Hubungan Antara Penilaian Kinerja dan Hasil Belajar pad Konsep Cahaya dengan Menggunakan Metode Eksperimen

(1)

i Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh EVI SUTAMI NIM 107016300366

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Penilaian Hasil Belajar pada Konsep Cahaya dengan Metode Eksperimen. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau informasi tentang hubungan antara penilaian kinerja terhadap penilaian hasil belajar peserta didik pada pembelajaran fisika konsep cahaya. Penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2012/2013, dimulai pada bulan februari sampai dengan bulan April 2013. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan di lapangan bahwa sistem penilaian yang digunakan belum komprehensif dan berkesinambungan, sehingga tidak jarang penilaian aspek proses pembelajaran peserta didik masih belum optimal dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode regresi linier sederhana. Subyek penelitian adalah peserta didik kelas VIII-8 SMP Negeri 1 Caringin Bogor, dengan instrumen pengumpul data berupa penilaian kinerja dan penilaian hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok peserta didik telah menguasai kemampuan yang diajarkan dengan persentase tertinggi yaitu 66.7% pada kategori baik pada penilaian kinerja-baik pada penilaian hasil belajar dan kategori cukup baik pada penilaian kinerja-baik pada penilaian hasil belajar sebesar 33.3%. Hal ini membuktikan bahwa efektivitas penilaian kinerja terhadap penilaian hasil belajar di SMP Negeri 1 Caringin Bogor mempunyai kontribusi yang sangat positif. Kelompok peserta didik mempunyai nilai rata-rata 3 pada penilaian kinerja, artinya penilaian kinerja seluruh kelompok peserta didik termasuk dalam kategori baik dan penilaian hasil belajar memperoleh nilai di atas 70 (nilai KKM), yaitu dengan rata-rata 78, dengan nilai tertinggi sebesar 83.2, sedangkan nilai terendah dengan nilai 75.2. dengan demikian bahwa dalam proses yang baik akan mengahsilkan hasil akhir yang baik pula.

Kata kunci: Penilaian Kinerja (performance assessment), Penilaian Hasil Belajar,Konsep Cahaya, dan Metode Eksperimen.


(6)

vi

Studies Program Faculty of Physical Education and Teaching Tarbiyah Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

This study aims to obtain a picture or information about the effectiveness of the performance appraisal assessment of learning outcomes of students in learning physics concepts of light. The experiment was conducted in the academic year 2012/2013, starting in February and ending in April 2013. Research was motivated by the reality on the ground that the scoring system used has not been a comprehensive and continuous, so is not uncommon assesses the learners the learning process is still not optimally done. The method used is descriptive method. Subjects were students of class VIII-8 SMP Negeri 1 Bogor Caringin, the data collection instrument and a performance appraisal form of a multiple choice test with four alternative answers. The results showed that most groups of learners have mastered the skills taught by the highest percentage of 66.7 % in both categories in the performance-appraisal well on the assessment of learning outcomes and assessment category quite well on good performance on the assessment of learning outcomes by 33.3 %. This proves that the effectiveness of the performance assessment of learning outcomes assessment in SMP Negeri 1 Bogor Caringin have a very positive contribution. Group of students having an average value of 3 in performance assessment, performance appraisal means the entire group of students included in both categories, and assessment of learning outcomes scoring above 70 (KKM), by an average of 78, with a highest score of 83.2, while the lowest value with a value of 75.2. so that in the process of good will mengahsilkan also a good final result.

Keywords: Performance Assessment (performance assessment), Assessment of Learning Outcomes, Light Concepts, and Experimental Methods.


(7)

vii

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia yang tidak terhingga. Salah satu nikmat dan karunia-Nya adalah akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat teriring salam senantiasa tersampaikan kepada nabi tercinta, nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para pengikutnya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat akademis untuk menyelesaikan studi Strata 1 (S1) program studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan judul “Hubungan Penilaian Kinerja dan Hasil Belajar pada Konsep Cahaya dengan Metode Eksperimen. Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’I, M.A, Pd.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai dosen penguji. Terima kasih atas doa, ilmu, didikan, dorongan semangat, serta kebijakan-kebijakan selama penulis menyelesaikan studi di program studi pendidikan fisika. 4. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas do’a, bimbingan dan arahan, serta dorongan semangatnya yang juga menjadi salah satu sosok inspiratif bagi peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.


(8)

viii

semangatnya yang juga menjadi salah satu sosok inspiratif bagi peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Erina Hertanti, M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan banyak waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Segenap dosen dan staff jurusan pendidikan IPA, khususnya program studi pendidikan fisika, yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di perguruan tinggi ini.

8. Bapak Drs. Dede Raharja, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri I Caringin Bogor. Trimakasih telah mengizinkan peneliti untuk penelitian.

9. Ibu Intan Nurbagjawati, S.Pd., selaku guru pembimbing di SMP Negeri 1 Caringin Bogor selama peneliti melaksanakan penelitian. Dan segenap guru beserta staff SMP Negeri I Caringin Bogor. Terima kasih telah memberikan informasi selama proses penelitian.

10. Secara khusus, peneliti juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu dan Bapak, yang kasih sayangnya tak terbatas dan tak lekang oleh waktu, segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT. atas karunia yang Allah berikan melalui Ibu dan Bapak. Do’a, didikan, nasehat, dorongan moril dan materi yang diberikan senantiasa menjadi pengobat rasa lelah dan pemicu untuk senantiasa melakukan yang terbaik dan berusaha meraih yang terbaik untuk membuat Ibu dan Bapak bangga. Semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi ku.

11. Adik-adikku tercinta : Eva Rosita, S.KM., Wida dan Sahid terimakasih atas do’a, cinta, motivasi serta semangat yang diberikan, terimakasih atas segalanya.

12. Keluarga besar Physics Family ’07, terutama Delia, Agis, Ira, Reni dan Indra, terima kasih atas kebersamaannya selama ini, teman-teman satu perjuangan di


(9)

ix

Jakarta), terima kasih atas kebersamaannya sampai sekarang, khususnya The Gigil’s ‘07. Thanks for being my friends in the health and sick, in the the happiness and sadness, in the love and cherish, Thank you for all.

-Gigil NeverLasst-.

Atas semuanya semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang lebih baik, jazákum ahsan al-jazâ’.

Jakarta, April 2014


(10)

x

PERNYATAANKARYASENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATAPENGANTAR ... vi

DAFTARISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR ... 7

A. Kajian Teoritis ... 7

1. Penilaian Kelas ... 7

a. Pengertian penilaian kelas ... 7

b. Tujuan penilaian kelas ... 9

c. Fungsi penilaian kelas ... 10

d. Prinsip-prinsip penilaian kelas ... 13

e. Jenis-jenis penilaian kelas ... 13

f. Manfaat penilaian kelas ... 19

g. Keunggulan penilaian kelas ... 19

2. Penilaian Kinerja ... 20


(11)

xi

f. Kriteria penilaian kinerja ... 27

g. Kelebihan dan kekurangan penialaian kinerja ... 28

3. Penilaian Hasil Belajar ... 29

a. Ranah kognitif ... 31

b. Ranah afektif ... 34

c. Ranah psikomotorik ... 35

4. Metode Eksperimen ... 37

a. Tahapan metode eksperimen ... 39

b. Jenis-jenis metode eksperimen ... 41

c. Kelebihan metode eksperimen ... 42

d. Kelemahan metode eksperimen ... 43

5. Konsep Cahaya ... 43

a. Sifat cahaya merambat lurus ... 45

b. Pemantulan cahaya ... 45

c. Pembiasan cahaya ... 50

B. Penelitian yang Relevan ... 53

C. Kerangka Berpikir ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

B. Metode Penelitian ... 58

C. Subjek Penelitian ... 58

D. Intrumen Penelitian ... 59

E. Teknik Pengumpulan Data ... 65


(12)

xii

3. Hasil Uji Regresi Linieritas Penilaian Kinerja dan Penilaian

Hasil Belajar ... 72

B. Pembahasan ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75


(13)

xiii

Tabel 2.2 Contoh Daftar Penilaian Checklist ... 24

Tabel 2.3 Contoh Skala Penilaian ... 25

Tabel 2.4 Perbandingan Penilaian Kinerja dengan Penilaian Konvensional .... 27

Tabel 2.5 Ketentuan pada Lensa ... 52

Tabel 3.1 Uji Validitas Ahli ... 58

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Pilihan Ganda ... 59

Tabel 3.3 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 62

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 63

Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 63

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 64

Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya pembeda ... 64

Tabel 3.8 Klasifikasi Kategori Penilaian Kinerja ... 65

Tabel 3.9 Klasifikasi Kategori Penilaian Hasil Belajar ... 66

Tabel 3.10 Pasangan Kategori penilaian Kinerja dengan penilaian hasil belajar 67 Tabel 4.1 Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Pertama ... 69

Tabel 4.2 Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Kedua ... 70

Tabel 4.3 Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Ketiga ... 70

Tabel 4.4 Penilaian Kinerja pada Tiap Kelompok pada Pertemuan Keempat .. 71

Tabel 4.5 Rekapitulasi Penilaian Kinerja Untuk Tiap Kelompok ... 72

Tabel 4.6 Distribusi Kelompok Peserta Didik Berdasarkan Ketegori Penilaian Kinerja ... 73

Tabel 4.7 Rekapitulasi Penilaian Hasil Belajar Untuk Tiap kelompok ... 74

Tabel 4.8 Distribusi Kelompok Peserta Didik Berdasarkan Kategori Penilaian Hasil Belajar ... 74

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja dengan Penilain Hasil Belajar 75 Tabel 4.10 Persentase Efektivitas Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran ... 76


(14)

xiv

Gambar 2.2 Bayang-bayang Gelap (umbra) dan Bayang-bayang Semu (penumbra) Terbentuk Oleh Sumber Cahaya yang Lebih Besar

dari bendanya ... 44

Gambar 2.3 Pembentukan Bayangan Pada Cermin Datar ... 45

Gambar 2.4 Tiga Sinar Istimewa Cermin Cekung ... 46

Gambar 2.5 Pembagian Ruangan pada Cermin Cekung ... 46

Gambar 2.6 Tiga Sinar Istimewa Cermin Cembung ... 48

Gambar 2.7 Pembiasan pada Kaca Plan Paralel ... 49

Gambar 2.8 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cekung ... 50

Gambar 2.9 Tiga Sinar Istimewa Lensa Cembung ... 51

Gambar 2.10 Kerangka Berfikir ... 56

Gambar 4.1 Persentase Hasil Penilaian Kinerja Tiap Kelompok ... 73

Gambar 4.2 Persentase Penilaian Hasil Belajar Tiap Kelompok ... 75 Gambar 4.3 Persentase Efektivitas Penilaian Kinerja dalam Pembelajaran . 77


(15)

xv

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 82

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 102

Lampiran 4 Kisi-kisi Penilaian Kinerja ... 124

Lampiran 5 Pedoman Penilaian Kinerja ... 126

Lampiran 6 lembar Penilaian Kinerja ... 128

Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Hasil Belajar ... 141

Lampiran 8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Hasil Belajar ... 143

Lampiran 9 Soal Tes Penilaian Hasil Belajar ... 145

Lampiran 10 Lembar Uji Validitas Ahli ... 152


(16)

1 A. Latar Balakang

Pendidikan sebagai suatu upaya yang sistematis, terencana, dan berkelanjutan tentu berusaha optimal untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang lebih baik. Pendidikan saat ini harus mampu membekali setiap peserta didiknya dengan pengetahuan, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap, dimana proses belajar bukan semata-mata mencerminkan pengetahuan (knowledgebased) tetapi harus mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik untuk memiliki keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan.

Menanggapi hal tersebut para ahli pendidikan Indonesia dengan cepat merespon terhadap kebutuhan pendidikan, yaitu melalui Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang selanjutnya pada tahun 2006 disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan yang terjadi pada kurikulum ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar.

Mata pelajaran fisika berdasarkan Standar Isi (SI) termasuk dalam rumpun mata pelajaran IPA dan kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kajian IPA mencakup hasil pengamatan, temuan maupun hasil penelitian orang lain. Jadi, IPA khususnya fisika bukan hanya mempelajari konsep-konsep tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai ilmiah peserta didik. Sehingga diharapkan dapat memberikan bekal keterampilan pengetahuan yang dapat diperkaya melalui pengembangan diri dan keilmuan melalui proses pencarian yang terus menerus.

Sesuai dengan hakekat pembelajaran IPA, maka implementasi pembelajaran IPA terdapat dua fase yang harus dinilai, yaitu fase proses belajar mengajar dan fase hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Dalam fase proses belajar mengajar yang dinilai adalah keterampilan menyelesaikan tugas belajar (keterampilan proses), sedangkan fase hasil belajar (produk) adalah penilaian


(17)

akhir setelah fase proses dilalui. Kedua fase tersebut tidak dapat dipisahkan dan hanya dapat diukur keberhasilannya dengan alat ukur yang relevan.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di sekolah SMP Negeri 1 Caringin Bogor pada pembelajaran fisika, ditemukan bahwa proses penilaian yang banyak dilakukan guru dalam pelajaran IPA selama ini semata-mata hanya menekankan pada aspek penguasaan konsep secara kognitif. Penilaian tersebut hanya mengukur penguasan materi saja, sedangkan aspek proses pembelajarannya masih diabaikan. Alat ukur yang digunakan adalah tes objektif.

Hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan, yang menerangkan bahwa salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh dan berkesinambungan.1 Artinya bahwa penilaian tidak hanya ditunjukkan pada penguasaan salah satu aspek pengetahuan saja, namun meliputi berbagai aspek. Sesuai dengan yang dikatakan Bloom yang mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).

Ketetapan tersebut didukung pula dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 pasal 25 ayat 4 tentang standar kompetensi lulusan, bahwa kompetensi lulusan mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan.2 Dengan demikian, penilaian dalam pembelajaran harus mampu mengukur ketiga ranah tersebut, yang semuanya itu akan dilaporkan kepada peserta didik dan orang tua dalam bentuk laporan hasil belajar.

Hasil belajar merupakan keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu.3 Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan kognitif yang dapat diukur dengan tes tertulis serta diwujudkan dalam bentuk nilai. Pengukuran atau penilaian hasil belajar peserta didik biasanya dilakukan dengan penilaian hasil belajar berupa soal objektif berbentuk pilihan

1

Depdiknas, Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 20, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 2.

2

Kemendikbud, Peraturan Pemerintah No 19 pasal 25 ayat 4, (Jakarta: Kemendikbud, 2005), h. 5.

3

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar ; edisi revisi, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 84.


(18)

ganda. Penilaian hasil belajar peserta didik sebaiknya selain menggunakan tes objektif, perlu juga dilengkapi dengan penerapan penilaian yang mampu memberi peluang kepada peserta didik untuk memperlihatkan pemahamannya dalam mengaplikasikan konsep. Dalam proses belajar mengajar IPA peserta didik diharapkan dapat mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, menafsirkan data serta mengkomunikasikan data hasil percobaan. Dengan mencermati berbagai kemampuan, keterampilan dan kompetensi dasar yang diharapkan pada pembelajaran IPA, maka sistem penilaiannya pun harus menggunakan penilaian yang dapat mengungkap kemampuan, keterampilan dan kompetensi peserta didik secara menyeluruh seperti yang diharapkan dalam kurikulum.

Seperti sistem penilaian yang sedang dikembangkan dalam KTSP, yaitu sistem penilaian kelas yang sering disebut sebagai asesmen otentik (authentic assessment). Asesmen otentik adalah jenis asesmen yang memicu peserta didik aktif membangun pengetahuan yang dapat membentuk kompetensi seperti yang ditetapkan dalam kurikulum.4 Mueller berpendapat bahwa penilaian otentik merupakan suatu bentuk tugas yang menghendaki peserta didik untuk menunjukkan kinerjanya yang merupakan penerapan dari pengetahuan dan keterampilan mereka.

Salah satu jenis asesmen otentik yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian kinerja (performance assessment). Penilaian Kinerja merupakan penilaian yang melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan unjuk kemampuan baik dalam keterampilan dan atau berkreasi mengenai produk tertentu sebagai perwujudan dari penguasaan pengetahuan. Sarwiji berpendapat bahwa penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.5 Jadi, penilaian kinerja adalah penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan peserta didik

4

Masnur Muslich, Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi, (Bandung: Refika Aditama, 2011), h. 69.

5

Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 83.


(19)

dalam proses pembelajaran digunakan sebagai landasan perkembangan pengetahuannya.

Penilaian ini dapat digunakan untuk menilai kinerja peserta didik secara individu atau kelompok, dan dirasakan lebih otentik dari hasil tes tertulis. Karena apa yang dinilai lebih mencerminkan keterampilan peserta didik yang sebenarnya. Selain itu, penilaian kinerja direkomendasikan sebagai penilaian yang sesuai dengan hakikat IPA yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan kegiatan eksperimen atau praktikum. Stiggins mengemukakan beberapa alasan mengapa guru harus melakukan penilaian kinerja, yaitu ada beberapa segi dari kemampuan peserta didik yang tidak dapat dideteksi dengancara tertulis yaitu keterampilan dan kreativitas, penilaian kinerja memberi peluang yang lebih banyak kepada guru untuk menganalisis peserta didik secara total, penilaian dilakukan pada saat proses pembelajaran tanpa menunggu proses akhir.6

Oleh sebab itu, dalam penelitian ini mencoba melakukan penilaian proses dan produk pembelajaran. Untuk proses pembelajaran peneliti menggunakan penilaian kinerja pada kegiatan eksperimen dan pada produk pembelajaran peneliti mengunakan penilaian hasil belajar. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi atau catatan yang cukup tentang umpan balik (feed back) untuk memperbaiki proses belajar selanjutnya.

Dari hasil wawancara kepada guru IPA di sekolah, dimana dalam penerapan penilaian kinerja guru merasa belum memahami betul prosedur penilaiannya. Kendala ini disebabkan karena guru masih kurang berpengalaman dalam menyusun dan merumuskan kriteria-kriteria untuk dijadikan pedoman penilaian, serta pengolahan penilaiannya. Padahal kegiatan pembelajaran IPA yang melibatkan kinerja peserta didik dalam kegiatan eksperimen di sekolah sering dilakukan. Tetapi, penilaian peserta didik dalam melakukan eksperimen belum terlaksana dengan baik. Artinya, kemampuan peserta didik saat melakukan unjuk keterampilan dalam melakukan kegiatan eksperimen selama ini belum teramati dan terukur.

6

Douglas G. Wren, Ed.D., Perfoemance Assessment: A Key Component of A Balnced Assessment System, Journal from the Department of Research, Evaluation, and Assessment, 2, 2009, pp. 1-12.


(20)

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penilaian kinerja dalam pembelajaran IPA serta tertarik untuk mengidentifikasi apakah terdapat kelinieran antara penilaian kinerja dengan hasil belajar. Oleh sebab itu, penulis mengambil judul penelitian tentang “Hubungan Penilaian Kinerja dan Hasil Belajar pada Konsep Cahaya dengan Metode Eksperimen.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:

1. Sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran IPA belum penerapkan sistem penilaian yang otentik.

2. Kemampuan peserta didik aspek proses dan hasil belajar belum teramati dan terukur secara menyeluruh.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi, maka perlu dilakukan pembatasan masalah agar penelitian ini terarah. Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Penilaian yang digunakan untuk menilai proses pembelajaran adalah dengan penilaian kinerja peserta didik meliputi persiapan eksperimen, melakukan pengambilan data, aktifitas dalam kelompok, dan persentasi hasil eksperimen. 2. Penilaian hasil belajar yang digunakan adalah dalam bentuk tes pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban, dengan tingkat berfikir mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4).

3. Konsep yang diambil adalah tentang materi cahaya yang meliputi sifat cahaya merambat lurus, umbra dan penumbara, pemantulan cahaya pada cermin, serta pembiasan cahaya pada lensa yang disajikan dengan metode pembelajaran eksperimen.


(21)

D. Rumusan Masalah

Merujuk dari masalah yang dibatasi, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah sebagai berikut: “Bagaimana hubungan penilaian kinerja dan hasil belajar pada konsep cahaya dengan metode eksperimen?”.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan penilaian kinerja dan hasil belajar pada konsep cahaya dengan metode eksperimen.

F. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang hubungan penilaian kinerja dan hasil belajar pada konsep cahaya dengan metode eksperimen.

2. Memdorong semangat peserta didik dalam proses kegiatan pembelajaran, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika.


(22)

7 BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Penilaian Kelas (classroom assessment)

Istilah penilain (assessmnent) dapat diartikan sebagai proses menentukan nilai suatu objek. Depdiknas mengemukakan bahwa penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan meyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai peserta didik, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan prilaku selanjutnya.7

Objektif yang dimaksud adalah adil terhadap semua peserta didik dan tidak membeda-bedakan latar belakang peserta didik yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar. objektivitas penilaian dipengaruhi oleh faktor-faktor pelaksana, kriteria untuk scoring, dan pembuatan keputusan. Berkelanjutan yaitu terus-menerus, teratur, bertahap untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar peserta didik.

Kemudian, menyeluruh artinya penilaian yang dilakukan meliputi aspek pengetahuan, sikap atau nilai, dan keterampilan secara representatif sehingga hasilnya dapat diintegrasikan dengan baik. Penilaian juga merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan sebagai bagian dari prposes pembelajaran yang direncanakan dan diimplementasikan di kelas.

a. Pengertian Penilaian Kelas

Penilaian kelas pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian suatu kompetensi atau hasil belajar peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.8 Harus dipahami bahwa dalam penilaian kelas dilakukan melalui langkah-langkah

7

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010), Cet. III, h. 54.

8

Hamzah B. Uno dan Satria Koni, Assessment Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. I, h. 4.


(23)

perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik.9 Sementara itu, menurut Supranata dan Hatta, penilaian kelas dapat diartikan sebagai suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.10

Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum. Dalam implementasi penilaian kelas juga perlu diterapkan prinsip-prinsip penilaian berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas.11 Dalam hal ini kewenangan guru menjadi sangat luas dan menentukan, sehingga guru dituntut harus cermat dalam menentukan ketepatan jenis penilaian untuk menilai keberhasilan atau kegagalan peserta didik.

Untuk itu, kompetensi profesional dan integritas moral guru merupakan persyaratan penting agar hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Jadi penilaian kelas yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar peserta didik selama dan setelah kegiatan pembelajaran, juga dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan.

b. Tujuan Penilaian Kelas

Secara umum penilaian kelas bertujuan untuk menilai hasil belajar peserta didik, sehingga guru akan memperoleh potret atau profil kemampuan peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam kurikulum. Secara rinci tujuan dari penilaian kelas adalah sebagi berikut:

9

Jihad, op. cit., h. 94.

10

Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 15.

11

Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 6.


(24)

1) Dengan melakukan penilaian kelas guru dapat mengetahui seberapa jauh peserta didik dapat mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran atau setelahnya.

2) Pada saat melaksanakan penilaian, guru dapat memberikan umpan balik kepada peserta didik.

3) Guru dapat terus melakukan pemantauan kemajuan belajar yang dialami peserta didik.

4) Hasil pantauan kemajuan proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan terus-menerus juga dapat dipakai sebagai umpan balik untuk memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan, sesua dengan kebutuhan materi ajar dan kebutuhan peserta didik itu sendiri.

5) Hasil asesmen dapat pula memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektifitas pendidikan.12

Menurut Chittenden tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut:

1) Penelusuran (keeping track); menelusuri agar proses pembelajaran peserta didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian kelas agar memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh peserta didik. 2) Pengecekan (checking-up); mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang

dialami peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun informal guru melakukan pengecekan kemampuan (kompetensi) apa yang telah peserta didik kuasai dan apa yang belum dikuasai.

3) Pencarian (finding-out); mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. Guru harus terus menganalisis dan merefleksikan hasil penialain kelas dan mencari hal-hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif.

12

Hamzah B Uno, Satria Koni, Assessment Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet. I, h. 4-5.


(25)

4) Penyimpulan (summing-up); menyimpulkan apakah peserta didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum atau belum. Penyimpulan sangat penting dilakukan guru, khususnya pada saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan belajar peserta didik kepada orang tua, sekolah, atau pihak lain seperti di akhir semester atau akhir tahun ajaran baik dalam bentuk rapor peserta didik atau bentuk lainnya.13

c. Fungsi Penilaian Kelas

Sejalan dengan tujuan penilaian kelas yang telah dikemukakan di atas, penilaian kelas juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai beriut:14

1) Menggambarkan sejauh mana pencapaian standar kompetensi maupun kompetensi dasar telah dikusai peserta didik.

2) Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik dalam memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian, maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).

3) Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru menemukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan. 4) Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang

berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

5) Sebagai kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan perkembangan peserta didik.

Menurut Abdul Majid penilaian kelas yang disusun secara berencana dan sistematis oleh guru juga memiliki fungsi sebagai berikut:

1) Fungsi motivasi

Penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus mendorong motivasi peserta didik untuk belajar. Latihan, tugas, dan ulangan yang diberikan guru harus

13

Abdul Majid, PerencanaanPembelajaran, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2011), h. 187-188.

14

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2010), Cet. III, h. 95.


(26)

memungkinkan peserta didik melakukan proses pembelajaran baik secara individu maupun berkelompok. Bentuk latihan, tugas dan ulangan harus dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik terdorong untuk terus belajar dan merasa kegiatan tersebut menyenangkan dan menjadi kebutuhannya. Dengan mengerjakan latihan, tugas dan ulangan yang diberikan, peserta didik memperoleh gambaran tentang hal-hal apa yang dia sudah kuasai dan belum dikuasai. Jika peserta didik merasa ada hal-hal yang belum dia kuasai, ia terdorong untuk mempelajarinya lagi.

2) Fungsi belajar tuntas

Penilaian di kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan belajar peserta didik. Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh guru adalah apakah peserta didik sudah menguasai kemampuan yang diharapkan, siapa dari peserta didik yang belum menguasai kemampuan tertentu, dan tindakan apa yang harus dilakukan agar peserta didik akhirnya menguasai kemampuan tersebut. Ketuntasan belajar harus menjadi fokus dalam perancangan materi yang harus dicakup setiap kali guru melakukan penilaian. Jika suatu kemampuan belum dikuasai peserta didik, penilaian harus terus dilakukan untuk mengetahui apakah semua atau sebagian besar peserta didik telah menguasai kemampuan tersebut. Rencana penilaian harus disusun sesuai dengan target kemampuan yang harus dikuasai peserta didik pada setiap semester dan kelas sesuai dengan daftar kemampuan yang telah ditetapkan.

3) Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran

Di samping untuk memantau kemajuan belajar peserta didik, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau semua peserta didik telah menguasai kemampuan yang diajarkan, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar telah berhasil sesuai dengan rencana. Apabila guru menemukan bahwa hanya sebagian peserta didik saja yang menguasai kemampuan yang ditargetkan, guru perlu melakuakan analisis dan refleksi mengapa hal ini terjadi dan apa tindakan yang harus guru lakukan untuk meningkatkan efektivitas pengajaran.


(27)

4) Fungsi umpan balik

Hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan umpan balik bagi peserta didik dan guru itu sendiri. Umpan balik hasil penilaian sangat bermanfaat bagi peserta didik agar peserta didik mengetahui kelemahan yang dialaminya dan dapat mencapai kemampuan yang diharapkan, dan peserta didik diminta melakukan latihan atau pengayaan yang dianggap perlu. Analisis hasil penilaian juga berguna bagi guru untuk melihat hal-hal apa yang perlu diperhatikan secara serius dalam proses belajar mengajar. Dalam hal-hal tertentu hasil penilaian juga dapat menjadi umpan balik bagi sekolah dan orang tua agar secara bersama-sama mendorong dan membantu ketercapaian target penguasaan kemampuan yang telah ditetapkan.15

d. Prinsip-prinsip Penilaian Kelas

Sebagai bagian dari kurikulum, pelaksanaan penilaian kelas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan komponen yang ada di dalamnya. Untuk itu, dalam pelaksanaan penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1) Mengacu pada kompetensi (competencereferenced)

Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk mengukur apakah peserta didik telah menguasai kemampuan sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum. Penilaian kelas menilai pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang tercermin dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.

2) Berkelanjutan (continuous)

Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian rencana mengajar guru selama satu semester dan tahun ajaran untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui penilaian.

15


(28)

3) Didaktis

Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa tes maupun non-tes harus dirancang baik isi, format, layout, dan tampilannya agar peserta didik menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian. Alat penilaian kelas seperti ini dapat menumbuhkan rasa keingintahuan peserta didik lebih dalam dan dorongan belajar lebih kuat.

4) Menggali informasi

Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil keputusan dan umpan balik. Pemilihan metode, teknik dan alat penilaian yang tepat sangat menentukan jenis informasi yang ingin digali dari proses penilaian kelas. Acuan sederhana yang dapat digunakan guru adalah prinsip “sedikit tapi banyak”, prinsip ini dimaksudkan agar guru melakukan penilaian dengan cakupan materi dan kemampuan yang tidak terlalu banyak tetapi informasi yang diperoleh dari hasil penilaian tersebut sangat dalam dan luas. 5) Melihat yang benar dan yang salah

Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja peserta didik secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi pada peserta didik sekaligus melihat hal-hal positif yang diberikan peserta didik. Analisis terhadap kesalahan jawaban dan peyelesaian masalah yang diberikan peserta didik sangat berguna untuk menghindari terjadinya miskonsepsi dan ketidak jelasan dalam proses pembelajaran.16

e. Jenis-jenis Penilaian Kelas

Beragam jenis penilaian dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Jenis pengumpulan tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator-indikator pembelajaran yang harus dicapai. Berdasarkan indikator-indikator ini dapat ditentukan jenis penilaian yang

16


(29)

sesuai dengan apa yang hendak dinilai. Adapun jenis-jenis penilaian tersebut adalah sebagai berikut:

1) Penilaian dengan tes

Tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik.17 Menurut Zainul, A. dan Nasution, N. bahwa tes adalah suatu pertanyaan atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut atau karakteristik pendidikan atau psikologi yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.18

Tes dapat dibedakan menjadi beberapa macam tergantung pada dasar yang digunakan. Diantaranya berdasarkan tujuan penggunaannya; pre-test dan post-test,

mastery test, tes diagnostik, tes prestasi belajar umum, tes formatif, tes sumatif. Tes diklasifikasikan menurut bentuknya; tes uraian dan tes objektif. Dan masih banyak ragam tes yang lain sesuai dengan jenis-jenis tes di atas. Jenis-jenis tes di atas biasanya sangat cocok untuk hampir semua kompetensi yang terdapat dalam kurikulum, sehingga ada beberapa yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan tes, yaitu:19

a) Pengambilan sampel dan pemilihan butir soal, b)Tipe tes yang akan digunakan,

c) Aspek yang akan diuji, d)Format butir soal, e) Jumlah butir soal, dan

f) Distribusi tngkat kesukaran butir soal.

2) Penilaian unjuk kerja (performanceassessment)

Penilaian kinerja merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi, dimana peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan

17

Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 47.

18

Zulfiani, dkk., Strategi Pembalajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 75.

19


(30)

pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks.20 Penilaian ini cocok digunakan untuk mkenilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kinerjanya. Unjuk kerja yang dapat diamati seperti bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan pengoprasian suatu alat.21

Penilaian dilakukan terhadap perilaku peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis, karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai penilaian kinerja dapat dilihat pada sub-bab berikutnya.

3) Penilaian sikap

Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.22 Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konaktif.

Kompoen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilainya terhadap sesutu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Sedangkan konaktif adalah kecenderungan untuk berprilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.

Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran, terdiri dari; sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru/pengajar, sikap terhadap proses pembelajaran, dan sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan materi pelajaran. Untuk

20

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: Rosda Karya, 2009), h. 200.

21

Hamzah, B. Uno, Satria Koni, Assessment Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Akasara, 2012), h. 19.

22

Sarwiji Suwandi, Model-model Asesmen dalam Pembelajaran, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2011), h. 91.


(31)

penilaian sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui observasi prilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.

4) Penilaian proyek

Penilaian proyek adalah penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu. Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, hingga penyajian data. Proyek juga akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam pengaplikasian pengetahuan, dan kemampuan peserta didik untuk mengkomunikasikan informasi.

Dalam penilaian proyek ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, yitu sebagai berikut:23

a) Kemampuan pengelolaan; kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data, dan penulisan laporan.

b)Relevansi; kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan memepertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajaran.

c) Keaslian; proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan memepertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

Teknik penilaian proyek dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

5) Penilaian produk (produck assessment)

Penilaian hasil kerja (produk) peserta didik adalah penilaian terhadap penguasaan keterampilan peserta didik dalam membuat suatu produk (proses) dan penilaian kualitas hasil kerja peserta didik (produk). Dalam Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

23


(32)

Terdapat tiga tahap penilaian yang perlu dilakukan pada penilaian produk, yaitu: a) Tahap persiapan; penilaian kemampuan peserta didik dalam

merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendisaian produk.

b)Tahap pembuatan produk (proses); menilai kemampuan menyeleksi, menggunakan alat dan bahan, dan teknik.

c) Tahap penilaian produk (appraisal); menilai produk yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

6) Penilaian portopolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik. Dalam penilaian portopolio ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut:24

a) Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri. b)Saling percaya antara guru dan peserta didik.

c) Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik.

d)Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru. e) Kepuasan.

f) Kesesuaian.

g) Penilaian proses dan hasil. h) Penilaian dan pembelajaran.

Hal penting yang perlu disadari oleh guru, bahwa penggunaan portopolio secara interaktif dan kolaboratif, tidak terjadi secar otomatis. Untuk itu perencanaan yang baik dan sistematis sangat diperlukan. Di bawah ini adalah langkah-langkah penerapan penilaian portopolio, yaitu sebagai berikut:25

24

Ibid., h. 114-116.

25


(33)

a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portopolio tidak hanya digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi peserta didik dapat mengetahui perkembangan prestasinya.

b)Menentukan bersama tugas yang akan dikumpulkan.

c) Mengumpulkan dan menyimpan penilaian portopolio dalam satu folder

untuk masing-masing peserta didik, baik di rumah maupun loker sekolah. d)Memberi tanggal informasi, sehingga terlihat perubahan kulitas dari waktu

ke waktu.

e) Menentukan kriteria penilaian dengan peserta didik.

f) Meminta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.

g) Peserta didik dapat memperbaiki tugasnya dengan waktu yang sudah ditentukan.

h) Jadwalkan pertemuan untuk membahas portopolio yang sudah dikumpulkan.

7) Penilaian diri (self assessment)

Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor.26 Penilain diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk melakukanya. Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah:

a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. b)Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.

c) Merumuskan format penilaian, berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian.

d)Meminta peserta didik melakukan penilaian diri.

e) Mengkaji hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.

26


(34)

f) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian.

Jadi penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan oleh dirinya sendiri, sehingga peserta didik dapat mengetahui, menilai, dan memperbaiki dirinya berdasarkan hasil penilaian terhadap aspek-aspek yang sudah ditentukan. Perlu diingat, bahwa melakukan teknik penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran/informasi tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap peserta didik secar lengkap. Dan interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi, karena peserta didik akan mengalami perubahan, terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya.

f. Manfaat Penilaian Kelas

Terdapat beberapa menfaat penilaian kelas, antara lain sebagai berikut:

1) Untuk memeberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian suatu kompetensi. 2) Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami

peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan ramedial.

3) Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.

4) Untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan belajar.

5) Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan.

g. Keunggulan Penilaian Kelas

Salain memiliki manfaat, penilaian kelas juga memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:

1) Pengumpulan informasi kemajuan belajar, baik formal maupun nonformal diadakan secara terpadu, dalam suasana yang menyenangkan, dan senantiasa memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi peserta didik untuk menunjukkan apa yang diketahui, dipahami, dan mampu dikerjakan peserta didik.


(35)

2) Pencapaian hasil belajar peserta didik tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok (norm reference assessment), tetapi dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya, kriteria pencapain kompetensi, standar pencapaian, dan level pencapaian nasional dalam rangka membantu peserta didik mencapai apa yang ingin dicapai bukan untuk menghakiminya.

3) Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara agar kemajuan belajar peserta didik dapat terdeteksi secara lengkap.

4) Peserta didik dituntut agar dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan semua potensi dalam menanggapi dan mengatasi semua masalah yang dihadapi dengan cara sendiri, bukan sekedar melatih peserta didik memilih jawaban yang tersedia.

5) Untuk menentukan ada tidaknya kemajuan belajar dan perlu tidaknya bantuan secara berencana, bertahap, dan berkesinambungan berdasarkan fakta dan bukti yang cukup akurat.27

2. PenilaianKinerja (performance assessment)

Salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh, artinya menyangkut semua aspek proses dan produk belajar yang secara bertahap dapat menggambarkan perubahan prilaku dan konsepsi peserta didik. Olah karena itu, dalam pembelajaran IPA khususnya pelajaran fisika selain menggunakan tes objektif, perlu juga dilengkapi dengan penilaian yang menilai hasil belajar mencakup aspek proses. Salah satu alternatif penilaian yang digunakan adalah dengan menerapkan penilaian kinerja (performanceassessment).

Terdapat istilah lainnya yang berkaitan dengan penilaian kinerja yaitu penilaian alternatif (alternative assessment) dan penilaian otentik (authentic assessment). Beberapa ahli menyatakan bahwa istilah penilaian otentik kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan penilaian kinerja karena tugas-tugas asesmennya yang lebih dekat dengan kehidupan nyata. Istilah penilaian alternatif

27


(36)

digunakan untuk penilaian kinerja karena merupakan alternatif untuk penilaian tradisional paperandpenciltest (tes tertulis objektif).28

a. Pengertian Asesmen Kinerja

Penilaian kinerja (performance assessment) merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.29 Penilaian kinerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas peserta didik sebagaimana yang terjadi.30 Penialain ini cocok digunakan untuk menilai keterampilan kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan sesuatu yang bisa diamati atau diobservasi, seperti; praktikum di laboratorium, praktik sholat, bermain peran, memainkan alat musik, dan lain-lain.

Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang menuntut peserta didik menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mendemonstrasikan yang dapat mereka kerjakan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan atau sesuai dengan indikator pembelajaran. Dan bisa juga dikatakan penelusuran produk dalam proses. Artinya, hasil-hasil kerja yang ditunjukkan dalam proses pembelajaran digunakan untuk pemantauan perkembangan kemampuan peserta didik pada suatu kompetensi.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penilaian kinerja merupakan asesmen yang harus menunjukkan pertimbangan (judge) terhadap penampilan nyata hasil karya peserta didik. Asesmen kinerja dapat difokuskan untuk menilai proses (misalnya kemampuan menggunakan alat-alat laboratorium), produk atau hasil kerja (misalnya laporan hasil penelitian), atau menilai kedua-duanya.

Penilaian kinerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:31

1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.

28

Ana Ratna Wulan, Penilaian Kinerja dan Portofolio Pada Pembelajaran Fisika, (Bandung: UPI), h. 1.

29

Suwandi, op. cit., h. 83.

30

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 95.

31


(37)

3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.

5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.

Berbagai macam instrumen penilaian kinerja dapat ditemukan dari buku, dan jurnal. Tetapi, instrumen yang diperoleh ada kalanya belum sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan dan karakteristik peserta didik. Untuk itu perlu disesuaikan dengan materi ajar, serta kondisi peserta didik, sehingga instrumen memenuhi atau sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan teknik penilaian (scoring guide).

b. Tugas Kinerja (performance task)

Salah satu persyaratan penting dalam penilaian kinerja adalah adanya tugas yang harus diselesaikan. Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas.32 Tugas kinerja berupa prosedur kegiatan yang harus dilakukan dan daftar kinerja yang harus ditunjukkan peserta didik dalam bentuk kegiatan atau proses dan pernyataan atau deskripsi atau produk tertulis mengacu pada kegiatan praktikum yang dilakukan.

c. Rubrik Performansi (performancerubrics)

Penilaian kinerja tidak menggunakan kunci jawaban yang menentukan suatu kinerja benar atau salah seperti yang biasa dilakukan dalam soal tes, tetapi dilakukan dengan melihat derajat keberhasilannya. Hal ini dapat dicapai dengan menentukan kriteria penilaian yang sering disebut dengan rubrik. Rubrik adalah suatu pedoman pensekoran yang digunakan untuk menentukan tingkat kemahiran (proficiency) peserta didik dalam mengerjakan suatu tugas.33

32

Masnur Muslich, op. cit., h. 70.

33


(38)

Dengan demikian maka rubrik dapat membantu guru untuk menentukan tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan. Agar mempermudah guru atau pemberi peringkat (rater). Secara singkat scoring rubric terdiri dari beberapa elemen, yaitu :

1) Dimensi yang akan dijadikan dasar menilai kinerja peserta didik. 2) Definisi dan contoh yang merupakan penjelasan setiap dimensi. 3) Skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi.

4) Standar untuk setiap kategori kinerja.

Rubrik dapat bersifat menyeluruh (berlaku umum) dan dapat pula bersifat khusus (hanya berlaku untuk suatu topik tertentu dalam suatu mata pelajaran). Rubrik yang bersifat menyeluruh dapat disajikan dalam bentuk holistikrubric dan dapat pula dalam bentuk analyticrubric. Sedangkan mutu dapat berupa penilaian subyektif dinyatakan secara deskriptif seperti sangat kompeten, kompeten, kurang kompeten. Selain itu dapat pula dinyatakan dengan angka misalnya 3, 2 dan 1. Atau kombinasi dari keduanya, yakni deskripsi maupun angka.

Dalam menentukan skala tersebut tergantung pada jenis kriteria yang digunakan dan hakikat kinerja yang akan dinilai. Berikut ini adalah contoh rubrik pada pelajaran Fisika.

Tabel 2.1 Contoh Rubrik Penilaian Kinerja pada Eksperimen Kalor

No Butir

Penilaian Kriteria Penilaian Skor

1 Menggunakan termometer

a. posisi ujung termometer tercelup larutan.

b. Posisi termometer tidak menyentuh dasar gelas kimia. c. Menutup gelas kimia (untuk

meminimalkan panas yang terbuang).

(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria

2 Membaca skala termometer

a. Membaca termometer dalam keadaan tercelup.

b. Melihat termometer secara tegak lurus.

c. Membaca termometer tepat

(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria


(39)

No Butir

Penilaian Kriteria Penilaian Skor

dengan selang waktu yang ditentukan.

3

Menganalisis data hasil pengukuran

a. Mendeskripsikan data hasil pengukuran secara tertulis. b. Mampu membedakan variabel

bebas dan terikat.

c. Menemukan hubungan varibel bebas dan terikat (sebanding atau sebanding terbalik).

(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria

4

Menyimpulkan data hasil pengukuran

a. Merangkum secara garis besar data yang diperoleh.

b. Menggunakan referensi

parameter.

c. Membandingkan data yang didapat dengan referensi parameter.

(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria

5

Menyusun laporan hasil

percobaan

a. Laporan hasil pengukuran dibuat dengan rapih dalam tabel data yang disediakan.

b. Sistematika penulisan sesuai dengan laporan ilmiah.

c. Mengumpulkan laporan tepat waktu.

(3) jika memenuhi 3 kriteria (2) jika memenuhi 2 kriteria (1) jika memenuhi 1 kriteria

Setelah tugas dan rubrik dibuat, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji validitas ahli. Hasil uji validitas ini direvisi atau dimodifikasi sampai benar-benar tepat untuk menilai performansi peserta didik. Dengan mengkomunikasikan rubrik kepada peserta didik diharapkan peserta didik secara jelas memahami dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja peserta didik. Kedua pihak (guru dan peserta didik) akan memiliki pedoman bersama yang jelas tentang tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik juga diharapkan dapat mendorong atau memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Karena apapun yang dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran akan diamati atau di nilai.


(40)

d. Teknik Penilaian (scoring guide)

Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen berikut:

1) Daftar cek (check-list)

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek. Daftar cek berfungsi untuk mengukur hasil belajar berupa produk, prosedur, maupun proses yang dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan terdefinisi secara oprasional dan sangat spesifik. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar.

Dalam menyusun daftar cek hendaknya menentukan indikator-indikator penguasaan keterampilan yang akan di nilai dan mengurutkan indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya. Berikut contoh penilaian dengan daftar cek.

Tabel 2.2 Contoh Daftar Penilaian Check list LEMBAR PENILAIAN KINERJA SISWA

Eksperimen Sifat Perambatan Cahaya Nama Siswa : ……...

Kelompok : ………..

Berilah tanda check list (√) pada kolom yang tersedia! No Aspek Kinerja

yang Dinilai Kriteria yang Diamati Baik

Tidak Baik

1. Persiapan Eksperimen

a.Kelengkapan alat eksperimen. b.Menyusun alat eksperimen dengan

benar.

c.Menjaga alat dari kerusakan.

2.

Melakukan Pengambilan Data.

a.Posisi menyalakan senter lurus dengan karton.

b.Cahaya senter terlihat jelas pada layar.

c.Mencatat data hasil eksperimen lengkap dan tepat.


(41)

Keterangan penilaian: Baik mendapat skor 1 Tidak Baik mendapat skor 0

Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.

2) Skala penilaian (rating scale)

Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1= tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. Berikut adalah contoh skala penilaian.

Tabel 2.3 Contoh Skala Penilaian LEMBAR PENILAIAN KINERJA

Eksperimen Kalor Nama Siswa : ……...

Kelompok : ………..

No Aspek yang Diamati Nilai

1 2 3 4

1 Menggunakan termometer 2 Membaca skala termometer

3 Menganalisis data hasil pengukuran 4 Menyimpulkan data hasil pengukuran 5 Mendeskripsikan hasil percobaan

dengan teman sekelompoknya 6 Menyusun laporan hasil percobaan 3. Aktifitas dalam

Kelompok.

a.Terjalin kerjasama yang baik. b.Pembagian tugas kelompok yang

merata.

c.Terjadi proses diskusi aktif dalam kelompok.

4. Persentasi Hasil Eksperimen.

a.Penjelasan hasil eksperimen lugas dan tepat.

b.Mampu menjawab pertanyaan dari kelompok lain dengan benar.


(42)

No Aspek yang Diamati Nilai

1 2 3 4

Jumlah

Skor Maksimum 24

Keterangan Penilaian: 1 = tidak kompeten 2 = cukup kompeten 3 = kompeten 4 = sangat kompeten

Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat. Kedua cara ini sama-sama berdasarkan pada beberapa kumpulan kemampuan keterampilan atau kinerja yang hendak diukur, pada model checklist hanya memberikan dua kategori penilaian sedangkan model ratingscale memberikan lebih dari dua kategori penilaian.

e. Tujuan Penilaian Kinerja

Berikut ini terdapat lima tujuan dari adanya sistem penilaian kinerja: 1) Memantau perkembangan peserta didik terhadap hasil yang diinginkan. 2) Merangkul tanggung jawab sekolah dan guru terhadap keberhasilan atau

pencapaian peserta didik.

3) Menetukan secara jelas keterampilan dan kemampuan peserta didik.

4) Menghasilkan pembentukan kurikulum, pengajaran, dan penilaian yang lebih baik.

5) Mempengaruhi praktek kurikulum dan pengajaran.34

f. Kriteria Penilian Kinerja

Instrumen penilaian kinerja yang baik memuat hal-hal berikut: 1) Autentik dan menarik

Hal yang penting dari suatu instrumen penilaian kinerja adalah menarik dan melibatkan peserta didik dalam situasi yang akrab dengan mereka sehingga

34

US Department of Education, Assessment of Student Performance, (US: Office of Educational Research and Improvement, 1997), h. 1-2.


(43)

peserta didik berusaha untuk menyelesaikan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Peserta didik cenderung tertarik terhadap situasi tugas yang menyerupai kehidupan sehari-hari. Tugas ini akan membuat peserta didik menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasainya untuk menyelesaikan tugas tersebut. situasi dan pertanyaan dalam bahasa yang baik dan dapat dipahami peserta didik sehingga tidak memancing reaksi peserta didik seperti “siapa peduli?”

2) Memungkinkan penilaian individual

Banyak instrumen penilaian kinerja yang dimaksudkan untuk dikerjakan peserta didik secara berkelompok. Namun perlu diingat bahwa penilaian ini sebenarnya lebih dititik beratkan untuk penilaian individu. Karena itu desain penilaian kinerja sebaiknya bisa ditunjukkan untuk kelompok dan individu. Sebagai contoh sekelompok peserta didik diberi data dan diminta untuk menganalisisnya. Untuk penilaian individu masing-masing peserta didik diminta untuk memberi rangkuman dan penafsiran apa yang ditunjukkan oleh data tersebut.

3) Memuat petunjuk yang jelas

Instrumen penilaian kinerja yang baik harus memuat petunjuk yang jelas, lengkap, tidak ambigu dan tidak membingungkan. Petunjuk juga harus memuat apa yang dikerjakan peserta didik yang nanti akan dinilai. Sebagai contoh, jika salah satu kriteria penilaian meliputi organisasi informasi, maka peserta didik harus diminta untuk menampilkan informasi yang diperoleh dalam bentuk yang teratur.

g. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Kinerja

Jika dibandingkan dengan tes konvensional, penilaian kinerja memiliki beberapa penekanan, yaitu seperti yang disajikan pada tabel di bawah ini:


(44)

Tabel 2.4 Perbandingan Penilaian Kinerja dengan Penilaian Konvensional Penilaian Kinerja Penilaian Konvensional

Mementingkan kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan menjadi unjuk kerja yang dapat diamati atau produk yang dihasilkan.

Lebih mengutamakan pemahaman konsep peserta didik.

Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat dan melaksanakan tetapi menghasilkan format penilaian yang dapat digunakan berulang-ulang pada peserta didik yang sama atau peserta didik baru.

Membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat, pelaksanaannya lebih cepat dan dapat digunakan untuk peserta didik dalam jumlah banyak secara serentak, tetapi hanya bisa digunakan sekali.

Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kinerja peserta didik dan memetakan kemajuan peserta didik sepanjang waktu.

Memungkinkan untuk mendiagnosis dan meremidiasi kemampuan peserta didik tetapi hanya untuk soal uraian terbuka (open ended).

Memfokuskan pembelajaran pada unjuk kerja peserta didik.

Memfokuskan pembelajaran pada materi pelajaran.

Asesmen kinerja memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari asesmen kinerja adalah sebagai berikut :

1) Dapat mengevaluasi hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-keterampilan yang tidak dapat dievaluasi dengan tes kertas dan pensil.

2) Memotivasi peserta didik dalam belajar secara lebih baik. membuat pembelajaran lebih bermakna. Kreativitas dan kemandirian belajar peserta didik, serta proses dialog antara peserta didik dan guru merupakan faktor penting dalam asesmen kinerja.

3) Dapat mengevaluasi beberapa keterampilan motorik.

4) Mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan nyata.

Adapun kelemahan asesmen kinerja yaitu sebagai berikut :

1) Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan dalam penggunaannya.


(45)

3. PenilaianHasilBelajar

Sebelum membahas tentang pencapaian hasil belajar, terlebih dahulu akan dipaparkan beberapa pandangan tentang teori belajar. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Belajar, bukanlah semata-mata menambah pengetahuan atau ketrampilan, tetapi belajar dapat dipandang sebagai cara memperoleh beberapa alternatif untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan tingkah kelakuan.35

Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Oleh karena itu, tidak akan ada hasil jika tidak ada proses pengambilan nilai. Penilaian hasil belajar diperlukan kesesuaian antara fungsi dan tujuan penilaian.

Penilaian pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan belajar yang telah dicapai peserta didik setelah berlangsungnya pembelajaran. Penilaian hasil belajar adalah proses memberikan atau menentukan nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai peseta didik dengan kriteria tertentu.36

Dikatakan kewajiban karena setiap guru pada akhir kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan informasi kepada sekolah, orang tua atau kepada peserta didik itu sendiri, bagaimana dan sampai dimana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai peserta didik tentang materi dan keterampilan-keterampilan mengenai mata pelajaran yang telah diberikan. Dengan adanya penilaian akan diketahui kemampuan peseta didik tersebut termasuk kelompok yang pandai, sedang, cukup atau kurang baik dikelasnya jika dibandingkan teman-temannya.

35

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. ke-4, h: 36.

36

Nana Sudjana, Dasar dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung:Sinar Baru, 2001), h. 3.


(46)

Penilaian hasil belajar mata pelajaran fisika dalam Kurikulum 2004 menyangkut ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dengan demikian, penilaian hasil belajar perlu dilakukan secara seimbang antara ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomorik (keterampilan). Ketiga ranah itu dikenal dengan istilah Bloom’s Taxonomy

(taksonomi bloom).

a. RanahKognitif

Ranah kognitif ini mengacu pada Taksonomi Bloom yang sudah direvisi, meliputi kemampuan pengembangan keterampilan intelektual (knowledge) dengan tingkatan-tingkatan sebagai berikut.37

1) Menghafal/mengingat (remember)

Menghafal atau mengingat adalah menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:

a) Mengenali (recognizing); mencakup proses kognitif untuk menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang agar dapat membandingkan dengan informasi yang baru.

b) Mengingat (recalling); menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang dengan menggunakan petunjuk yang ada.

2) Memahami (understand)

Memahami adalah mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran peserta didik. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif:

37

Peter W. Airasian, dkk., A Taxonomy for Learning, Teaching and Assesing, (New York: Longman, 2001), h. 67-68.


(47)

a) Menafsirkan (interpreting); mengubah dari satu bentuk informasi ke bentuk informasi yang lainnya, misalnya dari kata-kata ke grafik atau gambar, atau sebaliknya. Misalnya meringkas atau membuat parafrase.

b) Memberikan contoh (exemplifying); memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh menuntut kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh.

c) Mengklasifikasikan (classifying); mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu. Termasuk dalam kemampuan mengkelasifikasikan adalah mengenali ciri-ciri yang dimiliki suatu benda atau fenomena.

d) Meringkas (summarizing); membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan. Meringkas menuntut peserta didik untuk memilih inti dari suatu informasi dan meringkasnya.

e) Menarik inferensi (inferring); menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta. Contoh: memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi selama 10 tahun terakhir.

f) Membandingkan (comparing); mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua objek atau lebih.

g) Menjelaskan (explaining); mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu sistem.

3) Mengaplikasikan (applying)

Mengaplikasikan yaitu mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:


(48)

a) Menjalankan (executing); menjalankan suatu prosedur rutin yang telah dipelajari sebelumnya. Langkah-langkah yang diperlukan sudah tertentu dan juga dalam urutan tertentu.

b) Mengimplementasikan (implementing); memilih dan menggunakan prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.

4) Menganalisis (analyzing)

Menganalis maksudnya menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis:

a) Menguraikan (differentiating); menguraikan suatu struktur dalam bagian-bagian berdasarkan relevansi, fungsi dan penting tidaknya.

b) Mengorganisir (organizing); mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain untuk membentuk suatu struktur yang padu.

c) Menemukan pesan tersirat (attributting); menemukan sudut pandang, bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.

5) Mengevaluasi (evaluate)

Mengevalusai adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: a) Memeriksa (checking); menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk tersebut). Contoh: memeriksa apakah kesimpulan yang ditarik telah sesuai dengan data yang ada.

b) Mengritik (critiquing); menilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal. Contoh: menilai apakah rumusan hipotesis sesuai atau tidak (sesuai atau tidaknya rumusan hipotesis dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang penilai).


(49)

6) Membuat/menghasilkan karya (create)

Menghasilkan karya maksudnya adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu:

a) Membuat (generating); menguraikan suatu masalah sehingga dapat dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada pemecahan masalah tersebut. Contoh: merumuskan hipotesis untuk memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan di lapangan.

b) Merencanakan (planning); merancang suatu metode atau strategi untuk memecahkan masalah. Contoh: merancang serangkaian percobaan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

c) Memproduksi (producing); membuat suatu rancangan atau menjalankan suatu rencana untuk memecahkan masalah. Contoh: mendesain (atau juga membuat) suatu alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan.

b. RanahAfektif

Ranah afektif adalah suatu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial.38 Jadi dalam penilaian ranah afektif peserta didik dituntut memberikan responnya yang melibatkan sikap atau nilai terhadap proses pembelajaran. Ciri-ciri hasil belajar ranah efektif ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti; perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi serta minat belajar, dan sebagaianya.

Oleh karena itu, guru mempunyai tugas bukan hanya meningkatkan nilai pengetahuannya tetapi bertugas pula membangkitkan minat belajar peserta didik. Sehingga diharapkan sikap peserta didik terhadap semua pelajaran bernilai positif. Dengan demikian akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas

38

Hamzah B. Uno, Satria Koni, Assesment Pembelajaran, Ed. 1, Cet. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 63.


(50)

proses pembelajaran. Krathwohl dan kawan-kawan merinci ranah efektif ini menjadi lima jenjang, yaitu:39

1) Penerimaan (reciving/attending)

Penerimaan merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena atau stimulus tertentu. Misalnya mendengarkan secara seksama penjelasan guru tentang alat-alat laboratorium sebelum digunakan.

2) Menanggapi (responding)

Menanggapi berkaitan dengan memberikan respon sebagai partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Seperti menyelesaikan tugas laboratorium, mengikuti diskusi kelas, serta menyelesaikan tugas terstruktur lain.

3) Penilaian (valuing)

Penilaian yaitu nilai dan kepercayaan terhadap stimulasi yang datang. Seperti menunjukan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi (penghargaan), sikap ilmiah atau kesungguhan (komitmen), untuk melakukan suatu kehidupan sosial. Contohnya; menunjukkan rasa bertanggung jawab terhadap alat-alat laboratorium yang dipakainya dalam praktikum.

4) Mengorganisasi (organization)

Pengorganisasian adalah pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain. Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

5) Karakteristik (characterization)

Karakteristik merupakan puncak proses internalisasi nilai dalam diri seseorang. Internalisasi yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contohnya: rajin, tepat waktu, berdisiplin diri dan dapat menilai serta mengajukan saran perbaikan/solusi masalah.

39

Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 20.


(1)

SOAL Post-Tes

d. maya, tegak, diperbesar.

27. Jarak benda terhadap lensa cembung adalah 12 cm, jika bayangan maya terjadi 20 cm dari lensa, maka jarak titik apinya adalah ….

a. 15 cm c. 30 cm

b. – 15 cm d. -30 cm

28. Lensa cembung dapat dimanfaatkan pada alat-alat di bawah ini,

kecuali ….

a. kaca sepion c. lup dan kamera b. kaca mata rabun jauh d. mikroskop

29. Lensa kacamata yang digunakan Pak Bambang berkekuatan -5. Artinya ….

a. lensa cekung berfokus 20 cm. b. lensa cekung berfokus 50 cm. c. lensa cembung berfokus 0,2 cm. d. lensa cembung berfokus 0,5 cm.

30. Sebuah benda di depan lensa cembung seperti pada gambar. Jika jarak fokus lensa 20 cm, maka perbesaran bayangan yang dihasilkan adalah …

a. 3 kali c. 1,5 kali

b. 2 kali d. 0,5 kali

---oOo---

SOAL Post-Tes

d. maya, tegak, diperbesar.

27. Jarak benda terhadap lensa cembung adalah 12 cm, jika bayangan maya terjadi 20 cm dari lensa, maka jarak titik apinya adalah ….

a. 15 cm c. 30 cm

b. – 15 cm d. -30 cm

28. Lensa cembung dapat dimanfaatkan pada alat-alat di bawah ini,

kecuali ….

a. kaca sepion c. lup dan kamera b. kaca mata rabun jauh d. mikroskop

29. Lensa kacamata yang digunakan Pak Bambang berkekuatan -5. Artinya ….

a. lensa cekung berfokus 20 cm. b. lensa cekung berfokus 50 cm. c. lensa cembung berfokus 0,2 cm. d. lensa cembung berfokus 0,5 cm.

30. Sebuah benda di depan lensa cembung seperti pada gambar. Jika jarak fokus lensa 20 cm, maka perbesaran bayangan yang dihasilkan adalah …

a. 3 kali c. 1,5 kali

b. 2 kali d. 0,5 kali

---oOo---

SOAL Post-Tes

d. maya, tegak, diperbesar.

27. Jarak benda terhadap lensa cembung adalah 12 cm, jika bayangan maya terjadi 20 cm dari lensa, maka jarak titik apinya adalah ….

a. 15 cm c. 30 cm

b. – 15 cm d. -30 cm

28. Lensa cembung dapat dimanfaatkan pada alat-alat di bawah ini,

kecuali ….

a. kaca sepion c. lup dan kamera b. kaca mata rabun jauh d. mikroskop

29. Lensa kacamata yang digunakan Pak Bambang berkekuatan -5. Artinya ….

a. lensa cekung berfokus 20 cm. b. lensa cekung berfokus 50 cm. c. lensa cembung berfokus 0,2 cm. d. lensa cembung berfokus 0,5 cm.

30. Sebuah benda di depan lensa cembung seperti pada gambar. Jika jarak fokus lensa 20 cm, maka perbesaran bayangan yang dihasilkan adalah …

a. 3 kali c. 1,5 kali

b. 2 kali d. 0,5 kali


(2)

Yuliani Sudibyo

Kosan Darunisa

Jln. Legoso Raya Gang Bungur 05/08

Kec/Des Pisangan Timur

Tangerang – Banten 15419

Ustadzah Iik Hikmatillah, S.E

Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an

Perum Graha Ciantra Rt 009/05

Kap. Kunkun Des. Ciantra

Cikarang Selatan – Bekasi 17550


(3)

PENGARUH METODE PRAKTIKUM DENGAN

MENGGUNAKAN PENILAIAN KINERJA PADA KONSEP

CAHAYA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Evi Sutami NIM: 107016300366

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434H/2013M


(4)

UJI VALIDITAS PENILAIAN KINERJA Untuk Pakar/Ahli

Berilah tanda check list (√) dalam pilihan kolom yang tersedia!

No Aspek yang Uji Kriteria

Baik Cukup Kurang

1 Kejelasan format instrumen.

2 Kesesuaian skor dengan kriteria.

3 Kesesuaian kriteria dengan aspek

kinerja yang dinilai.

4 Keterwakilan semua tahap eksperimen

oleh aspek kinerja yang dikembangkan.

5 Kejelasan dan keefektifan bahasa yang

digunakan.

Saran : ……….. ……….. ……….. ………..

Jakarta, 12 Maret 2013

Validator

Pembimbing I

Diah Mulhayatiah, M. Pd.


(5)

UJI VALIDITAS PENILAIAN KINERJA Untuk Pakar/Ahli

Berilah tanda check list (√) dalam pilihan kolom yang tersedia!

No Aspek yang Uji Kriteria

Baik Cukup Kurang

1 Kejelasan format instrumen.

2 Kesesuaian skor dengan kriteria.

3 Kesesuaian kriteria dengan aspek

kinerja yang dinilai.

4 Keterwakilan semua tahap eksperimen

oleh aspek kinerja yang dikembangkan.

5 Kejelasan dan keefektifan bahasa yang

digunakan.

Saran : ……….. ……….. ……….. ………..

Jakarta, 08 Maret 2013

Validator

Pembimbing II

Kinkin Suartini, M. Pd.


(6)

UJI VALIDITAS PENILAIAN KINERJA Untuk Pakar/Ahli

Berilah tanda check list (√) dalam pilihan kolom yang tersedia!

No Aspek yang Uji Kriteria

Baik Cukup Kurang

1 Kejelasan format instrumen.

2 Kesesuaian skor dengan kriteria.

3 Kesesuaian kriteria dengan aspek

kinerja yang dinilai.

4 Keterwakilan semua tahap eksperimen

oleh aspek kinerja yang dikembangkan.

5 Kejelasan dan keefektifan bahasa yang

digunakan.

Saran : ……….. ……….. ……….. ………..

Jakarta, 08 Maret 2013

Validator

Guru Mata pelajara IPA SMP Negeri 1 Caringin Bogor

Intan Nurbagjawati, S.Pd.