LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI SEKOLAH TINGGI

(1)

LEMBAGA PENDIDIKAN POLRI SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN


(2)

MAKALAH

KAJIAN BENCANA BANJIR DI JAKARTA DAN DAMPAK

SOSIAL BAGI

KEHIDUPAN MASYARAKAT

MANAJEMEN KRISIS DAN KEADAAN DARURAT

ANDRI PERMADI

KELAS D /8197

SINDIKAT G

SEMARANG


(3)

Daftar Isi

Kata pengantar... BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………... B. Identifikasi Masalah………... C. Pembatasan Masalah………... D. Perumusan Masalah...

BAB 2 PEMBAHASAN ISI

A. Isi………... BAB 3

PENUTUP... SARAN ...


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.

Tugas makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah manajemen krisis dan keadaan darurat dengan judul ”Kajian bencana banjir di


(5)

jakarta dan dampak sosial di kehidupan masyarakat” di STIK – PTIK Luar domisili semarang

Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Manajemen krisis dan keadaan darurat

Semarang, Oktober

2013

Penyusun

ANDRI PERMADI

No. MHS


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai.Di banyak daerah yang gersang di dunia, tanahnya mempunyai daya serapan air yang buruk, atau jumlah curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air. Ketika hujan turun, yang kadang terjadi adalah banjir secara tiba-tiba yang diakibatkan terisinya saluran air kering dengan air.

Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.

Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.

Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)

Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di


(7)

mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.

Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.

1. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.

2. Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.

3. Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”. Di kiri dan kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini terjadi pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya.

Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :

1. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen


(8)

sangat banyak, maka pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta sungai.”

2. Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di kiri dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai. Sebagai kota yang berada di daratan rendah, Jakarta tidak terlepas dari ancaman banjir yang sewaktu-waktu dapat menyerang. Menurut catatan sejarah Ibukota Jakarta telah dilanda banjir sejak tahun 1621. Salah satu bencana banjir terparah yang pernah terjadi di Batavia adalah banjir yang terjadi di bulan Februari 1918. Saat itu hampir sebagian besar wilayah Batavia terendam air. Daerah yang terparah saat itu adalah gunung Sahari, Kampung Tambora, Suteng, Kampung Klenteng akibat bendungan kali Grogol jebol.

Hingga kini banjir pun belum berhenti meyerang Jakarta. Apalagi ketika musim penghujan telah tiba. Oleh karena banjir yang terus menerus melanda sebagian wilayah di Jakarta kini kota Jakarta telah terkenal dengan Kota Banjir. Walau demikian warga Jakarta tidak berhenti mencoba menanggulangi banjir di Ibukota tercinta ini.

Sehubungan dengan cara untuk mencoba menanggulangi banjir tersebut, maka berbagai masalah penyebab banjir pun mulai muncul dari masalah sampah, curah hujan yang tinggi, peluapan air yang berlebihan, pecahnya bendungan sungai, serapan air yang buruk, hingga pemukiman liar dan pemukiman padat penduduk. Dan warga yang terkena banjir selalu mengambil strategi sendiri untuk menanggulangi banjir ketika banjir datang ke rumah mereka.


(9)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Banjir adalah suatu kejadian dimana air menggenangi suatu daerah, baik volume air yang sedikit maupun sangat banyak. Bahkan suatu daerah dapat menghilang akibat terjadi banjir. Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam www.mbojo.wordpress.com, banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Menurut ahli hidrologi banjir-banjir di

Indonesia dibagi menjadi 3 jenis:

1. Akibat dari peluapan sungai, biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi menampung aliran air yang ada disungai itu akibat debit airnya sudah melebihi kapasitas. Akibatnya air itu akan meluap keluar dari sungai dan biasanya merupakan daerah dataran banjir. Bila curah hujan tinggi dan sistem DAS dari sungai tersebut rusak, maka luapan airnya akan terjadi di hilir sungai.

2. Banjir lokal. Banjir ini merupakan banjir yang terjadi akibat air yang berlebihan di tempat tersebut. Pada saat curah hujan tinggi dilokasi setempat dimana kondisi tanah dilokasi tersebut sulit dalam melakukan penyerapan air, maka kemungkinan terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi sekali.

3. Banjir akibat pasang surut air laut. Saat air pasang, ketinggian permukaan air laut akan meningkat, otomatis aliran air di bagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan pada saat laut surut. Selain melambat, bila aliran air sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang datar atau cekungan) maka air tersebut akan menyebar ke segala arah dan terjdilah banjir.


(10)

Macam-macam banjir

Terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

Banjir air

Banjir yang satu ini adalah banjir yang sudah umum. Penyebab banjir ini adalah meluapnya air sungai, danau, atau selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.

Banjir “Cileunang”

Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun banjir cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau selokan di sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat hujan tiba).

Banjir bandang

Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.

Banjir rob (laut pasang)

Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut. Banjir seperti ini kerap melanda kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air sungan yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan menggenangi daratan.

Banjir lahar dingin

Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian


(11)

mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke pemukiman warga.

Banjir lumpur

Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama

C. PEMBATASAN MASALAH

Banjir bukan hanya menyebabkan sawah tergenang sehingga tidak dapat dipanen dan meluluhlantakkan perumahan dan permukiman, tetapi juga merusak fasilitas pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan prasarana publik , bahkan menelan korban jiwa baik di pedesaan maupun diperkotaan. Kerugian semakin besar jika kegiatan ekonomi dan pemerintahan terganggu, bahkan terhenti. Meskipun partisipasi masyarakat dalam rangka penanggulangan banjir sangat nyata. terutama pada aktivitas tanggap darurat, namun banjir menyebabkan tambahan beban keuangan negara, terutama untuk merehabilitasi dan memulihkan fungsi prasarana

publik yang rusak.

Banjir tidak sepenuhnya dapat dihindari. Perlindungan total terhadap banjir adalah sesuatu yang tidak mungkin namun dampak banjir dapat dikurangi. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menyikapi kemungkinan terjadinya banjir secara efektif di daerah perkotaan dan bagaimana mengatasi ketidakpastian. Untuk itu perlu dicermati suatu tatanan dan kebijakan dalam penanggulangan banjir dengan perencanaan dalam kesiapsiagaan dan tanggap darurat melalui penanggulangan banjir berbasis masyarakat dapat mengurangi potensi dampak banjir terhadap masyarakat dan ekonomi.D. PERUMUSAN MASALAH

1. Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan banjir di daerah kota jakarta ? 2. Apa Dampak sosial yang terjadi di kehidupan masyarakat ?


(12)

3. Bagaimana cara untuk menanggulangi banjir di daerah kota jakarta ?

BAB II

ISI

Empat puluh persen dari wilayah Jakarta terutama di sisi utara berada lebih rendah dari permukaan air laut saat pasang tinggi dan terdapat 13 sungai mengalir melalui kota Jakarta. Jakarta menjadi daerah rawan banjir selama musim hujan, terutama saat hujan turun deras yang dapat menyebabkan air sungai melimpah. Resiko banjir menjadi sangat tinggi ketika hujan deras bertepatan dengan tingginya air pasang di laut. Contoh Banjir Jakarta 2007 adalah bencanabanjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari2007 malam hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir. Namun selain daripada itu, terdapat alasan lain yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang memperbesar kemungkinan atau memperparah terjadinya banjir di Jakarta:

1. Sistem drainase yang buruk

Sistem Drainase yang dibangun di jakarta saat ini , menurut pengakuan pihak yang terkait sistem drainase hanya mampu mengalirkan 30% banjir yang ada berarti selebihnya 70 % berada di permukaan dan menyebabkan banjir


(13)

2. Alih fungsi lahan

Betonisasi terjadi dimana mana baik di hulu maupun di hilir. D menjadi i hilir pemukiman berupa villa, resort sampai hotel menjamur. Bogor, bandung dan daerah sekitarnya yang seharusnya menjadi daerah tangkapan dan resapan air kini berubah menjadi daerah pemukiman yang padat.Semakin sedikit daerah yang menjadi resapan air semakin banyak juga yang menjadi limpasan dan masuk ke sunga. Debit sungai yang membludak jelas tidak mampu ditampung dan mengakibatkan banjir di daerah hilir yaitu jakarta dan sekitarnya.

3. Curah hujan yang tinggi

Curah hujan yang tinggi yang panjang juga menciptakan debit air yang besar.Dengan perubahan iklim yang mencolok di beberapa dekade terakhir menciptakan curah hujan yang ekstrim yang belum pernah diprediksi sebelumnya sehinga drainase yang dirancang sebelumnya berdasarkan curah hujan yang tidak ekstrim tidak mampu menampung debit air ekstrim.

4. Penurunan permukaan tanah

Pengambilan air tanah secara massif luar biasa mengakibatkan terjadinya proses konsolidasi tanah akan lebih cepat.Turunya tanh akibat dari fungsi air sebagai pengisi tanah telah hilang.hasil dari penurunan tanah ini menimbulkan cekungan dan membuat permukaan air laut lebih tinggi daripada permukaan tanah.Sehingga air lebih mudah menggenang meskipun hujan yang terjadi tidak besar.

5. Sampah dan sedimentasi di sungai

Bisa dilihat dari kebiasaan buruk warga indonesia yaitu membuang sampah pada tempatnya, tapi tempatnya adalah sungai,selokan,got kali sampai tanah kosong.dan apa yang terjadi bisa ditebak, memperparah drainase yang memang sudah buruk,sudah drainasenya tidak mampu menampung ditambah sampah yang


(14)

menyumbat ditambah dengan kenyataan tingginya angka sedimentasi daya tampung sungai menurun drastis

6. Pemukiman di daerah dataran banjir dan bantaran sungai

Dibangunnya permukiman di daerah dataran banjir dan bantaran sungai: Bermukim terlalu dekat dengan sungai berisiko terkena banjir akibat limpahan air sungai. Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat sebaiknya tidak membangun rumah mereka di daerah bantaran sungai untuk memberikan tempat untuk sungai untuk melimpah.

Banjir dapat berdampak juga pada bidang sosial. Jumlah penduduk dari suatu

daerah biasanya berkurang setelah banjir terjadi di daerah tersebut. Hal ini memaksa perubahan dan adaptasi terhadap suatu komunitas sosial di daerah tersebut. Selain itu, berpindahnya penduduk dari daerah banjir ke daerah baru juga memaksa

penduduk untuk beradaptasi dengan keadaan yang baru. Komunitas sosial pada suatu pemukiman sampai sekarang masih sulit mengatasi dampak sosial yang terjadi setelah banjir.Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sudah 20 orang meninggal dunia akibat banjir yang melanda Jakarta sepekan terakhir. Sementara 45.954 jiwa masih mengungsi akibat banjir tersebut.


(15)

"Tercatat 20 orang meninggal dunia hingga hari ini yang disebabkan oleh banjir, baik langsung maupun tidak langsung," ujar Kepala Pusat data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya kepada detikcom, Senin (21/1/2013).

Sutopo menelaskan secara langsung artinya korban meninggal karena hanyut ke sungai, dan tidak langsung karena dampak sekunder, seperti kesetrum listrik, sakit karena usia, kekurangan oksigen karena menghirup gas karbon monoksida dari genset di ruangan tertutup dan sebagainya. Dari 20 orang yang meninggal sebagian besar justru meninggal di lokasi yang jauh dari sungai-sungai yang meluap.

"Korban kesetrum listrik karena berada di rumah atau tempat yang kerendam

banjir," jelasnya.

"Pemerintah, Pemda, dunia usaha dan masyarakat bahu membahu memberikan bantuan kemanusiaan bagi para korban banjir," kata Sutopo.

Sementara itu penanganan evakuasi masih dikonsentrasikan di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Saat ini banjir dengan ketinggian 1,5 masih terjadi di Kecamatan Penjaringan, antara lain Muara Baru dan Kapuk Muara Jakarta Utara. Beberapa daerah lain masih tergenang dengan ketinggian di bawah 1 meter seperti di daerah Pluit, Penjaringan, Muara Angke dan beberapa daerah lainnya.


(16)

Banyak cara untuk mengatasi banjir di Jakarta diantaranya :

1. Menyediakan Sistem Perparitan yaitu dengan membersihkan parit-parit yang telah cetek akibat daripada bahan-bahan kumuhan Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.

2. Projek Pendalaman Sungai. Kebanyakan kejadian banjir berlaku kerana kecetekan sungai. Jika dahulu sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurangan. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.

3. Memelihara Hutan. Kegiatan pembalakan di mana penerokaan di kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktiviti pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.Oleh itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan boleh dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan daripada mengalir terus ke bumi..

4. Mengawal Aktifitas Manusia. Banjir kilat yang berlaku terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesedaran kepada masyarakat perlu didedahkan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kempen mencintai sungai dan sebagainya.

BAB III PENUTUP


(17)

Jakarta sering terjadi banjir disebabkan letak Geografis Ibukota Jakarta yang lebih rendah yang dapat menyebabkan banjir. Pembangunan yang terlalu padat serta banyaknya kerusakan lingkungan dengan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan dan tidak adanya pohon-pohon yang dapat meresap air maka Ibukota Jakarta sering terjadi banjir.

• Usaha pemerintah untuk mencegah banjir. Seperti normalisasi sungai,

pembangunan situ/waduk, pembangunan polder, penghijauan di puncak. Usaha pemerintah tidak akan efektif tanpa kerjasama dari masyarakat. Masyarakat

diharapkan tidak membuang sampah sembarangan dan selalu membuang sampah pada tempatnya dan tidak menebang pohon secara liar agar kestabilan alam dan lingkungan dapat terjaga

•Banjir yang melanda Jakarta biasanya berdampak pada seluruh di kawasan yang tergenang banjir akan lumpuh. Jaringan telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam. Sehingga menyebabkan lampu lalu lintas padam dan kemacetan terjadi di banyak lokasi

SARAN

Partisipasi seluruh elemen masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir. Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan banjir yang berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir


(18)

mengikuti suatu siklus (life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.


(1)

2. Alih fungsi lahan

Betonisasi terjadi dimana mana baik di hulu maupun di hilir. D menjadi i hilir pemukiman berupa villa, resort sampai hotel menjamur. Bogor, bandung dan daerah sekitarnya yang seharusnya menjadi daerah tangkapan dan resapan air kini berubah menjadi daerah pemukiman yang padat.Semakin sedikit daerah yang menjadi resapan air semakin banyak juga yang menjadi limpasan dan masuk ke sunga. Debit sungai yang membludak jelas tidak mampu ditampung dan mengakibatkan banjir di daerah hilir yaitu jakarta dan sekitarnya.

3. Curah hujan yang tinggi

Curah hujan yang tinggi yang panjang juga menciptakan debit air yang besar.Dengan perubahan iklim yang mencolok di beberapa dekade terakhir menciptakan curah hujan yang ekstrim yang belum pernah diprediksi sebelumnya sehinga drainase yang dirancang sebelumnya berdasarkan curah hujan yang tidak ekstrim tidak mampu menampung debit air ekstrim.

4. Penurunan permukaan tanah

Pengambilan air tanah secara massif luar biasa mengakibatkan terjadinya proses konsolidasi tanah akan lebih cepat.Turunya tanh akibat dari fungsi air sebagai pengisi tanah telah hilang.hasil dari penurunan tanah ini menimbulkan cekungan dan membuat permukaan air laut lebih tinggi daripada permukaan tanah.Sehingga air lebih mudah menggenang meskipun hujan yang terjadi tidak besar.

5. Sampah dan sedimentasi di sungai

Bisa dilihat dari kebiasaan buruk warga indonesia yaitu membuang sampah pada tempatnya, tapi tempatnya adalah sungai,selokan,got kali sampai tanah kosong.dan apa yang terjadi bisa ditebak, memperparah drainase yang memang sudah buruk,sudah drainasenya tidak mampu menampung ditambah sampah yang


(2)

menyumbat ditambah dengan kenyataan tingginya angka sedimentasi daya tampung sungai menurun drastis

6. Pemukiman di daerah dataran banjir dan bantaran sungai

Dibangunnya permukiman di daerah dataran banjir dan bantaran sungai: Bermukim terlalu dekat dengan sungai berisiko terkena banjir akibat limpahan air sungai. Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat sebaiknya tidak membangun rumah mereka di daerah bantaran sungai untuk memberikan tempat untuk sungai untuk melimpah.

Banjir dapat berdampak juga pada bidang sosial. Jumlah penduduk dari suatu

daerah biasanya berkurang setelah banjir terjadi di daerah tersebut. Hal ini memaksa perubahan dan adaptasi terhadap suatu komunitas sosial di daerah tersebut. Selain itu, berpindahnya penduduk dari daerah banjir ke daerah baru juga memaksa

penduduk untuk beradaptasi dengan keadaan yang baru. Komunitas sosial pada suatu pemukiman sampai sekarang masih sulit mengatasi dampak sosial yang terjadi setelah banjir.Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sudah 20 orang meninggal dunia akibat banjir yang melanda Jakarta sepekan terakhir. Sementara 45.954 jiwa masih mengungsi akibat banjir tersebut.


(3)

"Tercatat 20 orang meninggal dunia hingga hari ini yang disebabkan oleh banjir, baik langsung maupun tidak langsung," ujar Kepala Pusat data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya kepada detikcom, Senin (21/1/2013).

Sutopo menelaskan secara langsung artinya korban meninggal karena hanyut ke sungai, dan tidak langsung karena dampak sekunder, seperti kesetrum listrik, sakit karena usia, kekurangan oksigen karena menghirup gas karbon monoksida dari genset di ruangan tertutup dan sebagainya. Dari 20 orang yang meninggal sebagian besar justru meninggal di lokasi yang jauh dari sungai-sungai yang meluap.

"Korban kesetrum listrik karena berada di rumah atau tempat yang kerendam

banjir," jelasnya.

"Pemerintah, Pemda, dunia usaha dan masyarakat bahu membahu memberikan bantuan kemanusiaan bagi para korban banjir," kata Sutopo.

Sementara itu penanganan evakuasi masih dikonsentrasikan di kawasan Pluit, Jakarta Utara. Saat ini banjir dengan ketinggian 1,5 masih terjadi di Kecamatan Penjaringan, antara lain Muara Baru dan Kapuk Muara Jakarta Utara. Beberapa daerah lain masih tergenang dengan ketinggian di bawah 1 meter seperti di daerah Pluit, Penjaringan, Muara Angke dan beberapa daerah lainnya.


(4)

Banyak cara untuk mengatasi banjir di Jakarta diantaranya :

1. Menyediakan Sistem Perparitan yaitu dengan membersihkan parit-parit yang telah cetek akibat daripada bahan-bahan kumuhan Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.

2. Projek Pendalaman Sungai. Kebanyakan kejadian banjir berlaku kerana kecetekan sungai. Jika dahulu sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurangan. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.

3. Memelihara Hutan. Kegiatan pembalakan di mana penerokaan di kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktiviti pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.Oleh itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan boleh dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan daripada mengalir terus ke bumi..

4. Mengawal Aktifitas Manusia. Banjir kilat yang berlaku terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesedaran kepada masyarakat perlu didedahkan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kempen mencintai sungai dan sebagainya.

BAB III PENUTUP


(5)

Jakarta sering terjadi banjir disebabkan letak Geografis Ibukota Jakarta yang lebih rendah yang dapat menyebabkan banjir. Pembangunan yang terlalu padat serta banyaknya kerusakan lingkungan dengan banyaknya sampah yang dibuang sembarangan dan tidak adanya pohon-pohon yang dapat meresap air maka Ibukota Jakarta sering terjadi banjir.

• Usaha pemerintah untuk mencegah banjir. Seperti normalisasi sungai,

pembangunan situ/waduk, pembangunan polder, penghijauan di puncak. Usaha pemerintah tidak akan efektif tanpa kerjasama dari masyarakat. Masyarakat

diharapkan tidak membuang sampah sembarangan dan selalu membuang sampah pada tempatnya dan tidak menebang pohon secara liar agar kestabilan alam dan lingkungan dapat terjaga

•Banjir yang melanda Jakarta biasanya berdampak pada seluruh di kawasan yang tergenang banjir akan lumpuh. Jaringan telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam. Sehingga menyebabkan lampu lalu lintas padam dan kemacetan terjadi di banyak lokasi

SARAN

Partisipasi seluruh elemen masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir. Penanggulangan banjir dilakukan secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjir , dan pemulihan setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus kegiatan penanggulangan banjir yang berkesinambungan, Kegiatan penanggulangan banjir


(6)

mengikuti suatu siklus (life cycle), yang dimulai dari banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan sebelum bencana banjir terjadi kembali. Pencegahan dilakukan secara menyeluruh, berupa kegiatan fisik seperti pembangunan pengendali banjir di wilayah sungai sampai wilayah dataran banjir dan kegiatan non-fisik seperti pengelolaan tata guna lahan sampai sistem peringatan dini bencana banjir.