PERBANDINGAN BOBOT LAHIR DAN MORTALITAS PRASAPIH ANTARA KAMBING BOERAWA G1 DAN G2 DI DESA CAMPANG KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

PERBANDINGAN BOBOT LAHIR DAN MORTALITAS PRASAPIH
ANTARA KAMBING BOERAWA G1 DAN G2 DI DESA CAMPANG
KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS
( Skripsi )

Oleh
Dwi Jayanto

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

PERBANDINGAN BOBOT LAHIR DAN MORTALITAS PRASAPIH
ANTARA KAMBING BOERAWA G1 DAN G2 DI DESA CAMPANG
KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh
Dwi jayanto

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PETERNAKAN
pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012

Judul Skripsi

: PERBANDINGAN BOBOT LAHIR DAN
MORTALITAS PRASAPIH ANTARA
KAMBING BOERAWA G1 DAN G2 DI DESA
CAMPANG KECAMATAN GISTING
KABUPATEN TANGGAMUS

Nama Mahasiswa


: Dwi Jayanto

Nomor Pokok Mahasiswa : 0814061034
Jurusan

: Peternakan

Fakultas

: Pertanian

MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing

Ir. Idalina Harris, M.S.
NIP 19520530 197710 2 001

Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P.
NIP 19750611 200501 1 002


2. Ketua Jurusan Peternakan

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.
NIP 19610307 198503 1 006

MENSAHKAN

1. Tim Penguji
Ketua

: Ir. Idalina Harris, M.S.

.................

Sekretaris

: Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P.

…………….


Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Arif Qisthon, M.Si.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.
NIP 19610826 198702 1 001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 14 Agustus 2012

…………….

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidomukti, Kecamatan Abung Timur, Kabupaten Lampung
Utara pada 10 April 1989, putra kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Ngatno
dan Ibu Katmi.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Sidomukti, Abung

Timur, Lampung Utara pada 2002; sekolah menengah pertama di SMP LKMD,
Abung Timur, Lampung Utara pada 2005; sekolah menengah umum di SMU N 1
Abung Semuli, Lampung Utara pada 2008.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian
(FP), Universitas Lampung (Unila), Bandar Lampung pada 2008, melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Pada Juli 2011, penulis
melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik di Desa Sidomulyo, Kecamatan Mesuji,
Kabupaten Mesuji dengan tema “Revitalisasi Pertanian dalam Rangka Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat (petani)”. Pada Januari 2012, penulis melaksanakan
Praktik Umum di Sumber Sari Farm, Desa Siraman, Kecamatan Pekalongan,
Kabupaten Lampung Timur.

Selama masa studi, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Peternakan (HIMAPET),
FP sebagai anggota Bidang Pengabdian kepada Masyarakat periode 2010--2011.

Selain aktif di organisasi, penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan
seminar diantaranya pelatihan kepemimpinan dan organisasi mahasiswa oleh
HIMAPET; Training Entrepreneurship oleh Badan Eksekutif Mahasiswa FP,
Unila; serta kegiatan temu mahasiswa pertanian se-Lampung oleh Unit Kerja

Mahasiswa Fakultas Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian, FP, Unila.

Demi Tuhan Yang Maha Mulia. Dengan segala kerendahan hati
dan penuh perjuangan aku persembahkan karya kecil
yang terindah dan sangat aku banggakan ini sebagai wujud rasa
terima kasih, rasa bakti, hormat dan kasih sayangku
kepada :
Kedua orang tuaku :“Bapak Ngatno dan Ibu Katmi” yang dengan
penuh kesabaran, kasih sayang, dan selalu mendoakan
disetiap semua langkahku.
Kakak ku tersayang “Eko Susanto” yang terus memberikan motivasi
tanpa henti dan untuk seorang yang nantinya akan menjadi teman
hidupku selamanya baik suka maupun duka.

Teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan dukungan,
bantuan, motivasi, dan doa kepadaku sehingga
selalu membuatku bangga akan kebersamaan dengan kalian.

Dan


Almamaterku tercinta “Universitas Lampung”
Terima kasih karena telah memberikan sebuah cerita manis
dalam hidupku.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya

(QS Al Baqarah: 286, Al An'am : 152)

Allah menghendaki kemudahan bagimu,
dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.

(Al Baqoroh : 185)

Bukan yang kuat, tetapi yang uletlah yang menjadikan
mereka “orang besar”

(Nicase)

“Membangun sebuah Kerajaan kehidupan bukan berpondasi pada

sebuah ketakutan dan kekhawatiran karenanya itu hanya sia-sia,
dasar yang kuat hanya bisa menopang semuanya ialah sebuah
keberanian untuk memulai serta kejujuran”

(Dwi jayanto)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi.

Ucapan terima kasih yang tulus dan penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Ir. Idalina Harris, M.S.--selaku pembimbing utama--atas kesabaran,
petunjuk, bimbingan, dan arahannya;
2. Bapak Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P.--selaku pembimbing anggota--atas
bimbingan, petunjuk, dan sarannya;
3. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si--selaku pembahas sekaligus Sekretaris Jurusan
Peternakan--atas bimbingan, saran, dan bantuannya;
4. Bapak Ir.Yusuf Widodo, M.P.--selaku pembimbing akademik--atas motivasi,

nasihat, dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama menempuh
pendidikan;
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan,
FP, Unila--atas izin dan bimbingannya;
6. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan FP, Unila--atas izin
yang telah diberikan;
7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Jurusan Peternakan atas motivasi, bimbingan, dan
saran yang diberikan;

8. Mas Feri, Mba Erni, dan Agus--atas bantuan dan fasilitas selama kuliah dan
penyusunan skripsi;
9. Bapak, Mamak, dan kakakku tersayang beserta keluarga besarku atas kasih
sayang, nasehat, dukungan, dan do'a tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi
penulis;
10. teman-teman seperjuangan Adi, Dedi P, Komeng, Adit, Dedi s, Febri, Zul,
Satrio, Fazar, Arif, Anam, Andi, Trian, Hizkia, Ibnu, Zaky, Pram, Bayu,
Dimas, Rudi, Cahyo, Fikri, Tegar, Budi, Deni, Oka, Yudi, Udin, Cintya,
Nidia, Dwi Andriani, Putri, Aan, Ratih, Esti, Ana, Neka, Ari, Maulia, Irma,
Nike, Elda, dan seluruh mahasiswa Jurusan Peternakan angkatan ’06, ’07,
’09, dan ’10 Unila atas motivasi, bantuan, kebersamaan, dan kasih sayang

yang diberikan.

Semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat
dari Allah S.W.T. serta penulis berharap karya ini dapat bermanfaat. Amin.

Bandar lampung, 13 September 2012
Penulis

Dwi Jayanto

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................
I.

vii

PENDAHULUAN .............................................................................

1


A. Latar Belakang ..............................................................................

1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................

4

C. Tujuan Penelitian ..........................................................................

4

D. Kegunaan Penelitian ......................................................................

4

E. Kerangka Pemikiran ......................................................................

4

F. Hipotesis .......................................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

7

A. Deskripsi Kambing ........................................................................

7

1. Kambing Boer ..........................................................................
2. Kambing Peranakan Etawa .....................................................
3. Kambing Boerawa....................................................................

8
9
10

B. Grading-up .....................................................................................

11

C. Bobot Lahir Kambing ....................................................................

12

D. Mortalitas Kambing Prasapih .........................................................

14

E. Pertumbuhan ..................................................................................

15

III. BAHAN DAN METODE ...................................................................

17

A. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................

17

B. Obyek Penelitian ...........................................................................

17

C. Alat Penelitian ................................................................................

17

D. Metode Penelitian...........................................................................

17

E. Peubah yang Diamati ....................................................................

18

F. Prosedur Penelitian.........................................................................

18

G. Analisis Data ..................................................................................

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................

21

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..............................................

21

B. Manajemen Pemeliharaan Kambing Boerawa ...............................

22

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Manajemen pemberian pakan ..................................................
Manajemen pemberian air minum ...........................................
Perkandangan ...........................................................................
Manajemen pencegahan penyakit ............................................
Manajemen pemeliharaan induk bunting .................................
Manajemen prasapih ................................................................

22
23
23
25
26
26

C. Bobot Lahir Kambing Boerawa G1 dan G2 ...................................

27

D. Mortalitas Prasapih Kambing Boerawa G1 dan G2……………….

29

V. SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

34

A. Simpulan .......................................................................................

34

B. Saran ....... .......................................................................................

34

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

35

LAMPIRAN ...... .......................................................................................

39

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah.

Laju pertumbuhan penduduk meningkat disertai dengan peningkatan pengetahuan
dan pendapatan masyarakat yang berdampak terhadap kebutuhan pangan yang
bergizi tinggi. Kondisi ini menuntut peningkatan ketersediaan pangan berprotein
tinggi dari produk ternak (daging, susu, dan telur). Pada sisi lain, sumbangan
peternakan terhadap pemenuhan kebutuhan daging Provinsi Lampung masih saja
kekurangan sampai saat ini. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian
(2009) menyatakan bahwa produksi daging Provinsi Lampung 2.912 ton/tahun,
sedangkan kebutuhan mencapai 4.334 ton/tahun. Upaya untuk meningkatkan
produktivitas kambing lokal guna memenuhi kebutuhan hasil ternak dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain dengan menyilangkan
kambing betina lokal atau yang sudah ada di masyarakat dengan kambing jantan
yang memiliki produktivitas lebih baik.

Di Kabupaten Tanggamus, usaha kambing hampir seluruhnya dikelola oleh
petani atau peternak kecil. Meskipun bukan sebagai sumber penghasilan utama,
kambing menjadi komponen penting sebagai penyedia uang tunai untuk
kebutuhan lainnya. Ditinjau dari aspek ekonomi, investasi awal yang kecil dan

2

tingkat kerugian yang rendah berdampak terhadap pemilihan kambing menjadi
salah satu sumber penghasilan peternak (Devendra dan Burns 1994).

Menurut Edey (1983), kambing lokal--kambing Kacang dan Peranakan Etawa
(PE) merupakan bangsa kambing yang mayoritas banyak dipelihara di Indonesia
akan tetapi tingkat pertumbuhannya kurang baik, sedangkan kebutuhan akan
daging kambing terus meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk
meningkatkan produktivitas kambing lokal guna memenuhi kebutuhan akan
daging dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain dengan
menyilangkan kambing betina lokal dengan kambing jantan yang memiliki
produktivitas lebih baik.

Kambing Boer merupakan salah satu bangsa kambing yang sangat baik untuk
produksi daging. Hal ini telah dibuktikan bahwa kambing Boer memiliki
konformasi tubuh yang baik, laju pertumbuhan yang cepat, dan kualitas karkas
yang baik. Menurut Ted dan Shipley (2005), kambing Boer merupakan satusatunya kambing tipe pedaging yang pertumbuhannya sangat cepat yaitu
mencapai 0,20—0,40 kg/hari dan bobot badan pada umur 5—6 bulan dapat
mencapai 35—40 kg. Kambing Boer memiliki sifat-sifat yang istimewa untuk
memproduksi daging dibandingkan dengan bangsa kambing lainnya, karena sifatsifat tersebut kambing Boer telah berhasil meningkatkan performan produksi
kambing dari bangsa-bangsa lokal melalui hasil persilangan. Waldron (1997)
menyatakan bahwa ada beberapa sifat utama yang memengaruhi produksi
kambing pedaging secara menyeluruh yang perlu dicatat yaitu meliputi terjadinya

3

peningkatan bobot lahir, sapih, dewasa; pertambahan bobot tubuh (PBT); jarak
beranak; kualitas karkas.

Berdasarkan karakteristiknya, kambing Boer dapat digunakan untuk
meningkatkan produktivitas kambing di Indonesia dengan melakukan persilangan.
Pemerintah Daerah Provinsi Lampung mengambil kebijakan melakukan gradingup, yakni mengawinkan pejantan Boer dengan kambing betina lokal PE dan
keturunannya secara terus menerus dikawinkan dengan pejantan Boer.
Peningkatan produktivitas kambing Boerawa G1 ditempuh melalui program
grading-up agar dihasilkan kambing Boerawa G2 dan kambing hasil persilangan
tersebut diharapkan memunyai performan lebih tinggi daripada induknya.
Performan pertumbuhan yang tinggi tersebut merupakan hasil pewarisan genetik
kambing Boer yang unggul dalam sifat pertumbuhan.

Keunggulan sifat pertumbuhan yang dimiliki kambing Boerawa G1 dengan
komposisi darah 50% diharapkan juga diwariskan pada kambing Boerawa G2
dengan komposisi darah yang lebih tinggi yaitu sekitar 75%. Oleh karena itu,
kambing Boerawa G2 diharapkan memiliki performan pertumbuhan yang lebih
tinggi daripada kambing Boerawa G1 maupun kambing PE. Dengan lebih
besarnya komposisi darah dalam tubuh kambing Boerawa G2 diharapkan bobot
anak yang dilahirkan lebih besar daripada kambing Boerawa G1 dan
mortalitasnya lebih kecil daripada kambing Boerawa G1. Berdasarkan uraian di
atas penulis tertarik untuk meneliti apakah penampilan bobot lahir dan mortalitas
prasapih kambing Boerawa G2 lebik baik daripada kambing Boerawa G1.

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi pada
kambing hasil persilangan antara Boer dan PE di Kecamatan Gisting, Kabupaten
Tanggamus sebagai berikut:
1) apakah berbeda bobot lahir antara kambing Boerawa G1 dan G2?
2) apakah berbeda mortalitas prasapih antara kambing Boerawa G1 dan G2?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan:
1) bobot lahir antara kambing Boerawa G1 dan G2 ;
2) mortalitas prasapih antara kambing Boerawa G1 dan G2 .

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang performan
kambing Boerawa antar-generasi dalam upaya peningkatan produktivitas ternak
ruminansia pada umumnya dan kambing pada khususnya.

E. Kerangka Pemikiran

Pada umumnya, usaha kambing di Indonesia masih hanya sebatas usaha
sampingan. Di Kabupaten Tanggamus, usaha kambing hampir seluruhnya dikelola
oleh petani yang sistem pemeliharaannya masih sangat sederhana dan kurang
memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap usahanya. Hal tersebut
menyebabkan produktivitas kambing cenderung menurun.

5

Keberhasilan usaha peternakan tidak terlepas dari pengaruh faktor genetik dan
faktor lingkungan. Peranan faktor genetik sebesar 30% sedangkan faktor
lingkungan sebesar 70%. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guna
memperbaiki mutu genetik kambing yaitu melalui persilangan dengan program
grading-up. Grading-up adalah sistem perkawinan silang yang keturunannya
selalu disilangbalikkan (back crossing) dengan bangsa pejantannya dengan
maksud mengubah bangsa induk (lokal) menjadi bangsa pejantannya
(Hardjosubroto, 1994). Pemerintah Daerah Provinsi Lampung mengambil
kebijakan melakukan grading-up, yakni mengawinkan pejantan Boer dengan
kambing betina lokal PE dan keturunannya secara terus menerus dikawinkan
dengan pejantan Boer.

Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan
dengan kambing PE betina. Peningkatan produktivitas kambing Boerawa G1
ditempuh melalui program grading-up agar dihasilkan kambing Boerawa G2 dan
kambing hasil persilangan tersebut diharapkan memunyai performan lebih tinggi
daripada induknya. Kambing Boerawa G1 mengandung 50% komposisi darah
kambing Boer, sedangkan kambing Boerawa G2 mengandung 75% komposisi
darah kambing Boer, sehingga secara teoritis PBT kambing Boerawa G2 lebih
tinggi daripada kambing Boerawa G1.

Penelitian yang dilakukan Sulastri (2007) menyatakan bahwa rata-rata bobot lahir
kambing Boerawa G2 seberat 3,83 kg, sedangkan Boerawa G1 seberat 2,87 kg.
Tingginya bobot lahir kambing Boerawa G2 disebabkan oleh semakin tingginya
komposisi darah yang terdapat pada kambing Boerawa G2 yaitu 75% Boer dan

6

25% PE, sedangkan kambing Boerawa G1 mengandung komposisi darah Boer
50% dan PE 50%. Dengan semakin tingginya komposisi darah yang terdapat
dalam tubuh kambing Boerawa G2, diharapkan mortalitas prasapihnya semakin
rendah.

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) rata-rata bobot lahir kambing Boerawa G2 lebih tinggi daripada G1;
2) rata-rata mortalitas prasapih kambing Boerawa G2 lebih rendah daripada G1.

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada Maret—Juni 2012 di lokasi pengembangan Kambing
Boerawa yakni di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus,
Provinsi Lampung.

B. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini berupa anak kambing Boerawa G1 dan G2 masing-masing
42 ekor, berumur 3 bulan (siap sapih), dan memiliki data bobot lahir.

C. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini thermohygrometer dan alat tulis.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dengan studi
kasus di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, Provinsi
Lampung. Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi penelitian yang meliputi mortalitas
selama prasapih, manajemen pemeliharaan (sistem perkandangan, frekuensi
pemberian pakan, jenis pakan yang digunakan, suhu, dan kelembapan), umur

18

kematian serta wawancara dengan peternak. Data sekunder diperoleh dari
rekording milik peternak yang meliputi nama pemilik serta tanggal dan bobot lahir
kambing sampel.

E. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati adalah sebagai berikut:
1. data bobot lahir (kg) diperoleh berdasarkan rekording milik peternak;
2. mortalitas prasapih (%) diperoleh dengan cara menghitung jumlah anak
kambing yang mati dibagi total anak kambing hidup dikali 100%;
3. manajemen pemeliharaan diperoleh dengan cara wawancara dengan peternak
dan pengamatan secara langsung;

F. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. menentukan sampel dengan kriteria sebagai berikut:
a) anak kambing Boerawa G1 dan G2;
b) lahir pada Januari--Februari;
c) memunyai data bobot lahir;
d) kambing tersebut belum disapih.
2. melakukan pendataan kambing yang sesuai dengan kriteria;
3. pengumpulan data sekunder (bobot lahir) dan primer (mortalitas prasapih dan
manajemen pemeliharaan di lokasi penelitian);
4. pengolahan dan analisis data.

19

G. Analisis Data

Menurut menurut Kurnianto, et al. (2007) faktor koreksi digunakan untuk
menghindari bias yang ditimbulkan oleh sumber keragaman lain diantaranya jenis
kelamin. Bobot lahir kambing Boerawa dikoreksi berdasarkan jenis kelamin.

Kurnianto, et al. (2007) menyatakan bahwa faktor koreksi bobot lahir dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
BLT = BL x FKJK x FKTK
Keterangan:
BL
:bobot lahir
BLT :bobot lahir terkoreksi
FKJK :faktor koreksi jenis kelamin, untuk jantan (1,00) dan betina (1,07)
FKTK :faktor koreksi tipe kelahiran, untuk kembar 2 (1,15) dan kembar 3 (1,25)

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji-t
student pada taraf nyata 5% dan atau 1% (Steel and Torrie,1993).
Rumus uji-t:
t=

x

1

 x2



S x1 x 2

Keterangan :
: hasil pengamatan pertama (bobot lahir G1)
x1
: hasil pengamatan kedua (bobot lahir G2)
x2
SX1-X2 : standard error beda 2 rata-rata
Rumus standard error dari beda: Sx1-x2 =

Keterangan:
SS1 : jumlah kuadrat dari sampel 1
SS2 : jumlah kuadat dari sampel 2
n1 : besar sampel 1
n2 : besar sampel 2

SS1  SS 2  1
1 
  
n1  n2  2  n1 n2 

20

Rumus jumlah kuadrat: SS =  xi2 
Keterangan:
xi : pengamatan variabel ke-i
n : besar sampel
SS : jumlah kuadrat

( xi ) 2
n

29

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:
1.

rata-rata bobot lahir kambing Boerawa G2 (4,11± 0,32kg) sangat nyata
meningkat dibandingkan kambing Boerawa G1 (3,59± 0,21kg);

2.

mortalitas prasapih kambing Boerawa G2 (9,52%) lebih rendah daripada
kambing Boerawa G1(14,28%);

B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan dapat
disampaikan saran yaitu: program grading up dapat dilanjutkan untuk mengetahui
tingkat produktivitas kambing Boerawa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, I.K. 1983. Pedoman Beternak Kambing. Direktorat Bina Produksi
Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta
American Boer Association. 2001. ”Standards for Improved Boer Goat”.
http://www.abga.org/breedinfo.html. Diakses 10 September 2011
Barry, D. M. dan Goodke, R. A. 2005. “The Boer Goat the Potential for Cross
Breeding. Department of Animal Science”. LSU Agricultur Center
Lousiana State University Baton Rouge. Lousiana.
http://.boergot.com//clean/articles/php. Diakses 20 september 2011
Budiasih, R. 2007. “Pengaruh Periode Kelahiran terhadap Persentase Heterosis
Bobot Lahir, Bobot sapih dan Pertumbuhan Sebelum Sapih pada
Kambing Boerawa di Desa Campang Kecamatan Gisting Kabupaten
Tanggamus”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Devendra, C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB.
Bandung. Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian,
Jakarta
.1993. Goat Production in the Tropics. Commonwealth Agricultural
Bureaux. Farnham Royal. United Kingdom. Australia
Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. 2009. Statistik Peternakan
2009. CV. Desindo Catur Pratama. Jakarta
Direktorat Pengembangan Ternak. 2004. ”Laporan Intensifikasi Usaha Ternak
Kambing di Propinsi Lampung”. http://www.disnakkeswanlampung.go.id./publikasi/bplm. Diakses 10 September 2011
Donkin, E.F. and P.A. Boyazoglu. 2004. ”Diseases and mortality of goat kids in
South Africa milk goat herd”.Journal Animal. Sci. 34 (suppl.):258261
Edey, T.N. 1983. “The Genetic pool of sheep and goats”. In: Edey. T.N (Ed).
Tropical Sheep and Goat Production. Australia University
International. Development Program. Canberra

36

Erasmus, J.A. 2000.”Adaptation to various environments and resistance to disease
of improved Boer goat”. Small Rumi. Res. 36: 179-187.
Ginting, P.S. 2009. “Pedoman Teknis Pemeliharaan Induk dan Anak
KambingMasa Pra-Sapih”. Loka Penelitian Kambing Potong.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Hadi. 2006. ”Perbandingan Nilai Most Probable Producing Ability (MPPA)
Bobot Sapih Kambing Betina Boerawa G1 dengan G2 di Desa
Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus”. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung
Hammond, J. 1960. Farm Animal, their Growth, Breeding and Inherintance.
Adward Arnorld Publishers. Ltd. London
Harjosubroto, W. 1994. Pemuliaan ternak di Lapangan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta
Harris, I dan D. Rudiono. 2002. Manajemen Ternak Potong dan Kerja. Buku
Ajar. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Kastasudjana. 2001. Teknik Produksi Ternak Ruminansia. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan. Jakarta
Kurnianto, E., S. Johari, dan H. Kurniawan. 2007. “Komponen ragam bobot
badan kambing Peranakan Etawa di Balai Pembibitan Ternak Kambing
Sumberejo Kabupaten Kendal”. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 34 (4)
236—244
Maharani, Rr. R. N. 2006. “Perbandingan Indeks Produktivitas Induk pada
Kambing Boerawa dan Kambing Peranakan Ettawa Berdasarkan Bobot
Sapih di Desa Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus”.
Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Matter, H.E. and Steinback. 1982. “Production Result of Boer Goat in Germany”.
Boer Goat News. 4:25-26. http://boergoat.com/clean/articles. Diakses
5 September 2011
Monografi Desa Campang. 2006. “Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus”.
Kota Agung. Lampung
Moran. 2002. “ Manajemen Pemeliharaan Cempe Prasapih “Animal
Science.http://www. Fao.org/rgrgrg.htm/ilri/x543.html. Diakses 20
November 2011

37

Mulyono, S. 1999. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Murtidjo, B.A. 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah.
Kanisius. Yogyakarta
Sarwono. 1999. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta
Shosan, M. A. 2006. “Perbandingan Daya Produktivitas Induk Kambing Boerawa
dengan Kambing Peranakan Etawah di Desa Campang Kecamatan
Gisting Kabupaten Tanggamus”. Skripsi. Universitas Lampung.
Bandar Lampung
Siregar, S. B. ”Aspek iklim tropis terhadap kemampuan berproduksi susu
kambing perah”. Journal Wartazoa Majalah semi Ilmiah Peternakan.
6(2):33-37
Subakat, S.A. 1985. “Pengaruh Cara Pemberian Ransum terhadap Performan,
Karkas, dan Komponen Karkas Kambing PE”. Jurnal Ilmiah. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sulastri. 2007. ”Estimasi Parameter Genetik Sifat-sifat Pertumbuhan Kambing
Boerawa di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten
Tanggamus”. Pustaka Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung
.2001.”Estimasi Parameter Genetik Sifat-sifat Pertumbuhan dan
Hubungan Antara Sifat-sifat Kualitatif Dengan Kuantitatif Pada
Kambing PE di Unit Pelaksanaan Teknis Ternak Singosari, Malang,
Jawa Timur”. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Universitas Gadjah
Mada.Yogyakarta
Steel, R.G.D. dan Torrie.1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Diterjemahkan
oleh Bambang Sumantri.PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta
Tarwiyah. 2001. “Ternak Kambing” http://digilib.brawijaya.ac.id/virtual
library/mlg warintek/ristekpdiilipi/data/budidaya%20peternakan/dki/ternak kambing.pdf. Diakses 1
November 2011
Ted dan Shipley. 2005. “Mengapa Harus Memelihara Kambing Boer, Daging
Untuk Masa Depan”. http://www.indonesiaboergoad.com/ind/
whyriseboergoat.html. Program BrawiBoer Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Diakses 15 September 2011
Waldron, D. F., T.D.Willingham, and P.V.Thompson. 1997. “Reproduction
Performance of Boer-cross and Spanish Goats”. J. Anim. Sci. 75
(Suppl.) 1:138

38

Willson, R. T. 1987. “Livestock Production Central Mali, environmental Factors
Affecting Weight in Traditionally Managed Goats and Sheep”.
Journal Animal Production. 45:223

ABSTRAK

COMPARISON OF BIRTH WEIGHT AND PRE-WEANING
MORTALITY BETWEEN BOERAWA G1 AND G2
IN CAMPANG VILLAGE, GISTING, TANGGAMUS

By
DWI JAYANTO

Increasment of local goat productivity can do by grading up, it is crossing male
Boer and female PE whinch produce Boerawa G1 and than crossing again with
male’s one and produce Boerawa G2. Therefore, Boerawa G2 expected have a
better performance than Boerawa G1 and PE. More high blood content of
Boerawa G2 expected that birth weight of child will be bigger than Boerawa G1,
and have lower mortality than Boerawa G1.This research is purporting to
knowing comparison of birth weight and mortality in pre-weaning between
Boerawa G1 and G2.
This research use survey method in Growing Center Boerawa goat in Campang
Village, Gisting, Tanggamus, Lampung with 42 sample child of Boerawa G1
and G2 in March-June 2012. Observation is about birth weight, pre-weaning
mortality, and goat management. Recording which used is primary recoeding
and secondary recording. And than it’s analysed by t-student trial in 5% real
level and or 1%.
Result of this research shows that Boerawa G2 birth weight average (4,11±
0,32kg) so real increase compared to Boerawa G1(3,59± 0,21kg); pre-weaning
mortality of Boerawa G2 (9,52%) lower than Boeraw G1 (14,28%).

ABSTRAK

PERBANDINGAN BOBOT LAHIR DAN MORTALITAS PRASAPIH
ANTARA KAMBING BOERAWA G1 DAN G2 DI DESA CAMPANG
KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh
DWI JAYANTO

Peningkatan produktivitas kambing lokal dapat dilakukan dengan melakukan
grading-up, yakni mengawinkan pejantan Boer dengan betina PE yang hasil
persilangannya dinamakan kambing Boerawa G1 dan selanjutnya disilangkan
kembali dengan bangsa pejantannya menghasilkan kambing Boerawa G2. Oleh
karena itu, kambing Boerawa G2 diharapkan memiliki performan pertumbuhan
yang lebih tinggi dibandingkan kambing Boerawa G1 maupun kambing PE.
Semakin tingginya komposisi darah yang dimiliki kambing Boerawa G2
diharapkan bobot anak yang dilahirkan lebih bsar daripada kambing Boerawa G1
sedangkan mortalitasnya lebih kecil dari pada kambing Boerawa G1. Penelitian in
bertujuan untuk mengetahui perbandingan bobot lahir dan mortalitas prasapih
antara kambing Boerawa G1 dan G2.
Penelitian ini menggunakan metode survey di lokasi pengembangan kambing
Boerawa yakni di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus,
Provinsi Lampung dengan sampel masing-masing 42 ekor anak kambing Boerawa
G1 dan G2 pada Maret—Juni 2012. Peubah yang diamati yaitu bobot lahir,
mortalitas prasapih, dan manajemen pemeliharaan. Data yang digunakan adalah
data primer dan data skunder. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji tstudent pada taraf 5% dan atau 1%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata bobot lahir kambing Boerawa G2
(4,11± 0,32kg) sangat nyata meningkat dibandingkan dengan kambing Boerawa
G1 (3,59± 0,21kg); mortalitas prasapih kambing Boerawa G2 (9,52%) lebih
rendah daripada kambing Boerawa G1 (14,28%).