Analisa Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Terjadinya Keputihan pada Siswi SMK Negeri 8 Medan
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ronauli Agnes Marpaung
Tempat / TanggalLahir : Pagar Batu / 23 Agustus 1994
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jalan Mandolin No. 10 Medan Riwayat Pendidikan :
1. TK Santa Theresia Balige (1999-2000)
2. Sekolah Dasar Negeri 173524 Balige (2000-2006)
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Balige (2006-2009) 4. Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Balige (2009-2012)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012- Sekarang) Riwayat Organisasi :
1. Anggota KMK USU UP FK (2012-2013)
(2)
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Dengan hormat,
Saya yang bernama Ronauli Agnes Marpaung, NIM 120100272, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Terjadimya Keputihan pada Siswi SMK Negeri 8 Medan”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari adanya hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan dengan kejadian keputihan pada siswi di SMK Negeri 8 Medan. Penelitian ini memberikan informasi kepada siswi dan masyarakat tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan serta mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian dan mengasah kemampuan analisis. Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan siswi yang bersangkutan menjadi partisipan dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang akan diberikan dengan jujur dan apa adanya. Tidak ada biaya yang dikenakan kepada siswi untuk penelitian ini. Identitas pribadi partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini.
Jika terdapat hal yang kurang dipahami, partisipan dapat bertanya langsung kepada peneliti atau melalui nomor 082363973277. Jika siswi bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan.. Atas perhatian dan kesediaan Saudari berpartisipasi dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.
Medan,...2015
(3)
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Alamat :
No. HP :
Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian,
Judul Penelitian : Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Terjadinya Keputihan pada Siswi SMK Negeri 8 Medan
Nama Peneliti : Ronauli Agnes Marpaung
Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menjadi subjek penelitian dengan sukarela dan tanpa paksaan.
Medan,...2015
(...) Nama dan Tanda Tangan
(4)
LAMPIRAN 4 KUESIONER
FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 10 MEDAN
A. IDENTITAS RESPONDEN
A1 Nama : A2 Umur : A3 Kelas :
A4 Apakah saudara pernah mengalami keputihan
Ya / Tidak
A5 Apakah saudara pernah mengalami keputihan yang cairannya encer, bening, tidak gatal, tidak berbau ?
Ya / Tidak
A6 Apakah pernah mengalami keputihan yang disertai rasa gatal, berbau, dan rasa panas di vagina?
Ya / Tidak
B. PENGETAHUAN
1. LINGKARI jawaban yang menurut anda paling benar
2. Mohon jawaban diisi sendiri sesuai dengan apa yang anda ketahui, demi tercapainya hasil yang diharapkan.
B1 Apa yang dimaksud dengan keputihan :
a. Cairan yang keluar dari vagina yang berwarna bening/ putih yang biasanya keluar mejelang haid / pada masa kehamilan
b. Cairan yang keluar dari dubur yang berwarna putih
c . Cairan yang keluar dari vagina berwarna merah hanya keluar menjelang haid atau pada masa kehamilan
B2 Macam keputihan adalah :
a. Keputihan normal dan tidak normal b. Keputihan sehat dan tidak sehat c. Keputihan dan tidak keputihan B3 Bagaimana gejala keputihan yang normal :
a. Cairan encer, bening, tidak gatal, tidak berbau
b. Cairan encer, bening dan terkadang berwarna, terasa gatal, berbau c. Cairan encer, berwarna merah, terasa nyeri dan berbau
(5)
B4 Yang termasuk gejala keputihan tidak normal adalah : a. Cairan encer, bening, tidak gatal, tidak berbau
b. Cairan encer/kental, bening dan terkadang berwarna, terasa gatal, berbau
c. Cairan encer, berwarna merah, terasa nyeri dan berbau B5 Yang termasuk penyebab keputihan normal adalah
a. Infeksi jamur b. Keturunan
c. Pengaruh hormon semasa siklus haid
B6 Yang termasuk penyebab keputihan tidak normal adalah a. Rangsangan saat berhubungan intim
b Keturunan c Infeksi Bakteri
B7 Dibawah ini mikroorganisme yang dapat menyebabkan gejala keputihan seperti adanya rasa gatal di vagina , warna cairan seperti putih susu dan menggumpal seperti keju adalah :
a. Parasit b. Jamur c. Bakteri
B8 Berapakah PH normal vagina?: a. 3,6-4,0
b. 3,0-4,7 c. 3,8-4,5
B9 Yang bukan penyebab keputihan adalah : a. Infeksi jamur
b. Kebersihan diri yang jelek c. Keturunan
B10 Jika didapatkan tanda cairan terlalu banyak , bau busuk , sering disertai darah tidak segar, maka anda harus curiga adanya penyakit:
a. Kanker payudara b. Tumor
c. Kanker leher Rahim
B11 Di bawah ini termasuk cara mengatasi keputihan, kecuali: a. Memakai celana sampai 2 hari
b. Sering membersihkan alat kelamin c. Sering mengganti celana dalam
(6)
B12 Dampak dari keputihan yang tidak normal adalah : a. Infeksi pada panggul
b. Perdarahan Kanker payudara
B13 Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mengakibatkan :
a. Mematikan flora yang tidak normal b. Mematikan flora normal vagina
Membuat flora jahat dan normal subur berkembang biak
B14 Tindakan yang benar apabila kita mengalami keluhan keputihan yang disertai bau amis/busuk dan adanya rasa gatal adalah :
a. Langsung meminum antibiotic b. Langsung curiga adanya kanker Langsung memeriksakan diri ke dokter C.SIKAP TERHADAP PENCEGAHAN
KEPUTIHAN : Pilihan jawaban adalah : SS = Sangat Setuju
S = Setuju TS = Tidak Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
LINGKARILAH salah satu jawaban yang saudara anggap paling sesuai dengan pendapat saudara seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang tersedia.
C1 Membasuh daerah kewanitaan menurut saya penting supaya vagina dan anus bersih
a. SS b. S c. TS d. STS
C2 Menurut saya dengan menjaga kebersihan daerah kewanitaan keputihan dapat dicegah
a. SS b. S
(7)
C3 Selalu memakai cairan antiseptik pembersih vagina saat membersihkan daerah kewanitaan sangat perlu, karena bisa menghilangkan kuman-kuman yang berbahaya
a. SS b. S c. TS d. STS
C4 Saya selalu memakai celana dalam yang dapat menyerap keringat dan tidak ketat, untuk menjaga daerah kewanitaan saya agar tidak lembab
a. SS b. S c. TS d. STS
C5 Bagi saya, memakai pembalut atau pantyliner sepanjang hari sangat baik untuk kesehatan daerah kewanitaan kita
a. SS b. S c. TS d. STS
C6 Menurut saya membersihkan daerah kewanitaan dengan memakai air dan sabun serta diberi bedak wangi sangat baik untuk menghindari keputihan :
a. SS b. S c. TS d. STS
(8)
C7 Keputihan yang disertai rasa gatal dan berbau adalah hal yang biasa saja dan dapat sembuh dengan sendirinya
a. SS b. S c. TS d. STS
C8 Saat mengalami keputihan yang lendirnya berwarna, berbau dan gatal, maka harus segera memeriksakan ke dokter atau pelayanan kesehatan terdekat
a. SS b. S c. TS d. STS
C9 Bila mengalami keputihan yang lendirnya bening dan tidak berbau saya tidak melakukan pengobatan karena tidak berbahaya
a. SS b. S c. TS d. STS
C10 Berolahraga secara teratur dan makanan yang bergizi juga berpengaruh dengan kejadian keputihan
a. SS b. S c. TS
(9)
D.TINDAKAN SEHAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN KEPUTIHAN 1. LINGKARI jawaban yang menurut anda paling benar
2. Mohon jawaban diisi sendiri sesuai dengan apa yang anda ketahui, demi tercapainya hasil yang diharapkan
D1 Berapa kali Anda melakukan olahraga dalam 1 minggu a. Tidak pernah
B 1 kali c ≥ 3 kali
D2 Kebiasaan apa saja yang anda lakukan untuk mencegah keputihan
a. Memakai pantyliner setiap harinya
b. Terkadang memakai cairan pembersih vagina
c. Menjaga kebersihan vagina dan pastikan vagina tidak lembab D3 Untuk menjaga kebersihan vagina berapa kali Anda mengganti
celana dalam?
a. Bila celana dalam basah saja tanpa memperhitungkan hari pakainya
b. 1 kali dalam sehari c. ≥ 2 kali dalam sehari
D4 Apakah Anda sering menggunakan cairan pembersih vagina? a. Sering
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
D5 Apakah Anda menggunakan bedak talcum, tissue dan sabun dengan pewangi pada daerah vagina ?
a. Sering
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
D6 Bagaimana cara anda cebok setiap buang air? a. Dari depan ke belakang dan bersih b. Dari belakang ke depan dan bersih c. Dari mana saja yang penting bersih
D7 Selain itu untuk menjaga kebersihan vagina, saya merasa perlu melakukan
a. Memakai cairan pembersih vagina setiap harinya b. Sering memakai pantyliner
(10)
D8 Selama berteman kadang-kadang untuk menjaga kebersihan diri, saya melakukan ?
a. Meminjam pakaian dalam teman b. Memakai handuk teman
c. Meminta parfum D9 Waktu BAB/BAK di WC umum
a. Langsung menggunakan closet duduk b. Mengelapnya dulu apabila WC duduk
c. Membersihkan kemaluan dengan air bak wc umum D10 Untuk mejaga daerah kewanitaan saya melakukan :
a. Memakai celana ketat setiap harinya b. Sering memakai celana jelana jeans c. Memakai celana yang longgar
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
LAMPIRAN 9
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
p1 10.03 15.757 .760 .921
p2 10.03 15.620 .809 .920
p3 10.10 15.541 .726 .922
p4 10.10 15.679 .682 .923
p5 10.07 16.616 .424 .931
p6 10.10 16.300 .490 .930
p7 10.13 15.775 .619 .926
p8 10.13 15.499 .702 .923
p9 10.07 15.237 .877 .917
p10 10.10 15.679 .682 .923
p11 10.07 15.926 .646 .925
p12 10.13 15.292 .766 .921
p13 10.07 15.995 .623 .925
p14 10.13 15.844 .598 .926
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
s1 27.23 32.806 .758 .921
s2 27.03 32.861 .909 .913
s3 27.00 34.138 .838 .917
s4 27.13 35.430 .679 .925
s5 27.07 35.237 .567 .930
s6 27.07 35.237 .604 .928
s7 27.07 32.754 .799 .918
s8 26.90 32.990 .764 .920
s9 26.87 35.499 .633 .927
(16)
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
t1 9.63 14.861 .742 .816
t2 9.60 15.490 .633 .827
t3 9.33 14.851 .623 .827
t4 9.53 15.775 .430 .847
t5 9.43 16.047 .548 .834
t6 9.47 15.637 .543 .835
t7 9.60 16.110 .450 .843
t8 9.57 15.909 .512 .837
t9 9.33 16.161 .520 .837
t10 9.30 16.355 .524 .837
LAMPIRAN CHI SQUARE
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Pengetahuan *
Keputihan_gejala2
381 100.0% 0 0.0% 381 100.0%
Pengetahuan * Keputihan_gejala2 Crosstabulation Count
Keputihan_gejala2 Total Tidak Ya
Pengetahuan
Kurang 29 35 64
Sedang 101 65 166
Baik 104 47 151
(17)
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 10.571a 2 .005
Likelihood Ratio 10.450 2 .005
Linear-by-Linear Association 10.033 1 .002 N of Valid Cases 381
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24.69.
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Sikap * Keputihan_gejala2 381 100.0% 0 0.0% 381 100.0%
Sikap * Keputihan_gejala2 Crosstabulation Count
Keputihan_gejala2 Total Tidak Ya
Sikap
Kurang 5 21 26
Sedang 54 34 88
Baik 175 92 267
Total 234 147 381
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 21.445a 2 .000
Likelihood Ratio 21.364 2 .000
(18)
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.03.
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Tindakan *
Keputihan_gejala2
381 100.0% 0 0.0% 381 100.0%
Tindakan * Keputihan_gejala2 Crosstabulation Count
Keputihan_gejala2 Total Tidak Ya
Tindakan
Kurang 24 32 56
Sedang 82 45 127
Baik 128 70 198
Total 234 147 381
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 9.544a 2 .008
Likelihood Ratio 9.283 2 .010
Linear-by-Linear Association 5.899 1 .015 N of Valid Cases 381
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.61.
(19)
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Z., 2013. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X tentang Keputihan di SMK Batik 1 Surakarta tahun 2013. Surakarta: Kebidanan STIKES Kusuma Husada.
Ayuningtyas, D.N., 2011. Skripsi Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Menjaga Kebersihan Genitalia Eksterna dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMA N 4 Semarang. Semarang: FK UNDIP.
Badaryati, E., 2012. Skripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan dan Penanganan Keputihan Patologis pada Siswi SLTA atau Sederajat di Kota Banjarbaru Tahun 2012. Depok: FKM UI.
BKKBN, 2011. KAJIAN PROFIL PENDUDUK REMAJA (10-24 THN) : Ada
apa dengan Remaja? Diakses pada:
http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil%20Penelitian/Karakteristik%2 0Demografis/2011/Kajian%20Profil%20Penduduk%20Remaja%20%2810 %20-%2024%20tahun%29.pdf . [diakses tanggal 11 Mei 2015].
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong., 2009. Obstetri William edisi 23. Jakarta: EGC, 16-30.
Dahlan, M.S., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Efendi, F. & Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Egi, Y.R., et al, 2014. Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Terjadinya Keputihan pada Remaja Putri. Riau: FIK Unri.
Fakultas Kedokteran UI, 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius, 376-378.
(20)
26
Keputihan Pengetahuan
Sikap Tindakan
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
(21)
3.2. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur 1 Pengetahuan
remaja tentang keputihan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam penelitian ini yang diamati adalah respon siswi terhadap pernyataan pengetahuan remaja tentang keputihan pada saat pengambilan data
Mengisi kuesioner :Kusioner pengetahuan responden tentang keputihan, pertanyaan B1-B14 Kuesioner dengan skor. Dimana jawaban benar = 1, salah = 0 dengan total nilai 14
Kategori penilaian : Pengetahuan
baik jika skor ≥ 75% Pengetahuan cukup jika skor 56-74% Pengetahuan kurang jika skor <55% Ordinal
2 Sikap remaja tentang keputihan
Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam penelitian ini yang diamati adalah respon siswi terhadap pernyataan sikap remaja tentang keputihan Mengisi Kuesioner : Kuesioner sikap responden terhadap keputihan, pertanyaan C1 -C10
Kuesioner dengan skor. Untuk pernyataan positif : Sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1 Untuk pernyataan negatif : Sangat tidak setuju = 4,
Kategori penilaian : Sikap baik
jika skor ≥ 75%
Sikapcukup jika skor 56-74%
Sikapkurang jika skor <55%
(22)
28
tidak setuju = 3, setuju = 2, sangat setuju = 1 3 Tindakan
remaja terhadap keputihan
Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Dalam penelitian ini yang diamati adalah respon siswi
terhadap pernyataan tindakan sehat remaja terhadap keputihan. Mengisi Kuesioner : Kuesioner tindakan responden terhadap keputihan, pertanyaan D1 -D10
Kuesioner dengan skor. Dimana jawaban benar = 2, kurang tepat =1 salah = 0 dengan total nilai 20
Kategori penilaian : Tindakan
baik jika skor ≥ 75%
Tindakancuk up jika skor 56-74% Tindakankur
ang jika skor <55%
Ordinal
4 Keputihan Keputihan adalah setiap cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah.
Dalam penelitian ini ada kuesioner yang berisi pertanyaan “apakah saudara pernah
mengalami keputihan yang disertai rasa gatal, berbau, dan rasa panas di vagina?”
Kuesioner Jawaban pernah atau tidak pernah
(23)
29
3.3. Hipotesis
3.3.1. Hipotesis nol (H0)
a. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 8 Medan
b. Tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 8 Medan
c. Tidak ada hubungan antara tindakan dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 8 Medan
3.3.2. Hipotesis alternatif (Ha)
a. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 8 Medan
b. Ada hubungan antara sikap dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 8 Medan
c. Ada hubungan antara tindakan dengan kejadian keputihan di SMK Negeri 8 Medan
(24)
30
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional, dimana penelitian ini akan mencari hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian keputihan, hubungan sikap dengan kejadian keputihan dan hubungan tindakan dengan kejadian keputihan.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Negeri 8 Medan yang berlokasi di Jl.Dr. Mansyur/Jl SMTK Medan.
4.2.2. Waktu Penelitian
Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan, yaitu dari bulan September hingga November 2015.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XII SMK Negeri 8 Medan
4.3.2. Besar Sampel
Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan metode total sampling dimana semua subjek populasi yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan ke dalam sampel penelitian.
(25)
b. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah : - Tidak menjawab kuesioner dengan lengkap
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer yaitu data yang dikumpulkan dengan pengisian kuesioner oleh siswi dan dipandu langsung dengan memberikan penjelasan pada setiap soal kuesioner oleh peneliti, sehingga diharapkan diperoleh jawaban yang lebih objektif.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: (1) editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data yang telah dikumpulkan; (2) coding, data yang telah terkumpul dikoreksi, kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer; (3) entry, data tersebut dimasukkan kedalam program komputer; (4) cleaning data, pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data; (5) saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis; dan (6) analisis data (Hidayat, 2007).
4.5.2. Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner diproses menggunakan program computer kemudian dikelola hasilnya.
(26)
32
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 8 Medan yang berlokasi di Jalan dr. T. Mansur/ Jalan SMTK Medan. Sekolah ini memilki infrastruktur seperti ruangan kelas, perpustakaan, laboratorium khusus untuk setiap jurusan, laboratorium komputer, aula, open stage, lapangan voli dan lapangan basket. Sekolah ini memiliki kompetensi keahlian dalam bidang Akomodasi Perhotelan, Tata Boga, Tata Kecantikan dan Tata Busana.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 381 orang siswi kelas XII SMK Negeri 8 Medan yang berstatus aktif dan masih bersekolah. Gambaran karakteristik responden yang diamati berupa umur, keputihan, keputihan fisiologis, keputihan patologis, tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan mereka terhadap keputihan. Data lengkap mengenai karakteristik responden tersebut dapat dilihat pada tabel-tabel yang ada di bawah ini.
Tabel 5.1. Frekuensi Usia Responden
Usia (tahun) Frekuensi (n) Persen (%)
16 96 25.2
17 239 62.7
18 40 10.5
19 6 1.6
(27)
Berdasarkan Tabel 5.1. di atas, didapati bahwa responden terbanyak berusia 17 tahun yaitu sebanyak 239 orang (62,7%).
Tabel 5.2. Frekuensi Responden yang Pernah Mengalami Keputihan
Keputihan Frekuensi (n) Persen (%)
Ya 319 83.7
Tidak 62 16.3
Total 381 100
Berdasarkan tabel 5.2. di atas, diketahui bahwa dari 381 jumlah siswi kelas XII SMK Negeri 8 Medan yang menjadi responden penelitian, sebanyak 319 orang (83,7%) pernah mengalami keputihan dan yang tidak pernah mengalami keputihan sebanyak 62 orang (16,3%).
Tabel 5.3. Frekuensi Responden yang Mengalami Keputihan Patologis
Keputihan Patologis Frekuensi (n) Persen (%)
Ya 147 38.6
Tidak 234 61.4
Total 381 100
Berdasarkan tabel 5.3. di atas, diketahui bahwa dari 381 jumlah siswi kelas XII SMK Negeri 8 Medan yang mengikuti penelitian, sebanyak 147 siswi (38,6%) pernah mengalami keputihan patologis dan yang tidak pernah mengalami keputihan patologis sebanyak 234 siswi (61,4%).
(28)
34
5.1.3. Deskripsi Faktor Perilaku
Penelitian ini menggunakan kuesioner. Dalam lembar pengisian kuesioner penelitian terdapat 34 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Terdapat 3 domain faktor perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Semakin tinggi skor suatu domain, semakin baik perilaku berdasarkan domain tersebut.
Tabel 5.4. Frekuensi Responden Tentang Tingkat Pengetahuan terhadap Keputihan Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 151 39.6
Sedang 166 43.6
Kurang 64 16.8
Total 381 100
Berdasarkan tabel 5.4. di atas, diketahui bahwa dari 381 jumlah siswi kelas XII SMK Negeri 8 Medan yang mengikuti penelitian, sebanyak 151 orang (39,6%) mempunyai pengetahuan yang baik terhadap keputihan, 166 orang (43,6%) mempunyai pengetahuan sedang dan 64 orang (16,8%) mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap keputihan.
Tabel 5.5. Frekuensi Responden Tentang Sikap terhadap Keputihan
Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)
Baik 267 70.1
Cukup 88 23.1
Kurang 26 6.8
(29)
Berdasarkan tabel 5.5. di atas, diketahui bahwa dari 381 jumlah siswi kelas XII SMK Negeri 8 Medan yang menyertai penelitian sebanyak 267 orang (70,1%) mempunyai sikap yang baik terhadap keputihan, 88 orang (23,1%) mempunyai sikap yang cukup dan 26 orang (6,8%) mempunyai sikap yang kurang baik terhadap keputihan.
Tabel 5.6. Frekuensi Responden Tentang Tindakan Mencegah Keputihan
Pengetahuan Frekuensi Persen (%)
Baik 198 52.0
Cukup 127 33.3
Kurang 56 14.7
Total 381 100
Berdasarkan tabel 5.6. di atas, diketahui bahwa dari 381 jumlah siswi kelas XII SMK Negeri 8 Medan yang menyertai penelitian sebanyak 198 siswi (52%) mempunyai tindakan yang baik dalam mencegah terjadinya keputihan, 127 siswi (33,3%) mempunyai tindakan yang cukup dalam mencegah terjadinya keputihan dan 56 siswi (14,7%) mempunyai tindakan yang kurang baik dalam mencegah terjadinya keputihan.
(30)
36
5.1.4. Hasil Analisa Statistik Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Keputihan Tabel 5.7. Hubungan antara Pengetahuan dengan Kejadian Keputihan
Tingkat Pengetahuan
Keputihan (+) Keputihan(-) Jumlah
p n n n
Baik 47 104 151
0.005
Sedang 65 101 166
Kurang 35 29 64
Total 147 234 381
Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa jumlah siswi yang memiliki tingkat pengetahuan baik tetapi pernah mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 47 orang (12,3 %) sedangkan jumlah siswi yang memiliki tingkat pengetahuan baik dan tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 104 orang (27,3%)
Proporsi siswi yang memiliki tingkat pengetahuan sedang tetapi pernah mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 65 orang (17,1 %) sedangkan jumlah siswi yang memiliki tingkat pengetahuan sedang dan tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 101 orang (26,5%)
Proporsi siswi yang memiliki tingkat pengetahuan buruk dan pernah mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 35 orang (9,2 %) sedangkan jumlah siswi yang memiliki tingkat pengetahuan buruk tapi tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 29 orang (7,6%).
Berdasarkan hasil analisa tabulasi silang di atas, analisa uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh nilai p sebesar 0,005 (p<0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian keputihan.
(31)
5.1.5. Hasil Analisa Statistik Sikap dengan Kejadian Keputihan Tabel 5.8. Hasil Analisa Sikap dengan Kejadian Keputihan
Tingkat Sikap
Keputihan (+) Keputihan(-) Jumlah
p
n n n
Baik 92 175 267
0.000
Sedang 34 54 88
Kurang 21 5 26
Total 147 234 381
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa jumlah siswi yang memiliki tingkat sikap yang baik tetapi pernah mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 92 orang (24,1%) sedangkan jumlah siswi yang memiliki sikap yang baik dan tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 175 orang (45,9%)
Proporsi siswi yang memiliki sikap sedang tetapi pernah mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 34 orang (8,9%) sedangkan jumlah siswi yang memiliki sikap sedang dan tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 54 orang (14,2%)
Proporsi siswi yang memiliki sikap yang buruk dan pernah mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 21 orang (5,5 %) sedangkan jumlah siswi yang memiliki sikap yang buruk tapi tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 5 orang (1,3%).
Berdasarkan hasil analisa tabulasi silang di atas, analisa uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh nilai p sebesar 0.000 (p<0,05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara sikap dengan kejadian keputihan.
(32)
38
5.1.6. Hasil Analisa Statistik Tindakan dengan Kejadian Keputihan Tabel 5.9. Hasil Analisa Tindakan dengan Kejadian Keputihan
Tindakan Pencegahan
Keputihan
Keputihan (+) Keputihan(-) Jumlah
p n n n
Baik 70 128 198
0.008 Sedang 45 82 127
Kurang 32 24 56
Total 147 234 381
Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat bahwa jumlah siswi yang memiliki tindakan yang baik dalam mencegah keputihan tetapi pernah mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 70 orang (18,4 %) sedangkan jumlah siswi yang memiliki tindakan yang baik dan tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 128 orang (33,6%)
Proporsi siswi yang memiliki tindakan cukup tetapi pernah mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 45 orang (11,8 %) sedangkan jumlah siswi yang memiliki tindakan yang cukup dan tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 82 orang (26,5%)
Proporsi siswi yang memiliki tindakan pencegahan yang kurang dan pernah mengalami keputihan patologis yaitu sebanyak 32 orang (8,4%) sedangkan jumlah siswi yang memiliki tindakan pencegahan yang kurang tapi tidak pernah mengalami keputihan patologis ada sebanyak 24 orang (6,3%).
Berdasarkan hasil analisa tabulasi silang di atas, analisa uji statistik chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh nilai p sebesar 0,008 (p<0.05) maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara tindakan dengan kejadian keputihan.
(33)
5.2. Pembahasan
Pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.2 didapatkan bahwa 319 orang (83,7%) pernah mengalami keputihan. Hal ini bisa dikaitkan dengan usia mereka yang sudah memasuki usia reproduktif. Dimana pada usia reproduktif keputihan bisa muncul menjelang atau sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke- 10-16 siklus menstruasi (Manuaba, 2009). Selain itu Indonesia adalah negara yang beriklim tropis sehingga menyebabkan sekitar 90 % wanita Indonesia berpotensi mengalami keputihan (Nurul et al, 2001 dalam Badaryati, 2012).
Pada tabel 5.3 didapatkan bahwa, angka kejadian keputihan patologis di SMK Negeri 8 Medan sebesar 38,6 %, angka ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Badaryati (2012) dimana sebanyak 43% siswi SMA Negeri 2 Banjarbaru dan sebanyak 45% siswi SMK Negeri 3 Banjarbaru pernah mengalami keputihan patologis. Keputihan patologis dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah karena infeksi pada organ kewanitaan (Manuaba, 2003). Infeksi bisa terjadi bila perilaku menjaga kebersihan dan pencegahan keputihan itu sendiri masih kurang.
Dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang memuat skor yang dibuat oleh Arikunto. Dimana peneliti mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan dari responden penelitian.
Hasil uji statistik berdasarkan tabel 5.7, didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kejadian keputihan (nilai p=0,005), sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2011) di SMA Negeri 4 Semarang.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 2007). Dengan pengetahuan yang baik maka mereka juga akan memiliki tindakan yang baik juga dalam menjaga organ kewanitaan mereka agar tetap bersih dan terhindar dari keputihan. Hal ini terbukti pada penelitian ini, dimana orang yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak yang tidak mengalami keputihan patologis.
(34)
40
Hasil uji statistik berdasarkan tabel 5.8, didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian keputihan (p=0,000). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrianingsih (2012), dimana didapatkan ada hubungan antara sikap tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten.
Menurut Notoadmodjo (2007), sikap adalah faktor pendukung untuk bertindak. Jika kita memiliki sikap yang positif / baik maka kita juga akan bertindak yang baik. Hal ini terbukti pada penelitian ini, dimana orang yang memilik sikap baik lebih banyak yang tidak mengalami keputihan patologis.
Pada hasil uji statistik berdasarkan tabel 5.9, didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan kejadian keputihan (p=0,008). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrianingsih (2012) dimana didapatkan ada hubungan antara tindakan tentang pemeliharaan organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Juga pada penelitian yang dilakukan Egi et al (2014) didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 1 Rumbio Jaya.
Menurut Notoadmodjo (2007), tindakan kesehatan adalah hasil respons seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit dan penyakit. Apabila respon seseorang baik terhadap pentingnya menjaga kebersihan organ kewanitaannya, maka dia juga akan berperilaku baik. Hal ini terbukti pada penelitian ini, dimana orang yang memiliki tindakan baik lebih banyak yang tidak mengalami keputihan patologis.
(35)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan mengenai faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya keputiha sebagai berikut:
1. Jumlah siswi yang mengalami keputihan fisiologis adalah sebanyak 244 orang (64%) dan jumlah siswi yang mengalami keputihan patologis adalah sebanyak 147 orang (38,6%).
2. Jumlah siswi yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 151 orang (39,6%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 168 orang (43,6%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 64 orang (16,8%).
3. Jumlah siswi yang memiliki sikap baik sebanyak 267 orang (70,1%), tingkat pengetahuan sedang sebanyak 88 orang (23,1%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 26 orang (6,8%).
4. Jumlah siswi yang memiliki tingkat tindakan baik sebanyak 198 orang (52%), tingkat tindakan sedang sebanyak 127 orang (33,3%) dan tingkat tindakan kurang sebanyak 56 orang (14,7%).
5. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian keputihan (p=0,005)
6. Terdapat hubungan antara sikap dengan kejadian keputihan (p=0,000). 7. Terdapat hubungan antara tindakan dengan kejadian keputihan (p=0,008)
(36)
42
6.2. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya dimasukkan pelajaran kesehatan reproduksi dalam mata pelajaran bimbingan konseling. Karena banyak dari siswi yang mempunyai pengetahuan yang salah tentang cara membersihkan daerah kewanitaan, antiseptik vagina dan beberapa hal lainnya.
2. Bagi Peneliti
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Peneliti tidak terjun lapangan langsung karena pihak sekolah kurang menyetujui. Hal ini untuk menjaga keamanan dan kenyamanan siswi dalam proses belajar mengajar. Jadi apabila ada pertanyaan, responden tidak dapat menanyakan langsung dan peneliti tidak dapat mengawasi jalannya pengisian kuesioner. Serta ruang lingkup penelitian masih terbatas hanya pada satu sekolah. Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk memperluas populasi.
3. Bagi Masyarakat
Penulis menghimbau agar setiap masyarakat lebih perduli dengan kebersihan organ kewanitaannya, sebab kurang bersihnya organ kewanitaan bisa menyebabkan terjadinya keputihan yang jika dibiarkan lama dapat berdampak kurang baik terhadap kesehatan.
(37)
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Reproduksi Wanita
2.1.1. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ genitalia interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk sanggama, sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin.
Gambar 2.1. Anatomi Genitalia Eksterna Wanita
Dikutip dari: Netter, f.h., 2010. Atlas of Human Anatomy fifth edition. USA; Saunders Elsevier.
(38)
6
Organ Genitalia Eksterna Vulva atau pudenda
Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular.
Mons veneris (mons pubis)
Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai sekitar anus dan paha.
Labia mayora
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura posterior.Labia mayora analog dengan skrotum pada pria.
Labia minora (nymphae)
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk preputium klitoridis dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensistif.
Klitoris
(39)
7
menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.
Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh perineum (fourchette).
Introitus Vagina
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara.
Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi muskulus transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan fasia internal maupun eksternal yang menutupinya.
(40)
8
Gambar 2.2. Anatomi Uterus
Dikutip dari: Paulsen, F. & Waschke, J. 2010. Sobotta. Munchen: Elsevier.
Organ Genitalia Interna
Vagina (Liang Sanggama)
Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat dinamakan rugae. Di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan kelenjar bersekresi.
Vagina dapat darah dari (1) arteri uterine, yang melalui cabangnya ke serviks dan vagina memberikan darah ke vagina bagian tengah 1/3 atas; (2) arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya memberikan darah ke
(41)
9
Uterus
Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan (3) serviks uteri.
Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya; (3) pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunya fimbria
Ovarium (indung telur)
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm (Prawirohardjo, 2010).
2.2. Keputihan (Fluor Albus) 2.2.1. Definisi Keputihan
Leukorea (Keputihan) adalah semua pengeluaran cairan dari genitalia yang bukan darah. Keputihan merupakan keluhan yang paling banyak dikemukakan oleh wanita yang memeriksakan diri ke puskesmas, poliklinik, rumah sakit, maupun
(42)
10
kepada dokter swasta. Leukorea bukanlah penyakit tersendiri tetapi manifestasi klinis (Manuaba,2003).
2.2.2. Etiologi dan Klasifikasi Keputihan terbagi dua macam yaitu :
Fisiologis (normal)
- Menjelang atau sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi
- Melalui rangsangan seksual - Pada saat hamil
- Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormon esterogen dan progesteron sang ibu.
Patologis (abnormal) - Karena infeksi genitalia
- Benda asing, khususnya pada anak-anak - Peserta KB IUCD
- Tumor Jinak
- Manifestasi klinis keganasan (Manuaba, 2009).
Keputihan itu sendiri bisa mengandung tissue fluid, debris sel, karbohidrat, laktobasilus dan asam laktat.
Sumber keputihan dilihat dari anatomi organ reproduksi adalah: - Vulva : Kelenjar vestibulum dan kelenjar kulit vulva
- Vagina :Umumnya deskuamasi sel epitel yang mengandung glikogen lalu laktobasilus memetabolisme glikogen tersebut menjadi asam laktat.
- Serviks: Mukosa yang alkali disekresikan secara berlebihan dan encer selama ovulasi (Hart dan Norman, 2000).
(43)
11
2.2.3. Patogenesis
Derajat pH yang baik untuk menghambat bertumbuhnya mikroorganisme yaitu 4,5. Keputihan diakibatkan oleh perubahan pH disekitar alat genital yang awalnya bersifat asam menjadi lebih basa. PH asam pada genital wanita berfungsi sebagai mekanisme pertahanan alat genital terhadap patogen-patogen didaerah tersebut, pH yang berubah menjadi basa tidak hanya menyebabkan patogen bisa menginvasi daerah genital tetapi juga flora-flora normal yang ada pada daerah genital menjadi bersifat patogen. Adanya keadaan ini menyebabkan vagina mengeluarkan sekret yang tergantung kepada penyebab ataupun mikroorganisme yang menyebabkan keputihan (Sibagariang, 2010).
2.2.4. Tampilan Klinis (Clinical Features)
Volume : Kebutuhan memakai tampon yang berkelanjutan memperlihatkan pengeluaran keputihan yang berlebihan.
Onset : Onset yang tiba-tiba artinya infeksi. Onset bisa juga berhubungan dengan akhir kehamilan, pil kontrasepsi, efek antibiotik atau akibat perilaku seksual. Warna : Warna keputihan normal itu putih bening. Keputihan yang berwarna kuning kehijauan mengindikasikan infeksi bakteri pyogenik, umumnya disertai dengan bau yang tidak sedap. Merah atau coklat gelap mengindikasikan darah.
Iritasi : Beberapa keputihan bisa mengelupas vulva tapi hanya kandida dan trikomonas yang menyebabkan gatal (Hart dan Norman, 2000).
(44)
12
Tabel 2.1. Karakteristik Keputihan
Dikutip dari: Swarts, M.H., 2007. Textbook of Physical Diagnosis:History and
Examination. Amsterdam: Elsevier.
2.2.5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis jika menderita keputihan patologis adalah sebagai berikut : - Gatal
- Keputihan bergumpal - Dispareunia
- Keputihan berbau dan berbuih - Campur darah
- Kontak berdarah (Manuaba,2009).
2.2.6. Pemeriksaan Penunjang
Keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar tersebut. Pasien seharusnya diyakinkan bahwa ada keputihan normal dan terapi tidak
(45)
13
Hampir 20% dari semua pasien yang datang berobat ke klinik ginekologi mengeluh keputihan indikasinya adalah infeksi. Agen infeksinya dibagi dalam 3 grup:
1. Pada 90% kasus infalamasi biasanya ringan dan disebabkan oleh a. Candida albicans
b. Gardnerella vaginalis c. Trichomonas vaginalis
2. Sisanya 10% lagi lebih serius. Mereka bisa menyebabkan nyeri yang sakit, lesi yang seperti tumor, penyebaran ke pelvis atau bisa menyebabkan infeksi menyeluruh.
3. Chalmydia trachomatis adalah penyebab terbanyak morbiditas ginekologi (Hart
dan Norman, 2000).
Keputihan dapat juga menjadi penuntun diagnostik terhadap kemungkinan keganasan yang dapat berasal dari :
- Karsinoma tuba fallopi - Karsinoma endometrium - Karsinoma serviks uteri
- Karsinoma genitalia bagian bawah
Keputihan sebagai gejala penyakit dapat ditentukan melalui berbagai pertanyaan yang mencakup kapan dimulai, berapa jumlahnya, apa gejala penyertanya (gumpalan atau encer, ada luka di sekitar alat kelamin, pernah disertai darah, ada bau busuk, menggunakan AKDR), adakah demam, rasa nyeri di daerah kemaluan. Dan untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan fisik umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium rutin, dan pemeriksaan terhadap leukorea.
Pemeriksaan terhadap keputihan mencakup pewarnaan Gram (untuk infeksi bakteri), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur),
(46)
14
kultur/pembiakan (menentukan jenis bakteri penyebab), dan pap smear ( untuk menentukan adanya sel ganas).
Pada wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya pengeluaran cairan “keputihan” sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan khusus atau rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab keputihan (Manuaba,2009).
2.2.7. Manajemen untuk wanita < 25 tahun Tabel 2.2. Manajemen Keputihan
Dikutip dari: Public Health England, 2013. Management and laboratory diagnosis of Abnormal Vaginal Discharge Quick Reference Guide for Primary Care [diakses tanggal 30 Mei 2015].
Tatalaksana Keputihan :
Trichomonas : Metronidazole 400-500 mg oral, 2×/ hari selama 5-7 hari.
atau
Metronidazole 2 gr oral, dosis tunggal
B.vaginosis : Intravaginal metronidazol gel, 1×/hari selama 5 hari
(47)
15
Clindamycin 300 mg oral , 2×/ hari selama 7 hari
V.candidiasis : Fluconazole 150 mg oral, single dose
Itraconazole 200 mg oral, 2×/ hari untuk 1 hari
Clotrimazole vaginal tablet 500 mg sekali atau 200 mg 1×/hari selama 3 hari (Sherrard, Donders dan White, 2011).
Pencegahan
Berbagai pencegahan yang dilakukan akan berguna untuk mengurangi insidensi keputihan, dimana keputihan merupakan penyakit yang hampir pernah dialami oleh setiap wanita. Pencegahan/edukasi yang dapat diberikan yaitu:
1. Menyeka daerah kelamin dari depan ke belakang 2. Mencuci daerah kelamin dengan air hangat
3. Menghindari sabun atau produk kesehatan feminim 4. Menghindari krim steroid (kecuali diresepkan) 5. Memakai celana dalam katun
6. Menghindari pemakaian celana ketat
7. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel halus yang mudah terselip disana-sini dan akhirnya mengandung jamur dan bakteri untuk bersarang ditempat itu.
8. Jaga kesterilan alat vital. Penggunaan tisu basah atau produk pantyliner harus betul-betul steril.
9. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian (Koronek dan Muhammad dalam Putriani, 2012).
2.3. Masa Remaja (Masa Adolesensi)
Masa Remaja (Masa Adolesensi) adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Jika dipandang dari aspek psikologis dan sosialnya,
(48)
16
masa remaja adalah suatu fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas. Pubertas itu sendiri ditekankan kepada proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan bereproduksi (IDAI, 2005).
Buku-buku Pediatri pada umumnya mendefiniskan remaja apabila telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki. WHO mendefiniskan remaja bila anak telah mencapai umur 10-19 tahun. Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah (IDAI, 2005).
Masa Remaja berlangsung melalui 3 tahapan yang masing masing ditandai dengan isu-isu biologis,psikologik dan sosial, yaitu: Masa Remaja Awal (10-12 tahun), Menengah (13-15 tahun) dan Akhir (16-19 tahun). Masa Remaja Awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari pertumbuhan dan pematangan fisik. Pada saat yang sama penerimaan dari kelompok sebaya sangatlah penting. Masa Remaja Menengah ditandai dengan hampir lengkapnya pubertas, timbulnya keterampilan-keterampilan berpikir yang baru, peningkatan pengenalan terhadap datangnya masa dewasa dan keinginan untuk memapankan jarak emosional dan psikologis dengan orang tua.Masa Remaja Akhir ditandai dengan persiapan untuk peran sebagai seorang dewasa, termasuk klarifikasi dari tujuan pekerjaan dan internalisasi suatu sistem nilai pribadi.
2.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 2.4.1. Pertumbuhan Remaja
Perlu diketahui pertumbuhan dan perkembangan somatik remaja ditandai dengan beberapa ciri khas yaitu :
- Pertama, perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pubertas. Perubahan hormonal secara kulitatif dan kuantitatif terjadi antar masa
(49)
17
dan panjang badan, perubahan dalam komposisi tubuh dan jaringan tubuh dan timbulnya ciri-ciri seks primer dan sekunder yang menghasilkan perkembangan “boy into a man” dan “girl into a woman”
- Kedua, perubahan somatik sangat bervariasi dalam umur saat mulai dan berakhirnya, kecepatan dan sifatnya, tergantung dari masing-masing individu. Karena itu umur yang normal saat tercapainya suatu perubahan dalam pertumbuhan tidak dapat di tentukan dengan pasti melainkan menggunakan umur rata-rata anak.
- Ketiga, meskipun terdapat variasi umur saat timbulnya perubahan-perubahan selama pubertas tetapi setiap remaja mengikuti urutan yang sama dalam pertumbuhan somatik.
Gambar 2.3.Urutan kejadian yang berhubungan dengan pubertas pada anak perempuan.
Dikutip dari: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto.
- Keempat, timbulnya ciri-ciri seks sekunder merupakan manifestasi somatik dari aktivitas gonad yang dipakai oleh Tanner untuk menentukan Sex
Maturity Rating (SMR), dikenal sebagai Stadium Tanner: SMR 1-5
(50)
18
Tabel 2.3. Stadium Maturitas Seks anak perempuan
Stadium Rambut Pubis Payudara
1 Pra-pubertas Pra-pubertas
2 Jarang, sedikit berpigmen, lurus batas medial labia
Payudara dari papilla menonjol sebagai bukit kecil, diameter areola bertambah 3 Lebih hitam, mulai keriting,
jumlah bertambah
Payudara dan areola membesar. Tidak ada pemisahan garis bentuk
4 Kasar, keriting, banyak tetapi lebih sedikit daripada orang dewasa
Areola dan papilla membentuk bukit kedua
5 Segitiga wanita dewasa. Menyebar ke permukaan medial paha
Bentuk dewasa, papilla menonjol, areola merupakan bagian dari garis bentuk umum payudara
Dikutip dari: Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2002. Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja Buku Ajar I. Jakarta: Sagung Seto.
2.4.2. Perkembangan Remaja
Masa remaja menurut cara perkembangannya dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
1. Masa remaja awal dengan cirri khas antara lain: ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya,
2. Masa remaja tengah, dengan cirri khas antara lain: mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.
3. Masa remaja akhir dengan cirri khas antara lain: mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat
(51)
19
2.4.3. Perubahan Kejiwaan
Pada masa remaja perubahan kejiwaan lebih lambat dari fisik dan labil meliputi: 1. Perubahan emosi: sensitif (mudah menangis,cemas,tertawa dan frustasi),
mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga mudah berkelahi
2. Perkembangan inteligensia: mampu berpikir abstrak dan senang member kritik, ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba hal yang baru.
Ciri perubahan ini sangat penting diketahui agar penanganan masalah dapat dilakukan dengan baik. Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba hal-hal baru di dorong oleh rangsangan seksual yang jika tidak dibimbing dengan baik dapat membawa remaja, khususnya remaja perempuan terjerumus dalam hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya.
2.5. Konsep Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku manusia merupakan pencerminan dari berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut atau cemas, dan sebagainya. Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau dibentuk dari faktor-faktor yang ada dalam diri manusia atau unsur kejiwaannya. Meskipun demikian, faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta mengembangkan perilaku manusia.
Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosial atau budaya. Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan semua tantangan hidup yang harus dihadapinya. Lingkungan sosial
(52)
20
atau budaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia. Yang termasuk lingkungan sosial atau budaya adalah sosial ekonomi, sarana dan prasarana sosial, pendidikan, tradisi, kepercayaan, dan agama.
Perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah (domain) kognitif. Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya tadi. Setelah rangsangan tadi diketahui dan disadari sepenuhnya, akan timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap rangsangan.
2.6. Domain Perilaku
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.Faktor penentu atau determinan perilaku sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya
Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya , ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun
(53)
21
demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang.
Dari uraian diatas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau
resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan
perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikolog pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: a)kognitif (cognitive), b)afektif (affective), c)psikomotor (psychomotor) Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
1.Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior)
2.Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Allport (1954), sikap ada 3 komponen yaitu:
a. Kepercayaan(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).
(54)
22
3.Tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinan, antara lain adalah fasilitas.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoadmodjo, 2007).
2.7. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Sehat Terhadap Penanganan dan Pencegahan Keputihan
Perilaku manusia mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif. Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek di luar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya tadi. Setelah rangsangan tadi diketahui dan disadari sepenuhnya, akan timbul tanggapan lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap rangsangan.
Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan (overt behavior). Menurut penelitian Notoadmojo (1990), perilaku yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan yang tanpda dilandasi pengetahuan.
Perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit dan penyakit. Bentuk operasional perilaku kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud, yaitu:
1. Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni tanggapan dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar yang berupa konsep sehat, sakit dan penyakit.
(55)
23
berkaitan dengan mahluk hidup lainnya; dan lingkungan sosial yakni masyarakat sekitarnya.
3. Perilaku dalam wujud tindakan yang sudah nyata, yakni berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan dari luar.
Ada ahli yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan merupakan fungsi dari : 1. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau
pemeliharaan kesehatan (behavior mention)
2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya ( social support)
3. Ada atau tidaknya informasi kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of
information)
4. Otonomi pribadi dari orang yang bersangkutan dalam hal mengambil keputusan untuk bertindak (personal autonomy)
5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situation).
Penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak ada empat yaitu:
1. Pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, perspeksi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap kesehatan.
2. Perilaku kesehatan dari orang lain yang menjadi panutan cenderung akan dicontoh.
3. Sumber data yang mencakup fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak ke fasilitas kesehatan akan berpengaruh positif maupun negatif terhadap perilaku kesehatan seseorang.
4. Kebudayaan yang terbentuk dalam jangka waktu lama sebagai akibat kehidupan masyarakat bersama, akan berubah baik secara cepat maupun lambat sesuai dinamika masyarakat. Kelompok masyarakat yang terbiasa bersih akan menunjang perilaku kesehatan indvidu dan masyarakat (Budiharto, 2010).
(56)
24
2.8. Kerangka Teori
Menurut Lawrence Green perilaku ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau orang lain yang menjadi panutan (Notoadmodjo, 2007 ; Budiharto 2010).
B= f (PF,EF,RF)
Dimana:
B = Behaviour RF = Reinforcing factors PF = Predisposing factors f = fungsi
EF = Enabling factors
Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
(57)
25
Faktor Predisposisi Pengetahuan Sikap
Persepsi Keinginan
Faktor Pendukung Ketersediaan fasilitas
Keterjangkauan pelayanan Perubahan Perubahan perilaku Perilaku Kemampuan petugas
Dukungan pemerintah Keterpaparan informasi
Faktor Pendorong Keluarga
Guru Idola
Tenaga Kesehatan Media
Tokoh Masyarakat
Dikutip dari: Notoadmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
(58)
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang khusus dan penting karena merupakan masa transisi yang ditandai dengan perubahan fisik, emosi dan psikis. Pada masa remaja, perubahan organobiologik terjadi cepat namun tidak seimbang dengan perubahan mental emosional (Pinem, 2009).
Ciri–ciri perubahan ini sangat penting diketahui oleh remaja agar penanganan masalah dapat dilakukan dengan baik, oleh karena itu perlu dukungan dan bimbingan dari lingkungan sekitarnya. Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba hal-hal baru di dorong oleh rangsangan seksual yang jika tidak dibimbing dengan baik bisa membawa remaja, khususnya remaja perempuan terjerumus dalam seks pranikah dan obat-obatan terlarang dengan segala akibatnya (Pinem, 2009).
Menurut WHO (World Health Organization) (2014), 1 dari 6 orang di dunia adalah remaja (usia 10-19 tahun) yang berjumlah ± 1,2 milyar jiwa. Di Asia Tenggara, jumlah remaja ± 350 juta jiwa dan Indonesia mempunyai persentase sebanyak 21,6% remaja dari 350 juta jiwa.
Masalah kesehatan reproduksi remaja mencakup kehamilan dini, HIV (Human Immuno Deficiency Virus), penyakit menular seksual, penyakit infeksi lain, kesehatan mental, kekerasan dan lain-lain (WHO, 2014).
Penyakit menular seksual sendiri banyak ditandai dengan gejala keputihan (Pinem, 2009). Keputihan adalah setiap cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah (Manuaba, 2003).
WHO menyatakan bahwa 5% remaja di dunia terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS) dengan gejala keputihan setiap tahunnya, bahkan di Amerika Serikat 1 dari 8 remaja (Badaryati, 2012).
(59)
berkembang yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan pada perempuan Indonesia ( Nurul et al,2001 dikutip dalam Badaryati, 2012).
Berdasarkan data SKRRI (2007, dalam Badaryati, 2012) menunjukkan pada wanita dengan rentang usia 15-24 tahun mengalami keputihan sebanyak 31,8%. Ini menunjukkan bahwa remaja putri mempunyai resiko tinggi mengalami keputihan.
Masalah reproduksi pada remaja perlu mendapat penanganan serius, karena masalah tersebut banyak muncul di Indonesia salah satunya disebabkan karena faktor perilaku yang kurang baik dalam mencegah maupun menangani keputihan,
Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan Fitrianingsih (2012) bahwa ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 1 Wonosari.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti ingin mengetahui faktor perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) yang mempengaruhi terjadinya keputihan siswi SMK Negeri 8 Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah faktor perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) mempengaruhi terjadinya keputihan pada siswi SMK Negeri 8 Medan ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya keputihan pada siswi SMK Negeri 8 Medan.
1.3.2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perbedaan angka keputihan patologis dan fisiologis pada siswi SMK Negeri 8 Medan.
2. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswi SMK Negeri 8 Medan tentang keputihan.
(60)
3
3. Mengetahui gambaran sikap siswi SMK Negeri 8 Medan terhadap pencegahan keputihan.
4. Mengetahui gambaran tindakan sehat siswi SMK Negeri 8 Medan dalam upaya pencegahan keputihan.
5. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan siswi SMK Negeri 8 Medan terhadap terjadinya keputihan.
6. Mengetahui hubungan sikap siswi SMK Negeri 8 Medan terhadap terjadinya keputihan.
7. Mengetahui hubungan tindakan sehat siswi SMK Negeri 8 Medan terhadap terjadinya keputihan.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.4.1. Bagi Peneliti
Dapat menganalisis domain perilaku, meningkakan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khusunya tentang keputihan.
1.4.2. Bagi Bidang Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar atau bahan perbandingan untuk melakukan penelitian yang akan datang.
1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan agar pendidikan kesehatan reproduksi masuk dalam kurikulum sekolah sehingga remaja mendapat informasi yang memadai tentang kesehatan reproduksi.
1.4.4. Bagi Dinas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dinas kesehatan setempat tentang faktor perilaku yang mempengaruhi terjadinya keputihan pada siswi SMA, sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan penyuluhan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja.
(61)
1.4.5. Bagi Responden
Dapat mengetahui faktor perilaku apa saja yang mempengaruhi keputihan pada dirinya sendiri.
(62)
ii
ABSTRAK
Remaja perlu mendapat perhatian serius karena mereka sangat beresiko terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi termasuk diantaranya adalah keputihan. Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah. Terjadinya keputihan bisa disebabkan oleh faktor fisiologis dan patologis. Terjadinya keputihan patologis pada remaja disebabkan karena kurang baiknya perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) remaja dalam menjaga kebersihan daerah kewanitaannya untuk mencegah terjadinya keputihan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan faktor perilaku dengan kejadian keputihan pada siswi SMK Negeri 8 Medan.
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain studi cross-sectional dan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah responden sebanyak 381 orang. Penelitian dilakukan mulai bulan September sampai November 2015. Metode yang dipakai untuk analisa data adalah chi-square dengan α=0,05.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa yang pernah mengalami keputihan sebanyak 319 orang (83.7%) dan 147 orang (38.6%) diantaranya pernah mengalami keputihan patologis. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel independen seperti pengetahuan, sikap dan tindakan berhubungan dengan terjadinya keputihan karena memiliki nilai p<0.05.
(63)
iii
ABSTRACT
All of teen needs serious attention because they are at risk of reproductive health problems including the whitish (vaginal discharge). Vaginal disharge is discharge from the vagina that is not blood. The occurrence of vaginal discharge can be caused by physiological and pathological factors. The occurrence of pathological vaginal discharge in adolescents due to lack of good behavior (knowledge, attitudes and actions) youth in maintaining the cleanliness of her feminine area to prevent discharge.
The purpose of this study was to determine the correlation between behavioral factors with incidence of vaginal discharge SMK Negeri 8 Medan.
This research is analytical research with cross-sectional study design and use total sampling technique with a number of respondents as many as 381 people. The study was conducted from September to November 2015. The method used to analyze data is chi-square with α = 0,05.
The results indicate that the whitish had experienced as many as 319 people (83.7%) and 147 (38.6%) of them had experienced pathological vaginal discharge. Statistical analysis showed that the independent variables such as knowledge, attitudes and actions associated with the occurrence of vaginal discharge because it has a value of p <0.05.
(64)
ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN
Oleh :
RONAULI AGNES MARPAUNG 120100272
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(65)
ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
RONAULI AGNES MARPAUNG 120100272
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(66)
(67)
ii
ABSTRAK
Remaja perlu mendapat perhatian serius karena mereka sangat beresiko terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi termasuk diantaranya adalah keputihan. Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina yang bukan darah. Terjadinya keputihan bisa disebabkan oleh faktor fisiologis dan patologis. Terjadinya keputihan patologis pada remaja disebabkan karena kurang baiknya perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) remaja dalam menjaga kebersihan daerah kewanitaannya untuk mencegah terjadinya keputihan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan faktor perilaku dengan kejadian keputihan pada siswi SMK Negeri 8 Medan.
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain studi cross-sectional dan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah responden sebanyak 381 orang. Penelitian dilakukan mulai bulan September sampai November 2015. Metode yang dipakai untuk analisa data adalah chi-square dengan α=0,05.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa yang pernah mengalami keputihan sebanyak 319 orang (83.7%) dan 147 orang (38.6%) diantaranya pernah mengalami keputihan patologis. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel independen seperti pengetahuan, sikap dan tindakan berhubungan dengan terjadinya keputihan karena memiliki nilai p<0.05.
(68)
iii
ABSTRACT
All of teen needs serious attention because they are at risk of reproductive health problems including the whitish (vaginal discharge). Vaginal disharge is discharge from the vagina that is not blood. The occurrence of vaginal discharge can be caused by physiological and pathological factors. The occurrence of pathological vaginal discharge in adolescents due to lack of good behavior (knowledge, attitudes and actions) youth in maintaining the cleanliness of her feminine area to prevent discharge.
The purpose of this study was to determine the correlation between behavioral factors with incidence of vaginal discharge SMK Negeri 8 Medan.
This research is analytical research with cross-sectional study design and use total sampling technique with a number of respondents as many as 381 people. The study was conducted from September to November 2015. The method used to analyze data is chi-square with α = 0,05.
The results indicate that the whitish had experienced as many as 319 people (83.7%) and 147 (38.6%) of them had experienced pathological vaginal discharge. Statistical analysis showed that the independent variables such as knowledge, attitudes and actions associated with the occurrence of vaginal discharge because it has a value of p <0.05.
(69)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai untuk salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara .
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Analisa Faktor Perilaku yang Mempengaruh Terjadinya Keputihan pada Siswi SMK Negeri 8 Medan”. Penulisan proposal penelitian ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagi pihak. Oleh karena itu, dengan segala rasa hormat penyusun ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dosen Pembimbing, Dr.dr.M.fidel Ganis Siregar,M.Ked(OG),SpOG(K) yang
telah bersedia meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau untuk senantiasa memberikan bimbingan, kritik dan saran, serta masukan dalam penyusunan proposal penelitian ini.
2. Semua staf pengajar Ilmu Kesahatan Kedokteran (IKK) Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi petunjuk dan bimbingan dalam mengerjakan proposal penelitian ini.
3. Dosen Penguji, dr. Sumondang Pardede, SpPA dan dr. Aida Fitri, SpS yang telah banyak memberikan komentar dan saran yang membangun agar penelitian ini dapat berjalan lebih baik.
4. Semua staf Dinas Pendidikan Kota Madya Medan yang membantu penulis saat melakukan survey awal penelitian serta pelaksanaan penelitian.
5. Semua staf pengajar SMK Negeri 8 Medan yang telah banyak membantu penulis saat melakukan penyusunan karya maupun yang telah memberikan dukungan, kritik dan saran untuk penyelesaian penelitian ini.
6. Keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil sehingga penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya.
(70)
v
7. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil dalam proses penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu .
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ini dan dapat memberikan manfat bagi kita semua.
Medan, 8 Desember 2015
(71)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
KATA PENGANTAR………... ……….. iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL . viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... .. x
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3.Tujuan Penelitian 2
1.4. Manfaat Penelitian 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Sistem Reproduksi Wanita 5
2.1.1.Anatomi Sistem Reproduksi Wanita 5
2.2. Keputihan 9
2.2.1. Definisi Keputihan 9
2.2.2.Etiologi dan Klasifikasi Keputihan 10
2.2.3.Patogenesis 11
2.2.4.Tampilan Klinis (Clinical Features) 11
2.2.5.Manifestasi Klinis 12
2.2.6.Pemeriksaan Penunjang 12
2.2.7.Manajemen untuk wanita < 25 tahun 14
2.3. Masa Remaja (Masa Adolesensi) 15
2.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 16
2.4.1.Pertumbuhan Remaja 16
2.4.2.Perkembangan Remaja 18
2.4.3.Perubahan Kejiwaan 19
2.5. Konsep Perilaku 19
2.6. Domain Perilaku 20
2.7.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Sehat Terhadap
Pencegahan dan Penanganan Keputihan 22
(1)
v
7. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materil dalam proses penelitian ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu .
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan karya tulis ini dan dapat memberikan manfat bagi kita semua.
Medan, 8 Desember 2015
(2)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
KATA PENGANTAR………... ……….. iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL . viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... .. x
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3.Tujuan Penelitian 2
1.4. Manfaat Penelitian 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Sistem Reproduksi Wanita 5 2.1.1.Anatomi Sistem Reproduksi Wanita 5
2.2. Keputihan 9
2.2.1. Definisi Keputihan 9 2.2.2.Etiologi dan Klasifikasi Keputihan 10
2.2.3.Patogenesis 11
2.2.4.Tampilan Klinis (Clinical Features) 11
2.2.5.Manifestasi Klinis 12
2.2.6.Pemeriksaan Penunjang 12 2.2.7.Manajemen untuk wanita < 25 tahun 14 2.3. Masa Remaja (Masa Adolesensi) 15 2.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja 16 2.4.1.Pertumbuhan Remaja 16 2.4.2.Perkembangan Remaja 18
2.4.3.Perubahan Kejiwaan 19
2.5. Konsep Perilaku 19
2.6. Domain Perilaku 20
2.7.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Sehat Terhadap Pencegahan dan Penanganan Keputihan 22
(3)
vii
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 26
3.1. Kerangka Konsep Penelitian 26
3.2. Definisi Operasional 27
3.3. Hipotesis 29
BAB 4 METODE PENELITIAN 30
4.1. Jenis Penelitian 30
4.2. Lokasi danWaktu Penelitian 30
4.2.1.Lokasi Penelitian 30
4.2.2. Waktu Penelitian 30
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 30
4.3.1. Populasi 30
4.3.2. Besar Sampel 30
4.3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi 30 4.4. Teknik Pengumpulan Data 31 4.5. Pengolahan dan Analisa Data 31
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 32
5.1. Hasil Penelitian 32
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 32 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden 32 5.1.3. Deskripsi Faktor Perilaku 34 5.1.4. Hasil Analisa Statistik Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian
Keputihan 36
5.1.5. Hasil Analisa Statistik Sikap dengan Kejadian Keputihan 37 5.1.6. Hasil Analisa Statistik Tindakan dengan Kejadian Keputihan38
5.2. Pembahasan 39
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 41
6.1. Kesimpulan 41
6.2. Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 43
(4)
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 2.2 2.3
Karakteristik Keputihan Manajemen Keputihan
Stadium Maturitas Seks anak perempuan
12 14 17 3.1 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 Definisi Operasional Frekuensi Usia Responden
Frekuensi Responden yang Pernah Mengalami Keputihan
Frekuensi Responden yang Pernah Mengalami Keputihan Patologis
Frekuensi Responden Mengenai Tingkat Pengetahuan Terhadap Keputihan
Frekuensi Responden Mengenai Sikap Terhadap Keputihan
Frekuensi Responden Mengenai Tindakan Mencegah Keputihan
Hubungan antara Pengetahuan dengan Kejadian Keputihan
Hasil Analisa Sikap dengan Kejadian Keputihan Hasil Analisa Tindakan dengan Kejadian Keputihan
27 32 33 33 34 34 35 36 37 38
(5)
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 2.2 2.3
Anatomi Genitalia Eksterna Wanita Anatomi Uterus
Urutan kejadian yang berhubungan dengan pubertas pada anak perempuan
5 8 17
2.4 3.1
Kerangka Teori
Kerangka Konsep Penelitian
25 26
(6)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 3 Informed Consen
Lampiran 4 Kuesioner
Lampiran 5 Ethical Clearance
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 7 Surat Keterangan Validasi 1
Lampiran 8 Surat Keterangan Validasi 2