Preparasi Bahan Baku Pemisahan Campuran kloroform-furfural Analisis Kadar furfural

Menurut Dunlop 1948, untuk mengetahui besarnya yield furfural dapat dihitung dengan rumus : Konsentsari Furfural = jumlah furfural dalam filtrat volume sample Keterangan : b : volume Na 2 S 2 O 3 blanko a : volume Na 2 S 2 O 3 sampel Fp : factor pengenceran

5. Karakterisasi furfural

Furfural yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan Spektrofotometer IR dan UV-Vis, dan Gas Chromatografi- Masa Spektroskopi GC-MS . Pada Spektrofotometer IR dapat diketahui struktur senyawa furfural dan mempelajari karakteristik ikatan gugus fungsi dari senyawa tersebut karena senyawa akan menyerap energi cahaya pada panjang gelombang tertentu. Muncul vibrasi ulur C-H aromatis pada 3134 cm -1 ; C-H aldehida 2851,05 cm -1 dan 2814,49 cm -1 ; C=C aromatis pada 1568,27 cm -; C-O-C pada 1157,39 cm -1 , dan vibrasi C=O pada 1676,29 cm -1 Ong, 2007.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi senyawa furfural dari hidrolisis TKS 2. Kondisis optimum produksi furfural dari TKS adalah pada suhu 90 o C, konsentrasi katalis 15 ,dan waktu 2 jam, dengan konsentrasi furfural 0,368 mgmL, dengan perolehan kadar 30,357. 3. Hasil analisis dengan uji anilin-asetat adanya perubahan warna pada furfural hasil hidrolisis dari kuning menjadi merah, analisis dengan spektrofotometri UV-Vis furfural muncul puncak pada panjang gelombang maksimal λ maks 273 nm, analisis mengunakan spektrofotometri FT-IR munculnya serapan pada panjang gelombang 2850,27 cm -1 dan 1731,02 cm -1 yang menunjukan vibrasi ulur C-H dan C=O aldehid, 1517,81 cm -1 –C=C- dan 1225,20 cm -1 serapan untuk –C-O-C-, analisis GC-MS muncul puncak ion molekul di me 96 yang merupakan berat molekul furfural. B. Saran Adapun saran terhadap penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Diperlukannya variasi lebih lanjut untuk konsentasi asam dan waktu hidrolisis TKS dengan asam. 2. Perlunya dilakukan peninjauan parameter lain yang belum dilakukan seperti pengaruh lignin terhadap perolehan furfural dan perbandingan serbuk TKS dengan cairan pemasak. 3. Perlunya dilakukan proses distilasi vakum pada tahap pemurnian untuk memperoleh furfural yang benar-benar murni. DAFTAR PUSTAKA Anindyawati, Trisanti. 2009. Prospek Enzim Dan Limbah Ligniselulosa Untuk produksi Bioetanol. Bogor: LIPI. Anwar, C., B. Purwono., H.D. Pranowo, dan T.D.Wahyuningsih. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Penerbit UGM. Yogyakarta. 270 hlm. Ardiana, Rena dan Mitarlis. 2012. Pemanfaatan Kulit Buah Siwalan Borassus Flabellifer L. Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Furfural. UNESA Journal of Chemistry. 1 2. Aryafatta. Http: Aryafatta.commengolah-limbah-sawit-jadi-bioetanol. Diakses pada tanggal 25 April 2013 pukul 21:43. Banwell, Colin N., dan E.M. McCash. 1994. Fundamental of Molecular Spectroscopy. Mc Graw-Hill Book Company. London. Brownlee, HJ. 1948. Industrial Development Of Furfural. Industry and engineering Chemistry. Februari Choi, J. I and W.H. Hong. 1999. Recovery of lactic acid by batch distillation with chemical reactions using ion exchange resin. J. Chem. Eng. 32184-189. Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Bandung : Penerbit ITB Darnoko. 1992. Pengaruh Konsentrasi Asam, Suhu, dan Waktu terhadap Hidrolisis Hemiselulose tandan Kosong Kelapa Sawit. Menara Perkebunan. Dian Anggraini dan Han Roliadi.2011. Pembuatan Pulp Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Karton Pada Skala Usaha Kecil.Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 29 3 : 211-225