ANALISA DIMENSI DAN TULANGAN BALOK PADA GEDUNG R1 GABUNG NO. 2, 6, 8, 10, 12, 16 RUKO CITRALAND BAGYA CITY MEDAN.

(1)

ANALISA DIMENSI DAN TULANGAN BALOK

PADA GEDUNG R1 GABUNG NO. 2, 6, 8, 10, 12, 16

RUKO CITRALAND BAGYA CITY MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik Sipil

Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan

Oleh

ROMANTIN MAYA RONA SIMBOLON

5133210010

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Romantin Maya Rona Simbolon, NIM: 5133210010, “ANALISA DIMENSI

DAN TULANGAN BALOK PADA GEDUNG R1 GABUNG NO – 2, 6, 8, 10,

12, 16 RUKO CITRA LAND BAGYA CITY MEDAN”. Medan: Prodi D-3 Teknik sipil, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan, 2016.

Dalam perencanaan sebuah struktur perlu dilakukan analisis yang matang dengan memperhatikan beban-beban yang muncul pada struktur agar didapat perencanaan yang aman dan efisien, sehingga keruntuhan pada bangunan dapat dihindari.

Dalam perencanaan pada tugas akhir ini, hanya merencanakan struktur balok yang mengacu pada standar yang ada, yaitu: SK SNI–T–15–1991–03. Dengan menghitung pembebanan pada balok, lalu melakukan analisis dengan bantuan software SAP 2000. Maka dapat dilakukan perencanaan dimensi dan tulangan balok sehingga diperoleh penulangan yang aman dan efisien.

Setelah melakukan perencanaan dimensi dan penulangan, maka diperoleh dimensi balok atap 30x50 cm dengan tulangan tumpuan pada atap 4D16 dan 5D16, dan tulangan lapangan 5D16 dengan sengkang 10 – 160, dimensi balok lantai 2, 3 & 4 yaitu 30x50 cm dengan tulangan tumpuan pada atap 6D16 dan 7D16, dan tulangan lapangan 6D16 dengan sengkang 10 – 110.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dihanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang memberikan kesehatan dan tenaga dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Analisa Dimensi dan Tulangan Balok pada Gedung R1 Gabung No. 2, 6, 8, 10, 12, 16 Ruko Citraland Bagya City Medan”.

Dalam proses penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak berupa materi, dukungan moril dan informasi. Dalam kesempatan diucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Sutrisno, ST., MT, sebagai dosen pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan motivasi yang sangat bermanfaat selama penyusunan Tugas Akhir ini.

2. Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Negeri Medan.

3. Drs. Asri Lubis, ST., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik

Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

4. Drs. Nono Sebayang, ST., M.Pd, selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Teknik

Bangunan Universitas Negeri Medan.

5. Ibu Irma Novrianty Nasution, ST., M.Ds, Selaku ketua prodi D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.


(7)

6. Ir. Meuthia Fadila, M.Eng.Sc, selaku dosen penasehat akademik yang telah

membimbing dan memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan studi di Prodi Teknik Sipil Universitas Negeri Medan

7. Bapak Bambang Hadibroto, ST., MT., M.Si, dan Dr. Sarwa, MT, selaku dosen penguji

8. Bapak dan Ibu Pegawai Administrasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.

9. Bapak Paulus selaku Kontraktor Ruko Citraland Bagya City Medan yang telah memberikan data, saran dan ilmu yang mendukung Tugas Akhir ini

10. Teristimewa kepada orang tuasaya yang tercinta, Bapak L. Simbolon dan Ibu

T. Lumban Gaol dan kepada saudara/ saudari saya yang telah memberikan

bantuan dan dukungan baik berupa materi, nasehat, motivasi dan juga doa– doanya sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

11. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Prodi Teknik

Sipil D3 stambuk 2013 tercinta (terkhusus kepada Eviana, Lince, Doresli,

Yusrani, Widya, Chikal, Indri, Julianti, Delima, Arison) yang telah memberikan dukungan serta bantuan dalam menyelesaikan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini.

12. Sahabat-sahabatku: Marta, Herwinta, Vrywanti, Sofi, Renova, Maylastri,

Evinanda, Mariana, Tonggo, Angel, Asima dan semua sahabat seperjuangan ALWANEVVIVA yang telah memberikan dukungannya. Salam sukses buat

kita semua.

13. Kakak/abang sambuk Teknik sipil 2011, 2012 dan Adik stambuk 2014,2015


(8)

Semoga amal baik dari berbagai pihak mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Juli 2016 Penulis

Romantin Maya Rona Simbolon NIM. 5133210010


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... SURAT PERNYATAAN ...

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

NOTASI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan ... 7

F. Manfaat ... ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Beton dan Baja Tulangan ... 10


(10)

C. Pembebanan ... 13

D. Persyaratan Desain ... 16

1. Dimensi Balok ... 18

2. Tulangan Balok ... 19

BAB III METODOLOGI A. Metode Pengambilan Data (Observasi) ... 24

B. Metode Analisis Data (Studi Literatur) ... 24

1. Perencanaan Tulangan Longitudinal Balok ... 24

2. Perencanaan Tulangan Geser Balok ... 26

BAB IV ANALISIS BALOK A. Data Umum ... 28

B. Perhitungan Pembebanan Pelat ... 28

1. Data ... 28

2. PembebananPelatAtap ... 29

3. Pembebanan Pelat Lantai ... 29

C. Penyebaran Beban Pelat ... 30

1. Data Gambar Penyaluran ... 30

2. Konversi Beban Merata Trapesium ke Beban Merata Persegi ... 32

3. Beban Pada Portal ... 34

4. Kombinasi Pembebanan ... 39

5. Penyebaran Beban Merata dan Beban Terpusat ke dalam Bentuk Portal ... 40


(11)

D. Perhitungan Balok ... 42

1. Menentukan Dimensi Balok ... 42

2. Perencanaan Tulangan Balok ... 42

3. Sketsa Penulangan balok ... 59

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 61


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Balok beton tanpa tulangan ... 11

Gambar 2 Balok beton bertulang ... 12

Gambar 3 Penampang beton bertulang dengan diagram distribusi regangan dan tegangan ... 20

Gambar 4 Syarat -syarat penulangan balok yang harus dipenuhi ... 22

Gambar 5 Diagram alir untuk menghitung tulangan pada balok yang dibebani lentur ... 25

Gambar 6 Diagram aliruntukperencanaanbalok... 27

Gambar 7 Sketsa penyebaran beban pada balok atap ... 30

Gambar 8 Sketsa penyebaran beban pada balok lantai 4 ... 30

Gambar 9 Sketsa penyebaran beban pada balok lantai 3 ... 31

Gambar 10 Sketsa penyebaran beban pada balok lantai 2 ... 31

Gambar 11 Beban mati dan hidup ekuivalen dari beban segitiga ... 32

Gambar 12 Beban mati dan hidup ekuivalen dari beban trapesium ... 32

Gambar 13 Sketsa penyebaran beban angin ... 38

Gambar 14 Hasil penyebaran beban mati ... 40

Gambar 15 Hasil penyebaran beban hidup ... 41

Gambar 16 Dimensi balok ... 42

Gambar 17 Potongan Balok ... 45

Gambar 18 Bidang momen lantai atap ... 45

Gambar 19 Bidang gaya lintang lantai atap ... 52

Gambar 20 Denah balok lantai atap ... 59


(13)

Gambar 22 Denah balok lantai 3 ... 61

Gambar 23 Denah balok lantai 2 ... 62

Gambar 24 Skema penulangan balok lantai atap ... 63


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tinggi minimum h ... 18

Tabel 2 Hasil momen dan gaya lintang ... 42

Tabel 3 Hasil analisis tulangan longitudinal pada balok atap ... 49

Tabel 4 Hasil analisis Tulangan Longitudinal Lantai 4 ... 49

Tabel 5 Hasil Analisis Tulangan Longitudinal Lantai 3 ... 50

Tabel 6 Hasil Analisis Tulangan Longitudinal Lantai 2 ... 51

Tabel 7 Hasil analisis tulangan gaya geser balok ... 55


(15)

NOTASI

As = Luas tulangan tarik (mm2) b = Lebar penampang balok (mm) bw = Lebar badan balok (mm)

D = Diameter baja tulangan ulir (mm) DL = Beban mati merata (ton/m)

d = Jarak dari serat tekan terluar kepusat tulangan tarik Ec = Modulus elastisitas beton

Ecb = Modulus elastisitas balok beton Ecs = Modulus elastisitas pelat beton Es = Modulus elastisitas baja tulangan F’c = Kuat tekan atau mutu beton

Fy = Tegangan luluh baja yang telah diisyaratkan h = Tebal atau tinggi total balok (mmm)

ht = Tebal efektif pelat (mm) LL = Beban hidup (ton/m)

Ly = Panjang bentang balok atau pelat terpanjang dari as ke as tumpuan Lx = Panjang bentang balok atau pelat terpendek dari as ke as (mm)

l = Panjang bentang balok atau pelat searah dengan penulangan yang ditinjau P = Beban terpusat (ton)

p = Penutup beton atau selimut beton (mm) Q = Beban merata segitiga atau trapesium (ton/m)


(16)

q = Beban merata dalam bentuk persegi (ton/m) S = Spasi tulangan geser dengan tulangan longitudinal

U = Kuat perlu untuk menahan beban yang telah dikalikan dengan faktor beban atau momen dan gaya dalam yang berhubungan.

Vc = Kuat geser nominal yang disumbangkan beton

Vs = Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser Vu = Gaya geser terfaktor pada penampang

Wu = Beban ultimate (ton/m2) w = Beban angin (ton/m2) WD = Beban mati (ton/m2) WL = Beban hidup (ton/m2)


(17)

NOTASI

As = Luas tulangan tarik (mm2) b = Lebar penampang balok (mm) bw = Lebar badan balok (mm)

D = Diameter baja tulangan ulir (mm) DL = Beban mati merata (ton/m)

d = Jarak dari serat tekan terluar kepusat tulangan tarik Ec = Modulus elastisitas beton

Ecb = Modulus elastisitas balok beton Ecs = Modulus elastisitas pelat beton Es = Modulus elastisitas baja tulangan

F’c = Kuat tekan atau mutu beton

Fy = Tegangan luluh baja yang telah diisyaratkan h = Tebal atau tinggi total balok (mmm)

ht = Tebal efektif pelat (mm) LL = Beban hidup (ton/m)

Ly = Panjang bentang balok atau pelat terpanjang dari as ke as tumpuan Lx = Panjang bentang balok atau pelat terpendek dari as ke as (mm)

l = Panjang bentang balok atau pelat searah dengan penulangan yang ditinjau P = Beban terpusat (ton)

p = Penutup beton atau selimut beton (mm) Q = Beban merata segitiga atau trapesium (ton/m)


(18)

q = Beban merata dalam bentuk persegi (ton/m) S = Spasi tulangan geser dengan tulangan longitudinal

U = Kuat perlu untuk menahan beban yang telah dikalikan dengan faktor beban atau momen dan gaya dalam yang berhubungan.

Vc = Kuat geser nominal yang disumbangkan beton

Vs = Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser Vu = Gaya geser terfaktor pada penampang

Wu = Beban ultimate (ton/m2) w = Beban angin (ton/m2) WD = Beban mati (ton/m2) WL = Beban hidup (ton/m2)


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pekerjaan SAP 2000 ... Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Observasi ... Lampiran 3 Surat Permohonan Judul dan Pembimbing Tugas Akhir ... Lampiran 4 Surat Penugasan Dosen Pembimbing Tugas Akhir ... Lampiran 5 Gambar proyek ... Lampiran 6 Daftar Asistensi/ Bimbingan ...


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin kekuatan dan keamanan suatu bangunan, karena inti dari suatu bangunan terletak pada kekuatan bangunan itu sendiri, khususnya untuk bangunan bertingkat yang sangat dipengaruhi oleh perancangan yang matang. Proses desain yang sangat penting meliputi penentuan dimensi (besar penampang), diameter tulangan, jumlah dan jarak tulangan yang akan digunakan. Dengan menganalisis struktur akan diketahui gaya-gaya dalam yang selanjutnya digunakan untuk menentukan dimensi dan tulangan dari elemen struktur.

Keseimbangan struktur menjamin stabilitas keseluruhan bangunan dan dengan sendirinya juga untuk setiap bangunannya. Lendutan akibat dari aksi beban yang arahnya melintang terhadap struktur jauh lebih besar dibandingkan dengan yang diakibatkan oleh beban-beban aksial (arah longitudinal). Lendutan seperti itu dinamakan lendutan lentur dan tipikal bagi elemen-elemen struktural dasar yang dikenal sebagai batang balok.

Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan. Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pemangku horizontal, pendukung pelat, dan bagian rangka struktur bangunan. Balok dikenal juga sebagai elemen struktur lentur, sehingga balok lebih dominan menahan gaya dalam bentuk momen lentur. Balok merupakan salah satu bagian dari suatu


(21)

2

komponen struktur yang direncanakan mampu menahan tegangan tekan dan tegangan tarik yang diakibatkan oleh beban lentur dan geser yang bekerja pada balok tersebut.

Bila beban yang dipikul balok beton melampaui kapasitas lenturnya, maka balok tersebut akan mengalami keruntuhan. Beban yang bekerja pada struktur, baik yang berupa beban gravitasi (berarah vertikal) maupun beban-beban lain, seperti beban angin (dapat berarah horizontal), atau juga beban karena susut dan beban karena perubahan temperatur, menyebabkan adanya lentur dan deformasi pada elemen struktur. Apabila bebannya bertambah, maka pada balok terjadi deformasi dan regangan tambahan yang mengakibatkan timbulnya (bertambahnya) retak lentur disepanjang bentang balok. Karena itulah perencana harus mendesain penampang elemen balok sedemikian rupa sehingga tidak terjadi retak yang berlebihan pada saat beban bekerja, dan masih mempunyai keamanan yang cukup dan kekuatan cadangan untuk menahan beban dan tegangan tanpa mengalami keruntuhan (Nawy, 1998).

Balok didimensi dengan persyaratan, tinggi minimum akan menghasilkan presentase penulangan yang sangat tinggi atau dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan panampungan tegangan geser akibat gaya lintang. Suatu bentuk penampang harus dipilih untuk setiap lokasi kritis pada setiap sistem struktur. Dimensi penampang balok ini harus dianalisis untuk menentukan apakah kekuatan nominalnya dapat menahan beban rencana yang bekerja padanya. Pemilihan dimensi balok yang tidak sesuai dapat menyebabkan proses desain yang berulang.


(22)

3

Pada pembangunan gedung bertingkat material balok yang digunakan biasanya berupa beton. Beton adalah material yang dapat menahan gaya tekan (compression) yang besar, tetapi sangat lemah terhadap gaya tarik. Oleh karena itu, perlu tulangan untuk menahan gaya tarik untuk memikul beban-beban yang bekerja pada beton. Tulangan baja tersebut perlu untuk beban-beban berat dalam hal mengurangi lendutan jangka panjang (Nawy, 1998).

Kekuatan tarik ini diperkuat oleh tulangan baja. Karena sifat beton yang kurang mampu menahan tegangan tarik, maka beton diperkuat dengan tulangan baja pada daerah dimana tegangan tarik itu bekerja. Dengan adanya tulangan baja maka beton bertulang dapat menahan beban lentur yang jauh lebih besar dibandingkan dengan beton tanpa tulangan. Kuat geser dijumpai dalam semua unsur beton bertulang, sehingga tanpa disadari struktur yang tidak direncanakan dengan adanya tegangan geser, akan mengalami masalah yaitu retak pada stuktur tersebut akibat beban yang mengenainya, dimana struktur tidak mampu menahannya.

Gaya yang bekerja pada balok beton bertulang akan ditahan oleh beton dan baja tulangan secara bersama-sama. Bila gaya yang ditahan oleh beton dan baja tulangan relatif kecil dari modulus tarik, seluruh serat penampang secara efektif dapat menahan beban tersebut bersama baja tulangan. Adanya peningkatan beban lebih lanjut, kapasitas momen balok tercapai, dan balok akan runtuh menurut salah satu dari dua jenis keruntuhan.

Pertama, bila baja tulangan yang terpasang relatif sedikit, pada tingkat beban tertentu baja tulangan dapat mencapai tegangan lelehnya, sementara itu,


(23)

4

retak tarik pada beton akan terlihat dan menjalar kebagian atas serat penampang. Bila hal ini terjadi, regangan beton di bagian tekan akan meningkat hingga mencapai batas regangan hancur beton, dan terjadi runtuh tekan sekunder, dengan tingkat beban yang sedikit di atas beban yang menyebabkan baja tulangan meleleh. Keruntuhan semacam ini terjadi secara perlahan-lahan dan diawali dengan semakin lebar dan panjang retakan serta peningkatan defleksi.

Kedua, bila baja tulangan yang digunakan ternyata relatif banyak dan apabila dengan mutu tinggi, kekuatan tekan beton dapat dilampaui sebelum baja tulangan mencapai tulangan leleh. Bagian tekan tekan akan hancur, karena timbulnya regangan yang terlalu besar yang menyebabkan hilangnya integritas beton. Keruntuhan semacam ini terjadi secara mendadak.

Pada balok beton bertulang sebagai elemen struktur harus diberi penulangan yang berupa penulangan lentur (memanjang) dan penulangan geser. Penulangan lentur berfungsi sebagai penahan beban momen lentur yang terjadi pada balok. Penulangan geser (sengkang) berfungsi sebagai penahan beban geser (gaya lintang) yang terjadi pada balok.

Kemampuan tulangan tarik dan tulangan geser pada balok berpengaruh terhadap keruntuhan-keruntuhan yang akan terjadi, baik keruntuhan lentur maupun keruntuhan geser. Keruntuhan lentur merupakan keadaan dimana ketika beban yang bekerja pada balok bertambah yang menyebabkan deformasi dan tambahan regangan, yaitu ditandai dengan bertambahnya retak lentur disepanjang bentang balok, dan bila beban terus bertambah melebihi kapasitas elemen balok maka terjadi keruntuhan (Nawy, 1990). Keruntuhan lentur umunya didesain agar


(24)

5

terjadi terlebih dahulu dari pada keruntuhan geser. Hal ini dikarenakan perilaku struktur yang seketika akan runtuh tanpa adanya peringatan bila terjadi keruntuhan geser terlebih dahulu. Berbeda dengan keruntuhan geser, keruntuhan lentur terjadi diawali dengan munculnya retak-retak pada bentang balok secara perlahan.

Balok beton bertulang jika dibebani maka akan mengalami lendutan yang besarnya tergantung dari besar beban yang diberikan dan material balok bertulang itu sendiri. Dan jika beban melampaui batas kekuatan balok beton bertulang tersebut maka lendutan tersebut semakin besar dan akhirnya terjadi retak pada daerah balok beton bertulang yang mengalami tarik.

Kekokohan atau kekuatan gedung, terutama yang terbuat dari beton bertulang ditentukan oleh perhitungan dan perencanaan dimensi yang akurat dan teliti terutama dalam merencanakan dan menetukan diameter tulangan yang dipergunakan. Tulangan sangat diperlukan karena sifat beton sangat lemah terhadap gaya tarik yang menyebabkan mudah patah. Dengan demikian diameter tulangan harus direncanakan agar mampu memikul momen yang bekerja akibat pembebanan.

Banyak metode yang dapat digunakann dalam menganalisis pembebanan yang terjadi pada struktur seperti metode cross, metode matriks, takabeya dan sebagainya. Selain itu, ada juga software yang bisa digunakan untuk menganalisis struktur yaitu SAP 2000. Program SAP 2000 adalah salah satu aplikasi teknik sipil untuk analisis dan desain struktur pada umumnya. SAP 2000 digunakan


(25)

6

untuk mempermudah dan mempercepat analisis struktur dibandingkan dengan analisis klasik.

Kesalahan dalam mendimensi balok dan merencanakan tulangan balok dapat mengakibatkan retak dan keruntuhan struktur bangunan. Kesalahan dalam merencanakan struktur bangunan tidak dapat ditoleransi karena berhubungan langsung dengan keselamatan pengguna bangunan tersebut. Perencanaan struktur juga harus memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku.

Dari uraian diatas dalam mendirikan suatu bangunan gedung perlu adanya perencanaan yang baik, dimana dalam perencanaan tersebut perlu diperhatikan faktor kekuatan dan faktor ekonomis. Mengingat pentingnya hal tersebut maka pada tugas akhir ini akan dibahas balok pada salah satu Ruko yang sedang dibangun yaitu Ruko Citraland Bagya City (CLBC) Medan yang di kembangkan oleh grup Ciputra bekerja sama dengan grup Karya Panca sakti Nugraha. Oleh karena itu, dalam penulisan tugas akhir ini penulis membahas tentang Analisa

Dimensi dan Tulangan Balok pada gedung R1 Gabung No – 2, 6, 8, 10, 12, 16 Ruko Citraland Bagya City Medan.

B. Identifikasi Masalah

Semakin banyaknya masalah yang terjadi pada perencanaan dan pembangunan suatu struktur balok dengan material beton bertulang diantaranya adalah:

1. Akibat beban yang bekerja dapat menimbulkan keruntuhan tekan, dimana dimensi balok tidak kuat memikul beban yang ada


(26)

7

2. Akibat beban yang bekerja menimbulkan keruntuhan tarik, Tulangan balok tidak kuat menahan tegangan lentur dan tegangan geser

3. Akibat bentuk penampang melintang balok memberikan nilai momen inersia dan modulus penampang, akan diperoleh penampang yang akan memberikan kemapuan memikul momen eksternal (beban eksternal) semaksimum mungkin.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya elemen struktur bangunan gedung, maka dalam penulisan Tugas Akhir ini agar terarah dan terencana penulis membatasi pembahasan sebagai berikut:

1. Struktur bangunan yang ditinjau adalah Ruko Citraland Bagya City Medan dengan denah terlampir

2. Ruang lingkup pembahasan yaitu analisa dimensi balok dan tulangan balok 3. Perancangan balok menggunakan analisis yang mengacu pada ketentuan

dan syarat yang berlaku

4. Analisis pembebanan menggunakan beban mati, beban hidup dan beban angin

5. Pembebanan dianalisis dengn menggunakan software SAP 2000. 6. Spesifikasi material yang digunakan:

a. Beton bertulang dengan f’c = 25 Mpa

b. Baja tulangan dengan diameter ≥ 13 mm digunakan kekuatan tulangan


(27)

8

c. Baja tulangan dengan diameter ≤ 12 mm digunakan kekuatan tulangan

fy = 240 Mpa dalam bentuk polos

D. Rumusan Masalah

Masalah yang akan diselesaikan dalam perumusan tugas akhir ini adalah 1. Bagaimana menganalisa/merencanakan dimensi balok pada ruko R1 gabung

– No. 2, 6, 8, 10, 12, 16 Bangunan Citraland Bagya City Medan?

2. Bagaimana menganalisa/merencanakan diameter dan jumlah tulangan balok ruko R1 gabung – No. 2, 6, 8, 10, 12, 16 Bangunan Citraland Bagya City Medan ?

E. Tujuan

1. Merencanakan dimensi balok dari hasil analisa pada ruko R1 gabung – No. 2, 6, 8, 10, 12, 16 Bangunan Citraland Bagya City Medan

2. Merencanakan diameter dan jumlah tulangan balok dari hasil analisa pada ruko R1 gabung – No. 2, 6, 8, 10, 12, 16 Bangunan Citraland Bagya City Medan

F. Manfaat

Dengan penulisan Tugas Akhir ini diharapkan

1. Dapat memberikan wawasan khusus kepada penulis sehingga dapat mengetahui pembebanan pada suatu struktur bangunan


(28)

9

2. Dapat memberikan manfaat dan informasi alam tata cara perencanaan dimensi dan tulangan balok

3. Menambah pengetahuan dan pengalaman agar dapat mengaplikasikannya dilapangan serta bermanfaat bagi mahasiswa yang akan membahas hal yang sama dan pihak yang sama yang akan melaksanakan proyek.


(29)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa rancangan struktur balok pada bab IV, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Dimensi balok atap dan balok lantai hasil analisa berdimensi bw = 300 mm dan h = 500 mm

2. Tulangan longitudinal balok lantai atap yang dipakai 4D16, 5D16. Tulangan longitudinal balok lantai 2, 3 & 4 yang dipakai 6D16 dan 7D16. Tulangan geser atau sengkang yang dipakai untuk balok lantai atap 10– 160, untuk balok lantai 2, 3 & 4 10–110.

B. Saran

Dalam merancang struktur balok suatu ruko, hendaklah menganalisanya dengan baik dan sesuai dengan persyaratan yang berlaku karena dengan begitu bisa mendapatkan dimensi balok dan tulangan balok yang efisien.


(30)

66

DAFTAR PUSTAKA

Asroni, A. 2010. Struktur Beton Bertulang I (Balok dan Pelat Beton Bertulang). Yogyakarta: Graha Ilmu

Dipohusodo, Istimawan. 2001. Analisis Struktur. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Ferguson, Phil M. 1986. Dasar-dasar Beton Bertulang terjemahan Reinforced

Concrete Fundamentals. Jakarta: Erlangga

Gere, James M dan Timoshenko, Stephen P. 2000. Mekanika Bahan terjemahan

Mechanics of Material. Jakarta: Erlangga

Kusuma, Gideon. 1993. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang. Jakarta: Erlangga

McCormac, Jack C. 2003. Desain Beton Bertulang. Jakarta: Erlangga

Nawy, Edward G. 1998. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung: PT Refika Aditama

Schodek, Daniel L. 1999. Struktur (Elemen Lentur Balok sederhana). Bandung: PT Refika Aditama

SK SNI T–15–1991–03. 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang

Bangunan Gedung, yayasan LPMB, Bandung

SNI 03–2847–2002. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang

Bangunan Gedung, Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan


(1)

untuk mempermudah dan mempercepat analisis struktur dibandingkan dengan analisis klasik.

Kesalahan dalam mendimensi balok dan merencanakan tulangan balok dapat mengakibatkan retak dan keruntuhan struktur bangunan. Kesalahan dalam merencanakan struktur bangunan tidak dapat ditoleransi karena berhubungan langsung dengan keselamatan pengguna bangunan tersebut. Perencanaan struktur juga harus memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku.

Dari uraian diatas dalam mendirikan suatu bangunan gedung perlu adanya perencanaan yang baik, dimana dalam perencanaan tersebut perlu diperhatikan faktor kekuatan dan faktor ekonomis. Mengingat pentingnya hal tersebut maka pada tugas akhir ini akan dibahas balok pada salah satu Ruko yang sedang dibangun yaitu Ruko Citraland Bagya City (CLBC) Medan yang di kembangkan oleh grup Ciputra bekerja sama dengan grup Karya Panca sakti Nugraha. Oleh karena itu, dalam penulisan tugas akhir ini penulis membahas tentang Analisa Dimensi dan Tulangan Balok pada gedung R1 Gabung No – 2, 6, 8, 10, 12, 16 Ruko Citraland Bagya City Medan.

B. Identifikasi Masalah

Semakin banyaknya masalah yang terjadi pada perencanaan dan pembangunan suatu struktur balok dengan material beton bertulang diantaranya adalah:

1. Akibat beban yang bekerja dapat menimbulkan keruntuhan tekan, dimana dimensi balok tidak kuat memikul beban yang ada


(2)

7

2. Akibat beban yang bekerja menimbulkan keruntuhan tarik, Tulangan balok tidak kuat menahan tegangan lentur dan tegangan geser

3. Akibat bentuk penampang melintang balok memberikan nilai momen inersia dan modulus penampang, akan diperoleh penampang yang akan memberikan kemapuan memikul momen eksternal (beban eksternal) semaksimum mungkin.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya elemen struktur bangunan gedung, maka dalam penulisan Tugas Akhir ini agar terarah dan terencana penulis membatasi pembahasan sebagai berikut:

1. Struktur bangunan yang ditinjau adalah Ruko Citraland Bagya City Medan dengan denah terlampir

2. Ruang lingkup pembahasan yaitu analisa dimensi balok dan tulangan balok 3. Perancangan balok menggunakan analisis yang mengacu pada ketentuan

dan syarat yang berlaku

4. Analisis pembebanan menggunakan beban mati, beban hidup dan beban angin

5. Pembebanan dianalisis dengn menggunakan software SAP 2000. 6. Spesifikasi material yang digunakan:

a. Beton bertulang dengan f’c = 25 Mpa

b. Baja tulangan dengan diameter ≥ 13 mm digunakan kekuatan tulangan fy = 400 Mpa dalam bentuk deform atau ulir


(3)

c. Baja tulangan dengan diameter ≤ 12 mm digunakan kekuatan tulangan fy = 240 Mpa dalam bentuk polos

D. Rumusan Masalah

Masalah yang akan diselesaikan dalam perumusan tugas akhir ini adalah 1. Bagaimana menganalisa/merencanakan dimensi balok pada ruko R1 gabung

– No. 2, 6, 8, 10, 12, 16 Bangunan Citraland Bagya City Medan?

2. Bagaimana menganalisa/merencanakan diameter dan jumlah tulangan balok ruko R1 gabung – No. 2, 6, 8, 10, 12, 16 Bangunan Citraland Bagya City Medan ?

E. Tujuan

1. Merencanakan dimensi balok dari hasil analisa pada ruko R1 gabung – No. 2, 6, 8, 10, 12, 16 Bangunan Citraland Bagya City Medan

2. Merencanakan diameter dan jumlah tulangan balok dari hasil analisa pada ruko R1 gabung – No. 2, 6, 8, 10, 12, 16 Bangunan Citraland Bagya City Medan

F. Manfaat

Dengan penulisan Tugas Akhir ini diharapkan

1. Dapat memberikan wawasan khusus kepada penulis sehingga dapat mengetahui pembebanan pada suatu struktur bangunan


(4)

9

2. Dapat memberikan manfaat dan informasi alam tata cara perencanaan dimensi dan tulangan balok

3. Menambah pengetahuan dan pengalaman agar dapat mengaplikasikannya dilapangan serta bermanfaat bagi mahasiswa yang akan membahas hal yang sama dan pihak yang sama yang akan melaksanakan proyek.


(5)

65

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa rancangan struktur balok pada bab IV, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Dimensi balok atap dan balok lantai hasil analisa berdimensi bw = 300 mm dan h = 500 mm

2. Tulangan longitudinal balok lantai atap yang dipakai 4D16, 5D16. Tulangan longitudinal balok lantai 2, 3 & 4 yang dipakai 6D16 dan 7D16. Tulangan geser atau sengkang yang dipakai untuk balok lantai atap 10– 160, untuk balok lantai 2, 3 & 4 10–110.

B. Saran

Dalam merancang struktur balok suatu ruko, hendaklah menganalisanya dengan baik dan sesuai dengan persyaratan yang berlaku karena dengan begitu bisa mendapatkan dimensi balok dan tulangan balok yang efisien.


(6)

66

DAFTAR PUSTAKA

Asroni, A. 2010. Struktur Beton Bertulang I (Balok dan Pelat Beton Bertulang). Yogyakarta: Graha Ilmu

Dipohusodo, Istimawan. 2001. Analisis Struktur. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Ferguson, Phil M. 1986. Dasar-dasar Beton Bertulang terjemahan Reinforced Concrete Fundamentals. Jakarta: Erlangga

Gere, James M dan Timoshenko, Stephen P. 2000. Mekanika Bahan terjemahan Mechanics of Material. Jakarta: Erlangga

Kusuma, Gideon. 1993. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang. Jakarta: Erlangga

McCormac, Jack C. 2003. Desain Beton Bertulang. Jakarta: Erlangga

Nawy, Edward G. 1998. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung: PT Refika Aditama

Schodek, Daniel L. 1999. Struktur (Elemen Lentur Balok sederhana). Bandung: PT Refika Aditama

SK SNI T–15–1991–03. 1991. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Bangunan Gedung, yayasan LPMB, Bandung

SNI 03–2847–2002. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Bangunan Gedung, Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan Gedung, Bandung.