LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI P

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
PUSAT PENDIDIKAN ADMINISTRASI

MEKANISME SIDANG KODE ETIK PROFESI POLRI
1.

Pengantar
Sidang Kode Etik Profesi Polri merupakan salah satu tugas Provos
guna mempersiapkan berkas dan mengajukan ke Ankum bagi anggota
Polri yang melanggar etika kepribadian, etika kenegaraan dan etika
dalam hubungan dengan masyarakat.

2.

Standar Kompetensi
Memahami Mekanisme Sidang Kode Etik Profesi Polri.

1

BAB I
PENGERTIAN SIDANG KODE ETIK PROFESI POLRI

Kompetensi Dasar
Memahami Pengertian Sidang Kode Etik Profesi Polri.
Indikator Hasil Belajar
1.

Menjelaskan Pengertian-Pengertian Sidang Kode Etik Profesi Polri.

2.

Menjelaskan Pengertian-Pengertian Organisasi dan Tata Kerja Komisi
Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2

1.

Pengertian-pengertian.
a.

Pengertian Sidang Kode Etik Profesi Polri.

1) Anggota

Kepolisian

Negara

Republik

Indonesia

yang

selanjutnya disebut anggota Polri adalah pegawai negeri
pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2) Kode Etik Profesi Polri adalah norma-norma atau aturan-aturan
yang mrupakan kesatuan landasan etik atau filosofis
dengan peraturan perilaku maupun ucapan mengenai halhal yang diwajibkan, dilarang atau tidak patut dilakukan oleh
anggota Polri.
3) Etika Profesi Polri adalah kristalisasi nilai-nilai Tri Brata yang
dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati

diri setiap anggota Polri dalam wujud komitmen moral yang
meliputi etika kepribadian, kenegaraan, kelembagaan dan
hubungan dengan masyarakat.
4) Profesi Kpolisian adalah profesi yang berkaitan dengan tugas
Keepolisian baik di bidang operasional maupun di bidang
pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
5) Pembinaan Profesi adalah pembinaan anggota Polri yang
diselenggarakan melalui pendidikan dan pelatihan serta
penugasan secara berjenjang di bidang teknis Kepolisian.

3

6) Etika Kepribadian adalah sikap moral anggota Polri terhadap
profesinya didasarkan pada panggilan ibadah sebagai umat
beragama.
7) Etika Kenegaraan adalah sikap moral anggota Polri yang
menjunjung tinggi landasan ideologis dan konstitusional
Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

8) Etika Kelembagaan adalah sikap moral anggota Polri terhadap
institusi yang menjadi wadah pengabdian dan patut
dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir dan batin dari semua
insan

Bhayangkara

dengan

segala

martabat

dan

kehormatannya.
9) Etika dalam hubungan dengan masyarakat adalah sikap moral
anggota Polri yang senantiasa memberikan pelayanan
terbaik kepada masyarakat.
10) Komisi Kode Etik Polri adalah suatu wadah yang di bentuk di

lingkungan Polri bertugas melaksanakan pemeriksaan
dalam persidangan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri
serta pelanggaran lain sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
b.

Pengertian Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
1)

Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
selanjutnya disebut anggota Polri adalah pegawai negeri
pada

Kepolisian

Negara

Republik


Indonsia

yang

mempunyai kewenangan umum Kepolisian.

4

2)

Komisi Kode Etik Polri yang selanjutnya disbut Komisi
adalah suatu wadah yang dibentuk di lingkungan Polri
bertugas memeriksa dan menyidangkan pelanggaran Kode
Etik Profesi Polri serta pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan
Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003
tentang Pemberhentian Anggota Polri dan Pasal 13
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Peraturan Disiplin Anggota Polri.

3)


Pelanggaran
perbuatan

Kode

yang

Etik

Profesi

dilakukan

oleh

Polri

adalah


anggota

Polri

setiap
yang

bertentangan dengan Kode Etik Profesi Polri.
4)

Terperiksa adalah anggota Polri yang diduga melakukan
pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dan atau pelanggaran
Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri
dan atau Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

5)

Pendamping adalah seseorang anggota Polri yang bukan

anggota Komisi ataupun sebagai Saksi yang diajukan oleh
Terperiksa untuk memberikan advokasi dan pembelaan.

6)

Saksi adalah setiap orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan pemeriksaan tentang suatu
peristiwa yang berhubungan dengan perkara Terperiksa.

7)

Ahli adalah orang yang memiliki keahlian tertentu yang
dapat

memberikan

keterangan

guna


kepentingan

pemeriksaan yang berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik
Profesi Polri.

5

8)

Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh
seseorang kepada pejabat Polri yang berwenang teentang
telah atau sedang atau diduga terjadi pelanggaran Kode
Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh anggota Polri.

9)

Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh
pihak yang berkepentingan kpada pjabat Polri yang
berwenang untuk dilakukan pemeriksaan terhadap anggota
Polri yang diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik

Profesi Polri yang merugikan dirinya.

6

BAB II
PEMBAHASAN SIDANG KODE ETIK PROFESI POLRI
Kompetensi Dasar
1.

Memahami Etika Profesi Polri.

2.

Memahami penegakan Kode Etik Profesi.

3.

Memahami sifat, pembentukan dan susunan.

4.

Memahami tugas, wewenang dan kewajiban.

5.

Memahami keanggotaan.

6.

Memahami mekanisme penanganan pelanggaran.

7.

Memahami hak dan kewajiban terperiksa.

8.

Memahami tata tertib persidangan.

9.

Memahami acara persidangan tanpa kehadiran terperiksa.

10.

Memahami administrasi sidang komisi.

Indikator Hasil Belajar
1.

Menjelaskan Etika Profesi Polri.

2.

Menjelaskan penegakan Kode Etik Profesi.

3.

Menjelaskan sifat, pembentukan dan susunan.

4.

Menjelaskan tugas, wewenang dan kewajiban.

5.

Menjelaskan keanggotaan.

6.

Menjelaskan mekanisme penanganan pelanggaran.

7.

Menjelaskan hak dan kewajiban terperiksa.

8.

Menjelaskan tata tertib persidangan.

9.

Menjelaskan acara persidangan tanpa kehadiran terperiksa.

10.

Menjelaskan administrasi sidang komisi.

7

1.

Etika Profesi Polri.
a.

b.

Ruang lingkup pengaturan Kode Etik Profesi Polri mencakup :
1)

Etika Kepribadian.

2)

Etika Kenegaraan.

3)

Etika Kelembagaan.

4)

Etika dalam hubungan dengan masyarakat.

Dalam Etika Kepribadian setiap anggota Polri wajib.
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.

Menjunjung tinggi sumpah sebagai anggota Polri dari dalam
hati nuraninya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

c.

Melaksanakan tugas kenegaraan dan kemasyarakatan
dengan niat murni, karena kehendak Tuhan Yang Maha
Kuasa sebagai wujud nyata amal ibadahnya.

c.

Dalam Etika Kenegaraan setiap anggota Polri wajib :
1)

Menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia.

2)

Menjunjung

tinggi

kepentingan

bangsa

dan

Negara

kesatuan Republik Indonesia.
3)

Menjaga, memelihara dan meningkatkan rasa aman dan
tenteram bagi bangsa dan Negara kesatuan Republik
Indonesia.

4)

Menjaga keselamatan fasilitas umum dan hak milik
perorangan

serta

menjauhkan

sekuat

tenaga

dari

kerusakan dan penurunan nilai guna atas tindakan yang
diambil dalam pelaksanaan tugas.

8

5)

Menunjukan penghargaan dan kerja sama dengan sesame
pejabat Negara dalam pelaksanaan tugas.

6)

Menjaga

keutuhan

wilayah

hukum

negara

kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Tahun 1945, memelihara persatuan
dalam

kebhinekaan

bangsa

dan

menjunjung

tinggi

kedaulatan rakyat.
d.

Dalam Etika Kelembagaan setiap anggota Polri wajib :
1)

Menjaga citra dan kehormatan lembaga Polri.

2)

Menjalankan tugasnya sesuai dengan visi dan misi lembaga
Polri yang dituntun oleh asas pelayanan serta didukung
oleh pengetahuan dan keahlian.

3)

Memperlakukan sesama anggota sebagai subyek yang
bermartabat yang ditandai oleh pengakuan akan hak dan
kewajiban yang sama.

4)

Mengembangkan semangat kebersamaan serta saling
mendorong untuk meningkatkan kinerja pelayanan pada
kepentingan umum.

5)

Meningkatkan

kemampuan

demi

profesionalisme

Kepolisian.
e.

Anggota

Polri

dalam

menggunakan

kewenangannya

wajib

berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama,
kesopanan, kesusilaan, serta nilai-nilai kemanusiaan.
f.

Setiap anggota Polri wajib memegang teguh garis komando dan
mematuhi jenjang kewenangan dan bertindak berdasarkan aturan
dan tata cara yang berlaku.

9

g.

Setiap atasan tidak dibenarkan memberikan perintah yang
bertentangan dengan norma hukum yang berlaku dan wajib
bertanggung jawab atas pelaksanaan perintah yang diberikan
kepada anggota bawahannya.

h.

Setiap anggota Polri wajib menolak perintah atasan yang
melanggar norma hukum dan untuk itu anggota tersebut wajib
mendapatkan perlindungan hukum.

i.

Setiap anggota Polri dalam melaksanakan perintah kedinasan
tidak dibenarkan melampaui batas kewenangannya dan wajib
menyampaikan pertanggungjawaban tugasnya kepada atasan
langsung.

j.

Setiap anggota Polri dalam melakanakan tugas dan wewenangnya
tidak boleh terpengaruh oleh istri/suami, anak dan orang-orang
lain yang masih terikat hubungan keluarga atau pihak lain yang
tidak ada hubungannya dengan kedinasan.

k.

Setiap anggota Polri wajib menampilkan sikap kepemimpinan
melalui

keteladanan,

kejujuran,

keadilan,

ketulusan

dan

kewibawaan untuk melaksanakan keputusan pimpinan yang
dibangun melalui tata cara yang berlaku guna tercapainya tujuan
organisasi.
l.

Dalam rapat/pertemuan, untuk mengambil keputusan boleh
berbeda pendapat sebelum diputuskan pimpinan dan setelah
diputuskan setiap anggota wajib tunduk dan mengamankan
keputusan tersebut.

10

m.

Setiap anggota Polri wajib menampilkan rasa setikawanan dengan
sesama anggota sebagai ikatan batin yang tulus atas dasar
kesadaran bersama akan tanggung jawabnya sebagai salah satu
pilar keutuhan bangsa Indonesia, dengan menjunjung tinggi
prinsip-prinsip kehormatan sebagai berikut :
1)

Menyadari sepenuhnya sebagai perbuatan tercela apabila
meninggalkan kawan yang terluka, meninggal dunia atau
memerlukan
sedangkan

pertolongan
keadaan

dalam

pelaksanaan

memungkinkan

untuk

tugas,
memberi

pertolongan.
2)

Merupakan

keteladanan

bagi

seorang

atasan

untuk

membantu kesulitan bawahannya.
3)

Merupakan kewajiban moral seorang atasan atau bawahan
untuk saling menunjukan rasa hormat yang tulus.

4)

Merupakan sikap terhormat/terpuji bagi anggota Polri
apabila

menghadiri

pemakaman

anggota

Polri

dan

purnawirawan Polri yang meninggal dunia.
5)

Selalu terpanggil untuk memberikan bantuan kepada
sesama anggota Polri dan Purnawirawan Polri beserta
keluarganya yang menghadapi suatu kesulitan.

6)

Merupakan sikap terhormat apabila tidak menyampaikan
dan menyebarkan rahasia pribadi, kejelekan teman atau
keadaan di dalam lingkungan Polri kepada orang lain.

n.

Dalam Etika hubungan dengan masyarakat anggota Polri wajib :
1)

Menghormati

harkat

dan

martabat

manusia

melalui

penghargaan serta perlindungan terhadap hak asasi
manusia.
11

2)

Menjunjung tinggi prinsip kebebasan dan kesamaan bagi
semua warga negara.

3)

Menghindarkan diri dari perbuatan tercela dan menjunjung
tinggi nilai kejujuran, keadilan dan kebenaran demi
pelayanan pada masyarakat.

4)

Menegakkan hukum demi menciptakan tertib sosial serta
rasa aman publik.

5)

Meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat.

6)

Melakukan tindakan pertama Kepolisian sebagaimana yang
diwajibkan dalam tugas Kepolisian, baik sedang bertugas
maupun di luar dinas.

o.

Anggota Polri wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela
yang dapat merusak kehormatan profesi dan organisasinya serta
menjunjung tinggi nilai kejujuran, keadilan dan kebenaran demi
pelayanan pada masyarakat dengan senantiasa :
1)

Memberikan

keterangan

yang

benar

dan

tidak

menyesatkan.
2)

Tidak melakukan pertemuan di luar pemeriksaan dengan
pihak-pihak yang terkait dengan perkara.

3)

Bersikap ihklas dan ramah menjawab pertanyaan tentang
perkembangan penanganan perkara yang ditanganinya
kepada semua pihak yang terkait dengan perkara pidana
yang dimaksud, sehingga diperoleh kejelasan tentang
penyelesainnya.

4)

Tidak boleh menolak permintaan pertolongan/banyuan dari
masyarakat dengan alasan bukan wilayah hukumnya.

12

5)

Tidak mencari-cari kesalahan masyarakat.

6)

Tidak

menyebarkan

berita

yang

dapat

meresahkan

masyarakat.
7)

Tidak mengeluarkan ucapan atau isyarat yang bertujuan
untuk mendapatkan imbalan atas pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat.

2.

Penegakan Kode Etik Profesi.
a.

Sidang Komisi Kode Etik Polri dilakukan terhadap pelanggaran.
1)

Kode Etik Profesi Polri sebagaimana dimaksud dalam
peraturan ini.

2)

Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberitahuan Anggota Polri
serta Pasal 13 Peraturan Disiplin Anggota Polri.

3)

Perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela.

4)

Kewajiban pelanggar untuk meminta maaf secara terbatas
ataupun secara langsung.

5)

Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang
profesi.

6)

Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan
profesi/fungsi Kepolisian.

b.

Sanksi dinyatakan secara tertulis dengan keputusan Sidang
Komisi Kode Etik Profesi Polri.

13

c.

Pelanggaran terhadap Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota
Polri serta Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri dikenakan sanksi sesuai
yang berlaku pada Peraturan Pemerintah dimaksud.

d.

Penjatuhan sanksi diputuskan dalam Sidang Komisi Kode Etik
Polri.

e.

Sanksi dilakukan dimuka Sidang Komisi Kode Etik Polri atau
melalui media.

f.

Sanksi kewajiban untuk mengikuti penataran/pelatihan ulang
pembinaan profesi di Lembaga Pendidikan Polri dengan biaya dari
Satker Terperiksa.

g.

Sanksi administrasi berupa rekomendasi untuk :
1)

Dipindahkan tugas ke jabatan yang berbeda.

2)

Dipindahkan tugas ke wilayah yang berbeda.

3)

Pemberhentian Dengan Hormat.

4)

Pemberhentian Tidak Dengan Hormat.

h.

Sanksi bersifat mutlak dan mengikat.

i.

Pemeriksaan atas pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dilakukan
oleh Komisi Kode Etik Polri.

j.

Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik Polri diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Kapolri.

14

k.

Anggota Polri yang diputuskan pidana dengan hukuman pidana
penjara maksimum 3 (tiga) bulan yang telah berkekuatan hukum
tetap dapat direkomendasikan oleh anggota Sidang Komisi Kode
Etik Polri tidak layak untuk direkomendasikan oleh anggota Sidang
Komisi Kode Etik Polri tidak layak untuk tetap dipertahankan
sebagai anggota Polri.

l.

Apabila terjadi pelanggaran kumulatif antara pelanggaran disiplin
dengan Kode Etik Profesi Polri maka penyelesaiannya dilakukan
melalui sidang disiplin atau Sidang Komisi Kode Etik Polri
berdasarkan pertimbangan Atasan Ankum dari terperiksa dan
pendapat serta saran hukum dari Pengemban Fungsi Pembinaan
Hukum.

m.

Dalam

pemeriksaan

pelanggaran

Kode

Etik

Profesi

Polri,

terperiksa dapat didampingi oleh anggota Polri yang ditunjuk oleh
Terperiksa.
3.

Sifat, Pembentukan dan Susunan.
a.

Komisi bersifat otonom, dibentuk berdasarkan kebutuhan dengan
surat keputusan oleh Pejabat Polri yang berwenang.

b.

Pejabat Polri yang berwenang adalah :
1)

Kapolri, berwnang membentuk Komisi untuk memeriksa
pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh
Perwira Tinggi Polri.

2)

Pada Tingkat Mabes Polri, Kapolri melimpahkan wewenang
kepada

Wakapolri untuk membentuk Komisi dengan

menunjuk :

15

a)

Irwasum

Polri

sebagai

Ketua

Komisi

untuk

memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang
dilakukan oleh Perwira Menengah Pori.
b)

Kadiv Propam Polri sebagai Ketua Komisi untuk
memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi Polri oleh
Perwira Pertama Polri.

c)

Kapus Bin Profesi Div Propam Polri sebagai Ketua
Komisi untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik
Profesi Polri yang dilakukan oleh Bintara dan
Tamtama Polri.

3)

Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh
anggota Polri pada lingkup Mabes Polri yang berpangkat
Perwira Menengah Polri, Perwira Perta Polri, Bintara dan
Tamtama yang kesatuannya berkedudukan selaindi jalan
Trunojoyo No. 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan (Gedung
A dan B), Wakapolri melimpahkan wewenang kepada
Kepala Kesatuan Kerja Kasatker di tempat pelanggar
berdinas/bertugas untuk membentuk Komisi

4)

Pada Tingkat Kewilayahan Kapolri melimpahkan wewenang
kepada

Kapolda,

Kapolwil/tabes,

Kapoltabes,

Kapolres/tro/ta untuk membentuk Komisi guna memeriksa
pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh
Perwira Menengah Polri, Perwira Pertama Polri, Bintara dan
Tamtama Polri di kesatuanya.
c.

Anggota Komisi paling sedikit 5 (lima) orang Perwira Polri, paling
banyak 7 (tujuh) orang Perwira Polri ditambah 2 (dua) orang
Perwira Polri sebagai cadangan :

16

Susunan keanggotaan Komisi terdiri dari :
1)

1 (satu) orang Ketua merangkap anggota.

2)

1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota.

3)

1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota.

4)

2 (dua) orang atau 4 (empat) orang Perwira Polri sebagai
anggota.

5)
d.
4.

2 (dua) orang Perwira Polri sebagai anggota cadangan.

Sekretaris dapat menunjuk Pembantu Sekretaris.

Tugas, Wewenang Dan Kewajiban
a.

Komisi bertugas menyelenggarakan sidang untuk memeriksa
pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dan pelanggaran Pasal 12,
Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun
2003 tentang Pemberhentian Angota Polri serta Pasal 13
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan
Disiplin Anggota Polri.

b. Komisi dalam melaksanakan tugas berwenang untuk memanggil
anggota Polri untuk didengar keterangannya sebagai Terperiksa:
1)

Menghadirkan Saksi Ahli dan Pendamping untuk didengar
keterangannya guna kepentingan pemeriksaan.

2)

Mengajukan

pertanyaan

secara

langsung

kepada

Terperiksa, Saksi, Ahli dan Pendamping mengenai sesuatu
yang diperlukan dan berkaitan dengan pelanggaran yang
dilakukan oleh Terperiksa.
3)

Memutuskan/menetapkanTerpriksa

terbukti

atau

tidak

terbukti melakukan pelanggaran.

17

4)

Memutuskan/menetapkan sanksi moral, jika Terperiksa
terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri

5)

Menjatuhkan sanksi secara alternatif atau komulatif.

6)

Memberikan rekomendasi, apabila Terperiksa dikenakan
sanksi.

c.

Ketua Komisi berkewajiban :
1)

Melaksanakan koordinasi dengan anggota Komisi untuk
mempersiapkan pelaksanaan sidang dengan mempelajari
dan meneliti berkas perkara pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri dan pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang
Pemberhentian Anggota Polri serta Pasal 13 Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin
Anggota Polri.

2)

Menentukan jadual persidangan.

3)

Menentukan

Saksi-Saksi

yang

perludi

dengar

keterangannya.
4)

Memimpin jalannya sidang.

5)

Menjelaskan alasan dan tujuan persidangan.

6)

Mengatur anggota komisi untuk mengajukan pertanyaan
kepada Terperiksa, Saksi, Ahli.

7)

Memberi kesempatan kepada Pendamping Terperiksa
untuk mengajukan pertanyaan kepada Saksi, Ahli dan
Terperiksa.

8)

Mempertimbangkan saran pendapat baik dari anggota
Komisi maupun Pendamping untuk merumuskan putusan
sidang.

18

9)

Membacakan putusan hasil sidang.

10)

Menandatangani berita acara persidangan.

d. Wakil Ketua Komisi berkewajiban :
1)

Membantu kelancaran pelaksanaan tugas Ketua Komisi.

2)

Memimpin sidang apabila Ketua Komisi berhalangan.

3)

Mengkoordinasikan kegiatan dengan Sekretaris Komisi.

4)

Menandatangani berita acara persidangan.

e. Sekretaris Komisi berkewajiban :
1)

Menyiapkan administrasi keperluan sidang.

2)

Membuat

dan

mengirimkan

surat

panggilan

kepada

Terperiksa, Saksi, Ahli dan Pendamping yang diperlukan.
3)

Menyusun berita acara persidangan.

4)

Menyiapkan konsep putusan sidang.

5)

Menyampaikan surat putusan sidang kepada Terperiksa.

6)

Membuat dan mengirimkan laporan hasil sidang kepada
satuan atas.

7)

Menandatangani berita acara persidangan.

f. Anggota Komisi berkewajiban.
1)

Mengajukan pertanyaan kepada Terperiksa, Saksi dan Ahli
untuk kepentingan pemeriksaan.

2)

Mengajukan saran kepada Ketua Komisi baik diminta atau
tidak.

3)

Mengikuti

seluruh

kegiatan

persidangan

termasuk

melakukan peninjauan di lapangan.
g. Anggota Cadangan berkewajiban menggantikan anggota Komisi yang
beralangan.
h. Anggota Komisi yang tidak setuju terhadap putusan sidang harus
tetap menandatangani putusan sidang.
19

i. Ketidaksetujuan dituangkan dalam berita acara persidangan.
5.

Keanggotaan
a.

Keanggotaan Komisi untuk memeriksa Perwira Tinggi Polri terdiri
dari :
1)

Ketua

: Kapolri/Wakapolri

2)

Wakil Ketua

: Irwasum Polri/Perwira Tinggi Polri
yang ditunjuk

3)

Sekretaris

: Kadiv Propam Polri/Perwira Tinggi
Polri yang ditunjuk

4)

Anggota

: Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk

5)

Anggota Cadangan : Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk

b.

Keanggotaan Komisi untuk memeriksa Perwira Menengah
Polri terdiri dari :

1)

Di Tingkat Mabes Polri :
a)

Ketua

: Irwasum Polri

b).

Wakil Ketua

: Kadiv Propam Polri
Perwira Menengah Polri yang
ditunjuk

c)

Sekretaris

: Kapus Bin Prof Polri
Perwira Menengah Polri yang
ditunjuk

d)

Anggota

: Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

e)

Anggota Cadangan : Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

20

2)

Di Tingkat Polda/Polwil/tabes/Poltabes/Polresta/tro/ta :
a)

Ketua

: Wakapolda

b)

Wakil Ketua

: Irwasda
Perwira Menengah Polri yang
ditunjuk

c)

Sekretaris

: Kabid Propam
Perwira Menengah Polri yang
ditunjuk

d)

Anggota

: Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

e)

Anggota Cadangan : Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

c.

Pelaksanaan sidang Komisi terhadap Perwira Pertama dan
Perwira

Menengah

Polri

yang

ada

di

Tingkat

Polwil/tabes/Poltabs/Polrs/tro/ta dapat dilaksanakan di Markas
Polda kesatuan Terperiksa atau tempat lain yang ditunjuk.
d.

Keanggotaan Komisi untuk memeriksa Perwira Pertama Polri
terdiri dari :
1)

Di Tingkat Mabes Polri :
a)

Ketua

: Kadiv Propam Polri

b)

Wakil Ketua

: Kapusbin Prof
Perwira Menengah Polri yang
ditunjuk

c)

Sekretaris

: Kabid Bin Etika Pusbin Prof
Polri/Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

d)

Anggota

: Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk
21

e)

Anggota Cadangan : Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

2)

Di Tingkat Polda :
a)

Ketua

: Irwasda

b)

Wakil Ketua

: Kabid Propam
Perwira Menengah Polri yang
ditunjuk

c)

Sekretaris

: Kasubbid Bin Prof
Perwira Menengah Polri yang
ditunjuk

d)

Anggota

: Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

e)

Anggota Cadangan : Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

3)

Di Tingkat Polwil/tabes :
a)

Ketua

: Wakapolwiltabs

b)

Wakil Ketua

: Kabag Bin
Perwira Menengah Polri yang
ditunjuk

c)

Sekretaris

: Kasubbag Min
Polri/Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

d)

Anggota

: Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

e)

Anggota Cadangan : Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

4)

Di Tingkat Poltabes/Polres/tro/ta :
a)

Ketua

: Waka Poltabes/
WakaPolres/tro/ta
22

b)

Wakil Ketua

: Kabag Min
Perwira yang ditunjuk

c)

Sekretaris

: Kanit P3D
Perwira yang ditunjuk

e.

d)

Anggota

: Perwira yang ditunjuk

e)

Anggota Cadangan : Perwira yang ditunjuk

Anggota Komisi untuk memeriksa Bintara dan Tamtama Polri
terdiri dari :
1)

Di Tingkat Mabes Polri :
a)

Ketua

: Kapusbi Prof Polri

b)

Wakil Ketua

: Kabid Bin Etika Pusbin Prof
Polri/Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk

c)

Sekretaris

: Kasubbid Gak Etika Pusbin
Prof Polri/Perwira yang ditunjuk

2)

d)

Anggota

: Perwira yang ditunjuk

e)

Anggota Cadangan : Perwira yang ditunjuk

Di Tingkat Polda :
a)

Ketua

: Kabid Propam

b)

Wakil Ketua

: Kasubbid Bin Prof
Perwira yang ditunjuk

c)

Sekretaris

: Kaur Bin Etika
Perwira yang ditunjuk

3)

d)

Anggota

: Perwira yang ditunjuk

e)

Anggota Cadangan : Perwira yang ditunjuk

Di Tingkat Polwil/tabes :
a)

Ketua

: Wakapolwiltabes

23

b)

Wakil Ketua

: Kasubbag Propam
Perwira yang ditunjuk

c)

Sekretaris

: Kanit P3D
Perwira yang ditunjuk

4)

d)

Anggota

: Perwira yang ditunjuk

e)

Anggota Cadangan : Perwira yang ditunjuk

Di Tingkat Poltabes/Polres/tro/ta :
a)

Ketua

: Waka Poltabes/
WakaPolres/tro/ta

b)

Wakil Ketua

: Kabag Min
Perwira yang ditunjuk

c)

Sekretaris

: Kanit P3D
Perwira yang ditunjuk

f.

d)

Anggota

: Perwira yang ditunjuk

e)

Anggota Cadangan : Perwira yang ditunjuk

Keanggotaan Komisi untuk memeriksa pelanggaran anggota
Mabes Polri yang kesatuannya berada di luar lingkungan Mabs
Polri dan Pusat Pendidikan Polri yang berada di bawah Satuan
Kerja Lmbaga Pendidikan dan Pelatihan Polri, susunan anggota
Komisinya disesuaikan dengan struktur organisasi masing-masing
dengan

mengedepankan

pengemban

fungsi

Propam

atau

Pembinaan Personel.
6.

Mekanisme Penanganan Pelanggaran
a.

Penanganan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dimulai dengan
adanya laporan atau pengaduan yang diajukan oleh :
1)

Masyarakat.

2)

Anggota Polri.
24

3)
b..

Sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penerimaan

laporan

atau

pengaduan

dilaksanakan

oleh

pengemban fungsi Propam di setiap jenjang organisasi Polri, yang
selanjutnya melakukan pemeriksaan pendahuluan atas laporan
atau pengaduan dimaksud.
c.

Apabila hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh dugaan kuat
bahwa

laporan

atau

pengaduan

termasuk dalam katagori

planggaran Kode Etik Profesi Polri, maka pengemban fungsi
Propam mengirimkan berkas perkara serta mengusulkan kepada
Pejabat untuk membentuk Komisi.
d.

Pengemban fungsi Propam dapat meminta saran hukum kepada
pengemban fungsi pembinaan hukum.

e.

Dalam melaksanakan tugasnya Komisi dan pengemban fungsi
Propam bekerja dengan prinsip praduga tak bersalah.

f.

Sidang Komisi dilaksanakan secara cepat dan paling lambat 21
(dua puluh satu) hari kerja sejak sidang Komisi dimulai sudah
menjatuhkan putusan.

g.

Putusan berupa pemberian sanksi administratif oleh Ketua Komisi,
diajukan kepada Kepala Kesatuan Terperiksa paling lambat 8
(delapan) hari sejak putusan sidang dibacakan.

h.

Putsan sidang Komisi bersifat final.

i.

Komisi berakhir setelah penyerahan hasil putusan sidang kepada
pejabat yang membentuk.

25

j. Penanganan pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota
Polri serta Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri dilaksanakan apabila ada
permintaan resmi oleh atasan Terperiksa kepada fungsi Propam.
k. Permintaan resmi disertai dengan berkas yang berisi Berita Acara
Pendahuluan

yang

menjelaskan

unsur-unsur

Pasal

yang

dilanggar, barang bukti, saksi yang menguatkan terjadinya
pelanggaran tersbut.
l. Atas permintaan resmi, pengemban fungsi Propam melakukan
pemeriksaan berkas dan apabila hasil pemeriksaan diperoleh
dugaan kuat Terperiksa dapat diperiksa melalui sidang Komisi,
maka pengemban fungsi Propam segera mengirimkan berkas
perkara srta mengusulkan kepada Pejabat, untuk membentuk
Komisi.
m. Pengemban fungsi Propam, dapat menerima saran hukum kepada
pengemban fungsi pembinaan hukum.
n. Dalam melaksanakan tugasnya Komisi dan pengemban fungsi
Propam bekerja dengan prinsip praduga tak bersalah.
o. Sidang Komisi dilaksanakan secara cepat dan paling lambat 21 (dua
puluh satu) hari kerja sejak sidang Komisi dimulai sudah
menjatuhkan putusan.
p. Putusan sidang Komisi bersifat final.

26

q. Putusan sanksi administratif berupa rekomendasi untuk dapat atau
tidaknya diberhentikan tidak dengan hormat atau dengan hormat
dari dinas Polri (PTDH dan PDH) diajukan oleh Ketua Komisi
kepada Kepala Kesatuan Terperiksa paling lambat 8 (delapan) hari
sejak putusan sidang dibacakan.
r. Komisi berakhir setelah penyerahan hasil putusan sidang kepada
pejabat yang membentuk.
7.

Hak dan Kewajiban Terpriksa
a.

Terperiksa berhak :
1)

Mengetahui

susunan

keanggotaan

Komisi

sebelum

pelaksanaan sidang.
2)

Menunjuk Pendamping.

3)

Menrima dan mempelajari isi berkas perkara baik sendirisendiri maupun bersama-sama dengan Pendamping paling
lambat 3 (tiga) hari sebelum dilaksanakan sidang.

4)

Mengajukan pembelaan.

5)

Mengajukan Saksi dalam proses pemeriksaan maupun
persidangan.

6)

Menerima salinan putusan sidang 1 (satu) hari setelah
putusan dibacakan.

7)

Mengajukan keberatan dalam bentuk tertulis dengan batas
waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah menerima salinan
putusan dari sidang.

b.

Terperiksa berkewajiban :

27

1)

Memenuhi semua panggilan.

2)

Menghadiri sidang.

3)

Menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Ketua dan
anggota Komisi.

4)

Memberikan keterangan untuk memperlancar jalannya
sidang Komisi.

5)

Mentaati seemua ketentuan yang dikeluarkan oleh Komisi
serta berlaku sopan.

c.

Terperiksa yang tidak memenuhi panggilan, harus memberikan
keterangan yang patutu dan wajar.

8.

Tata Tertib Persidangan
a. Sidang Komisi dilaksanakan di Markas Kepolisian atau di tempat lain
yang ditentukan dan terbuka umtuk umum.
b. Ruangan untuk kelengkapan persidangan meliputi :
1)

Ruang sidang.

2)

Ruang tunggu anggota Komisi.

3)

Ryang tunggu Terperiksa dan Pendamping.

4)

Ruang tunggu Saksi.

c. Perlengkapan ruang sidang terdiri dari :
1)

Meja sidang diberi alas berwarna hijau dengan susunan
berbentuk ”U” atau segaris.

2)

Kursi sidang untuk anggota Komisi, Pembantu, Sekretaris,
Teerperiksa, Pendamping, Saksi dan Pengunjung.

3)

Palu sidang dan kelengkapannya.
28

4)

Papan

nama

anggota

Komisi

(Ketua,

Wakil

Ketua,

Sekretaris dan Anggota) dan Pendamping.
5)

Bendera Merah Putih yang dipasang di sebelah kanan dan
sejajar dengan kursi Ketua Komisi.

6)

Foto Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonsia.

d. Denah ruang sidang sebagai berikut :
1)

Ketua Komisi berada didepan bagian tengah.

2)

Wakil Ketua Komisi berada disamping kanan Ketua Komisi.

3)

Sekretaris Komisi berada disamping kiri Ketua Komisi.

4)

Anggota Komisi berada dikanan Wakil Ketua Komisi dan
sebelah kiri Sekretaris Komisi.

5)

Terperiksa berhadapan dengan Ketua Komisi.

6)

Pembantu Sekretaris di sisi kiri Terperiksa.

7)

Pendamping berada di sisi kanan Terperiksa.

8)

Pengunjung di belakang Terperiksa/Saksi.

e. Bentuk denah ruang sidang disesuaikan dengan kondisi ruangan
dalam bentuk”segaris” atau ”U”.
f. Sidang dilaksanakan dengan khidmat dan tertib.
g. Pakaian dalam persidangan.
1)

Anggota Komisi memakai PDU-4.

2)

Pembantu Sekretaris memakai PDH.

3)

Terperiksa memakai PDH.

4)

Pendamping memakai PDU-4.

29

5)

Saksi dari anggota Polri memakai PDH.

6)

Saksi yang bukan anggota Polri memakai pakaian bebas
rapi.

h. Acara sidang denah ruang sidang, administrasi, format surat-surat
dan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan sidang sesuai
dengan lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan Peraturan ini.

9.

Acara Persidangan Tanpa Kehadiran Terperiksa
a. Sidang Komisi tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Terperiksa
setelah dipanggil secara sah.
b. Sidang Komisi dilaksanakan sesuai mekanisme yang diatur dalam
Pasal 10, sedangkan yang dijadikan bahan pemeriksaan aalah
berkas

Terperiksa,

surat-surat

yang

berkaitan,

keterangan

Saksi/Ahli yang dapat dihadirkan.
c. Sidang

Komisi

tetap

memberikan

putusan

sidang

walaupun

Terperiksa tidak hadir dalam persidangan.
10.

Administrasi
a.

Putusan Sidang Komisi dapat diumumkan kepada masyarakat.

b.

Salinan putusan Sidang Komisi dikirimkan kepada :
1)

Di Tingkat Mabes Polri.
a)

Irwasum Polri

: 1 (satu) berkas

b)

De SDM Kapolri

: 1 (satu) berkas

c)

Kadiv Propam Polri

: 1 (satu) berkas

d)

Kadiv Binkum Polri

: 1 (satu) berkas

e)

Atasan Langsung Terperiksa

: 1 (satu) berkas
30

2)

c.

Di Kewilayahan.
1)

Irwasda

: 1 (satu) berkas

2)

Karo Pers Polda

: 1 (satu) berkas

3)

Kabid Propam Polda

: 1 (satu) berkas

4)

Kabid Binkum Polda

: 1 (satu) berkas

5)

Atasan Langsung Terperiksa

: 1 (satu) berkas

Salinan Putusan Sidang Komisi disampaikan kepada pejabat yang
membentuk Komisi.

d.

Pengawasan terhadap pelaksanaan Putusan Sidang Komisi atas
sanksi berkewajiban untuk memproses secara administratif
kepada Pejabat Polri yang berwenang.

32

BAB III
PENUTUP
Demikian Naskah Sekolah Sementara ini dibuat untuk dipelajari dan
dipahami oleh siswa sebagai bekal ilmu Mekanisme Sidang Kode Etik Profesi
Polri Bidang Provos dan agar dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas.

33

BAB III
PENUTUP
Demikian Naskah Sekolah Sementara ini dibuat untuk dipelajari dan
dipahami oleh siswa sebagai bekal ilmu Mekanisme Sidang Kode Etik Profesi
Polri Bidang Provos dan agar dijadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas.

Mengetahui :
KOORGADIK

Dra. ATIH N. PURWATI
AKBP NRP 64050825

Bandung,

Nopember 2009
GADIK

Drs. HASANUDDIN
AKBP NRP 58020672

33
KOPSTUK
No. Pol. :

LAPORAN
/
/

/

Identitas yang dilaporkan
Nama

: .........................................................................................

Pangkat/NRP : ..........................................................................................
Jabatan

: .........................................................................................

Kesatuan

: .........................................................................................

Identitas pelapor
Nama

: .........................................................................................

Pangkat/NRP : ..........................................................................................
Jabatan

: .........................................................................................

Kesatuan

: .........................................................................................

Nama, alamat saksi
1.

.............................................................................................................

2.

.............................................................................................................

Isi laporan

: .....................................................................................................

...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
Tuduhan pelanggaran :

......................................................................................

Melanggar Pasal ........ Peraturan Pemerintah Nomor ........ Tahun 2003
tentang ...................................................................................................................
.............
Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya di

…………………………….

……….., tanggal ………………
Pelapor
…………………………….

34
KOPSTUK
No. Pol. :

LAPORAN
/
/

/

Identitas yang dilaporkan
Nama

:

......................................................................................

Pangkat/NRP :

......................................................................................

Jabatan

:

......................................................................................

Kesatuan

:

......................................................................................

:

......................................................................................

Pangkat/NRP :

......................................................................................

Jabatan

:

......................................................................................

Kesatuan

:

......................................................................................

Identitas pelapor
Nama

Nama, alamat saksi
1.

..............................................................................................................

2.

..............................................................................................................

Isi laporan

:

..................................................................................................

................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Tuduhan pelanggaran :

..................................................................................

Melanggar Pasal ......... Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya di

………………………....….

……….., tanggal ………….....
Pelpaor
…………………………….

35
KOPSTUK
PENGADUAN
No. Pol. :
/
/

/

Identitas yang dilaporkan
Nama

:

.......................................................................................

Pangkat/NRP :

.......................................................................................

Jabatan

:

.......................................................................................

Kesatuan

:

.......................................................................................

Nama, alamat pengadu :
.....................................................................................................................
.....................................................................................................................
Nama, alamat saksi
1.

..............................................................................................................

2.

..............................................................................................................

Isi pengaduan :

..................................................................................................

................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
Melanggar Pasal ......... Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia
Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya di
Yang Menerima Pengaduan

....………………………….
….. tanggal …..
Pengadu

…………………………

……………….

36
BERITA ACARA PENDAPAT
Pada hari ini ………….………….. tanggal ……….……….………….. saya :
…………………………………………………………………………….……………….
Pangkat …..…..….. NRP …..…..….. Jabatan …..…..….. Kesatuan…. ….………..
berdasarkan perintah ………………………………………………………….………..
Pangkat ………..…..….. NRP …..…..…..….. Tanggal ………………….......…..….
untuk memeriksa pelanggaran ...........................………....… yang dilakukan oleh
Nama …….…..…..….. Pangkat ……..…..…..….. Jabatan.....……………….…..…
Kesatuan …………………, setelah membaca dan mempelajari serta meneliti
Berkas Perkara pemeriksaan atas nama :
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
I.

KETERANGAN TERPERIKSA
1.

Bahwa terperiksa menerangkan

2.

Riwayat hidup dan Riwayat pekerjaan terperiksa :
a.

Lahir di ..................................................................................

b.

Pendidikan Umum :

c.

d.

-

Tamat ................. Tahun .................. di .....................

-

dst

Pendidikan Kepolisian :
-

Tamat dari.............. Tahun ............... di .....................

-

dst

Riwayat pekerjaan :
-

Pada tahun ........................ bekerja di .......................

-

dst

/ II.

KETERANGAN .....

2
II.

KETERANGAN SAKSI
1.

Nama ...................., Umur ................., Pekerjaan ..........................,
alamat .............................................................................................,
menerangkan bahwa : .....................................................................

2.

Nama ...................., Umur ................., Pekerjaan ..........................,
alamat .............................................................................................,
menerangkan bahwa : .....................................................................

III.

BARANG BUKTI :
1.

..........................................................................................................

2.

..........................................................................................................

IV.

KESIMPULAN :
1.

Bahwa terperiksa berdasarkan bukti-bukti .......................................

2.

dst

V.

PENDAPAT :
Berdasarkan keterangan Terperiksa dan keterangan saksi-saksi
dalam Berita Acara Pemeriksaan serta barang-barang bukti yang ada,
cukup
Pangkat

alasan
..........

menyangka
NRP

bahwa

Terperiksa

.......................

Nama

Jabatan

.................
.....................

Kesatuan .................
Alamat ........................................................................................................
telah melakukan perbuatan .............................. melanggar Pasal ..............
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Demikian Berita Acara Pendapat ini dibuat dengan sebenarnya,
mengingat sumpah jabatan yang ada sekarang ini, kemudian ditutup dan
ditandatangani di ............... pada hari ............... tanggal ............ tahun ...........
MENGETAHUI

YANG MEMBUAT

……………………….

BERITA ACARA PENDAPAT

…………………………

……..……………….

38
BERITA ACARA PENDAPAT
Pada hari ini ………………...…….. tanggal …………….………….. saya :
………………………………………….………………………………………………….
Pangkat …..…..….. NRP …..…..….. Jabatan …..…..….. Kesatuan ….…………..
berdasarkan perintah ………………………………………..………………….……...
Pangkat ………..…..….. NRP …..…..…..….. Tanggal …………………............…..
untuk memeriksa pelanggaran ...............................………… yang dilakukan oleh
Nama …….…..…..….. Pangkat ……..…..…..….. Jabatan ……………..…..….......
Kesatuan …………………, setelah membaca dan mempelajari serta meneliti
Berkas Perkara pemeriksaan atas nama :
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
VI.

KETERANGAN TERPERIKSA
1.

Bahwa terperiksa menerangkan

2.

Riwayat hidup dan Riwayat pekerjaan terperiksa :
a.

Lahir di ..................................................................................

b.

Pendidikan Umum :

c.

d.

-

Tamat ................. Tahun .................. di .....................

-

dst

Pendidikan Kepolisian :
-

Tamat dari.............. Tahun ............... di .....................

-

dst

Riwayat pekerjaan :
-

Pada tahun ........................ bekerja di .......................

-

dst

/ II.

KETERANGAN .....

2
VII.

KETERANGAN SAKSI
1.

Nama ...................., Umur ................., Pekerjaan ...........................,
alamat .............................................................................................,
menerangkan bahwa : .....................................................................

2.

Nama ...................., Umur ................., Pekerjaan ...........................,
alamat .............................................................................................,
menerangkan bahwa : .....................................................................

VIII.

BARANG BUKTI :
1.

..........................................................................................................

2.

..........................................................................................................

IX.

KESIMPULAN :
1.

Bahwa terperiksa berdasarkan bukti-bukti .......................................

2.

dst

X.

PENDAPAT :
Berdasarkan keterangan Terperiksa dan keterangan saksi-saksi
dalam Berita Acara Pemeriksaan serta barang-barang bukti yang ada,
cukup
Pangkat

alasan

menyangka

...............

NRP

bahwa

Terperiksa

...................

Nama

Jabatan

.................
...................

Kesatuan ......................
Alamat .........................................................................................................
telah melakukan perbuatan ............................. melanggar Pasal ...............
Peraturan Pemerintah Nomor ….…….......... Tahun 2003 tentang ……......
Demikian Berita Acara Pendapat ini dibuat dengan sebenarnya,
mengingat sumpah jabatan yang ada sekarang ini, kemudian ditutup dan
ditandatangani di .................. pada hari .............. tanggal .............. tahun ............
MENGETAHUI

YANG MEMBUAT

……………………….

BERITA ACARA PENDAPAT

…………………………

……..……………….

40
KOPSTUK
No. Pol.

: R/

/

Klasifikasi

: RAHASIA

Lampiran

: Satu berkas

Perihal

: Usulan pembentukan Komisi Kode
Etik

/

Polri

/

untuk

..............., ........................

memeriksa

.......................................................

Kepada
Yth.

..............................
di
.............................

1.

2.

Rujukan :
a.

Laporan/Pengaduan No. Pol. : . ….……………………

b.

Berita Acara Pendapat tanggal ………..………………
Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas dan hasil

pemeriksaan awal terhadap laporan/pengaduan tersebut
pada butir 1 di atas, kami berpendapat bahwa Nama ……
Pangkat ….. NRP ….. Jabatan ….. Kesatuan …… telah
melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri berupa ……
sebagaimana diatur dalam Pasal ….. Peraturan Kapolri
tentang Kode Etik Profesi Polri.
3.

Berdasarkan ketentuan Pasal 3, Pasal 8 dan Pasal 9
Peraturan Kapolri tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi
Kode Etik Polri, dengan ini diusulkan pembentukan Komisi
Kode Etik Polri untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
terhadap perkara dimaksud.

4.

Demikian untuk menjadikan maklum.
KEPALA ……………….

………………………….
41
KOPSTUK
No. Pol.

: R/

/

Klasifikasi

: RAHASIA

Lampiran

: Satu berkas

Perihal

: Usulan pembentukan Komisi Kode
Etik

/

Polri

/

untuk

.............., ........................

memeriksa

.......................................................

Kepada
Yth.

..............................
di
..............................

1.

Rujukan :
a.

Laporan/Pengaduan

No.

Pol.

:

………………….……
b.

Berita Acara Pendapat tanggal ……………….
…….…

2.

Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas dan hasil
pemeriksaan awal terhadap laporan/pengaduan tersebut
pada butir 1 di atas, kami berpendapat bahwa Nama ……
Pangkat …….... NRP …….... Jabatan ……….. Kesatuan
……. telah melakukan pelanggaran sebagaimana diatur
dalam Pasal …….. Peraturan Pemerintah Nomor …...
Tahun 2003 tentang …………………………………………….

3.

Berdasarkan ketentuan Pasal 3, Pasal 8 dan Pasal 9
Peraturan Kapolri tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi
Kode Etik Polri, dengan ini diusulkan pembentukan Komisi
Kode Etik Polri untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
terhadap perkara dimaksud.

4.

Demikian untuk menjadikan maklum.
KEPALA ……………….
………………………….
42

KOPSTUK

SURAT – KEPUTUSAN
No. Pol. : Skep/
/
/200
tentang
PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIK
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KEPALA KEPOLISIAN .......................................
Menimbang

:

Bahwa perlu dibentuk Komisi Kode Etik Polri di
Kesatuan ..... untuk memeriksa/emnyidangkan perkara
atas nama ..... pangkat ..... NRP ..... jabatan ...... kesatuan
..... guna tertib administrasi pelaksanaannya, dipandang
perlu menetapkan Surat Keputusan.

Mengingat

: 1.
2.
3.

Memperhatikan

: 1.
2.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Peraturan Kapolri No. Pol. : ….. Tahun ….. tentang
Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Peraturan Kapolri No. Pol. : ….. Tahun ….. tentang
Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Laporan/pengaduan ...................................................
Surat Kepala ..... No. Pol. : ..... tanggal ..... perihal
Usulan pembentukan Komisi Kode Etik Polri.
MEMUTUSKAN

Menetapkan

: 1.

Membentuk Komisi Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia di kesatuan ..... dan menunjuk
anggota Polri yang nama, pangkat, NRP, jabatan,
kesatuan tercantum dalam Lampiran Surat
Keputusan ini, sebagai anggota Komisi Kode Etik
Polri untuk memeriksa pelanggaran atas nama ......
pangkat ..... NRP ..... jabatan ..... kesatuan .....
/ 2.

Pemeriksaan .....

2
2.
3.

Pemeriksaan dalam Sidang Komisi mempedomani
Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik Kepolisian
Negara Republik Indonesia.
Melaporkan hasil Putusan Sidang Komisi Kode Etik
Polri pada kesempatan pertama.

Dengan catatan :
Apabila dikemudi