PERANAN DAN BENTUK TORTOR PADA PEMENTASAN OPERA BATAK DI PUSAT LATIHAN OPERA BATAK (PLOT) PEMATANG SIANTAR.

PERANAN DAN BENTUK TORTOR PADA PEMENTASAN
OPERA BATAK DI PUSAT LATIHAN OPERA BATAK
(PLOt) PEMATANG SIANTAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

DEVI LASROHA SINAGA
NIM 2113142016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan,

April 2016

Devi Lasroha Sinaga
NIM. 2113142016

ABSTRAK
Devi Lasroha Sinaga, 2113142016. Peranan dan Bentuk Tortor pada
Pementasan Opera Batak di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang
Siantar. Jurusan Sendratasik. Program Studi Pendidikan Tari. Fakultas
Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan. 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian pementasan opera
Batak, untuk mendeskripsikan bentuk penyajian pementasan opera Batak, untuk

mendeskripsikan bentuk penyajian tortor, dan untuk mengetahui peranan tortor
pada pementasan opera Batak.
Landasan teoritis dalam penelitian ini berpijak pada beberapa teori yang dikaji,
yaitu teori bentuk penyajian pementasan opera Batak, teori bentuk Penyajian
tortor dan teori peranan, dengan kerangka konseptual sebagai penjabaran masalah
yang terdapat di dalamnya.
Penelitian ini dilakukan di jalan Bahbolon Kiri (Lorong IV) No. 96 Pematang
Siantar, pada bulan Desember 2015 sampai Februari 2016. Metode dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Populasi
dalam penelitian ini adalah 1 orang informan yang memahami tentang tari
(tortor) pada pementasan opera Batak, 1 orang sutradara, 1 orang pemain musik,
dan 1 orang pemeran yang bergabung dalam opera Batak, maka jumlah sampel
yang akan diteliti berjumlah 4 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui
observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk penyajian opera Batak memiliki
unsur-unsur penting, yakni: lakon (sandiwara), dialog, musik (gondang), lagu
(ende) dan tari (tortor). Bentuk penyajian tortor pada pementasan opera Batak
disajikan tiga kali, pada awal, pertengahan dan akhir adegan. Peranan tortor pada
pementasan opera Batak berperan untuk memperindah apa yang di ungkapkan
oleh naskah menjadi simbolis, memperkaya variasi estetika dalam opera,

memperkuat adegan/lakon cerita, menjadi hiburan dan menjadi transisi antar
adegan.
Kata kunci: Peranan, Bentuk penyajian, opera Batak, Tortor.

i

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
baik. Skripsi ini berjudul “Peranan dan Bentuk Tortor pada Pementasan
Opera Batak di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar”, ini
dibuat sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri
Medan.
Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan
kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih dan rasa hormat kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Universitas Negeri Medan,
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan,
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan

Seni Universitas Negeri Medan,
4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si. Ketua Prodi Pendidikan Tari dan Pembimbing
Akademik,
5. Nurwani, S.S.T, M.Hum. Pembimbing Skripsi I,
6. Dra. Dilinar Adlin, M.Pd. Pembimbing Skripsi II,
7. Dra. Rr. RHD. Nugrahaningsih, M.Si. NaraSumber II,
8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Tari,
9. Pegawai Tata Usaha FBS Universitas Negeri Medan: Kurnia Hendra Putra,
Indri Hapsari, M. Abror Harahap dan yang lain yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu,
10. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda M. Sinaga dan Ibunda R. br Sihaloho
yang telah banyak memberikan dukungan, didikan, motivasi, semangat
dan memberikan kasih sayang yang tak terhingga, mendukung baik secara
moril maupun materil, dan doa yang tulus yang tiada hentinya,
11. Abang dan kakak penulis Herbin Sinaga dan Istri Melda br Sidabalok,
Arto Riwan Sinaga, Dorlan Ando Sinaga dan istri Rosmaida br Malau,

ii

Luhut Gembira Sinaga, Mesri Efolora Sinaga dan Suami Maruli

Simanjuntak, berserta adik Evi Christina Sinaga yang selalu memberikan
semangat, doa dan perhatian kepada penulis,
12. Abangda Thompson Hs, Inong Lena Simanjuntak, Mas Suwarsono, Bapak
Herry Ketaren, dan abangda Octavianus Matondang, yang telah memberi
semangat, bantuan materil maupun non materil, dan memberikan informasi
kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini,
13. Teman-teman terbaik penulis 5 SADALANAN, SAMOLAND DANCER
(Marta, Rini, Rinda, Kristin), Delfiana Sinaga, Septa Apriani Turnip, Dewi
Nadeak, dan teman-teman Pendidikan Seni Musik dan Tari Stambuk 2011
yang telah memberikan doa, motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini,
14. Abangda Edison Manik, Dian Manik, yang memberikan bantuan dan
semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini juga teman-teman PPL yang
terbaik Rondang Sihotang, S.Pd, Elisabeth Sidabutar, S.Pd, Deliana Oshin
Siahaan, S.Pd, Monica Siagian, S.Pd dan Agusvina S.Pd, terimakasih atas
doa dan motivasi kepada penulis.
Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang
diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan Skripsi ini. Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu

pendidikan, khususnya di bidang pendidikan tari.
Medan,

April 2016

Penulis,

Devi Laroha Sinaga
NIM. 2113142016

iii

DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL . 10
A. Landasan teoritis ................................................................................ 10
1. Pengertian Opera Batak................................................................ 10
2. Pengertian Tortor ......................................................................... 12
3. Teori Bentuk Penyajian Teater..................................................... 13
4. Pengertian Peranan....................................................................... 14
5. Teori Bentuk Penyajian Tortor .................................................... 15
B. Kerangka Konseptual ......................................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 20
A. Metodologi Penelitian ........................................................................ 20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 21
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 21
1. Populasi ........................................................................................ 21
2. Sampel.......................................................................................... 22
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 22

1. Observasi ..................................................................................... 23
2. Wawancara................................................................................... 23
3. Dokumentasi ............................................................................... 24
4. Studi Kepustakaan........................................................................ 24
E. Teknik Analisis Data.......................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 28
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 28

iv

B.
C.
D.

E.
F.

1. Letak Geografis Pematang Siantar............................................... 28
2. Gambaran Penduduk .................................................................... 30
Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) .................................................... 31

Cerita Opera Batak “Perempuan di Pinggir Danau”......................... 36
Bentuk Penyajian Opera Batak “Perempuan di Pinggir Danau” ...... 41
1. Lakon............................................................................................ 41
2. Dialog .......................................................................................... 43
3. Musik (gondang).......................................................................... 74
4. Lagu (ende) .................................................................................. 78
5. Tari (tortor) .................................................................................. 79
Peranan Tortor pada Pementasan Opera Batak “Perempuan
di Pinggir Danau”.............................................................................. 80
Bentuk Penyajian Tortor pada Pementasan Opera Batak
“Perempuan di Pinggir Danau” ........................................................ 81
1. Tortor Saniang Naga Laut ........................................................... 81
2. Tortor Upacara Perkawinan........................................................ 99
3. Tortor Sihutur Sanggul ............................................................... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 128
A. Kesimpulan ...................................................................................... 128
B. Saran.................................................................................................. 130
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 131
LAMPIRAN....................................................................................................

GLOSARIUM.................................................................................................

v

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Urutan Cerita Opera Batak “Perempuan di Pinggir Danau”..... 38
Tabel 4.2 Lakon Pemain Opera Batak “Perempuan di Pinggir Danau” ... 41
Tabel 4.3 Dialog Opera Batak “Perempuan di Pinggir Danau”................ 45
Tabel 4.4 Urutan Musik atau Gondang Opera Batak “Perempuan
di Pinggir Danau” ...................................................................... 76
Tabel 4.5 Urutan Lagu atau Ende Opera Batak “Perempuan di Pinggir
Danau”........................................................................................ 78
Tabel 4.6

Deskripsi Tor-tor Saniang Naga Laut ......................................... 83

Tabel 4.7

Deskripsi Tor-tor Upacara Perkawinan...................................... 101


Tabel 4. 8 Deskripsi Tor-tor Sihutur Sanggul............................................. 118

vi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ................................................................. 19
Gambar 4.1 Peta Kota Pematang Siantar ....................................................... 29

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Teater berasal dari kata Theatron, yang artinya “Tempat di ketinggian”
sebagai tempat meletakkan sesajian persembahan bagi para dewa pada zaman
Yunani Kuno. Namun pengertian tersebut berkembang, kemudian teater tidak
hanya sebagai tempat, tetapi diartikan lebih luas menjadi segala hal yang
dipertunjukkan di depan orang. Teater terdiri dari teater tradisi dan teater modern.
Teater tradisi memiliki ciri khusus sesuai gambaran kebudayaan daerahnya,
sedangkan teater modern merupakan teater yang dipengarui oleh teater Barat.
Unsur-unsur dalam teater tradisi adalah lakon, musik, tari dan lagu. Di dalam
penggunaan unsur dialog, bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah setempat,
unsur tari-tarian dan lagu merupakan tari tradisi dan lagu daerah setempat, musik
diiringi dengan alat musik tradisional, dalam lakon terjadi improvisasi, adanya
interaksi dengan penonton. Teater tradisi berfungsi sebagai sarana upacara,
hiburan dan presentasi estetis yang berbaur menjadi sebuah bentuk sajian.
Di Indonesia teater mempunyai sebutan yang berbeda-beda sesuai dengan
daerah masing-masing, seperti di wilayah Jawa dengan sebutan ketoprak, di Bali
dengan sebutan gambuh, di Minangkabau dengan sebutan randai, di Lombok
dengan sebutan gurantang, di Melayu dengan sebutan makyong. Sementara di
Tapanuli Utara disebut opera Batak.1
1

Purba, Krismus. 2002. Opera Batak Tilhang Serindo. Yogyakarta: Kalika .1996:09

1

2

Pada tahun 1920-an opera Batak dipelopori oleh Tilhang Oberlin Gultom
di Tapanuli Utara dan diberi nama Opera Batak Tilhang Parhasapi. Opera Batak
lahir, tumbuh dan berkembang di Desa Sitamiang Negeri Gultom, sebuah
kampung yang tidak seberapa luas dan terjepit diantara bukit-bukit batu tandus.
Negeri Sitamiang terletak di lereng Pusuk Buhit di tepi Danau Toba, Samosir.2
Pertunjukan opera Batak sangat mendapat perhatian masyarakat Tapanuli
Utara hingga ke masyarakat di sekitar Pulau Samosir, dan juga desa-desa lainnya
di Tapanuli Utara. Pertunjukan opera Batak didukung dan ditampilkan pertama
kalinya oleh Tilhang Gultom, Pipin Butar-butar dan Adatraja Gultom. Kedatangan
misionaris-misionaris Eropa yang memperkenalkan agama Kristen dalam
kehidupan masyarakat Batak, ternyata juga memberikan pengaruh teater dari
Jerman dan Belanda ke dalam kesenian opera Batak. Pengaruh tersebut kemudian
memunculkan nama baru dengan nama opera Batak atau opera bergaya Batak.
Lahirnya opera Batak tersebut semakin digemari dan didukung oleh masyarakat,
dan sampai pada saat ini terus mengalami perkembangan. Pementasan opera
Batak yang semula hanya di daerah Tapanuli Utara, sekarang sudah melakukan
pementasan di Medan, Jakarta, Papua sampai Ke Jerman.
Opera Batak sempat mengalami kevakuman pada tahun 1980-2002
disebabkan munculnya media tontonan (televisi), media hiburan (film dan
sinetron), dan masalah pengelolaan grup sehingga opera Batak kurang
berkembang dan terlupakan bahkan menjadi mati suri. Namun pada tahun 2002
bersama Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Jakarta, opera Batak digali secara total
2

E.K Siahaan. Tilhang Oberlin Gultom, Hasil Karya dan Pengabdiannya. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1981: 01

3

dengan melahirkan sebuah grup percontohan bernama Grup Opera Silindung
(2002-2004). Kemunculan grup percontohan itu didorong melalui program
Revitalisasi Opera Batak. Pengembangan program itu lalu dilanjutkan oleh Pusat
Latihan Opera Batak (PLOt) sejak September 2005. PLOt melakukan perubahan
dalam bentuk pengembangan terhadap opera Batak. Upaya perubahan pertunjukan
lebih berupa bagaimana mensinkronkan antara, musik (gondang), tari (tortor),
lagu (ende) dengan lakon (sandiwara) cerita. Sebelum diadakan perubahan pada
opera Batak antara unsur musik (gondang), tari (tortor), lagu (ende) dengan lakon
(sandiwara) cerita tidak ada sinkronisasi satu sama lainnya. 3
Proses perubahan dan pengembangan tersebut telah berlangsung semenjak
tahun 2005 sampai 2015, selama sepuluh tahun lebih dilakukan peningkatan citra
pemain opera Batak di mata masyarakat Batak pada umumnya. Hal itu
menandakan bahwa kebangkitan kembali teater tradisi lisan asal Sumatera Utara
tersebut. Melalui revitalisasi ini opera Batak mendapat banyak perhatian dari
pihak akademisi untuk ditelaah sebagai budaya lisan nusantara yang berkembang
luas.
Namun kerja keras dan upaya praktisi teater tradisi ini tidak sepenuhnya
didukung oleh pemerintah, dengan tidak adanya gedung pertujukan opera Batak
yang khusus, maka opera Batak tidak hanya direvitalisasi. Opera Batak
dimodifikasi dengan membuat pementasan menjadi variatif dan menarik,
dimanfaatkan untuk memperkenalkan teater tradisi dari tanah Batak, sehingga
kalangan luas lebih banyak memahami serta mengenal opera Batak, lalu opera
3

http://monyfirstablellasigiro.blogspot.com/2015/01/makalah-opera-batak.html. diakses
06/12/2015, 18.00 pm

4

Batak diperkenalkan kembali ke masyarakat luas, hingga pementasan opera Batak
dipentaskan diluar Pulau Sumatera bahkan keluar negeri.
Materi atau unsur-unsur yang membentuk dan mendukung wujud
pementasan opera tersebut adalah konsep pementasan berupa ide/gagasan yang
terdapat didalamnya. Seni pertunjukan opera Batak bukanlah sekadar pertunjukan
yang berfungsi sebagai tontonan atau hiburan, tetapi juga memiliki nilai-nilai
moral dan pendidikan didalam setiap opera yang dipentaskan. Hal ini berkaitan
dengan pendapat M. Saleh Nasution (1993:19) yang menyatakan bahwa “Materi
opera Batak” yaitu unsur-unsur yang membentuk dan mendukung wujud
tontonan. Ide dan nilai-nilai tersebut tersusun dalam bentuk cerita, yang
mempunyai bagian-bagian awal, tengah dan akhir.
Menurut M. Saleh Nasution (1993:21) Perkembangan pementasan terlihat
pada awal tahun 1928 dengan menyajikan lagu-lagu berpasangan (duet) dan
campuran. Selain lagu-lagu, opera ini menampilkan tari (tortor) dan musik
(gondang). Bagian dari materi yang dibawakan dalam setiap pementasan opera
Batak tidak lepas dari unsur-unsur materi yaitu tema dan isi cerita tersebut.
Adapun cerita yang menjadi unsur dalam opera Batak adalah jenis teater yang
berangkat dari cerita rakyat, mitos, cerita legenda dan mengenai kehidupan
masyarakat.
Pada pementasan opera Batak di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt), ada
beberapa cerita yang sudah pernah dipentaskan mulai dari lakon Boru Tumbaga
(kisah kesetaraan gender), lakon Sisingamangaraja (semangat patriotisme), lakonlakon sopir motor (mencerminkan kerja kerasnya masyarakat Batak), lakon

5

mencari Sijonaha (kehidupan seorang yang pintar Berbohong), opera Danau Toba
dan Perempuan di Pinggir Danau (cerita mengenai legenda terjadinya Danau Toba
dan ekologi lingkungan).
Untuk kepentingan penelitian ini, penulis memilih pementasan opera
Batak dengan naskah “Perempuan di Pinggir Danau”. Ide cerita merupakan
pengembangan dari cerita “Opera Danau Toba” yang dipentaskan dari tahun
2008 di kota Medan, Batam, dan Pematang Siantar. Cerita “Opera Danau Toba”
pada awalnya hanya dalam bentuk teks, kemudian ditulis dan dikembangkan
kembali oleh Lena Simanjuntak (Sutradara, penulis Naskah) dalam bentuk
naskah tulisan yaitu dengan tema “Perempuan di Pinggir Danau”. Naskah cerita
mengenai “Perempuan di Pinggir Danau” menceritakan bagaimana

legenda

terjadinya Danau Toba dan geologi meletusnya Gunung Toba. Cerita
dihubungkan dengan perubahan yang terjadi di Danau Toba, alam yang tidak lagi
seimbang karena pembangunan perumahan, keramba, penebangan pohon,
pencemaran air danau dan kekwatiran yang akan terjadi akan tahun-tahun
mendatang, keluhan perempuan akan keadaan air dan lingkungan. Melalui
pementasan ini diharapkan munculnya kembali kesadaran masyarakat mengenai
keadaan lingkungan dan perempuan di sekitar Danau Toba. Pada akhir
pementasan, penonton juga diberikan selebaran yaitu berisi surat “MASA
DEPAN” jika pada tahun 2050, orang-orang bekerja untuk mencari air, bukan
uang.
Pada pementasan opera Batak naskah “Perempuan di Pinggir Danau” ini,
unsur opera

dalam menggunakan bahasa untuk dialog di dalam lakon

6

(sandiwara) disesuaikan dengan tempat/lingkungan di mana dipentaskan. Tari
(tortor) yang disajikan, disesuaikan dengan tema. Pada pementasan opera Batak,
bentuk penyajian tari (tortor) dilakukan di awal, tengah dan akhir pementasan
naskah drama. Tari (tortor) ditampilkan pada selingan di antara babak dan juga
memiliki peranan penting dalam adegan pementasan naskah. Tari (tortor)
berperan juga saat pemain opera menari dalam menyampaikan maksud dan tujuan
yang disampaikan dalam naskah pertunjukan. Demikian juga musik (gondang)
dan lagu (ende) disesuaikan dengan tema naskah drama.
Dalam pementasan “Perempuan di Pinggir Danau” ada beberapa tari
(tortor) yang disajikan dalam pementasan ini antara lain: tortor Saniang Naga
Laut dan tortor Upacara Perkawinan yaitu tortor yang merupakan bagian yang
memiliki peran sebagai penguat dari naskah dan tortor Sihutur Sanggul yaitu
tortor sebagai hiburan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk lebih jauh lagi meneliti
secara detail: “Peranan dan Bentuk Tortor pada Pementasan Opera Batak di
Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar”.

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah upaya untuk mengumpulkan persoalanpersoalan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Identifikasi masalah
tersebut sesuai dengan pendapat Hadeli (2006:23) yang mengatakan bahwa:
“Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi
dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan yang
lain sebagainya) yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan”. Berdasarkan uraian

7

latar belakang masalah diatas maka permasalahan yang timbul dan dapat
diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah opera Batak?
2. Bagaimana bentuk penyajian opera Batak Perempuan di Pinggir Danau?
3. Apa-apa saja tortor yang disajikan dalam pementasan opera Batak di Pusat
Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar?
4. Bagaimana bentuk penyajian tortor pada pementasan opera Batak
Perempuan di Pinggir Danau?
5. Bagaimana peranan tortor pada pementasan opera Batak Perempuan di
Pinggir Danau?

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan dari masalah
yang akan diteliti. Mengingat luasnya cakupan-cakupan masalah untuk
mempersingkat cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, kemampuan menulis,
maka peneliti mengadakan pembatasan masalah untuk mempermudah pemecahan
masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai
dengan pendapat Sugiyono (2008:286) mengatakan bahwa “Pembatasan dalam
penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi, serta
faktor keterbatasan tenaga, dana, dan waktu”.
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis membatasi ruang lingkup
permasalahan penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana bentuk penyajian opera Batak Perempuan di Pinggir
Danau?

8

2. Bagaimana bentuk penyajian tortor pada pementasan opera Batak
Perempuan di Pinggir Danau?
3. Bagaimana peranan tortor pada pementasan opera Batak Perempuan di
Pinggir Danau?

D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat
pernyataan dari penelitian agar mendapatkan jalan keluar. Uraian diatas didukung
juga dengan pendapat Sugiyono (2008:288) “Rumusan masalah adalah pertanyaan
penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data”.
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, identifikasi
masalah, dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana Peranan dan Bentuk Tortor pada Pementasan
Opera Batak di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Pematang Siantar?

E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan selalu mengarah kepada tujuan yang merupakan suatu
keberhasilan penelitian yaitu tujuan penelitian. Tujuan penelitian merupakan
jawaban atas pertanyaan dan penelitian. Maka tujuan yang hendak dicapai oleh
peneliti adalah:
1. Untuk

mengetahui

bentuk

penyajian

pementasan

opera

Batak

“Perempuan di Pinggir Danau” di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt).
2. Untuk mendeskripsikan bentuk penyajian tortor pada pementasan opera
Batak Perempuan di Pinggir Danau.

9

3. Untuk mendeskripsikan peranan tortor pada pementasan opera Batak
Perempuan di Pinggir Danau.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan
dan juga merupakan sumber informasi dalam mengembangkan penelitian
selanjutnya. Setiap penelitian pasti hasilnya akan bermanfaat baik oleh penulis itu
sendiri maupun lembaga atau instansi tertentu ataupun orang lain. Maka manfaat
penelitian yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk penyajian opera Batak, peranan dan bentuk

penyajian tortor pada pementasan opera Batak “Perempuan di Pinggir
Danau” di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt).
2. Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis dalam

menuangkan gagasan maupun ide kedalam suatu karya tulis.
3. Sebagai sumbangan tulisan ilmiah mengenai pelaksanaan mengenai

bentuk pementasan, peranan dan bentuk penyajian tortor pada
pementasan opera Batak.
4. Sebagai bahan referensi sumbangan penulis bagi civitas akademik

Program Studi Seni Tari dan pihak lain dalam melakukan penelitian yang
sejenis.
5. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat atau

lembaga yang mengemban visi dan misi kebudayaan khususnya bidang
pendidikan seni tari dan pariwisata.
6. Menambah wawasan penulis dalam menuangkan gagasan maupun ide ke

dalam suatu karya tulis.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada tahun 1920-an opera Batak dipelopori oleh Tilhang Oberlin Gultom
di Tapanuli Utara dan diberi nama Opera Batak Tilhang Parhasapi. Opera
Batak lahir, tumbuh dan berkembang di Desa Sitamiang Negeri Gultom,
sebuah kampung yang tidak seberapa luas dan terjepit diantara bukit-bukit
batu tandus. Negeri Sitamiang terletak di lereng Pusuk Buhit di tepi Danau
Toba, Samosir
2. Pada pementasan opera Batak terdiri dari beberapa unsur; lakon, dialog,
musik, lagu dan tari. Pengembangan program revitalisasi yang dilanjutkan
oleh Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) sejak September 2005. PLOt
melakukan perubahan dalam bentuk pengembangan terhadap opera Batak.
Upaya perubahan pertunjukan lebih berupa bagaimana mensinkronkan
antara, musik (gondang), tari (tortor), lagu (ende) dengan lakon
(sandiwara) cerita. Sebelum diadakan perubahan pada opera Batak antara
unsur

musik (gondang), tari (tortor), lagu (ende) dengan lakon

(sandiwara) cerita tidak ada sinkronisasi satu sama lainnya.
3. Opera Batak dengan naskah “Perempuan di Pinggir Danau”. Ide cerita
merupakan pengembangan dari cerita “Opera Danau Toba” yang

128

129

dipentaskan dari tahun 2008 di kota Medan, Batam, dan Pematang Siantar.
Cerita “Opera Danau Toba” pada awalnya hanya dalam bentuk teks,
kemudian ditulis dan dikembangkan kembali oleh Lena Simanjuntak
(Sutradara, penulis Naskah) dalam bentuk naskah tulisan yaitu dengan
tema ”Perempuan di Pinggir Danau”. Naskah cerita mengenai
”Perempuan di Pinggir Danau” menceritakan bagaimana

legenda

terjadinya Danau Toba dan geologi meletusnya Gunung Toba. Cerita
dihubungkan dengan perubahan yang terjadi di Danau Toba, alam yang
tidak

lagi

seimbang

karena

pembangunan

perumahan,

keramba,

penebangan pohon, pencemaran air danau dan kekwatiran yang akan
terjadi akan tahun-tahun mendatang, keluhan perempuan akan keadaan air
dan lingkungan. Melalui pementasan ini diharapkan munculnya kembali
kesadaran masyarakat mengenai keadaan lingkungan dan perempuan di
sekitar Danau Toba.
4. Tortor dalam opera Batak merupakan salah satu media ungkapan. Media
ungkapan melalui lakon dan melalui gerak. Media ungkapan lewat lakon
yaitu dengan berdialog, sementara media ungkapan melalui yaitu dengan
gerak tubuh, gerak tari yang dilakukan oleh seseorang. Secara tradisi
dalam konteks opera Batak, kebiasaan dalam pementasan opera Batak,
opera tidak lengkap kalau tidak ada tortor. Dalam pementasan opera Batak
“Perempuan di Pinggir Danau” ini yaitu; peranan tortor menjadi penting
untuk: Memperindah apa yg di ungkapkan oleh naskah menjadi simbolis,

130

memperkaya variasi estetika dalam opera, memperkuat adegan/lakon
cerita.

B. Saran
1. Diperlukan perhatian pemerintah terhadap opera Batak, karena opera
Batak merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia
khususnya Sumatera Utara.
2. Bagi Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) agar terus memberikan pelatihan
kepada generasi muda, agar konsep pertunjukan opera Batak dan elemenelemen teater pendukungnya tetap terjaga dan terus dilestarikan agar tidak
punah.
3. Pemerintah diharapkan juga memberikan dukungan berupa dana dan
pembinaan dari segi sumber daya manusianya secara berkelanjutan. Dan
generasi muda khususnya yang berasal di Sumatera Utara untuk
membangun rasa cinta terhadap budaya Indonesia, agar bangga dan tidak
malu untuk menjadi pemain opera Batak.

131

DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Djelantik, AAM. 1990. Pengantar Pasar Estetika. Denpasar: STSI Denpasar
Fawer, Jhon. 2012.Skripsi Sejarah Opera Batak. Medan: Universitas Negeri
Medan
Hadeli. 2006. Pedoman Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta
Hidayati, Ihda. 2014. Skripsi Struktur dan Tekstur Pertunjukan Opera Batak
Lakon “Perempuan Di Pinggir Danau” Sutradara Lena Simanjuntak.
Padang: Institut Seni Indonesia Padang Panjang
Hutari, Fandy. 2009. Sandiwara dan Perang. Yogyakarta: Ombak
Hutasoit, Thompson. 2008. Prosiding Opera Batak Menuju Kemungkinan
Menjadi Alat Pendidikan dan Perdamaian.
Langer, Susanne K. 1998. Rout-Ledge Encyclopedia Of Philosophy. London
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi pustaka.
Merriam, Alan P. 1964. The Anthopology Of Music. Evanston Illinois:
North Western University Press.
Nasution, Saleh M.1992. Opera Batak Teater Rakyat Tapanuli Utara. Jurnal
Purba, Krismus. 2002. Opera Batak Tilhang Serindo. Yogyakarta: Kalika
Rangkuti, Maysaroh. 2012. Skripsi Tari Dalam Pementasan Opera Batak Kajian
Terhadap Tari Lima Puak. Medan: Universitas Negeri Medan
Siahaan, E. K. 1981-1982. Tilhang Oberlin Gultom, Hasil Karya dan
Pengabdiannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Simanjuntak, B.A. 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Batak Toba. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia
Simanjuntak, Lena. 2013. Perempuan di Pinggir Danau. Yogyakarta:
KATAKITA
Soedarsono.1976. Pengantar Pengetahuan tari. Yogyakarta: Asti

132

Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soekanto, S, 1984. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supranto. 2004. Metodologi Penelitian Kependidikan. Bandung: Publishing
House.
Tobing, Damayanti. 2013. Skripsi Keberadaan PLOt(Pusat Latihan Opera Batak)
di Jalan Kabanjahe Atas No.21 Pematang Siantar. Medan: Universitas
Negeri Medan
Wijaya Putu. 2007. Seni Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Alfabeta
http://monyfirstablellasigiro.blogspot.com/2015/01/makalah-opera-batak.html
https://www.google.com/search?q=peta+jalan+bah+bolon+pematang+siantar&ie=
utf-8&oe=utf-8#q=bps+pematangsiantar
https://id.wikipedia.org/wiki/Siantar_Sitalasari,_Pematangsiantar
https://id.wikipedia.org/wiki/Siantar_Sitalasari,_Pematangsiantar#Suku
http://www.google.co.id/imgres?=kecapi+batak&hl
http://www.google.co.id/imgres?=sulim+batak&hl
http://www.google.co.id/imgres?=garantung+batak&hl
http://www.google.co.id/imgres?=ogung+batak&hl
http://www.google.co.id/imgres?=taganing+batak&hl