PENDEKATAN MORFOMETRI, MORFOLOGI, JENIS KELAMIN TUKA.
PENDEKATAN MORFOMETRI,MORFOLOGI,
JENIS KELAMIN TUKA
Oleh :
Zulfahmi
NIM 4123220034
Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sains
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Pura, pada tanggal 02 Mei 1994. Ibu bernama Juwairiah
dan Ayah bernama Ibnu Hayan. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis masuk SD Negeri 2 Tanjung Pura dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006,
penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Tanjung Pura dan lulus pada tahun 2009. Pada
tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Tanjung Pura dan lulus pada
tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Biologi Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan melalui jalur
SNMPTN. Kegiatan intrakurikuler di Universitas Negeri Medan yang pernah diikuti penulis
antara lain Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fmipa Unimed dan menjabat
sebagai Ketua Umum periode 2015-2016. Selama kuliah penulis pernah mengikuti Praktek
Kerja Lapangan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan (BARISTAND).
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1
1
2
3
3
4
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Chondrichthyes
2.2. Status Red list Spesies Chondrichthyes
2.3. Kondisi Perikanan di Indonesia
2.4. Habitat dan Persebaran Ikan Tuka
2.5. Karakteristik Morfometri Tuka
4
5
6
7
7
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Populasi dan Sampel
3.3. Alat dan Bahan
3.4. Prosedur Kerja
3.5. Bagan Alir Kerja Penelitian Identifikasi Pari
3.6. Analisis Statistik
8
8
8
9
10
11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Morfologi Tuka
4.1.2. Morfometri Tuka
4.2. Pembahasan
4.2.1. Hubungan Antara Morfologi dan Morfometri
4.2.2. Hubungan Antara Morfometri dan Taksonomi
4.2.3. Sebaran dan Status Konservasi Tuka
4.2.4. Nilai Ekonomi Tuka
12
13
14
18
18
18
19
19
viii
4.2.5. Pengaruh Tingkat Bahaya Pari
20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
21
21
21
DAFTAR PUSTAKA
22
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1.Data FAO
6
Gambar 3.1.Bagan alir kerja Penelitian Tuka
10
Gambar 4.1.Okamejei cf boesemani
12
Gambar 4.2.Dipturus sp
13
Gambar 4.3. Pengukuran Tuka Okamejei cf boesemani
14
Gambar 4.4.Pengukuran Tuka Dipturus sp
15
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Analisis Data Tuka (Okamejei cf boesemani)
24
Lampiran 2. Analisis Data Tuka (Dipturus sp)
44
Lampiran 3. Gambar Tuka (Okamejei cf boesemani
48
Lampiran 4. Gambar Tuka (Dipturus sp)
50
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara bahari yang ada di dunia. Dengan
luasnya lautan yang dimiliki, banyak potensi laut yang bisa dimanfaatkan untuk
kesejahteraan rakyat Indonesia. Kekayaan laut yang dimiliki bangsa Indonesia
sangat beragam baik yang dapat diperbaharui seperti perikanan. Selain kekayaan
laut yang telah disebutkan di atas, keanekaragaman jenis ikan yang hidup di
perairan negeri ini merupakan kekayaan yang patut disyukuri. Terdapat 7,5 persen
(6,4 juta ton/tahun) dari potensi lestari total ikan laut dunia berada di Indonesia.
Ikan-ikan tersebut berada dalam keadaan bebas maupun dibudidayakan. Ikan yang
dibudidayakan antara lain udang, kerapu, bandeng dan lain-lain, sedangkan ikan
ya ng ditemukan di perairan laut Indonesia salah satunya adalah Pari (Effendi,
1997).
Ikan Tuka merupakan salah satu ikan yang tidak dibudidayakan. Ikan Tuka
termasuk kelompok elasmobranchii, yaitu ikan yang bertulang rawan dan juga
kelompok cartilaginous. Ikan ini mempunyai bentuk badan yang melebar dan
sepasang sirip dada yang menyatu dengan sisi kiri kanan kepalanya. Selain itu,
Ikan Pari memiliki ekor yang panjang dan runcing menyerupai cemeti. Ikan ini
berkembang biak dengan cara melahirkan dan habitat hidupnya berada di dasar
laut. Ikan Tuka mengeluarkan bau yang kurang sedap sehingga tidak banyak
dikonsumsi orang. Bau ini terjadi akibat tingginya kandungan ammonia yang
berasal dari penguraian protein dari tubuh ikan tersebut. Kandungan ammonia
yang tinggi mempercepat proses pembusukan dan dapat menurunkan mutu ikan
sehingga mengubah bau, tekstur, dan rasanya.
Ikan bertulang rawan ini juga memiliki karakteristik berbeda terhadap ikan
bertulang sejati dari strategi reproduksinya yang relatif lebih rendah sehingga
dalam perkembangannya memiliki strategi hidup yang berbeda (Steven et al
.,2000), kondisi ini berpengaruh terhadap populasi ikan bertulang rawan.
Beberapa jenis telah mengalami status konservasi endangered (berbahaya) seperti
2
Depturus batis, (di timur atlantik dan Mediterania) dan beberapa diantaranya
berstatus endemik seperti Dipturus innominatus di New Zealand (Dulvy &
Reynolds, 2002). Di Laut Utara bagian tengah dan barat laut antara periode
1929-1956 dan 1981-1995 menunjukkan bahwa beberapa spesies telah menurun
dalam kelimpahannya (umumnya tuka dan pari Thornback) (Walker,1996)
Tinggi tingkat eksploitasi Ikan Tuka di Indonesia telah memberikan predikat
pada negara ini sebagai negara dengan total produksi ikan-ikan Elasmobranchii
yang terbesar di dunia. Akan tetapi, upaya pengelolaan dan konservasi terhadap
sumber daya tersebut di Indonesia belum terlaksana disebabkan minimnya
informasi dan data yang mendukung baik biologi maupun perikanan Ikan
vertebrata akuatis dan bernafas dengan insang (beberapa) jenis ikan bernafas
melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/gelembung udara dan
mempunyai otak yang terbagi menjadi regio-regio. Otak itu dibungkus dalam
kranium (tulang kepala) yang berupa kartilago (tulang rawan atau tulangmenulang). Ada sepasang mata kecuali ikan-ikan siklostomata, mulut ikan itu di
sokong oleh rahang (agnatha=ikan tak berahang), telinga hanya terdiri dari telinga
dalam, berupa saluran-saluran semisirkular, sebagai organ keseimbangan
(equilibrum), jantung berkembang baik, sirkulasi menyangkut aliran seluruh
bagian tubuh lain,memiliki tipe ginjal yang disebut pronefrus dan mesonefrus.
Ikan bertulang rawan adalah ikan berahang mempunyai sirip berpasangan, lubang
hidung berpasangan, sisik,jantung,beruang dua, dan rangka yang terdiri atas
tulang rawan bukan tulang sejati. Mereka dibagi menjadi dua sub kelas :
Elasmobranchii (Hiu, pari dan skate) dan Holochepali (Kimera, hiu hantu).
Bentuk tubuh Ikan Tuka seperti cakram dengan bentuk ekor yang mempunyai 1
atau 2 sirip. Sirip dada hampir selalu sangat lebar menyerupai sayap yang sisi
depannya bergabung secara mulus di kepalanya, sirip perut dan dua clasper
(Sepasang alat kelamin jantan).
Ikan Tuka mempunyai ekor yang panjang seperti cambuk, panjang ekornya
melebihi panjang tubuhnya dan terdapat duri yang berbisi dan sirip yang melekat
sekitar ekor. Mulut Ikan Tuka terdapat di sisi bawah kepalanya sehingga lumpur
dan pasir dapat tersedot kedalam bersama-sama dengan arus pernafasan, tetapi hal
3
tersebut dapat di atas dengan menarik air masuk melalui dua lubang besar di
belakang matanya. Pada beberapa jenis Ikan Tuka berukuran besar yang hidup di
lautan terbuka, bernafas normal yaitu dengan menarik air masuk melalui
mulutnya. Gigi-gigi di sepanjang rahang biasanya berwarna cokelat tua dan abuabu dengan pola bervariasi.
Pada Ikan Tuka jantan mempunyai Mixopterygia” atau penjepit, yaitu suatu
tonjolan sirip pinggunl yang telah mengalami perubahan, digunakan untuk
memasukan sperma ke dalam kloaka betina sewaktu kawin. Ikan Tuka sangat
jarang di teliti karena perkembangan dari ikan ini tidak begitu pesat
perkembangannya dibandingkan dengan Spesies Ikan yang lainnya.
Hanya saja Ikan Tuka ini sangat mirip dengan Ikan Pari dan orang awam
hanya bisa membedakannya dengan ukuran bentuknya saja, dengan ukuran Ikan
Tuka yang dibilang tidak besar nelayan bisa mengatakan bahwasannya Ikan Tuka
tersebut adalah Ikan tuka, dibandingkan dengan Ikan Pari nelayan langsung
menyimpulkan bahwa ukuran Ikan Pari tidak ada yang begitu kecil seperti Ikan
Tuka.
1.2. Batasan Masalah
Untuk menghindari masalah yang terlalu luas dalam penelitian ini, masalah
dibatasi pada:
1. Tuka yang diteliti di temukan di lokasi.
2. Penelitian dilakukan di TPI Percut dan Gabion Sumatera Utara.
1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keragaman jenis Tuka berdasarkan ciri morfologi, morfometri,
dan jenis kelamin?
2. Bagaimana mengklasifikasikan status konservasi berdasarkan Red list
IUCN?
4
1.4. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengidentifikasi keragaman jenis Tuka berdasarkan ciri morfologi,
morfometri, dan jenis kelamin.
2. Mengklasifikasikan status konservasi tuka (skates) berdasarkan Red list
IUCN?
1.5. Manfaat Penelitian
Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
sebagai berikut:
1. Sebagai Alternatif pengenalan jenis Tuka melalui pendekatan morfometri.
2. Meningkatkan pengkajian taksonomi Ikan Tuka sebagai pengetahuan
kebutuhan dasar yang belum banyak diketahui oleh masyarakat akademik
(mahasiswa).
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ditemukan dua jenis ikan tuka yaitu Okamejei cf boesemani dan
Dipturus sp yang memiliki kesamaan morfometri yaitu Panjang Diskus
dan Lebar Diskus sedangkan untuk morfometri panjang mata, jarak pre
sprirakel memiliki ukuran tidak jauh berbeda. Untuk Morfometri
Panjang Diskus (X2 ), Jarak interorbital (X5 ), Jarak Prenarial (X7 ),
Jarak Preoral (X9 ), Interpace celah insang Pertama (X12) memiliki
perbedaan yang signifikan. Untuk kelimpahan individu berdasarkan uji
statistiknya nisbah/proporsi jenis kelamin (betina:jantan) adalah 2:1.
2. Status konservasi dari Okamejei cf boesemani dan Dipturus sp
termasuk dalam status dalam Red List IUCN adalah belum dievaluasi
(NE).
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai proporsi panjang terhadap
penentuan bobot pada pari jantan dan betina. Disarankan bagi peneliti selanjutnya
untuk memisahkan sampel antara jantan dan betinanya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Akhiles K.V., U. Ganga, N.G.K. Pillari, E.Vivekanandan, K.K Bineesh, C.P.R
Shanis and Hasyim, 2011. Deep-Sea fishing for chondrichtyan resources
and sustainability concerns a case study from southwest coast of India.
Indian journal of Geo-Marine Sciences 40(3): 347- 355
Associate Professor Malcolm Tull, 2009. The History of Shark Fishing in
Indonesia. A HMAP Asia Project Paper Working Paper No. 158. Murdoch
Bailey C., A. Dwiponggo and F. Marahudin, Indonesian marine capture fisheries,
ICLARM Studies and Reviews 10, (Manilla, 1987), p.16. 10
Dudley, S. F. J. and C. A. Simpfendorfer, 2006. Population status of 14 shark
species caught in the protective gillnets off KwaZulu-Natal beaches, South
Africa, 1978-2003. Marine and Freshwater Research, 57:225-240.
Dulvy N.K, S.L. Fowler, J.A. Musick, R.D. Cavanagh, P.M. Kyne, L.R. Harrison,
J.K. Carlson, L.N.D. Davidson, S.V. Fordham, M.P. Francis, 2014.
Extinction risk and conservation of the world’s sharks and rays. eLife
3:e00590. doi: 10.7554/eLife.00590.
Effendi, M.I, 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Nusatama. Yogyakarta
Fegan B., 2003. “Olundering the sea”, insiden indonesia 72(januari-march):
21-3 and J. G. Butcher, ‘Bringing The state int Eplantion of Fisheries
Depletions in Indonesia’, July 7-9 2005, Amsterdam
Hoffmann et al., 2010. The impact of conservation on the status of the world's
vertebrates. Science, 33 :1503-1509
Ishiara,1987. Resilience and recovery of overexploited marine populations.
Science, 340:347-349.
Serena F. 2005. Field identification guide to the Sharks and Rays of the
mediterranean and Black Sea. Food and agriculture organization of the
united nations, Rome, 2005.
Simpfendorfer C. A., M. R. Heupel , W. T. White and N. K. Dulvy, 2011. The
importance of research and public opinion to conservation management of
sharks and rays: a synthesis. Marine and Freshwater Research, , 62: 518–
527.
23
Stevens, J. D., R. Bonfil, N. K Dulvy, and P. A. Walker, 2000. The effects of
fishing on sharks, rays, and chimaeras (chondrichthyans), and the
implications for marine ecosystems. – ICES Journal of Marine Science, 57:
476–494.
Sudarso, Junardi , 2007. Kajian Biologi Ikan Pari Batu (Himantura gerrardi)
Famili Dasyatidae yang didaratkan di PPN Penjajab, Kecamatan
Pemangkat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Jurnal Perikanan dan
Kelautan 12 (1): 30-35.
Sulak K.J., P.D. MacWhirter, K.E. Luke, A.D. Norem, J.M. Miller, J.A. Cooper
and L.E. Harris. 2009. Identification guide to skates (Family Rajidae) of the
Canadian Atlantic and adjacent regions Fisheries and Oceans Canada
Maritimes Region St. Andrews Biological Station 531 Brandy Cove Road
St. Andrews, New Brunswick E5B 2L9.
Walker P. A. 1996. Ecoprofile Rays and Skates on the Dutch Continental Shelf
and North Sea. NIOZ/RWS Report No.3053, 69 pp.
JENIS KELAMIN TUKA
Oleh :
Zulfahmi
NIM 4123220034
Program Studi Biologi
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sains
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Pura, pada tanggal 02 Mei 1994. Ibu bernama Juwairiah
dan Ayah bernama Ibnu Hayan. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Penulis masuk SD Negeri 2 Tanjung Pura dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006,
penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2 Tanjung Pura dan lulus pada tahun 2009. Pada
tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Tanjung Pura dan lulus pada
tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Biologi Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan melalui jalur
SNMPTN. Kegiatan intrakurikuler di Universitas Negeri Medan yang pernah diikuti penulis
antara lain Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fmipa Unimed dan menjabat
sebagai Ketua Umum periode 2015-2016. Selama kuliah penulis pernah mengikuti Praktek
Kerja Lapangan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan (BARISTAND).
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
v
vii
ix
x
xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1
1
2
3
3
4
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Chondrichthyes
2.2. Status Red list Spesies Chondrichthyes
2.3. Kondisi Perikanan di Indonesia
2.4. Habitat dan Persebaran Ikan Tuka
2.5. Karakteristik Morfometri Tuka
4
5
6
7
7
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Populasi dan Sampel
3.3. Alat dan Bahan
3.4. Prosedur Kerja
3.5. Bagan Alir Kerja Penelitian Identifikasi Pari
3.6. Analisis Statistik
8
8
8
9
10
11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Morfologi Tuka
4.1.2. Morfometri Tuka
4.2. Pembahasan
4.2.1. Hubungan Antara Morfologi dan Morfometri
4.2.2. Hubungan Antara Morfometri dan Taksonomi
4.2.3. Sebaran dan Status Konservasi Tuka
4.2.4. Nilai Ekonomi Tuka
12
13
14
18
18
18
19
19
viii
4.2.5. Pengaruh Tingkat Bahaya Pari
20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
21
21
21
DAFTAR PUSTAKA
22
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1.Data FAO
6
Gambar 3.1.Bagan alir kerja Penelitian Tuka
10
Gambar 4.1.Okamejei cf boesemani
12
Gambar 4.2.Dipturus sp
13
Gambar 4.3. Pengukuran Tuka Okamejei cf boesemani
14
Gambar 4.4.Pengukuran Tuka Dipturus sp
15
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Analisis Data Tuka (Okamejei cf boesemani)
24
Lampiran 2. Analisis Data Tuka (Dipturus sp)
44
Lampiran 3. Gambar Tuka (Okamejei cf boesemani
48
Lampiran 4. Gambar Tuka (Dipturus sp)
50
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara bahari yang ada di dunia. Dengan
luasnya lautan yang dimiliki, banyak potensi laut yang bisa dimanfaatkan untuk
kesejahteraan rakyat Indonesia. Kekayaan laut yang dimiliki bangsa Indonesia
sangat beragam baik yang dapat diperbaharui seperti perikanan. Selain kekayaan
laut yang telah disebutkan di atas, keanekaragaman jenis ikan yang hidup di
perairan negeri ini merupakan kekayaan yang patut disyukuri. Terdapat 7,5 persen
(6,4 juta ton/tahun) dari potensi lestari total ikan laut dunia berada di Indonesia.
Ikan-ikan tersebut berada dalam keadaan bebas maupun dibudidayakan. Ikan yang
dibudidayakan antara lain udang, kerapu, bandeng dan lain-lain, sedangkan ikan
ya ng ditemukan di perairan laut Indonesia salah satunya adalah Pari (Effendi,
1997).
Ikan Tuka merupakan salah satu ikan yang tidak dibudidayakan. Ikan Tuka
termasuk kelompok elasmobranchii, yaitu ikan yang bertulang rawan dan juga
kelompok cartilaginous. Ikan ini mempunyai bentuk badan yang melebar dan
sepasang sirip dada yang menyatu dengan sisi kiri kanan kepalanya. Selain itu,
Ikan Pari memiliki ekor yang panjang dan runcing menyerupai cemeti. Ikan ini
berkembang biak dengan cara melahirkan dan habitat hidupnya berada di dasar
laut. Ikan Tuka mengeluarkan bau yang kurang sedap sehingga tidak banyak
dikonsumsi orang. Bau ini terjadi akibat tingginya kandungan ammonia yang
berasal dari penguraian protein dari tubuh ikan tersebut. Kandungan ammonia
yang tinggi mempercepat proses pembusukan dan dapat menurunkan mutu ikan
sehingga mengubah bau, tekstur, dan rasanya.
Ikan bertulang rawan ini juga memiliki karakteristik berbeda terhadap ikan
bertulang sejati dari strategi reproduksinya yang relatif lebih rendah sehingga
dalam perkembangannya memiliki strategi hidup yang berbeda (Steven et al
.,2000), kondisi ini berpengaruh terhadap populasi ikan bertulang rawan.
Beberapa jenis telah mengalami status konservasi endangered (berbahaya) seperti
2
Depturus batis, (di timur atlantik dan Mediterania) dan beberapa diantaranya
berstatus endemik seperti Dipturus innominatus di New Zealand (Dulvy &
Reynolds, 2002). Di Laut Utara bagian tengah dan barat laut antara periode
1929-1956 dan 1981-1995 menunjukkan bahwa beberapa spesies telah menurun
dalam kelimpahannya (umumnya tuka dan pari Thornback) (Walker,1996)
Tinggi tingkat eksploitasi Ikan Tuka di Indonesia telah memberikan predikat
pada negara ini sebagai negara dengan total produksi ikan-ikan Elasmobranchii
yang terbesar di dunia. Akan tetapi, upaya pengelolaan dan konservasi terhadap
sumber daya tersebut di Indonesia belum terlaksana disebabkan minimnya
informasi dan data yang mendukung baik biologi maupun perikanan Ikan
vertebrata akuatis dan bernafas dengan insang (beberapa) jenis ikan bernafas
melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/gelembung udara dan
mempunyai otak yang terbagi menjadi regio-regio. Otak itu dibungkus dalam
kranium (tulang kepala) yang berupa kartilago (tulang rawan atau tulangmenulang). Ada sepasang mata kecuali ikan-ikan siklostomata, mulut ikan itu di
sokong oleh rahang (agnatha=ikan tak berahang), telinga hanya terdiri dari telinga
dalam, berupa saluran-saluran semisirkular, sebagai organ keseimbangan
(equilibrum), jantung berkembang baik, sirkulasi menyangkut aliran seluruh
bagian tubuh lain,memiliki tipe ginjal yang disebut pronefrus dan mesonefrus.
Ikan bertulang rawan adalah ikan berahang mempunyai sirip berpasangan, lubang
hidung berpasangan, sisik,jantung,beruang dua, dan rangka yang terdiri atas
tulang rawan bukan tulang sejati. Mereka dibagi menjadi dua sub kelas :
Elasmobranchii (Hiu, pari dan skate) dan Holochepali (Kimera, hiu hantu).
Bentuk tubuh Ikan Tuka seperti cakram dengan bentuk ekor yang mempunyai 1
atau 2 sirip. Sirip dada hampir selalu sangat lebar menyerupai sayap yang sisi
depannya bergabung secara mulus di kepalanya, sirip perut dan dua clasper
(Sepasang alat kelamin jantan).
Ikan Tuka mempunyai ekor yang panjang seperti cambuk, panjang ekornya
melebihi panjang tubuhnya dan terdapat duri yang berbisi dan sirip yang melekat
sekitar ekor. Mulut Ikan Tuka terdapat di sisi bawah kepalanya sehingga lumpur
dan pasir dapat tersedot kedalam bersama-sama dengan arus pernafasan, tetapi hal
3
tersebut dapat di atas dengan menarik air masuk melalui dua lubang besar di
belakang matanya. Pada beberapa jenis Ikan Tuka berukuran besar yang hidup di
lautan terbuka, bernafas normal yaitu dengan menarik air masuk melalui
mulutnya. Gigi-gigi di sepanjang rahang biasanya berwarna cokelat tua dan abuabu dengan pola bervariasi.
Pada Ikan Tuka jantan mempunyai Mixopterygia” atau penjepit, yaitu suatu
tonjolan sirip pinggunl yang telah mengalami perubahan, digunakan untuk
memasukan sperma ke dalam kloaka betina sewaktu kawin. Ikan Tuka sangat
jarang di teliti karena perkembangan dari ikan ini tidak begitu pesat
perkembangannya dibandingkan dengan Spesies Ikan yang lainnya.
Hanya saja Ikan Tuka ini sangat mirip dengan Ikan Pari dan orang awam
hanya bisa membedakannya dengan ukuran bentuknya saja, dengan ukuran Ikan
Tuka yang dibilang tidak besar nelayan bisa mengatakan bahwasannya Ikan Tuka
tersebut adalah Ikan tuka, dibandingkan dengan Ikan Pari nelayan langsung
menyimpulkan bahwa ukuran Ikan Pari tidak ada yang begitu kecil seperti Ikan
Tuka.
1.2. Batasan Masalah
Untuk menghindari masalah yang terlalu luas dalam penelitian ini, masalah
dibatasi pada:
1. Tuka yang diteliti di temukan di lokasi.
2. Penelitian dilakukan di TPI Percut dan Gabion Sumatera Utara.
1.3. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana keragaman jenis Tuka berdasarkan ciri morfologi, morfometri,
dan jenis kelamin?
2. Bagaimana mengklasifikasikan status konservasi berdasarkan Red list
IUCN?
4
1.4. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengidentifikasi keragaman jenis Tuka berdasarkan ciri morfologi,
morfometri, dan jenis kelamin.
2. Mengklasifikasikan status konservasi tuka (skates) berdasarkan Red list
IUCN?
1.5. Manfaat Penelitian
Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
sebagai berikut:
1. Sebagai Alternatif pengenalan jenis Tuka melalui pendekatan morfometri.
2. Meningkatkan pengkajian taksonomi Ikan Tuka sebagai pengetahuan
kebutuhan dasar yang belum banyak diketahui oleh masyarakat akademik
(mahasiswa).
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Ditemukan dua jenis ikan tuka yaitu Okamejei cf boesemani dan
Dipturus sp yang memiliki kesamaan morfometri yaitu Panjang Diskus
dan Lebar Diskus sedangkan untuk morfometri panjang mata, jarak pre
sprirakel memiliki ukuran tidak jauh berbeda. Untuk Morfometri
Panjang Diskus (X2 ), Jarak interorbital (X5 ), Jarak Prenarial (X7 ),
Jarak Preoral (X9 ), Interpace celah insang Pertama (X12) memiliki
perbedaan yang signifikan. Untuk kelimpahan individu berdasarkan uji
statistiknya nisbah/proporsi jenis kelamin (betina:jantan) adalah 2:1.
2. Status konservasi dari Okamejei cf boesemani dan Dipturus sp
termasuk dalam status dalam Red List IUCN adalah belum dievaluasi
(NE).
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai proporsi panjang terhadap
penentuan bobot pada pari jantan dan betina. Disarankan bagi peneliti selanjutnya
untuk memisahkan sampel antara jantan dan betinanya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Akhiles K.V., U. Ganga, N.G.K. Pillari, E.Vivekanandan, K.K Bineesh, C.P.R
Shanis and Hasyim, 2011. Deep-Sea fishing for chondrichtyan resources
and sustainability concerns a case study from southwest coast of India.
Indian journal of Geo-Marine Sciences 40(3): 347- 355
Associate Professor Malcolm Tull, 2009. The History of Shark Fishing in
Indonesia. A HMAP Asia Project Paper Working Paper No. 158. Murdoch
Bailey C., A. Dwiponggo and F. Marahudin, Indonesian marine capture fisheries,
ICLARM Studies and Reviews 10, (Manilla, 1987), p.16. 10
Dudley, S. F. J. and C. A. Simpfendorfer, 2006. Population status of 14 shark
species caught in the protective gillnets off KwaZulu-Natal beaches, South
Africa, 1978-2003. Marine and Freshwater Research, 57:225-240.
Dulvy N.K, S.L. Fowler, J.A. Musick, R.D. Cavanagh, P.M. Kyne, L.R. Harrison,
J.K. Carlson, L.N.D. Davidson, S.V. Fordham, M.P. Francis, 2014.
Extinction risk and conservation of the world’s sharks and rays. eLife
3:e00590. doi: 10.7554/eLife.00590.
Effendi, M.I, 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Nusatama. Yogyakarta
Fegan B., 2003. “Olundering the sea”, insiden indonesia 72(januari-march):
21-3 and J. G. Butcher, ‘Bringing The state int Eplantion of Fisheries
Depletions in Indonesia’, July 7-9 2005, Amsterdam
Hoffmann et al., 2010. The impact of conservation on the status of the world's
vertebrates. Science, 33 :1503-1509
Ishiara,1987. Resilience and recovery of overexploited marine populations.
Science, 340:347-349.
Serena F. 2005. Field identification guide to the Sharks and Rays of the
mediterranean and Black Sea. Food and agriculture organization of the
united nations, Rome, 2005.
Simpfendorfer C. A., M. R. Heupel , W. T. White and N. K. Dulvy, 2011. The
importance of research and public opinion to conservation management of
sharks and rays: a synthesis. Marine and Freshwater Research, , 62: 518–
527.
23
Stevens, J. D., R. Bonfil, N. K Dulvy, and P. A. Walker, 2000. The effects of
fishing on sharks, rays, and chimaeras (chondrichthyans), and the
implications for marine ecosystems. – ICES Journal of Marine Science, 57:
476–494.
Sudarso, Junardi , 2007. Kajian Biologi Ikan Pari Batu (Himantura gerrardi)
Famili Dasyatidae yang didaratkan di PPN Penjajab, Kecamatan
Pemangkat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Jurnal Perikanan dan
Kelautan 12 (1): 30-35.
Sulak K.J., P.D. MacWhirter, K.E. Luke, A.D. Norem, J.M. Miller, J.A. Cooper
and L.E. Harris. 2009. Identification guide to skates (Family Rajidae) of the
Canadian Atlantic and adjacent regions Fisheries and Oceans Canada
Maritimes Region St. Andrews Biological Station 531 Brandy Cove Road
St. Andrews, New Brunswick E5B 2L9.
Walker P. A. 1996. Ecoprofile Rays and Skates on the Dutch Continental Shelf
and North Sea. NIOZ/RWS Report No.3053, 69 pp.