Review jurnal 009

Anom Rifai
Irfandila Alfian
Kevin Mattehus
Savira Altaira
THE AMERICAN UNIVERSITY JOURNAL OF GENDER, SOCIAL POLICY &
THE LAW VOL. 8, NO, 2
UNEQUAL BEFORE THE LAW: MEN, WOMEN AND THE DEATH PENALTY
ANDREA SHAPIRO
Salah satu teori yang menjelaskan mengapa perempuan diberikan hukuman mati
adalah “evil woman” theory. Berbeda dengan perempuan kebanyakan yang dapat
menanamkan rasa proteksionisme paternalistis pada hakim, “evil woman” disini dianggap
sebagai mereka yang oleh hakim dan juri tidak segan-segan diberikan hukuman mati.
Profesor Victor L. Streib, dalam studinya mengenai tipe perempuan yang seringkali dihukum
mati, menemukan bahwa perempuan-perempuan yang dihukum mati memiliki beberapa ciri
dan/atau ciri yang sama dengan laki-laki yang juga dijatuhi hukuman mati, yang karena
memiliki beberapa kesamaan dengan laki-laki, mereka dianggap telah berada di luar definisi
masyarakat akan perempuan feminin yang seharusnya. Mereka yang biasanya paling
terpengaruh oleh definisi perempuan feminin yang dibuat oleh masyarakat ini adalah
perempuan kulit hitam, yang mana dua dari tiga perempuan yang dihukum mati merupakan
perempuan kulit hitam.1
Selain mereka yang berkulit hitam, jumlah lesbian yang dihukum dan dijatuhi

hukuman mati juga memiliki angka yang sangat tinggi. Dari sini dapat diperhatikan bahwa
kecenderungan sosial untuk menghukum dan menjatuhi hukuman mati kepada perempuan
yang dianggap berada di luar harapan masyarakat akan perempuan yang feminin,
menggambarkan suatu kebutuhan masyarakat untuk membuat seorang perempuan terlebih
dahulu terlihat tidak sesuai dengan harapan masyarakat sebelum mengutuknya dan
menghendaki kematian untuknya. Teori ini juga berpendapat bahwa ketika seorang
perempuan melakukan kejahatan yang hakim atau juri tidak ragu untuk menjatuhkan
hukuman mati kepadanya, berarti perempuan tersebut dianggap telah menyinggung
masyarakat secara keseluruhan dengan perilakunya yang tidak feminin atau unladylike
behaviour. Pandangan akan perempuan yang menyimpang dari peran yang diharapkan oleh
masyarakat baginya inilah yang kemudian menyebabkan sistem hukum dapat mengekang dan
menyingkirikan para “evil woman” ini, yang dari sinilah kemudian tercipta masyarakat
patriarkal absolut. Akhirnya, masyarakat memiliki definisi yang sangat sempit akan
“perempuan yang sesungguhnya”. Dan karenanya, perempuan menjadi sangat rentan akan
serangan dari sistem yudisial ketika mereka keluar dari batas-batas femininitas normatif.2
Daftar Pustaka: Shapiro, A. (2000). Unequal Before the Law: Men, Women and the Death
Penalty. The American Journal of Gender, Social Policy & the Law Vol. 8, No. 2. 427-470
1 Andrea Shapiro, Unequal Before the Law: Men, Women and the Death Penalty, hal. 458
2 Andrea Shapiro, Unequal Before the Law: Men, Women and the Death Penalty, hal. 459