Pengaruh Aplikasi Modern Dressing terhadap Kepuasan Pasien dalam Perawatan Luka Diabetes di Klinik Perawatan Mandiri

(1)

PENGARUH APLIKASI MODERN DRESSING TERHADAP

KEPUASAN PASIEN DALAM PERAWATAN LUKA

DI KLINIK PERAWATAN LUKA MANDIRI

TESIS

Oleh

INDRA HIZKIA P

117046004/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH APLIKASI MODERN DRESSING TERHADAP

KEPUASAN PASIEN DALAM PERAWATAN LUKA

DI KLINIK PERAWATAN LUKA MANDIRI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Keperawatan (M.Kep) dalam Program Studi Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi Administrasi Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Oleh

INDRA HIZKIA P

117046004/ADMINISTRASI KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal: 23 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D

Anggota : 1. Rosina T., S.Kp., M.Kep., Sp. KMB 2. Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes 3. Yesi Ariani, S.Kep., Ns., M.Kep., CWCC


(5)

(6)

Judul Tesis : Pengaruh Aplikasi Modern Dressing terhadap

Kepuasan Pasien dalam Perawatan Luka Diabetes di Klinik Perawatan Mandiri

Nama Mahasiswa : Indra Hizkia P

Nomor Induk mahasiswa : 117046004

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Minat Studi : Administrasi Keperawatan

ABSTRAK

Perawatan luka dengan menggunakan modern dressing mulai berkembang di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat dari sebelumnya sebagian besar perawat percaya penyembuhan luka yang terbaik membuat lingkungan luka tetap kering mulai berubah menjadi perawatan luka dengan metode moisture balance. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi modern dressing terhadap kepuasan pasien dalam perawatan luka diabetes di Klinik Perawatan Luka Mandiri. Penelitian ini menggunakan teknik

one group pre test dan post test pada 30 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan aplikasi modern dressing sebagian besar responden merasa tidak puas (63.3%) nilai mean 53.8 dengan kategori kepuasan mean 2.40. Sedangkan hasil kepuasan responden yang didapatkan setelah dilakukan perawatan luka dengan aplikasi modern dressing adalah sebagian besar merasa sangat puas ( 60.0%) dan sebagian kecil merasa puas (40%), nilai mean 74 dengan


(7)

mean kategori kepuasan sebesar 3.60. Hasil analisa data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepuasan pasien sebelum dengan sesudah dilakukan perawatan luka modern dressing dengan menggunakan uji paired t-test dengan hasil p= 0.000, α=0.05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan kepuasan pasien sebelum dan sesudah aplikasi modern dressing. Peneliti menyarankan agar klinik perawatan luka mandiri dapat mempertahankan kepuasan pasien dalam perawatan luka menggunakan modern dressing dan menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya tentang modern dressing.


(8)

Title of the Thesis : The Influence of the Application of Modern Dressing on Patients’ Satisfaction in Diabetes Wound Care in Mandiri Wound Care Clinic Name of Student : Indra Hizkia P

Std. ID Number : 117046004

Study Program : Master in Nursing Science Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

The science of wound medication begins to develop in Indonesia. In those days, most nurses used to believe that the best way to heal wound was by making the area around the wound dry, but today wound is healed by using moisture balance method. The objective of the research was to know the influence of the application of modern dressing on patients’ satisfaction in diabetes wound medication in the Mandiri Wound Care Clinic. The research used one group pre-test and post-pre-test technique on 30 respondents. The result of the research showed that most of the respondents 63.3% before the application of modern dressing (pre-test) felt “dissatisfied”, and only 3.3% felt “very satisfied”; the mean value was 53.8 with mean category of satisfaction was 2.40. Most of the respondents 60.0% after the wound medication, with the application of modern dressing (post-test) felt “very satisfied”, and 40% felt “satisfied”; the mean value was 74, with mean category of satisfaction was 3.60. The result of the data analysis with paired


(9)

t-test showed that there was the increase of patients’ satisfaction before and after

wound medication, using modern dressing at p=0.000, α=0.05, so that pvalue

<0.05. The result of the research as a whole concluded that the application of modern dressing had increased patients’ satisfaction in diabetes wound medication. It is recommended that Mandiri Wound Care Clinic can maintain patients’ satisfaction in wound medication, using modern dressing and becomes the basis for the future research on modern dressing.


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tesis dengan judul “ Pengaruh Aplikasi Modern Dressing Terhadap Kepuasan Pasien Dalam Perawatan Luka Diabetes di Klinik Perawatan Luka Mandiri”.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU), dr. Dedi Ardinata, M.Kes beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister Keperawatan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU sekaligus sebagai pembimbing I dan Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, WOC (ET) N, selaku pembimbing II yang sudah banyak membantu dan membimbing penulis mulai dari penyusunan proposal sampai dengan penyelesaian laporan tesis ini. Terima kasih banyak atas waktu yang telah Bapak dan Ibu luangkan untuk membimbing saya dan mohon maaf apabila ada sikap maupun perilaku saya yang tidak berkenan di hati Bapak dan Ibu selama saya melakukan bimbingan.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes dan Yesi Ariani, S.Kep., Ns., M.Kep selaku komisi penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam penyelesaian laporan tesis ini.


(11)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Klinik Perawatan Luka Mandiri EdWocare Langsa dan Asri Wound Care Medan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di klinik yang Bapak pimpin. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi anda yang merupakan staff perawat di klinik perawatan luka yang sudah bersedia membantu penulis dalam melakukan perawatan luka dan berkomunikasi dengan pasien yang menjadi responden. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Klinik Perawatan Mandiri Family Wound Care karena telah membantu dalam mengumpulkan data penelitian dan responden dalam uji reliabilitas kuesioner.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang telah yang telah banyak memberikan dorongan moril dan bantuan dana dalam penyelesaian proposal sampai dengan tesis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua adik saya yang telah membantu dan memberikan dukungan moral, dan meluangkan waktu untuk mengantar dan mengcopy bahan tesis.

Akhirnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rekan-rekan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Angkatan I 2011/2012 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi dorongan untuk menyelesaikan laporan tesis ini.

Penulis menyadari laporan Tesis ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun


(12)

demi kesempurnaan tesis ini dan harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, 23 Agustus 2013 Penulis


(13)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Indra Hizkia P., S.Kep., Ns. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 22 Juli 1983

Alamat : Jl. Payabakung No. 13 III/C, Km.15, Diski -20351-

No. Telp./Hp : 081 370 90 6851

Riwayat Pendidikan :

Jenjang Pendidikan Nama Institusi Tahun Lulus

SD SD RK Deli Murni Diski 1996 SLTP SLTP Santo Thomas 3 Medan 1999 SMU SMU Santo Thomas 2 Medan 2002 Diploma III Akper Santa Elisabeth Medan 2005 Ners PSIK Universitas Sumatera Utara 2008 Magister Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013

Riwayat Pekerjaan:

Perawat di RS Santa Elisabeth Medan Pada Tahun 2005 Perawat di RS Insani Stabat Pada Tahun 2006

Staf Dosen di STIKes Santa Elisabeth Medan mulai 2009 s.d sekarang Pembantu Ketua III Bagian Kemahasiswaan di STIKes Santa Elisabeth Medan mulai 2012 s.d sekarang


(14)

Kegiatan akademik selama studi:

Workshop Analisis data dengan Kontents Analysis & WEFT-QDA diMedan tanggal 31 Januari 2012 sebagai Peserta

Seminar Penelitian Kualitatif sebagai Landasan Pengembangan Pengetahuan Disiplin Ilmu Kesehatan di Medan tanggal 31 Januari 2012 sebagai Pembicara

In The 3 rd International Nursing Conference “Bringing Current Research Into Nursing Practice for Improving Quality of Care” di Bandung tanggal 21 – 22 Maret 2012 sebagai Peserta

Optimalisasi Kolaborasi Perawat –Dokter dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan di Medan tanggal 20 Juli 2012 sebagai Peserta Oversea study visit “Nursing Administration in Hospital and Healthcare

System in Thailand” di Thailand tanggal 18 – 20 Februari 2013 sebagai Peserta

Seminar Keperawatan “Aplikasi Action Research dalam Pengembangan Audit Dokumentasi Keperawatan” di Medan tanggal 8 Mei 2013 sebagai Peserta


(15)

Publikasi:

Hizkia, I., Setiawan, Tarigan, R. (2013). Pengaruh Aplikasi Modern Dressing Terhadap Kepuasan Pasien Dalam Perawatan Luka Di Klinik Perawatan Luka Mandiri. Jurnal Riset Keperawatan Indonesia, 1 (2).

Proceeding:

Hizkia, I., Setiawan, Tarigan, R. (2013, 1-2 April). Modern Dressing in Wound Healing In Hospital. Oral presentation at 2013 Medan International Nursing Conference on The Application of Caring Sciences on Nursing Education Advanced Research and Clinical Practice in Medan.


(16)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR SKEMA ... xiv

LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 . Latar Belakang ... 1

1.2 . Permasalahan ... 6

1.3 . Tujuan Penelitian ... 6

1.4 . Hipotesa Penelitian ... 6

1.5 . Manfaat Penelitian 1.5.1 . Praktik Keperawatan ... 7

1.5.2 . Pendidikan Keperawatan ... 7

1.5.3 . Penelitian Keperawatan ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Perawatan Luka ... 8

2.1.1 Pengertian Luka ... 8

2.1.2 Proses Penyembuhan Luka ... 11

2.2 Kepuasan Pasien ... 13

2.2.1 Defenisi Kepuasan ... 13

2.2.2 Defenisi Kepuasan Pasien ... 14

2.2.3 Mengukur Tingkat Kepuasan Pasien / Klien ... 15

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Klien ... 16


(17)

2.3.1 Defenisi Modern Dressing ... 22

2.3.2 Manfaat Modern Dressing ... 23

2.3.3 Pemilihan Balutan Luka ... 23

2.3.4 Pemilihan Terapi ... 24

2.3.5 Jenis-jenis Balutan dan Terapi Alternative Lainnya ... 25

2.3.6 Implementasi ... 27

2.3.7 Evaluasi dan Monitoring Luka ... 29

2.3.8 Dokumentasi Perawatan Luka ... 29

2.4 Teori Keperawatan Dorothy E. Orem ... 29

2.4.1 Konsep ... 29

2.4.2 Teori Keperawatan ... 31

2.5 Kerangka Penelitian ... 34

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Desain Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 35

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 40

3.6 Variabel dan Defenisi Operasional ... 42

3.7 Metode Pengukuran Data ... 43

3.8 Uji Validitas dan Reabilitas ... 44

3.9 Metode Analisis Data ... 45

3.10Pertimbangan Etik ... 46

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 48

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 48

4.2 Data Demografi Responden ... 49

4.3 Kepuasan Responden ... 51

4.4 Pengaruh Aplikasi Modern Dressing Terhadap Kepuasan Responden ... 52


(18)

5.2 Pengaruh Aplikasi Modern Dressing Terhadap Kepuasan Pasien

dalam Perawatan Luka ... 57

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 59

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Simpulan ... 61

6.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Balutan Kombinasi dalam Perawatan Luka ... 28

Tabel 3.1 Distribusi Penentuan Sampel Berdasarkan Populasi Menurut

Krecjie dan Morgan (1970) ... 37

Tabel 3.2 Defenisi Operasional Penelitian ... 43

Tabel 4.1 Data Karakteristik Responden Penelitian Pengaruh Aplikasi Modern Dressing terhadap Kepuasan Pasien Dalam Perawatan Luka Diabetes (n=30) ... 50

Tabel 4.2 Kepuasan Responden Sebelum Aplikasi Modern Dressing Dalam Perawatan Luka Diabetes (n=30) ... 51

Tabel 4.3 Kepuasan Responden Sesudah Aplikasi Modern Dressing Dalam Perawatan Luka Diabetes (n=30) ... 52

Tabel 4.4 Perbedaan Kepuasan Responden Sebelum dan Sesudah Aplikasi Modern Dressing Dalam Perawatan Luka Diabetes (n=30) ... 53


(20)

DAFTAR GAMBAR

Skema 2.1 Kerangka Konseptual ... 34


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Instrumen Penelitian ... 66

a. Informed Consent ... 67

b. Kuesioner Kepuasan Pasien ... 68

Lampiran 2 Biodata Expert ... 71

a. Pakar Uji Validitas Kuesioner Kepuasan Pasien ... 72

Lampiran 3 Ijin Penelitian ... 73

a. Surat Pengambilan Data dari Dekan Fakultas Keperawatan Kepada Klinik EdWocare ... 74

b. Surat Pengambilan Data dari Dekan Fakultas Keperawatan Kepada Klinik Asri Wound Care ... 75

c. Surat Persetujuan Etik Penelitian ... 76

d. Surat persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan ... 77

e. Surat Ijin Pengambilan Data dari Klinik Perawatan Luka Mandiri EdWocare ... 78

f. Surat Ijin Penelitian dari Klinik Perawatan Luka Mandiri Asri Wound Care ... 79


(22)

Title of the Thesis : The Influence of the Application of Modern Dressing on Patients’ Satisfaction in Diabetes Wound Care in Mandiri Wound Care Clinic Name of Student : Indra Hizkia P

Std. ID Number : 117046004

Study Program : Master in Nursing Science Field of Specialization : Nursing Administration

ABSTRACT

The science of wound medication begins to develop in Indonesia. In those days, most nurses used to believe that the best way to heal wound was by making the area around the wound dry, but today wound is healed by using moisture balance method. The objective of the research was to know the influence of the application of modern dressing on patients’ satisfaction in diabetes wound medication in the Mandiri Wound Care Clinic. The research used one group pre-test and post-pre-test technique on 30 respondents. The result of the research showed that most of the respondents 63.3% before the application of modern dressing (pre-test) felt “dissatisfied”, and only 3.3% felt “very satisfied”; the mean value was 53.8 with mean category of satisfaction was 2.40. Most of the respondents 60.0% after the wound medication, with the application of modern dressing (post-test) felt “very satisfied”, and 40% felt “satisfied”; the mean value was 74, with mean category of satisfaction was 3.60. The result of the data analysis with paired


(23)

t-test showed that there was the increase of patients’ satisfaction before and after

wound medication, using modern dressing at p=0.000, α=0.05, so that pvalue

<0.05. The result of the research as a whole concluded that the application of modern dressing had increased patients’ satisfaction in diabetes wound medication. It is recommended that Mandiri Wound Care Clinic can maintain patients’ satisfaction in wound medication, using modern dressing and becomes the basis for the future research on modern dressing.


(24)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka (Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.

Fenomena yang terjadi di Indonesia, sebagian besar perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering dan menggunakan cara konvensional untuk merawat luka (Junaidi, 2009). Sebab luka akut yang dirawat dengan cara konvensional akan lebih lama dalam proses penyembuhan dan tidak jarang penanganan luka menjadi lebih lama karena kurangnya pengkajian riwayat penyakit pasien oleh perawat atau dokter. Selain itu, perhatian terhadap wound care masih sangat kurang karena perawat di Indonesia masih menggunakan perawatan luka konvensional untuk memberikan


(25)

perawatan luka kepada pasien ulkus diabetikum sedangkan saat ini sudah mulai berkembang perawatan luka yang lebih canggih (Sotani, 2009).

Perkembangan wound care sangat pesat di dunia kesehatan. Metode

wound care yang berkembang saat ini adalah dengan menggunakan prinsip

moisture balance (mempertahankan luka dalam kondisi lembab). Berdasarkan penelitian, lebih efektif moisture balance untuk proses penyembuhan luka bila dibandingkan dengan cara yang konvensional (Sotani, 2009). Wound care dengan menggunakan moisture balance dikenal sebagai metode modern dressing yang memakai bahan-bahan pembalut yang lebih modern dan topical therapy yang mempunyai karakteristik dan keunggulan masing-masing sesuai dengan kondisi luka pasien. Metode tersebut belum begitu dikenal bagi perawat di Indonesia, khususnya perawat dan mahasiswa keperawatan yang ada di wilayah Semarang (Ismail, 2008).

Sebagian besar rumah sakit di Indonesia masih menerapkan prinsip perawatan luka konvensional sebagai contoh sebanyak 30 rumah sakit di Surabaya, hanya ada 3 rumah sakit yang menerapkan metode penyembuhan luka dengan cara modern. Sedangkan di Indonesia, jumlahnya lebih sedikit lagi, dari total 1012 rumah sakit hanya 25 rumah sakit atau 2.4 % yang menerapkan metode ini (Ismail, 2008). Perawatan konvensional dan modern memiliki perbedaan dan ciri khas masing-masing baik dalam teori, praktik, maupun kelebihan dan kekurangannya. Menurut Sing, et al (2011) menyatakan enam puluh persen dari kelompok modern dressing dalam merawat luka menunjukkan bersih dari organisme secara penuh dalam dua minggu, dan sekitar 90 % dalam empat


(26)

minggu meskipun hanya enam luka tidak menunjukkan bersih dari organisme di akhir minggu keempat. Di sisi lain, hanya 42 % dari luka di kelompok konvensional ditemukan steril setelah dua minggu perawatan. Setelah empat minggu pengobatan konvensional 12 (20 %) luka masih ditemukan sekumpulan organisme patogen.

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa lingkungan lembab mempercepat proses epitelisasi dan untuk menciptakan lingkungan lembab dapat dilakukan dengan menggunakan balutan semi occlusive, full occulisive dan impermeable dressing (Schulitz, et al., 2005). Menurut Haimowitz (1997), ada beberapa keuntungan prinsip moisture dalam perawatan luka, diantaranya: Mencegah luka menjadi kering dan keras, meningkatkan laju epitelisasi, menjagah pembentukan jaringan eschar, meningkatkan pembentukan jaringan dermis, mengontrol inflamasi dan memberikan tampilan yang lebih kosmetis, mempercepat proses autolysis debridement, dapat menurunkan kejadian infeksi, cost effective, mempertahankan gradient voltase normal, mempertahankan aktifitas neutrofil, menurunkan nyeri, memberikan keuntungan psikologis, dan mudah digunakan.

Penggunaan perawatan luka dengan menggunakan modern dressing

berkembang pesat dalam perawatan luka pada pasien diabetes (Sotani, 2009). Hal ini dikarenakan jumlah orang yang terkena diabetes di Indonesia menurut data WHO pada tahun 2009 mencapai 8 juta jiwa dan diprediksi akan meningkat menjadi lebih dari 21 juta jiwa pada tahun 2025. Hal tersebut yang membuat Indonesia menempati peringkat empat sebagai negara dengan jumlah yang


(27)

mengalami pasien diabetes terbanyak di dunia. Survey terhadap diabetes di Jakarta menunjukkan bahwa 1 dari 8 orang mengalami diabetes. Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, tinggal di kota maupun di desa, memiliki risiko yang sama.

Menurut Smeltzer and Bare (2001) terdapat 3 penyebab yang memicu terjadinya luka gangren pada kaki yaitu: Neuropati, gangguan vaskuler dan penurunan daya tahan tubuh. Menurut Studi di USA 75% penyandang Diabetes (DM) memiliki masalah pada kaki yaitu ganggren dan 44% diantaranya harus menjalani rawat inap. Selanjutnya studi tersebut menyebutkan 50% ± 75% beresiko menjalani amputasi (Smeltzer and Bare, 2001). Menurut Street, Edeyson and Webster (1996) menyebutkan perawatan luka ganggren membutuhkan biaya yang mahal dengan waktu penyembuhan luka sekitar 2-3 bulan

Pendataan di Ruang Perawatan Penyakit Dalam RS Ciptomangunkusumo tahun 2007 menunjukan, dari 111 pasien diabetes yang dirawat dengan masalah kaki diabetik, angka amputasi mencapai 35%, terdiri atas 30% amputasi mayor dan 70% amputasi minor. Jumlah angka kematian akibat amputasi tersebut sekitar 15%. Selain itu, data 2010-2011 justru memperlihatkan peningkatan angka amputasi menjadi 54%. Sebagian besar merupakan amputasi minor, yakni bagian bawah pergelangan kaki sebanyak 64,7%, dan amputasi mayor sejumlah 35,3%. Berdasarkan data berbagai penelitian, angka amputasi pada diabetes 15 kali lebih besar dibanding orang yang tidak menderita diabetes mellitus. Angka harapan hidup diabetes dalam 1 tahun hanya 69%, sedangkan yang tidak memiliki penyakit diabetes berkisar hingga 97%. Sementara angka


(28)

harapan hidup pasien diabetes dalam 5 tahun sebesar 44%, jauh dibawah mereka yang tidak terkena diabetes yaitu 82%. “Angka kematian atau mortalitas pasca mayor amputasi dari 1.000 pasien diabetes per tahun mencapai 273,9%, sedangkan orang yang tidak terjangkit diabetes sekitar 36,4%. Angka kematian atau mortalitas pasca minor amputasi dari 1.000 pasien diabetes per tahun sejumlah 113,4%, lebih banyak dari mereka yang tidak mengidap diabetes sebesar 36,4%,” (Waspadji, 2011)

Salah satu model keperawatan yang dapat dipakai pada perawatan pasien diabetes adalah teori keperawatan Dorothea Orem yang dikenal sebagai

Self Care Deficit Theory (SCDT) yang sudah disusun sebagai model konseptual bagi praktik keperawatan (Gail, dkk, 1987). Menurut Riehl & Roy (1974) dalam Gail (1987) menyatakan hal ini dikarenakan bahwa tujuan utama dari model konseptual adalah menjadi penuntun suatu praktik. Dalam teori tersebut, dinyatakan bahwa setiap individu dapat melakukan Self Care (perawatan diri sendiri) dimana menurut Orem (1985), self care terdiri dari tindakan yang secara bebas oleh individu untuk dilakukan agar menjaga keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hidup, kesehatan dan kesejahteraan.

Dengan adanya penggunaan teori Orem yang dapat dijadikan sebagai model keperawatan dengan menggolongkan pasien sesuai tingkat ketergantungan pasien dalam perawatan luka menggunakan tehnik modern dressing, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh perawatan luka dengan menggunakan metode modern dressing terhadap kepuasan pasien yang menderita luka diabetes.


(29)

1.2Permasalahan

Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana pengaruh aplikasi modern dressing terhadap kepuasan pasien dalam perawatan luka diabetes di Klinik Perawatan Luka Mandiri.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk identifikasi pengaruh aplikasi

modern dressing terhadap kepuasan pasien dalam perawatan luka diabetes di Klinik Perawatan Luka Mandiri.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Mengetahui kepuasan pasien sebelum dilakukan dalam perawatan luka b. Mengetahui kepuasan pasien sesudah dilakukan dalam perawatan luka

c. Mengetahui perbedaan kepuasan pasien sebelum dan sesudah dilakukan aplikasi modern dressing dalam perawatan luka

1.4Hipotesis

Hipotesa dalam penelitian ini adalah aplikasi modern dressing dapat meningkatkan kepuasan pasien dalam Perawatan Luka diabetes di klinik perawatan mandiri.


(30)

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Praktik Keperawatan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu evidance base dalam melakukan praktik perawatan luka baik di rumah sakit, klinik dan perawatan di rumah.

1.5.2 Pendidikan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi bagi pendidikan untuk dimasukkan dalam program praktik laboratorium klinik agar disusun prosedur pelaksanaan perawatan luka dan dipraktekkan dalam melakukan perawatan luka.

1.5.3 Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah wawasan dalam pengembangan perawatan luka dan dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk melanjutkan penelitian selanjutnya terkait perawatan luka.


(31)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Perawatan Luka 2.1.1 Pengertian Luka

Luka adalahkerusakan hubungan antar jaringan-jaringan pada kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Agung, 2005). Selain itu, menurut Koiner dan Taylan (2001), Luka adalah terganggunya integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengertian luka seperti Klasifikasi Luka yang diklasifikasikan dalam beberapa bagian antara lain : Tindakan terhadap Luka yaitu Luka disengaja dan Luka tidak disengaja; Integritas Luka dibagi atas Luka tertutup dan Luka terbuka; berdasarkan Mekanisme Luka dibagi atas Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Luka bersih (aseptik) secara umum tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi). Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh


(32)

kaca atau oleh kawat. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. Luka Bakar adalah kerusakan jaringan kulit yang disebabkan oleh sesuatu yang panas (bersifat membakar) yang menimbulkan panas berlebihan (Ismail, 2008)

Faktor yang mempengaruhi luka yaitu: berdasarkan usia menyatakan bahwa anak dan dewasa penyembuhan lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah; berdasarkan nutrisi menyatakan penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat, berdasarkan infeksi menyatakan infeksi luka menghambat penyembuhan (Ismail, 2008)

Kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah) mengakibatkan gangguan sirkualsi dan oksigenisasi pada jaringan. Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.


(33)

Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunkan ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka; Hematoma (bekuan darah), merupakan hal yang sering terjadi, sehingga darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi oleh tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka; berdasarkan faktor benda asing bahwa benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah putih), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (Ismail, 2008)

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri; Diabetes dengan Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh; Keadaan luka menyatakan bahwa keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu. Beberapa diantaranya adalah penggunaan obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), dimana heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat


(34)

membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka seperti steroid akan menurunkan mekanisme peradangan normal dan tubuh terhadap cedera, antikoagulan dapat mengakibatkan perdarahan, antibiotik dapat efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular (Ismail, 2008)

2.1.2 Proses Penyembuhan Luka

Menurut Sotani (2009), dalam proses penyembuhan luka dapat diklasifikasikan menjadi penyembuhan primer dimana luka diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan dan penyembuhan sekunder dimana penyembuhan luka tanpa ada bantuan dari luar (mengandalkan antibodi)

Gambar 1. Proses Penyembuhan Luka

1. Proses Inflamasi

Pembuluh darah terputus, menyebabkan pendarahan dan tubuh berusaha ntuk menghentikannya (sejak terjadi luka sampai hari ke – lima) dengan karakteristik dari proses ini adalah: hari ke 0-5, respon segera setelah terjadi


(35)

injuri pembekuan darah untuk mencegah kehilangan darah, dan memiliki ciri-ciri

tumor, rubor, dolor, color, functio laesa. Selanjutnya dalam fase awal terjadi haemostasis, pada fase akhir terjadi fagositosis dan lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

2. Proses Proliferasi

Terjadi proliferasi fibroplast (menautkan tepi luka) dengan karakteristik dari proses ini adalah: terjadi pada hari 3 – 14, disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka-luka nampak merah segar, mengkilat, jaringan granulasi terdiri dari kombinasi: fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid. Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka dan secara umum pada luka insisi, epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama

3. Proses Maturasi

Proses ini berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun dengan terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength), dilanjutkan terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya serta terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan


(36)

2.2 Kepuasan Pasien

2.2.1 Defenisi Kepuasan

Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas yang berarti merasa senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa (Poerwodarminto, 2003).

Kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan. Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan sangat puas harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabat serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut (Supranto, 2001).

Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapan. Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang, puas


(37)

individu karena antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang diberikan terpenuhi (Kotler, 2008).

2.2.2 Defenisi Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien yaitu memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasien. Namun upaya untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan (Junaidi, 2002).

Indarjati (2001) yang menyebutkan ada tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh konsumen berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan kenyataan, yaitu jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan maka konsumen akan merasa puas. Jika layanan yang diberikan pada konsumen kurang atau tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan konsumen maka konsumen menjadi tidak puas. Kepuasan konsumen merupakan perbandingan antara harapan yang dimiliki oleh konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen. Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut


(38)

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien adalah perasaan senang, puas individu karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan kesehatan.

Pasien baru merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang diperoleh sama atau melebihi harapan dan sebaliknya, ketidakpuasan atau kekecewaan pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan apa yang disebut di atas pengertian kepuasan pasien dapat dijabarkan sebagai berikut; kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkan (Pohan, 2007). Dengan demikian tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan harapan (Wijono, 2008).

2.2.3 Mengukur Tingkat Kepuasan Pasien / Klien

Jika kita akan melakukan upaya peningkatan pelayanan kesehatan, pengukuran tingkat kepuasan pasien ini mutlak diperlukan. Melalui pengukuran tersebut, dapat diketahui sejauh mana dimensi-dimensi pelayanan kesehatan yang telah diselenggarakan telah memenuhi harapan pasien.

Bentuk kongkret untuk mengukur dalam seminar survei mengemukakan ada empat aspek yang dapat diukur yaitu: kenyamanan, hubungan


(39)

Kenyaman, aspek ini dijabarkan dalam pertanyaan tentang lokasi rumah sakit, kebersihan, kenyamanan ruangan, makanan dan minuman, peralatan ruangan, tata letak, penerangan, kebersihan WC, pembuangan sampah, kesegaran ruangan dll.

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Klien

Menurut pendapat Budiastuti, 2002 dalam Tjiptono (2005) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor, antara lain :

a. Faktor internal 1. Faktor Kebudayaan

Faktor budaya memberi pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap perilaku pelanggan/klien. Faktor budaya terdiri dari beberapa komponen yaitu budaya , sub-budaya dan kelas sosial. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang mendasar dalam mempengaruhi keinginan atau kepuasan orang. Sub-budaya terdiri atas nasionalitas, agama, kelompok, ras, dan daerah geografi. Sedangkan kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen mempunyai susunan hirarki dan anggotanya memiliki nilai, minat dan tingkah laku. Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor melainkan diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, dan variabel lainnya.

2. Faktor Sosial

Faktor sosial terbagi atas kelompok kecil, keluarga, peran dan status. Orang yang berpengaruh kelompok/lingkungan biasanya orang yang mempunyai


(40)

karakteristik, keterampilan, pengetahuan, kepribadian. Orang ini biasanya menjadi panutan karena pengaruhnya amat kuat.

3. Faktor Pribadi

Faktor pribadi merupakan keputusan seseorang dalam menerima pelayanan dan menanggapi pengalaman sesuai dengan tahap-tahap kedewasaannya. Faktor pribadi klien dipengaruhi oleh usia dan tahap siklus hidup, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian/konsep diri.

Usia mempunyai dimensi kronologis dan intelektual. Dikatakan berdimensi kronologis karena bersifat progres berjalan terus dan tidak akan kembali sedangkan usia berdimensi intelektual berkembang melalui pendidikan dan pelatihan. Usia merupakan tanda perkembangan kematangan/kedewasaan seseorang untuk memutuskan sendiri atas suatu tindakan yang diambilnya. Usia juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit misal penyakit kardio vaskuler dengan peningkatan usia. Jenis kelamin merupakan sifat jasmani/fisik seseorang dan berkaitan dengan sistem reproduksi yaitu : laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin juga berhubungan dengan emosi. Pendidikan merupakan proses pengajaran baik formal maupun informal yang dialami seseorang. Hasilnya akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam mendewasakan diri.

Pendidikan berkaitan dengan harapan dimana seseorang yang tingkat pendidikannya tinggi akan mengharapkan pelayanan yang lebih baik dan lebih tinggi. Pekerjaan merupakan aktifitas jasa seseorang untuk mendapat imbalan


(41)

berupa materi dan non materi. Pekerjaan dapat mejadi faktor risiko kesehatan seseorang dan berdampak pada sistem imunitas tubuh. Pekerjaan ada hubungannya dengan penghasilan seseorang untuk berperilaku dalam menentukan pelayanan yang diinginkan. Status perkawinan sementara diduga ada kaitannya dengan gaya hidup dan kepribadian.

4. Faktor Psikologi

Faktor psikologi yang berperan dengan kepuasan yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian. Motivasi mempunyai hubungan erat dengan kebutuhan. Ada kebutuhan biologis seperti lapar dan haus. Ada kebutuhan psikologis yaitu adanya pengakuan, dan penghargaan. Kebutuhan akan menjadi motif untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan. Persepsi klien terhadap kualitas sebelum membeli produk dipengaruhi oleh citra merek dan pengalaman masa lalu (Sutojo, 2003).

Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah mempunyai pandangan “rumah sakit mahal”, cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

b. Faktor eksternal

Menurut Budiastuti (2002 dalam Tjiptono, 1997), menyatakan bahwa bagian eksternal dari kepuasan adalah :

1. Kualitas produk atau jasa dimana pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas.


(42)

Persepsi konsumen terhadap kualitas poduk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas poduk atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi perusahaan terutama iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya.

2. Kualitas pelayanan; merupakan hal yang memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

3. Harga; Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.

4. Biaya; Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.

5. Kinerja (performance), berpendapat pasien terhadap karakteristik operasi dari pelayanan inti yang telah diterima sangat berpengaruh pada kepuasan yang dirasakan. Wujud dari kinerja ini misalnya : kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan yang


(43)

diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit.

6. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), merupakan karakteristik sekunder atau karakteristik pelengkap yang dimiliki oleh jasa pelayanan, misalnya : kelengkapan interior dan eksterior seperti televisi, AC, sound system, dan sebagainya.

7. Keandalan (reliability), sejauhmana kemungkinan kecil akan mengalami ketidakpuasan atau ketidaksesuaian dengan harapan atas pelayanan yang diberikan. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh perawat didalam memberikan jasa keperawatannya yaitu dengan kemampuan dan pengalaman yang baik terhadap memberikan pelayanan keperawatan dirumah sakit.

8. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification), yaitu sejauh mana karakteristik pelayanan memenuhi standart-standart yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya : standar keamanan dan emisi terpenuhi seperti peralatan pengobatan.

9. Daya tahan (durability), berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis dalam penggunaan peralatan rumah sakit, misalnya : peralatan bedah, alat transportasi, dan sebagainya

10. Service ability, meliputi kecepatan, kompetensi, serta penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan


(44)

memberikan penanganan yang cepat dan kompetensi yang tinggi terhadap keluhan pasien sewaktu-waktu.

11. Estetika, merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca indera. Misalnya : keramahan perawat, peralatan rumah sakit yang lengkap dan modern, desain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar, kenyamanan ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk, dan sebagainya.

12. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), citra dan reputasi rumah sakit serta tanggung jawab rumah sakit. Bagaimana kesan yang diterima pasien terhadap rumah sakit tersebut terhadap prestasi dan keunggulan rumah sakit daripada rumah sakit lainnya dan tangggung jawab rumah sakit selama proses penyembuhan baik dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit dalam keadaan sehat.

13. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien. Misalnya adanya tombol panggilan didalam ruang rawat inap, adanya ruang informasi yang memadai terhadap informasi yang akan dibutuhkan pemakai jasa rumah sakit seperti keluarga pasien maupun orang yang bekunjung di rumah sakit. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor kepuasan pasien adalah : kualitas jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik produk, pelayanan, lokasi, fasilitas, komunikasi, suasana, dan desain visual.


(45)

2.3 Modern Dressing

2.3.1 Defenisi Modern Dressing

Modern dressing adalah suatu balutan modern yang sedang berkembang pesat dalam wound care, dimana disebutkan dalam beberapa literatur lebih efektif bila dibandingkan dengan metode konvensional (Rukmana, 2008). Luka dapat memproduksi eksudat mulai dari jumlah sedikit, sedang, hingga banyak. Luka dengan eksudat banyak dapat menyebabkan maserasi pada kulit sekitar luka dan luka dengan eksudat sedikit atau tidak ada eksudat dapat menjadi kering (Gitaraja, 2008).

Luka menyebabkan disentegrasi dan discontinuitas dari jaringan kulit sehingga kulit kehilangan yang fungsinya untuk memproteksi jaringan di bawahnya menjadi terganggu (Gitaraja, 2008). Tujuan utama dari modern dressing adalah penggunakan prinsip moisture balance ini mengkondisikan luka dalam keadaan lembab karena lingkungan yang lembab akan mempercepat proses penyembuhan luka (Rukmana, 2008).

Manajemen dalam modern dressing antara lain adalah pemilihan bahan topical therapy yang di dasarkan pada pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety). Oleh karena itu, tingkat kemandirian dan profesional perawat akan tampak pada pemilihan topical therapy saat melaksanakan modern dressing (Suryo, 2009).


(46)

2.3.2 Manfaat Modern Dressing

Menurut Haimowitz, dkk (1997), ada beberapa keuntungan prinsip moisture dalam perawatan luka antara lain adalah untuk mencegah luka menjadi kering dan keras, meningkatkan laju epitelisasi, mencegah pembentukan jaringan eschar, meningkatkan pembentukan jaringan dermis, mengontrol inflamasi dan memberikan tampilan yang lebih kosmetis, mempercepat proses autolysis debridement, dapat menurunkan kejadian infeksi, cost effective, dapat mempertahankan gradien voltase normal, mempertahankan aktifitas neutrofil, menurunkan nyeri, memberikan keuntungan psikologis dan mudah digunakan.

2.3.3 Pemilihan Balutan Luka

Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam

jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitaraja (2002), alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain adalah untuk mempercepat fibrinolisis dimana fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab. Selain itu, mempercepat angiogenesis dimana dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat. Selanjutnya menurunkan resiko infeksi dengan hasil kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika


(47)

dibandingkan dengan perawatan kering. Alasan lain yaitu mempercepat pembentukan growth factor karena growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab. Dan alasan lain yaitu mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif, dimana pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus memenuhi kaidah-kaidah seperti kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing), kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal), meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration), melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan, dan kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka (Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

2.3.4 Pemilihan Terapi

Dasar-dasar untuk melakukan pemilihan terapi harus berdasarkan pada apakah suplai telah tersedia, bagaimana cara memilih terapi yang tepat, bagaimana dengan keterlibatan pasien untuk memilih, bagaimana dengan pertimbangan biaya, apakah sesuai dengan SOP yang berlaku dan bagaimana cara mengevaluasi.


(48)

2.3.5 Jenis-jenis Balutan dan Terapi Alternative Lainnya

Jenis-jenis balutan modern dressing dan terapi alternative yang dapat digunakan untuk merawat dan melindungi luka adalah :

1) Film Dressing

Bentuk Semi-permeable primary atau secondary dressings, clear polyurethane yang disertai perekat adhesive, conformable, anti robek atau tergores, tidak menyerap eksudat, dapat digunakan sebagai bantalan untuk pencegahan luka dekubitus, pelindung sekitar luka terhadap maserasi, berfungsi sebagai pembalut luka pada daerah yang sulit, pembalut/penutup pada daerah yang diberi terapi salep, sebagai pembalut sekunder, transparan, bisa melihat perkembangan luka, dapat breathable, tidak tembus bakteri dan air, pasien bisa mandi, memiliki indikasi: luka dengan epitelisasi, low exudate, luka insisi. Jenis modern dressing ini memiliki kontraindikasi berupa luka terinfeksi, eksudat banyak. Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

2) Hydrocolloid

Memiliki kandungan pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers. Memiliki fungsi autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough. Bersifat occlusive yaitu hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis,

waterproof, digunakan untuk luka dengan eksudat minimal sampai sedang, dapat menjaga kestabilan kelembaban luka dan sekitar luka, menjaga dari kontaminasi air dan bakteri, bisa digunakan untuk balutan primer dan balutan sekunder, dapat diaplikasikan 5 – 7 hari serta memiliki indikasi: luka dengan


(49)

epitelisasi, eksudat minimal dan kontraindikasi: luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV. Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

3) Alginate

Terbuat dari rumput laut, membentuk gel diatas permukaan luka, mudah diangkat dan dibersihkan, bisa menyebabkan nyeri, membantu untuk mengangkat jaringan mati, tersedia dalam bentuk lembaran dan pita, kandungan calsium dapat membantu menghentikan perdarahan. Alginate digunakan pada fase pembersihan luka dalam maupun permukaan, dengan cairan banyak, maupun terkontaminasi karena dapat mengatur eksudat luka dan melindungi terhadap kekeringan dengan membentuk gel serta dapat menyerap luka > 20 kali bobotnya. Bersifat tidak lengket pada luka, tidak sakit saat mengganti balutan, dapat diaplikasikan selama 7 hari serta memiliki indikasi dapat dipakai pada luka dengan eksudat sedang sampai dengan berat seperti luka decubitus, ulkus diabetik, luka operasi, luka bakar deerajat I dan II, luka donor kulit. Dengan kontraindikasi tidak bisa digunakan pada luka dengan jaringan nekrotik dan kering. Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

4) Foam Dressings

Digunakan untuk menyerap eksudat luka sedang dan sedikit banyak, tidak lengket pada luka, menjaga kelembaban luka, menjaga kontaminasi serta penetrasi bakteri dan air, balutan dapat diganti tanpa adanya trauma atau sakit, dapat digunakan sebagai balutan primer / sekunder, dapat diaplikasikan 5-7 hari, bersifat non-adherent wound contact layer, tingkat absorbsi yang tinggi, semi-permeable dengan indikasi pemakaian luka dengan eksudat sedang


(50)

sampai dengan berat. Dressing ini memiliki kontraindikasi tidak bisa digunakan pada luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam. Contoh: Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

2.3.6 Implementasi

Dalam melakukan implementasi untuk merawat luka diperlukan beberapa pertimbangan sesuai dengan keadaan dan kondisi luka yang ada setelah dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Untuk luka dengan eksudat & jaringan nekrotik (sloughy wound) dipakai dengan tujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough tissue), sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat, berfungsi untuk merangsang granulasi dengan mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat terlebih dahulu. Balutan yang dapat dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates dan hydrofibre dressing.

Untuk luka nekrotik, dipakai bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar), memberikan lingkungan yang kondusif untuk autolysis. Diperlukan pengkajian kedalaman luka dan jumlah eksudat. Balutan yang dapat dipakai berupa hydrogels, hydrocolloid dressing.

Pada luka terinfeksi, balutan ini digunakan bertujuan untuk mengurangi eksudat, bau dan mempercepat penyembuhan luka. Perlu dilakukan identifikasi tanda-tanda klinis dari infeksi pada luka, kebiasaan wound culture – systemic antibiotic serta pengontrolan eksudat dan bau. Umumnya balutan diganti tiap hari. Balutan yang digunakan pada jenis luka ini yaitu hydrogel, hydrofibre, alginate, metronidazole gel (0,75%), carbon dressings, silver dressing.


(51)

Pada luka granulasi, balutan modern digunakan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang baru, jaga kelembaban luka, kedalaman luka dan jumlah eksudat, bersifat moist wound surface – non-adherent dressing, treatment overgranulasi. Balutan yang umum dipakai yaitu hydrocolloids, foams, dan alginates. Untuk luka epitelisasi, balutan digunakan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-surfacing”, dan umumnya balutan tidak terlalu sering diganti. Balutan yang digunakan seperti transparent films, hydrocolloids.

Selain itu, tidak jarang juga dilakukan metode pemakaian balutan dengan balutan kombinasi. Dimana balutan tidak hanya dipakai satu jenis modern dressing saja, tetapi menggabungkan beberapa jenis balutan sesuai dengan kebutuhan perawatan luka. Adapun balutan kombinasi tersebut adalah

Tabel 2.1 Balutan Kombinasi dalam Perawatan Luka Tujuan Tindakan

Rehidrasi Hydrogel + film

atau hanya hydrocolloid Debridement (deslough) Hydrogel + film/foam

Atau hanya hydrocolloid Atau alginate + film/foam Atau hydrofibre + film/foam Manage eksudat sedang

sampai berat

Extra absorbent foam

Atau extra absorbent alginate + foam Atau hydrofibre + foam


(52)

2.3.7 Evaluasi dan Monitoring Luka

Dalam mengevaluasi dan memonitoring luka, perlu diperhatikan tentang dimensi luka seperti ukuran, kedalaman luka, panjang luka, dan lebar luka. Jika memungkinkan dilakukan juga evaluasi dengan photography untuk dapat membandingkan perkembangan luka sesudah dan sebelum dilakukan perawatan. Selain itu, dapat juga menggunakan wound assessment charts, dimana menggunakan grafik, meningkatkan frekuensi pengkajian pada luka dan merencanakan perawatan/ tindakan selanjutnya pada luka

2.3.8 Dokumentasi Perawatan Luka

Dokumentasi perawatan luka sangat perlu dilakukan. Tujuannya untuk mengetahui potential masalah dari luka, dapat memberikan informasi yang adekuat sehubungan dengan luka, dapat merencanakan perawatan luka selanjutnya yang akan dilakukan dan dapat mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul akibat dari luka. Dokumentasi diharapkan dapat bersifat factual dan tidak subjektif

2.4 Teori Keperawatan Dorothy E. Orem 2.4.1 Konsep

Model Keperawatan menurut Orem dikenal dengan Model Self Care. Model Self Care ini memberi pengertian bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan,


(53)

kesehatan, kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit. Model keperawatan ini berkembang sejak tahun 1959-2001.

Model Self Care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam keperawatan diantaranya dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan atas keampuan. Self Care didasarkan atas kesengajaan serta dalam pengambilan keputusan dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan. Oleh karena itu, Model Dorothea Orem ini sudah ditetapkan sebagai model konseptual untuk praktik keperawatan karena tujuan utama dari model ini adalah sebagai panduan praktis (Riehl & Roy, 1974) dalam Wagnil, dkk, 1987.

Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam konsep kebutuhan dasar yang terdiri dari Air (udara) yaitu berupa pemeliharaan dalam pengambilan udara, Water (air): pemeliharaan pengambilan dalam air, Food (makanan): pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan, Elimination (eliminasi): pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi, Rest and Activity (Istirahat dan kegiatan): keseimbangan antara istirahat dan aktivitas, Solitude and Social Interaction (kesendirian dan interaksi sosial): pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial, Hazard Prevention (pencegahan risiko): kebutuhan akan pencegahan risiko pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan Promotion of Normality. (Wagnil, dkk, 1987)


(54)

2.4.2 Teori Keperawatan

Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperwatan Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self Care, di antaranya:

1. Perawatan Diri Sendiri (Self Care

Teori Self Care meliputi:

)

a. Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.

b. Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.

c. Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.

d. Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh. Self Care Requisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites (kebutuhan


(55)

yang berhubungan perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari kondisi pasien).

2.

Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self care secara terus menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta terdapat perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.

Self Care Deficit

3.

Teori Sistem Keperawatan merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri. Dalam pandangan sistem ini, Orem memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan diantaranya:

Teori Sistem Keperawatan

a. Sistem Bantuan Secara Penuh (Wholly Copensatory System). Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan


(56)

secara mandiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan, dan ambulansi serta adanya manipulasi gerakan.

Kriteria yang termasuk dalam perawatan luka ini adalah luka yang luas, kedalaman di atas 2 cm, luka nekrotik, memiliki pus, berbau, kemungkinan mengganggu mobilitas fisik.

b. Sistem Bantuan Sebagian (Partially Compensatory System). Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri sendiri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal. Contoh: perawatan pada pasien post operasi abdomen di mana pasien tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perawatan luka.

Kriteria dari sistem ini adalah luka yang tidak terlalu luas, kedalaman luka di bawah 2 cm, tidak ada nekrotik, terlihat jaringan yang mulai tumbuh (merah), pasien dapat bekerja sama dalam mengganti balutan luka.

c. Sistem Supportif dan Edukatif. Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agara pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan pembelajaran.

Kriteria sistem ini adalah luka sudah menunjukkan proses penyembuhan luka di atas 50%, tidak memiliki pus, mobilitas fisik tidak terganggu, jaringan nekrotik tidak ada, sudah dapat mengganti balutan mandiri.


(57)

2.5 Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual sangat dibutuhkan sebagai bahan dasar untuk berfikir apa yang akan dilakukan dalam penelitian. Kerangka konseptual yang disusun oleh peneliti antara lain :

Skema 2.1 Kerangka Konseptual

Kepuasan Pasien Diabetes yang mengalami luka di kaki Aplikasi Modern Dressing pada


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen dalam kelompok pra eksperimen tanpa pembanding menggunakan tehnik one group pre test dan post test. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi modern dressing terhadap kepuasan pasien dalam perawatan luka diabetes di Klinik Perawatan Luka Mandiri pada satu kelompok saja.

Rancangan penelitian yang dilakukan yaitu mengambil sampel dari pasien yang datang ke klinik untuk mendapatkan perawatan luka diabetes dengan menggunakan modern dressing, kemudian dilakukan pre-test kepada responden terlebih dahulu. Setelah mendapat hasil pre-test, dilakukan intervensi pada responden dan menentukan kontrak waktu untuk kembali mendapat perawatan luka selanjutnya. Saat akan dilakukannya kembali perawatan luka berikutnya, dilakukan post test pada responden untuk mengetahui bagaimana perkembangan dari kepuasan responden tersebut.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Perawatan Luka Mandiri. Lokasi ini dipilih karena merupakan klinik perawatan yang memakai Asuhan Keperawatan pada Luka Diabetes yang menggunakan modern dressing dan yang memiliki banyak pasien rawat luka diabetes. Lokasi tempat penelitian berada di Klinik Perawatan


(59)

Luka “EdWocare” di Langsa (Aceh) dan Klinik Perawatan Luka “Asri Wound Care Clinic” di Pancing (Medan).

Waktu untuk pengumpulan data penelitian dilakukan kurang lebih 6 minggu pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2013.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien-pasien yang mengalami luka diabetes dan berada di daerah klinik perawatan luka mandiri. Jumlah populasi yang menderita luka diabetes yang menjalani perawatan luka saat dilakukan survey awal berjumlah 30 orang yang sedang mendapat perawatan luka di klinik perawatan luka mandiri.

Jumlah sampel yang diambil sebagai responden dalam penelitian berjumlah 30 orang. Menurut Steidl and Thomas (2001 dalam Lewis, 2006) secara statistik ada 4 (empat) dasar yang perlu diperhatikan yaitu power (sampel), sample size (ukuran sampel), α (alfa), dan effect size (efek). Demikian hal menurut Steidl et al (1997 dalam Lewis, 2006) mengatakan bahwa effect size

adalah derajat perubahan dalam ketertarikan parameter yang disebabkan oleh partikular tindakan. Komponen-komponen ini saling terkait satu sama lain, karena

effect size, sample size dan peningkatan α, begitu juga dengan power dari sebuah studi. Menurut Krejcie dan Morgan (1970) dalam artikel tentang “Small Sample Techniques” yang merupakan divisi penelitian dari National Education Association (Asosiasi Nasional Pendidikan) yang sudah dipublikasikan sebagai formula dalam menentukan sampel menuliskan bahwa seiring dengan peningkatan


(60)

penelitian telah menciptakan suatu kebutuhan metode yang efesien dalam menentukan ukuran/jumlah sampel yang dibutuhkan yang bisa menjadi representatif yang diberikan dari populasi yang ada. Adapun formula dari penentuan sampel tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Distribusi Penentuan Sampel Berdasarkan Populasi Menurut Krejcie dan Morgan (1970)

Rumus yang digunakan oleh Krejcie dan Morgan (1970), yang menjadi ketetapan tersebut adalah :

s = X2NP(1− P) ÷ d 2 (N −1) + X 2

Ket :

P(1− P).

s = required sample size.

X2 = the table value of chi-square for 1 degree of freedom at the desired confidence level (3.841).

N = the population size.

P = the population proportion (assumed to be .50 since this would provide the maximum sample size).

d = the degree of accuracy expressed as a proportion (.05).

Populasi Sampel 10 15 20 25 30 ... 10 14 19 24 28 ...


(61)

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 30 (tiga puluh) responden dengan standar error 0.05 (α = 0.05). Pengambilan sampel dengan mengunakan teknik purposive sampling dimana pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan yang datang ke klinik perawatan luka mandiri sesuai dengan kriteria inklusi.Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah pasien baru yang mendapat perawatan luka diabetes, dapat bekerja sama, dan bersedia menjadi responden.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin pelaksanaan penelitian dari bagian pendidikan Program Studi Magister Ilmu Keperawatan dan mendapat izin penelitian dari Klinik Keperawatan Luka Mandiri. Setelah mendapatkan izin tersebut, terlebih dahulu akan dijelaskan pada pasien baru yang bersedia menjadi responden tentang prosedur, manfaat penelitian dan cara pengisian kuesioner dan memperoleh persetujuan dari responden. Pengumpulan data dilakukan sebelum pasien mendapatkan perawatan luka oleh perawat dengan cara memberikan kuesioner (pre-test). Kuesioner akan menunjukkan hasil kepuasan responden dari hasil pengalaman responden mendapat perawatan luka dengan menggunakan metode perawatan luka diluar modern dressing (metode konvensional). Setelah responden menjawab kuesioner, responden diberikan intervensi aplikasi modern dressing. Intervensi yang dilakukan antara lain perawat melakukan pengkajian luka terlebih dahulu kemudian menjelaskan keadaan luka dan proses perawatan luka yang akan


(62)

dilakukan serta modern dressing yang akan digunakan oleh responden (Lihat lampiran 3). Setelah mendapatkan intervensi modern dressing yang sesuai dengan keadaan luka, peneliti dan responden melakukan kesepakatan waktu pertemuan untuk melakukan perawatan luka dan memberikan kuesioner post aplikasi ( post-test) untuk mendapatkan hasil kepuasan responden setelah mendapat aplikasi modern dressing dalam perawatan luka diabetes.

Skema 3.1 Kerangka Kerja (Operasional) Penelitian

3.4.1 Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner dan metode yang diuraikan dibawah ini:

1. Kuesioner

Yang terdiri dari 2 buah kuesioner yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner kepuasan pasien dalam perawatan luka yang dimodifikasi dari Budiastuti (2002) tentang evaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan berdasarkan faktor internal dan eksternal. Kuesioner terdiri dari 22 pernyataan dengan rentang nilai 22 – 88 dan pernyataan berupa pernyataan negatif dan positif.

Pre-test Post-test

Kepuasan Pasien Diabetes dengan

Luka di Kaki

Aplikasi Modern Dressing pada Pasien Luka Diabetes Kepuasan Pasien Diabetes dengan

Luka di Kaki Setelah Aplikasi Modern Dressing


(63)

3.4.2 Metode

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode berupa

self-report yaitu kuesioner yang dibagikan kepada pasien baru yang bersedia menjadi responden sebelum dilakukan aplikasi modern dressing dan dibagikan kembali pada responden yang sama sesudah dilakukan aplikasi modern dressing pada saat pertemuan perawatan luka selanjutnya yang telah disepakati.

3.5 Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik Perawatan Luka Mandiri sesuai dengan kerangka penelitian terdiri dari tahap persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian yang diuraikan sebagai berikut :

1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian diawali dengan peneliti berkoordinasi dengan pemimpin klinik perawatan luka mandiri beserta perawat pelaksana untuk menyusun standar operasional prosedur dalam melakukan perawatan luka dengan mengaplikasikan modern dressing yang mencakup pemilihan balutan yang tepat oleh sesuai dengan luka diabetes yang dialami responden. Dengan adanya standar yang disusun bersama, perawat dan peneliti memiliki persepsi dan asumsi yang sama saat melakukan aplikasi modern dressing dalam perawatan luka diabetes pada responden yang dijadikan sampel penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian pengaruh aplikasi modern dressing terhadap kepuasan pasien dalam perawatan luka diabetes yang dilakukan di klinik


(64)

perawatan luka mandiri terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu tahap pre aplikasi modern dressing terhadap kepuasan pasien, tahap pelaksanaan aplikasi modern dressing dan tahap post aplikasi modern dressing terhadap kepausan pasien yang diuraikan sebagai berikut :

a. Tahap Pre Aplikasi Modern Dressing terhadap kepuasan pasien

Sebelum dilakukan aplikasi modern dressing dalam perawatan luka diabetes, terlebih dahulu diberikan kuesioner kepuasan pasien kepada pasien baru yang bersedia menjadi responden pada kedua klinik perawatan luka mandiri yang dijadikan tempat untuk meneliti. Klinik EdWocare dengan jumlah responden sebanyak 18 orang dan Klinik Asri Wound Care dengan jumlah responden sebanyak 12 orang. Kuesioner yang diberikan pada tahap pre aplikasi modern dressing dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap aplikasi balutan yang didapat oleh responden sebelumnya.

b. Tahap Pelaksanaan Aplikasi Modern Dressing

Perawat klinik melaksanakan aplikasi modern dressing setelah responden selesai mengisi seluruh pernyataan kuesioner kepuasan pasien yang diberikan. Perawat melakukan perawatan luka dan mengaplikasikan modern dressing pada luka sesuai dengan prosedur pelaksanaan yang telah disusun bersama (Lihat lampiran 2). Perawat memilih balutan modern dressing sesuai dengan paket yang tersedia dan disesuaikan dengan keadaan luka responden (Lihat lampiran 1). Setelah responden mendapat aplikasi modern dressing, perawat dan responden membuat kesepakatan untuk melakukan perawatan luka


(65)

yang berikutnya pada hari ke-3 (tiga) sampai hari ke-5 (lima) sesuai dengan kondisi/keadaan luka diabetes yang responden alami sekaligus memberikan kuesioner post test kepuasan pasien terhadap aplikasi modern dressing yang telah dilakukan sebelumnya.

c. Tahap Post Aplikasi Modern Dressing terhadap kepuasan pasien

Pada tahap post aplikasi, responden diberikan kuesioner kepuasan pasien untuk melihat pengaruh aplikasi modern dressing terhadap kepuasan pasien dalam perawatan luka diabetes. Pemberian kuesioner pada tahap post aplikasi dilakukan pada hari ke-3 (tiga) sampai hari ke-5 (lima) sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan. Pelaksanaan post aplikasi modern dressing tersebut dilakukan pada responden yang sama ketika dilakukan pre test kepuasan pasien yaitu sebanyak 18 responden di Klinik EdWocare dan sebanyak 12 responden di Klinik Asri Wound care.

3.6 Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel yang digunakan oleh peneliti ada dua kategori, yaitu Variabel bebas (independent variable) adalah Modern Dressing dan Variabel terikat

(dependent variable) adalah Kepuasan Pasien dalam perawatan luka.

Defenisi Operasional dari penelitian ini yaitu modern dressing adalah suatu metode perawatan luka dengan menggunakan balutan modern untuk membuat kondisi luka moist (lembab) dan Kepuasan Pasien adalah perasaan


(66)

senang, puas individu karena antara harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang diberikan terpenuhi (Kotler, 2008).

Deskripsi peneliti terhadap defenisi operasional penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini

Tabel 3.2 Defenisi Operasional Penelitian

No Sub

Variabel

Defenisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Kepuasan pasien dalam perawatan luka perasaan senang dan puas individu dalam memakai dan menerima pelayanan yang diberikan dalam perawatan luka dalam menggunakan balutan yang diberikan

Kuesioner Lembar kuesioner

Rentang nilai 22 – 88 Pernyataan positif dengan jawab “Sangat tidak setuju” diberi nilai 1, “Tidak setuju” diberi nilai 2, “Setuju” diberi nilai 3, dan “Sangat Setuju” diberi nilai 4.

Pernyataan negatif dengan jawaban “Sangat tidak setuju” diberi nilai 4, “Tidak setuju” diberi nilai 3, “Setuju” diberi nilai 2, dan “Sangat Setuju” diberi nilai 1.

Interval kepuasan dengan nilai 22-88 “Sangat tidak puas” dengan nilai 22-38, “Tidak puas” dengan nilai 39-54, “Puas” dengan nilai 55-71 dan “Sangat Puas” dengan nilai 72-88

3.7 Metode Pengukuran Data

Metode pengukuran yang akan dipakai dalam penyelesaian analisis data disesuaikan dengan kategori kepuasan pasien dalam perawatan luka. Pengukuran kepuasan pasien dibagi menjadi 4 kategori yaitu “Sangat tidak setuju”, “Tidak setuju”, “Setuju” dan “Sangat Setuju” dengan rentang nilai 22-88, dimana skala interval Kepuasan yang diconvert dari keempat kategori yaitu “Sangat tidak puas”


(67)

dengan nilai 22-38, “Tidak Puas” dengan nilai 39-54, “Puas” dengan nilai 55-71 dan “Sangat Puas” dengan nilai 72-88. Pernyataan positif terdapat pada nomor 4, 5, 6, 11, 12, 13, 14, 22 dan Pernyataan negatif terdapat pada pernyataan kuesioner nomor 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21. Peneliti menggunakan kuesioner yang disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan konsep teori tentang kepuasan menurut Budiastuti (2002) dan kepuasan dalam penggunaan balutan menurut Cheryl (1983) tentang evaluasi kepuasan pasien terhadap pemakaian balutan yang dimodifikasi oleh peneliti.

3.8 Uji Validitas dan Reabilitas

Penelitian ini menggunakan uji validitas isi (Content validity) yang dilakukan oleh 3 orang expert dibagian keperawatan medikal bedah dan mendapatkan CVI 0.93, sehingga keusioner yang diberikan kepada responden dinyatakan valid secara isi. Menurut Krejcie and Morgan (1970), instrumen dikatakan valid bila menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur dan memiliki nilai >0.7. Uji validitas pada tiap butir pertanyaan pada kuesioner dilakukan dengan melihat hasil nilai r tabel pada SPSS, dan didapatkan hasil masing-masing tiap butir pertanyaan dengan nilai corrected item total correlation berada diatas 0.50.

Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Reliabilitas adalah ukuran yang


(68)

menujukkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian mempunyai keandalan sebagai alat ukur, diantaranya di ukur melalui konsistensi hasil pengukuran dari waktu ke waktu jika fenomena yang diukur tidak berubah (Harrison, 2002 dalam Zulganef, 2006). Uji reliabilitas diolah dengan menggunakan SPSS 18.0 pada 10 orang responden yang telah mendapatkan perawatan luka diabetes dengan menggunakan modern dressing di Klinik Family Wound Care dan mendapat hasil reliabilitas Cronbach’s Alpha 0.964. Nilai Cronbach’s Alpha sesuai dengan kriteria Nilai menurut Tabachnick dan Fidel 2007 dalam Sunyoto (2011) menyatakan bahwa koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8 (baik).

3.9 Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah data penelitian terdistribusi normal atau tidak. Hasil yang didapatkan setelah melakukan uji distribusi data didapatkan bahwa data tidak terdistribusi dengan normal dengan melihat nilai skewness 2.4 pada pre aplikasi dan nilai Skewness

2.60 pada post aplikasi. Menurut Dahlan (2011) menyatakan bahwa jika data tidak terdistribusi normal, maka data terlebih dahulu diolah menjadi terdistribusi normal dengan menggunakan transform data. Oleh karena itu, peneliti melakukan “Transform Data” untuk mengubah data yang tidak terdistribusi normal menjadi data terdistribusi normal dan mendapatkan hasil nilai skewness 0.0018 pada pre aplikasi dan nilai Skewness 0.238 pada post aplikasi. Peneliti melakukan analisis univariat yaitu analisa yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik dari


(69)

variabel yang diteliti dengan cara mendeskripsikan nilai atau angka karakterisktik responden dan tahap selanjutnya peneliti melakukan analisis bivariat yaitu analisa data yang menggunakan tehnik uji uji paired t-test pada variabel penelitian kepuasan pre-test dan setelah itu pada post test untuk mencari dan mengetahui ada tidaknya pengaruh aplikasi modern dressing terhadap kepuasan pasien dalam perawatan luka diabetes.

3.10 Pertimbangan Etik

Peneliti mengajukan ke komite etik penelitian untuk mendapatkan persetujuan etik (ethical clearence) dalam melakukan pengumpulan data penelitian dan melibatkan manusia yang memiliki hak untuk mendapat pelayanan yang layak dan manusiawi (Lihat lampiran 1). Setelah mendapat persetujuan

ethical clearence, penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan dan izin dari Klinik Perawatan Luka Mandiri Medan dan Langsa. Setelah mendapat izin, dilakukan pengumpulan data dari responden dimana sebelumnya diberikan terlebih dahulu penjelasan kepada responden tentang tujuan dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dan meyakinkan responden bahwa informasi yang telah diberikan akan dirahasiakan (confidentiality) dan tidak akan dipergunakan dalam hal yang dapat merugikan responden.

Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap responden (Anonimity) tetapi hanya untuk mencamtumkan inisial dari nama responden atau memberi kode pada masing-masing lembar pengumpulan data yang diberikan. Kerahasiaan informasi responden dijamin


(70)

keamananannya dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Selama proses pengambilan data, tidak menimbulkan sakit secara fisik dan tekanan psikologis pada responden. Oleh karena itu, pasien yang bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent)


(71)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian quasi eksperimen dalam bagian pra eksperimen dengan tehnik one group pre test dan post test. Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 01 Mei sampai dengan 25 Juni 2013, dilakukan di dua tempat klinik perawatan luka mandiri “EdWocare” Langsa dan “Asri Wound Care” Medan. Hasil dari pengumpulan data tersebut antara lain adalah deskripsi lokasi penelitian, data demografi responden dan kepuasan responden yang akan diuraikan dengan lengkap dibawah ini.

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Klinik Perawatan Luka Mandiri yang dikelola oleh perawat. Lokasi penelitian ini dipilih karena merupakan klinik perawatan yang memakai Asuhan Keperawatan pada Luka Diabetes yang menggunakan modern dressing dan memiliki banyak pasien rawat luka diabetes. Klinik Perawatan Luka yang digunakan dalam penelitian adalah Klinik Perawatan Luka “EdWocare” di Langsa (Aceh) dan Klinik Perawatan Luka “Asri Wound Care Clinic” di Pancing (Medan).

Jumlah pasien yang melakukan perawatan luka di Klinik Perawatan Luka EdWocare tahun 2012 sebanyak 220 pasien dengan rata-rata pasien perbulan sebanyak 18 orang. Pasien yang datang untuk melakukan perawatan terdiri dari berbagai kondisi luka yang dialami. Sehingga rata-rata lama perawatan luka sesuai dengan kondisi luka yang dialami oleh pasien membutuhkan waktu penyembuhan


(72)

kurang lebih 2-3 bulan. Pasien Klinik Perawatan Luka Mandiri Asri Wound care berjumlah 243 pasien pada tahun 2012 dengan jumlah rata-rata pasien yang datang melakukan perawatan luka sebanyak 21 orang. Pasien yang datang untuk melakukan perawatan terdiri dari berbagai kondisi luka yang dialami. Sehingga rata-rata lama perawatan luka sesuai dengan kondisi luka yang dialami oleh pasien membutuhkan waktu penyembuhan kurang lebih 2-3 bulan.

Letak kedua klinik perawatan luka ini berada ditengah kota. Klinik “EdWocare” di Langsa (Aceh) bertempat di dalam RS Cut Nyak Dhien Langsa sehingga perawatan pasien luka diabetes yang dirawat inap di rumah sakit dilakukan oleh perawat luka yang berasal dari klinik “EdWocare” dan dilanjutkan ke rumah pasien sebagai Home Care. Klinik ini memiliki tenaga kerja sebanyak 4 orang yang berpendidikan D3 Keperawatan (2 orang berpengalaman 4 tahun, 1 orang berpengalaman 1 tahun dan 1 orang berpengalaman 6 bulan). Sedangkan Klinik “Asri Wound Care Clinic” bertempat di daerah Pancing dan berdekatan dengan RS Haji Medan. Klinik ini juga melakukan pelayanan rumah (home care) dan menerima konsultasi dari RS Haji dan RS GL Tobing dalam perawatan luka.

4.2 Data Demografi Responden

Data demografi responden memperlihatkan sebagian besar berusia 51-60 tahun sebanyak 19 orang (63.3%) dengan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing 15 orang (50%), jenjang pendidikan sebagian besar tamatan SMA sebanyak 13 orang (43.3%) serta memiliki pekerjaan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)