Pasien Prostodonsia Lanjut Usia: Beberapa Pertimbangan Dalam Perawatan

Pasien Prost odonsia Lanj ut Usia: Beberapa Per t im bangan dalam Perawat an
PASIEN PROSTODONSIA LANJUTUSIA: BEBERAPA PERTIMBANGAN DALAM PERAWATAN
Pida to Pe ng ukuha n Ja b a ta n Guru Be sa r Te ta p
da la m Bida ng Pro sto do nsia pa da Fa kulta s Ke do kte ra n Gig i, Diuc a pka n di ha da pa n Ra pa t Te rb uka Unive rsita s Suma te ra Uta ra
Ge la ng g a ng Ma ha siswa , Ka mpus USU, 16 No ve mb e r2005
O LEH: SLAMATTARIGAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2005

Pidat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar Tet ap Universit as Sum at era Ut ara
Yang terhormat, Bapak Ment eri Pendidikan Nasional Republik I ndonesia, Bapak/ I bu Anggot a Maj elis Wali Am anat Universit as Sum at era Ut ara, Bapak Ket ua dan Bapak/ I bu Anggot a Senat Akadem ik Universit as
Sum at era Ut ara, Bapak Ket ua dan Anggot a Dew an Guru Besar Universit as Sum at era Ut ara,
Bapak Rekt or Universit as Sum at era Ut ara, Bapak/ I bu para Pem bant u Rekt or Universit as Sum at era Ut ara, para Dekan,
Ket ua Lem baga dan Unit Kerj a, para Dosen dan Karyawan di lingkungan Universit as Sum at era Ut ara,
Bapak dan I bu para Undangan, Keluarga, Tem an Sej awat , Mahasiswa dan Hadirin yang Saya m uliakan,
Salam sejahtera bagi kita sekalian,
Segala puj i dan syukur saya sam paikan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas nikm at dan karunia yang dilim pahkan- Nya, hingga pada hari ini Saya dapat m enyam paikan pidat o ilm iah sebagai Guru Besar Tet ap I lm u Prost odonsia pada Fakult as Kedokt eran Gigi Universit as Sum at era Ut ara. Sebelum m em bacakan pidato ilm iah saya, terlebih dahulu Saya m engaj ak Bapak/ I bu sekalian unt uk sej enak t afakur m engenang arwah Ket ua Maj elis Wali Am anat Universit as Sum at era Ut ara, Alm . Bapak Dr. ( HC) Raj a I nal Siregar; Bapak Gubernur Sum at era Ut ara/ Ket ua Dew an Penyant un Universit as Sum at era Ut ara, Alm . Tengku Rizal Nurdin; sej aw at kit a dosen di FMI PA Universit as Sum at era Ut ara, Alm h. Dra. Soewarni Bakar Apt .; beserta sem ua para korban kecelakaan penerbangan pesawat udara Mandala pada t anggal 5 Sept em ber 2005 yang lalu. Doa kit a kepada Yang Maha Kuasa, kiranya sem ua kesalahan m ereka diam puni dan arwah m ereka sem ua dit erim a di sisi Tuhan. Sekarang perkenankanlah Saya m em bacakan pidato ilm iah yang berj udul:
PASI EN PROSTOD ON SI A LAN JUT USI A: BEBERAPA PERTI M BAN GAN DALAM PERAW ATAN

Pasien Prost odonsia Lanj ut Usia: Beberapa Per t im bangan dalam Perawat an
I . Pendahuluan
Tuj uan Pem buat an Gigi Tiruan, baik it u Gigi t iruan sebagian lepasan, gigi tiruan cekat m aupun gigi tiruan lengkap pada hakekatnya adalah untuk m em perbaiki fungsi: pengunyahan, pengucapan, estetis, m enj aga kesehatan j aringan serta m encegah kerusakan lebih lanj ut dari struktur organ rongga mulut. Karena gigi tiruan dibuat untuk m engganti gigi yang hilang atau rusak, sem entara gigi bisa hilang atau rusak apabila terj adi proses destruksi di dalam m ulut berkaitan dengan fungsi gigi geligi atau karena traum a. Diperlukan waktu agar proses destruksi m enyebabkan rusak, patah atau tercabutnya gigi asli. Berdasarkan hal ini, m aka setiap kali kita berbicara m engenai gigi tiruan, kita selalu m em bayangkan m engenai perawatan dan pem buatan gigi tiruan pada pasien dewasa, um um nya pasien berusia di atas 18 tahun, walaupun gigi tiruan j uga dibuatkan pada pasien usia lebih m uda yang kehilangan gigi. ( Gam bar 1)

Gam bar 1: Gigi t iruan penuh at au gigi t iruan sebagian pada um um nya dibuat untuk pasien dewasa, walaupun kadang-kadang j uga dibuat untuk individu yang lebih muda
Di antara batasan usia pasien dewasa tersebut ada satu kelom pok um ur yang m em erlukan penanganan prost odonsia secara khusus. Perawat an prostodonsia pada kelom pok ini berkaitan dengan terj adinya berbagai perubahan pada diri m ereka disebabkan oleh pertam bahan usia. Kelom pok t ersebut disebut dengan kelom pok m anusia lanj ut usia ( Manula) , yait u kelom pok individu berusia sekit ar 65 t ahun ke at as. Pada kelom pok um ur seperti ini selain telah terj adi berbagai degradasi fisiologis yang banyak berpengaruh terhadap kondisi fisik, sering pula ditem ukan perubahan

Pidat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar Tet ap Universit as Sum at era Ut ara
tem peram en em osi, m isalnya sifat pasien kem bali berubah kekanakkanakan, dan j uga kem ungkinan adanya penyakit- penyakit sistem ik yang m enyertai usia lanj ut.
Tidak sem ua pasien prost odonsia it u berusia lanj ut dan t idak pula sem ua orang yang berusia lanj ut adalah pasien prost odonsia. Meskipun dem ikian, sej alan dengan m eningkatnya usia harapan hidup, j um lah pasien lanj ut usia yang m em erlukan perawatan prostodonsia m eningkat sangat taj am . Menurut sensus kependudukan di Am erika Serikat , penduduk yang berusia di atas 65 tahun pada tahun 1980-an m encapai 30 j uta dan pada tahun 2000- an diproyeksikan m encapai sekitar 20% dari populasi. Dari j um lah t ersebut sebanyak 75% t elah kehilangan gigi ( edent ulus) . Gam baran tersebut kurang lebih sam a dengan kondisi yang dij um pai di I ndonesia, di m ana m enurut Biro Pusat St at ist ik ( 1990) proyeksi j um lah Lansia di I ndonesia sam pai dengan t ahun 2020 adalah sepert i t ert era pada Tabel 1.

Tabel 1: Proyeksi j um lah penduduk lanj ut usia di I ndonesia ( dalam j ut a)

30 25 20 15 10
5 0
1971 1990 2000 2010 2015 2020

Jlh lansia persentae

Pada t ahun 2015 ke at as j um lah populasi lanj ut usia akan m encapai 10% dari penduduk I ndonesia, bahkan akan terus m eningkat persentasenya dari tahun ke tahun. Dengan demikian jelas bahwa keperluan perawatan prostodonsia bagi pasien lanj ut usia akan sem akin diperlukan.
Perawat an prost odonsia lebih rum it dibandingkan perawat an pada orang dewasa norm al disebabkan t erj adinya perubahan- perubahan pada Manula. Perubahan pada t em peram en em osi pasien m enunt ut kem am puan khusus serta kesabaran bagi dokter gigi dalam m elakukan pendekatan, sem entara perubahan fisik dan kondisi penyakit yang sering m enyertai usia lanj ut m enuntut kearifan dalam teknis perawatan m aupun m odifikasi prosedur kerj a agar perawatan secara keseluruhan dapat berhasil lebih efektif.

Pasien Prost odonsia Lanj ut Usia: Beberapa Per t im bangan dalam Perawat an
I I . Perubahan yang terjadi pada pasien lanjut usia

1. Perubahan fisiologis
Proses um um penuaan t idak dapat dit erangkan dengan j elas. Hal ini sering dij abarkan sebagai gabungan dari fenom ena fisiologis norm al dan degenerasi pat ologis. Penuaan dapat didefinisikan sebagai suat u hal biologis di m ana proses tersebut m erupakan hal yang genetik, suatu term inasi yang tak terelakkan dari pertum buhan norm al. Segi patologis dari penuaan term asuk 1) . proses destruksi, yang kem ungkinan berkaitan dengan reaksi autoim un, atau 2) . akum ulasi dari pengaruh traum a- traum a m inor yang terj adi sepanj ang hidup. Berbagai penyakit tertentu yang pernah dialam i sepanj ang kehidupan cenderung m em perkuat besarnya perubahan degenerat if yang t erj adi pada usia lanj ut . Usia lanj ut j uga m em pengaruhi kem am puan tubuh untuk m elawan perubahan patologis.
Terj adinya perubahan fisiologis yang norm al pada pasien lanj ut usia sepert inya sukar dij elaskan. Mungkin t idak pernah t erj adi suat u perubahan fisiologis yang benar-benar m urni pada usia lanj ut tanpa dipengaruhi adanya penyakit sam a sekali. Meskipun dem ikian beberapa kecenderungan perubahan sesuai dengan pertam bahan usia dapat diprediksi.
Regresi pada fungsi t ubuh secara um um m ulai t erj adi pada usia 25 hingga 30 t ahun dan berlanj ut t erus sam pai akhir hayat . Penurunan m et abolism e selular m enyebabkan berkurangnya kem am puan sel untuk bertum buh dan reparasi. Laj u pem belahan sel ( m it osis) m enurun sehingga pada usia 65 tahun deplesi selular m endekati 30% . Karena sem ua j aringan, organ dan sistem tidak bergeser dengan kecepatan yang sam a, struktur kom posit tubuh dan fungsinya j uga berbeda pada pasien usia lanj ut dibandingkan dengan pasien m uda. Tem uan sist em ik dan t em uan pada rongga m ulut hendaknya diinterpretasikan dalam kaitan dengan bagaim anakah seharusnya hal itu didapati pada pasien sehat yang berusia sam a.
Secara um um kondisi fisiologis pasien lanj ut usia akan dit em ui kem unduran pert um buhan t ulang dan t ulang rahang. Resorbsi t erj adi m erat a pada rahang atas dan rahang bawah. Kem am puan m enj aga kebersihan rongga m ulut m enurun dan t erj adi osteoporosis.
2. Perubahan m ent al pada pasien lanj ut usia
Pola kem am puan m ent al dan sikap pasien lanj ut usia m erupakan hasil interaksi kom pleks dari pengalam an m asa lalu, ketuaan fisiologis dan perubahan sosial ekonom i pasien. Perubahan dalam kem am puan fisik, penam pilan serta peranan pasien tersebut di dalam kehidupan keluarga dan di m asyarakat sering m enim bulkan stres yang sangat besar pada pasien lanj ut usia. Kem am puan untuk m enerim a kenyataan dan m engatasi stres

Pidat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar Tet ap Universit as Sum at era Ut ara
yang tim bul m enentukan apakah seseorang itu bertum buh dengan sukacita atau m erana.
Berkaitan dengan perubahan usia terj adi perubahan pada indera tertentu dan sistem syaraf pusat, terj adi kem unduran kem am puan untuk m enerim a sert a m enyim pan inform asi. Fungsi sepert i pengert ian logika dan persepsi spasial berkurang atau bisa hilang sam a sekali. Bagaim ana m engantisipasi dan m elakukan tindakan ( problem solving) atas sesuatu hal sudah lebih sulit dilakukan dan inform asi yang tidak relevan sering m enj adikannya lebih m em bingungkan. Sebaliknya, kem am puan atau ilm u yang dulunya dia peroleh sepertinya tetap bertahan; karena itu, pada pasien lanj ut usia, pola sikap fisiologis dan psikologis yang konst an tidak dapat terlalu ditekankan. Perawat an prost odonsi t erhadap kasus kerusakan/ kehilangan gigi m erupakan salah sat u faktor untuk m endukung adaptasi m ental yang dapat dilakukan pada pasien lanj ut usia. Sewaktu pem buatan gigi tiruan, ada berbagai faktor lain yang perlu diperhatikan agar pem buatan gigi tiruan yang dilakukan dapat lebih berhasil dalam m em bantu kem am puan adaptasi m ental pasien.
Perubahan dalam penam pilan dan kapasit as fisik dapat m enim bulkan tekanan m ental. Hilangnya atau m em utihnya ram but, rusak atau tercabutnya gigi serta kekuatan fisik yang m enurun m engarah kepada “self im age” yang buruk. Pasien t ersebut m em andang dirinya sepert i sudah “ tidak berguna” atau hanya m enyusahkan orang saj a! Berkurangnya pendengaran dan kem unduran fisik dapat pula m enyebabkan orang tersebut tidak dapat diterim a bekerj a di pekerj aan yang dia tekuni sebelum nya sehingga akibatnya dia lebih banyak tergantung pada orang lain (tem an atau keluarga) dan hal ini kem bali m enam bah beban m ental baginya.
Status sosial seorang pasien lanj ut usia pada dasarnya m erupakan refleksi dari penilaian m asyarakat . Pandangan sosial yang ada di m asyarakat t elah m enciptakan suatu subkelom pok pasien lanj ut usia sebagai suatu kelom pok m inoritas yang terbesar. Kelom pok lanj ut usia ini sering dianggap m elam bangkan orang-orang yang tidak berguna, pem ikirannya tidak begitu dihargai, tidak m em erlukan kehidupan seks lagi dan sakit-sakitan. I ronisnya m ereka yang m em buat diskrim inasi ini sebenarnya sedang m enuj u kepada term inasi itu sendiri! Hanya waktu yang m em isahkan kelom pok m ereka.
Masa pensiun, seyogianya m erupakan wakt u yang didam bakan oleh para pegawai untuk m enikm ati m asa tua sebagai hasil j erih payah bekerj a selam a ini. Pada kenyat aannya keadaan yang m engerikan yang dit erim a setelah m em peroleh keputusan pensiun seperti: berkurangnya penghasilan, hilangnya sahabat yang selam a ini m enj adi tem an berint eraksi, t idak tahu

Pasien Prost odonsia Lanj ut Usia: Beberapa Per t im bangan dalam Perawat an
apa yang hendak dilakukan, dan sebagainya, sehingga m em buat orang tersebut pada awalnya m engalam i frustrasi yang berat ( sem acam post power syndrom e) . Seberapa besar kem am puan pasien lanj ut usia dalam m engatasi hal ini sangat banyak dipengaruhi oleh sifat karakteristik orang tersebut, tetapi sebagian besar (dalam kaitannya dengan j udul pidato ini) dapat juga dipengaruhi oleh kemampuan pendekatan yang dilakukan oleh dokter gigi.
Secara um um sifat pasien prostodonsia dapat digolongkan at as 2 kelom pok besar yaitu 1. tipe pendiam ( the quiet m ind) dan 2. tipe neurotic atau kelom pok yang lebih sukar, yaitu kelom pok pasien yang m em butuhkan lebih dari sekadar pem buat an gigi t iruan. Terhadap pasien dengan t ipe pendiam ini pada dasarnya tidaklah sulit m elakukan pendekatan perawatan, tetapi kepada kelom pok yang kedua perlu dilakukan pendekatan khusus.
Pasien t ipe neurot ic at au yang t erm asuk ke dalam kelom pok yang lebih sukar dapat pula dikelom pokkan atas: 1. m ildly neurotic, dan 2. severely neurot ic. Selanj ut nya pasien yang t ergolong kepada m ildly neurot ic dapat dibedakan at as 4 t ipe ut am a yait u: 1. anxious, 2. suspicious, 3. aggressive dan 4. indifferent . ( Tabel 2)


ANXIOUS Gelisah Sangat mudah terpengaruh

Tabel 2: Kelom pok t em peram en em osi
TEMPERAMEN EMOSI

PENDIAM Menurut koperatif

LEBIH SUKAR MILDLY NEUROTIC SEVERY NEUROTIC

MILDLY NEUROTIC Nervus ringan

SEVERLY NEUROTIC Nervus berat

SUSPICIOUS Curiga
Sedikit sombong negatif thinking

AGGRESSIVE Melawan
Tidak sabaran Suka mengancam

INDIFFERENT Labil

Tidak punya pendirian Putus asa/banyak kecewa

, Tunda pembuatan gigi tiruan
Kirim/kosult ke pschyater

Setiap individu sebenarnya m em iliki keem pat t ipe sifat - sifat yang disebutkan di atas, tetapi pada m asing- m asing pasien nervus ringan secara spesifik dij um pai salah sat u dari sifat t ersebut lebih dom inan. Pasien yang tergolong pada tipe nervus berat ( severely neurotic) ; pasien seperti ini m em iliki kelainan jiwa yang lebih parah, m aka untuk perawatannya perlu dikirim atau konsultasi ke dokter syaraf/ psikiat er.

Pidat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar Tet ap Universit as Sum at era Ut ara
Dengan m engetahui tipe tem peram en pasien, operator dapat m em persiapkan teknik pendekatan yang sesuai sehingga bisa dij alin kerj asam a yang baik antara dokter gigi dengan pasien sepanj ang proses perawat an dan pem buat an gigi t iruan m aupun penanganan keluhan. Cara perawatan yang lebih efektif dapat dilaksanakan m enyangkut peningkatan m otivasi pem eliharaan gigi tiruan, kesehatan j aringan rongga m ulut serta penj adwalan kontrol berkala sesuai dengan yang disepakati.
3. Perubahan sist em ik dan degradasi yang t erj adi pada pasien lanj ut usia
Sistem syaraf pusat terutam a sangat peka terhadap ketuaan karena sel- sel ot ak t idak direproduksi. Meskipun sit oplasm a sel- sel individu m em ang terlibat dalam proses destruksi parsialis dan replacem ent, sel- sel yang dihasilkan sewaktu kelahiran harus tetap dipertahankan seum ur hidup.
Karena sel- sel syaraf j uga relatif sangat peka terhadap cukupnya suplai oksigen, fungsinya sangat berkaitan dengan kondisi sirkulasi darah. Diperkirakan bahwa 20% neuron tubuh hilang pada usia 70 tahun. Kecepatan transm isi rangsang sepanj ang serat syaraf j uga m enurun sebesar 15 s.d. 20% . Aktivitas random neuron m enurun sesuai dengan pertam bahan usia sehingga m em pengaruhi proses sensor perasa dan kontrol otot-otot.
Perubahan pada sel- sel sist em syaraf pusat m erupakan fakt or yang m elatarbelakangi terj adinya penurunan sensor taktik dan sensitivitas persepsi sert a peningkat an am bang sakit . Pem belaj aran m enj adi lebih sukar, t erutam a apabila pola baru yang dikem ukakan bertolak belakang dengan kebiasaan atau pola lam a yang dia anut. Analisis situasional m enj adi lebih lam bat dan sulit m em beri respons secara cepat.
Perubahan pada ot ot - ot ot t erj adi baik disebabkan oleh sel- sel ot ot dan j uga karena perubahan pada sist em syaraf pusat . Terj adi pergant ian serat - serat kontraktil otot- ot ot oleh j aringan ikat kolagen. Akibatnya terj adi kem unduran kekuat an, st am ina, kelent uran dan t onus ot ot . Perubahan pada kontrol syaraf dan proprioseptif m enyebabkan kekenyalan otot, kaku dan t idak begit u t erkendali. Puncak kem am puan pengendalian rent ang ot ot otot terj adi pada usia 20 – 30 tahun dan pada usia 60 tahun kurang lebih sam a dengan pada anak usia 6 tahun. Selam a m asa tersebut kekuatan otot berkurang sebesar 20% .
Perubahan pada sist em peredaran darah t erut am a pada penderit a arteriosklerosis sangat um um terj adi sehingga sering dianggap m erupakan perubahan norm al sebagai konsekuensi ketuaan. Dianggap bahwa kebanyakan gej ala “ kesenilan” m erupakan akibat sekunder dari m ekanism e art eriosklerosis. Penum pukan lem ak pada dinding dan saluran pem buluh

Pasien Prost odonsia Lanj ut Usia: Beberapa Per t im bangan dalam Perawat an
darah dan degenerasi lem ak serat- serat otot j antung m enuntun ke arah penurunan suplai darah yang m engandung oksigen. Hilangnya refleks baroreseptor pada leher dan diikuti dengan penum pukan darah vena, dapat m engarah kepada postural hypotention. Karena itu perubahan posisi dari sandar ( supine) pada kursi gigi ke posisi t egak hendaknya dilakukan secara perlahan.
Meskipun perubahan pada saluran pernafasan biasanya t idak dem ikian besar, hal ini cenderung m em pengaruhi perubahan yang terj adi pada saluran peredaran darah. Kapasitas m enghirup m aksim um m enurun disebabkan karena m elem ahnya otot- otot dinding dada dan diafragm a. Terj adi penurunan j um lah alveoli yang berfungsi. Secara um um , kem am puan pertukaran oksigen dengan karbon dioksida berkurang.
Setelah m encapai usia 65 tahun kapasitas ekskresi ginj al bisa m enurun sam pai 50% . Tidak saj a aliran darah ke ginj al berkurang, t et api wakt u yang dibutuhkan untuk m em bersihkan darah dari “ sam pah” bawaannya bert am bah secara signifikan. Penurunan fungsi ekskresi m eningkat kan retensi sam pah produk m etabolism e dan m em iliki potensi penyebab terj adinya kerusakan skala rendah sel- sel di seluruh tubuh.

Sistem pengunyahan sebenarnya tidak terpengaruh langsung oleh pengaruh ketuaan, nam un dem ikian secara gradual terj adi j uga penurunan sekresi asam dan enzim . Dinding usus ( intestinal) m enj adi kurang perm eabel terhadap nutrisi. Sebagai akibatnya adalah berkurangnya pencernaan m akanan dan absorbsi m olekular. Selain itu, orang lanj ut usia cenderung m enggunakan obat- obatan tipe cathart ic untuk m engosongkan lam bung. Penggunaan laksansia m engandung m inyak m ineral dicam pur dengan vit . D dan A secara um um cenderung m em aksa m akanan m elewati usus besar sebelum nutrisi sem pat dicerna dan diabsorbsi, m engakibatkan terj adi deteriorasi organ tubuh itu sendiri dan j uga m engurangi kem am puan penyam paian inform asi m elalui susunan syaraf pusat.
Sebanyak 65 sam pai 70% penduduk lanj ut usia m enunj ukkan kem unduran pendengaran setelah berum ur 80 tahun dan 5% dari populasi usia di atas 65 tahun dapat dikatakan tuli secara fungsional. Ketulian dini terlihat terutam a pada frekuensi suara yang tinggi. Banyak m anusia lanj ut usia m enderit a Meniere’s disease, suat u sindrom dengan ciri- ciri pem bengkaan telinga bagian dalam , terasa m endengung, m enurunnya pendengaran dan vert igo. Manula yang kehilangan pendengaran kem ungkinan m enghadapi m asalah besar dalam m em bedakan suara. Mereka m ungkin m engalam i m asalah m em bedakan antara bunyi dan percakapan.
Pada beberapa orang penglihat an berubah disebabkan oleh ket uaan. Mungkin t erj adi degenerasi syaraf opt ik. Kedalam an bola m at a sering

Pidat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar Tet ap Universit as Sum at era Ut ara
m endangkal m enyebabkan terj adi rabun dekat (farsighted) . Hilangnya kelenturan lensa m eningkatkan waktu yang diperlukan untuk m em fokuskan m at a. Penguningan lensa dan t erbent uknya kat arak m enyebabkan diperlukan lebih banyak volum e cahaya agar bisa m elihat lebih j elas. Pasien usia 80 tahun m em erlukan ilum inasi sebanyak 3 kali lebih besar dari yang diperlukan oleh anak usia 20 t ahun. Persepsi warna j uga m enurun disebabkan oleh karena perubahan pada lensa. Akom odasi besar pupil terhadap variasi int ensitas cahaya t erj adi lebih perlahan sehingga pasien lanj ut usia sering lebih sensitif terhadap perubahan sinar dari ilum inasi yang rendah ke yang tinggi.
Perubahan pada kualit as suara dan pola bicara sering t erj adi. Perubahan otot-otot pada dinding dada dan laring menurunkan kekuatan m enghem buskan dan m engontrol udara. Suatu penurunan pada kem am puan m ent al m ungkin m em pengaruhi pola bicara. Meskipun perbendaharaan kata-kata seseorang bertam bah banyak sej alan dengan bertam bahnya usia, waktu yang diperlukan untuk m enganalisis data yang m asuk dan pem bentukan respons j uga bertam bah panj ang. Dengan dem ikian, orang yang lebih tua cenderung lebih sering berhenti ( istirahat) sej enak sewakt u berbicara. Mereka m ungkin m engulang- ulangi cerit a at au berbicara kepada dirinya sendiri untuk m engingatkan dirinya sendiri. Dia m ungkin j uga sering m enyela ceritanya agar sem pat m engem ukakan sesuatu yang sedang dia ingat atau pikirkan sebelum hal itu terlupakan pula.
Pengaruh ket uaan pada sist em syaraf pusat m em punyai pengaruh t erhadap perawat an prost odonsia. Penj elasan m engenai t em uan diagnost ik, rencana perawatan, prosedur klinis dan instruksi kepada pasien hendaknya disam paikan secara perlahan dan dengan j elas. Seandainya pasien diharapkan untuk m em berikan suatu keputusan berkaitan dengan rencana perawatan, hendaknya diberikan cukup waktu baginya untuk m em ikirkan hal tersebut. Sangat dianj urkan agar kepada pasien diberikan instruksi tertulis agar pasien j angan m udah lupa m engenai prosedur atau teknik yang perlu dia lakukan, m isalnya dalam hal cara perawatan gigi tiruan dan sebagainya, terutam a pada pasien yang m udah kehilangan ingatannya.
4. Pengaruh nut risi
Nutrisi m em punyai pengaruh utam a pada proses penuaan. I ni m em pengaruhi environm ent sert a fungsi norm al sel- sel. Meskipun peranan diet dan nutrisi dalam m em pertahankan sistem pengunyahan belum diketahui secara m endalam , pengalam an klinis m enunj ukkan bahwa j aringan rongga m ulut pasien lanj ut usia sering bereaksi terhadap suplem en nutrisi dan diet terselubung (diet yang tidak diprogram kan) .

Pasien Prost odonsia Lanj ut Usia: Beberapa Per t im bangan dalam Perawat an
Masalah m engenai nut risi sering berkait an dengan fakt or fisik dan sosial. Pada um um nya, m akanan nut risi harganya m ahal dan sulit m enyediakannya. Karena itu, orang yang tinggal sendirian dan terikat pada penghasilan t et ap, cenderung m enghindari m akanan t inggi prot ein. Juga t erlihat bahwa Manula m em iliki kecenderungan m engkonsum si lebih banyak karbohidrat dan tepung dan hanya sedikit protein.
Penurunan sensasi pengecap dan pem bau sering dikait kan dengan kehilangan selera. Pada kebanyakan Manula kesukaran yang dihadapi dalam m endapatkan m akanan yang bergizi ( karena terlalu m ahal! ) serta m erta m enutupi m inat dan m otivasi m ereka. Selain itu, perubahan pada usus besar m enurunkan kem am puan pencernaan dan absorbsi m akanan yang dikonsum si.
Kekurangan protein adalah salah satu dari kelainan nutrisi yang paling sering dij um pai pada Manula. Jum lah prot ein yang m encukupi perlu unt uk m em pertahankan dan m em perbaiki j aringan lunak dan j aringan keras. Nitrogen dan asam am ino yang diperoleh dari protein sangat diperlukan unt uk sint esis horm on, enzim , plasm a prot ein dan hem oglobin. Pada rongga m ulut, kekurangan protein sering dikaitkan dengan degenerasi j aringan ikat gingiva, m em bran periodontal dan m ukosa pendukung basis gigi tiruan. Kekurangan protein sering j uga dikaitkan dengan percepatan kem unduran tulang alveolus dan linggir.
5. Keadaan penyakit
Pada pasien Manula insidensi penyakit kronis sem akin besar. Sebanyak 80% penduduk berusia di atas 65 tahun m em iliki salah satu bentuk gangguan kesehat an yang kronis. Unt ungnya, hanya 20% daripadanya yang m em iliki kondisi sedem ikian rupa sehingga m engganggu kegiatan sehari- hari. Sebaliknya, terlihat hanya sedikit penyakit akut yang m enyerang. Penyakit akut yang t erj adi t erbat as pada gangguan sirkulat ori atau sesuatu yang secara langsung berkaitan dengan kecelakaan, seperti patah tulang, keseleo dan lain sebagainya.
Penyakit j ant ung m erupakan j enis penyakit sist em ik kronis yang paling um um m enim pa pasien lanj ut usia, m engenai kurang lebih 50% kelom pok Lansia di at as 65 t ahun. Penyum bat an saluran pem buluh darah oleh deposit lem ak ( atherosklerosis) dan pengerasan dinding pem buluh darah ( arteriosklerosis) tidak saj a m engganggu aliran darah ke ot ot- otot j ant ung, tetapi j uga m eningkatkan j um lah pekerj aan yang harus dilaksanakan oleh j antung untuk m em om pa darah yang m engandung oksigen ke seluruh bagian t ubuh. Gej ala kelainan j ant ung berupa nyeri pada dada, pem bengkakan tungkai bawah, nafas yang pendek dan kelelahan yang berlebihan. Kegem ukan, m eskipun tidak dapat disebutkan sebagai

Pidat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar Tet ap Universit as Sum at era Ut ara

penyebab langsung, nam un hal ini dapat m em pengaruhi tekanan darah, sehingga turut berperan dalam terj adinya kelainan j antung. Kegem ukan sangat um um dij um pai pada orang lanjut usia dan sering dikaitkan dengan salah satu faktor: ( 1) terlalu banyak m engkonsum si karbohidrat, ( 2) kesulitan dalam m endapatkan m akanan berprotein tinggi, dan ( 3) penurunan kebutuhan kalori disebabkan karena m enurunnya laj u m etabolism e dan deraj at aktivitas fisik.
Kelainan paling banyak berikutnya pada m anusia lanj ut usia adalah artritis. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, tetapi sepertinya usia lanj ut adalah fakt or pendukung ut am a predisposisi t erj adinya art rit is. Meskipun artritis tidak sering m em pengaruhi sendi tem porom andibular, hendaknya selalu diperhatikan bahwa hal ini dapat terj adi. Apabila artrit is sudah m engganggu kelancaran pergerakan tangan, gigi tiruan lepasan hendaknya didesain sedem ikian rupa sehingga m udah m em asang dan m elepasnya. Pem akaian gigi t iruan perlekat an presisi at au yang m em iliki cara pem asangan yang rum it hendaknya dihindari.
Diabetes m elitus adalah penyakit yang sangat sering didapati pada pasien lanj ut usia. Bentuknya biasanya lebih ringan dibandingkan bentuk diabet es pada orang m uda ( childhood form ) dan sering t idak t erdet eksi. Meskipun penyakit ini biasanya dalam stadium rendah dan m asih dapat dirawat, tetapi cenderung dapat m em perparah keadaan berbagai penyakit degeneratif lainnya term asuk pem buluh darah, m ata, ginj al dan kelainan neurologik. Gej ala um um yang paling sering adalah keringnya rongga m ulut , perasaan haus dan banyak urine. Perawat an sering dapat dilakukan dengan kontrol diet tetapi kadang-kadang sudah diperlukan perawatan m enggunakan kandungan hypoglycem ia at au t erapi insulin. Penyakit diabetes yang tidak terkontrol m enurunkan batas am bang resistensi terhadap stres sem ua j aringan rongga m ulut dan proses penyem buhan m enj adi sangat lam bat. Keadaan xerostom ia pada pasien DM disebabkan oleh gangguan fungsi kelenj ar saliva. Jum lah produksi saliva berkurang sehingga m ukosa terasa kering, hipersensitif terhadap rangsangan, m udah teriritasi dan m engalam i infeksi oleh kerj a bakteri dan j am ur.
Em pisem a, bronkit is kronis dan kanker paru adalah bent uk kelainan pada saluran pernafasan yang paling sering m engenai pasien lanj ut usia. Terbent uknya parut m eningkat kan kekakuan j aringan pada paru- paru dan m em perkecil ukuran lum en bronki dan bronkiola. Penurunan kapasit as m enghirup udara oleh karena adanya silia m enyebabkan terj adinya penum pukan m ukus pada alveoli. Secara bersam a- sam a, hal ini m engurangi kapasitas pem berian oksigen pada darah.

Pasien Prost odonsia Lanj ut Usia: Beberapa Per t im bangan dalam Perawat an
I nsidensi osteoporosis dapat m encapai 50% pada pasien lanj ut usia, hal ini j uga m em pengaruhi t ulang alveolus. Resorbsi linggir alveolus adalah gej ala yang sering terlihat apabila daerah ini secara berket erusan m enerim a t ekanan/ beban basis gigi t iruan. Ciri- ciri adanya ost eoporosis t erlihat adanya resorbsi m asa skeletal secara m erata. Kehilangan tulang terutam a bersifat endosteal dan sedikit pada perm ukaan periosteal. Kej adian osteoporosis banyak dikaitkan dengan penggunaan terapi kortikosteroid yang terlalu lam a, intake kalsium yang rendah, dan tidur ( bed rest) yang m enahun. Ketidakpadatan tulang skeletal j uga diasosiasikan dengan t hyrot oxicosis, Cushing’s syndrom e, diabet es m elit us, dan penyakit lever. Gej ala klinis ost eoporosis ant ara lain adanya sakit pada punggung ( back pain) , postur bongkok, dan hilangnya berat badan.
Meskipun dokt er gigi t idak dibebani t anggung j awab pent ing unt uk m endiagnosa keadaan penyakit sistem ik dari pasiennya. hendaklah berhatihati terhadap akibatnya di m ana penyakit sistem ik tersebut dapat m em pengaruhi atau m engham bat dilakukannya perawatan prostodonsia. Sebagai contoh, penyakit j antung atau saluran pernafasan bisa m enj adikan ham batan bagi pasien untuk m elakukan kunj ungan berulang kali ke praktek dokter gigi. Daya bertahan pasien terhadap stres m enurun dan m enghendaki sedapatnya hanya kunj ungan yang singkat. Secara um um dapat disebutkan bahwa penyakit kronis yang serius m enurunkan adapt abilit as fisiologis dan psikologis. Terhadap pasien sepert i ini apabila m em ungkinkan, hendaknya dihindari melakukan perubahan-perubahan besar pada kondisi rongga m ulut atau bentuk gigi tiruan secara drastis.
Pasien lanj ut usia um um nya m em iliki kondisi sepert i disarikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3: Kondisi yang um um dihadapi Manula
• KETERGANTUNGAN FI SI K DAN EKONOMI • PENYAKI T KRONI S SEPERTI :
PENYAKI T JANTUNG ARTRI TI S HI PERTENSI KETULI AN DI ABETES • KESEPI AN • KEBOSANAN OLEH KARENA RASA TI DAK DI PERLUKAN

Pidat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar Tet ap Universit as Sum at era Ut ara
6. Perubahan pada rongga m ulut dan j aringan sekit ar rongga m ulut
Perubahan yang t erj adi pada rongga m ulut m irip dengan yang t erj adi pada kulit dan waj ah. Dij um pai keadaan atropi, pengurangan ketebalan m ukosa dan subm ukus, dem ikian j uga dengan kelenturan j aringan ikat. Berkurangnya vaskularisasi m enyebabkan m em buruknya nutrisi dan pem berian oksigen ke j aringan. Mukosa m enj adi peka t erhadap irit asi m ekanis, kem is dan bakteri. Waktu penyem buhan penyakit m elam bat. Perubahan m ukosa secara norm al bisa m enj adi pat ologis karena pengaruh m asalah dan kondisi sistem ik. Atropi um um dapat dikaitkan dengan m erosot nya out put est rogen karena m enopause. Radang m ukosa dapat dikaitkan dengan kekurangan vit. B12, riboflavin dan zat besi pada diet pasien lanj ut usia. Kekurangan vit. C dapat m enyebabkan lam batnya penyem buhan luka, kerapuhan kapiler dan perdarahan serta pem bangkakan pada gingiva.
Perubahan pada lidah dan pengecapan sangat um um dij um pai pada pasien lanj ut usia. Diprediksi bahwa pada usia 80 tahun sekitar 65% t est buds lidah t elah hilang. Penyakit diabet es yang t ak t erkont rol pada pasien lanj ut usia dapat sebagai penyebab utam a terj adinya lesi gingiva, xerostom ia, hiperaem ia m ukosa, palatum dan lidah terasa kering/ terbakar, hilangnya papila lidah dan m asalah vaskularisasi dini.
Kelainan oral dan perioral selain disebabkan oleh usia, banyak berkaitan dengan kondisi penyakit kronis dan m alnut risi. Penam pilan sianosis dan pallor bisa disebabkan karena penyakit pada paru- paru atau polycythem ia. Pada wanit a, peningkat an pert um buhan ram but pada m uka m ungkin sesuat u yang norm al at au dapat berkait an dengan Cushing’s syndrom e at au sindrom pascam enopause.
Kerapuhan kapiler dapat disebabkan oleh karena adanya berbagai inj uri kom pleks pada w aj ah dan pet echia m ukosa. Pengerut an kulit dan m enggantungnya jaringan perioral m erupakan dua perubahan utam a pada waj ah berkait an dengan ket uaan. Fakt or penyebab t erm asuk penurunan t onus ot ot - ot ot waj ah, penurunan elast isit as j aringan, dan hilangnya lem ak pada subkut an. Meskipun keringnya kulit sering dikait kan dengan m enurunnya sekresi sebasea, suatu kekeringan um um dari kulit dapat disebabkan karena penurunan fungsi ginj al. Hilangnya gigi atau pem akaian gigi tiruan yang tidak sem purna cenderung m enyebabkan perubahan kontur dan bentuk waj ah. Bagaim anapun j uga, perlu dicatat bahwa m eskipun dibuatkan suatu gigi tiruan yang terbaik, tidaklah m enj am in akan diperoleh perbaikan tekstur perm ukaan kulit secara dram atis. Apabila pem asangan gigi tiruan terutam a dim aksudkan untuk m engurangi kerutan waj ah, j anganlah terlalu optim is karena hal itu tidak akan berhasil. Kepada pasien


Pasien Prost odonsia Lanj ut Usia: Beberapa Per t im bangan dalam Perawat an
hal ini perlu ditekankan, agar j angan m enj adi kecewa setelah pem asangan gigi tiruan.
I I I . Kaitan perubahan yang terjadi pada Manula dengan teknik peraw atan prostodonsia
Kondisi penuaan dan kelainan yang dij um pai pada m ukosa m ulut m em punyai pengaruh t erhadap t eknik pem buat an gigi t iruan. Penurunan resiliensi m ukosa m em perpanj ang waktu yang diperlukan untuk rekoveri j aringan set elah pem asangan gigi t iruan. Jangka wakt u unt uk pengkondisian j aringan harus diperpanj ang dan lam anya j aringan tidak dibebani gigi tiruan sebelum dilakukan cetakan harus diperpanj ang. Hilangnya elastisitas j aringan sangat m em pengaruhi kem ungkinan terj adinya pencetakan akhir yang terlalu m enekan. Karena itu sewaktu akan m elakukan pem buatan gigi tiruan, pencetakan hendaknya dilakukan m enggunakan bahan cetak yang m udah m engalir dan m encetaknya dengan sendok cetak fisiologis yang telah dilakukan border m oulding secara akurat. ( Gam bar 2)

Gam bar2:

Persiapan sendok cet ak fisiologis dengan border m ould, kem udian m elakukan pencetakan m enggunakan bahan cetak yang mudah mengalir

Dalam m enent ukan hubungan rahang pada pasien Manula, hendaknya diperhatikan teknisnya agar baik dim ensi vertikal m aupun relasi sent rik diperoleh secara akurat. Anasir gigi tiruan sebaiknya dipilih yang berbentuk non anatom is atau yang m em punyai tonj ol datar; hal ini dim aksudkan agar

Pidat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar Tet ap Universit as Sum at era Ut ara
tidak terjadi beban pengunyahan yang terlalu m em berati linggir alveolus yang dapat m em acu lebih cepat t erj adi resorbsi t ulang alveolar. Ukuran gigi sebaiknya dipilih yang relatif lebih kecil dari gigi asli pasien, dem ikian pula sewaktu m elakukan penyusunan anasir gigi tiruan agar berada tepat di atas linggir serta m em perhatikan pencapaian keseim bangan oklusi.
Oleh karena adanya penurunan resist ensi j aringan t erhadap t raum a dan waktu penyem buhan yang lam bat, harus diusahakan sebisanya agar diperoleh adapt asi j aringan dan oklusi yang akurat . Pasien disuruh t idak m engenakan gigi t iruannya set idak- t idaknya 8 j am dalam sehari. Pem ij at an j aringan m enggunakan sikat gigi lem but dan m em biarkannya istirahat terhadap beban akan m em bantu pencegahan reduksi lebih lanj ut kapiler darah. Pasien hendaknya dianj urkan agar j angan m em biasakan penggunaan gigi tiruan untuk m enggigit di depan saj a (incising) terutam a apabila gigi tiruan rahang atas berhadapan dengan gigi norm al pada rahang bawah. Penet apan t anggal kunj ungan berkala dit ent ukan berdasarkan antisipasi kebutuhan pengam atan perkem bangan perubahan yang terjadi.
Meskipun perubahan m inor pada st rukt ur t ulang alveolar secara klinis t idak m udah terlihat, adanya perubahan yang banyak dan terj adi relatif cepat hendaknya m enj adikan suatu kecurigaan kem ungkinan adanya kelainan sist em ik. Fakt or lokal yang berperan t erhadap kehilangan t ulang t erm asuk pem asangan gigi tiruan yang tidak benar dan basis yang terlalu pendek, oklusi yang tidak sem purna serta pem akaian gigi tiruan secara terus menerus (24 jam ).
Perubahan sist em neurom uskular sej alan dengan penuaan m em pengaruhi banyak aspek perawatan prostodonsia. Karena sukar untuk m em pelaj ari pola baru aktivitas otot- otot, perubahan utam a pada pola oklusal atau posisi gigi hendaknya dihindari. Seperti telah disebutkan di depan, gangguan kontrol neurom uskular j uga m erupakan kontraindikasi penggunaan j enis gigi tiruan dengan perlekatan presisi. Karena sukar untuk m enj am in oral hygiene yang baik, desain gigi tiruan sebagian lepasan hendaknya dibuat sedem ikian sehingga m udah untuk dipasang dan dilepas serta m em iliki self cleansing yang baik.
Penurunan sensor propriosept ik, m enurunnya kont rol pergerakan ot ot - ot ot dan ketepatan pergerakan m andibula, m enyebabkan sukar untuk m endapat kan cat at an int eroklusal yang t epat . Pasien lanj ut usia m ungkin m em iliki m asalah dalam m endapatkan gerakan m andibula yang benar dan sering tidak bisa m em pertahankan posisi rahang selam a m enunggu bahan cetak m engeras. Berdasarkan hal ini perlu dilakukan dulu latihan pergerakan m andibula sebelum nya dan pencatatan hubungan rahang

Pasien Prost odonsia Lanj ut Usia: Beberapa Per t im bangan dalam Perawat an
dilakukan m enggunakan bahan cetak yang kaku. Bahan pencatat hubungan rahang yang sering digunakan untuk ini adalah m alam pencatat, karena bahan ini dapat diulangi apabila diperlukan.

Pada pasien yang akan m engenakan gigi t iruan pert am a kali, perubahan neurom uskular bisa m em perbesar waktu yang diperlukan untuk adaptasi gigi tiruan. Kepada pasien perlu diaj arkan bahwa m asalah ini dialam i oleh sem ua pem akai gigi tiruan. Suruh pasien m em biasakannya dem i kepentingan dirinya sendiri sehingga gigi tiruan tersebut lam a kelam aan terasa m enj adi bagian dari organ rongga m ulut.
Perubahan pada kelenj ar ludah disebabkan karena penggant ian sel- sel parenkim dengan j aringan lem ak dan adanya at ropi pada sistem saluran kelenj ar ( duct system ) m enyebabkan penurunan aliran saliva pada pasien lanj ut usia. Xerostom ia yang parah j arang terj adi kecuali kalau perubahan usia disertai dengan adanya gangguan penyakit sistem ik, terapi sinar, dan/ atau penggunaan obat- obatan untuk m engurangi saliva.
Manifest asi penyakit DM di rongga m ulut yang m engenai j aringan lunak pendukung basis gigi tiruan dapat berupa terj adinya infeksi disebabkan radang lokal yang kronis. Keadaan infeksi bisa diawali oleh kerj a kandida albikan yang bersifat patogen. Selain itu edem a m ukosa dapat disebabkan karena kom plikasi DM. Pencet akan unt uk pem buat an gigi t iruan yang dilakukan pada keadaan edem a m ukosa pendukung belum terelim inasi m enyebabkan basis gigi tiruan yang dihasilkan tidak beradaptasi dengan baik terhadap m ukosa di bawahnya. Hal ini m enyebabkan retensi dan stabilisasi berkurang, ketidaknyam anan bagi pasien serta kegagalan pencapaian fungsi gigi t iruan. Pada pasien yang m enderit a DM lebih lanj ut dapat disertai dengan kondisi xerostom ia disebabkan berkurangnya produksi saliva. Selain m enyebabkan perasaan panas pada m ukosa m ulut, kekeringan ini m enyebabkan m enurunnya daya adhesi antara basis gigi tiruan lepasan dengan m ukosa m ulut m aupun daya kohesi cairan saliva sehingga m engurangi retensi gigi tiruan.
Pada pasien xerost om ia, perlu dihindari penggunaan bahan cet ak plast er. Plast er m engabsorbsi kelem baban dan akan berpengaruh lebih lanj ut t erhadap kekeringan j aringan. Pasien dengan xerost om ia berat m ungkin m erasa sangat t idak enak m em akai gigi t iruan. Pengenaan gigi t iruan hendaknya dibatasi waktunya serta baik diberikan kum ur-kum ur yang m engandung gliserin. Apabila dianggap perlu, dapat dibuatkan gigi tiruan dengan basis yang dim odifikasi dengan pem berian rongga yang diisi saliva t iruan. ( Gam bar 3)

Pidat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar Tet ap Universit as Sum at era Ut ara
C Gam bar 3: A. Reservoir ( rongga unt uk diisi saliva
tiruan) pada gigi tiruan rahang bawah. B. Reservoir pada gigi t iruan rahang at as. C. Bahan saliva t iruan.
Bila gigi posterior telah hilang cukup lam a, sering dij um pai pem besaran lidah. Pasien sepert i ini m ungkin m ungkin m erasakan pem asangan gigi tiruan m engganggu ruangan untuk lidah. Kepada pasien seperti ini beberapa klinisi m enganj urkan penggunaan pre prosthodontic “ bubble- gum ” therapy. Dalam waktu sem inggu pasien disuruh m engunyah bubble gum ( perm en karet) dengan volum e sem akin besar, dengan ini diharapkan agar pasien m enj adi lebih m udah beradaptasi dengan ketebalan basis gigi tiruan yang akan dipasangkan. Oleh karena ret ensi dan st abilit as gigi t iruan di dalam m ulut pada skala tertentu bergantung pada kemampuan pengontrolan bibir, pipi dan lidah, m aka m asalah neurom uskular dapat m em pengaruhi kem am puan keberhasilan pem akaian gigi t iruan. Pasien yang t idak berhasil m engontrolnya hendaknya diberitahu bahwa proses adaptasi m em ang sering sukar dan cukup lam a. Perlu diingat kan j uga kepada pasien perlunya m engenakan gigi tiruan sewaktu m engunyah m akanan sehingga bolus m akanan dapat dicerna dengan baik di dalam m ulut sebelum m enelannya. Dengan dem ikian diharapkan nutrisi yang terserap di dalam usus akan sesuai dengan program diet yang dilaksanakan sehingga kondisi kesehatan m enj adi lebih terkendali. I ntake nutrisi dalam takaran yang telah ditentukan tetapi tidak dicerna dengan baik sebelum ditelan disebabkan gigi tiruan tidak dipakai sewaktu m akan, hanya dipakai untuk fungsi pengucapan dan estetis, m enyebabkan program diet yang dij alankan tidak berhasil. Perubahan pada sel- sel dan subst ansi dasar periodonsium serupa dengan perubahan j aringan ikat di seluruh bagian t ubuh. Perubahan yang paling sering terlihat pada periodonsium berkaitan dengan proses penuaan adalah berkurangnya suplai darah dan m enurunnya oksidasi serta pem berian nut risi. Migrasi uj ung perlekat an gingiva t erj adi secara gradual, t idak hanya

Pasien Prost odonsia Lanj ut Usia: Beberapa Per t im bangan dalam Perawat an
terbatas pada perubahan perlekatan gingiva tetapi total luas perlekatan j uga m enurun. Karena level tulang alveolus selalu berada lebih ke apeks dari gingival attachm ent m aka pergeseran gingival attachm ent sepanj ang proses destruksi serat-serat gingiva disertai dengan kehilangan tulang dari puncak alveolus. Serat yang tertinggal bertam bah tebal, kurang elastis dan lebih banyak kalsifikasi. Seringnya terlihat m ahkot a klinik yang m em anj ang dan berkurangnya dukungan periodontal m erupakan pertim bangan penting dalam m endesain gigi tiruan lepasan pada pasien lanj ut usia.
I V. Kesim pulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disim pulkan:
• Jum lah populasi lansia t erus m eningkat sej alan dengan kem aj uan t ek nologi.
• Mereka m em erlukan kualit as perawat an yang sam a dengan pasien nor m al.
• Tem peram en em osi m ereka cenderung kem bali kekanak- kanakan.
• Tingkat pergeseran em osi bervariasi t ergant ung pada t ipe em osi m er ek a.
• Kesehatan dan kekuatan m ereka m enurun.
• Sering m engidap berbagai penyakit degeneratif m aupun sistem ik tertentu yang m em pengaruhi tipe perawatan prostodonsia yang dapat dilakukan.

• Penj elasan m engenai t em uan diagnost ik, rencana perawat an, prosedur klinis dan instruksi kepada pasien perlu disam paikan secara perlahan dan dengan j elas.
• Seandainya pasien diharapkan untuk m em berikan suatu keputusan berkaitan dengan rencana perawatan yang akan dilakukan, agar diberi cukup waktu baginya untuk m em ikirkan hal tersebut.
Perawat an prost odonsia t erhadap pasien lanj ut usia hendaknya didasarkan pada keperluan pasien terus tum buh dengan nyam an sam bil m em pert ahankan ident it as pribadinya. Pem buat an gigi t iruan hendaknya disesuaikan dengan kondisi pasien dan m elakukan teknik pendekatan serta m odifikasi perawatan yang tepat sehingga gigi tiruan yang dihasilkan dapat m em enuhi fungsi pengunyahan, bicara dan m engem balikan estetis serta m encegah terj adinya kerusakan lebih lanj ut j aringan rongga m ulut.
Sebelum dilakukan perawatan prostodonsia perlu dilakukan pem eriksaan dan evaluasi kondisi sist em ik dan rongga m ulut . Pasien hendaknya

Pidat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar Tet ap Universit as Sum at era Ut ara
diingatkan m engenai keadaan gigi tiruan yang akan dia terim a serta apa peranannya dalam usaha m encapai keberhasilan yang dikehendaki, m aupun untuk m em pertahankan keadaan kesehatan yang ada.
Perawat an hendaknya dipusat kan pada ret ensi dan st abilit as gigi t iruan dan m em pertahankan gigi geligi asli yang m asih ada sepanj ang dim ungkinkan. Oleh karena penurunan kem am puan m ent al dan fisik, beberapa t ipe gigi tiruan interim atau transisional perlu dipertim bangkan sebagai alternatif terhadap kem ungkinan keharusan pencabutan sem ua gigi yang m asih ada dalam waktu yang singkat; dengan dem ikian pasien terhindar dari keharusan m enerim a perubahan kondisi rongga m ulut secara radikal. Hendaknya diusahakan tidak m elakukan perubahan yang drastis. Apabila perlu m elakukan suatu perubahan besar, hal itu hendaknya dilakukan dalam j angka waktu yang cukup panj ang. Setiap tingkatan perawatan hendaknya hanya m enyangkut perubahan fungsional yang kecil.
Prosedur t eknis dalam pem buat an gigi t iruan hendaknya dilakukan dengan kualit as yang t erbaik. Terut am a t erhadap pasien yang m em iliki kelem ahan dalam m enggerakkan tangannya untuk m em asang dan m engeluarkan gigi tiruan, perlu dibuatkan gigi tiruan yang m udah dipasang serta m em iliki sifat self cleansing yang baik.
Masalah berkait an dengan penanganan perawat an yang t im bul disebabkan ketuaan pasien harus diterim a dengan layak oleh operator dan berusaha m engatasi sebaik- baiknya dengan m em perhatikan tipe em osi pasien. Operat or harus m enunj ukkan perhat ian dan sim pat i t erhadap keinginan pasien serta berusaha sebisa- bisanya untuk m em enuhi keinginan yang dikem ukakan penderita. Dengan dem ikian selain keberhasilan m em buatkan gigi tiruan yang baik, pasien akan m enerim anya dengan puas serta term otivasi untuk m em elihara kebersihannya sesuai dengan teknik pem bersihan m aupun waktu pem akaian dan selang waktu m elepasnya sesuai dengan instruksi yang diberikan.
Dengan dem ikian pasien diharapkan dapat m enikm ati m asa tuanya dengan penuh sukacita, bukan dengan m erana.
Ucapan Terim a Kasih
Pada akhir pidat o pengukuhan ini, perkenankanlah Saya m enyam paikan puj i syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa at as rahm at dan karunia yang Dia berikan sehingga m em beri kesem patan bagi saya m elaksanakan am anah sebagai Guru Besar Universit as Sum at era Ut ara pada Fakult as Kedokt eran Gigi USU.

Pasien Prost odonsia Lanj ut Usia: Beberapa Per t im bangan dalam Perawat an
Perkenankan pula saya unt uk m enyam paikan beberapa ungkapan hat i sert a rasa terim a kasih saya.
Saya ucapkan terim a kasih yang sebesar- besarnya kepada pem erintah Republik I ndonesia m elalui Ment eri Pendidikan Nasional at as kepercayaannya dan kehorm atan yang diberikan kepada saya untuk m em angku j abat an Guru Besar ini.
Kepada Rekt or Universit as Sum at era Ut ara, Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H, Sp.A( K) ., Anggot a Maj elis Wali Am anat USU, Badan Pert im bangan Universit as Sum at era Ut ara, Dekan, Pudek, Badan Pert im bangan Fakult as Kedokt eran Gigi USU, Saya ucapkan t erim a kasih at as pengusulan dan pengukuhan saya sebagai Guru Besar.
Kepada sem ua Guruku, m ulai dari SR, SMP, SMA, FKG USU, Pascasarj ana UNAI R, Post Graduat e Course Program m e di t he Vict oria Universit y of Manchest er, UK, Saya m enyam paikan horm at dan t erim a kasih sebesarbesarnya karena m elalui m erekalah saya dapat sam pai kepada kondisi sekarang ini. Dem ikian pula kepada sem ua sivit as akadem ika USU m ulai dari para pegawai, dosen dan m ahasiswa, karena bersam a m erekalah saya bisa m elakukan berbagai interaksi akadem ik. Khususnya pada kesem patan ini Saya m enyam paikan rasa horm at dan terim a kasih yang sebesarbesarnya kepada Prof. dr. Bacht iar Ginting MPH ( alm .) , dr. Syarikat Tarigan, Sp.A. ( alm .) , Prof. dr. Pengarapen Tarigan, Sp.PD- KGEH, dan Prof. Dr. Tonel Barus, yang kat a- kat a dan dorongan beliau m em buat saya t et ap tabah dan m em acu saya untuk j alan terus sam pai m encapai prestasi ini. Dem ikian pula kepada Guru Besar saya dan rekan- rekan di Universit as Manchest er, England, Dr. E.C. Com be, Ph.D., D.Sc., C.Chem ., FRSC, Prof. Alan A. Grant , Dr. David Wat t , Ms. Juli, Mr. Robin, Mr. Darren, Ms. Agnes, Ms. Clare St ableford, Mr. I sm ael J. Pat el dan lainnya yang t idak dapat Saya sebutkan satu persatu.
Kepada keluarga besar Depart em en Prost odonsia Fakult as Kedokt eran Gigi USU, Saya m enyam paikan t erim a kasih yang sebesar- besarnya. Anda sem ua sangat berarti bagi saya. Dem ikian pula kepada sem ua staf pengaj ar dan pegawai term asuk yang sudah pensiun dan beliau- beliau yang telah m endahului kita, Saya m enyam paikan terim a kasih dan rasa horm at saya kepada Anda sem ua. Ucapan t erim a kasih Saya sam paikan kepada kolega di FKG Airlangga, UI , Unpad dan Gaj ah Mada yang t elah sam a- sam a berkecim pung di dunia Kedokt eran Gigi dan t urut m em bent uk pribadi saya. Khususnya Saya m au m enyam paikan terim a kasih kepada drg. Arnus Suparnaf Bradley, Sp. Ort h., Prof. Dr. Moendiyah Mocht ar, Sp. Ort h., Prof. drg. Hart ono ( alm .) , Dr. drg. Krisnowat i, drg. Suzanna, M.S., drg. Nieke S. Karim , M.S., Prof. Dr. drg. Soeprapt o, M.S. ( alm .) dan lainnya. Sem oga


Pidat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar Tet ap Universit as Sum at era Ut ara
sebagai Guru Besar saat ini, saya diberi kem am puan unt uk m em berikan yang t erbaik kepada kehidupan akadem ik di lingkungan Universit as Sum at era Ut ara d