Pemanfaatan Biogas (Gas Methan) Dari Hasil Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (Pome) Secara Anaerobic Sebagai Bahan Bakar Unit Oil Refinery Dan Pencegah Pencemaran Lingkungan Di Pt.Multimas Nabati Asahan, Batu Bara

(1)

i

PEMANFAATAN BIOGAS (GAS METHAN) DARI

HASIL

PENGOLAHAN PALM

OIL MILL EFFLUENT (POME) SECARA ANAEROBIC SEBAGAI BAHAN

BAKAR UNIT OIL REFINERY DAN PENCEGAH PENCEMARAN

LINGKUNGAN DI PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN,

BATU BARA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat untuk

memperoleh gelar Ahli Madya

SYAIFUL BAHRI SITORUS

102401001

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ii

PERSETUJUAN

Judul : PEMANFAATAN BIOGAS (GAS METHAN)

DARI HASIL PENGOLAHAN PALM OIL MILL

EFFLUENT (POME) SECARA ANAEROBIC

SEBAGAI BAHAN BAKAR UNIT OIL

REFINERY DAN PENCEGAH PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN,

BATU BARA.

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : SYAIFUL BAHRI SITORUS

Nomor Induk Mahasiswa : 102401001

Program Studi : DIPLOMA III (D3) KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Juli 2013 Diketahui

Program Studi D III Kimia Dosen Pembimbing

Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nst, MSi

NIP.195512181987012001 NIP.194805131971072001

Dr.Tini Sembiring,M.S.

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

NIP. 195408301985032001 Dr. Rumondang Bulan, M.S.


(3)

iii

PERNYATAAN

PEMANFAATAN BIOGAS (GAS METHAN) DARI HASIL PENGOLAHAN PALM

OIL MILL EFFLUENT (POME) SECARA ANAEROBIC SEBAGAI BAHAN

BAKAR UNIT OIL REFINERY DAN PENCEGAH PENCEMARAN

LINGKUNGAN DI PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN,

BATU BARA.

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2013

102401001


(4)

iv

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahi-rabbilalamin, segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan banyak karunia kepada penulis khususnya dan kepada kita semua umumnya. Satu hal yang paling penting ialah hanya karena rahmat dan ridho Allah lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam penulis ucapkan kepada sumber inspirasi serta tauladan penulis, nabi Muhammad S.A.W yang merupakan manusia luar biasa yang penulis kagumi dalam hidup karena kesempurnaan akhlak serta kepemimpinan yang telah membawa perubahan zaman yang begitu besar. Dari beliaulah sebenarnya inspirasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai syarat untuk meraih gelar ahli madya pada program studi Diploma 3 Kimia Analis di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis baik dari segi kemampuan, waktu, dan pengetahuan. Karena segala kesempurnaan hanya milik Allah semata. Oleh karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang terbatas guna mencapai kebaikan dan kesempurnaan tugas akhir ini maka penulis mengharapkan keritikan dan saran-saran yang membangun dari para pembaca.


(5)

v

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis tercinta Syahrial Sitorus dan Fatimah yang telah memberikan banyak kasih sayang dan dukungan serta doa restu. serta abang penulis Asril Sitorus, Amd, kakak penulis Iyus nizar Sitorus, serta adik adik penulis Hendra Gunawan Sitorus, Nurbaity Sitorus, Siti Rahmawati Sitorus. Yang telah banyak memberikan dorongan moril maupun materil.

2. Ibu Dr. Tini sembiring, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar meneliti dan memberikan pengarahan pada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Bapak Dr.Sutarman, MSc selaku dekan Fakultaas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara, Medan.

4. Ibu Dr.Rumondang bulan ,MS selaku ketua Departmen Kimia Fakultaas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara, Medan. 5. Ibu Dra. Emma Zaidar,MSi selaku ketua program studi D3 Kimia Analis

Fakultaas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara, Medan.

6. Bapak Harry Tampubolon selaku Mill Manager di PKS PT. Multimas Nabati

Asahan, Batu Bara.

7. Bapak darma syahputra dan lukmanuddin selaku pembimbing lapangan I dan II di PKS PT. Multimas Nabati Asahan, Batu Bara.


(6)

vi

8. Seluruh staff dan karyawan PT. Multimas nabati asahan yang banyak memberi dorongan dan semangat selama penulis melakukan kerja praktek.

9. Rekan rekan tim seangkatan Irmadani, Suayba Sitompul dan Martha Naibaho serta seluruh mahasiswa D3 Kimia Analis stanbuk 2010 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

10. Pendukung serta teman teman dekat penulis yaitu drh. Lilik prayitno, Arie Yudha Nugraha, Ardhiansyah, Syahrial Affandi, Adam Eko Prabowo, Asrul tarigan, Andi kurniawan, Riki Effendi, dan teman seperjuangan lainya yang tak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis berterima kasih dan berdoa kepada Allah SWT, semoga kebaikan mereka dibalas dengan yang lebih. Amin.

Medan, Juni 2013

Penulis


(7)

vii

PEMANFAATAN BIOGAS (GAS METHAN) DARI HASIL PENGOLAHAN PALM

OIL MILL EFFLUENT (POME) SECARA ANAEROBIC SEBAGAI BAHAN

BAKAR UNIT OIL REFINERY DAN PENCEGAH PENCEMARAN

LINGKUNGAN DI PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN,

BATU BARA.

ABSTRAK

Produksi minyak sawit di Indonesia terus meningkat, sehingga akan meningkatkan jumlah limbah oleh karena itu untuk megurangi beban pencemaran lingkungan didalam limbah pada proses pengolahan minyak kelapa sawit dalam pabrik kelapa sawit di PT.Multimas Nabati Asahan, Batu Bara telah dilakukan Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit (LCPKS) dengan menggunkan teknologi Anaerob untuk menghasilkan biogas yang dapat di manfaatkan sebagai bahan bakar pabrik kelapa sawit untuk pembakar dalam unit refinery 200 pabrik kelapa sawit multimas, setelah beban pencemar direduksi maka akan diolah kembali hingga layak untuk di buang ke badan air yaitu laut.


(8)

viii

UTILIZATION OF BIOGAS (METHAN GAS) FROM WASTE PRODUCTION OF PROCESSING PALM OIL MILL EFFLUENT (POME) IN ANAEROBIC AS FUEL TO OIL REFINERY

UNIT AND PREVENT THE ENVIRONMENTAL POLLUTION IN PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN,

BATU BARA.

ABSTRACT

Palm oil production in Indonesia continues to increase, thereby increasing the amount of waste therefore to decimate environmental pollution load in the waste in the processing of palm oil in the palm oil mills in PT.Multimas Nabati Asahan, Batu Bara has made Palm Oil Mill Effluent (POME) by using Anaerobic technology to produce biogas which can be utilized as fuel for burning palm oil mills in the refinery unit Multimas 200 palm oil mills, once the reduced pollutant load will be processed back to decent to throw into a body of water that is the ocean.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan

iii Penghargaan

iv Abstrak

vii Abstract

viii Daftar isi

ix Daftar Tabel

xi

Daftar Gambar

xii Daftar lampiran

xiii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 5


(10)

x

1.4. Manfaat 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka 6

2.1. Sejarah Kelapa sawit 6

2.2. Industri Minyak Kelapa Sawit 8

2.3. Komponen Kimia Minyak Kelapa Sawit 7

2.4. Dampak Lingkungan Industri Kelapa Sawit

13 2.5. Limbah Cair Kelapa Sawit

15 2.6. Undang Undang Lingkungan Hidup.

15 2.6.1. Undang-Undang Luar Negri Sebagai Pembanding

16

2.6.2. Undang-Undang Lingkungan Untuk Pabrik Kelapa Sawit 17

2.7. Fermentasi Biogas (Gas Methan)

19

Bab 3 Metodologi Percobaan

23 3.1. Alat 23 3.2. Bahan 25 3.3. Prosedur 26


(11)

xi

3.3.1. Penyiapan Kolam

26 3.3.2. Pengolahan Dalam tanki Fermentasi (Anaerob tank)

27 3.3.3. Pengolahan Limbah

28 Bab 4 Hasil dan Pembahasan

29 4.1. Data

29

4.2. Perhitungan

31 4.3. Reaksi

31

4.3. Pembahasan

32 Bab 5 Kesimpulan dan Saran

34 5.1. Kesimpulan

34 5.2. Saran

35 Daftar Pustaka


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai fisiko-kimia minyak sawit dan minyak inti sawit 9

Tabel 2. Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit

11 Tabel 3. Komponen minor minyak kelapa sawit

12 Tabel 4. Baku mutu limbah pabrik kelapa sawit


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. fase pembentukan gas methan dari bahan organik

20 Gambar 2.2. reaksi pembentukan gas methan


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran I : PETA IPAL PKS PT.MNA KT

37 Lampiran II : Kapasitas IPAL PKS ( CPO )

38 Lampiran III: Flow chart IPAL PKS PT.MNA KT


(15)

vii

PEMANFAATAN BIOGAS (GAS METHAN) DARI HASIL PENGOLAHAN PALM

OIL MILL EFFLUENT (POME) SECARA ANAEROBIC SEBAGAI BAHAN

BAKAR UNIT OIL REFINERY DAN PENCEGAH PENCEMARAN

LINGKUNGAN DI PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN,

BATU BARA.

ABSTRAK

Produksi minyak sawit di Indonesia terus meningkat, sehingga akan meningkatkan jumlah limbah oleh karena itu untuk megurangi beban pencemaran lingkungan didalam limbah pada proses pengolahan minyak kelapa sawit dalam pabrik kelapa sawit di PT.Multimas Nabati Asahan, Batu Bara telah dilakukan Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit (LCPKS) dengan menggunkan teknologi Anaerob untuk menghasilkan biogas yang dapat di manfaatkan sebagai bahan bakar pabrik kelapa sawit untuk pembakar dalam unit refinery 200 pabrik kelapa sawit multimas, setelah beban pencemar direduksi maka akan diolah kembali hingga layak untuk di buang ke badan air yaitu laut.


(16)

viii

UTILIZATION OF BIOGAS (METHAN GAS) FROM WASTE PRODUCTION OF PROCESSING PALM OIL MILL EFFLUENT (POME) IN ANAEROBIC AS FUEL TO OIL REFINERY

UNIT AND PREVENT THE ENVIRONMENTAL POLLUTION IN PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN,

BATU BARA.

ABSTRACT

Palm oil production in Indonesia continues to increase, thereby increasing the amount of waste therefore to decimate environmental pollution load in the waste in the processing of palm oil in the palm oil mills in PT.Multimas Nabati Asahan, Batu Bara has made Palm Oil Mill Effluent (POME) by using Anaerobic technology to produce biogas which can be utilized as fuel for burning palm oil mills in the refinery unit Multimas 200 palm oil mills, once the reduced pollutant load will be processed back to decent to throw into a body of water that is the ocean.


(17)

xv

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataanya mampu hadir dan berkiprah di indonesia tumbuh dan berkembang denan baik (perkebunannya dapat ditemukan antara lain di sumatra utara dan D.I. Aceh) dan produk olahanya – minyak sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal. ( Tim penulis)

Minyak Sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah dimasa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit. Minyak sawit disamping digunakan sebaai bahan mentah industri pangan, dapat pula digunakan sebagai bahan mentah industri non-pangan.

Dalam perekonomian indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini punya prospek yang cerah sebagai sumber devisa negara . di samping itu, minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak di konsumsi di seluruh dunia, sehingga secara terus menerus mampu menjaga stabilitas harga minyak sawit.(risza,1994)

Tandan buah sawit yang diolah dipabrik akan menghasilkan minyak sawit, inti sawit, cangkang, serat dan tandan kosong . Dalam proses pengolahan terdapat bahan tidak termanfaatkan seperti tandan kosong dan air buangan pabrik. Karena


(18)

xvi

kapasitas yang cukup besar yaitu antara 10 s/d 60 ton/jam maka bahan buangan tersebut mempengaruhi lingkukngan Biotik dan Abiotik.

Perkembangan areal perkebunan kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik yang cukup pesat akan mempengaruhi lingkungan sekitar terutama lingkungan badan penerima limbah. Untuk mengurangi dampak negatif pabrik pengolahan kelapa sawit yang mengacu pada undang-undang No 4 tahun 1982 dan peraturan pemerintah, maka pengendalian limbah pabrik kelapa sawit harus dilakukan dengan baik. Pengendalian limbah pabrik kelapa sawit dapat dilakukuan dengan cara pemanfaatan, pengurangan volume limbah dan pengawasan mutu limbah.

Pembangunan instalasi pengendalian limbah dilakukan bersamaan dengan pembanguna pabrik kelapa sawit dengan sistem yang didasarkan kepada kapasitas dan kualitas yang diinginkan. (Naibaho.1998)

Pemakaian energi bahan bakar yang berasal dari fosil secara global dan terus menerus telah meningkatkan kebutuhan akan sumber energi alternatif. Kini penghargaan terhadap sistem energi biologi semakin bertambah dan kemajuan Bioteknologi dalam bidang ini akan segera membuatnya menjadi proses pilihan sebagai realitas ekonomi. Biomassa seperti residu pengolahan hutan, pertanian serta hewan, limbah organik industri dan ternak, sekarang dapat di koversikan melalui proses fisik-kimiawi dan atau Fermentasi utuk membuat bahan bahan pengganti Petrokimia serta membersihkan bahan bakar fosil. Karena sumber-sumber bahan


(19)

xvii

bakar fosil akan habis dan menjadi semakin mahal , konversi residu organik menjadi bahan bakar cair akan merupakan pertimbangan yang semakin menarik dan semakin ekonomis.

Biomassa dapat dianggap sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable), dan sumber energi ini dapat diubah menjadi energi langsung atau menjadi senyawa senyawa pembawa energi lewat pembakaran langsung, sistem pencernaan anaerob, destilasi, destilasi destruksi, gasifikasi, hidrolisis kimiawi dan hidrolisis biokimiawi.

Konversi biomassa yang dihasilkan menjadi bahan bakar yang dapat digunakan bisa dilakukan dengan cara biologi atau kimiawi ataupun gabungan keduanya. Dua jenis produk akhir yang utama adalah Metana atau Etanol, walaupun produk akhir lainnya dapat timbul sesuai dengan biomassa permulaanya dan dengan proses yang dipakai: sebagai contoh, bahan bakar padat, hidrogen, gas energi rendah, metanol dan hidrokarbon rantai panjang. (Smith,1998)

Pencemaran yang ditimbulkan industri karena ada limbah keluar pabrik mengandung bahan beracun dan bahan berbahaya. Bahan pencemar keluar bersama bahan buangan melalui media udara, air, dan bahan padatan. Bahan buangan yang keluar pabrik masuk dalam lingkungan dapat diidentifikasi sebagai sumber pencemar. pencemaran terjadi akibat adanya bahan beracun dan berbahaya dalam limbah lepas yang masuk lingkungan hingga terjadi perubahan kualitas lingkungan. Sumber bahan beracun dan berbahaya dapat diklasifikasikan: (1) industri kimia


(20)

xviii

organik dan anorganik, (2) pengguna bahan beracun dan berbahaya sebagai bahan baku atau bahan penolong dan (3) peristiwa kimia-fisika,biologi dalam pabrik. (Agusnar,2008)

Sementara pemerintah, dunia industri dan masyarakat mengamati bahwa pendekatan ujung pipa (the end of pipe) yang merupakan salah satu upaya strategis untuk melindungi lingkungan hidup bukanlah metode yang efektif dan hemat biaya. Masih banyak kendala dilapangan. Oleh karena itu disusun beberapa kriteria prinsip pengelolaan atau manajemen limbah baik senyawa kimia organik maupun senyawa anorganik atau campurannya sebagai berikut:

Pollution prevention principe berarti upaya untuk meminimalisasi

timbunan limbah senyawa kimia organik maupu senyawa kimia anorganik atau prinsip pencegahan pencemaran.

Polluter pays principe berarti pihak penghasil bahan pencemar atau

kontaminan senyawa kimia harus membayar semua biaya yang dikeluarkan untuk memproses limbah senyawa kimia organik dan senyawa anorganik.  Crade to grave principe berarti pengawasan limbah dimulai sejak

dihasilkan di tempat proses sampai limbah limbah dibuang. Limbah dan hasil samping dapat memberikan nilai ekonomis bagi pemrakarsa. Hal ini termasuk penerapan teknologi bersih terhadap proses dan bahan baku industri.


(21)

xix

Pengolahan dan penimbunan limbah harus sedekat mungkin dengan

sumber limbah.

Non discriminatory principe berarti semua limbah senyawa senyawa kimia

organik dan senyawa kimia anorganik harus diperlakukan sama dalam pengolahan dan penanganannya.

 Memeperhatikan dan melaksanakan pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). (Suharto,2011) 1.2.Permasalahan

Yang menjadi pokok permasalahan dalam hal ini ialah bagaimana mengatasi air buangan limbah cair pada pabrik pengolahan kelapa sawit di PT.Multimas Nabati asahan,Tbk serta pamanfaatnya sebagai biogas dalam unit refinery dan pengurangan beban pencemaran limbah yang dapat merusak lingkungan hidup serta dampak dampak lainya.

1.3.Tujuan

- Untuk mengetahui bagaimana manfaat dari Limbah Cair Kelapa Sawit (LCPKS) menjadi gas methan (biogas) melalui proses fermentasi Anaerobic.

- untuk mengetahui jumlah limbah yang direduksi oleh tanki Anaerob memenuhi standart yang ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup untuk dibuang ke badan air yaitu laut.


(22)

xx

1.3. Manfaat

Dengan adanya kegiatan analisa serta observasi pada instalasi pengolahan air limbah (IPAL) maka dapat diketahui mekanisme terbentuknya biogas dari proses fermentasi, manfaat gas methan sebagai bahan bakar unit refinery juga dampaknya terhadap lingkungan hidup. Serta metode mana yang lebih baik dalam mengurangi jumlah limbah pencemaran untuk setiap pengolahan limbah cair kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent) dalam pabrik.


(23)

xxi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia. Tanaman ini dimasukkan pertama kali dari Afrika sebagai sentra plasma nutfah pada tahun 1848, ditanam di kebun raya bogor. Percobaan percobaan banyak dilakukan di berbagai tempat di Jawa dan Sumatera. Disumatera selatan misalnya ditanam di Muara Enim (1869) Musi Ulu (1878), di Belitung (1890) dan lain lain. Semuanya dilaporkan tumbuh dengan baik namun belum ada yang memulai membuka perkebunan sacara komersial.

Kebun pertama dibuka pada tahun 1911 di tanah Itam Ulu ( Sumatera Utara) oleh maskapai Olie Palm Cultuur dan Pulau Raja oleh maskapai Huilleries de a Sumatra-RCMA, kemudian oleh Seumadem Cultuur Mij, Sungai Liput Culuur Mij, Mapoli, Tanjung Genteng oleh Palmbomer Cuultur Mij, Medang Ara Cultuur Mij, Deli Muda oleh Helleris de Deli lain lain. Sampai tahun 1915 baru mencakup areal seluas 2715 ha, ditanam rsama kiltur lain seperti kopi, karet, dan tembakau. Pada tahun 1916 ada 16 perusahaan di sumatera utara dan 3 di pulau Jawa. Pada tahun 1920 sudah ada sebanyak 25 perusahaan yang menanam kelapa sawit di sumatera Timur, 8 di Aceh dan 1 di Sumatera Selatan yaitu Taba Pingin dekat Lubuk


(24)

xxii

100 ha. Maskapai utama yang tercatat adalah HVA, RCMA, Socfin, Asahan Cultuur Mij, LCB Mayang, Deli Mij, dan S.Liput Cultuur Mij. (naibaho,1998).

Berdasarkan bukti bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung antara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi dipermasalahkan orang.

Kelapa sawit (Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit di indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Ke-empat batang bibit kelapa sawit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatra Utara.

Luas perkebunan kelapa sawit di indonesia hingga tahun 1993 diperkirakan telah mencapai 1,6 juta hektar dan jumlah produksi minyak kelapa sawit Indonesia pada tahun 1993 dalam bentuk CPO berkisar 3,7 juta Ton.


(25)

xxiii

2.2. Industri Minyak Kelapa Sawit.

Minyak dan lemak termasuk salah satu anggota golongan lipid, yaitu lipid netral. Lipid itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu 1) lipid netral, 2) fosfatida, 3) spingolipid, 4) glikolipid. Semua jenis lipid ini banyak terdapat di alam. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palam kernel oil) dan sebagai hasil hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal atau pellet).

Di indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit adalah pabrik Ekstaksi minyak kelapa sawit di Belawan-Deli.sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavour, kelarutan, dan polimorphism, titik didih (boiling point), titik pelonakan, slipping

point, shot melting point; bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan ( turbidity poin),


(26)

xxiv

Beberapa sifat fisiko-kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada tabel 12.18

Tabel 1. Nilai sifat fisiko-kimia Minyak Sawit Dan Minyak Inti sawit.

Sifat minyak sawit minyak inti

sawit

-___________________________________________________________________ _

Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 0,900-0,913

Indeks bias D 40º C 1,4565-1,4585 1,495-1,415

Bilangan Iod 48-56 14-20

Bilangan penyabunan 196-205 224-254

(Ketaren,2005)

Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah meningkatkan produktifitas perusahaan dan nilai tambah produktivitasnya. Industri komoditas miyak sawit memungkinkan terciptanya mata rantai pengolahan dari dalam negeri. Hal ini diharapkan berdampak positif terhadap perluasan kesempatan berusaha disamping menciptakan tambahan lapangan kerja.


(27)

xxv

dan sumber daya manusia serta tersedianya peluang pasar yang cukup besar baik di dalam maupun di luar negeri.

Pemasaran komoditas perkebunan selama ini masih terkonsentrasi pada upaya Ekspor berupa bahan mentah. Pola pemasaran seperti ini mempunyai posisi yang lemah ditengah tengah ketatnya persaingan dalam perdagangan dunia. Posisi ini juga akan semakin sulit dengan banyaknya barang substitusi sebagai hasil kemajuan teknologi di negara maju yang diciptakan untuk mengurangi ketergantungannya terhadap negara negara berkembang. Oleh karena itu pemerintah telah memulai mengambil langkah-langkah kebijaksanaan untuk mengembangkan kegiatan agroindustri.

Beberapa pengembangan agroindustri yang sudah dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit adalah Margarine, Oleochemical, Gliserin, Fatty Acid dan lain-lain. (risza,1993).

2.3. Komponen Kimia Minyak Kelapa Sawit.

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen perikarp dan 20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis; kadar minyak dalam perikarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.


(28)

xxvi

Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 12.17. Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3 persen.

Tabel 2.Komposisi asam lemak minyak kelapa sawit da minyak inti kelapa sawit.

Asam lemak minyak kelapa sawit minyak inti sawit

(persen) (persen)

Asam kapilat - 3-4

Asam kaproat - 3-7

Asam laurat - 46-52

Asam miristat 1,1-2,5 14-17

Asam palmitat 40-46 6,5-9

Asam stearat 3,6-46 1-2,5

Asam oleat 39-45 13-19

Asam linoleat 7-11 0,5-2


(29)

xxvii

Minyak kelapa sawit tersusun atas lemak dan minyak alam yang terdiri atas trigliserida, digliserida, dan mono digliserida, asam lemak bebas, moisture, pengotor, dan komponen-komponen minor bukan minyak / lemak yang secara umum disebut dengan senyawa yang tidak dapat disabunkan (Sekjen deperindag,2007).

Disamping komponen utama penyusun minyak kelapa sawit berupa asam lemak jenuh dan tak jenuh (Stearin dan Olein), juga terdapat komponen minor yang terdapat pada minyak kelapa sawit dalam jumlah kecil. Minyak kelapa sawit mengandung sekitar 1% komponen minor diantaranya: karoten, vitemin E (tokoferol dan tokotrienol), sterol, fosfolipid, glikiolipid, terpen, dan hidrokarbon alifatik.kegunaan yang terpenting dari karoten dan vitamin E adalah memberikan kontribusi sifat fisiologis yang penting pada tubuh (Choo Yen,1994)


(30)

xxviii

Tabel 3. Komponen minor dari minyak kelapa sawit

No Senyawa Konsentrasi (ppm)

1 Karotenoid 500-700

2 Tokoperol dan Tokotrienol 600-1.000

3 Sterol 326-527

4 Phospolipid 5-130

5 Triterpen Alkohol 40-80

6 Metil Sterol 40-80

7 Squalen 200-500

8 Alkohol Alifatik 100-200

9 Hidrokarbon Alifatik 50

(Tan,1981)

Minyak kelapa sawit (crude palm oil) dan inti minyak kelapa sawit (palm kernel oil) merupakan susunan dari fatty acid, asrified, serta glyerol yang masih banyak lemaknya. Didalam keduanya tinggi serta penuh dengan fatty acid, antara 50% dan 80% dari masing-masingnya.minyak kelapa sawit mempunyai 16 nama carbon yang penuh asam lemak palmitic acid berdasarkan dalam minyak kelapa sawit. Sebagian besar minyak kelapa sawit berisikan lauric acid. Didalam minyak sawit banyak mengandung vitamin K dan Magnesium.(Sekjen Deperindag,2007)


(31)

xxix

2.4. Dampak Lingkungan Industri Kelapa Sawit

Pembangunan industri di indonesia berdasarkan konsepsi wilayah pusat pertumbuhan industri yang mencerminkan keterpaduan dan keterkaitan serta bertumpu pada potensi sumber daya alam dan energi. Atas dasar ini dilakukan dua macam pendekatan yaitu pendekatan Sektoral dan pendekatan Regional.

Pencemaran terjadi akibat adanya bahan beracun dan berbahaya dalam limbah lepas yang masuk lingkungn hingga terjadi perubahan kualitas lingkungan. Sumbaer bahan beracun dan berbahaya dapat diklasifikasikan: (1) industri kimia organik maupun anorganik, (2) penggunaan bahan beracun dan berbahya sebagai bahan baku atau bahan penolong dan (3) peristiwa kimia-fisika, bologi dalam pabrik. Lingkungan sebagai bahan penerima akan menyerap bahan tersebut sesuai dengan kemampuanya. Sebagai bahan penerima adalah udara, permukaan tanah, air sungai, danau, dan lautan yang masing-masing mempunyai karakteristik berbeda. Air di suatu waktu dan tempat tertentu berbeda karakteristiknya dengan air pada tempat yang sama dengan waktu yang berbeda. Air berbeda karakteristiknya akibat peristiwa alami serta pengaruh faktor lain.

Limbah yang mengandung bahan pencemar akan merubah kualitas lingkungan bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung lingkungan yang ada padanya. Oleh karena itu penting diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang terkandung. Pengaruh pencemaran lingkungan diukur dengan perubahan kualitas lingkungan. Kualitas


(32)

xxx

lingkungan di tetapkan pada satu periode dan tempat tertentu. Kualitas adalah suatu numerik yang di tetapkan berdasarkan situasi dan kondisi tertentu dengan mempertimbangkan banyak faktor yang mempengaruhi lingkungan. Kualitas lingkungan mengalami perubahan pada suatu periode tertentu sesuai dengan interaksi komponen lingkungan.

Kualitas limbah menunjukkan spesifikasi limbah yang diukur dari kandungan pencemar dalam limbah. Kandungan pencemar dalam limbah terdiri dari berbagai parameter. Semakin sedikit parameter dan semakin kecil konsentrasi, menunjukkan peluang pencemar terhadap lingkungan semakin kecil. Limbah yang diproduksi oleh pabrik berbeda satu dengan yang lain, masing masing memiliki karakteristik tersendiri pula. Karakter ini diketahui berdasarkan parameternya. ( Agusnar, 2008).

Limbah dapat dianggap sebagai bahan atau bentuk energi yang tidak bias dimanfaatkan secara ekonomis, diperoleh kembali dan di daur ulang pada waktu dan tempat tertentu. Pertumbuhan populasi manusia umumnya di imbangi dengan pembentukan jenis-jenis produk limbah yang lebih luas, dan banyak diantaranya menyebabkan pencemaran lingkungan yang serius dila dibiarkan bertumpuk dalam ekosistem.pelaksanaan sistem penanggulangan limbah dari beberapa abad dahulu bermacam macam dan yang kesemunya itu bertujuan menghilangkan ancaman yang berbahaya bagi kesehatan dan mengurangi jumlah senyawa organik yang bias teroksidasi sehingga dihasilkan air buangan akhir yang bisa dialirkan keluar


(33)

xxxi

kedalam lingkungan alam tanpa menimbulkan efek apapun yang merugikan (Smith,1995).

2.5. Limbah Cair Kelapa Sawit

Limbah cair juga dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit. Ini berasal dari kondensat, satsiun klarifikasi dan dari Hydrocyclone. Limbah kelapa sawit memiliki kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya kadar bahan tersebut menimbulkan beban pencemaran yang besar, karena diperlukan degredasi bahan organik yang lebih besar pula. Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses pengolahan kelapa sawit, sedangkan lumpur yang mengalami proses sedimentasi disebut lumpur sekunder. Kandungan bahan organiik lumpur juga tinggi yaitu pH berkisar 3-5.

(Fauzi,2004).

2.6. Undang Undang Lingkungan Hidup

Pencemaran lingkungan berakibat terhadap kesehatan manusia, tata kehidupan, pertumbuhan flora dan fauna yang berada dalam jangkauan pencemaran. Gejala pencemaran dapat terlihat pada jangka waktu singkat maupun panjang, yaitu pada tingkah laku dan pertumbuhan. Pencemaran dalam waktu yang relatif singkat, terjadi seminggu sampai dengan setahun sedangkan pencemaran dalam waktu yang panjang terjadi setelah masa 20 tahun lebih.


(34)

xxxii

Tanda-tanda pencemaran ini gampang terlihat pada komponen lingkungan yang terkena pencemaran. Berbeda halnya dengan pencemaran yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Bahan pencemar sedikit demi sedikit terakumulasi. Jangkauan pencemar dalam jangka pendek maupun panjang tergantung pada sifat limbah, jenis, volume limbah, frekuensinya dan lamanya limbah berperan. (Agusnar,2008).

Peraturan keselamatan (safety), keselamatan (Health), dan lingkungan Hidup (environmental) dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu :

• Peraturan Luar Negeri, dan penetapan ISO 14001

• Peraturan dalam negeri.

2.6.1. Peraturan luar negri sebagai pembanding

Beberapa contoh peraturan luar negeri dikeluarkan oleh pihak Amerika Serikat, yaitu:

• Peraturan occupation safety and Health Act yang di terbit-kan di amerika serikat pada tanggal 29 Desember 1970 bertujuan untuk mengurangi kecelakan di tempat kerja menyebabkan luka-luka, sakit dan meninggal dunia.

• Occupation safety and health standart bekerja sama dengan instansi

Department of labour Occupation safety and Health Administration

(OSHA) dan national Institute for Occupational safety and Health (NIOSH).


(35)

xxxiii

Undang-undang lingkungan hidup di Amerika Serikat

National Enviromental Policy Act of 1970 (NEPA) Clean Air Act of 1970 (CAA)

Federal Water Pollution Control Act of 1970 (FWCPA) Comprehensive Environmental Response, Compensation and

Liability Act of 1980 (CERCLA).

Undang undang Republik Indonesia (UURI) Nomor 4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup dan diikuti beberapa Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Menteri, Surat Keputusan Menteri sampai dengan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup harus disosialisasikan dan ditaati oleh dunia industri, masyarakat, dan pengusaha.

Undang- Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 sebagai pembaruan UU RI Nomor 4 Tahun 1982, sehingga sehingga proses pembuktian dan Penentuan subyek Hukumnya sudah di atur dalam pasal 30 s/d 48 mulai dari penyelesaian sengketa lingkungan hidup, tanggung jawab mutlak, penyidikan dan ketentuan pidananya. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1977 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah disahkan pada Tanggal 19 September 1997 merupakan Revisi Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1982 (Suharto,2011).


(36)

xxxiv

2.6.2. Undang Undang Lingkungan Untuk Pabrik Kelapa Sawit

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa pembuangan limbah segar

kebadan air penerima akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, oleh karena itu perlu dikendalikan agar sesuai dengan dengan persyaratan bahan baku yang diperkenankan. Mutu limbah yang diperkenankan menurut Keputusan Menteri Negara KLH No.Kep.03/MENKLH/II/1991 adalah seperti tabel berikut.

Tabel 4. Baku Mutu Limbah Pabrik Kelapa Sawit.

Parameter Beban Maksimum

___________________________________________________________________ _

pH 6-9

BOD,ppm 250

COD,ppm 500

TSS, ppm 300

NH3-N,ppm 20

Oil-grease, ppm 30

(Naibaho,1998) Pengelolaan lingkungan hidup menjadi suatu keharusan bagi agribisnis kelapa sawit karena meningkatnya tekanan konsumen akan roduk yang ramah lingkungan (green product ).

Landasan hukum yang digunakan untuk pengelolaan lingkungan hidup sebagai berikut:


(37)

xxxv

1. Undang-undang Nomor 4 tahun 1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1993 sebagai penyempurnaan

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1986 tentang pengelolaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

3. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1990 tentang pembentukan badan

Penanggulangan Dampak Lingkungan (BAPEDAL).

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengolahan Lingkungan

Hidup sebagai penyempurna UU No.4 tahun 1982.

5. Peratura Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 sebagai penyempurna PP No. 51 Tahun 1993, dimana telah diakomodir wacana otonomi daerah sehingga memungkinkan pembahasan dan penilaian AMDAL oleh Pemerintah Daerah.

Menurut keputusan Kepala Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Hidup No.19 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup pada Lampiran II dikemukakan bahwa studi AMDAL, terdapat empat kelompok parameter komponen lingkungan hidup, sebagai berikut :

• Fisik-Kimia (iklim,kualitas udara,demografi,ruang ,lahan,tanah,dan hidrologi)

• Biologi (flora dan fauna)

• Sosial (budaya,ekonom,dan pertahanan/keamanan)


(38)

xxxvi

2.7. Fermentasi Biogas (gas methan).

Teknologi fermentasi dapat melibatkan sel-sel hidup yang lengkap (mikroba, sel-sel hewan dan tumbuhan) atau komponen sel (Enzim) dan diarahkan untuk menimbulkan perubahan kimiawi atau fisika yang spesifik pada substansi organik. Konversi bahan organik menjadi metana lewat fermentasi merupakan proses alami, yang menghasilkan energi dalam keadaan bersih, berenergi tinggi dan berbentuk gas. Produk metana terjadi secara alami pada rawa-rawa, pada endapan organik dalam sistem akuatik dan pada usus sapi.

C₆H₁₂O₆ → CH₄ + 3CO₂

Mikrobiologi produksi metana sangat kompleks dengan menggunakan berbagai campuran mikroorganisme anaerob. Pada prinsipnya, fermentasi anaerob dari campuran bahan organik yang kompleks diyakini akan berlangsung melalui tiga fase biokimiawi yang penting. Dengan masing-masing membutuhkan parameter mikrobiologi yang spesifik. Tahap permulaan memerlukan pelarutan molekul-molekul yang kompleks seperti molekul-molekul selulosa, lemak, dan protein, yang membentuk sebagian besar bahan organik mentah. Hasil tahap ini yang berupa produk yang dapat larut dengan berat molekul rendah kemudian diubah menjadi asam asam organik; dalam fase akhir aktifitas mikroba, asam-asam ini (yang terutama asam-asam asetat) mengalami penguraian spesifik oleh bakteri metanogen menjadi metana dan CO₂.


(39)

xxxvii

Fase 1 fase 2 fase 3

Mikroorganisme dekomposisator lemak

Mikroorganisme bakteri metana

dekomposisatisator protein

mikroorganisme dekomposisator selulosa

( Smith, 1988)

proses digesti Anaerob Air Limbah merupakan suatu teknik yang sudah dipraktekkan sejak lama, dan banyak sistem pembuangan air limbah perkotaan memanfaatkan berbagai cara untuk menangkap metana serta mendapatkan energi bagi kebutuhan pabrik pengolahan air limbah tersebut. Pengembalian energi itu merupakan cara sederhana dan pengembangan berskala besar kelihatan tidak mungkin terlaksana. (Smith,1988).

lemak protein

Selulosa

SENYAWA TERLARUT

C₆H₁₂O₆ → 3 CH₄ + 3CO₂ + 20 Kkal

ASAM ORGANIK CH₄

+ 3CO₂


(40)

xxxviii

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Alat-Alat

- Themometer

- pH meter

- Sensor

- Pengukur tekanan

- Pengukur volume

- Pembakar gas (Stabilizer)

- Filter gas

- Aerator

- Decanter 2 phase

- Peralatan listrik

- Blower


(41)

xxxix

- Penghitung volume retensi

- Slurry pond 1620 M³

- Cooling pond 2184 M³

- Mixing pond I 2184 M³

- Mixing pond II 2184 M³

- Transfer pond 10 M³

- Anaerobic Tank 6900 M³

- Aerobic Tank 8000 M³

- Netralizing pond 6100 M³

- Polishing pond

- Buffer pond

- Drain sludge pond

- Mini Pond 25 M³

- Fish pond 1250M³

- Clarifier

- CPU komputer


(42)

xl

3.2.Bahan

- biakan bakteri streptococci, methanobacillus, methanobacterium

- biakan bakteri aerobic

- limbah cair kelapa sawit

- limbah cair refinery


(43)

xli

3.3.Prosedur Pengerjaan.

3.3.1. Penyiapan Kolam

- disiapkan kolam kolam penampungan limbah cair dari beberapa sumber-sumber penghasil limbah.

- di kosongkan kolam dari minyak maupun air..

- dihitung kapasitas volume kolam.

- dialirkan limbah cair pabrik kelapa sawit dari sumbernya (PKS).

- dihitung debit air limbah cair yang masuk kedalam kolam slury pond.

- di hitung retention time limbah cair yang ada di kolam.

- didiamkan sesuai retention time nya

- di catat data yang di peroleh.

- dialirkan under flow limbah cair dari slurry pond menuju cooling pond.

- didiamkan sesuai retention time nya sambil dilakukan aerasi.


(44)

xlii

- diturunkan suhunya dan didiamkan sesuai retention time nya sambil dilakukan aerasi.

- dialirkan over flow menuju buffer pond, dan under flow menuju netralizing pond

- dialirkan over flow buffer pond menuju polishing pond.

- dari netralizing pond dialirkan menuju transfer pond.

- di ukur suhu, dan pH

- dialirkan menuju transfer pond.

3.3.2. Pengolahan Dalam Tanki fermentasi (Anaerob tank)

- disiapkan lumpur aktif yang berisi mikroorganisme di dalam Anarob Tank

- dari transfer pond di ukur pH dan suhu yang sesuai dengan jenis Mikroorganisme yang dibikkan dalam tanki.

- dialirkan menuju Anaerobic tank 1-6.

- diaktifkan sensor di setiap unit Anaerob tank .

- didiamkan hingga terjadi reaksi fermentasi (membentuk biogas)

- di monitoring setiap jam melalui komputer.

- di pisahkan gas yang di peroleh dengan limbah cair melalui blower.


(45)

xliii

- pada saat tertentu di murnikan dengan NaOH 8-10%

- di uji gas methan dengan pembakar gas

- jika belum dikirim disimpan didalam temporary storage tank.

- di transfer ke unit refinery sebagai bahan bakar melalui pipa pembawa.

- di hitung jumlah gas yang di transfer.

- dicatat hasilnya.

3.3.3. Pengolahan Limbah

- dipisahkan gas dengan limbah cair.

- dialirkan limbah cairdari Anaerobic tank 1,2,3 menuju clarifier 1

- dialirkan limbah cairdari Anaerobic tank 4,5,6 menuju clarifier 2

- dialirkan kembali menuju polishing pond.

- dicampurkan dengan limbah cair dari buffer pond.

- dialirkan over flow kolam polishing pond menuju sludge drain pond

- dihisap slurdge dalam kolam menuju Decanter

- dipisahkan lumpur (sludge dengan air)


(46)

xliv

- dialirkan menuju Aerobic Tank

- didiamkan hingga terjadi reaksi dan mikroorganisme serta limbah pencemar berkurang.

- dialirkan menuju clarifier 3.

- diendapkan padatan yang masih tersisa.

- dialirkan over flow menuju fish pond.

- di uji parameter limbah yang akan buang di dalam Laboratorium.


(47)

xlv

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Data

Tabel 1. LOG SHEET METHANE GAS

Hari/ tanggal : Kamis/ 23 februari 2013

JAM

BLOWER GAS METHANE

Flaring

KETERANGAN Frequency Blower Inlet Blower Outlet Gas Flow Gas Flow

(htz) (htz) (mm H2O) (mm H2O) (kg/jam) Total (kg) (On/Off)

08.00 10 18 93 3500 215 On Shift 1

09.00 11 18 91 3500 210 On Refinery 400 Refinery 200

10.00 10 18 94 3500 256 On Flow: Flow: 132kg/J

11.00 15 18 93 3500 280 On Tem : Tem :240ᵒC

12.00 14 18 89 3500 253 On Kap : Kap :11 Ton/J

13.00 15 18 83 3500 252 On Olah: Olah:RHSOL

14.00 11 18 78 3500 173 On

15.00 14 18 81 3500 227 On

16.00 6 18 93 3500 129 On Shift 2

17.00 14 18 83 3500 245 On Refinery 400 Refinery 200

18.00 14 18 86 3500 272 On Flow: Flow:130kg/J

19.00 10 18 89 3500 199 On Tem : Tem :225ᵒC


(48)

xlvi

21.00 7 18 107 3500 104 On Olah: Olah:HKC-9

22.00 14 18 85 3500 275 On

23.00 16 18 79 3500 275 On

00.00 16 18 81 3500 278 On Shift 3

01.00 14 18 85 3500 271 On Refinery 400 Refinery 200

02.00 13 18 87 3500 279 On Flow: Flow:235kg/J

03.00 11 18 86 3500 265 On Tem : Tem :130ᵒC

04.00 11 18 95 3500 219 On Kap : Kap :11 Ton

05.00 13 18 97 3500 279 On Olah: Olah: HKS

06.00 13 18 73 3500 268 On

07.00 11 18 86 3500 232 On

Tabel 2. LOG SHEET FLOW METER EFFLUENT TREATMENT

Hari/Tanggal : kamis/28 Februari 2013

Shift 1

No Item start finish total

1 Slurry pond M³ 486517 486655 138 M³

2 Fish Pond M³ 509666 509929 265 M³

3 Feeding M³ - -

4 Product Methan kg - -

5 Komposisi Methan CH₄ % H₂S ppm

65,5 -

6 Tawas kg - -


(49)

xlvii

8 power usage 1 KWH 17125 -

9 power usage 2 KWH 118801 -

10 press water usage M³ 86434 -

11 sludge Decanter M³ - -

Shift 2

No Item start finish total

1 Slurry pond M³ 448855 486896 241

2 Fish Pond M³ 509929 510180 251

3 Feeding M³ - -

4 Product Methan kg - -

5 Komposisi Methan CH₄ % H₂S ppm

67 -

6 Tawas kg - -

7 Polimer Kg - -

8 power usage 1 KWH 17133 -

9 power usage 2 KWH 118810 -

10 press water usage M³ 86434 -


(50)

xlviii

Shift 3

No Item start finish total

1 Slurry pond M³ 486876 487045 548 M³/Day

2 Fish Pond M³ 510180 510411 745 M³/Day

3 Feeding M³ - -

4 Product Methan kg - -

5 Komposisi Methan CH₄ % H₂S ppm

67,7 -

6 Tawas kg - -

7 Polimer Kg - -

8 power usage 1 KWH - 17140 15 KWH

9 power usage 2 KWH - 114817 116 KWH

10 press water usage M³ - 86437 3 M³

11 sludge Decanter M³ - -

4.2. perhitungan


(51)

xlix

4.4. Pembahasan

Pada pengolahan limbah lumpur berupa senyawa kimia organik dengan proses Anaerobik oleh berbagai macam mikroba yang dibantu oleh nutrien menjadi produk gas bio. Keuntungan perlakuan anaerobic diantaranya adalah : reduksi limbah, stabilisasi, perbaikan drainase dan matinya mikroba patogen. Komponen limbah industri sangat kompleks termasuk didalamnya polisakarida, lemak dan protein.

Senyawa polisakarida, protein dan lemak dihidrolisis menjadi senyawa dengan berat molekul rendah khususnya asam lemak dan alkohol dengan berat molekul


(52)

l

rendah. Seterusnya senyawa asam lemak dan alkohol akan dikonversi menjadi gas methan dan gas karbondioksida.

Biogas adalah campuran gas yang dilepaskan dari hasil fermentasi bahan bahan-bahan organik yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anarobik. Teknologi biogas menghasilkan gas yang sebagian besar mengandung gas methan (CH₄) dan karbon dioksida (CO₂), serta beberapa kandungan gas lain yang

jumlahnya kecil diantaranya hidrogen disulfida (H₂S), Amoniak (NH₃), Hidrogen (H₂), dan Nitrogen (N₂).


(53)

li

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

dari hasil observasi yang telah dilakukan selama di instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di pabrik kelapa sawit P.T.Multimas nabati asahan diperoleh kesimpulan:

- Biogas dihasilkan dari proses Fermentasi Anaerobic dalam tanki Anaerob yang telah terdapat lumpur aktif yang berisi mikroorganisme penghasil gas methan yang berfungsi merubah senyawa organik dalam limbah menjadi gas CH₄, CO₂, NH₃, H₂S, H₂, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti solar atau bahan bakar minyak lainya untuk unit pengolahan Refinery 200 Pabrik Kelapa Sawit Multimas yang menghemat konsumsi solar sekitar 1500 L / Hari.

- Berdasarkan baku mutu limbah cair industri kelapa sawit yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dapat disimpulkan bahwa Limbah Cair Kelapa Sawit yang di analisa memenuhi standart untuk dibuang kebadan air yaitu laut.


(54)

lii

- Teknologi anaerob untuk menghasilkan biogas dan mereduksi limbah pencemar merupak metode yang paling baik bagi industri untuk

menghasilkan limbah yang ramah lingkungan, sebaiknya digunakan untuk mengolah air limbah dengan kandungan organik tinggi. Jika menggunkan teknologi ini sebaiknya gas CH₄ setelah dimurnikan dengan cara yang tepat, maka dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai energi daripada dibuang kelingkungan karena CH₄ merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya global warming (pemanasan global).

5.2. Saran

- Sebaiknya perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan minyak kelapa sawit harus mengolah limbahnya agar tidak terjadi pencemaran lingkungan serta terjadi pemanasan global karena terjadi pelepasan gas rumah kaca ke udara yang dihasilkan pabrik.

- Sebaiknya pemeriksaan terhadap limbah cair kelapa sawit perlu dilaksanakan secara rutin oleh perusahaan dan lembaga atau instansi terkait.

- Sebaiknya perusahaan minyak kelapa sawit meningkatkan teknologi yang bewawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk meningkatkan


(55)

liv

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Gambaran Sekilas Industri Kelapa Sawit ,sekjen Deperindag Jakarta: Deperindag.

Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemaran dan Pengendalan Lingkungan. Medan: USU Press.

Choo Yen, M. 1994 .Palm Oil Carotenoid Food And Nutrition Bulletin.Vol 23.

Fauzi, Yan dkk. 2004. Kelapa Sawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah,

Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 14. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: UI-Press.

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Paham, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Managemen Agribisnis dari Hulu

hingga Hillir.Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadaya.

Risza, S. 1994.Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Smith, J.E. 1998. Bioteknologi. Edisi 2. Jakarta. EGC Press.

Suharto. 2011. Limbah Kima Dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.

Tan, B.K. 1981. Malaysian Palm Oil Chemical And Physical Characteristics. Selangor Darul Ehsan: PORIM Technology.


(56)

lv


(57)

(58)

(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

dari hasil observasi yang telah dilakukan selama di instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di pabrik kelapa sawit P.T.Multimas nabati asahan diperoleh kesimpulan:

- Biogas dihasilkan dari proses Fermentasi Anaerobic dalam tanki Anaerob yang telah terdapat lumpur aktif yang berisi mikroorganisme penghasil gas methan yang berfungsi merubah senyawa organik dalam limbah menjadi gas CH₄, CO₂, NH₃, H₂S, H₂, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti solar atau bahan bakar minyak lainya untuk unit pengolahan Refinery 200 Pabrik Kelapa Sawit Multimas yang menghemat konsumsi solar sekitar 1500 L / Hari.

- Berdasarkan baku mutu limbah cair industri kelapa sawit yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dapat disimpulkan bahwa Limbah Cair Kelapa Sawit yang di analisa memenuhi standart untuk dibuang kebadan air yaitu laut.


(2)

pencemar merupak metode yang paling baik bagi industri untuk

menghasilkan limbah yang ramah lingkungan, sebaiknya digunakan untuk mengolah air limbah dengan kandungan organik tinggi. Jika menggunkan teknologi ini sebaiknya gas CH₄ setelah dimurnikan dengan cara yang tepat, maka dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai energi daripada dibuang kelingkungan karena CH₄ merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya global warming (pemanasan global).

5.2. Saran

- Sebaiknya perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan minyak kelapa sawit harus mengolah limbahnya agar tidak terjadi pencemaran lingkungan serta terjadi pemanasan global karena terjadi pelepasan gas rumah kaca ke udara yang dihasilkan pabrik.

- Sebaiknya pemeriksaan terhadap limbah cair kelapa sawit perlu dilaksanakan secara rutin oleh perusahaan dan lembaga atau instansi terkait.

- Sebaiknya perusahaan minyak kelapa sawit meningkatkan teknologi yang bewawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk meningkatkan


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Gambaran Sekilas Industri Kelapa Sawit ,sekjen Deperindag Jakarta: Deperindag.

Agusnar, H. 2008. Analisa Pencemaran dan Pengendalan Lingkungan. Medan: USU Press.

Choo Yen, M. 1994 .Palm Oil Carotenoid Food And Nutrition Bulletin.Vol 23.

Fauzi, Yan dkk. 2004. Kelapa Sawit , Budi Daya, Pemanfaatan Hasil, dan Limbah,

Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Cetakan 14. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Ketaren. S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: UI-Press.

Naibaho, P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Paham, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Managemen Agribisnis dari Hulu

hingga Hillir.Cetakan Pertama. Jakarta : Penebar Swadaya.

Risza, S. 1994.Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Smith, J.E. 1998. Bioteknologi. Edisi 2. Jakarta. EGC Press.

Suharto. 2011. Limbah Kima Dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.

Tan, B.K. 1981. Malaysian Palm Oil Chemical And Physical Characteristics. Selangor Darul Ehsan: PORIM Technology.


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Reaksi Transesterifikasi Degummed Palm Oil (DPO) untuk Menghasilkan Biodiesel Sawit Menggunakan Lipozyme TL IM sebagai Biokatalis

0 86 67

Reaksi Transesterifikasi DPO (Degummed Palm Oil) untuk Menghasilkan Biodiesel Sawit Menggunakan Lipozyme dalam Pelarut Ionic Liquid1-Butyl-3- Methylimidazolium Hexafluorophosphate ([Bmim][Pf6]

8 102 88

Pengaruh Jumlah Palm Oil Fly Ash Terhadap Microstruktur Dan Sifat Mekanis Metal Matrix Composite (MMC) Dengan Metode Stir Casting

1 49 105

Reaksi Transesterifikasi DPO (Degummed Palm Oil) untuk Menghasilkan Biodiesel Sawit Menggunakan Lipozyme dalam Pelarut Ionic Liquid1-Butyl-3-Methylimidazolium Hexafluorophosphate ([Bmim][Pf6])

0 49 85

Studi Eksperimental Pengaruh Persentase Palm Oil Fly Ash ( POFA ) Terhadap Kekerasan Dan Mikrostruktur Metal Matrix Composite ( MMC ) Menggunakan Metode Centrifugal Casting

1 40 105

Produksi biogas dari Palm Oil Mill Effluent (POME) dengan penambahan kotoran sapi potong sebagai aktivator

0 6 106

Pemanfaatan Mikroba Penghidrolisis Selulosa untuk Produksi Gas Metana dengan Bahan Dasar POME (Palm Oil Mill Effluent).

0 5 40

Pemanfaatan Biogas (Gas Methan) Dari Hasil Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (Pome) Secara Anaerobic Sebagai Bahan Bakar Unit Oil Refinery Dan Pencegah Pencemaran Lingkungan Di Pt.Multimas Nabati Asahan, Batu Bara

0 9 58

PENGOLAHAN PALM OIL MILL EFFLUENT (POME) DENGAN METODE FENTON DAN KOMBINASI ADSORPSI-FENTON

0 0 8

Pabrik Compressed Methane Gas (CMG) dari Biogas Hasil Fermentasi Thermophilic Palm Oil Mill Effluent (POME) - ITS Repository

0 1 216