PENGARUH PENGGUNAAN PANTYLINER TERDAHAPKEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMK DI MALANG

(1)

i

PENGARUH PENGGUNAAN PANTYLINER

TERDAHAPKEJADIAN KEPUTIHAN

PADA SISWI SMK DI MALANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep) Pada Program Studi Ilmu Keperwatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Malang

Di susun Oleh :

Febriaristika Dwi Setiasari

201010420311128

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015


(2)

(3)

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Febriaristika Dwi Setiasari NIM : 201010420311128

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Pengaruh Penggunaan Pantyliner Terhadap Kejadian Keputihan Pada Siswi SMK di Malang.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, Januari 2015 Yang Membuat Pernyataan,

Febriaristika Dwi Setiasari NIM. 201010420311128


(5)

v

LEMBAR PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana

ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi

dan kusayangi Ibu dan Bapak tercinta.

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Bapak yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta danpersembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Bapak karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan dan Bapak yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu

menasehatiku menjadi lebih baik,

Sebagai tanda cinta kasihku, Tika persembahkan karya kecil ini buatmu. Terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan

inspirasi dalam meneyelesaikan Tugas Akhir ini, Terima kasih “Daniel”

Buat sahabat2ku dan teman2ku terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, traktiran, ejekkan, dan semangat yang kamu berikan selama aku kuliah, aku tak akan

melupakan semua yang telah kamu berikan selama ini.

Prof. Dr. Ir. Sujono, M.Kes dan Ibu Henik Tri Rahayu, S.Kep. NS.MS selaku dosen pembimbing skripsi saya, terima kasih banyak saya sudah dibantu selama ini, sudah

dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari ibu dan profesor.

Seluruh Dosen Pengajar S1. Keperawatan:

Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yg sangat berarti yang telah kalian berikan kepada kami…

MOTO HIDUP

Yakin, Ikhlas dan Istiqomah # Berangkat dengan penuh keyakinan

# Berjalan dengan penuh keikhlasan # dan Istiqomah dalam menghadapi cobaan


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Pantyliner Terhadap Kejadian Keputihan Pada Siswi SMK di Malang". Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Bersamaan dengan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, S.Kep., M.Kep., Sp. Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Nurul Aini, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. 3. Prof. Dr. Ir. Sujono M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing

penulis dengan sabar.

4. Henik Tri Rahayu S.Kep., Ns., MS selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan sabar.


(7)

vii

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan instansi kesehatan terutama bidang keperawatan khususnya keperawatan maternitas. Semoga Allah senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu mengingatkan kasih sayang-Nya untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, Januari 2015


(8)

viii ABSTRAK

Pengaruh Penggunaa Pantyliner Terhadap Kejadian Keputihan pada Siswi SMK di Malang

Febriaristika Dwi Setiasari1, Sujono2, Henik Tri Rahayu3

Latar Belakang: Masalah keputihan merupakan masalah yang sejak lama menjadi permasalahan bagi kaum wanita. Tidak banyak wanita yang tahu tentang keputihan dan terkadang wanita menganggap remeh masalah keputihan. Sebagian besar wanita malas untuk mengganti pakaian dalam dan banyak yang menggunakan pantyliner. Penggunaan pantyliner setiap hari justru dapat mengakibatkan infeksi, bakteri, jamur, serta bisul pada daerah kewanitaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pantyliner terhadap kejadian keputihan pada siswi SMK di Malang.

Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 90 responden, dengan teknik disproportionate stratified random sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi square dengan taraf signifikan α < 0,05

Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya tidak ada pengaruh penggunaan pantyliner terhadap kejadian keputihan pada siswi SMK di Malang. Kejadian keputihan pada siswi SMK di Malang disebabkan banyak faKtor antara lain penggunaan celana jeans ketat dan penggunaan sabun pembersih vagina.

Kesimpulan: Dengan penggunaan pantyliner dapat mempengaruhi kejadian keputihan jika tidak memenuhi syarat personal hygiene. Diharapkan pihak sekolah dapat memberikan sedikit penjelasan tentang personal hygiene yang benar.

Keyword: penggunaan pantyliner, kejadian keputihan

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang 2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang 3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang


(9)

ix ABSTRACT

Effect of Using Pantyliner to Incidence of Flour Albus on Female Student at SMK Malang

Febriaristika Dwi Setiasari1, Sujono2, Henik Tri Rahayu3

Introduction: Flour albus is an issue that has been long time be a problem for woman. Not many women knows about it and sometimes they understimate it. Most women are too lazy to change their underwear and lot of them using pantyliner. Using pantyliner every day can lead to infection, bacteria, fungi, and ulcers on feminine area. The purpose of this study was to determine the effect of using pantyliner agains incidence of flour albus in female student in SMK Malang.

Methodes: Design of this study was analytic observasional with cross sectional approach. Sampel is 90 respondents with disproportionate stratified random sampling technique. Data were analyzed using chi square test with significance level (α) < 0,05.

Result: The result showed that H0 was accepted and H1 was rejected that there was not effect of using pantyliner to incidence of flour albus on female student at SMK Malang. Incidence of flour albus on female student at SMK Malang was due to many factors, among others; the used of tight jjeans and the use of vagina soap cleaners. Conclution: It can be concluded that wear pantyliner can effect to incidence of flour albus if not qualified for personal hygiene. It can hoped that the school can give education about personal hygiene.

Keywords: using pantyliner, incidaence of flour albus

1. Student School of Nursing, Health Science Faculty, Muhammadiyah University of Malang

2. Lecture School of Nursing, Health Science Faculty, Muhammadiyah University of Malang


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAA KEASLIAN PENULISAN ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Bagi Remaja ... 6

1.4.2 Bagi Institusi Kesehatan ... 6

1.4.3 Bagi Profesi ... 6

1.4.4 Bagi Peneliti ... 6

1.4.5 Bagi Masyarakat ... 7

1.5 Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Konsep Pantyliner ... 9

2.1.1 Definisi Pantyliner ... 9

2.1.2 Efek Penggunaan Pantyliner... 9

2.1.3 Penggunaan Pantyliner Yang Tepat... 11

2.1.4 Bahan Pantyliner ... 11

2.2 Konsep Keputihan ... 12

2.2.1 Definisi Keputihan ... 12

2.2.2 Etiologi Keputihan ... 13

2.2.3 Patogenesis Keputihan ... 20

2.2.4 Gejala Klinis Keputihan ... 23

2.2.5 Diagnosis Keputihan ... 24

2.2.6 Komplikasi Keputihan ... 25

2.2.7 Penatalaksanaan Keputihan ... 27


(11)

xi

BAB III KERANGKA KONSEP ... 32

3.1 Kerangka Konsep ... 32

3.2 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB IV METODE PENELITIAN ... 34

4.1 Desain Penelitian ... 34

4.2 Kerangka Kerja (Frame Work)... 35

4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 36

4.3.1 Populasi ... 36

4.3.2 Sampling ... 36

4.3.3 Sampel ... 36

4.4 Variabel Penelitian... 37

4.4.1 Variabel Independen ... 38

4.4.2 Variabel Dependen ... 38

4.5 Definisi Operasional ... 38

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

4.7 Instrumen Penelitian ... 39

4.7.1 Uji Validitas ... 40

4.7.2 Uji Reliabilitas ... 41

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ... 42

4.8.1 Tahap Persiapan ... 42

4.8.2 Tahap Pelaksanaan ... 42

4.8.3 Tahap Pengolahan Data ... 43

4.9 Analisis Data Dan Penelitian ... 43

4.9.1 Analisis Univariat ... 43

4.9.2 Analisis Bivariat ... 43

4.10 Etika Penelitian ... 45

4.10.1 Lembar Permohonan Dan Persetujuan Responden ... 45

4.10.2 Anonimity ... 45

4.10.3 Confidentiality ... 45

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, dan Kelas ... 46

5.1.2 Karakteristik Reponden Berdasarkan Frekuensi Mengganti Pantyliner ... 47

5.1.3 Karakteristik Reponden Berdasarkan Waktu Frekuensi Mengganti Pantyliner ... 48

5.1.4 Karakteristik Reponden Berdasarkan Merk Pantyliner yang Digunakan ... 48

5.1.5 Karakteristik Reponden Berdasarkan Jenis Pantyliner yang Digunakan ... 49


(12)

xii

5.1.6 Karakteristik Reponden Berdasarkan Mengganti Celana Dalam

Perhari ... 50

5.1.7 Karakteristik Reponden Berdasarkan Menggunakan Sabun Pembersih ... 50

5.1.8 Karakteristik Reponden Berdasarkan Menggunakan Celana Dalam dan Jeans yang Ketat ... 51

5.1.9 Gambaran Kertas Lakmus pada Siswi SMK di Malang ... 52

5.1.10 Analisis Data Tentang Penggunaan Pntyliner dan Kejadian Keputihan ... 52

5.1.10.1 Penggunaan Pantyliner ... 52

5.1.10.2 Tidak Menggunakan Pantyliner ……….. 53

5.1.10.3 Menggunakan Pantyliner ……… 54

5.1.10.4 Kejadian Keputihan ... 54

5.1.10.5 Pengaruh Penggunaan Pantyliner Terhaap Kejadian Keputihan ……… 55

5.2 Hasil Analisa Data ... 55

BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil ... 57

6.1.1 Gambaran Penggunaan Pantyliner Pada Siswi SMK di Malang .. ... 57

6.1.2 Gambaran Kejadian Keputihan Pada Siswi SMK di Malang 58 6.1.3 Pengaruh Penggunaan Pantyliner Terhadap Kejadian Keputihan Pada Siswi SMK di Malang ... 59

6.2 Keterbatasan Penelitian ... 62

6.3 Implikasi untuk Keperawatan ... 63

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan ... 64

7.2 Saran ... 64

Daftar Pustaka ... 66


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional ... 39

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan, Usia, dan Kelas ……….. 47

Tabel 5.2 Hasil Crosstabulation ………. 56

Tabel 5.3 Hasil UjiChi Square ……….. 56


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 32 Gambar 4.1 Kerangka Kerja ... 35 Gambar 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Mengganti Pantyliner ... 47 Gambar 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan waktu Frekuensi Mengganti Pantyliner ... 48 Gambar 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Merk Pantyliner yang Digunakan ………. 49 Gambar 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pantyliner yang Digunakan ………. 49 Gambar 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Mengganti Celana Dalam Perhari ………. 50 Gambar 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Sabun Pembersih yang Digunakan ………. 51 Gambar 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan yang Menggunakan Celana Dalam dan Jeans yang Ketat ………... 51 Gambar 5.8 Distribusi Responden Berdaarkan Uji Tes Kertas Lakmus ……….. 52 Gambar 5.9 Distribusi Responden Berdaarkan Penggunaan Pantyliner ………... 53 Gambar 5.10 Distribusi Responden Berdaarkan Tidak Menggunakan Pantyliner 53 Gambar 5.11 Distribusi Responden Berdaarkan Menggunakan Pantyliner ……. 54 Gambar 5.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdaarkan Kejadian Keputihan 54 Gambar 5.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdaarkan Penggunaan Pantyliner ………. 55


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 70

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ……….. 73

Lampiran 3 Tabulasi ……… 74

Lampiran 4 Hasil Chi Square ………... 78

Lampiran 5 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan dan Penelitian …………. 79

Lampiran 6 Surat Telah Melakukan Penelitian ………. 80

Lampiran 7 Lembar Konsultasi ………... 81

Lampiran 8 Angket Persetujuan ………... 85

Lampiran 9 Dokumentasi ……… 86


(16)

66

DAFTAR PUSTAKA

Akpan, U.P. (2011). Incidence of Vulvovaginal Candidiasis Among Nigeria Women in Tight Fitting Underwears: The need for Counseling and Heath Education. Journal of Public and Epidemology (3(10), PP. 478-481).

Ali, R.F.M. (2012). Hubungan Frekuensi Penggunaan Celana Ketat (Jeans) dengan Kejadian Keputihan (Flour Albus) pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang. Universitas Muhammadiyah Malang

Alimul, Aziz. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Amiruddin, D. (2003). Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. Jogjakarta: LkiS Andira, Dita. (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jogjakarta: Aplus

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatyas.

Kenneth A., Hsu, Jefferey T.S. (2007). Manual of Dermatologic Therapeutis 7th edition.

Lippincott Williams and Wilkins, a Wolter Kluwer Business

Benson, Ralph C. & Martin L. Pernoll. (2009). Buku Saku Obstetri & Ginekologi, Edisi 9. Jakarta: EGC

Brockopp, D.Y. (1999). Dasar_Dasar Riset Keperawatan Edisi 2. Alih Bahasa Yasmin Asih. Jakarta: EGC

Brooks, Geo. F. dkk. (2007). Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. Jakarta: EGC

Boyke. (2008). Tanda dan Gejala Kanker Mulut Rahim. (Diakses tanggal 4 september 2014)

Chaundhary, varsha. (2012). Prevalence and determinants of vaginal Discharge among women of reproductive age Group in tertiary care hospital of northern India. National Journal of Community Medicine Volume 3 Issue 4

Clayton, C. (2005). Seri Kesehatan Wanita, Keputihan dan Infeksi Jamur Candida Lain. Jakarta: Arcan.


(17)

67

Deissy Marcelien Nanlessy, dkk. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Remaja Puteri dalam Menjaga kebersihan Alat Genitalia dengan Kejadian Keputihan di SMA Negeri 2 Pineleng. eJournal Keperawatan (e-Kep). Volume 1 no. 1

Djuanda, Adhi, dkk. (2005). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI

Efendi, Baim. (2012). Bahaya Pembalut Daur Ulang. (Diakses tanggal 24 November 2014).

Farage. M.A. (2007). Labial and Vaginal Microbiology: Effect of Extended Panty Liner Use. Infectious Diseases in Obstetrict and Gynecology. Vol 5 : 252-258 (2007).

Hidayat, A Aziz Alimul. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Paulo C. (2011). The Effect of “Breathable” Panty Liners on The Female Lower Genital Tract. International Journal of Gynecology and Obstetricts. Vol: 115 (2011) 61-64.

Greer, IA, Cameron, I T, Mangoan B. (2003). Vaginal Discharge. Problem Based Obstetrisc and Gynecology. London: Churchill Livingstone (hal: 37-90).

Gupte, Pushpa, (2009). Vulvovaginal Hygiene and Care. Indian J Sex Transm Dis and AIDS 2009; vol 30, no 2.

Iskandar, M. (2002). Solusi Keluarga. (Diakses tanggal 4 september 2014) Jones, D.L. (2005). Setiap Wanita. Jakarta: Delaprata Publisin.

Kusmiran, Eny. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.

Lusianto, Mantep. (2011). Hubungan Antara Perilaku Ekstema Douching Vagine dengan Kejadian Flour Albus Pada Ibu Rumah Tangga di Dusun Bandungmulyo, Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Manuaba, Sri Dewi Suryasaputra (dkk). (2009). Buku Ajar Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.

Moctar R. (1986). Sinopsis Obstetri 2nd edision. Medan: Percetakan Valentino Group: 399-424


(18)

68

Monalisa (2012). Clinical Aspects Flour Albus of Female and Treatment. Department of Dermatovenereology Medical Faculty of Hasanuddin University/ Wahidin Sudirohusodo Hospital Mkasar. Vol 1. No. 1 (2012).

Muninjaya, S. (2005). Kejadian Keputihan. http://www.mitrakeluarga.com. (Diakses tanggal 4 september 2014)

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rieneka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Konsep Perilaku Kesehatan dalam Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: Rieneka Cipta

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Asdi Mahasatya

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Pontes, Ana C. (2014). A systematic review of the effect of daily pantyliner use on the vulvovaginal environment. International Journal of Gynecologi and Obstetrics 127 (2014) 1-5.

Putu. (2009). Prevalensi Kejadian Keputihan.

URL:http//www.ziddu.com/download/5028081/atPrevalesi-kejadian.keputihan.zip. (Diakses tanggal 4 september 2014 )

PKBI dan BKKBN. (2009). Modul Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta:PKBI

Qomaryah, Siti (dkk). (2011). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Kebersihan Genetalia dengan Kejadian Flour Albus (Keputihan) pada Remaja Putri. Univaersitas Negri Gresik

Rizqi Solikhah, dkk. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan dengan Perilaku Remaja Putri dalam Menjaga Kebersihan Diri di Desa Bandung Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Volume 6 no. 2.

Runeman, B (2004). The Vulvar Skin Microenvironment: Influence of Different Panty Liners on Temperature, pH and Microflora. Department of Dermatology, Salgrenska University Hospital, Göteborg, Sweden. Vol: 84(4):277-284

Sarwono, P. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo


(19)

69

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sahin. (2013). An Evaluation of the Relitionship between Genital Hygiene Practices,

Genital Infection. International Journal Gynecology and obstetric. Vol 3. Issue 6. 1000187.

Sianturi. (2001). Keputihan Suatu Kenyataan Dibalik Suatu Keelut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Soetjiningsih. (2004). Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Edisi 1. Jakarta: CV Sagung Seto.

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suprihatin, S.D. (1982). Candida dan Kandidiasis pada Manusia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Suwanrattanadech, Supannee. (2011). Use of Feminine Hygiene Products in Thai Women. E-journal: Siriraj Med J. vol: 63: 111-114 (2011).

Triyani, Risna dan Andari, S. (2013). Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina dengan Kejadian Keputihan pada Reaja Putri. AKBID Estu Utomo Boyolali.

Wijayakusuma, H. (2008). Ramuan Legkap Herbal Taklukkan Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (Boyke, 2008).

Menurut Monalisa (2012), mengatakan bahwa keputihan ditemukan mulai

dari anak-anak sampai orang dewasa. Keputihan dapat menyebabkan

ketidaknyamanan, kecemasan bagi kaum wanita. Sehingga membuat para wanita mencari bantuan dokter namun lebih banyak yang mnegobati diri sendiri. Keluhan keputihan yang sering dialami wanita biasanya disertai dengan rasa panik, terutama jika cairan yang keluar cukup banyak. Suatu yang wajar jika keluar sedikit cairan dari vagina. Namun ini akan berubah menjadi gangguan jika cairan yang keluar berlebihan Anies (2005). Gangguan keputihan merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan merupakan indikasi adanya penyakit dan hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Keputihan pada wanita dianggap sebagai hal yang normal, hal ini tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan keputihan. Keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus di obati (Djuanda, dkk, 2005).

Menurut WHO (2010) keputihan menyerang sekitar 50% populasi perempuan dan mengenai pada semua umur. Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan


(21)

2

paling tidak sekali seumur hidup dan 45% di antaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%.

Munurut Monalisa (2012), keputihan dapat berupa patologis dan fisiologis. Penyebab paling sering dari keputihan tidak normal adalah infeksi. Organ genetalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit, dan virus. Penyebab keputihan berlebihan terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi, misalnya, penggunaan pantyliner, personal hygiene kurang tepat, menggunakan celana yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, sering tidak mengganti pembalut saat menstruasi (Sahin, 2013). Secara alamiah bagian tubuh yang berongga dan berhubungan dengan dunia luar akan mengeluarkan semacam getah atau lendir, demikian pula halnya dengan saluran kemih wanita (vagina). Keadaan normal, getah atau lendir vagina adalah cairan bening tidak berbau, jumlahnya tidak terlalu banyak dan tanpa rasa gatal dan nyeri. Keputihan apabila tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan (Wijayakusuma, 2008).

Hasil penelitian menyebutkan 3 dari 4 wanita di dunia ternyata pernah mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya. Setiap wanita bisa terkena gangguan ini tanpa melihat latar belakang dan jenis pekerjaan. Di Indonesia masalah keputihan makin meningkat lebih dari 75% wanita mengalami penyakit keputihan yang disebabkan karena hawa di Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur candida albicans, parasit seperti cacing kremi atau kuman (trikomonas vaginalis). Hasil penelitian menyebutkan tahun 2002, bahwa 50% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003 meningkat menjadi 60% dan tahun 2004 menjadi 70% (Muninjaya, 2005).


(22)

3

Masalah keputihan merupakan masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita, tidak banyak wanita yang tahu tentang keputihan dan terkadang wanita menganggap remeh persoalan keputihan. Keputihan tidak bisa dianggap remeh karena akibatnya sangat fatal bila tidak cepat segera ditangani. Tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan tapi keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim, yang bisa dapat berujung kematian (Chaundhary, 2012). Keputihan juga dapat menekan kejiwaan seseorang karena keputihan cenderung kambuh dan timbul kembali sehingga dapat mempengaruhi seseorang baik secara fisiologi maupun psikologis (Iskandar, 2002).

Menurut Triyani dalam Rizqi (2010), hasil penelitian disebuah SMU di Kebumen dari 420 siswi terdapat 259 siswi (62,9%) yang mengeluh keputihan dengan keluhan yang bervariasi sebanyak 78 siswi (30,1%) mengeluh terlalu basah dan merasa gatal pada alat kelaminnya sehingga merasa khawatir, malu dan minder bila berdekatan dengan orang lain sebanyak 25 siswi (7,7%) lain mengeluh keluar cairan berwarna kuning kehijauan seperti dahak, ada pula yang mengeluh keluar cairan berwarna kuning bening dan encer pada waktu tertentu saja. Hal ini dapat disimpulkan karena siswi di Kebumen kurang menjaga kebersihan diri dan kurangnya pengetahuan tentang keputihan.

Pencegahan terhadap keputihan sama dengan pencegahan terhadap penyakit lain, pencegahan keputihan adalah dengan menjaga kebersihan diri dan kelembaban vagina, mencuci tangan ketika akan membersihkan daerah vagina, saat mandi tidak boleh terlalu membersihkan daerah V (vagina) dengan pembersih atau sabun, mengganti celana dalam sesering mungkin karena apabila terlalu lembab bisa jadi sumber infeksi dan menimbulkan gejala keputihan. Membiasakan diri mengenal alat


(23)

4

kelamin sendiri sehingga jika terdapat kelainan dapat langsung ditangani secepatnya (Jones, 2005).

Sebagian besar perempuan malas untuk mengganti pakaian dalam, dan banyak yang memilih menggunakan pantyliner. Pantyliner merupakan versi tipisnya pembalut wanita. Fungsi utamanya adalah menyerap cairan vagina yang keluar diluar hari-hari deras menstruasi. Meski terkesan lebih praktis, pantyliner tidak disarankan untuk digunakan dalam waktu lama. Penggunaan pantyliner setiap hari ternyata justru dapat mengakibatkan infeksi, bakteri, jamur, serta jerawat atau bisul pada daerah kewanitaan.pantyliner juga dapat merusak iklim pada kulit karena suhu rata-rata kulit adalah 1,10C. Hal ini terjadi karena pantyliner membuat daerah kewanitaan makin lembab, meskipun lapisan atas pantyliner memiliki daya serap untuk menjaga hygienitas

daerah kewanitaan, akan tetapi bagian dasar pantyliner terbuat dari plastik, sehingga kulit tidak dapat bernafas lega karena kurangnya sirkulasi udara (Runeman, 2004; Efendi, 2012). Pantyliner juga dapat meningkatkan bakteri vaginosis dan kandidiasis bertumbuh kembang dengan pesat sehingga menyebabkan iritasi pada vagina (Paulo, 2011).

Wanita yang sehat perlu senantiasa waspada untuk menjaga kesehatan alat reproduksinya untuk berhati-hati memilih penggunaan pantyliner sehat yang berkualitas serta bebas zat dioxin. Zat dioxin adalah zat berbahaya yang efektivitasnya 2000 kali dari racun tikus, timbul akibat proses produksi karena penggunaan bahan kimia dan pemutih pantyliner yang bahan dasarnya tidak berkualitas seperti kertas bekas, kardus bekas dan serbuk kayu. Zat dioxin sangat berbahaya karena bila pantyliner atau pembalut terkena darah haid maka zat dioxin menguap kedalam rahim dan dalam jangka panjang mempengaruhi metabolisme tubuh wanita serta memicu timbulnya kista, karker serviks, dan lain-lain (Brooks, 2007).


(24)

5

Menurut Farage (2007) mengatakan bahwa menggunakan pantyliner pada saat keputihan akan meningkatkan tumbuhnya bakteri jahat dalam vagina. Penggunaan pantyliner dalam waktu 6 bulan dan frekuensi mengganti pantyliner 5 jam sekali tidak membuat cairan yang keluar dari vagina berkurang, tetapi justru lebih banyak.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dalam bentuk wawancara dengan 40 orang siswi SMK Malang pada bulan oktober 2014, didapatkan data bahwa 34 siswi selalu memakai pentyliner meskipun tidak mengalami keputihan dan menggunakan pembersih vagina setiap hari. Hasil observsi yang diperoleh, siswi yang mengalami keputihan sebanyak 29 orang dan 11 orang siswi tidak mengalami keputihan. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian keputihan pada siswi SMK malang sangat tinggi yaitu dari 40 siswa yang diwawancara sebanyak 85% mengalami keputihan.

Dari beberapa alasan diatas, maka menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan pantyliner terhadap kejadian keputihan pada siswi SMK di Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh penggunaan pantyliner terhadap kejadian keputihan siswi SMK di Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pantyliner terhadap kejadian keputihan pada siswi SMK di Malang.


(25)

6

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran penggunaan pantyliner pada siswi SMK di Malang.

b. Mengidentifikasi gambaran kejadian keputihan siswi SMK di Malang.

c. Menganalisis pengaruh penggunaan pantyliner terhadap kejadian keputihan pada siswi SMK di Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Remaja

Sebagai bahan informasi bagi remaja untuk menjaga kebersihan dan bahaya penggunaan pantyliner agar terhindar dari jamur, bakteri, virus, dan lain-lain.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan program pelayanan tentang hidup bersih.

3. Bagi Profesi

Sebagai bahan masukan kepada perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam merawat pasien keputihan.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan atau sumber data penelitian berikutnya dan mendorong bagi pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(26)

7

5. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan diri sendiri dan keluarganya di bidang kesehatan terutama di bidang hygiene genetalia.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Deissy Marcelien Nanlessy, Esther Hutagaol, dan Djon Wongkar, (2013). Meneliti hubungan antara pengetahuan dan perilaku remaja puteri dalam menjaga kebersihan alat genitalia dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 2 Pineleng. Metode peneilitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross setional yang dilakukan di SMA Negeri 2 Pineleng sejumlah 60 responden. Hasil analisis uji statistik menggunakan chi-square (X2)

dengan bantuan pengolahan data SPSS 20 pada tingkat kepercayaan 95%

(α=0,05) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja

putri dalam menjaga kebersihan alat genetalia dengan kejadian keputihan. Nilai signifikan yang diperoleh P = 0,628 lebih besar dari nilai α=0,05, dengan nilai odds

ratio sebesar 1,300. Hal ini dikarenakan kejadian keputihan terjadi pada semua

siswi yang pengetahuannya kurang. Hubungan antara perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia dengan kejadian keputihan. Hasil analisis statistik menggunakan chi square (X2) dengan SPSS 20 pada tingkat kepercayaan

95% α=0,05, menunjukan tidak ada hubungan antara perilaku remaja putri dalam

menjaga kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan. Nilai signifikan yang

diperoleh P=0,158 lebih besar dari nilai α=0,05, dengan nilai odds ratio sebesar

2,162. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Deissy Marcelien Nanlessy, adalah penelitian ini menggunakan variabel hubungan pengetahuan tentang


(27)

8

bahaya keputihan dengan penggunaan pantyliner dengan studi kasus siswi SMK di Malang.

2. Rizqi Solikhah, Marsito, dan Nurlaila, (2010). Meneliti hubungan tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan diri di desa Bandung Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif correlation study dengan pendekatan waktu secara Cross Sectional. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi Kendall Tau (T). Sebanyak 55 responden yang diteliti ternyata diketahui bahwa sebagian besar yaitu 24 responden (43,64%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang keputihan. 20 responden (36,36%) mempunyai pengetahuan yang cukup. Sedangkan 11 responden (20,00%) mempunyai pengetahuan yang kurang tentang keputihan. 24 (43,64%) responden mempunyai perilaku yang baik menjaga kebersihan diri terhadap keputihan, 19 responden (34,55%) mempunyai perilaku yang kurang, dan 12 responden (21,82%) mempunyai perilaku yang cukup dalam menjaga kebersihan diri terhadap keputihan. Hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan diri. Koefisien korelasi antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku menjaga diri terhadap keputihan sebesar 0,697 dengan melihat nilai (р<58) hubungannya searah sehingga ada kecenderungan remaja putri dengan tingkat pengetahuan tentang keputihan yang baik akan memiliki perilaku yang baik juga dalam menjaga diri terhadap keputihan. Perbedaannya adalah menggunakan variabel hubungan pengetahuan tentang bahaya keputihan dengan penggunaan pantyliner dengan studi kasus siswi SMK di Malang.


(1)

Masalah keputihan merupakan masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita, tidak banyak wanita yang tahu tentang keputihan dan terkadang wanita menganggap remeh persoalan keputihan. Keputihan tidak bisa dianggap remeh karena akibatnya sangat fatal bila tidak cepat segera ditangani. Tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan tapi keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim, yang bisa dapat berujung kematian (Chaundhary, 2012). Keputihan juga dapat menekan kejiwaan seseorang karena keputihan cenderung kambuh dan timbul kembali sehingga dapat mempengaruhi seseorang baik secara fisiologi maupun psikologis (Iskandar, 2002).

Menurut Triyani dalam Rizqi (2010), hasil penelitian disebuah SMU di Kebumen dari 420 siswi terdapat 259 siswi (62,9%) yang mengeluh keputihan dengan keluhan yang bervariasi sebanyak 78 siswi (30,1%) mengeluh terlalu basah dan merasa gatal pada alat kelaminnya sehingga merasa khawatir, malu dan minder bila berdekatan dengan orang lain sebanyak 25 siswi (7,7%) lain mengeluh keluar cairan berwarna kuning kehijauan seperti dahak, ada pula yang mengeluh keluar cairan berwarna kuning bening dan encer pada waktu tertentu saja. Hal ini dapat disimpulkan karena siswi di Kebumen kurang menjaga kebersihan diri dan kurangnya pengetahuan tentang keputihan.

Pencegahan terhadap keputihan sama dengan pencegahan terhadap penyakit lain, pencegahan keputihan adalah dengan menjaga kebersihan diri dan kelembaban vagina, mencuci tangan ketika akan membersihkan daerah vagina, saat mandi tidak boleh terlalu membersihkan daerah V (vagina) dengan pembersih atau sabun, mengganti celana dalam sesering mungkin karena apabila terlalu lembab bisa jadi sumber infeksi dan menimbulkan gejala keputihan. Membiasakan diri mengenal alat


(2)

kelamin sendiri sehingga jika terdapat kelainan dapat langsung ditangani secepatnya (Jones, 2005).

Sebagian besar perempuan malas untuk mengganti pakaian dalam, dan banyak yang memilih menggunakan pantyliner. Pantyliner merupakan versi tipisnya pembalut wanita. Fungsi utamanya adalah menyerap cairan vagina yang keluar diluar hari-hari deras menstruasi. Meski terkesan lebih praktis, pantyliner tidak disarankan untuk digunakan dalam waktu lama. Penggunaan pantyliner setiap hari ternyata justru dapat mengakibatkan infeksi, bakteri, jamur, serta jerawat atau bisul pada daerah kewanitaan.pantyliner juga dapat merusak iklim pada kulit karena suhu rata-rata kulit adalah 1,10C. Hal ini terjadi karena pantyliner membuat daerah kewanitaan makin lembab, meskipun lapisan atas pantyliner memiliki daya serap untuk menjaga hygienitas daerah kewanitaan, akan tetapi bagian dasar pantyliner terbuat dari plastik, sehingga kulit tidak dapat bernafas lega karena kurangnya sirkulasi udara (Runeman, 2004; Efendi, 2012). Pantyliner juga dapat meningkatkan bakteri vaginosis dan kandidiasis bertumbuh kembang dengan pesat sehingga menyebabkan iritasi pada vagina (Paulo, 2011).

Wanita yang sehat perlu senantiasa waspada untuk menjaga kesehatan alat reproduksinya untuk berhati-hati memilih penggunaan pantyliner sehat yang berkualitas serta bebas zat dioxin. Zat dioxin adalah zat berbahaya yang efektivitasnya 2000 kali dari racun tikus, timbul akibat proses produksi karena penggunaan bahan kimia dan pemutih pantyliner yang bahan dasarnya tidak berkualitas seperti kertas bekas, kardus bekas dan serbuk kayu. Zat dioxin sangat berbahaya karena bila pantyliner atau pembalut terkena darah haid maka zat dioxin menguap kedalam rahim dan dalam jangka panjang mempengaruhi metabolisme tubuh wanita serta memicu timbulnya kista, karker serviks, dan lain-lain (Brooks, 2007).


(3)

Menurut Farage (2007) mengatakan bahwa menggunakan pantyliner pada saat keputihan akan meningkatkan tumbuhnya bakteri jahat dalam vagina. Penggunaan pantyliner dalam waktu 6 bulan dan frekuensi mengganti pantyliner 5 jam sekali tidak membuat cairan yang keluar dari vagina berkurang, tetapi justru lebih banyak.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dalam bentuk wawancara dengan 40 orang siswi SMK Malang pada bulan oktober 2014, didapatkan data bahwa 34 siswi selalu memakai pentyliner meskipun tidak mengalami keputihan dan menggunakan pembersih vagina setiap hari. Hasil observsi yang diperoleh, siswi yang mengalami keputihan sebanyak 29 orang dan 11 orang siswi tidak mengalami keputihan. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian keputihan pada siswi SMK malang sangat tinggi yaitu dari 40 siswa yang diwawancara sebanyak 85% mengalami keputihan.

Dari beberapa alasan diatas, maka menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan pantyliner terhadap kejadian keputihan pada siswi SMK di Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh penggunaan pantyliner terhadap kejadian keputihan siswi SMK di Malang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pantyliner terhadap kejadian keputihan pada siswi SMK di Malang.


(4)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran penggunaan pantyliner pada siswi SMK di Malang.

b. Mengidentifikasi gambaran kejadian keputihan siswi SMK di Malang.

c. Menganalisis pengaruh penggunaan pantyliner terhadap kejadian keputihan pada siswi SMK di Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Remaja

Sebagai bahan informasi bagi remaja untuk menjaga kebersihan dan bahaya penggunaan pantyliner agar terhindar dari jamur, bakteri, virus, dan lain-lain.

2. Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan program pelayanan tentang hidup bersih.

3. Bagi Profesi

Sebagai bahan masukan kepada perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam merawat pasien keputihan.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan atau sumber data penelitian berikutnya dan mendorong bagi pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(5)

5. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan diri sendiri dan keluarganya di bidang kesehatan terutama di bidang hygiene genetalia.

1.5 Keaslian Penelitian

1. Deissy Marcelien Nanlessy, Esther Hutagaol, dan Djon Wongkar, (2013). Meneliti hubungan antara pengetahuan dan perilaku remaja puteri dalam menjaga kebersihan alat genitalia dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 2 Pineleng. Metode peneilitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan penelitian cross setional yang dilakukan di SMA Negeri 2 Pineleng sejumlah 60 responden. Hasil analisis uji statistik menggunakan chi-square (X2) dengan bantuan pengolahan data SPSS 20 pada tingkat kepercayaan 95%

(α=0,05) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genetalia dengan kejadian keputihan. Nilai signifikan yang diperoleh P = 0,628 lebih besar dari nilai α=0,05, dengan nilai odds ratio sebesar 1,300. Hal ini dikarenakan kejadian keputihan terjadi pada semua siswi yang pengetahuannya kurang. Hubungan antara perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia dengan kejadian keputihan. Hasil analisis statistik menggunakan chi square (X2) dengan SPSS 20 pada tingkat kepercayaan

95% α=0,05, menunjukan tidak ada hubungan antara perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan genitalia dengan kejadian keputihan. Nilai signifikan yang

diperoleh P=0,158 lebih besar dari nilai α=0,05, dengan nilai odds ratio sebesar 2,162. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Deissy Marcelien Nanlessy, adalah penelitian ini menggunakan variabel hubungan pengetahuan tentang


(6)

bahaya keputihan dengan penggunaan pantyliner dengan studi kasus siswi SMK di Malang.

2. Rizqi Solikhah, Marsito, dan Nurlaila, (2010). Meneliti hubungan tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan diri di desa Bandung Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif correlation study dengan pendekatan waktu secara Cross Sectional. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi Kendall Tau (T). Sebanyak 55 responden yang diteliti ternyata diketahui bahwa sebagian besar yaitu 24 responden (43,64%) mempunyai pengetahuan yang baik tentang keputihan. 20 responden (36,36%) mempunyai pengetahuan yang cukup. Sedangkan 11 responden (20,00%) mempunyai pengetahuan yang kurang tentang keputihan. 24 (43,64%) responden mempunyai perilaku yang baik menjaga kebersihan diri terhadap keputihan, 19 responden (34,55%) mempunyai perilaku yang kurang, dan 12 responden (21,82%) mempunyai perilaku yang cukup dalam menjaga kebersihan diri terhadap keputihan. Hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan diri. Koefisien korelasi antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan perilaku menjaga diri terhadap keputihan sebesar 0,697 dengan melihat nilai (р<58) hubungannya searah sehingga ada kecenderungan remaja putri dengan tingkat pengetahuan tentang keputihan yang baik akan memiliki perilaku yang baik juga dalam menjaga diri terhadap keputihan. Perbedaannya adalah menggunakan variabel hubungan pengetahuan tentang bahaya keputihan dengan penggunaan pantyliner dengan studi kasus siswi SMK di Malang.