FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT MAHASISWA AKUNTANSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING (APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOUR)
ii ABSTRACT
Factor That Influencing Accounting Students Intention To Do Whistleblowing
(Theory Application of Planned Behaviour) By
ARUM PUSPARANI
This study aimed to examine factor that influencing accounting students to do whistleblowing. Variabel that used in this study were Subjective Norm, Attituted Towards Behaviour, and Perceived Behavioral Control as Independent Variable and Intention whistleblowing as Dependent Variable.
The data comes from 210 questionnaires, distributed in three universities are: Lampung of University, Bandar Lampung University, and Malahayati University. Analysis of the data processed using the Partial Least Square (PLS) with SmartPLS 2.0.
The study states that Subjective Norms and attitudes toward no significant effect on the intention accounting students do whistleblowing. Meanwhile, perceived behavioral control has a positive impact on the intention accounting students do whistleblowing.
Key words:. Subjective Norms and attitudes toward, perceived behavioral control accounting students, whistleblowing.
(2)
iii ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT MAHASISWA AKUNTANSI MELAKUKAN WHISTLEBLOWING
(APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOUR) Oleh
ARUM PUSPARANI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa melakukann tindakan whistleblowing. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu norma subyektif, sikap terhadap perilaku, dan persepsi kendali perilaku sebagai variabel independen dan niat whistleblowing sebagai variabel dependen.
Data berasal dari 210 kuesioner, yang didistribusikan di tiga universitas, yaitu: Universitas Lampung, Universitas Bandar Lampung, dan Universitas Malhayati. Data diolah dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan SmartPLS2.0.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa norma subyektif dan sikap terhadap perilaku tidak berpengaruh terhadap niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing. Sedangkan variabel persepsi kendali perilaku berpengaruh terhadap niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing.
Kata kunci: Norma subyektif, sikap terhadap perilaku, persepsi kendali perilaku, mahasiswa akuntansi, whistleblowing.
(3)
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT
MAHASISWA AKUNTANSI MELAKUKAN
WHISTLEBLOWING
(
Aplikasi Theory of Planned Behaviour
)Oleh
Arum Pusparani
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI
Pada Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT
MAHASISWA AKUNTANSI MELAKUKAN
WHISTLEBLOWING
(
Aplikasi Theory of Planned Behaviour
)(Skripsi)
Oleh
ARUM PUSPARANI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
(5)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman DAFTAR GAMBAR
2.1.1 Theory Planned Behaviour ... 15 2.3 Kerangka Pemikiran ... 22
(6)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRACT ... ii
ABSTRAK ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
LEMBAR PERNYATAAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
MOTTO ... ix
SANWACANA ... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Batasan Masalah ... 10
1.4 Tujuan Penelitian ... 10
1.5 Manfaat Penelitian ... 10
1.5.1 Manfaat Teoritis ... 10
1.5.2 Manfaat Praktis ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 12
2.1.1 Theory Planned Behaviour ... 12
2.1.2 Pengertian Whistleblowing . ... 15
2.1.3 Alasan Melakukan Whistleblowing ... 16
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Mahasiswa Akuntansi Melakukan Whistleblowing ... 17
2.1.4.1 Norma Subjektif ... 17
2.1.4.2 Sikap Terhadap Perilaku ... 18
2.1.4.3 Persepsi Kendali Perilaku ... 19
2.1.5 Niat ... 20
2.2 Penelitian Terdahulu ... 20
2.3 Kerangka Pemikiran ... 22
(7)
xiv BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian ... 27
3.2 Populasi dan sampel ... 27
3.3 Jenis dan Sumber data ... 28
3.4 Variabel Penelitian ... 28
3.5 Tehnik Pengumpulan Data ... 31
3.6 Metode Analisis Data ... 32
3.6.1 Statistik Deskriptif ... 33
3.7 Evaluasi Outer Model ... 33
3.8 Evaluasi Inner Model ... 35
3.9 Pengujian Hipotesis ... 36
3.10 Analisis Jalur ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Demografi Responden ... 37
4.2 Statitik Deskriptif ... 38
4.2.1 Analasis Variabel Norma Subyektif ... 38
4.2.2 Analisis Variabel Sikap Terhadap Perilaku ... 40
4.2.3Analisis Variabel Persepsi Kendali Perilaku ... 41
4.2.4 Analisis Variabel Niat Whistleblowing ... 43
4.3 Hasil Analisis Data ... 45
4.3.1 Hasil Evaluasi Outer Model (Model Pengukuran) ... 45
4.3.2 Hasil Evaluasi Inner Model (Model Struktural) ... 48
4.3.3 Koefisien Jalur ... 49
4.3.4 Pengujian Hipotesis ... 50
4.3.4.1 Pengujian hipotesis 1 (Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing) ... 50
4.3.4.2 Pengujian hipotesis 2 (Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing) ... 51
4.3.4.3 Pengujian hipotesis 3 (Pengaruh Kontrol Perilaku Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing) ... 51
4.4 Pembahasan ... 52
4.4.1 Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing 52 4.4.2 Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing ... 53
4.4.3 Pengaruh Kontrol Perilaku Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing . 54 4.5 Analisis Jalur ... 55
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 56
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 57
5.3 Saran ... 58
5.4 Implikasi Penelitian ... 58 DAFTAR PUSTAKA
(8)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 4 Tabulasi Data Responden
Lampiran 5 Outer Model (Model Struktural) Lampiran 6 Average Validity Extracted Lampiran 7 Outer Loading
Lampiran 8 Cronbach Alpha Lampiran 9 Composite Reliability
Lampiran 10 Inner Model (Model Pengukuran)
Lampiran 11 Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)
Lampiran 12 Deskripsi Demografi Responden Berdasarkan Asal Universitas dan Angkatan
(9)
xv
DAFTAR TABEL
Halaman DAFTAR TABEL
2.2 Penelitian Terdahulu ... 20
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 29
4.1 Karakteristik Demografi Responden ... 37
4.2 Statistik Deskriptif ... 38
4.2.1 Analisis Variabel Norma Subyektif ... 38
4.2.2 Analisis Variabel Sikap Terhadap Perilaku ... 40
4.2.3 Analisis Variabel Persepsi Kendali Perilaku ... 41
4.2.4 Analisis Variabel Niat Whistleblowing ... 43
4.3 Average Validity Extracted ... 45
4.4 Hasil Uji Validitas ... 46
4.5 Average Validity Extracted dan Square Root AVE ... 47
4.6 Latent Variabel Correlations ... 47
4.7 Hasil Uji Reliabilitas ... 48
4.8 Nilai R-Square ... 49
4.9 Koefisien Jalur ... 49
(10)
ix MOTO
“
Majulah
Tanpa menyingkirkan orang lain
“Naiklah tinggi”
Tanpa menjatuhkan orang lain
“
Dan berbahagialah
”
Tanpa menyakiti orang lain
“Kamu tidak pernah tahu dan tidak akan pernah tahu apa yang ada di depan
nanti, hasilnya itu bonus,
Yang
penting menikmati setiap jalannya”
--Farid NM--
(11)
(12)
(13)
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk:
Untuk Bapak, Ibu, Kakak-Kakak ku Esa Wisnu Prabowo dan Dhita
Saraswati yang telah memberikan kasih sayang
dalam bentuk dukungan dan doa
Yang menjadi penyemangat untuk tetap maju menuju kesuksesan
dalam menyelesaikan studi dengan baik S1 di Universitas Lampung
(14)
(15)
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Palembang pada tanggal 18 Juli 1993, sebagai putri ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sunardi dan Ibu Wahyu Praptiningsih.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Al-Kautsar Bandar Lampung tahun 1999.
Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Al-Kautsar Bandar Lampung dan lulus tahun 2005. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 29 Bandar Lampung sampai lulus pada tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2011.
Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan UML Unila (Ujian Mandiri Langsung). Selama menjadi mahasiswi Universitas Lampung, penulis terdaftar menjadi anggota dalam UKM Mahasiswa HIMAKTA (Himpunan Mahasiswa Akuntansi) tahun 2011-2015
(16)
x
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan semua ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Mahasiswa Akuntansi Melakukan Whistleblowing (Aplikasi Theory of Planned Behaviour)”, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S. E., M. Si., Akt selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah mengarahkan dan membantu dalam perihal akademik.
5. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., Akt. selaku Pembimbing I (satu) yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
(17)
xi
6. Ibu Ade Widiyanti, S.E., MS., Ak., Akt selaku Pembimbing II (dua) yang telah memberikan dukungan, semangat, saran dan masukannya serta meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E. M.Si selaku Penguji yang telah memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini. 8. Ibu Ninuk Dewi Kusumaningrum, S.E., M.Sc., Akt., Ibu Mega Metalia, S.E.,
M.Si., MS.Ak., Akt., dan Bapak Dr. Yuliansyah, S.E., M.S.A., Akt. selaku Penguji Pendadaran yang telah banyak memberikan ilmu, wawasan, dan mengantarkan penulis sampai terselesaikannya pendidikan di S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini.
9. Seluruh Dosen dan Staf Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung atas semua bimbingan, pengajaran, pelayanan, dan bantuan yang telah diberikan.
10.Oranng tuaku tercinta Bapak, Ibu, Kakak-kakak ku Esa Wisnu Prabowo dan Dhita Saraswati yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan moril maupun materil, dan menjadi penyemangat untuk tetap maju dalam mencapai keberhasilan. Dan tak lupa juga calon kakak ipar Farid Nurhidayat Moeslim yang ikut berpartisipasi membantu mencari bahan refrensi untuk penulisan skripsi ini.
11.Sahabat terdekat dan seperjuangan yang udah dianggap seperti keluarga kedua: Aliya Auliandari, Andueriganta, Cinta Santri, Lisnawati, Mutia Ane, Nabilla Ilna, Tya Rahmalia, Yuni Fidasari yang selalu ada dan menemani, memberikan nasehat dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi, mendoakan serta memberi banyak sekali bantuan baik moril maupun materiil. 12.Deni Burhasan yang memberikan doa, perhatian, support, dan berbagi
pengalaman yang dimilikinya sebagai motivasi untuk lebih sukses lagi. 13.Teman-teman seperjuangan satu dosen pembimbing: especially for Cinta
Santri yang sudah sangat banyak membantu dan memberikan saran dalam penulisan skripsi ini mulai dari cara mengolah data menggunakan PLS sampai penulisan bab 4 dan bab 5 skripsi ini selesai, Nissa Maulita, Laeina, Resti Anitia, Panggih Pradila, Andueriganta, Dinda Fali, Maiza, Agung Prasastie
(18)
xii
yang sama-sama berjuang selama menyelesaikan skripsi di Universitas Lampung ini.
14.Keluarga Besar Akuntansi 2011 Universitas Lampung.
15.Para Responden yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. 16.Terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Bandar Lampung, 19 Agustus 2015 Penulis,
(19)
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Penelitian
Dalam dunia pendidikan banyak hal yang harus diperhatikan untuk menciptakan mahasiswa yang berkualitas. Salah satunya berkaitan dengan etika, isu etika dan pendidikan masih menjadi topik hangat untuk didiskusikan. Hal ini disebabkan didunia pendidikan formal inilah salah satu tempat membentuk individu- individu agar siap menghadapi dunia kerja yang penuh dengan dilema-dilema etika. Ketertarikan terhadap isu etika pada dunia pendidikan salah satunya dipicu oleh banyaknya kasus-kasus pelanggaran etika pada dunia kerja.
Sebagai calon auditor, mahasiswa akuntansi harus mengetahui kewajiban seorang auditor. Dalam menjalankan profesinya, seorang auditor harus bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak berkepentingan dalam bentuk laporan audit (Krehastuti, 2014). Laporan audit inilah yang digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya atas kewajaran laporan keuangan kepada stakeholder.
(20)
2
Sejumlah skandal keuangan perusahaan terkemuka menyebabkan profesi auditor menjadi sorotan banyak pihak. Hal ini dikarenakan auditor memilki
kontribusi dalam banyak kasus mengenai kebangkrutan perusahaan.
Profesionalisme auditor seolah dijadikan kambing hitam dan harus memikul tanggung jawab pihak lain yang seharusnya bertanggung jawab atas kegagalan itu. Munculnya pandangan seperti itu bukan tanpa alasan. Alasan yang mendasarinya adalah laporan keuangan perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa
pengecualian, justru mengalami kebangkrutan setelah opini tersebut dipublikasikan (Krehastuti, 2014).
Salah satu masalah yang dihadapi akuntansi saat ini adalah masalah kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan dalam melaksanakan tugasnya sebagai akuntan. Masalah ini berkaitan dengan praktik pelanggaran moral yang dilakukan oleh akuntan baik akuntan publik, akuntan manajemen maupun akuntan
pemerintahan (Hidayati, 2010). Hal ini menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap profesionalisme dan perilaku etis profesi akuntan saat ini dipertanyakan karena kasus-kasus skandal besar masalah keuangan yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan besar melibatkan kantor akuntan besar serta tokoh-tokoh pelaku akuntansi professional (Pierce dan Sweeney,2009).
Whistleblowing adalah pelaporan yang dilakukan oleh anggota organisasi aktif maupun nonaktif mengenai pelanggaran, tindakan ilegal atau tidak bermoral kepada pihak di dalam maupun di luar organisasi (Khan, 2009). Whistleblowing telah menarik perhatian dunia saat ini. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan
(21)
3
besar melakukan kecurangan dan akhirnya terungkap ( E.Lee dalam Mustapha,2012).
Kasus whistleblowing sudah banyak terjadi. Seperti contoh perusahaan Worldcom juga mengalami kecurangan yang terjadi pada perusahaan ini akhirnya terungkap oleh seseorang yang berasal dari dalam perusahaan tersebut. Kasus ini bermula ketika harga saham Worldcom dari $ 150 milyar pada tahun 2000 jatuh menjadi $150 juta pada tahun 2002. Dalam laporannya Worldcom mengakui bahwa perusahaan mengklasifikasikan beban jaringan sebagai pengeluaran modal mereka. Pada bulan Mei 2002 Auditor Cynthia Cooper melaporkan masalah tersebut kepada kepala komite audit Max Bobbitt. Kemudian Max Bobbit meminta Klynveld, Peat, Marwick, Goerdeler (KPMG) selaku eksternal audit untuk melakukan investigasi.(Sulistomo, 2012).
Di Indonesia, kasus skandal akuntansi bukanlah hal yang baru. Salah satu kasus yang ramai diberitakan adalah keterlibatan 10 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia dalam praktik kecurangan keuangan yang baru terungkap dalam investigasi yang dilakukan pemerintah. KAP-KAP tersebut ditunjuk untuk mengaudit 37 bank sebelum terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997. Hasil audit mengungkapkan bahwa laporan keuangan bank-bank tersebut sehat. Saat krisis menerpa Indonesia, bank-bank tersebut kolaps karena kinerja
keuangannya sangat buruk. Setelah dilakukan investigasi lebih lanjut, ditemukan bukti bahwa KAP-KAP tersebut terlibat dalam praktik kecurangan akuntansi. Pemerintah pada waktu itu hanya melakukan teguran tetapi tidak ada sanksi. Satu- satunya badan yang berhak untuk menjatuhkan sanksi adalah
(22)
4
BP2AP (Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik) yaitu lembaga non pemerintah yang dibentuk oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Setelah melalui investigasi BP2AP menjatuhkan sanksi terhadap KAP-KAP tersebut, akan tetapi sanksi yang dijatuhkan terlalu ringan yaitu BP2AP hanya melarang 3 Kantor Akuntan Publik (KAP) melakukan audit terhadap klien dari bank-bank, sementara 7 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang lain bebas. (Krehastuti, 2014).
Kasus perbedaan pencatatan penyimpanan dana kelompok usaha Grup Bakrie di PT Bank Capital Indonesia Tbk. Sebanyak tujuh emiten Grup Bakrie di dalam laporan keuangan per 31 Maret 2010 mengklaim menyimpan dana total Rp. 9,07 triliun. Namun, Bank Capital menyebutkan jumlah dana pihak ketiga di bank tersebut hanya Rp. 2,69 triliun. Sebagian besar laporan keuangan unit usaha Bakrie diaudit oleh Mazars Moores Rowland Indonesia (Asworo dan Supriadi, 2010 dalam Sugiyanto, 2011). Kasus tersebut terungkap atas adanya
(whistleblower) dari analisis atau pelaku pasar modal yang melihat adanya kejanggalan dan mengungkapkan ke publik.
Pada sektor publik, di Indonesia kecurangan (fraud) telah menjadi isu yang fenomenal dan menarik untuk dibahas dengan kasus-kasus yang kini tengah berkembang di masyarakat. Semenjak runtuhnya jaman orde baru, masyarakat menjadi semakin kritis dalam mencermati kebijakan-kebijakan pemerintah yang identik dengan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme atau yang sering dikenal dengan istilah KKN. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak bekerja sama untuk menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk di dalamnya adalah penyalahgunaan wewenang atau konflik
(23)
5
kepentingan, penerimaan yang tidak sah atau ilegal dan pemerasan secara ekonomi.
Peran audit investigatif dalam mengungkap kecurangan di Indonesia dari waktu ke waktu semakin meningkat. Audit investigatif banyak diterapkan ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengumpulkan bukti-bukti hukum yang
diperlukan untuk menangani kasus-kasus korupsi yang dilaporkan kepada instansi ke pemerintah. Audit investigatif juga dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kepolisian, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), serta Inspektorat Jenderal Kementrian untuk menggali informasi selama proses
pelaksanaan audit kecurangan (fraud audit) atau audit investigatif (Kurniawan, 2014).
Kasus korupsi yang saat ini masih hangat diperbincangkan adalah kasus korupsi pengadaan dan pembangunan gardu induk Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara tahun anggaran 2011-2013. Dimana kasus ini menyeret mantan menteri Badan Umum Milik Negara (BUMN) menjadi tersangka Dahlan Iskan. Kasus ini berawal ketika perusahaan pelat merah tersebut melakukan pembangunan 21 gardu induk pada unit pembangkit dan jaringan di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Pembangunan ini dilakukan dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar lebih dari Rp 1 triliun untuk tahun anggaran 2011-2013. Berdasarkan hasil perhitungan Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan(BPKP) perwakilan DKI Jakarta, kerugian negara akibat kasus ini diperkirakan sebesar RP 33,2 miliar (Fajarbali, 2014).
(24)
6
Tidak hanya di instansi pemerintah saja kasus mengenai whistleblowing juga terjadi di dunia pendidikan, yaitu di Universitas Lampung . Salah satu dosen Unila telah melaporkan rektor unila bernama Dr,Ir, Sugeng P. Hariyanto yang mengeluarkan ijazah bodong bagi seorang mahasiswa FISIP angkatan 2000 bernama Fajrian yang melanggar prosedural. Berhembusnya ijazah bodong ini diketahui pasca-beredarnya dua versi buku lulusan unila yang mengikuti prosesi wisuda 14 desember 2011 lalu. Perbedaan itu tampak dari jumlah mahasiswa yang lulus pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila. Buku versi
pertama, jumlah mahasiswa FISIP tercatat hanya 62 orang. Namun buku wisudawan kembali dicetak dalam versi terbatas periode februari 2012 untuk kepentingan audit kelulusan dengan mencantumkan nama Fajrian dengan nomor ijazah 03155/38.6.S1/2011 sehingga jumlah mahasiswa menjadi 63. Dalam biodata di buku tersebut, Fajrian merupakan mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi lulusan tahun 2008, padahal 62 siswa lainnya lulusan tahun 2011. Perbedaan lain adalah nomor pokok mahasiswa (NPM) Fajrian juga tidak terisi (Susanto, 2013).
Dalam data direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Dikti Kemendikbud) yang diakses melalui
www.evaluasi.dikti.go.id Fajrian diketahui memiliki NPM 0016031037. Fajrian tercatat sebagai mahasiswa baru Unila sejak 1 September 2000. Namun, Fajrian diketahui telah menghilang sejak tahun 2005 dan tiba-tiba Fajrian kembali muncul pada tahun 2011 sebagai wisudawan mahasiswa Unila. Forum dosen Unila, yang dikoordinir oleh mantan rektor Unila, Mujahir Utomo mengatakan, nila dihitung sampai dengan bulan oktober 2011, Fajrian telah menjalani masa kuliah selama 10
(25)
7
tahun lebih atau 21 semester, berarti telah kadarluwarsa. Selama menghilang, sangat mungkin Fajrian juga tidak membayar SPP sebagai kewajiban mahasiswa. Selain itu Fajrian tidak mencetak skripsi dan menyerahkannya ke Perpustakaan Unila. Fajrian tidak memiliki sertifikat lulus TOEFL 450 sebagai syarat kelulusan (Susanto, 2013)
Melakukan whistleblowing bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Tindakan ini dapat memberikan dampak yang negatif kepada pelakunya. Tetapi sebagai seorang calon akuntan dan auditor, mahasiswa akuntansi harus memiliki keberanian untuk mengungkapkan kecurangan yang ada disuatu organisasi. Meskipun, untuk melakukan whistleblowing dibutuhkan niat yang kuat untuk melakukannya. Hal ini dikarenakan seorang whistleblower tidak menutup kemungkinan akan mendapatkan teror dari oknum-oknum yang tidak menyukai keberadaaanya Akuntan dan auditor merupakan salah satu profesi yang
membutuhkan etika profesi dalam menjalankan pekerjaannya. Profesi ini merupakan profesi yang cukup penting dalam dunia bisnis. Dengan demikian sebagai seorang akuntan ataupun auditor harus memiliki keberaniaan yang besar untuk mengungkapkan kecurangan atau pelanggaran yang terjadi dengan berbagai resikonya (Sulistomo,2012).
Beberapa penelitian mengenai whistleblowing telah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu. Park dan Blekinsopp (2009) di dalam penelitiannya yang berjudul Whistleblowing as planned behavior – A survey of South Korean police officers, penelitian ini mengenai pengujian apakah Theory of Planned Behaviour dapat dijadikan model yang baik untuk menjelaskan niat whistleblowing internal
(26)
8
dan eksternal. Dengan menggunakan tiga variabel yaitu: norma subyektif, sikap terhadap perilaku dan persepsi kendali perilaku. Dalam penelitian ini
menggunakan 296 polisi korea sebagai sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel norma subyektif, sikap terhadap perilaku, dan persepsi kendali perilaku berpengaruh yang signifikan positif terhadap niat melakukan
whistleblowing internal. Sedangkan pada niat whistleblowing eksternal hanya variabel norma subyektif saja yang berpengaruh positif dan signifikan.
Di Indonesia juga ada penelitian sejenis, Sulistomo (2012), dalam penelitiannya yang berjudulpersepsi mahasiswa akuntansi terhadap pengungkapan kecurangan (Studi empiris pada Mahasiswa UGM dan UNDIP). Dengan menggunakan 3 hipotesis yaitu:H1: Persepsi tentang norma subyektif pada whistleblower
berpengaruh positif terhadap niat responden untuk melakukan whistleblowing. H2
: Sikap terhadap perilaku whistleblowing berpengaruh positif. H3 : Persepsi
Tentang Kontrol Perilaku pada whistleblower berpengaruh positif terhadap niat responden untuk melakukan whistleblowing. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa semua hipotesis diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa perspesi tentang norma subyektif, sikap, dan persepsi tentang kontrol perilaku berpengaruh signifikan positif terhadap niat mahasiswa melakukan
whistleblowing.
Penelitian dalam skripsi ini mencoba mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Sulistomo untuk meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi niat
mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sampel penelitian, tahun penelitian dan metode
(27)
9
analisis data. Jika pada penelitian sebelumnya menggunakan regresi linear berganda SPSS. Sedangkan pada penelitian analisis data menggunakan
pendekatan Partial Least Square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian. Penulis mencoba menganalisis persepsi mahasiswa terhadap niat melakukan whistleblowing pada tiga universitas di Bandar Lampung yaitu Universitas Lampung (UNILA), Universitas Bandar Lampung (UBL), dan Universitas Malahayati. Dengan menggunakan tiga variabel yaitu norma subyektif, sikap terhadap perilaku, dan kontrol perilaku. Alasan penulis memilih tiga variabel tersebut adalah di dalam Theory of Planned Behaviour (TPB) dikatakan bahwa niat untuk melakukan suatu perilaku merupakan fungsi dari tiga jenis keyakinan yang mendasari, yaitu: (1) Sikap dan teman-teman, atau orang lain (2) norma subyektif, dan (3) kontrol perilaku yang dirasakan (Ajzen, 1991). Sampel penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sampel mahasiswa S1 jurusan akuntansi UNILA, UBL, dan Malahayati. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian dalam skripsi ini diberi
judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Mahasiswa Akuntansi Melakukan Whistleblowing (Aplikasi Theory of Planned Behaviour)”
1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh norma subyektif terhadap niat melakukan whistleblowing?
2. Bagaimana pengaruh sikap terhadap perilaku terhadap niat melakukan whistleblowing?
(28)
10
3. Bagaimana pengaruh persepsi kendali perilaku terhadap niat melakukan whistleblowing?
1.3Batasan Masalah
Agar penelitian ini memiliki ruang lingkup dan arah penelitian yang jelas maka penelitian ini hanya dibatasi pada ruang lingkup menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing dengan menggunakan tiga variabel yaitu: norma subyektif, sikap terhadap perilaku, dan persepsi kendali perilaku.
1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk:
1. Mengetahui apakah norma subyektif mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing?
2. Mengetahui apakah sikap terhadap perilaku mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing?
3. Mengetahui apakah persepsi kendali perilaku mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing?
1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa melakukan whistleblowing pada universitas yang ada di Bandar Lampung.
(29)
11
1.5.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Universitas Lampung, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi sebagai masukan pada mata kuliah yang bersangkutan dan dapat menambah literatur di perpustakaan Universitas Lampung. Selain itu juga menjadi bahan referensi bagi mahasiswa-mahasiswi, khususnya untuk program S1 akuntansi.
b. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat berguna dan bisa digunakan sebagai informasi bagi pihak yang memerlukan untuk menambah
(30)
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori
2.1.1 Theory of Planned Behaviour
Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat whistleblowing, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan didasarkan pada proses psikologis yang sangat kompleks (Gundlach et al, 2003). Selanjutnya Ajzen’s mengatakan TPB telah diterima secara luas sebagai alat untuk
menganalisis perbedaan antara sikap dan niat serta sebagai niat dan perilaku. Dalam hal ini, upaya untuk menggunakan TPB sebagai pendekatan untuk menjelaskan whistleblowing dapat membantu mengatasi beberapa keterbatasan penelitian sebelumnya, dan menyediakan sarana untuk memahami kesenjangan luas diamati antara sikap dan perilaku (Park, 2009).
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang telah dikemukakan sebelumnya oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975. Theory of Planned Behavior (TPB) didasarkan pada asumsi bahwa manusia biasanya akan bertingkah laku sesuai dengan
pertimbangan akal sehat, bahwa manusia akan mengambil informasi yang ada mengenai tingkah laku yang tersedia secara implisit atau eksplisit
(31)
13
mempertimbangkan akibat dari tingkah laku tersebut. Manusia adalah makhluk sosial. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia hidup berdampingan dengan manusia yang lain. Seseorang akan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang juga akan
mempengaruhi perilaku orang lain.
Ajzen dan Fishben (1988) menyempurnakan Theory of Reasoned Action (TRA) dan memberikan nama TPB. TPB menjelaskan mengenai perilaku yang dilakukan individu timbul karena adanya niat dari individu tersebut untuk berperilaku dan niat individu disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal dari individu tersebut. Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku, Norma Subyektif, kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh (Sulistomo, 2012). Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional yang akan
memperhitungkan implikasi dari tindakan mereka sebelum mereka memutuskan untuk melakukan suatu perilaku yang akan mereka lakukan. TPB menjelaskan bahwa niat individu untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : 1. Sikap terhadap perilaku
Sikap bukanlah perilaku, namun sikap menghadirkan suatu kesiapsiagaan untuk tindakan yang mengarah pada perilaku (Lubis,2010). Individu akan melakukan sesuatu sesuai dengan sikap yang dimilikinya terhadap suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku yang dianggapnya positif itu yang nantinya akan dipilih individu untuk berperilaku dalam kehidupannya. Oleh karena itu sikap merupakan suatu wahana dalam membimbing seorang individu untuk berperilaku.
(32)
14
2. Persepsi kontrol perilaku
Dalam berperilaku seorang individu tidak dapat mengkontrol sepenuhnya perilakunya dibawah kendali individu tersebut atau dalam suatu kondisi dapat sebaliknya dimana seorang individu dapat mengkontrol perilakunya dibawah kendali individu tersebut. Pengendalian seorang individu terhadap perilakunya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan juga faktor
eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri individu tersebut seperti keterampilan, kemauan, informasi, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan yang ada disekeliling individu tersebut. Persepsi terhadap kontrol perilaku adalah bagaimana seseorang mengerti bahwa perilaku yang ditunjukkannya merupakan hasil pengendalian yang dilakukan oleh dirinya.
3. Norma Subyektif
Seorang individu akan melakukan suatu perilaku tertentu jika perilakunya dapat diterima oleh orang-orang yang dianggapnya penting dalam
kehidupannya dapat menerima apa yang akan dilakukannya. Sehingga, normative beliefes menghasilkan kesadaran akan tekanan dari lingkungan sosial atau Norma Subyektif.
(33)
15
Gambar 2.1.1 Theory Planned Behaviour
Sumber : Ajzen, I. (1991). Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50, p 179-211
2.1.2 Pengertian Whistleblowing
Whistleblowing dapat didefinisikan sebagai "upaya oleh seorang karyawan atau mantan karyawan organisasi untuk mengungkapkan apa yang dia percaya untuk menjadi kesalahan di dalam suatu organisasi" (James, 1995). Definisi lain dari whistleblowing adalah pelaporan yang dilakukan oleh anggota organisasi aktif maupun nonaktif mengenai pelanggaran, tindakan ilegal atau tidak bermoral kepada pihak di dalam maupun di luar organisasi (Khan, 2009). Sedangkan orang yang melaporkan tindakan whistleblowing disebut whistleblower.
Secara umum, kegiatan whistleblowing ini dipandang sebagai pengungkapan informasi yang dianggap sebagai kepentingan umum yang akan memerlukan informasi tentang kegiatan kriminal, suatu pelanggaran terhadap undang-undang apapun, penggunaan yang tidak benar atau tidak sah dana publik dan lainnya, keguguran keadilan , penyalahgunaan kekuasaan, pemerintahan buruk, bahaya
(34)
16
terhadap kesehatan dan keselamatan setiap individu dan setiap perilaku atau malpraktek (Kloppers, 1997).
2.1.3 Alasan Melakukan Whistleblowing
Dasgupta dan Kesharwani (2010) menjelaskan bahwa secara umum ada tiga penyebab seseorang melakukan whistleblowing:
1. Perspektif altrustik seorang whistleblower. Altrustik mengacu kepada sikap seseorang yang sangat mengutamakan kepentingan orang lain atau tidak mementingkan diri sendiri. Alasan altrustik whistleblowing adalah keinginan untuk memperbaiki kesalahan yang merugikan kepentingan organisasi, konsumen, rekan kerja, dan masyarakat luas.
2. Perspektif motivasi dan psikologi. Motivasi whistleblower mendapat manfaat atas tindakannya dapat menyebabkan seseorang melakukan whistleblowing. Sebagai contoh Amerika Serikat memberikan insentif keuangan untuk orang melaporkan pelanggaran. Whistleblower dapat diukur oleh motif pribadi lainnya seperti balas dendam terhadap organisasi dan dipekerjakan kembali
3. Harapan penghargaan. Organisasi kadang menawarkan hadiah bila mengungkap tindakan pencurian oleh seorang karyawan. Contoh Undang-Undang AS memungkinkan whistleblower memperoleh penghargaan pemerintah 30% dari total uang yang dipulihkan.
(35)
17
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat Mahasiswa Akuntansi Melakukan Tindakan Whistleblowing
Di dalam penelitian ini, Theory of Planned Behaviour digunakan sebagai
pendekatan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing. Theory of Planned Behaviour merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang telah dikemukakan sebelumnya oleh Fishbein dan Ajzen pada tahun 1975. Di dalam TRA ini berasumsi bahwa hampir seluruh perilaku orang yang terkait dengan sosial dibawah kontrol kehendak orang tersebut. Ajzen dan Fishbein (1988)
menyempurnakan Theory of Reasoned Action (TRA) dan diberi nama Theory of Planned Behaviour (TPB). TPB menjelaskan niat individu untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
2.1.4.1 Norma Subyektif
Norma subjektif didefinisikan sebagai persepsi bahwa kebanyakan orang yang penting baginya berpikir atas perilaku apa yang harus atau tidak harus dilakukan yang bersangkutan (Fishbein dan Ajzen, 1975). Keyakinan yang mendasari norma subyektif ini disebut dengan keyakinan normatif (normatif beliefs). Ajzen (1991) mengartikan bahwa
“Norma subyektif adalah keadaan lingkungan seorang individu yang
menerima atau tidak menerima suatu perilaku yang ditunjukkan. Sehingga seseorang akan menunjukkan perilaku yang dapat diterima oleh orang-orang atau lingkungan yang berada di sekitar individu tersebut. Seorang individu akan menghindari dirinya menunjukkan suatu perilaku jika lingkungan disekitarnya tidak mendukung perilaku
(36)
18
Alasan untuk efek langsung dari norma subjektif terhadap niat adalah bahwa orang dapat memilih untuk melakukan suatu perilaku, walaupun mereka sendiri tidak menyukai terhadap perilaku tersebut atau konsekuensi-konsekuensinya (Venkates dan Davis, 2000)
2.1.4.2 Sikap Terhadap Perilaku
Menurut Howard Kendle (1969) mendefinisikan bahwa
“Sikap merupakan kecendrungan (tendensy) umtuk mendekati (approach) atau menjauhi (avoid), atau melakukan sesuatu baik secara positif maupun secara negatif terhadap suatu lembaga,
peristiwa, gagasan ataupun konsep”.
Sikap dapat dikatakan suatu respon evaluatif. Respon akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang
memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2007).
Sedangkan pengertian perilaku menurut Notoadmodjo (2003) menjelaskan
“Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah aktivitas manusia itu sendiri. Dalam Fishbein dan Ajzen (1980) diuraikan bahwa
“Faktor penentu yang pertama adalah faktor kepribadian yaitu penilaian seseorang baik positif maupun negatif dalam melakukan suatu tindakan perilaku. Faktor ini disebut diistilahkan attitude toward the behaviour atau sikap terhadap perilaku. Faktor penentu yang kedua adalah keyakinan yang paling kuat (salient beliefs) menghubungkan perilaku untuk mencapai hasil berharga baik positif atau negatif ”.
(37)
19
Secara umum, seseorang akan melakukan suatu perilaku tertentu yang diyakini dapat memberikan hasil positif (sikap yang menguntungkan) dibandingkan melakukan perilaku yang diyakini akan memberikan hasil yang negatif (sikap yang tidak menguntungkan). Keyakinan yang mendasari sikap seseorang
terhadap perilaku yang disebut dengan keyakinan perilaku (behavioural beliefs). Selain itu faktor kedua yang menentukan sikap adalah evaluasi hasil (outcome evaluation). Evaluasi hasil yang dimaksud ialah pertimbangan pribadi bahwa konsekuensi atas perilaku yang diambil itu disukai atau tidak disukai (Suryono, 2014). Konsekuensi yang disukai atas tindakan perilaku tertentu, cenderung meningkatkan intensi seseorang untuk melakukan perilaku tersebut
(Trongmateerut dan Sweeney, 2012)
2.1.4.3. Persepsi Kendali Perilaku Menurut Kotler (2000) menjelaskan
“Persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur,
dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti”
Menurut Ghufron (2010) menyatakan
“Kendali perilaku merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk mengendalikan perilaku, kecendrungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain.
Ajzen (1991) mengatakan
“Consistent with an emphasis on factors that are directly linked to a particular behavior, perceived behavioral control refers to people’s perception of the ease or difficulty of performing the behavior of interest”.
Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa persepsi kendali perilaku ditunjukkan kepada persepsi orang-orang terhadap kemudahan atau kesulitan
(38)
20
untuk menunjukkan sikap yang diminati. Jadi, seseorang akan memilki niat untuk melakukan suatu perilaku ketika mereka memiliki persepsi bahwa perilaku tersebut mudah untuk ditunjukkan atau dilakukan, karena adanya hal-hal yang mendukung perilaku tersebut.
2.1.5 Niat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa
“Niat adalah maksud atau tujuan suatu perbuatan; kehendak (keinginan dalam hati) akan melakukan sesuatu. Niat erat hubungannya dengan motivasi seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Jika tindakan tersebut dilakukan terus menerus oleh seseorang maka akan dapat menciptakan suatu pribadi dengan perilaku yang dilakukannya secara terus menerus tersebut”.
Di dalam Theory of Planned Behaviour dijelaskan bahwa niat merupakan suatu proses seseorang untuk menunjukkan perilakunya. Seseorang akan memiliki suatu niatan dalam dirinya untuk melakukan suatu hal sebelum orang tersebut benar-benar menunjukkan perilaku yang ingin ditunjukkannya. Sehingga, ketika seseorang memiliki perspesi positif, sikap positif, memiliki keyakinan bahwa suatu perilaku dapat diterima lingkungannya, dan yakin bahwa yang dilakukannya adalah hasil dari kontrol dirinya maka individu tersebut akan memiliki niat untuk menunjukkan suatu perilaku.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Nama
Peneliti
Judul Penelitian Alat & Unit Analisis
Hipotesis Hasil Penelitian 1 Park dan
Blekinsopp (2009)
A survey of South Korean police officers. Alat analisis: Regresi Linear. Unit Analisis: 296 polisi korea selatan Hipotesis 1: Persepsi kendali perilaku akan menjadi prediktor yang lebih baik dari niat untuk whistleblowing Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel norma subyektif, sikap terhadap perilaku dan
(39)
21
intern dari whistleblowing eksternal.
Hipotesis 2: norma subyektif akan menjadi prediktor yang lebih baik dari niat untuk
whistleblowing eksternal dari whistleblowing internal.
Hipotesis 3: Sikap terhadap perilaku akan menjadi prediktor yang lebih baik dari niat untuk whistleblowing eksternal dari whistleblowing internal. persepsi kendali perilaku berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat whistleblowing internal sedangkan pada niat whistleblowing eksternal hanya variabel norma subyektif yang berpengaruh positif dan signifikan
2 Akmal Sulistomo (2012) Persepsi Mahasiswa Akuntansi terhadap Pengungkapan Kecurangan (Studi empiris pada Mahasiswa UGM dan UNDIP) Alat analisis: Regresi Linier Berganda, Unit analisis: UGM dan UNDIP
H1: Persepsi tentang
norma subyektif pada whistleblower berpengaruh positif terhadap niat responden untuk melakukan
whistleblowing.H2 :
Sikap terhadap perilaku
whistleblowing berpengaruh positif, H3 : Perspesi
Tentang Kontrol Perilaku pada whistleblower berpengaruh
positif terhadap niat responden untuk melakukan whistleblowing. terhadap niat responden untuk melakukan whistleblowing. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua hipotesis diterima. Hasil analisis menunjukkan bahwa perspesi tentang norma subyektif, sikap, dan persepsi tentang kontrol perilaku berpengaruh signifikan positif terhadap niat mahasiswa akuntansi melakukan pengungkapan kecurangan.
3 Siti
Mutmainah
Minat Perilaku Pengungkapan
Alat analisis: Annova, Unit
H1a: Sikap terhadap
perilaku menjadi
Hasil dari penelitian ini
(40)
22
(2010) Tindakan Pelanggaran (Whistleblowing) Analisis: kepala bagian akuntansi dan keuangan beserta staf pegawai di bagian akuntansi dan keuangan di setiap SKPD. prediktor terhadap minat seseorang untuk melaporkan whistleblowing secara eksternal. H1b: Sikap terhadap
perilaku menjadi prediktor terhadap minat seseorang untuk melaporkan pelanggaran secara internal. H2: Norma
Subyektif akan menjadi prediktor yang lebih baik untuk minat perilaku eksternal whistleblowing daripada internal whistleblowing. H3:
PBC akan menjadi prediktor yang lebih baik untuk minat perilaku internal whistleblowing daripada eksternal whistleblowing menunjukkan bahwa hipotesis H1a ditolak dan
hipotesis H1b, H2
dan H3 ditrerima
2.3 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing. Menganalisis dengan menggunakan tiga variabel yaitu: Norma subyektif, sikap terhadap perilaku, dan persepsi kendali perilaku. Kerangka pemikiran teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :
Norma Subyektif
Sikap Terhadap Perilaku
Persepsi Kendali Perilaku
Niat Whistleblowing
H1 (+)
H2 (+)
(41)
23
2.4Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh antara Norma Subyektif terhadap Niat Melakukan Whistleblowing
Ajzen (1991) di dalam artikelnya yang berjudul “The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes”, ia mengatakan bahwa
“Persepsi Norma Subyektif adalah keadaan lingkungan seorang individu yang menerima atau tidak menerima suatu perilaku yang ditunjukkan . Sehingga seseorang akan menunjukkan perilaku yang dapat diterima oleh orang-orang atau lingkungan yang berada di sekitar individu tersebut. Seorang individu akan menghindari dirinya menunjukkan suatu perilaku jika lingkungan disekitarnya tidak mendukung perilaku tersebut”.
Park dan Blekinsopp (2009) di dalam penelitiannya yang berjudul Whistleblowing as planned behavior – A survey of South Korean police officers, penelitian ini mengenai pengujian apakah Theory of Planned Behaviour dapat dijadikan model yang baik untuk menjelaskan niat whistleblowing internal dan eksternal. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel norma subyektif berpengaruh terhadap niat whistleblowing internal dan whistleblowing eksternal.
Sulistomo, (2012) di dalam penelitiannya yang berjudul persepsi mahasiswa akuntansi terhadap pengungkapan kecurangan (studi empiris mahasiswa akuntansi di UNDIP dan UGM). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa norma subyektif berpengaruh terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk melakukan
whistleblowing.Arah koefisien regresi X1 (persepsi tentang norma subyektif)
positif berarti ketika nilai variabel penilaian tentang norma subyektif meningkat maka akan memberikan kenaikan pada variabel niat. Hal ini berarti bahwa semakin baik penilaian tentang norma subyektif terhadap whistleblowing maka
(42)
24
niat mahasiswa akuntansi untuk melakukan whistleblowing akan semakin tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian tentang norma subyektif memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing. Jadi norma subyektif ini muncul dari norma yang dihasilkan seseorang berdasarkan norma yang ada disekitarnya. Seseorang akan memiliki suatu norma yang diyakininya sendiri. Tetapi, norma yang diyakininya tersebut memiliki pengaruh norma yang ada disekitar orang tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
H1: Terdapat pengaruh positif antara norma subyektif terhadap niat melakukan whistleblowing
2.4.2 Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku Terhadap Niat Melakukan Whistleblowing
Fishbein dan Ajzen (1980) dalam artikelnya yang berjudul Understanding attitudes and predicting social Behavior mengatakan bahwa
“Faktor penentu yang pertama adalah faktor kepribadian yaitu penilaian
seseorang baik positif maupun negatif dalam melakukan suatu tindakan perilaku. Dan keyakinan yang paling kuat (salient beliefs) menghubungkan perilaku untuk mencapai hasil berharga baik positif atau negatif”.
Park dan Blekinsopp (2009) di dalam penelitiannya yang berjudul Whistleblowing as planned behavior – A survey of South Korean police officers, penelitian ini mengenai pengujian apakah Theory of Planned Behaviour dapat dijadikan model yang baik untuk menjelaskan niat whistleblowing internal dan eksternal. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel sikap terhadap perilaku tidak berpengaruh terhadap niat whistleblowing eksternal. Hal ini menunjukkan salah satu cara di mana kesenjangan sikap dan niat dibuat untuk perilaku yang berbeda
(43)
25
dari whistleblowing internal dan eksternal. Pengaruh sikap dalam menjelaskan maksud whistleblowing eksternal tidak begitu besar seperti untuk whistleblowing internal, yang menjelaskan mengapa pemisahan secara luas diamati antara sikap dan niat yang besar untuk whistleblowing eksternal daripada internal.
O’Leary dan Cotter (2000) di dalam penelitiannya yang berjudul The Ethics of Final Year Accountancy Students. A Tri-national Comparation, penelitian ini mengenai sikap terhadap perilaku mahasiswa akuntansi tingkat akhir di Irlandia dan Australia dengan hasil persentase mahasiswa pria dua sampai empat kali lebih mungkin melakukan tindakan tidak etis. Lebih dari 50 % mahasiswa Australia dan kurang dari 50 % mahasiswa Irlandia bersedia melakukan whistleblowing.
Sulistomo (2012) di dalam penelitiannya yang berjudul persepsi mahasiswa akuntansi terhadap pengungkapan kecurangan (studi empiris mahasiswa akuntansi di UNDIP dan UGM). Arah koefisien regresi X2 (sikap terhadap perilaku) positif
berarti ketika nilai variabel sikap terhadap perilaku meningkat maka akan memberikan kenaikan pada variabel niat. Hal ini berarti bahwa semakin baik penilaian tentang sikap terhadap perilaku seseorang terhadap whistleblowing maka niat mahasiswa akuntansi untuk melakukan whistleblowing akan semakin tinggi. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terhadap perilaku
berpengaruh yang signifikan positif terhadap niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
H2: Terdapat pengaruh positif antara sikap terhadap perilaku terhadap niat melakukan whistleblowing
(44)
26
2.4.3 Pengaruh Kontrol Perilaku terhadap Niat Melakukan Whistleblowing Ajzen (1991) di dalam artikelnya yang berjudul The Theory of Planned Behavior. “Organizational Behavior and Human Decision Processes, ia mengatakan bahwa
“Kontrol persepsi perilaku ditunjukkan kepada persepsi orang-orang
terhadap kemudahan atau kesulitan untuk menunjukkan sikap yang diminati. Jadi, seseorang akan memilki niat untuk melakukan suatu perilaku ketika mereka memiliki persepsi bahwa perilaku tersebut mudah untuk ditunjukkan atau dilakukan, karena adanya hal-hal yang mendukung perilaku tersebut”. Park dan Blekinsopp (2009) di dalam penelitiannya yang berjudul Whistleblowing as planned behavior – A survey of South Korean police officers, penelitian ini mengenai pengujian apakah Theory of Planned Behaviour dapat dijadikan model yang baik untuk menjelaskan niat whistleblowing internal dan eksternal. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel persepsi kendali perilaku tidak berpengaruh terhadap niat whistleblowing eksternal.
Sulistomo (2012) di dalam penelitiannya yang berjudul persepsi mahasiswa akuntansi terhadap pelaporan kecurangan (studi empiris mahasiswa akuntansi di Undip dan UGM). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi kendali perilaku berpengaruh terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk melakukan
whistleblowing. Arah koefisien regresi X3(persepsi kontrol perilaku) positif berarti
ketika nilai dari persepsi kontrol perilaku meningkat maka nilai dari niat juga akan meningkat. Jadi persepsi kendali perilaku ini dihasilkan dari persepsi seseorang terhadap suatu perilaku yang dilakukan, dimana seseorang yakin bahwa persepsi yang dimilikinya merupakan hasil dari kontrol dirinya sendiri mengenai persepsi perilaku tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
H3: Terdapat pengaruh positif antara kontrol perilaku terhadap niat melakukan whistleblowing
(45)
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan pada universitas yang ada di Bandar Lampung untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk angka.
3.2Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah Universitas di Bandar Lampung yang memiliki program studi S1 akuntansi. Terdapat 3 universitas yang mempunyai program studi S1 akuntansi yaitu: Universitas Lampung (UNILA), Universitas Bandar Lampung (UBL), dan Universitas Malahayati. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 jurusan akuntansi di fakultas ekonomi Universitas Lampung, Universitas Bandar Lampung, dan universitas Malahayati yang masih berstatus aktif pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Tehnik pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling, yaitu metode penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel mahasiswa yaitu:
(46)
28
1. Mahasiswa jurusan akuntansi
2. Mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah audit 1
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Data primer
Yaitu data penelitian yang diperoleh dari sumber asli tanpa melalui perantara. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari kuesioner.
2. Data Sekunder
Yaitu: data yang diperoleh secara tidak langsung. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari dokumen data yang diperlukan untuk melengkapi analisis penelitian ini dan studi kepustakaan.
3.4Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan empat variabel yang terdiri dari tiga variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen).
a. Variabel Terikat (dependen)
yaitu variabel yang fungsinya menerangkan atau mempengaruhi variabel lain. Maka variabel dalam penelitian ini yaitu niat melakukan whistleblowing. b. Variabel Bebas/Independen
Dalam penelitian ini ada tiga variabel independen yang diuji, yaitu: 1. Norma Subyektif,
2. Sikap terhadap perilaku , dan 3. Persepsi kendali perilaku
(47)
29
Tabel 3.4
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala
Pengukuran Kode Norma Subyektif Penilaian mahasiswa tentang pandangan lingkungannya mengenai whistleblowing
X1: Penilaian
pandangan
orang yang penting bagi
mahasiswa terhadap
whistleblowing. X2: Penilaian
pandangan keluarga yang penting bagi mahasiswa terhadap whistleblowing. X3: Penilaian
lingkungan pergaulan mahasiswa terhadap
whistleblowing. X4: Penilaian dosen
yang penting bagi mahasiswa
terhadap whistleblowing
Interval dengan skala likert 1 sampai 7. 1: Sangat tidak setuju 2: Tidak Setuju 3: Cukup tidak setuju 4: Netral 5: Cukup Setuju 6: Setuju 7: Sangat setuju NS11 NS12 NS13 NS14 Sikap Terhadap Perilaku Penilaian mahasiswa mengenai perilaku whistleblowing
X1: Penilaian
bahwa
whistleblowing adalah hal positif X2: Penilaian
bahwa
whistleblowing tindakan beretika
X3: Kebanggaaan
menjadi
whistleblowing X4: Penilaian
bahwa
whitsleblower adalah
Interval dengan skala likert 1 sampai 7. 1: Sangat tidak setuju 2: Tidak Setuju 3: Cukup tidak setuju 4: Netral 5: Cukup Setuju 6: Setuju 7: Sangat setuju SE21 SE22 SE23 SE24
(48)
30 perilaku positif Persepsi Kendali Perilaku Persepsi mahasiswa bahwa perilaku yang ditunjukkannya merupakan hasil dari kontrol dirinya sendiri
X1: Persepsi
kemungkinan menjadi whistleblower. X2: Tingkat kontrol
diri
mahasiswa menjadi whistleblower. X3: Keinginan
mahasiswa menjadi whitsleblower tanpa menghiraukan pendapat orang lain.
X4: Keinginan
mahasiswa menjadi whistleblower karena dirinya. X5: Tingkat
tanggung
jawab mahasiswa terhadap
perilakunya. X6: Kemampuan
mahasiswa mempengaruhi orang lain. X7: Kemudahan
mahasiswa bercerita mengenai suatu kejadian
yang diketahui. X8: Kontrol
mahasiswa
terhadap pemilihan jalan
hidup. X9: Kontrol
mahasiswa terhadap pendapatnya. X10: Kontrol diri
Interval dengan skala likert 1 sampai 7. 1: Sangat tidak setuju 2: Tidak Setuju 3: Cukup tidak setuju 4: Netral 5: Cukup Setuju 6: Setuju 7: Sangat setuju KP31 KP32 KP33 KP34 KP35 KP36 KP37 KP38 KP39
(49)
31
mahasiswa melakukan hal
yang benar. KP40
Niat Suatu keadaan dimana
seseorang ingin melakukan suatu perilaku
X1: Tingkat niat
mahasiswa menjadi whistleblower. X2: Rencana
mahasiswa menjadi whistleblower. X3: Usaha
mahasiswa menjadi whistleblower.
Interval dengan skala likert 1 sampai 7. 1: Sangat tidak setuju 2: Tidak Setuju 3: Cukup tidak setuju 4: Netral 5: Cukup Setuju 6: Setuju 7: Sangat setuju NW11 NW12 NW13
3.5Tehnik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Kuesioner
Yaitu dengan penyebaran kuesioner untuk dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing. Objek dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi di beberapa universitas di Kota Bandar Lampung. Dari sejumlah universitas tersebut, hanya ada 3 universitas yang memiliki program studi S1 akuntansi, yaitu: Universitas Lampung (UNILA), Universitas Bandar Lampung (UBL), Universitas Malahayati. Jumlah kuesioner yang dibagikan untuk setiap universitas berbeda-beda, disesuaikan dengan jumlah mahasiswa di universitas tersebut yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh
(50)
32
peneliti. Penulis mendistribusikan dan mengambil kuesioner tersebut secara langsung dengan mendatangi langsung para responden di kampus. Tujuan penulis melakukan cara tersebut adalah tingkat pengembalian kuesioner yang lebih tinggi.
Dari jumlah total kuesioner yang disebar, yaitu 210 kuesioner, jumlah kuesioner yang diisi dan dikembalikan adalah sebanyak 210 kuesioner dan seluruhnya kembali dan dapat diolah.
b) Studi Pustaka
Yaitu tehnik pengumpulan data berdasarkan sumber-sumber yang diperoleh dari literatur yang membahas tentang persepsi mahasiswa akuntansi terhadap niat untuk melakukan whistleblowing.
3.6Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian. Menurut Ghozali (2006), PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian.
Penulis menggunakan Partial Least Square (PLS) sebagai alat analisis yang dianggap tepat untuk menguji variabel dalam penelitian ini. Dikarenakan PLS mampu mempertimbangkan semua arah koefisien secara bersamaan untuk
memungkinkan analisis langsung, tidak langsung, dan hubungan palsu yang tidak dimiliki oleh analisis regresi (Birkinshaw et. al., 1995).
(51)
33
PLS mengenal dua macam komponen pada model kausal yaitu: model
pengukuran (measurement model) dan model struktural (structural model). Model struktural terdiri dari konstruk-konstruk laten yang tidak dapat diobservasi,
sedangkan model pengukuran terdiri dari indikator-indikator yang dapat
diobservasi. Pada pengujian ini juga dilakukan estimasi koefisien-koefisien jalur yang mengidentifikasi kekuatan dari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Model pengukuran terdiri dari hubungan antara item-item variabel dapat diobservasi dan konstruk laten yang diukur dengan item-item tersebut.
3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif dalam penelitian, pada umumnya merupakan proses transformasi pada penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel peneliti utama. Analisis yang
digunakan dalam deskriptif antara lain berupa: nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum, median dan modus dari setiap indikator.
3.7Evaluasi Outer Model (Model Pengukuran)
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kuesioner yang nantinya digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa akuntansi
melakukan whistleblowing. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh hasil yang benar-benar obyektif atau validitas selain itu perlu diuji tingkat konsistennya atau reliabilitas .
(52)
34
1. Uji Validitas
Sebuah instrument dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang
diinginkan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variable yang dimaksud. Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara melakukan:
a. Convergent Validity, dinilai berdasarkan korelasi antara item sore AVE yang dihitung dengan PLS. Skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai. Convergent validity cukup memadai apabila skor AVE (Average Variance Extacted) diatas 0,5 ( Henseler et al, 2009) b. Discriminant Validity, dinilai dengan dua metode yaitu metode fornell
larcker, membandingkan square roots atas AVE dengan korelasi vertical laten, dan metode cross loading menyatakan bahwa semua item harus lebih besar dari konstruk lainnya (Al-Gahtani et.al, 2007)
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Untuk melakukan uji reabilitas, reliabilitas diuji dengan metode Cronbach alpha dan Composite Reliability. Hulland (1999) mengungkapkan suatu variabel dikatakan reliabel jika cronbach alpha dan composite reliability lebih dari 0,7. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan korelasi masing-masing pernyataan pada setiap variabel pada skor total. Sedangkan
(53)
35
perhitungan penilaian kuesioner persepsi mahasiswa menggunakan skala likert 1-7. Penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi niat mahasiswa ini dilakukan dengan menggunakan skala penilaian, yaitu:
1 = STS : sangat tidak setuju 2 = TS : tidak setuju 3 = CTS : cukup tidak setuju
4 = N : netral
5 = CS : cukup setuju 6 = S : setuju
7 = SS : sangat setuju
3.8Evaluasi Inner Model (Model Struktural)
Untuk meneliti model struktural dalam penelitian ini, penulis menggunakan literatur akuntansi manajemen yaitu dengan mengukur coeficient of determinant (R2) dan Path Coefficient (β) (Chenhall, 2004). Hal ini untuk melihat dan meyakinkan hubungan antar konstruk adalah kuat .
1. Coefficient of Determinant (R2)
Tehnik pengukuran ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa konstruk endogen diuji untuk menguatkan hubungan antara variabel eksogen dengan mengevaluasi R2. R2 berfungsi untuk mengukur hubungan antara variabel laten terhadap total varians. Sebagaimana yang dikatakan dalam penelitian sebelumnya, nilai R2 dengan variabel dengan endogen diatas 0,1 adalah yang dapat diterima (Chenhall, 2004).
(54)
36
2. Path Coefficient (β)
Pengujian ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa hubungan antar konstruk adalah kuat. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur boostrap dengan 500 penggantian (e,g Hartmann & Slapnicar, 2009). Dapat dikatakan jika antar konstruk memiliki hubungan yang kuat apabila nilai path coefficient lebih dari 0,100 (Urbach& Ahlemann, 2010). Serta hubungan antara variabel laten dikatakan signifikan jika path coefficient pada level 0,050 (Urbach& Ahlemann, 2010).
3.9Pengujian Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan perbandingan antara hasil path coefficient dengan T tabel. Hipotesis dapat dikatakan sangat signifikan apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 1%. Hipotesis dikatakan signifikan apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 5% , dan apabila T hitung > T tabel pada derajat kebebasan 10% maka hipotesis dikatakan lemah. Sedangkan hipotesis dikatakan tidak signifikan apabila T hitung < T tabel pada derajat kebebasan 10%.
3.10 Analisis Jalur
Pengujian jalur digunakan untuk menemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel dependen yang terakhir (Sugiyono, 2008). Uji jalur dilakukan apabila seluruh hipotesis baik pengaruh langsung maupun tidak langsung menunjukkan nilai yang postif.
(55)
56
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan software smartPLS 2.0 diperoleh hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pada bagian-bagian
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama ditolak, yaitu norma subyektif tidak berpengaruh terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk
melakukan whistleblowing. Keyakinan normatif atas orang-orang disekitar yang menjadi panutan atau referensi bagi dirinya tentang baik atau buruknya tindakan whistleblowing tidak mempengaruhi niat seseorang melakukan whistleblowing.
(2) Hipotesis kedua ditolak, yaitu sikap terhadap perilaku whistleblowing yang dilakukan mahasiswa tidak berpengaruh terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk melakukan whistleblowing. Keyakinan seseorang tentang perilaku whistleblowing yang akan dilakukannya akan berdampak baik ataupun buruk tidak mempengaruhi niat seseorang untuk melakukan whistleblowing. (3) Hipotesis ketiga diterima, yaitu persepsi kendali perilaku berpengaruh
terhadap niat mahasiswa akuntansi untuk melakukan whistleblowing. Semakin seorang mahasiswa akuntansi dapat mengendalikan dirinya sesuai dengan persepsi yang dimilikinya terhadap perilaku whistleblowing maka
(56)
57
akan memunculkan niat pada diri mahasiswa tersebut untuk melakukan whistleblowing. Sebaliknya, semakin mahasiswa akuntansi tidak dapat mengontrol perilaku yang didasarkan oleh persepsinya maka semakin rendah niat mahasiswa akuntansi untuk melakukan whistleblowing.
5.2Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut :
1) Penelitian ini hanya menggunakan responden dari mahasiswa akuntansi universitas yang ada di Bandar Lampung, yaitu: Universitas Lampung (UNILA), Universitas Bandar Lampung (UBL), dan Universitas Malhayati. Sehingga ketiga universitas yaitu: Universitas Lampung (UNILA), Universitas Bandar Lampung (UBL), dan Universitas Malahayati. belum dapat mewakili mahasiswa akuntansi di Bandar Lampung karena masih banyak universitas lain yang ada di kota Bandar Lampung.
2) Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Adapun keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu terkadang jawaban yang diberikan oleh responden tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Sehingga berpengaruh pada tidak signifikannya hasil uji hipotesis yang menguji hubungan ketiga variabel yaitu: norma subyektif, sikap terhadap perilaku dan persepsi kendali perilaku terhadap niat melakukan whistleblowing.
(57)
58
5.3Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka diajukan saran sebagai berikut :
(1) Jumlah sampel yang digunakan hanya 210 sampel. Meskipun jumlah sampel ini sudah sesuai dengan teknik pengambilan jumlah sampel yang dikatakan oleh Sekaran, dalam Mustafa (2000) dimana dikatakan bahwa sebaiknya ukuran sampel diantara 30 sampai 500 elemen. Namun, diharapkan penelitian berikutnya dapat menggunakan sample yang lebih banyak lagi.
(2) Penelitian ini hanya menggunakan responden dari mahasiswa akuntansi universitas yang ada di Bandar Lampung , sehingga tidak dapat memberikan kesimpulan bahwa mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di Bandar Lampung juga memiliki niat yang sama. Jadi, diharapkan untuk penelitian berikutnya dapat menggunakan mahasiswa akuntansi di berbagai perguruan tinggi tidak hanya di universitas saja sebagai respondennya.
5.4Implikasi Penelitian
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kurangnya teori umum telah menjadi keterbatasan pemahaman kita tentang whistleblowing. Penelitian ini berusaha untuk mengeksplorasi Theory of Planned Behavior, yang dikemukakan
oleh Ajzen’s yang diterima secara luas sebagai kerangka umum untuk
memprediksi niat perilaku tetapi jarang digunakan dalam studi whistleblowing. Aplikasi Theory of Planned Behaviour dalam memprediksi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing tidak sepenuhnya dapat memprediksi niat
(58)
59
melakukan whistleblowing.
Berdasarkan hasil analisis data, hanya variabel persepsi kendali perilaku yang merupakan variabel independen dalam penelitian yang paling berpengaruh terhadap niat whistleblowing apabila dibandingkan dengan kedua faktor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik mahasiswa akuntansi dapat
mengendalikan dirinya maka niat mahasiswa akuntansi untuk melakukan whistleblowing akan semakin tinggi.
(59)
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I and Fishbein M. 1980. Understanding attitudes and predicting social behaviour. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall
Ajzen, Icek, 1991. The Theory of Planned Behaviour. “Organizational Behavior and Human Decision Processes Article,” Vol. 50, h.179-211.
Al-Gahtani, S.S., Hubona, G.S., & Wang, J.2007. Information Technology (IT) in Saudi Arabia: Culture and The Acceptance and Use of IT. Information & Management, 44 (8): 681-691.
Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Birkinshaw, J., Morison, A., and Hulland, J. 1995. Structural and Competitive Determinants of a Global Integration Strategy. Strategic Management
Journal, 16 (8): 637-655
Chenhall, R.H. 2004. The Role of Cognitive and affective coefficient
Implementation of Activity Based Costing Management Behavioral Research in Accounting, Vol. 16 pp 19-44)
Fajarbali. 2012. Kasus Gardu Induk. Diakses dari
http://googleweblight.com/?lite_url=http://fajarbali.co.id/index.php/utam a/3288-dahlan-iskan-resmi-tersangka-kasus-gardu-induk.html. Pada 23 juni 2015 Pukul 07.00
Fishbein, M and Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior. Reading, MA :Addison-Wesley.
Ghufron dan Risnawati. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Rizz Media Group
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariet Dengan Program SPSS. Badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gundlach, Michael., Douglas., Scott C., and Martinko. 2003. “ The Decision to Blow The Whistle : A Social Information Processing
Framework”. Academy of Management Review, Vol. 28, No. 1, pp. 107-123.
(60)
Hanseler, J. dan M. Saestedt. 2012. Goodness of Fit Indicles for Partial Least Squares Path Modelling. Computer Station. Vol. 28 pp 565-580 Hidayati, Nurul. 2010. Persepsi Mahasiswa Terhadap Tindakan
Whistleblowing.JURNAL. Semarang. Universitas Dian Nuswantoro Hulland, J. 1999. Use of Partial Least Square (PLS) in Strategic Management
Research: A Review of Four Recent. Strategic Management Journal, 20(2): 195.
Howard, J.A., dan Sheet, J.N. 1969. The Theory of Buyer Behaviour. New York: John Willy dan Sons
James, G. 1984, “In Defense of Whistle Blowing", in W.M. Hoffman & J. Mills Moore (eds.), Business Ethics: Readings and Cases in Corporate Morality, McGraw Hill, New York, pp.249-260.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.2015. Niat. Diakses dari
http://kamusbahasaindonesia.org/niat. Pada tanggal 8 februari 2015 Pukul 13.00
Kloppers, P. 1997, “Behoort die whistle-blower beskerm te word?” Stellenbosch Law Review 8(2): 237-248.
Khan, M.A. 2009. Auditors and Whistleblowing Law. Accountant Today. April 2009, pp. 12-14.
Krehastuti, Drestiana Kurnia. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Auditor untuk Melakukan Whistleblowing (Studi Empiris Pada KAP Di Semarang). JURNAL. Universitas Diponegoro
Kurniawan, R.Arif. 2014. Arti Kicauan Whistleblower Bagi Auditor Investigatif dalam Mengungkap Kecurangan (Fraud). Seminar Akuntansi Sektor Publik. Universitas Trunojoyo Madura
Kusumaningtyas, Eviatiwi Sugiyanto,Sri Hartono & Mutaminah. 2014. Model Peningkatan Return Saham dan Kinerja Keuangan Melalui Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance di Bursa Efek Indonesia. JURNAL. Universitas Islam Sultan Agung
Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keprilakuaan. Edisi 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Mustapha, M and Ling Sing Siaw. 2012. Whistle Blowing :Perceptions of Future Accountants. International Conference on Economics Business Inovation, Vol. 38, pp. 135- 139
(61)
Mutmainah, Siti. 2010. Minat Perilaku Pengungkapan Tindakan Pelanggaran (Whistleblowing). JURNAL. Politeknik Negeri Semarang.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
O’Leary, Conor and Mohamad, Shafi. 2006. “ The Ethics of Final Year Accountancy Students. A Tri-national Comparation. Malaysian Accounting Review, 5(1), pp. 139-157.
Pailin Trongmateerut, John T. Sweeney. 2012. The Influence of Subjective Norms on Whistleblowing: A Cross Cultural Investigation. Journal of Bussiness Ethics, Volume 112, Issue 3, pp 437-451
Park, H. and Blenkinsopp, J. 2009. Whistleblowing as planned behavior – A survey of South Korean police officers, Journal of Business Ethics, 85 (4), pp.545-556.
Pierce , B and Sweeney, B. 2009. The Relationship Between Demographic Variable and Ethical Decision Making of Trainee Accountants. International Journal of Auditing, 14, pp. 79-99.
Ponnu, C.H., Naidu, K and Zamri, W. 2008. “Determinants of Whistleblowing”. International Review of Business Research Papers, Vol. 4, No. 1, pp. 276-298.
Samovar. Larry A., Richard E. Porter, Edwin R. Mcdaniel, 2010, Komunikasi Lintas Budaya , Jakarta: Salemba Humanika
Sidharta Dasgupta and Ankit Kesharwani. 2010. Whistleblowing: A Survey Literature. The IUP Journal Corporate Governance, Vol IX, No. 4, pp 57-70, October 2010.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung: Alfa beta
Sulistomo Akmal. 2012. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Pengungkapan Kecurangan (Studi kasus pada mahasiswa akuntansi UGM dan
UNDIP).JURNAL. Universitas Diponegoro.Semarang
Suryono Erwan. 2014. Persepsi Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Intensi Pegawai Negeri Sipil Untuk Mengadukan Pelanggaran (Whistleblowing). JURNAL. Universitas Diponegoro.Semarang
Sofyan Yamin dan Heri Kurniawan. 2009. SPSS Complete: Tehnik Analisa Statistik Terlengkap Dengan Software SPSS. Penerbit Salemba Infotek. Jakarta
(62)
Sopan, Sopian Susanto. 2013. Geger Ijazah Bodong Staf Ahli Gubernur DKI. Tabloid The Politic, Edisi 8, Tahun 2.
Urbach, N., & Ahlemann, F. 2010. Structural Equation Modeling in Information Systems Research Using Partial Least Square. Journal of Information Technology Theory and Application, 11(2):5-39.
Venkatesh.V. and Davis, F.D.2000. A theoritical extention of the technology acceptance model. Four longitudinal field studies. Management science, vol.46 No. 2, pp186-204
Wated, G. Dan Sanchez, J.I. 2005. The effects of attitudes, subjective norms, attributions and individualism-collectivism on managers” respons to bribery in organizations: Evidence from developing nation. Journal of Business Ethics, 61, 111-127
(1)
58
5.3Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dan keterbatasan penelitian, maka diajukan saran sebagai berikut :
(1) Jumlah sampel yang digunakan hanya 210 sampel. Meskipun jumlah sampel ini sudah sesuai dengan teknik pengambilan jumlah sampel yang dikatakan oleh Sekaran, dalam Mustafa (2000) dimana dikatakan bahwa sebaiknya ukuran sampel diantara 30 sampai 500 elemen. Namun, diharapkan penelitian berikutnya dapat menggunakan sample yang lebih banyak lagi.
(2) Penelitian ini hanya menggunakan responden dari mahasiswa akuntansi universitas yang ada di Bandar Lampung , sehingga tidak dapat memberikan kesimpulan bahwa mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi di Bandar Lampung juga memiliki niat yang sama. Jadi, diharapkan untuk penelitian berikutnya dapat menggunakan mahasiswa akuntansi di berbagai perguruan tinggi tidak hanya di universitas saja sebagai respondennya.
5.4Implikasi Penelitian
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kurangnya teori umum telah menjadi keterbatasan pemahaman kita tentang whistleblowing. Penelitian ini berusaha untuk mengeksplorasi Theory of Planned Behavior, yang dikemukakan oleh Ajzen’s yang diterima secara luas sebagai kerangka umum untuk
memprediksi niat perilaku tetapi jarang digunakan dalam studi whistleblowing. Aplikasi Theory of Planned Behaviour dalam memprediksi niat mahasiswa akuntansi melakukan whistleblowing tidak sepenuhnya dapat memprediksi niat
(2)
59
melakukan whistleblowing.
Berdasarkan hasil analisis data, hanya variabel persepsi kendali perilaku yang merupakan variabel independen dalam penelitian yang paling berpengaruh terhadap niat whistleblowing apabila dibandingkan dengan kedua faktor lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik mahasiswa akuntansi dapat
mengendalikan dirinya maka niat mahasiswa akuntansi untuk melakukan whistleblowing akan semakin tinggi.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I and Fishbein M. 1980. Understanding attitudes and predicting social behaviour. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall
Ajzen, Icek, 1991. The Theory of Planned Behaviour. “Organizational Behavior and Human Decision Processes Article,” Vol. 50, h.179-211.
Al-Gahtani, S.S., Hubona, G.S., & Wang, J.2007. Information Technology (IT) in Saudi Arabia: Culture and The Acceptance and Use of IT. Information & Management, 44 (8): 681-691.
Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Birkinshaw, J., Morison, A., and Hulland, J. 1995. Structural and Competitive Determinants of a Global Integration Strategy. Strategic Management Journal, 16 (8): 637-655
Chenhall, R.H. 2004. The Role of Cognitive and affective coefficient
Implementation of Activity Based Costing Management Behavioral Research in Accounting, Vol. 16 pp 19-44)
Fajarbali. 2012. Kasus Gardu Induk. Diakses dari
http://googleweblight.com/?lite_url=http://fajarbali.co.id/index.php/utam a/3288-dahlan-iskan-resmi-tersangka-kasus-gardu-induk.html. Pada 23 juni 2015 Pukul 07.00
Fishbein, M and Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior. Reading, MA :Addison-Wesley.
Ghufron dan Risnawati. 2010. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Rizz Media Group
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariet Dengan Program SPSS. Badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gundlach, Michael., Douglas., Scott C., and Martinko. 2003. “ The Decision to Blow The Whistle : A Social Information Processing
Framework”. Academy of Management Review, Vol. 28, No. 1, pp. 107-123.
(4)
Hanseler, J. dan M. Saestedt. 2012. Goodness of Fit Indicles for Partial Least Squares Path Modelling. Computer Station. Vol. 28 pp 565-580 Hidayati, Nurul. 2010. Persepsi Mahasiswa Terhadap Tindakan
Whistleblowing.JURNAL. Semarang. Universitas Dian Nuswantoro Hulland, J. 1999. Use of Partial Least Square (PLS) in Strategic Management
Research: A Review of Four Recent. Strategic Management Journal, 20(2): 195.
Howard, J.A., dan Sheet, J.N. 1969. The Theory of Buyer Behaviour. New York: John Willy dan Sons
James, G. 1984, “In Defense of Whistle Blowing", in W.M. Hoffman & J. Mills Moore (eds.), Business Ethics: Readings and Cases in Corporate Morality, McGraw Hill, New York, pp.249-260.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.2015. Niat. Diakses dari
http://kamusbahasaindonesia.org/niat. Pada tanggal 8 februari 2015 Pukul 13.00
Kloppers, P. 1997, “Behoort die whistle-blower beskerm te word?” Stellenbosch Law Review 8(2): 237-248.
Khan, M.A. 2009. Auditors and Whistleblowing Law. Accountant Today. April 2009, pp. 12-14.
Krehastuti, Drestiana Kurnia. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Auditor untuk Melakukan Whistleblowing (Studi Empiris Pada KAP Di Semarang). JURNAL. Universitas Diponegoro
Kurniawan, R.Arif. 2014. Arti Kicauan Whistleblower Bagi Auditor Investigatif dalam Mengungkap Kecurangan (Fraud). Seminar Akuntansi Sektor Publik. Universitas Trunojoyo Madura
Kusumaningtyas, Eviatiwi Sugiyanto,Sri Hartono & Mutaminah. 2014. Model Peningkatan Return Saham dan Kinerja Keuangan Melalui Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance di Bursa Efek Indonesia. JURNAL. Universitas Islam Sultan Agung
Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keprilakuaan. Edisi 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Mustapha, M and Ling Sing Siaw. 2012. Whistle Blowing :Perceptions of Future Accountants. International Conference on Economics Business Inovation, Vol. 38, pp. 135- 139
(5)
Mutmainah, Siti. 2010. Minat Perilaku Pengungkapan Tindakan Pelanggaran (Whistleblowing). JURNAL. Politeknik Negeri Semarang.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
O’Leary, Conor and Mohamad, Shafi. 2006. “ The Ethics of Final Year Accountancy Students. A Tri-national Comparation. Malaysian Accounting Review, 5(1), pp. 139-157.
Pailin Trongmateerut, John T. Sweeney. 2012. The Influence of Subjective Norms on Whistleblowing: A Cross Cultural Investigation. Journal of Bussiness Ethics, Volume 112, Issue 3, pp 437-451
Park, H. and Blenkinsopp, J. 2009. Whistleblowing as planned behavior – A survey of South Korean police officers, Journal of Business Ethics, 85 (4), pp.545-556.
Pierce , B and Sweeney, B. 2009. The Relationship Between Demographic Variable and Ethical Decision Making of Trainee Accountants. International Journal of Auditing, 14, pp. 79-99.
Ponnu, C.H., Naidu, K and Zamri, W. 2008. “Determinants of Whistleblowing”. International Review of Business Research Papers, Vol. 4, No. 1, pp. 276-298.
Samovar. Larry A., Richard E. Porter, Edwin R. Mcdaniel, 2010, Komunikasi Lintas Budaya , Jakarta: Salemba Humanika
Sidharta Dasgupta and Ankit Kesharwani. 2010. Whistleblowing: A Survey Literature. The IUP Journal Corporate Governance, Vol IX, No. 4, pp 57-70, October 2010.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung: Alfa beta
Sulistomo Akmal. 2012. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Pengungkapan Kecurangan (Studi kasus pada mahasiswa akuntansi UGM dan
UNDIP).JURNAL. Universitas Diponegoro.Semarang
Suryono Erwan. 2014. Persepsi Sikap dan Norma Subyektif Terhadap Intensi Pegawai Negeri Sipil Untuk Mengadukan Pelanggaran (Whistleblowing). JURNAL. Universitas Diponegoro.Semarang
Sofyan Yamin dan Heri Kurniawan. 2009. SPSS Complete: Tehnik Analisa Statistik Terlengkap Dengan Software SPSS. Penerbit Salemba Infotek. Jakarta
(6)
Sopan, Sopian Susanto. 2013. Geger Ijazah Bodong Staf Ahli Gubernur DKI. Tabloid The Politic, Edisi 8, Tahun 2.
Urbach, N., & Ahlemann, F. 2010. Structural Equation Modeling in Information Systems Research Using Partial Least Square. Journal of Information Technology Theory and Application, 11(2):5-39.
Venkatesh.V. and Davis, F.D.2000. A theoritical extention of the technology acceptance model. Four longitudinal field studies. Management science, vol.46 No. 2, pp186-204
Wated, G. Dan Sanchez, J.I. 2005. The effects of attitudes, subjective norms, attributions and individualism-collectivism on managers” respons to bribery in organizations: Evidence from developing nation. Journal of Business Ethics, 61, 111-127