjanjian pemborongan atau dengan kata lain yang terkait dalam perjanjian pemborongan adalah dua pihak saja yaitu, pihak kesatu disebut pihak yang memborongkan atau yang memberi tugas dan

sebagainya dan pihak kedua disebut pemborong/kontraktor/rekanan/annemer/pelaksana dan sebagainya.

• Bahwa objek perjanjian pemborongan adalah pembuatan suatu karya (het maken van werk).

Kata pemborongan dalam beberapa literatur buku seringkali menggunakan istilah yang sama antara kontruksi dan pemborongan. Sungguhpun barangkali jika dikaji ada perbedaan diantara kedua istilah tersebut, tetapi dalam teori dan praktek hukum, kedua istilah tersebut dianggap sama, terutama jika dikaitkan dengan istilah “hukum/kontrak kontruksi” atau “hukum/kontrak pemborongan”. Walaupun begitu, istilah pemborongan mempunyai cakupan yang lebih luas dengan istilah kontruksi.Sebab dengan istilah pemborongan dapat saja diartikan bahwa yang yang diborongkan tersebut bukan hanya kontruksinya (pembangunan), melainkan dapat juga berupa pengadaan barang/jasa.62

Perjanjian pemborongan merupakan salah satu perjanjian untuk melakukan pekerjaan, sebagaimana yang tercantum dalam Bab VII A III

60Ibid

.

61Ibid

.hal. 5.

62

Munir Fuady, Kontrak Pemborongan Mega Proyek (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1998) hal. 12.


(9)

KUHPerdata yang berjudul “Perjanjian untuk melakukan pekerjaan” itu di dalamnya terdapat tiga macam perjanjian yaitu :63

1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu; 2. Perjanjiankerja/perburuhan;

3. Perjanjanjan pemborongan pekerjaan.

Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu adalah suatu perjanjian dengan mana suatu pihak menghendaki pihak lawannya untuk melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan dengan membayar upah pada pihak lawannya, sedangkan apa yang dilakukan pihak lawannya untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali terserah kepada pihak lawan tersebut. Dalam hal ini, biasanya pihak lawan tersebut merupakan seorang yang ahli dalam pekerjaan tersebut dan sudah memasang tarif dalam melakukan pekerjaan tersebut.64

Menurut ketentuan dalam Pasal 1601 b KUHPerdata, perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu yaitu si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelesaikan suatu pekerjaan bagi pihak lain, yaitu pemberi tugas, dengan menerima suatu harga yang telah ditentukan. Dalam perjanjian pemborongan hanya terdapat dua pihak, yaitu pihak

Menurut ketentuan dalam Pasal 1601 a KUHPerdata, perjanjian kerja/perburuhan ialah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu yaitu buruh mengikatkan diri untuk menyerahkan tenaganya kepada pihak lain, yaitu majikan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan menerima upah selama waktu tertentu.

63

R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), hal. 57.

64Ibid


(10)

kesatu yang disebut pihak yang memborongkan pekerjaan, dan pihak yang kedua disebut pemborong atau kontraktor.

Ketiga perjanjian tersebut mempunyai persamaan yaitu bahwa pihak yang satu melakukan pekerjaan bagi pihak yang lain dengan menerima upah. Sedangkan perbedaan diantara ketiga perjanjian tersebut adalah, antara perjanjian kerja dengan perjanjian pemborongan dan perjanjian menunaikan jasa yaitu bahwa dalam perjanjian kerja terdapat unsur subordinasi, sedang pada perjanjian pemborongan dan perjanjian menunaikan jasa ada koordinasi.Mengenai perbedaan antara perjanjian pemborongan dan perjanjian menunaikan jasa, yaitu bahwa dalam perjanjian pemborongan berupa mewujudkan suatu karya tertentu sedangkan dalam perjanjian menunaikan jasa berupa melaksanakan tugas tertentu yang ditentukan sebelumnya.65

B. Pengaturan TentangPerjanjian Pemborongan

Pengaturan tentang pemborongan tidak banyak diatur dalam KUHPerdata. Pemborongan dalam KUHPerdata diatur dalam Bab VII A Buku III KUHPerdata tentang perikatan yaitu yang terdapat dalam Pasal 1601 b, Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1616 KUHPerdata. Walaupun pengaturan tentang pemborongan dalam KUHPerdata sangat singkat dan sederhana, tentunya KUHPerdata berlaku sebagai hukum positif di Indonesia.

Buku III KUHPerdata tentang Perikatan, di samping mengatur mengenai perikatan yang timbul dari perjanjian, juga mengatur perikatan yang timbul dari undang-undang, misalnya tentang perbuatan melawan hukum.Dalam KUHPerdata

65


(11)

terdapat aturan umum yang berlaku untuk semua perjanjian dan aturan khusus yang berlaku hanya untuk perjanjian tertentu (perjanjian khusus) yang namanya sudah diberikan undang-undang (nominaat).Contoh perjanjian khusus, misalnya jual-beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, pinjam-meminjam, pemborongan, pemberian kuasa, dan perburuhan.66

Perjanjian pemborongan selain diatur dalam KUHPerdata, juga diatur dalam keputusan Presiden nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan A.V. 1941 singakatan dari “Algemene Voorwaaden voorde unitvoering bij aanneming van openbare werken in Indonresia”, yang terjemahannya sebagai berikut : syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan umum di Indonesia.67

A.V. 1941 adalah peraturan buatan pemerintah Hindia Belanda dan berlakunya berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Nomor 9 Tanggal 28 Mei 1941 dan dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara Nomor 14751.68

A.V. 1941 isinya terdiri atas 3 bagian :69

• Bagian kesatu memuat syarat-syarat administrasi

• Bagian kedua memuat syarat-syarat bahan

• Bagian ketiga memuat syarat-syarat teknis.

A.V. 1941 merupakan peraturan standar atau baku bagi perjanjian pemborongan di Indonesia khususnya untuk proyek-proyek pemerintah. Mengenai

66

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 36.

67

Djumialdji, Op. Cit. hal. 6.

68 Ibid. 69Ibid.


(12)

pengaturan standar (A.V. 1941) masuk dalam perjanjian pemborongan sebagai perjanjian standar adalah sebagai berikut :70

• Dengan penunjukan yaitu dalam Surat Perintah Kerja (SPK) atau dalam Surat Perjanjian Pemborongan (kontrak) terdapat ketentuan-ketentuan yang menuju pada pasl-Pasal dari A.V. 1941.

• Dengan penandatangan yaitu dalam Surat Perintah Kerja atau dalam Surat Perjanjian Pemborongan (kontrak) dimuat ketentuan-ketentuan dari A.V. 1941 secara lengkap.

Pengaturan A.V. 1941 ini isinya sudah banyak ketinggalan, maka perlu diadakan perubahan-perubahan serta perbaikan supaya ketentuan A.V. 1941 ini sesuai dengan perkembangan industri maupun teknologi.71

Didalam KUHPerdata ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan berlaku bagi perjanjian pemborongan pada proyek swasta maupun proyek-proyek pemerintah.Perjanjian pemborongan dalam KUHPerdata sifatnya pelengkap maksudnya ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan dalam KUHPerdata dalam digunakan para pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak dalam perjanjian pemborongan dapat membuat sendiri ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan asalkan tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.72

Perjanjian pemborongan yang ketentuan-ketentuannya dibuat sendiri oleh para pihak, maka ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata dapat melengkapi apabila terdapat kekurangannya.

70Ibid. 71

Ibid. 72Ibid.


(13)

Selain KUHPerdata dan A.V. 1941 diatas, masih ada sumber hukum lainnya tentang pemborongan dalam berbagai produk hukum, misalnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi, dan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

C. Prosedur Perjanjian Pemborongan

Dalam proses pemborongan pekerjaan terdapat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan sebelum terjadinya perjanjian pemborongan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan fase yang mendahului terjadinya perjanjian (pracontractuale fase). Fase sebelum kontrak atau yang lazim dikenal prosedur pelelangan, dapat terjadi jika pemborongan pekerjaan tersebut dilakukan melalui proses pelelangan sampai dengan pelulusan dari pelelangan yang prosesnya dijelaskan sebagai berikut :73

1. Pemberitahuan atau pengumuman secara umum atau secara terbatas tentang adanya pelelangan pekerjaan, disertai dengan penjelasan mengenai pekerjaan dan persyaratan-persyaratan pekerjaan.

2. Persyaratan prakualifikasi, kualifikasi dan klasifikasi terhadap pemborong. 3. Pemenuhan jaminan yang diwajibkan dalam pemborongan pekerjaan. 4. Pelelangan dan pelulusan

73

Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan, (Yogyakarta: Liberty, 1982), hal. 8.


(14)

Berikut akan dijelaskan mengenai keempat proses yang diatas, yaitu sebagai berikut :

1. Pengumunan dan pemberian penjelasan

Pengumuman tentang adanya pelelangan umum atau terbatas memuat petunjuk-petunjuk dimana bestek harus diambil, dimana tempat penjelasan (aanwizjing) akan disampaikan, yang memungkinkan adanya perubahan terhadap bestek yang telah disusun, dimana lokasi proyek berada, dimana dan kapan batas waktu pendaftaran, serta kapan dan dimana proses pelelangan tersebut diadakan.74

Yang dimaksud dengan bestek adalah uraian tentang pekerjaan bangunan yang disertai gambar-gambar dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan pekerjaan pemborongan itu.Bestek disusun oleh perencana.75

a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha;

Dalam Pasal 19 ayat (1) Peraturan Presiden nomor 4 tahun 2015 adapun persyaratan bagi pemborong yang dapat ikut serta dalam proses pelelangan adalah :

b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemempuan teknis dan manejerial untuk menyediakan barang/jasa;

c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia barang/jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di

74

Ibid, hal. 9.

75


(15)

lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak;

d. Ketentuan sebagiamana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun; e. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain

yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa;

f. Dalam hal penyedia barang/jasa akan melakukan kemitraan, penyedia barang/jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;

g. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil;

h. Memilii kemampuan dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk pengadaan barang dan jasa konsultasi

i. Khusus untuk pelelangan dan pemilihan langsung pengerjaan pekerjaan kontruksi memiliki dukungan keuangan dari bank;

j. Khusus untuk pengadaan pekerjaan kontruksi dan jasa lainnya, harus memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagi berikut:

SKP = KP – P

KP = nilai kemampuan paket, dengan ketentuan :

• Untuk usaha kecil, nilai kemampuan paket (KP) ditentukan sebanyak 5 (lima) paket pekerjaan; dan


(16)

• Untuk usaha non kecil, nilai kemampuan paket (KP) ditentukan sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N.

P = jumlah paket yang sedang duikerjakan

N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir.

k. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang menjalani sanksi pidana yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani penyedia barang/jasa;

l. Memilki Nomor pokok Wajib pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir;

m. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak;

n. Tidak masuk dalam daftar hitam;

o. Memilki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman; dan

p. Menandatangani pakta integritas.

Pemborong yang berminat melaksanakan pekerjaan tersebut setelah memenuhi persyaratan yang diwajibkan dapat mendaftarkan secara tertulis, yaitu dengan cara melakukan penawaran secara tertulis dengan mengingat


(17)

batas waktu yang telah disebutkan dalam pengumuman, untuk kemudian ikut dalam pelelangan.76

Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 15 hari setelah pembukaan surat penawaran, para pemborong terikat pada penawaran yang telah diajukan, dan pada waktu itu juga si pemberi tugas menentukan pelulusan dan penunjukan pemborong yang akan melaksanakan pekerjaan.77

2. Penyaringan pemborong pekerjaan

Dalam prosedur pemborongan pekerjaan, setelah adanya pemberitahuan kepada pemborong melalui undangan yang diberikan panitia pembangunan, maka sebelum ikut dalam penawaran maupun pelelangan, para pemborong disyaratkan memenuhi persyaratan prakualifikasi terlebih dahulu.78

Persyaratan prakualifikasi dimaksudkan untuk dapat mengadakan penilaian mengenai kemampuan maupun mutu dari si pemborong. Prakualifikasi hanya dapat diikuti oleh pemborong yang akan ikut serta dalam proses penawaran maupun pelelangan pemborongan tersebut.79

Menurut teori, penyaringan pemborong terdiri atas :80

a. Kualifikasi yaitu penyaringan pemborong menurut kemampuannya dalam jangka waktu panjang, misalnya selama 5 (lima) tahun.

b. Prakualifikasi yaitu penyaringan pemborong menurut kemampuannya dalam jangka waktu pendek, yaitu kurang dari 5 (lima) tahun.

76

Sri Soedewi Mascjhun Sofwan, Op. Cit. hal. 10.

77Ibid

.

78Ibid

.

79 Ibid. 80


(18)

c. Klasifikasi yaitu penyaringan pemborong menurut spesialisasinya, seperti pemborong spesialisasi bidang kelistrikan, bidang perkapalan dan sebagainya.

Di Indonesia penyaringan pemborong termasuk dalam tahap prakualifikasi, sebab jangka waktunya kurang dari lima tahun yakni hanya dalam tiga tahun.81

Prakualifikasi meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :82 1. Registrasi adalah pencacatan dan pendaftaran data yang meliputi :

a. Data adminstrasi b. Data keuangan c. Data personalia d. Data peralatan e. Data perlengkapan

f. Data pengalaman melakukan pekerjaan

2. Klasifikasi adalah penggolongan perusahaan bidang, sub bidang dan lingkup pekerjaan.

3. Kualifikasi adalah penilaian serta penggolongan perusahaan menurut tingkat kemampuan dasarnya pada masing-masing bidang, sub bidang dan lingkup pekerjaannya.

Penetapan lulus prakualifikasi didasarkan antara lain atas hal-hal sebagai berikut :83

1. Akta pendirian perusahaan

81Ibid

.

82

Ibid, hal. 49.

83Ibid


(19)

2. Surat izin usaha yang masih berlaku 3. Nomor pokok wajib pajak (NPWP) 4. Alamat yang sah, jelas dan nyata 5. Referensi bank

6. Kemampuan modal usaha

7. Mampu dan tidak dinyatakan pailit

8. Referensi pengalaman untuk bidang usaha yang diprakualifikasikan 9. Pimpinan perusahaan tidak berstatus pegawai negeri

10.Syarat mengenai kecakapan atau keahliannya

11.Kelonggaran bagi rekanan golongan ekonomi lemah berupa pemberian bobot yang lebih tinggi dalam penilaian kriteria prakualifikasi

12.Bagi konsultan perorangan, nomor 1, 2 dan 6 tidak merupakan dasar prakualifikasi tetapi digantikan dengan akreditasi dari asosiasi/kelompok profesi yang bersangkutan.

3. Pemenuhan jaminan yang disyaratkan dalam perjanjian pemborongan Jaminan dalam perjanjian pemborongan merupakan salah satu syarat yang dimintakan pimpinan proyek terhadap pada rekanan dengan maksud agar proyek yang dilaksanakan dapat berjalan lancar.84

Khususnya untuk pemborongan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pihak yang memborongkan (bouwheer), untuk dapat menunjuk pemborong yang memenuhi persyaratan pelaksanaan dan pemborongan dengan biaya yang murah dan bertanggungjawab, maka pada pemborong itu

84Ibid,


(20)

diwajibkan mengadakan penawaran yang kemudian dilakukan pelelangan.Untuk dapat ikut dalam tahapan tersebut, selain mengajukan penawaran-penawaran juga disyaratkan adanya jaminan Bank yang berupa jaminan penawaran (tender garansi).85

Didalam perjanjian pemborongan dikenal adanya 4 (empat) macam jaminan, yaitu :86

a. Bank garansi/Garansi bank/Jaminan bank b. Surety bond

c. Jaminan pemeliharaan/Maintenance bond

d. Jaminan pembangunan/Bouw garansi

Ke-empat macam jaminan dalam perjanjian pemborongan diatas akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

a. Garansi bank/bank garansi/jaminan bank

Bank garansi merupakan salah satu bentuk dari perjanjian penanggungan (borgtoch).Pengertian penanggungan terdapat dalam Pasal 1820 KUHPerdata yaitu suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang, manakala orang ini tidak memenuhinya. Dengan kata lain, pihak ketiga yang disebut penanggung/penjamin menjamin kepada pihak yang berpiutang/kreditor/enerima untuk memenuhi prestasinya (waprestasi).87

85Ibid

, hal. 18.

86

Djumialdji, Op. Cit. hal.128.

87Ibid


(21)

Yang bertindak sebagai penanggung/penjamin bisa perorangan maupun badan hukum.Dalam hal bank garansi, yang bertindak sebagai penanggung/penjamin adalah badan hukum yaitu Bank.Bank bersedia sebagai penanggung/penjamin berarti bersedia menanggung resiko apabila debitor/yang terjamin melakukan wanprestasi.Bila wanprestasi tersebut dilakukan oleh debitor/terjamin, maka Bank sebagai penanggung/penjamin menggantikan kedudukan debitor/terjamin, oleh karena itu Bank membayar sejumlah uang kepada kreditor/penerima jaminan.Maka sejak saat itu juga hubungan yang terjadi adalah antara kreditor/yang memberikan kredit dengan debitor/yang menerima kredit.88

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Bank garansi tidak lain adalah suatu bentuk kredit yang tergantung pada suatu keadaan tertentu di waktu mendatang. Oleh karena itu, Bank garansi dalam hal ini hanyalah bersifat accessoir atau pelengkap, yang artinya Bank garansi merupakan perjanjian tambahan, atau dengan kata lain dengan adanya Bank garansi tergantung adanya perjanjian pokok misalnya perjanjian pemborongan. Apabila perjanjian pokok tersebut hapus, maka perjanjian tambahan juga hapus.89

Dalam perjanjian pemborongan dikenal macam-macam Bank garansi, yaitu :90

• Jaminan penawaran/jaminan tender/jaminan pelelangan/tender bor/bid bond

88Ibid

, hal.129.

89

Ibid, hal. 130.

90


(22)

Jaminan penawaran adalah suatu bentuk penanggungan dimana Bank menjamin pembayaran sejumlah uang tertentu untuk memenuhi penawaran didalam pelelangan pemborongan pekerjaan.Jaminan penawaran ini merupakan syarat jika pemborong mau mengikuti pelelangan/tender yang proyeknya berasal dari proyek-proyek pemerintah.

• Jaminan pelaksanaan/perfomance bond

Jaminan pelaksanaan adalah suatu jenis perjanjian penanggungan dimana Bank sebagai penanggung menjamin akan membayar sejumlah uang tertentu kepada si penerima jaminan apabila pemborong yang dijamin yang telah dinyatakan menang dalam pelelangan tidak memenuhi kewajibannya. Jaminam pelaksanaan tujuannnya menjamin pelaksanaan dari proyek.

• Jaminan uang muka/pre payment bond/advance payment bond

Uang muka baru ada kalau didalam perjanjian/kontrak pemborongan dimuat ketentuan mengenai pembayaran uang muka. Jika pemborong akan mengambil uang muka, maka pemborong harus memberikan surat jaminan uang muka.

b. Surety bond

Surety bond adalah jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh perusahaan asuransi kerugian yang mengakibatkan kewajiban


(23)

membayar terhadap pihak yang menerima jaminan apabila yang dijamin melakukan cidera janji (wanprestasi).91

Dalam sistem jaminan atau surety bond dikenal tiga pihak yaitu :92 1. Obligee yaitu pihak yang berhak atas prestasi serta merupakan

pihak dilindungi dengan jaminan surety bond terhadap suatu

kerugian adalah instansi pemberi pekerjaan/bouwbeer/owner/pemilik proyek.

2. Prinsipal yaitu pihak yang berwajib memberikan prestasi serta merupakan pihak yang dijamin dengan jaminan surety bond, adalah rekanan/kontraktor/penyalur/supplier barang dan sebagainya.

3. Surety yaitu pihak yang memberikan jaminan dalam bentuk surety bond adalah PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja (Keputusan Menteri Keuangan No. 76/KMK. 013/1992).

Adapun macam-macam surety bondadalah :93

• Jaminan penawaran/bid bond/tender bond

Dalam hal ini surety company (penjamin) menjamin obligee (pemilik proyek) bahwa prinsipal (rekanan) akan menutup kontrak dan menyediakan jaminan pelaksanaan/performance bond.

Jika rekan ternyata tidak sanggup menutup kontrak atau menyediakan jaminan pelaksanaan, maka kontrak biasanya diberikan kepada penawar terndah berikutnya.Penjamin yang telah

91Ibid

, hal. 39.

92

Ibid, hal, 40.

93Ibid


(24)

menyatakan bertanggung jawab terhadap rekanan, menjamin selisih nilai antara harga kontrak penawaan Rekanan I dan Rekanan II yang mendapatkan tender tadi dengan maksimum sebesar jumlah nilai jaminan.

• Jaminan pelaksanaan/performance bond

Jaminan pelaksanaan diisyratkan bagi rekanan yang ditunjuk melaksanakan pekerjaan atau menang dalam pelelangan sebelum menandatangani surat perjanjian/kontrak harus diserahkan. Adapun tujuan jaminan pelaksanaan agar rekanan melaksanakan pekerjaan sampai selesai.94

• Jaminan pembayaran uang muka/advance paymen bond

Jaminan uang muka ada apbila surat perjanjian pemborongan/kontrak ditentukan adanya uang muka dan rekanan ingin mengambil uang muka. Tujuan jaminan uang muka adalah agar uang muka yang diberikan akan dipergunakan hanya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan dan rekanan akan terikat untuk mengembalikan uang muka tersebut.95

• Jaminan pemeliharaan/maintenance bond

Jika pekerjaan telah mencapai 100%, harga borongan baru kan dibayar 95% dar kontrak, sedangkan 5% dari kontrak tersebut masih ditahan oleh pemilik proyek. Hal ini dimaksudkan agar rekanan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi

94

Djumialdji, Op. Cit. hal. 150.

95Ibid


(25)

atau ada pekerjaan yang belum sepenuhnya terselesaikan. 5% sisa tersebut baru akan dibayarkan jika rekanan telah memenuhi segala kewajibannya.96

Fungsi jaminan pemeliharaan adalah apabila terdapat kerusakan atas hasil pekerjaanya maka rekanan wajib melakukan perbaikan pada masa pemeliharaan dari masa penyerahan pertama sampai pada penyerahan kedua. Apabila rekanan tidak memenuhi kewajibannya, maka Jasa Raharja sebagai penjamin akan memenuhi membayar ganti rugi sebesar nilai jaminan.97

c. Jaminan pemeliharaan/maintenance bond

Jaminan pemeliharaan yaitu pemborong selama jangka waktu tertentu harus memperbaiki kerusakan-kerusakan dari pekerjaannya itu atau kalau ada kekurangan-kekurangan pekerjaannya bisa ditambah.98 Dalam hal ini, pada waktu prestasi telah mencapai 100%, maka diadakan penyerahan proyek kepada yang memborongkan, yang mana proses ini dikenal sebagai penyerahan pertama. Disini harga borongan umumnya hanya dibayar sebesar 95% dari harga bangunan.Dengan demikian, 5%harga bangunan masi ditahan oleh pihak yang memborongkan.99

Pemborong yang telah menyelesaikan pekerjaannya, maka pemborong menyerahkan pekerjaannya dan pemborong menerima pembayarannya.Namun bagi pihak pemborong masih ada

96Ibid

, hal. 151.

97Ibid 98

F.X.Djumialdji, Op. Cit. hal. 53.

99


(26)

kewajiban untuk memelihara hasil pekerjaannya selama jangka waktu tertentu, yang dinamakan masa pemeliharaan.

d. Jaminan pembangunan/ bouw garansi

Dalam perjanjian pemborongan dimana bouwheer mensyaratkan pemborong peserta yang akan melanjutkan pekerjaan jika pemborong utama tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya misalnya meninggal dunia atau sebagainya. Jaminan pembangunan mempunyai tujan agar proyek dapat berjalan secara berkesinambungan dan tidak macet di jalan.100

Jaminan pembangunan menguntungkan bouwheer sebab tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan sedangkan bagi pemborong utama tidak perlu membayar ganti rugi sebab bouwheer juga tidak menerima kerugian.101

Jaminan pembangunan merupakan salah satu bentuk dari penanggungan (borgtocht) yang diatur dalam Pasal 1320KUHPerdata.akan tetapi jaminan pembangunan juga mengandung kelemahan-kelemahan sebagai berikut :102

1. Pemborong peserta kemungkinan tidak ditunjuk oleh bouwheer

untuk menyelesaikan pekerjaan jika pemborong utama tidak dapat menyelesaikan pekerjaan. Ada kemungkinan bouwheer malah menunjukkan pemborong lain sebaliknya pemborong tidak dapat menuntut bouwheer agar pemborong ditunjuk untuk menyelesaikan

100Ibid

, hal. 159.

101 Ibid 102Ibid


(27)

pekerjaannya, sebab dalam hal ini pemborong peserta bukan pihak dalam perjanjian.

2. Pemborong peserta jika telah melakukan pekerjaan tidak dapat langsung minta kontra prestasi kepada bouwheer melainkan harus melalui pemborong utama.

4. Pelelangan dan pelulusan

Dalam hal pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya, diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang didalamnya dikenal ada empat macam cara pengadaan barang dan jasa, yaitu :

1. Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa, media cetak dan pada papan pengumuman resmi untuk penerangan masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.

2. Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh sekurang-kurangnnya 5 rekanan yang tertentu dalam daftar rekanan terseleksi (DRT) yang dipilih diantar rekanan yang tercantum dalam daftar rekanan mampu (DRM) sesuai dengan bidang usaha atau runang lingkupnya atau kualifikasi kemampuannya, dengan pengumuman secara luas melalui media massa, media cetak dan papan pengumuman resmi untuk


(28)

penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha dapat mengetahuinya.

3. Pemilihan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tannpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas yang dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya tiga penawar dan melakukan negosiasi baik teknis maupun harga sehingga diperoleh harga yang wajar dan teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dari rekanan yang tercatat dalam daftar rekanan mampu (DRM) sesuai di bidang usaha, ruang lingkupnya atau kualifikasi kemapuannya.

4. Pengadan langsung adalah pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan rekanan golongan ekonomi lemah tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas atau pemilihan langsung.

Untuk menentukan pelulusan, adalah penawaran yang paling menguntungkan bagi Negara dan dapat dipertanggungjawabkan sebagi calon pemenang, dengan memperhatikan keadaan umum dan keadaan pasar, baik untuk jangka pendek maupun jangka menengah.

Dalam praktek pelaksanaan pelelangan, penentuan pelulusan pemenang didasarkan pada penawaran yang terendah yang dapat dipertanggungjawabkan.


(29)

D. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pemborongan

Perjanjian yang dilakukan para pihak akan melahirkan hak dan kewajiban untuk dilaksanakan. Adapun yang menjadi hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak adalah :

• Kalau perjanjian pemborongan dilakukan sebahagian-sebahagian atau sepotong-sepotong, baik hal itu dengan hitungan atau ukuran.

Dalam hal ini setiap bahagian atau potongan yang telah disiapkan oleh pemborong, boleh diperiksa oleh si pemberi borongan, dan langsung membayar sebahagian yang telah diperiksanya.Pemberi borongan yang telah membayar bahagian yang telah disiapkan si pemborong, harus dianggap telah memeriksa dan telah menyetujui bahagian yang telah dibayarnya.

Pada persetujuan pemborongan kerja atas sebahagian-sebahagian, pemberi borongan wajib membayar bahagian yang telah disiapkan si pemborong.Akan tetapi sebelum bahagian yang disiapkan tadi dibayarnya, si pemberi borongan berhak untuk memeriksanya lebih dulu. Disini terdapat suatu asas: apa yang telah dibayar dianggap telah diperiksa dan disetujui (Pasal 1608 KUHPerdata).

• Ahli bangunan atau pemborong yang telah mengikat perjanjian untuk mendirikan suatu bangunan sesuai dengan “bestek” atau rencana bangunan yang telah mereka sepakati bersama dengan yang punya tanah :


(30)

o Si pemborong tidak diperkenankan meminta tambahan

hargadengan alasan bahwa gaji buruh dan bahan bangunan naik harganya.

o Juga penambahan harga tidak diperkenankan atas perobahan dah

penambahan diluar bestek yang telah ditentukan.

Kecuali kedua hal tersebut diatas telah diperjanjian terlebih dahulu, barulah si pemborong dapat menuntut penambahan biaya (Pasal 1610 KUHPerdata).

o Pemberi borongan berhak menghentikan pekerjaan borongan yang

telah mulai dikerjakan si pemborong. Akan tetapi dalam memepergunakan hak tersebut, emborong wajib melunasi pembayaran yang cukup kepada si pemborong, untuk mengganti segala biaya dan ongkos yang dikeluarkan ditambah dengan keuntungan yang akan diperoleh si pemborong (Pasal 1611 KUHPerdata).

• Kewajiban pemborong untuk mempertanggungjawabkan perbuatan yang dilakukan oleh para pekerja yang dipekerjakannya dalam urusan pemborong.

• Matinya si pemborong. Sesuai dengan Pasal 1602 KUHPerdata yang menegaskan :

o Dengan meninggalnya si pemborong, dngan sendirinya mengakhiri


(31)

o Dalam hal ini si pemberi borongan wajib membayar harga nilai

kerja yang telah disiapkan serta harga bahan-bahan yang telah dippergunakan oleh si pemborong dalam pekerjaan borongan. Pembayaran diberikan kepada ahli waris pemborong.

E. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan

Perjanjian pemborongan dapat berakhir dalam hal-hal sebagai berikut :103 1. Pekerjaan telah diselesaikan oleh pemborong setelah masa pemeliharaaan

selesai atau dengan kata lain pada penyerahan kedua dan harga borongan telah dibayar oleh pihak yang memborongkan.

Di dalam perjanjian pemborongan dikenal adanya dua (dua) macam penyerahan :

a. Penyerahan petama yaitu penyerahan pekerjaan fisik setelah selesai 100%.

b. Penyerahan kedua yaitu penyerahan pekerjaan setelah masa pemeliharaan selesai.

2. Pembatalan perjanjian pemborongan.

Menurut Pasal 1611 KUHPerdata disebutkan :

Pihak yang memborongkan jika dikehendakinya demikian, boleh menghentikan pemborongannya, meskipun pekerjan telah dimulai, asal ia memberikan ganti rugi sepenuhnya kepada si pemborong untuk segala biaya yang telah dikeluarkannya guna pekerjaannya serta untuk keuntungan yang teerhilang karenanya.

3. Kematian pemborong.

103


(32)

Menurut Pasal 1612KUHPerdata bahwa pekerjaan berhenti dengan meninggalnya si pemborong.Dalam hal ini pihak yang memborongkan harus membayar pekerjaan yang telah diselesaikan, juga bahan-bahan yang telah disediakan.Demikian juga ahli waris pemborong tidak boleh melanjutkan pekerjaan tersebut tanpa seijin yang memborongkan.Sebaliknya dengan meninggalnya pihak yang memborongkan, maka perjanjian pemborongan tidak berakhir.Oleh karena itu ahli waris dari yang memborongkan harus melanjutkan atau membatalkan dengan kata sepakat kedua belah pihak.

Pada waktu sekarang pemborong adalah berbentuk badan hukum, maka dengan meninggalnya pemborong, perjanjian pemborongan tidak akan berakhir karena pekerjaan tersebut dapat dilanjutkan anggota yang lain dari badan hukum tersebut.

4. Kepailitan.

5. Pemutusan perjanjian pemborongan.

Pemutusan perjanjian pemborongan ini karena adanya wanprestasi. Pemutusan perjanjian pemborongan ini untuk waktu yang akan datang dengan kata lain pekerjaan yang belum dikerjakan yang diputuskan, namun mengenai pekerjaan yang telah dikerjakan akan tetap dibayar. 6. Persetujuan kedua pihak.


(33)

BAB IV

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PEMBORONGAN ANTARA DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN PEMATANGSIANTAR

DENGAN CV. SIBANGE-BANGE DI SIANTAR SIMARIMBUN

A. Gambaran Umum Tentang Dinas Bina Marga Dan Pengairan

Pematangsiantar

Dasar hukum keberadaan Dinas Bina Marga Dan Pengairan Kota Pematangsiantar dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar No. 3 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar.

Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pematangsiantar lahir dengan visi dan misi. Adapun Visi dari Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pematangsiantar dirumuskan dengan memperhatikan Visi Walikota Kota Pematangsiantar yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pematangsiantar Tahun 2011-2015 yaitu “Mewujudnya Kota Pematangsiantar Mantap, Maju, dan Jaya”104

MANTAP :Dalam arti bahwa semua potensi daerah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam keadaan Pengertian Maju, Mantap, dan Jaya adalah sebagai berikut :

104

Dikutip dari Rencana Kerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar Tahun 2015.


(34)

stabil, sehingga mampu memberikan andil dalam pembangunandaerah.

MAJU :Dalam arti kinerja pembangunan daerah ditandai oleh adanya laju pertumbuhan dan peningkatan grafik di sektor-sektor prioritas yang secara langsung berdampak positif bagi peningkatan kualitas kehidupan serta penguatan posisi daya saing ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Pematang Siantar secara berkelanjutan.

JAYA :Dalam arti hasil pembangunan daerah yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kota dan masyarakat Pematangsiantar berhasil dengan sukses sesuai dengan target-target yang ditetapkan dalam kinerja pembangunan.

Berdasarkan visi tersebut maka Visi Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pematangsiantar ditetapkan sebagai berikut : “Terwujudnya Infrastruktur Kota Pematangsiantar Yang Mantap”. 105

MANTAP :Adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, irigasi, drainase dan gorong-gorong Dalam visi ini mengandung konsep pengertian yaitu :

INFRASTRUKTUR :Adalah sarana dan prasarana jalan, jembatan, irigasi, drainase dan gorong-gorong dan fasilitas publik lainnya.


(35)

yang berkualitas dan berkesinambungan yang mampu melayani kepentingan masyarakat dalam melakasanakan aktivitasnya.

Visi dijabarkan lebih lanjut kedalam misi yang akan menjadi tanggung jawab Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar, dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal keberadaan serta peran instansi pemerintah dalam menyelenggarakan tugas pemerintah. Oleh karena itu, Misi dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar dirumuskan sebagai berikut :

1. Melaksanakan pembangunan di bidang kebinamargaan 2. Melaksanakan pembangunan di bidang pengairan 3. Meningkatkan kemempulayanan infrastruktur

4. Meningkatkan kapasitas dan aksesibilitas infrastruktur melalui peningkatan kuantitas dan kualitas jalan, jembatan, irigasi, drainase, gorong-gorong, turap/talud/bronjong.

Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar sebagai salah satu instansi pemerintah daerah sesuai dengan bidang tugasnya membantu Walikota dalam penyelenggaraan pemerintah di bidang pembangunan, memiliki tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam rangka pembangunan daerah kota Pematangsiantar.

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut :


(36)

1. Meningkatkan kemandirian institusi dan sumber daya manusia di bidang penyelenggaraan prasarana jalan, jembatan, irigasi dan drainase.

2. Memberikan peluang kepada sumber daya manusia di bidang ke bina margaan untuk berinovasi dan berkreasi dalam melaksanakan tugas-tugas kedinasan dengan mengikuti pendidikan dan pelatihan baik bersifat teknis maupun penjenjangan pendidikan formal.

3. Meningkatkan dan mengembangkan keterpaduan sistem jaringan sarana dan prasarana jalan, drainase, jembatan dan irigasi.

4. Mengoptimalkan pemanfaatan prasarana melalui pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan teknologi jalan, jembatan, irigasi dan drainase.

5. Meningkatkan pemeliharaan rutin dan periodik untuk mempertahankan kinerja pelayanan prasarana jalan, jembatan, irigasi dan drainase. 6. Melaksanakan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur ke bina

Margaan dan pengairan harus dari perencanaan yang akurat dan matang serta pengawasan yang melekat di lapangan.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar memiliki kewenangan. Dengan adanya Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Pematang Siantar No. 3 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Pematangsiantar maka Dinas Bina Marga Dan Pengairan


(37)

mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Pemerintah Daerah di bidang Bina Marga Dan Pengairan.

Penjabaran yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan jalan kota meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan.

b. Penyelenggaraan jaringan irigasi kota meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan.

c. Penyelenggaraan drainase kota dan sungai meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan

Selain itu, untuk menyelenggarakan tugasnya maka Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Perumusan kebijakan teknis dan penyusunan program kegiatan operasional pelaksanaan, pembangunan, pengelolaan, peningkatan sarana dan prasarana jalan dan jembatan serta pengairan/irigasi.

b. Penyelenggaraan tugas dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Pelaksanaan pembinaan terhadap bidang kewengangan Bina Marga dan Pengairan.

d. Pelaksaan pengendalian dan penangulangan erosi.

e. Pengelolaan administrsi umum yang meliputi pekerjaan ketatalaksaan, keuangan, kepegawaian dan perlengkapan atau peralatan.

Uraian tugas dan fungsi pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar dijabarkan sebagai berikut:


(38)

A. Bidang Bina Marga

1. Bidang Bina Marga mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas-tugas dinas Bina Marga dan Pengairan Pematangsiantar.

2. Kepala Bidang Bina Marga dalam melaksanakan tugas bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

Untuk menyelenggarakan tugas Bidang Bina Marga mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan jalan kota berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan dengan memperhatikan keserasian antar daerah dan antar kawasan.

b. Melaksanakan pedoman operasional penyelenggaraan jalan kota. c. Penetapan status jalan kota.

d. Pemberian bimbingan penyuluhan serta pendidian dan pelatihan para aparatur penyelenggaraan jalan kota; melaksanakan tugas-tugas lainnya yang dibebankan oleh Kepala Bidang Bina Marga. e. Penyelenggaraan tugas-tugas lain yang dibebankan oleh Kepala

Dinas.

Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan Bidang Bina Marga sebagai berikut:

a. Seksi Pembangunan Jalan mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pelaksanaan, peningkatan dan pembangunan jalan maupun berm serta melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan oleh Kepala Bidang Bina Marga.


(39)

b. Seksi Pembangunan Jembatan mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pelaksanaan, peningkatan dan pembangunan maupun berm jalan serta melaksanakan tugas-tugas lainnya yang dibebankan oleh Kepala Bidang bina Marga.

c. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan mempunyai tugas melaksanakan, memelihara, perbaikan jalan, dan penanggulangan akibat bencana alam, longsor dan banjir di bidang perbaikan jalan dan jembatan serta berm jalan secara rutin maupun periodik serta melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan oleh Kepala Bidang Bina Marga

B. Bidang Pengairan

1. Bidang pengairan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas-tugas Dinas Bina Marga dan Pengairan di bidang pengairan.

2. Kepala bidang pengairan dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada kepala dinas.

Untuk penyelenggaraan tugasnya di bidang pengairan mempunyai fungsi :

a. Perumusan kegiatan teknis pelaksanaan operasional pembangunan, pengelolaan, peningkatan, sarana dan prasarana irigasi, talud/turap/bronjong, drainase dan gorong-gorong.

b. Penyelengaraan tugas-tugas bidang pengairan yang dibebankan oleh Kepala Dinas.


(40)

Pembagian tugas dan fungsi di lingkungan bidang pengairan sebagai berikut :

a. Seksi pembangunan pengairan mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, peningkatan dan pembangunan irigasi serta melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebanka oleh Kepala Bidang pengairan.

b. Seksi pembangunan sungai dan drainase primer mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, penimkatan dan pembangunan sungai dan drainase serta melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan oleh Kepala Bidang Pengairan.

c. Seksi pemeliharaan sungai dan drainase primer mempunyai tugas melaksanakan pemeliharaan sungai dan drainase serta melaksanakan tugas-tugas lainnya yang dibebankan oleh Kepala Bidang Pengairan.

Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar No. 3 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar yang terdiri dari:

1. Kepala Dinas

2. Sekretaris Yang Membawahi ; a. Sub Bagian Umum


(41)

b. Sub Bagian Kepegawaian c. Sub Bagian Keuangan

3. Bidang Penyusunan Program Dan Evaluasi yang membawahi ; a. Seksi Penyusunan Program dan Perencanaan Drainase Primer b. Seksi Penyusunan Program dan Perencanaan Drainase Primer c. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

4. Bidang Bina Marga yang membawahi ; a. Seksi Pembangunan Jalan

b. Seksi Pembangunan Jembatan

c. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan 5. Bidang Pengairan yang membawahi ;

a. Seksi Pengairan

b. Seksi Pembangunan Sungai dan Drainase Primer c. Seksi Pemeliharaan Sungai danDrainase Primer 6. Bidang Sarana dan Prasarana Program yang membawahi ;

a. Seksi Perencanaan Sarana dan Prasarana b. Seksi Pemanfaatan Sarana dan Prasarana

c. Seksi Perawatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Pemborongan pekerjaan tentunya tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar.Dalam hal ini tentunya memerlukan jasa dari penyedia jasa atau yang lazim dikenal dengan istilah kontraktor.Dalam pelaksanaan perbaikan jalan ini, pemborong yang melaksanakan proyek ini adalah CV. Sibange-bange. CV. Sibange-bange adalah


(42)

suatu penyedia jasa yang bergerak di bidang jasa kontruksi yang didirikan pada tanggal 9 Maret 2007 dengan akta pendirian nomor 8 yang dibuat oleh Kantor Notaris Robert Tampubolon SH., dengan pimpin Ir. Ronikon Sitompul, yang beralamat di Jalan Nenas Gang Kana no. 18, Pematangsiantar.

Mengenai Comanditer Venootschap atau CV pengertiannya diatur dalam Pasal 19 Kitab Undang-Undang Hukum dagang (KUHD), mengatakan bahwa perseroan komanditer adalah perseroan menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang persero yang secara langsung bertanggungjawab untuk seluruhna pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain.106Sedangkan menurut I.G Rai Widjaja persekutuan komanditer adalah suatu perusahaan yang didirikan oleh satu atau beberapa orang secara tanggung-menanggung, bertanggungjawab untuk sepenuhnya atau bertanggung secara solider, dengan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldscgieter).107

Untuk mendirikan suatu CV dapat dilakukan secara lisan atau tertulis.Dalam prakteknya pendirian sebuah CV dibuat dalam bentuk akta notaris.Oleh karena itu, pendirian sebuah CV harus memperhatikan Pasal 22 KUHDagang, dan mengenai pendaftaran CV mengacu pada ketentuan Pasal 23 KUHDagang.108

CV. Sibange-bange sebagai salah satu penyedia jasa kontruksi yang telah memenuhi persyaratan untuk mengadakan pengerjaan pemborongan pekerjaan juga memiliki Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksana Kontruksi sesuai dengan

106

Farida Hasyim, Hukum Dagang (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 144.

107 I.G Rai Widjaja, Hukum Perusahaan (Jakarta: Kesaint Blanc, 2000), hal. 51. 108


(43)

ketentuan dalam Pasal 8 huruf b UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi yang mengharuskan setiap Badan Usaha Pelaksana Kontruksi harus memilki SBU dengan Nomor : 08865/GABPEKNAS/02/3/11. Selain itu, CV. Sibange-bange juga memperoleh Surat Izin Usaha jasa Kontruksi dari Pemerintah Kota Pematangsiantar dengan nomor : 1.132262.1273-2-166-2011 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar pada tanggal 21 September 2011.

Selain beberapa hal diatas, CV. Sibange-bange juga memiliki persyaratan-persyaratan lainnya yang memenuhi klasifikasi sehingga CV. Sibange-bange layak untuk mengadakan kerjasama baik dengan instansi pemerintah maupun pihak swasta.

Dalam menjalankan usahanya di bidang pemborongan CV. Sibange-bange sebelumnya telah memiliki pengalaman sebagai penyedia jasa dalam melaksanakan perjanjian pemborongan yaitu program pengaspalan jalan di jalan Pisang dengan Pemerintah Kota Pematangsiantar.

CV. Sibange-bange di tahun 2012 pernah menandatangani kontrak dengan Dinas Bina Marga dan pengairan kota Pematangsiantar dalam Program Rehabilitasi/Perbaikan Jalan dan Jembatan tahun anggaran 2012 setelah melalui tahapan prakontrak.

B. Hubungan Hukum Antara Para Pihak Pada Pelaksanaan Perjanjian

Pemborongan Di Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar

Sebelum membahas mengenai hubungan hukum antara para pihak dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan ini, terlebih dahulu akan dibahas mengenai


(44)

pihak-pihak yang ikut serta atau yang terkait dalam pejanjian pemborongan ini. Para pihak tersebut lebih dikenal dengan istilah para peserta dalam perjanjian pemborongan.Dalam perjanjian pembrongan harus dibedakan mengenai pihak-pihak yang langsung terkait dan pihak-pihak-pihak-pihak yang tidak langsung terkait dalam perjanjian pemborongan tersebut.

Adapun pihak-pihak yang langsung terkait dalam perjanjian pemborongan yang kemudian disebut peserta dalam perjanjian pemborongan adalah sebagai berikut :109

1. Yang memborongkan

Yang memborongkan dapat berupa orang-perorangan maupun badan hukum pemerintah ataupun swasta.Bagi proyek-proyek pemerintah, yang memborongkan adalah pihak Departemen atau lembaga pemegang mata anggaran. Yang memborongkan adalah yang memiliki rencana/prakarsa untuk memborongkan proyek sesuai dengan surat perjanjian pemborongan dan apa yang tercantum dalam bestek dan syarat-syaratnya.

2. Pemborong

Pemborong/kontraktor bangunan adalah perusahaan-perusahan yang bersifat perorangan yang berbadan hukum atau badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pemborongan.

Pemborong dapat berupa perorangan maupun badan hukum, baik pemerintah maupun swasta.Bagi proyek-proyek pemerintah, pemborong harus berbadan hukum.

109


(45)

Pemborong dalam melaksanakan kegiatan di bidang usaha jasa kontruksi diwaijbkan telah memiliki ijin Menteri Pekerjaan Umum atau pejabat yang ditunjuk, sesuai dengan Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Kontruksi Nasional (LPJK) Nomor 10 Tahun 2013 tentang Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Kontruksi.

Hubungan hukum antara yang memborongkan dengan pemborong diatur sebagai berikut :

a. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan. b. Apabila pihak yang meborongkan adalah pihak pemerintah sedangkan

pemborongnya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta dibawah tangan, Surat Perintah Kerja, Surat Perjanjian Kerja/Kontrak.

c. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta dibawah tangan, Surat Perintah Kerja, Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak.

3. Perencana atau arsitek

Perencana atau arsitek merupakan seorang yang ahli dalam membuat suatu rancangan bangunan dan yang bertanggung jawab memimpin bangunan tersebut.

Dalam hal apabila pemberi tugas atau yang memborongkan adalah pemerintah, dan perencana juga dari pemerintah (DPU) maka hubungan


(46)

yang tercipta adalah hubungan kedinasan.Dan jika pemberi tugas dari pemerintah atau swasta dan perencana dari pihak swasta yaitu konsultan perencana, maka hubungannya diatur dalam perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal disebut dengan istilah seperti perjanjian perencana, perjanjian pekerjaan perencana.

Hubungan hukum antara yang memborongkan dengan perencana diatur sebagai berikut :

a. apabila yang memborongkan maupun perencana keduanya pihak pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan. b. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan perencana

pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut dengan perjanjian melakukan jasa dimana dalam praktek dituangkan dalam surat pekerjaan perencanaan.

c. Apabila yang memborongkan maupun perencana maupun keduanya adalah pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian melakukan jasa (Pasal 1601 KUHPerdata) yang dalam praktek dituangkan dalam surat perjanjian pekerjaan perencanaan.

4. Direksi/Pengawas/Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas bertugas mengawasi seluruh kegiatan pekerjaan kontruksi mulai dari penyiapan, penggunaan dan mutu bahan, pelaksanaan pekerjaan serta pelaksana akhir atas hasil pekerjaan sebelum penyerahan.


(47)

Pengawasan pelaksanaan berarti mewakili yang memborongkan dalam segala hal yang menyangkut pelaksanaan yaitu memberi pimpinan dan mengadakan pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Hubungan hukum antara direksi/pengawas dengan yang memborongkan diatur sebagai berikut :

a. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan. b. Apabila direksi merupakan pihak swasta sedangkan yang

memborongkan pihak pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa, dimana yang memberi kuasa adalah pihak yang memborongkan (pemerintah) sedangkan yang diberi kuasa adalah pihak direksi (pengawas).

c. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa.

Selain itu, dalam perjanjian pemborongan terdapat prinsip-prinsip hubungan hukum. Prinsip-prinsip hubungan hukum tersebut antara lain :110

1. Prinsip korelasi tanggung jawab para pihak

Prinsip ini menyatakan tanggungjwab para pihak dalam penyediaan bahan bangunan. Dalam Pasal 1604 KUHPerdata ditentukan bahwa dalam suatu perjanjian pemborongan, jika pemborong yang harus menyediakan bahan bangunannya, maka sebelum diserahkan pekerjaan tersebut rusak atau

110

HM. Hanafi Darwis, Hubungan Hukum dalam Perjanjian Pemborongan, Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara, Jakarta Raya. Tahun 2012.Diakses Tanggal 20 Agustus 2015.


(48)

hancur dan dalam keadaan bagaimanapun, maka setiap kerugian yang timbul merupakan tanggung jawab dari pihak pemborong, kecuali dapat dibuktikan bahwa pihak yang memborongkan ikut melakukan kesalahan yang menyebabkan kerusakan pada pekerjaan tersebut. Sebaliknya apabila bahan tersebut disediakan oleh pihak yang memborongkan sementara pihak pemborong hanya berkewajiban melakukan pekerjaan dari segi tenaga saja, maka apabila pekerjaan tersebut musnah maka dalam hal ini pihak pemborong hanya bertanggung jawab untuk kesalahannya saja. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, yaitu dalam hal pemborong hanya berkewajiban melakukan pekerjaannya saja, kemudian pekerjaan tersebut musnah sebelum diserahkan tanpa ada kesalahan dari pihak pemborong, maka pemborong tetap tidak berhak untuk menerima harga borongan, kecuali dalam hal :

a. Pemberi tugas atau yang memborongkan telah bersalah yaitu lalai dalam memeriksa dan menyetujui pekerjaannya, dan b. Musnahnya pekerjaan itu akibat cacat dari bahan yang dipakai. 2. Prinsip ketegasan tanggung jawab pemborong

Prinsi ini mengatur terhadap suatu pembangunan gedung (Pasal 1605 KUHPerdata). Dalam hal ini, pihak pemborong yang juga dianggap ahli bangunan harus bertanggung jawab secara hukum atas pekerjan yang dibuatnya jika bangunan yang dibuatnya tersebut rubuh (baik sebagian atau seluruhnya) asal memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:


(49)

b. Pekerjaan diborongkan untuk suatu harga tertentu, dan

c. Tanggung jawab pemborong sampai dengan jangka waktu 10 tahun (Pasal 1609 KUHPerdata).

3. Prinsip larangan perubahan harga perjanjian

Prinsip larangan perubahan harga perjanjian adalah bahwa pihak pemborong tidak boleh mengubah perjanjian secara sepihak dengan menaikkan harga borongan (Pasal 1610), dengan alasan telah terjadi :

a. Telah terjadi kenaikan upah buruh, atau

b. Telah terjadi kenaikan harga bahan bangunan, dan

c. Terjadinya perubahan pekerjaan serta tambahan pekerjaan yang tidak termasuk dalam rencana tersebut.

4. Prinsip kebebasan pemutusan perjanjian secara sepihak

Prinsip ini diatur dalam Pasal 1611 KUHPerdata. Prinsip ini menentukan bahwa pihak yang memborongkan bebas memutuskan perjanjian di tengah jalan secara sepihak (meskipun disebutkan dalam perjanjian) walau tanpa ada kesalahan dari pihak pemborong, asalkan pemberi tugas tersebut mengganti kerugian yaitu besarnya biaya yang telah dikeluarkan dari pekerjaan tersebut. Prinsip ini menyimpang dari prinsip hukum perjanjian yang umumnya berlaku bahwa para pihak tidak dapat memutuskan perjanjian ditengah jalan kecuali disetujui oleh kedua belah pihak atau dengan keputusan pengadilan atau pembatalan harus dimintakan kepada hakim yaitu melalui keputusan pengadilan (Pasal 1266 KUHPerdata).


(50)

C. Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan Antara Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar dengan CV. Sibange-bange

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis dalam pengerjaan kontrak pemborongan ini, pengerjaan perbaikan jalan ini merupakan bentuk realisasi dari program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan Dinas Bina Marga dan Pengairan Pematangsiantar di jalan Perpasiran 05/010 Kelurahan Tong Marimbun, Kecamatan Siantar Simarimbun yang disebutkan dalam kontrak pemborongan antara Dinas Bina Marga dan Pengairan Pematangsiantar dengan CV. Sibange-bange. Pengerjaan program rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan ini tertera dalam Rencana Kerja Dinas Bina Marga dan Pengairan Pematangsiantar tahun 2012 dengan sumber dana yang berasal dari Bantuan Daerah Bawahan Tahun Anggaran 2012.

Adapun para pihak yang terlibat dalam perjanjian ini adalah Dinas Bina Marga dan Pengairan Pematangsiantar yang beralamat di jalan Pdt. J. Wismark Saragih, Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba, yaitu sebagai pihak yang memborongkan pekerjaan dengan penyedia jasa CV. Sibange-bange yang beralamat di jalan Nenas Gang Kana Nomor 18, Pematangsiantar, yaitu sebagai pemborong pekerjaan.

Pengerjaan pemborongan dilakukan dengan berpedoman kepada prosedur-posedur yang diatur pada Pasal 45 ayat (3) Perpres No. 4 Tahun 2015, yaitu dilakukan dengan prosedur :

a. Pelelangan umum; b. Pelelangan terbatas;


(51)

c. Pemilihan langsung; d. Penunjukan langsung; atau e. Pengadaan langsung.

Pemilihan atau penyaringan pemborong dalam pembangunan proyek ini dilakukan dengan metode pengadaan langsung.Pengadaan langsung maksudnya adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/seleksi/penunjukan langsung. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam pemilihan penyedia jasa pengerjaan kontruksi dengan metode pengadaan langsung, paling tidak harus mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut (Pasal 57 poin (5) Perpres No. 4 Tahun 2015):

a. Survei harga pasar dengan cara membandingkan minimal 2 (dua) Penyedia Barang/Pengerjaan Kontruksi/Jasa Lainnya yang berbeda; b. Membandingkan harga penawaran dengan HPS;

c. Klarifikasi teknis dan negosiasi harga/biaya.

Sebelum dilakukan pengadaan langsung, maka Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus menetapkan terlebih dahulu spesifikasi teknis dan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) pekerjaan tersebut, serta menetapkan rancangan Surat Perintah Kerja (SPK). PPK setelah melakukan survei mengenai harga pasar dan mendapatkan harga yang diinginkan, PPK kemudian menyusun HPS, spesifikasi teknis pengerjaan kontruksi, gambar rancangan pekerjaan, serta membuat rancangan SPK untuk kemudian diserahkan kepada Panitia Pengadaan Jasa Kontruksi Dinas Bina Marga dan Pengairan kota Pematangsiantar.


(52)

HPS disusun paling lama 28 hari kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran (Pasal 66 Perpres No. 4 Tahun 2015).Dalam Perpres ini juga diatur mengenai penyusunan HPS itu sendiri. Penyusunan HPS disusun dengan memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar serta HPS disusun dengan didasarkan pada harga pasar setempat, yang diperoleh berdasarkan hasil survei menjelang dilaksanakannya pengadaan, dengan mempertimbangkan informasi yang meliputi :

• Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) maupun yang yang dipublikasikan oleh asosiasi terkait dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

• Daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh pabrikan/distributor tunggal.

• Biaya kontrak sebelumnya atau kontrak yang sedang berjalan, baik kontrak yang dilakukan dengan instansi maupun pihak lain dengan mempertimbangkan faktor perubahan biaya.

• Inflasi tahun sebelumnya, suku bunga berjalan dan/atau kurs tengan Bank Indonesia.

• Perkiraan perhitungan biaya yang dilakukan oleh konsultan perencana (engineer’s estimate)


(53)

Panitia pengadaan jasa kontruksi kemudian mengundang calon penyedia jasa yang diyakini mampu untuk menyampaikan penawaran administrasi, teknis, dan harga. Adapun calon penyedia jasa yang diundang adalah :111

1. Penyedia jasa yang telah disurvei (baik melalui media elektronik dan/atau non-elektronik) yang harga penjualannya paling rendah berdasarkan spesifikasi teknis yang telah ditentukan dan diyakini mampu.

2. Penyedia yang diyakini mampu adalah penyedia yang memenuhi syarat berdasarkan Perpres No. 5 Tahun 2014.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu penyedia jasa diatur menurut ketentuan didalam Pasal 19 Perpres No. 4 Thun 2015, yaitu sebagai berikut :

a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha;

b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manejerial untuk menyediakan barang/jasa;

c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia barang/jasa dalam kurun waktu 4 (empat)tahun terakhir, baik dilingkungan pemerintahmaupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak;

d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi penyedia barang/jasa yang baru berdiri kurang dari tiga tahun;

111

Wawancara dengan Ibu Errita Purba ST., Ketua Panitia Pengadaan Jasa Kontruksi pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar, pada hari Rabu, 5 Agustus 2015,pukul 10.30 Wib.


(54)

e. Memiliki sumber daya manusia, modal, perlatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan barang/jasa;

f. Dalam hal penyedia barang/jasa akan melakukan kemitraan, penyedia barang/jasa harus mempunai perjanjian kerja sama operasi/keitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut;

g. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil;

h. Memilki kemampuan dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk pengadaan barang dan jasa konsultasi;

i. Khusus untuk pelelangan dan pemilihan langsung pengadaan pengerjaan kontruksi memilki dukungan keuangan dari bank;

j. Khusus untuk pengadaan pekerjaan kontruksi dan jasa lainnya, harus memperhitungkan sisa kemampuan paket (SKP) sebagai brerikut : SKP = KP-P

KP = nilai kemapuan paket, dengan ketentuan :

• Untuk usaha kecil,nilai kemampuan paket (KP) ditentukan sebanyak lima paket pekerjaan,

• Untuk usaha non kecil, nilai kemampuan paket (KP) ditentukan sebanyak enam atau1,2 (satukoma dua) N.


(55)

N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani saat bersamaan dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

k. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani penyedia barang/jasa;

l. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakn tahun terakhir ;

m. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak;

n. Tidak masuk dalam daftar hitam;

o. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman;

p. Menandatangani pakta integritas

Panitia pengadaan jasa kontruksi setelah memeriksa dan menentukan calon penyedia jasa yang dirasa mampu, kemudian menyampaikan surat undangan pengadaan yang dilampiri dengan spesifikasi teknis dan/atau gambar serta dokumen-dokumen lain yang menggambarkan jenis pekerjaan yang dibutuhkan. Dalam hal ini CV. Sibange-bange adalah penyedia jasa yang diundang oleh Panitia pengadaan jasa kontruksi Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar dengan undangan Pengadaan Langsung nomor : PAN.PBJ/Und-26/PL/BMP/VIII/2012 tanggal 13 Agustus 2012.


(56)

Penyedia jasa yang diundang kemudian menyampaikan penawaran administrasi, teknis dan harga secara langsung sesuai dengan jadwal yang ditentukan dalam undangan. CV. Sibange-bange memenuhi undangan tersebut tertanggal 24 Agustus 2014 dengan mengajukan penawaran dengan melampirkan:

1. Daftar kuantitas dan harga 2. Pakta integritas

3. Dokumen penawaran teknis, terdiri dari: a. Metode pelaksanaan

b. Jadwal waktu pelaksanaan c. Daftar personil inti

d. Jenis, kapasitas, komposisi, dan jumlah peralatan utama minimal yang dibutuhkan

e. Spesifikasi teknis.

Panitia pengadaan jasa kontruksi membuka penawaran dan mengevaluasi administrasi dan teknis dengan sistem gugur, melakukan klarifikasi teknis dan negosiasi harga untuk mendapatkan penyedia jasa yang wajar serta dapat dipertanggungjawabkan.Metode evaluasi yang digunakan adalah dengan sistem gugur sesuai dengan ketentuan Pasal 48 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015, disebutkan bahwa evaluasi penawaran dalam pemilihan penedia barang/pekerjaan kontruksi/jasa lainnya pada prinsipnya menggunakan metode system gugur. Pada tahap ini, panitia pengadaan, yang dalam hal ini Dinas bina Marga dan Pengairan Kota pematangsiantar melakukan evaluasi penawaran yang


(57)

meliputi evaluasi administrasi, evaluasi teknis, dan evaluasi harga terhadap dokumen-dokumen penawaran yang diajukan CV. Sibange-bange.

Evaluasi administrasi dimaksudkan untuk menguji kebenaran, kecocokan serta kelengkapan dokumen guna menentukan apakah penyedia jasa tersebut memnuhi persyaratan yang dibutuhkan atau tidak. Hal-hal yang dievalusi adalah daftar kuantitas dan harga, surat penawaran serta jaminan penawaran.112

CV. Sibange-bange mengajukan penawaran pengerjaan proyek ini sebesar Rp.199.194.000,- (seratus Sembilan puluh sembilan juta seratus sembilan puluh empat ribu rupiah). Nilai penawaran yang diajukan CV. Sibange-bange tidak melebihi nilai HPS yang berarti penawaran yang diajukan CV. Sibange-bange diterima oleh Panitia pengadaan dan dianggap dapat

Dari hasil evaluasi yang diadakan Panitia Pengadaan menetapkan CV. Sibange-bange adalah penyedia jasa yang memenuhi syarat administrasi dan teknis.Kemudian Panitia Pengadaan mengundang CV. Sibange-bange untuk klarifikasi dan negosiasi harga.Adapun pelaksanan klarifikasi dan negosiasi harga dilaksanakan pada tanggal 14 September 2012 di tempat Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar.Harga penawaran yang diajukan oleh penyedia jasa tidak boleh melebihi nilai HPS yang dalam perjanjian pemborongan ini nilai HPS nya adalah Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).Jika penawaran yang diajukan penyedia jasa lebih tinggi dari nilai HPS maka diadakan negosiasi harga.Bila negosiasi harga tidak mengasilkan kesepakatan, Pengadaan Langsung dinyatakan gagal dan dilakukan pengadaan langsung dengan mengundang Penyedia jasa lainnya.

112

Wawancara dengan Ibu Errita Purba ST., Ketua Panitia Pengadaan Jasa Kontruksi pada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar, pada hari Rabu, 5 Agustus 2015.


(58)

dipertanggungjawabkan.Proses ini tercantum dalam Berita Acara Klarifikasi dan Negosiasi. Dasar penentuan pemenang penawaran dalam perjanjian pemborongan ditentukan dari penawaran yang menguntungkan Negara, yaitu :

1. Penawaran yang secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. 2. Perhitungan harga yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Penawaran tersebut adalah penawaran yang terendah atau nilai penawaran tersebut tidak melebihi nilai HPS yang telah ditetapkan PPK.

4. Telah memperhatikan penggunaan semaksimal mungkin dari hasil produksi didalam negeri.

Setelah klarifikasi dan negosiasi selesai, maka Panitia Pengadaan membuat berita acara hasil pengadaan langsung yang terdiri dari :

1. Undangan pengadaan langsung

2. Pendaftaran dan pengambilan dokumen 3. Pemberian penjelasan (aanweijzing)

4. Penyampaian/pemasukan dokumen enawaran 5. Pembukaan dokumen penawaran

6. Hasil evaluasi dokumen 7. Kesimpulan.

Panitia Pengadaan kemudian mengumumkan pemenang pengadaan langsung dengan mengeluarkan surat Penetapan Pengadaan Langsung nomor : PAN.PBJ/466/PL/BMP/IX/2012 yang kemudian mengeluarkan Pengumuman


(59)

Hasil Pengadaan pemenang pengadaan langsung dengan nomor: PAN.PBJ/554/PL/BMP/IX/2012 dengan ketetapan sebagai berikut:

Nama Perusahaan : CV. SIBANGE-BANGE

Pimpinan : Ir. Nimrot Silaen/Wakil Direktur

Alamat : Jln. Nenas Gang Kana no. 18, Pematangsiantar NPWP : 02.646.346.3-117.000

Harga Penawaran : Rp. 199.194.000,- (seratus sembilan puluh sembilan juta seratus sembilan puluh empatt ribu rupiah)

Harga Penawaran Hasil

Klarifikasi dan Negosiasi : Rp. 199.194.000,- (seratus sembilan puluh sembilan juta seratus sembilan puluh empatt ribu rupiah)

Evaluasi Penawaran : LULUS

Panitia Pengadaan kemudian menyampaikan berita acara kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), yang mana PPK melakukan perjanjian dan mendapatkan bukti perjanjian berupa Surat Perintah Kerja (SPK). PPK mengeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja kepada CV. Sibange-bange untuk melakukan proses pengerjaan proyek pemeliharaan jalan di jalan Perpasiran 05/010 Kelurahan Tong Marimbun, Kecamatan Siantar Simarimbun.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015, disebutkan bahwa kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah dilaksanakan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya surat penunjukan


(60)

pemenang pengadaan langsung oleh panitia pangadaan. Dalam hal ini kontrak ditandatangani oleh Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar, Rufinus, ST., sebagai pihak yang memborongkan pekerjaan, dengan CV. Sibange-bange yang dalam hal ini ditandatangani oleh Ir. Nimrot silaen selaku Wakil Direktur dar CV. Sibange-bange yaitu sebagai pihak pemborong. Selain dokumen kontrak itu sendiri yang harus ditandatangani oleh para pihak, juga terdapat dokumen-dokumen yang merupakan satu kesatuan dari bagian yang tak terpisahkan dari kontrak itu sendiri :

1. Surat perjanjian

2. Surat penawaran berikut daftar kuantitas harga 3. Syarat umum kontrak

4. Syarat khusus kontrak 5. Spesifikasi teknis pekerjaan 6. Gambar

7. Dokumen lainnya

Setelah penandatangan kontrak selesai dilakukan, maka Dinas Bina Marga dan Penggairan kota Pematangsiantar kemudian menyerahkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor: kepada CV. Sibange-bange. Dalam SPMK ini diatur mengenai lamanya pekerjaan yaitu selama 60 hari kalender, yang mulai dihitung dari tanggal 19 Oktober 1992 sampai pada tanggal 18 Desember 2012. Dalam kontrak ini juga diatur mengenai denda keterlambatan penyelesaian pengerjaan kontruksi yaitu sebesar 1/1000 (satu per seribu) dari nilai SPK atau bagian tertentu dari SPK sebelum PPN sesuai dengan persyartan yang ditentukan dalam SPK.


(61)

Dalam proses pengerjaan proyek ini, penyedia jasa harus tunduk dan mematuhi aturan yang telah ditentukan dalam Syarat Umum Perintah Kerja. Dalam syarat umum SPK ini diatur berbagai hal yang berhubungan dengan pengerjaan kontruksi ini.

D. Kendala dan Upaya Penyelesaian Sengketa dalam Pelaksanaan

Perjanjian Pemborongan antara Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar dengan CV. Sibange-bange

1. Kendala yang terjadi

Pelaksanaan suatu proyek pemborongan tidak selamanya dapat berjalan seperti yang direncanakan.Setiap rencana pembangunan yang dituangkan didalam kontrak tidak selamanya berjalan seperti yang direncanakan.Banyak hal yang mempengaruhi terhambatnya pelaksanaan suatu kontrak atau bahkan menyebabkan batalnya pekerjaan tersebut yang mengakibatkan tidak selesainya pekerjaan pemborongan tersebut.Terdapat berbagai hambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan suatu perjanjian pemborongan. Munir Fuady, dalam bukunya menyebutkan berbagai hal-hal yang menjadi kendala sehingga menyebabkan keetidakterlaksananya suatu kontrak kontruksi, yakni antara lain:113

a. Keterlambatan, ketidakcocokan dan kegagalan, b. Suspense

c. Repudiasi

d. Determinasi

e. force majeure

113


(62)

f. variasi

g. exempsi

h. hardship

i. terminasi

Secara garis besar dapat disimpulkan yang mungkin menjadi kendala dalam pengerjaan suatu proyek antara lain hambatan yang diakibatkan kontrak itu sendiri, hambatan yang bersumber dari para pihak itu sendiri, dan hambatan yang berada diluar kekuasaan manusia (force majeure).

a. Hambatan yang timbul dari kontrak itu sendiri

Hambatan yang timbul dari kontrak itu sendiri biasanya timbul dalam pengerjaan kontrak itu sendri, baik pada saat tahap pra kontrak, tahap penandatangan kontrak, maupun tahap setelah pelaksanaan kontrak atau tahap pasca kontrak. Kontrak yang ditandatangani oleh Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar dengan CV. Sibange-bange merupakan suatu kontrak baku, yang bentuk, isi, dan pelaksanaannya berpedoman pada Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Perpres ini sendiri merupakan pengganti dari Peraturan Presiden sebelumnya, yakni Peraturan Presiden No. 54 tahun 2010, yang mana Perpres ini juga telah mengalami beberapa kali perubahan. Sampai dengan dikeluarkannya Perpres No. 4 Tahun 2015 ini, Perpres No. 54 Tahun 2010 telah mengalami empat kali perubahan. Bahkan sampai dengan akhir tahun 2012 saja, Perpres 54/2010 sendiri


(63)

telah mengalami dua kali perubahan, yakni Perpres Nomor 35 Tahun 2011 dan Perpres Nomor 70 Tahun 2012.

Seringnya terjadi perubahan tentang tata cara pengadaan barang/jasa pemerintah ini menimbulkan dua sudut pandang berbeda, di satu sisi pemerintah dalam hal ini senantiasa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik untuk memperbaiki tentang tata cara pengadaan barang/jasa pemerintah. Disisi lain, dengan perubahan-perubahan yang terjadi ini menunjukkan bahwa Peraturan Presiden ini ternyata belum mampu menjawab kebutuhan akan pedoman pengadaan barang/jasa pemerintah yang baik.

Kontrak yang dihasilkan dalam suatu perjanjian secara formal telah melalui prosedur-prosedur sebagaimana yang diatur dalam Perpres No. 4 Tahun 2015. Namun yang menjadi masalah adalah apa yang sebenarnya terjadi di lapangan atau di kenyataannya. Prosedur pengerjaan perbaikan jalan dalam kontrak pemborongan ini dilakukan dengan prosedur Pengadaan Langsung.Prosedur pengadaan langsung dilakukan dengan mengundang maksimal 2 (dua) calon penyedia jasa untuk kemudian dilakukan seleksi oleh panitia pengadaan jasa kontruksi.Yang bisa menjadi permasalahan adalah pemilihan penyedia jasa tersebut.Oleh karena penyedia jasa dipilih dan ditentukan langsung oleh panitia pengadaan secara sepihak, hal inilah yang dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab untuk melakukan kongkalikong/persekongkolan terhadap pemilihan calon penyedia jasa


(1)

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, S.H., M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Bapak Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 6. Ibu Rabiatul Syahriah, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen

Hukum Keperdataan Universitas Sumatera Utara.

7. Terimakasih secara khusus untuk Bapak Malem Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Maria Kaban, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II, yang telah menolong penulis dan yang telah banyak meluangkan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, bersyukur boleh menjadi mahasiswa bimbingan skripsi Bapak dan Ibu.

8. Bapak Dr. Faisal Akbar, S.H., M.Hum., selaku Dosen P.A dari penulis dari semester I sampai semester terakhir.

9. Seluruh dosen pengajar, yang mengabdikan diri mengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala pekuliahan penulis selama menjalani urusan perkuliahan.

10. Seluruh staff, dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk setiap pelayanan terbaik yang boleh diberikan.


(2)

11. Kepada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Pematangsiantar yang telah membantu penulis dalam menyediakan data-data serta waktu yang telah disediakan untuk melaksanakan wawancara demi kelancaran penulisan skripsi ini.

12. Ibunda tercinta penulis, R. Manihuruk yang sudah berada di surga, terimakasih untuk setiap kasih dan sayang mu.

13. Kepada oppung penulis T. Sirait yang sudah merawat dan menjaga penulis sejak lahir, terimakasih sudah menjadi inspirasi terbesar bagi hidupku.

14. Orang tua penulis, Delvin Sinaga dan Nelly Sihotang yang selalu memberikan motivasi, semangat kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan penulis di kampus ini.

15. Untuk abang-abang penulis, Erwin Sinaga, Mashot Wira Sinaga yang sudah berada di sorga, terimakasih untuk semangat dan nasehat yang kalian tinggalkan, selamat beristirahat bagi kalian. Dan untuk adik-adik penulis, Jecky Christian Sinaga, Defky Cristomi Sinaga, terimakasih atas setiap doa-doanya.

16. Saudara-saudara penulis, Lisfon Manurung, Nelwan Manurung, Kak Rimbun Sinaga, Kak Raya Sinaga, Kak Selvi Manurung, Desi Manurung, Irma Harianja, Tiurida Sinaga, Syahrul Sinaga dan keponakan penulis Theresia Harahap dan Dolly Harahap, terimakasih atas dukungan dan semangat yang sudah diberikan, mempunyai keluarga seperti kalian adalah anugerah terindah bagi penulis.


(3)

17. Kelompok kecilku Solafide dan Ozora (Bang Erikson, Kak Joice, Juanda, Daniel, Riki, Oktanta, Hengki, Kristi Emelia, Haritama), bersyukur boleh mengenal Allah bersama kalian, tetaplah belajar untuk setia kepada Tuhan dan layani lah Dia.

18. Adik-adik kelompok kecilku Mercia (Ana Maria, Brenada, Dian, Juniarti, Reni), dan adik-adik PIPA, Martin, Sarmeli, Dakka, Daniel kalian adalah berkat yang terindah yang Tuhan beri, tetaplah bertumbuh didalam imanmu kepada Tuhan dan kerjakanlah keselamatanmu, semoga Tuhan memberkati.

19. Pelayanan UKM KMK UP FH USU yang menjadi tempat bagi penulis belajar mengenal firman Tuhan dan melayani Tuhan, tetaplah menjadi saluran berkat.

20. Teman-teman Koordinasi 2013-2014, Panitia Retreat KMK UP FH terpujilah Tuhan boleh melayani Dia bersama kalian, terimakasih untuk setiapkebersamaan kita, tetaplah kerjakan keselamatanmu.

21. Teman-teman seperjuangan stambuk 2011, Nathan, Rena, Etha, Betari, Hadi, Sarah, Jaka, Jesika, ka Juli, Advent, Martin, Suspim, Efraim, Paul dan yang lainnya, terimaksih sudah memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan pendidikan penulis di kampus ini.

Medan, Agustus 2015 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 6

C. Tujuan Penulisan ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 7

E. Metode Penelitian ... 7

F. Keaslian Penulisan ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian ... 15

B. Unsur-unsur Perjanjian ... 19

C. Syarat Sahnya Perjanjian ... 22

D. Bentuk-bentuk Perjanjian ... 27


(5)

BAB III: TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PEMBORONGAN A. Pengertian Perjanjian Pemborongan ... 51 B. Pengaturan Mengenai Perjanjian Pemborongan ... 54 C. Prosedur Perjanjian Pemborongan ... 57 D. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam

Perjanjian Pemborongan ... 73 E. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan ... 75

BAB IV: TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PEMBORONGAN

ANTARA DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN PEMATANG SIANTAR DENGAN CV.SIBANGE-BANGE DI SIANTAR SIMARIMBUN

A. Gambaran Umum tentang Dinas Bina Marga

dan Pengairan Pematangsiantar ... 77 B. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Pelaksanaan

Perjanjian Pemborongan pada Dinas Bina

Marga dan Pengairan Pematangsiantar ... 87 C. Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan antara Dinas

Bina Marga dan Pengairan Pematangsiantar

dengan CV.Sibange-bange ... 94 D. Kendala dan Upaya Penyelesaian Sengketa dalam

Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan antara Dinas Bina Marga dan Pengairan Pematangsiantar dengan CV. Sibange-bange


(6)

1. Kendala ... 105 2. Penyelesaian Sengketa ... 110

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 112 B. Saran ... 115 DAFTAR PUSTAKA ... ix LAMPIRAN