PERBANDINGAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN PENILAIAN OTENTIK DENGAN PENILAIAN KONVENSIONAL

PERBANDINGAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
ANTARA YANG MENGGUNAKAN PENILAIAN OTENTIK
DENGAN PENILAIAN KONVENSIONAL

Oleh
FERDINAN MISAFFIN

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN

Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013

ABSTRAK


PERBANDINGAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA
YANG MENGGUNAKAN PENILAIAN OTENTIK DENGAN
PENILAIAN KONVENSIONAL

Oleh
Ferdinan Misaffin
Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik dan mental yang dilakukan
adanya perubahan dalam dirinya, yaitu penambahan pengetahuan yang bersifat
permanen. Dalam kegiatan belajar antara aktivitas fisik dan mental harus saling
terkait agar diperoleh aktivitas belajar yang optimal. Untuk memperoleh hasil
belajar yang baik maka aktivitas fisik dan mental harus terkoordinasi dengan baik.
Semakin baik aktivitas yang dilakukan oleh siswa maka siswa akan semakin
memahami dan meguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga
siswa akan memperoleh hasil belajar yang maksimal. Tetapi jika siswa kurang
dalam dalam melakukan aktivitas belajarnya maka hasil belajar yang diperoleh
siswa kurang maksimal. Dengan demikian, aktivitas belajar yang kurang
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa.
Aktivitas dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dan lebih baik menggunakan
model otentik dengan penilaian konvensional. Hasil belajar diukur dari nilai

posttest. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aktivitas dan hasil siswa yang
lebih tinggi antara kelas yang menggunakan model penilaian otentik dengan
model penilaian konvensional. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VII
di SMA Utama 2 Bandar Lampung sedangkan sampelnya adalah siswa kelas X1
dan X4 semester ganjil SMA Utama 2 Bandar Lampung, pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Variabel terdiri dari dua variabel
bebas dan dua variabel terikat, penilaian otentik (X1), Penilaian Konvensional
(X2), Aktivitas (Y1), dan hasil belajar (Y2). Uji beda menggunakan uji
Independent Sample t-Test menunjukkan nilai Sig. (2tailed) Kurang dari 0,05
yang artinya H0 ditolak. Hasil penelitian menunjukaan bahwa aktivitas belajar
untuk kelas yang menggunakan penilaian otentik lebih tinggi dari kelas yang
menggunakan penilaian konvensional, dan untuk hasil belajarnya menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan penilaian
otentik dengan kelas yang menggunakan penilaian konvensional.
Kata Kunci: Penilaian Otentik, Penilaian Konvensional, Aktivitas, Hasil Belajar

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Memes, Wayan. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Grafindo. Jakarta.
Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Jakarta.
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses
Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Jakarta.
Sunartombs. 2009. Pengertian Penilaian Otentik. Diunduh pada tanggal 10 Mei
2010 dari http://sunartombs.wordpress.com/2009/07/14/pengertianpenilaian-otentik.
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2004. Penilaian Portofolio:
Implementasi Kurikulum 2004. Remaja Rosdakarya. Bandung.

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional, telah ditetapkan visi
pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem
pendidikan dalam pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Berkaitan dengan visi tersebut telah ditetapkan serangkaian prinsip
penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan
reformasi pendidikan. Salah satu prinsip tersebut adalah pendidikan
diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang
memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi
dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran
paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu
direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan
efisien.

2

Seperti diketahui bahwa aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik dan
mental yang dilakukan adanya perubahan dalam dirinya, yaitu penambahan
pengetahuan yang bersifat permanen. Dalam kegiatan belajar antara aktivitas fisik
dan mental harus saling terkait agar diperoleh aktivitas belajar yang optimal.

Untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka aktivitas fisik dan mental harus
terkoordinasi dengan baik. Semakin baik aktivitas yang dilakukan oleh siswa
maka siswa akan semakin memahami dan meguasai materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru, sehingga siswa akan memperoleh hasil belajar yang
maksimal. Tetapi jika siswa kurang dalam dalam melakukan aktivitas belajarnya
maka hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal. Dengan demikian,
aktivitas belajar yang kurang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
rendahnya hasil belajar siswa.

Jenis-jenis aktivitas yang dilakukan siswa pada saat pembelajaran memang sangat
kompleks, tetapi aktivitas yang diharapkan adalah aktivitas yang relevan dengan
kegiatan pembelajaran seperti interaksi siswa mengikuti proses belajar mengajar
dalam kelompok meliputi kegiatan diskusi dan bekerja sama, keberanian siswa
dalam bertanya atau mengemukakan pendapat serta aktivitas relevan yang lain.


Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam
aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa.

Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa
dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Suatu proses

3
pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat
meningkat atau mengalami perubahan.

Menurut Bloom dalam Sardiman (2004:23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar,
yaitu:
(a) Kognitif: Knowledge (penetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru),
evaluation (menilai), application (menerapkan) (b) Affective: Receiving (sikap
menerima), responding (member respon), Valuing (menilai), organization
(organisasi), characterization (karakterisasi) (c) Psychomotor: initiatory level,
pre-routine level, routinized level.


Oleh karena itu seorang siswa yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh
perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka siswa tersebut
dikatakan telah belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan
hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang
diwujudkan dalam bentuk skor atau nilai.

Penilaian hasil belajar oleh guru menggunakan berbagai teknik penilaian berupa
tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang
sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan guru memenuhi persyaratan (a)
substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi,
adalah memiliki persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrument yang

4
digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta
komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.

Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik akan mengukur, memonitor,

dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif,
afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses
pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan
perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar
kelas.

Penilaian otentik tidak mengondisikan siswa belajar secara hafalan dan hanya
sekedar mengerjakan beberapa soal tertulis melainkan lebih melibatkan siswa
dalam kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen sains, riset sosial,
penulisan laporan, membaca dan menginterpretasi literatur, serta menyelesaikan
soal-soal aplikatif. Model penilaian otentik akan berhasil jika siswa mengetahui
apa yang diharapkan guru. Oleh karena itu, guru harus menyampaikan secara jelas
kompetensi siswa yang diharapkan dan yang ingin dicapai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang trlah dijelaskan sebelumnya, maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Manakah aktivitas siswa yang lebih tinggi antara kelas yang menggunakan
model penilaian otentik dengan model penilaian konvensional?
2. Manakah hasil belajar siswa yang lebih tinggi antara kelas yang

menggunakan model penilaian otentik dengan model penilaian konvensional?

5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Aktivitas siswa yang lebih tinggi antara kelas yang menggunakan model
penilaian otentik dengan model penilaian konvensional.
2. Hasil belajar siswa yang lebih tinggi antara kelas yang menggunakan model
penilaian otentik dengan model penilaian konvensional.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Bagi siswa
Dengan model Penilaian Otentik ini dapat membangkitkan aktivitas dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi guru
a. Memberikan masukan bagi guru dan calon guru dalam kegiatan penerapan
pembelajaran IPA Fisika dengan metode Penilaian Otentik.
b. Sebagai wawasan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas guru dalam

pembelajaran.

6
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Model penilaian otentik adalah mengukur, memonitor, dan menilai semua
aspek hasil belajar yang mencangkup domain kognitif dan afektif, baik
yang tampak sebagai hasil belajar suatu proses pembelajaran, maupun
berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar
selama proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.
2. Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan belajar yang dilakukan siswa
dalam proses pembelajaran meliputi aspek perilaku yang relevan dengan
kegiatan pembelajaran. Seperti (1) Oral activities, seperti bertanya,
memberikan saran, mengeluarkan pendapat dan diskusi. (2) Listening
activities, seperti diskusi percakapan. (3) Writing activities, seperti:
menulis laporan. (4) Motor activities, seperti melakukan percobaan. (5)
Emotional activities, seperti berani.
3. Hasil belajar adalah bukti kemampuan atau keberhasilan kognitif siswa
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam
bentuk nilai ketika evaluasi pembelajaran dilakukan. Evaluasi

pembelajaran atau tes formatif dilakukan setiap dua kali pertemuan.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Penilaian Konvensional
Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional
dilakukan dengan menguji "bits and pieces". Contoh-contoh format penilaian
tradisional/konvensional antara lain: multiple-choice, matching, true-false, dan
paper and pencil test. Dengan mengkaji kenyataan mengenai perapan penilaian
konvensional dalam pembelajaran, nampak ada ketidak sesuaian antara
pembelajaran di sekolah dengan sistem penilaian yang digunakannya. Proses
penilaian yang biasa dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan
aspek penguasaan konsep peserta didik, akibatnya tujuan kurikuler mata pelajaran
belum dapat dicapai dan atau tergambarkan secara menyeluruh. Penilaian
terhadap kinerja siswa itu amat penting, namun sebagian besar guru merasa
kesulitan dalam melaksanakan karena belum memahami prosedur
penggunaannya. Sebagai contoh kasus ialah bahwa kegiatan pembelajaran yang
melibatkan kinerja siswa dalam melakukan percobaan sudah sering diterapkan,
namun terhadap kinerja siswa tersebut belum pernah dilakukan penilaian. Hal ini
disebabkan penataran atau pelatihan yang secara khusus membahas penerapan

8
penilaian kinerja belum pernah diikuti atau belum pernah diadakan di tingkat
satuan pendidikan.
Ciri-ciri penilaian konvensional:
a. Penilaian Normatif.
b. Terfokus pada isi materi.
c. Hasil penilaian berupa nilai-nilai.
d. Berbasis waktu.
e. Kecepatan belajar kelompok.
f. Penilaian ditekankan pada pengetahuan.
g. Pendekatan pembelajaran yang sempit, berorientasi pada text book.
h. Feedback penilaian terlambat/tidak ada.

2. Penilaian Otentik
Menurut Arikunto (2008: 23):
Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi
atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan
untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu
masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata
lain, assessment otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam
bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam
situasi atau konteks dunia nyata.
Berdasarkan kutipan di atas, dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik
mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup
dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil
akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan

9
perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran
didalam kelas maupun diluar kelas.
Sunartombs (2009: 2) juga menyatakan bahwa:
Penilaian autentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan
penilaian autentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian
tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil
test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk
menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam
memecahkan suatu masalah.
Penilaian otentik tidak mengondisikan siswa belajar secara hafalan dan hanya
sekedar mengerjakan beberapa soal tertulis melainkan lebih melibatkan siswa
dalam kegiatan-kegiatan seperti melakukan eksperimen sains, riset sosial,
penulisan laporan, membaca dan menginterpretasi literatur, serta menyelesaikan
soal-soal aplikatif. Model penilaian otentik akan berhasil jika siswa mengetahui
apa yang diharapkan guru. Oleh karena itu, guru harus menyampaikan secara jelas
kompetensi siswa yang diharapkan dan yang ingin dicapai.
Jadi, penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menginginkan siswa
untuk menunjukkan kinerja secara nyata yang merupakan penerapan pengetahuan
yang dikuasainya secara teoretis. Penilaian otentik menuntut siswa untuk
mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan siswa harus mampu
menghasilkan jawaban atau produk yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan
teoretis. Dengan demikian, siswa akan merasa proses pembelajaran yang
dialaminya bermakna.

10
Surapranata (2004: 13) mengatakan bahwa:
Penilaian otentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan
penilaian otentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian
tradisional (multiple-choic, matching, true-false, dan paper and pencil test),
tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk
menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam
memecahkan suatu masalah. Format penilaian ini dapat berupa: tes yang
menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on
penilaian), tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas
investigasi terintegrasi), dan format rekaman kegiatan belajar siswa
misalnya: portofolio, interview, daftar cek, presentasi oral dan debat.
Berdasarkan kutipan di atas, dikatakan bahwa penilaian otentik merupakan proses
pengumpulan data oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran
yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu menunjukkan
bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar tercapai dengan baik, sehingga anak
didik mampu menguasai materi pembelajaran yang telah disampaikan.
Menurut Sunartombs (2009 :1):
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana
hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi
belajar seorang siswa. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif tersebut. Tujuan dari penilaian adalah untuk grading, seleksi,
mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan
prediksi.
Siswa tidak hanya harus memahami aspek pengetahuan, melainkan juga apa yang
dapat dilakukan dengan pengetahuannya itu. Salah satu model penilaian yang
sesuai dengan konsep tersebut adalah penilaian otentik.
Berkaitan dengan disain, struktur, dan pemberian skor menurut Grant Wiggins
dan Diane Hart yang dikutip Ariyanti (2010 : 17 ).

11
Penilaian autentik harus didisain agar: (1) Mengarah kepada inti esensial
learning, pemahaman dan kemampuan. (2) Bersifat edukatif dan menarik.
(3) Merupakan bagian dari kurikulum bukan sembarang instruksional yang
tanpa tujuan. (4) Mencerminkan kehidupan nyata, tantangan yang bersifat
interdisipliner. (5) Menghadapkan siswa kepada masalah dan tugas yang
bersifat kompleks, ambigu dan terbuka yang mengintregasikan pengetahuan
dan keterampilan. (6) Puncaknya adalah produk dan penampilan siswa.
(7) Berupa setting standar dan membawa siswa ke arah tingkat penguasaan
pengetahuan yang lebih tinggi dan kaya. (8) Mengakui dan menghargai
kemampuan siswa yang multiple, gaya belajar yang beragam dan latar
belakang yang berbeda-beda.

Penilaian otentik pada dasarnya bertujuan untuk mengukur berbagai keterampilan
yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan
tersebut digunakan. Di dalam penilaian otentik pengetahuan dan keterampilan
merupakan dua hal yang utama dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lain. Dalam hal ini siswa menguasai pengetahuan yang dibutuhkannya
sebagai tujuan akhir pembelajaran.
Bentuk-bentuk penilaian otentik menurut Kusmana (2010: 3), sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)

unjuk kerja (performance),
penugasan (project),
kinerja (hasil karya/product),
portofolio (kumpulan kerja siswa),
penilaian diri (self assessment).

Berdasarkan kutipan di atas, bentuk-bentuk penilaian tersebut memungkinkan
siswa untuk menyelesaikan tugas dan menampilkan hasil belajarnya dengan cara
yang dianggap paling baik. Dalam hal ini masing-masing siswa dapat menemukan
pemecahan suatu masalah dengan cara yang berbeda-beda yang mereka pandang
paling efektif.

12
Perencanaan yang baik juga harus diterapkan dalam kegiatan penilaian yang
menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran. Mueller yang dikutip Nurgiyantoro
(2008) mengemukakan sejumlah langkah yang perlu ditempuh dalam
pengembangan penilaian otentik, yaitu yang meliputi: (1) penentuan standar, (2)
penentuan tugas otentik, (3) pembuatan kriteria; dan (4) pembuatan rubrik.
3. Aktivitas Belajar
Selama kegiatan belajar, aktivitas merupakan prinsip yang penting. Tidak ada
belajar jika tidak ada aktivitas, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat
untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Aktivitas belajar adalah
serangkaian kegiatan fisik dan mental yang dilakukan adanya perubahan dalam
dirinya, yaitu penambahan pengetahuan yang bersifat permanen. Dalam kegiatan
belajar antara aktivitas fisik dan mental harus saling terkait agar diperoleh
aktivitas belajar yang optimal.

Menurut Sardiman (2004: 99):
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Pada
kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait, contohnya seorang
sedang membaca, secara fisik kelihatannya membaca tetapi mungkin pikiran
dan sikap mentalnya tidak tertuju pada buku yang dibacanya.
Klasifikasi aktivitas seperti yang ditulis Sardiman, menunjukkan bahwa untuk
mencapai hasil belajar yang baik maka aktivitas fisik dan mental harus
terkoordinasi dengan baik. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan oleh siswa
maka siswa akan semakin memahami dan menguasai materi pelajaran yang
disampaikan oleh Guru, sehingga siswa akan memperoleh hasil belajar yang
maksimal. Tetapi jika siswakurang dalam melakukan aktivitas belajarnya maka

13
hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal. Dengan demikian, aktivitas
belajar yang kurang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
hasil belajar siswa.
Aktivitas merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang untuk
mencapai tujuan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa, maka proses
pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Aktivitas belajar merupakan
rangkaian kegiatan yang dilakukan individu untuk mencapai perubahan tingkah
laku.
Seperti yang diungkapkan oleh Sardiman (2004: 21):
Pada prinsipnya belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan
belajar berarti usaha merubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa
suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya
berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga terbentuk
percakapan, keterampilan, sikap, pngertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri.
Berdasarkan definisi di atas, tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran
bergantung pada diri siswa. Berawal dari minat dengan segala aktivitas-aktivitas
selama mengikutipembelajaran menjadi salah satu penunjang keberhasilan
pembelajaran. Oleh karena itu aktivitas siswa perlu diperhatikan sebab hal ini
berperan penting dalam menentukan prestasi belajar siswa.
Sanjaya (2007: 132) menyatakan bahwa:
Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai tujuan
yang diharapkan. Aktivitas tidak terbatas pada aktivitas fisik, akantetapi
juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.
Berdasarkan kutipan di atas, aktivitas belajar meliputi aktivitas yang bersifat fisik
maupun mental. Dalam kegiatan belajar dua aktivitas tersebut saling terkait,

14
sehingga dalam pembelajaran peserta didik diharapkan mempunyai keserasian
antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental yang dilakukan sehingga akan
menghasilkan pembelajaran yang optimal.

Menurut Slameto (2003: 2)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperolah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengamalannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan definisi di atas, keaktifan siswa dalam pembelajaran berarti mereka
memiliki banyak pengalaman belajar. Semakin banyak pengalaman yang mereka
peroleh maka memungkinkan siswa untuk lebih menguasai materi yang berimbas
pada meningkatnya hasil belajar.
Jenis-jenis aktivitas diungkapkan oleh Sardiman (2004: 101) menggolongkan
aktivitas sebagai berikut:
(1) Visual activities, misalnya: membaca, memperhatikan
gambar,demonstrasi, percobaan. (2) Oral activities, misalnya: bertanya,
memberikan saran, mengeluarkan pendapat dan diskusi. (3) Listening
activities, misalnya: mendengarkan uraian, diskusi percakapan. (4) Writing
activities, misalnya: menulis laporan, menyalin. (5) Drawing activities,
misalnya: menggambar, membuat grafik, diagram. (6) Motor activities,
misalnya: melakukan percobaan. (7) Mental activities, misalnya: mengingat,
menganalisa, mengambilkeputusan. (8) Emotional activities, misalnya:
gembira, berani, bergairah.
Berdasarkan devinisi di atas, jenis-jenis aktivitas yang dilakukan siswa pada saat
pembelajaran memang sangat kompleks, tetapi aktivitas yang diharapkan adalah
aktivitas yang relevan dengan kegiatan pembelajaran seperti interaksi siswa
mengikuti proses belajar mengajar dalam kelompok meliputi kegiatan dikusi dan
bekerja sama, keberanian siswa dalam bertanya/ mengemukakan pendapat serta
aktivitas relevan yang lain.

15
Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, metode yang digunakan adalah
pedoman Memes (2001: 36) sebagai berikut:
Bila nilai siswa ≥ 75,6, maka dikategorikan aktif. Bila 59,4 ≤ nilai
siswa < 75,6 maka dikategorikan cukup aktif. Bila nilai siswa < 59,4, maka
dikategorikan kurang aktif.
Berdasarkan kutipan di atas, proses belajar mengajar tidak akan tercapai begitu
saja tanpa diimbangi dengan aktivitas belajar. Karena keberhasilan kegiatan
pembelajaran ditentukan oleh bagaimana kegiatan interaksi dalam pembelajaran
tersebut, semakin aktif siswa dalam pembelajaran, maka semakin banyak
pengamatan belajar yang akan diperoleh siswa dan tujuan pembelajaran akan
tercapai. Aktivitas siswa merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa
dalam proses pembelajaran.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu pencapaian usaha belajar yang dilakukan siswa dalam
aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman siswa.
Sementara itu, menurut Lester dalam Sagala (2007: 1):
Belajar adalah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan,
dan sikap belajar. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu
mengulangi kembali materi yang dipelajarinya.
Klasifikasi belajar seperti yang ditulis Sagala, menunjukkan bahwa untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar
yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar
siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Suatu proses

16
pembelajaran dikatakan berhasil jika hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat
meningkat atau mengalami perubahan.
Menurut Bloom dalam Sardiman (2004:23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar,
yaitu,
(a)Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),
synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru),
evaluation (menilai), application (menerapkan) (b) Affective: Receiving
(sikap menerima), responding (member respon), Valuing (menilai),
organization (organisasi), characterization (karakterisasi) (c) Psychomotor:
initiatory level, pre-routine level, routinized level.
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di
atas, maka hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah proses belajar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil
belajar tersebut bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Oleh
karena itu seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh
perubahan dalam dirinya dan memperoleh pengalaman baru, maka individu itu
dikatakan telah belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4):
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal
dan puncak proses belajar.
Kutipan di atas menerangkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh
siswa setelah siswa menerima suatu pengetahuan dimana hasil tersebut
diwujudkan dalam bentuk skor setelah mengikuti suatu penilaian atau pun tes.

17
Menurut Dalyono (2005: 55) faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil
belajar siswa, yaitu:
a)

Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) meliputi kesehatan, intelegensi,
bakat, minat, motivasi dan cara belajar.

b) Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) meliputi lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari proses
belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersal dari dalam diri
siswa (faktor internal). Untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, maka
seorang siswa harus biasa mengelola faktor-faktor ini dengan baik terutama faktor
yang berasal dari dalam dirinya.

B. Kerangka Pemikiran
Pada point sebelumnya dalam tinjauan pustaka dikemukakan bahwa dengan
mengkaji kenyataan mengenai perapan penilaian konvensional dalam
pembelajaran, nampak ada ketidak sesuaian antara pembelajaran di sekolah
dengan sistem penilaian yang digunakannya. Proses penilaian yang biasa
dilakukan guru selama ini hanya mampu menggambarkan aspek penguasaan
konsep peserta didik, akibatnya tujuan kurikuler mata pelajaran belum dapat
dicapai dan atau tergambarkan secara menyeluruh. Penilaian terhadap kinerja
siswa itu amat penting, namun sebagian besar guru merasa kesulitan dalam
melaksanakan karena belum memahami prosedur penggunaannya. Sebagai contoh
kasus ialah bahwa kegiatan pembelajaran yang melibatkan kinerja siswa dalam

18
melakukan percobaan sudah sering diterapkan, namun terhadap kinerja siswa
tersebut belum pernah dilakukan penilaian.
Sedangkan penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada
situasi atau konteks dunia nyata, yang memerlukan berbagai macam pendekatan
untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah
bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dalam suatu proses
pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek
hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik
yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa
perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses
pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.
Penilaian dilakukan melalui, penilaian unjuk kerja (performance), penilaian
penugasan (project), penilaian kinerja (hasil karya/product), penialian portofolio
(kumpulan kerja siswa), dan penilaian diri (self assessment).
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengutamakan keterlibatan aktif
siswa secara langsung, melaksanakan eksperimen menggunakan media yang
secara langsung digunakan oleh siswa pada masing-masing kelompok, membuat
suatu karya secara kelompok, mengumpulkan tugas-tugas yang telah diberikan
kemudian dipresentasikan. Kegiatan tersebut akan mempengaruhi aktivitas belajar
siswa dan siswa akan memperoleh keuntungan yaitu dapat memupuk kemandirian
siswa, jika mereka dapat melihat dan melakukan sesuatu sendiri. Selain itu, guru
meminta siswa untuk menilai kepribadian antar siswa serta memberikan tugas

19
untuk masing-masing siswa. Kegiatan tersebut dilakukan agar dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.
Data hasil belajar diperoleh dengan mengamati aspek kognitif. Aspek kognitif
diperoleh melalui uji blok, Berdasarkan data nilai inilah diperoleh nilai dari hasil
belajar.
Penelitian ini menggunakan satu variabel bebas dan dua variabel terikat sebagai
variabel bebas adalah aktivitas belajar penilaian otentik (X1) dan aktivitas belajar
penilaian konvensional (X2) sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar
penilaian otentik (Y1) dan hasil belajar penilaian konvensional (Y2).

Aktivitas Belajar
Penilaian Otentik
(X1)

Hasil Belajar
Penilaian Otentik
(Y1)

Dibandingkan

Dibandingkan

Aktivitas Belajar
Penilaian Konvensional
(X2)

Hasil Belajar
Penilaian Konvensional
(Y2)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

20
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir
adalah:
a. Semua siswa kelas X semester genap memperoleh materi pelajaran yang
sama.
b. Setiap sampel penelitian memperoleh materi yang sama.
c. Aktivitas siswa pada mata pelajaran IPA Fisika berbeda-beda.
d. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Fisika berbeda-beda.

2. Hipotesis
Pasangan hipotesis penelitian yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H1 : Aktivitas belajar fisika siswa menggunakan model penilaian otentik lebih
tinggi dibandingkan dengan menggunakan model penilaian konvensional.
H2 : Hasil belajar siswa yang menggunakan model penilaian otentik lebih
tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan model penilaian
konvensional.

21

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Utama 2 Bandar
Lampung pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri atas 5
kelas.
B. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive
Sampling. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 5 kelas kemudian dipilih 2 kelas
secara sengaja sebagai sampel dengan anggapan siswa pada 2 kelas tersebut dapat
dilakukan pengukuran terhadap variabel penelitian sesuai dengan penelitian yang
dilakukan dan dari hasil pengukuran tersebut akan diperoleh data yang benar.
Sampel yang diperoleh adalah kelas X1 yang berjumlah 34 siswa sebagai kelas
ekperimen yang menggunakan model Penilaian Otentik dan kelas X5 sebagai
kelas eksperimen yang menggunakan model Pennilaian Konvensional yang
berjumlah 34 siswa.
C. Desain Penelitian
Dalam penelitian terdapat dua kelompok yang dianggap memiliki persamaan
karakteristik. Masng-masing diberi perlakuan yang berbeda.

22
Kelompok pertama mendapat perlakuan sesuai dengan model Penilaian Otentik,
sedangkan untuk kelompok yang kedua mendapat perlakuan sesuai dengan
Penilaian Konvensional. Dari kedua kelompok tersebut masing-masing diperoleh
nilai untuk aktivitas dan hasil belajarnya.
Nilai hasil belajar untuk kelas yang menggunakan penilaian otentik dibandingkan
dengan nilai hasil belajar dari kelas yang menggunakan penilaian konvensional.
Begitu pula dengan nilai aktivitas belajar siswa, nilai aktivitas belajar siswa untuk
kelas yang menggunakan penilaian otentik dibandingkan dengan nilai aktivitas
belajar siswa untuk kelas yang menggunakan penilaian konvensional.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terbagi menjadi dua macam, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Untuk variabel bebas terdiri dari Penilaian Otentik dan Penilaian
Konvensional. Sedangkan variabel terikatnya adalah aktivitas dan hasil belajar.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah lembar kerja siswa, soal tes
pilihan jamak, soal esai diskusi dan lembar observasi.

F. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam sampel, instrumen harus diuji terlebih
dahulu dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.

23
1. Uji Validitas
Instrumen yang digunakan terlebih dahulu diuji validitasnya. Instrumen yang
valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu
valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diu-kur (ketepatan). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika
hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes
tersebut dengan kriteria yang ditentukan.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product
moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:

(Arikunto, 2007: 72)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih dari 0,3
maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika korelasi antar butir
dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
Dan jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut
signifikan.
Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta
korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai
validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap
memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3 (Masrun dalam Sugiyono, 2010: 188).

24
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS
17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation lebih besar
dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang kuat (valid).
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan pada pendapat
Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas
dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

Di mana:
r11 =
Σσi2 =
σt 2 =

reliabilitas yang dicari
jumlah varians skor tiap-tiap item
varians total
(Arikunto, 2007: 109)

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukuran
dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk
mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut,
dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha
Cronbach’s yang diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

25
Menurut Sayuti dalam Saputri (2010: 30), instrumen dinyatakan reliabel jika
mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan ukuran kemantapan alpha yang
diinterprestasikan sebagai berikut:
a) Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang
reliabel.
b) Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
c) Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.
d) Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.
e) Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel yang
sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh dengan menjumlahkan skor setiap
nomor soal.
G. Teknik Pengmpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data Pada Penilaian Otentik
a. Teknik tes
Tes diberikan kepada siswa untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
b. Observasi
Guna mengamati aktivitas belajar siswa, maka diadakan observasi. Observasi
dilakukan dalam proses pembelajaran sedang berlangsung. Lembar yang
digunakan berupa lembar observasi untuk aktivitas siswa, yang didalamnya
terdapat aspek-aspek penilaian untuk aktivitas dalam pembelajaran untuk tiap
siswa. Lembar tersebut diisi dengan cara memberi tanda silang (x) pada setiap
aspek aktivitas yang dilakukan setiap siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Bentuk lembar observasi untuk penilaian aktivitas siswa dapat
dilihat seperti tabel berikut:

26
Tabel 1. Contoh lembar pengamatan aktivitas siswa terhadap kegiatan
pembelajaran.
Aspek Aktivitas yang Diamati
No

Nama Siswa

1

Siswa 1

a


2

Siswa 2



3

Siswa 3









1
b


c

a


2
b















c

a


















b


c




















3
b


c


a










Sedangkan untuk aspek yang diamati antara lain:
1) Interaksi siswa selama PBM dalam kelompok
Indikator : a) Berdiskusi memecahkan masalah
b) Bekerjasama mengerjakan LKK
c) Bertanggung jawab terhadap kelompoknya
2) Keberanian dalam bertanya dan mengemukakan pendapat.
Indikator: a) Bahasa yang digunakan logis
b) Penyampaian pendapat atau pertanyaan tidak terbata-bata
c) Bertanya atau berpendapat sesuai dengan materi pembelajaran.
3) Partisipasi siswa dalam PBM
Indikator: a) Memperhatikan petunjuk guru
b) Mengikuti petunjuk guru
c) Memahami petunjuk guru
4) Motivasi dan semangat dalam mengikuti PBM.
Indikator: a) Menyelesaikan tugas kelompok
b) Semangat dalam mengikuti pelajaran.
c) Menggunakan buku refrensi
5) Interaksi antar siswa selama kegiatan PBM (diskusi kelas)

27
Indikator: a) Berinteraksi dengan temannya secara baik
b) Menghargai pendapat teman
c) Memberi tanggapan positif terhadap pendapat teman.
6) Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan belajar mengajar
Indikator: a) Menjawab pertanyaan yang diberikan guru
b) melakukan perintah guru
c) Mendengarkan pendapat guru

Pada proses selanjutnya, masing-masing indikator dikategorikan menjadi empat
yaitu: siswa memperoleh skor 4 jika 3 indikator terlaksana, siswa memperoleh
skor 3 jika 2 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 2 jika 1 indikator
terlaksana dan siswa memperoleh skor 1 jika tidak satupun indikator terlaksana.

c. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data dengan
pembelajaran penilaian otentik dengan cara mencatat data yang telah ada. Dalam
pengumpulan data penilaian otentik dilakukan dengan menggunakan penilaian
unjuk kerja, penugasan, kinerja, portofolio dan penilaian diri.

28
a) Unjuk kerja (Performance Assesment)
Tabel 2. Contoh Instrumen Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assesment)
Aspek Penilaian

4 1 2

3 4

1 2 3

Menarik
Kesimpulan

2 3

Mengambil data
percobaan

Nama
Siswa

1
1
2
...

Menggunakan
Alat

Menyiapkan
Alat

No

4 1 2

Jmlh
Skor

Nilai

3 4

Siswa 1
Siswa 2


Aspek dan rubrik penilaian unjuk kerja sebagai berikut:
Keterangan untuk setiap aspek:
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Proses analisis untuk data penilaian unjuk kerja sebagai berikut:
Nilai maksimal = 4 (skor maks tiap indikator) x 4 (indikator) = 16

b) Penugasan (Project)
Tabel 3. Contoh lembar penilaian penugasan (Project)
No
1
2
3


Nama
Siswa

Aspek yang dinilai
Persiapan

Pengumpulan
Data

Pengolahan
Data

Pelaporan
Tertulis

Nilai

29
Aspek dan rubrik penilaian proyek sebagai berikut:
1) Persiapan :
Indikator: a) Jika memuat tujuan dengan lengkap
b) Jika memuat topik dengan lengkap
c) Jika memuat alasan dengan lengkap.
2) Pengumpulan data:
Indikator: a) Jika daftar pertanyaan dapat dilaksanakan semua
b) Jika data tercatat dengan lengkap
c) Jika data tercatat dengan rapi
3) Pengolahan data:
Indikator: a) Jika pembahasan data sesuai tujuan penelitian.
b) Jika pembahasan data sesuai dengan topik
c) Jika pembahasan sesuai dengan materi
4) Pelaporan tertulis:
Indikator: a) Jika sistimatika penulisan benar
b) Jika memuat saran
c) Jika bahasa yang digunakan komunikatif
Untuk proses selanjutnya masing-masing indikator bernilai maksimal 4 point,
sehingga siswa memperoleh skor 4 jika 3 indikator terlaksana, siswa memperoleh
skor 3 jika 2 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 2 jika 1 indikator
terlaksana dan siswa memperoleh skor 1 jika tidak satupun indikator terlaksana.
Proses analisis untuk data penilaian penugasan sebagai berikut:
Nilai maksimal = 4 (skor maks tiap indikator) x 4 (indikator) = 16

30

c) Penilaian Produk (Product Assessment)
Tabel 4. Contoh lembar penilaian produk (product assessment)
No

Nama Siswa

Aspek yang dinilai
Perencanaan

Proses

Nilai
Hasil

1.
2.
3.


Aspek dan rubrik penilaian produk (product assessment)
1) Perencaan:
Indikator: a) Jika sesuai dengan tujuan
b) Jika sesuai dengan topik
c) Jika memuat tempat penelitian
2) Proses:
Indikator: a) Jika pembuatan produk sangat baik
b) Data tercatat dengan lengkap
c) Data tercatat dengan rapi
3) Hasil:
Indikator: a) Jika penulisan sistematis penulisan benar
b) Jika memuat saran
c) Bahasa yang digunakan komunikatif
Proses selanjutnya masing-masing indikator dikategorikan menjadi empat yaitu:
siswa memperoleh skor 4 jika 3 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 3

31
jika 2 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 2 jika 1 indikator terlaksana
dan siswa memperoleh skor 1 jika tidak satupun indikator terlaksana.
Proses analisis untuk data penilaian produk sebagai berikut:
Nilai maksimal = 3 (skor maks tiap indikator) x 4 (indikator) = 12

d) Penilaian Portofolio (Portofolio Assesment)
Tabel 5. Contoh lembar penilaian portofolio

No

Aspek yang Diamati

Nama
Siswa
a

1
b

c

a

2
b

c

a

3
b

c

a

4
b

Skor

Nilai
Akhir

c

1.
2.
3.


Aspek yang diamati dalam penilaian portofolio yaitu:
a) Pengumpulan tugas
Indikator:
a) Kelengkapan
b) Kerapihan
c) Tepat waktu
b) Pengorganisasian tugas
Indikator:
a) Siswa mempunyai pemahaman yang jelas tentang tujuan kegiatan yang
diberikan.
b) Siswa memahami tugas atau percobaan yang diberikan

32
c) Saling bekerjasama sesame teman sekelompok untuk menyelesaikan tugas.
c) Merefleksi
Indikator:
a) Tugas sangat sesuai dengan yang diberikan
b) Mengetahui kekuatan dan kelemahan tugas yang telah dibuat
c) Mengetahui yang seharusnya diperbaiki
d) Persentasi
Indikator:
a) Penyampaian materi jelas
b) Volume suara jelas
c) Partisipasi berperan aktif dalam diskusi baik bertanya maupun menjawab
pertanyaan

Selanjutnya masing-masing indikator dikategorikan menjadi empat yaitu: siswa
memperoleh skor 4 jika 3 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 3 jika 2
indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 2 jika 1 indikator terlaksana dan
siswa memperoleh skor 1 jika tidak satupun indikator terlaksana.
Proses analisis untuk penilaian portofolio siswa adalah sebagai berikut:
1) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aspek
penilaian.
2) Persentase setiap siswa diperoleh dengan rumus:
Nilai portofolio siswa =
Nilai portofolio setiap siswa = ... %

33
e) Penilaian Sikap
Tabel 6. Contoh lembar penilaian diri (selft assesment)
Aspek Penilaian
Menanggapi pendapat
orang lain

Menjadi pdengar
yang baik

Menyampaikan
pendapat

Bekerja sama

Berperilaku santun

Bertanggung jawab

Bekerja teliti

Jujur

Nama
Siswa

Berpikir logis

No

Jmlh
Skor

Nilai

1
2

Rata-rata

Keterangan skala sikap untuk tiap aspek:
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang
Proses analisis untuk penilaian sikap siswa adalah sebagai berikut:
1) Skor yang diperoleh dari masing-masing siswa adalah skor dari setiap aspek
penilaian.
2) Persentase setiap siswa diperoleh dengan rumus:
Nilai portofolio siswa =
Nilai portofolio setiap siswa = ... % .

34
2. Teknik Pengumpulan Data Pada Penilaian Konvensional
a. Teknik tes
Tes diberikan kepada siswa untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa
pada pertemuan terakhir. Siswa diberikan soal tes pilihan jamak.
b. Observasi
Pengamatan aktivitas belajar siswa dilakukan dalam proses pembelajaran
berlangsung berupa lembar observasi untuk aktivitas siswa. Lembar observasi
diisi dengan cara memberi tanda silang (x) pada setiap aspek aktivitas yang
dilakukan setiap siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Bentuk lembar
observasi untuk penilaian aktivitas siswa terlihat seperti tabel berikut:
Tabel 7. Contoh lembar pengamatan aktivitas siswa untuk kegiatan
pembelajaran
No

Nama Siswa
a

1
b

Aspek Aktivitas yang Diamati
2
3
c
a
b
c
A
b
c

a


B

c

Sedangkan untuk aspek yang diamati yaitu:
1) Interaksi siswa selama PBM dalam kelompok
Indikator: a) Berdiskusi memecahkan masalah
b) Bekerjasama mengerjakan LKK
c) Bertanggung jawab terhadap kelompoknya
2) Keberanian dalam bertanya dan mengemukakan pendapat.
Indikator: a) Bahasa yang digunakan logis
b) Penyampaian pendapat atau pertanyaan tidak terbata-bata
c) Bertanya atau berpendapat sesuai dengan materi pembelajaran.

35
3) Partisipasi siswa dalam PBM
Indikator: a) Memperhatikan petunjuk guru
b) Mengikuti petunjuk guru
c) Memahami petunjuk guru
4) Motivasi dan semangat dalam mengikuti PBM.
Indikator: a) Menyelesaikan tugas kelompok
b) Semangat dalam mengikuti pelajaran.
c) Menggunakan buku refrensi
5) Interaksi antar siswa selama kegiatan PBM (diskusi kelas)
Indikator: a) Berinteraksi dengan temannya secara baik
b) Menghargai pendapat teman
c) Memberi tanggapan positif terhadap pendapat teman.
6) Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan belajar mengajar
Indikator: a) Menjawab pertanyaan yang diberikan guru
b) melakukan perintah guru
c) Mendengarkan pendapat guru
Pada poses selanjutnya, masing-masing indikator dikategorikan menjadi empat
yaitu: siswa memperoleh skor 4 jika 3 indikator terlaksana, siswa memperoleh
skor 3 jika 2 indikator terlaksana, siswa memperoleh skor 2 jika 1 indikator
terlaksana dan siswa memperoleh skor 1 jika tidak satupun indikator terlaksana.

36
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Data dianalisis dengan membandingkan antara nilai aktivitas untuk kelas yang
menggunakan penilaian otentik dengan aktivitas untuk kelas yang menggunkan
penilaian konvensional. Kemudian untuk nilai hasil belajar antara kelas yang
menggunakan penilaian otentik dibandingkan dengan nilai hasil belajar kelas yang
menggunakan penilaian konvensional.
Dari hasil perbandingan tersebut dilihat kelas mana yang aktivitasnya lebih tinggi
dan kelas mana yang hasil belajarnya lebih tinggi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan uji statistik non-parametrik kolmogorov smirnov
beserta grafiknya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sampel
berdistribusi normal. Berdasarkan besaran probabilitas atau nilai asymp.sig (2tiled), nilai

yang digunakan adalah 0,05 dengan kriteria uji sebagai berikut: (1)

jika nilai sig atau signitifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah
tidak normal (2) jika nilai sig atau signitifikan atau probabilitas > 0,05 maka
distribusi data adalah normal.
2. Pengujian Hipotesis
Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam penelitian
menggunakan statistik parametrik tes.
Pertimbangan efisiensi uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan fungsi
univariate, dimana kriteria ujinya adalah jika nilai >
yang diambil dari populasi tersebut homogen.

(0,05) maka data sampel

37
Untuk membandingkan dua sampel yang berbeda (bebas) dilakukan Uji T Untuk
Dua Sampel Bebas (Independent Sample T Test). Independent Sample T Test
digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua
kelompok sampel yang tidak berhubungan.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah

1) Hipotesis Pertama
H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara kelas yang
menggunakan Penilaian Otentik dengan Penilaian Konvensional.
H1 : Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika antara kelas yang
menggunakan Penilaian Otentik dengan Penilaian Konvensional.
2) Hipotesis Kedua
Ho : Hasil belajar siswa yang menggunakan model Penilaian Otentik tidak
lebih tinggi atau sama dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang
menggunakan model Penilaian Konvensional.
H1 : Hasil belajar siswa yang menggunakan model Penilaian Otentik lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model
Penilaian Konvensional.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signif