Belajar hidup bersama, belajar hidup dengan orang lain

Dalam banyak hal, kompetensi dan ketrampilan seperti itu akan diperoleh dengan mudah, jika peserta didik diberi kesempatan untuk mencoba sendiri dan mengembangkan kemampuan dengan jalan terlibat di dalam pengalaman kerja atau pekerjaan sosial pada waktu mereka menghayati proses pendidikan. Hal ini menegaskan pentingnya metode yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dan bekerja secara bergantian dan berselang-seling. Selain itu, adanya gejala ’dematerialisasi pekerjaan dan semakin berkembangnya secara beragam sektor jasa’, menegaskan akan pentingnya kemampuan pribadi untuk menyerap dan mengolah informasi untuk tujuan khusus. Dalam jenis jasa-jasa ini, kualitas pemberi jasa dan pengguna jasa juga sangat tergantung pada pengguna. Oleh karena itu tidak dapat lagi dipertahankan cara pelatihan untuk pekerjaan dengan cara yang sama seperti pada waktu kita menghadapi persoalan membajak tanah atau pekerjaan lempeng baja. Hubungan antara ’material’ dan teknologi bersifat nomor dua atau sekunder dibanding dengan hubungan antar pribadi. Oleh karena itu, pada abad XXI semakin berkembangnya sektor jasa mendorong semakin pentingnya memupuk dan mengembangkan kemampuan membangun hubungan antar individu secara efektif.

3. Belajar hidup bersama, belajar hidup dengan orang lain

Dunia sekarang merupakan dunia perselisihan. Sampai sekarang pendidikan belum mampu berbuat banyak untuk mengurangi keadaan ini. Apakah mungkin untuk merancang suatu bentuk pendidikan yang mampu menghindari perselisihan atau penyelesaiannya secara damai dengan mengembangkan rasa hormat terhadap orang-orang lain, kebudayaan dan nilai-nilai spiritualnya? Jawabannya, tentu mungkin. Gagasan untuk pengajaran anti-kekerasan di sekolah- sekolah adalah salah satu alat untuk memerangi prasangka-prasangka yang menimbulkan perselisihan. Kesulitannya adalah manusia secara alamiah cenderung menilai lebih kualitas sendiri dan mereka yang termasuk anggota kelompoknya, dan menyembunyikan prasangka terhadap orang-orang lain. Selain itu, iklim kegiatan ekonomi, di dalam dan terlebih antar bangsa, cenderung memberi prioritas pada semangat bersaing dan keberhasilan perorangan. Persaingan seperti itu sudah meningkat menjadi peperangan ekonomi yang kejam dan menimbulkan ketegangan antara yang kaya dan miskin yang membagi-bagi bangsa-bangsa dan dunia, dan memperburuk persaingan historis. 5 Untuk mengatasi keadaan tersebut, pendidikan harus menempuh dua cara yang saling melengkapi, yaitu 1 menemukan orang-orang lain secara bertahap dan 2 pengalaman akan tujuan-tujuan bersama sepanjang hayat yang merupakan cara yang cocok untuk menghindarkan atau menyelesaikan perselisihan-perselisihan tersembunyi. Untuk yang pertama, tugas pendidikan adalah mengajar akan adanya keanekaragaman ras manusia dan kesadaran atas persamaan-persamaan antar manusia, serta interdependensi antara semua manusia. Caranya, dengan jalan mengembangkan pemahaman dan pengertian akan orang-orang lain dan apresiasi atas interdependensi antar manusia. Jika seseorang hendak memahami orang-orang lain, maka seseorang itu harus pertama- tama mengenal dirinya. Pendidikan, apakah di dalam keluarga, masyarakat atau sekolah, haruslah pertama-tama membantu anak-anak dan kaum muda mengenal dirinya. Dengan cara itu, mereka akan mampu menempatkan dirinya di tempat orang-orang lain dan dapat mengembangkan empati pada orang lain. Berhubung dengan itu, pendidikan harus membangun kemampuan para murid untuk menerima orang-orang lain dan kemampuan menghadapi ketegangan antar manusia, antar kelompok dan antar bangsa. Pendidikan juga tak boleh menindas rasa ingin tahu, tapi justru menumbuhkan sikap kritis, menekankan dialog, perdebatan dan diskusi. Untuk yang kedua, belajar hidup bersama juga dapat dilakukan dengan melaksanakan proyek-proyek bersama ke arah tujuan bersama dan belajar mengelola perselisihan dalam semangat menghormati nilai-nilai kemajemukan, saling memahami dan perdamaian. Jika peserta didik mengerjakan bersama-sama proyek-proyek, maka perbedaan dan perselisihan antar mereka cenderung menjadi kabur. Mereka memperoleh identitas baru dari proyek-proyek itu, yang lebih menonjolkan persamaan-persamaan di antara mereka, sehingga ketegangan antar kelas sosial dan kebangsaan serta perselisihan yang biasanya terdapat dalam organisasi, akhirnya dapat diubah menjadi kesatuan melalui usaha bersama yang dijalankan, seperti melalui kegiatan olahraga, budaya, dan kegiatan sosial, seperti kegiatan membantu si lemah atau si miskin, pekerjaan kemanusiaan, bantuan antar generasi, dan sebagainya. Di samping itu, di dalam kehidupan sekolah sehari-hari, keterlibatan para guru dan murid dalam usaha bersama dapat menjadi permulaan dari penyelesaian perselisihan, menjadi standard perilaku bagi murid-murid sebagai acuan di masa depan, dan sekaligus mengembangkan hubungan guru-murid yang serasi.

4. Belajar menjadi seseorang