TEORI AKUNTANSI 001

TEORI AKUNTANSI
PENDAPATAN DAN PENGAKUANYA

Disusun Oleh :
Gladis Ani Sadewi L. H.
K7413071

PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARATA
2016

ABSTRAK
Pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktifitas
yang dijalankannya. PSAK 23 Paragraf 6: Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk
tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal. Pendapatan juga merupakan salah satu tolak ukur bagi manajemen dalam
mengelola perusahaan.Manajemen tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan
yang diperoleh dalam satu periode akuntansi yang diakui sesuai prinsip-prinsip

akuntansi yang berlaku. Untuk itu perlu adanya kriteria-kriteria tertentu dalam
menentukan pengakuan pendapatan. Dalam pengakuan pendapatan terdapat berbagai
kerangka kosenptual yang berbeda-beda yang memiliki kriteria masing masing. Maka
penulis menyusun paper ini menggunakan metode kualitatif dengan menganalisis
tentang pengakuan pendapatandalam laporan keuangan yaitu dengan perbandingan
pengakuan pendapatan menurut Indoonesia GAAP, US GAAP dan IFRS.dari berbagai
sumber yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan. Tujuan digunakannya metode
kualitatif yaitu untuk memahami secara mendalam mengenai pengakuan pendapatan
berdasarkan Indoonesia GAAP, US GAAP dan IFRS.

BAB I
PENDAHULUAN

Pendapatan ( Revenue ) merupakan salah satu elemen yang penting dalam laporan
keuangan. Pendapatan menggambarkan kinerja memprediksi kinerja masa lalu dan
memprediksi kinerja masa depan. Permasalahan utama dalam akuntansi untuk
pendapatan adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Mengenai pengakuan
pendapatan perlu adanya pedoman untuk mengatur mengenai hal tersebu. Setiap negara
memiliki pedoman masing-masing yang mengatur masalah pengakuan pendapatan ini
yang tentu saja disesuaikan dengan kondisi negara tersebut. Di Indonesia misalnya,

dikenal dengan Indonesia GAAP atau PSAK yang mempunyai aturan berbeda dengan
US GAAP atau PSAK milik Amerika terutama dalam hal pengakuan pendapatan.
Saat ini pedoman yang baru yang mengatur mengenai sistem akuntansi terutama
khususnya pengakuan pendapatan telah ada, yaitu IFRS. IFRS merupakan solusi baru
untuk sistem akuntansi karena mengingat semakin pesatnya lalu lintas bisnis yang
melibatkan antar negara, maka diperlukan satu pedoman untuk mengatur itu sehingga
tidak terdapat kebingungan dalam hal penerapan sistem akuntansi yang berbeda itu.
Dalam penelitian ini dapat dilihat bagaimana perbedaan mengenai aturan
pengakuan pendapatan yang diambil dari berbagai sumber. Disini dimaksudkan untuk
melihat perbedaan pedoman mengenai pengakuan pendapatan dari masing-masing
negara dalam hal ini Indonesia dan Amerika Serikat dan juga melihat dari sisi IFRS
mengatur hal tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendapatan
Pengertian pendapatan didefinisikan oleh Sofyan Syafri (2010 : 58) sebagai
“kenaikan Gross di dalam asset dan penurunan gross dalam kewajiban yang
dinilai berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba”
Pengertian pendapatan terdapat penafsiran yang berbeda-beda bagi pihak

yang berkompeten disebabkan karena latar belakang disiplin yang berbeda
dengan penyusunan konsep pendapatan bagi pihak tertentu, menurut John J.
Wild (2003;311)
secara garis besar pendapatan dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu :
1.

Pendapatan Menurut Ilmu Ekonomi
Menurut ilmu ekonomi, pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat

dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan
yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Definisi pendapatan
menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total harta
kekayaan badan usaha pada awal periode dan menekankan pada jumlah nilai
statis pada akhir periode.
Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah kenaikan harta kekayaan karena
perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.
2.

Pendapatan Menurut Ilmu Akuntansi
Pandangan akuntansi memiliki keanekaragaman dalam memberikan


pengertian pendapatan. Ilmu akuntansi melihat pendapatan sebagai sesuatu yang
spesifik dalam pengertian yang lebih mendalam dan lebih terarah. Pada dasarnya
konsep pendapatan menurut ilmu akuntansi dapat ditelusuri dari dua sudut
pandang, yaitu :

1.Pandangan yang menekankan pada pertumbuhan atau peningkatan jumlah
aktiva yang timbul sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan
pendekatan yang memusatkan perhatian kepada arus masuk atau inflow.
Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No.6,
menekankan pengertian pendapatan pada arus masuk atau peningkatanpeningkatan lainnya atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajibankewajibannya atau kombinasi keduanya yang berasal dari pengiriman atau
produksi barang, penyelenggara jasa, pelaksanaan aktivitas-aktivitas lainnya
yang merupakan kegiatan operasi utama entitas tersebut yang berlangsung terusmenerus.
2.Pandangan yang menekankan kepada penciptaan barang dan jasa oleh
perusahaan serta penyerahan barang dan jasa atau outflow.
Menurut PSAK No.23 paragraf 06 Ikatan Akuntan Indonesia (2010;23.2),
menyatakan bahwa: “Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila
arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal”.

Menurut Kieso, Warfield dan Weygantd (2011;955), menjelaskan definisi
pendapatan adalah sebagai berikut:“Gross inflow ofeconomic benefits during the
period arising in the ordinary activities of an entity when those inflows result in
increases in equity, other than increases relating to contributions from equity
participants.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas
selama suatu periode, jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

B. Pengakuan Pendapatan

Menurut Suwardjono (2010 : 362-363), pengakuan pendapatan tidak
boleh menyimpang dari landasan konseptual. Oleh karena itu, secara konseptual
pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran
(measurability)

dan

keterandalan


(reliability).

Kualitas

tersebut

harus

dioperasionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan (recognition
criteria). Sebagai produk perusahaan, kriteria keterukuran berkaitan dengan
masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut dan kriteria keterandalan
berkaitan dengan masalah apakah jumlah tersebut objektif serta dapat diuji
kebenarannya. Kedua kriteria harus dipenuhi untuk pengakuan pendapatan.
Menurut Kam (1990) dalam Suwardjono (2010 : 368), pendapatan baru
dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut :
1.

Keterukuran nilai aset (measurability of asset value)


2.

Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)

3.

Proses penghimpunan secara substansial telah selesai (substansial
completion of the earning process).\
Menurut Sofyan syafri (2008 : 242) bahwa, suatu penghasilan akan diakui

sebagai penghasilan pada periode kapan kegiatan utamanya yang perlu untuk
menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai.
Waktu yang dimaksud disini ada empat alternatif, yaitu:
1.

Selama produksi;

2.

Pada saat produksi selesai;


3.

Pada saat penjualan;

4.

Pada saat penagihan kas.
Keempat alternatif ini menurut sofyan syafri sama-sama dipakai dalam

pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan selama proses produksi
berlangsung diterapkan pada proyek pembangunan jangka panjang. Pada saat
selesainya produksi dapat diterapkan pada kegiatan pertanian atau pertambangan,

pada saat penjualan dipakai untuk barang perdagangan, pada saat penagihan
diterapkan pada metode penjualan angsuran.

C. Pengakuan Pendapatan Berdasarkan PSAK
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, hal 23.5) pengakuan dalam
pendapatan diterapkan secara terpisah dari setiap transaksi. Namun pada saat-saat

tertentu, diperlukan penerapan kriteria pengakuan itu pada komponen-komponen
yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari transaksi tunggal, sehingga nantinya
akan mencerminkan substansi dari transaksi tersebut.
1. Penjualan Barang
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, hal 23.6) Pendapatan dari
penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:

a. entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan kepada pembeli;

b. entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas
barang yang dijual;

c. jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d. kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi
tersebut akan mengalir kepada entitas tersebut; dan

e. biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan
tersebut dapat diukur dengan andal.

2. Penjualan Jasa
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, hal 23.8 – 23.9) Jika hasil
transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan
pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi
dapat diestimasi dengan andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:

a. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut dapat diperoleh entitas;

c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur
dengan andal; dan

d. biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
3. Bunga, Royalti, dan Dividen
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009, hal 23.11)Pendapatan diakui
dengan dasar sebagai berikut:


a. bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang
dijelaskan di PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Pengakuan
dan Pengukuran paragraf 8 dan PA 17-20;

b. royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang
relevan; dan

c. dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran
ditetapkan.

D. Pengakuan Pendapatan Berdasarkan US GAAP
Menurut Hana dan Danuse (2009), Pendapatan didefinisikan oleh Konsep
Pernyataan FASB No 6 (CON 6) - Elemen Laporan Keuangan merupakan arus
masuk atau peningkatan aset lainnya dari suatu entitas atau penyelesaian
kewajiban dari memberikan atau menghasilkan barang, memberikan jasa, atau
kegiatan lain yang merupakan entitas yang akan berlangsung yang utama atau
pusat operasi. Untuk pengakuan pendapatan dua kriteria yang harus dipenuhi.
Kriteria pengakuan pendapatan yang didefinisikan dalam Pernyataan Konsep
FASB No 5 (CON 5) - Pengakuan dan Pengukuran dalam Laporan Keuangan
Usaha Bisnis. Kriteria mensyaratkan bahwa pendapatan harus disadari atau
direalisasi dan harus diperoleh. Pendapatan direalisasi pada saat produk (barang

atau jasa), barang dagangan, atau aset lainnya ditukar dengan kas atau klaim
terhadap kas. Pendapatan realisasi saat aktiva yang diterima atau yang dimiliki
adalah dapat segera dikonversikan menjadi kas atau klaim uang tunai.
Pendapatan tidak diakui sampai diperoleh. Pendapatan dianggap telah diterima
ketika entitas telah secara substansial dicapai yang dilakukan untuk menjadi
berhak atas imbalan yang diwakili oleh pendapatan (CON5). Penerapan proses
produktif untuk pengakuan pendapatan tampaknya tidak konsisten untuk
diterapkan di industri yang berbeda. Keberadaan kebutuhan yang berbeda untuk
transaksi ekonomi yang sama mengurangi komparabilitas pendapatan di entitas
dan industri. Ada aturan khusus yang berhubungan dengan pengakuan
pendapatan perangkat lunak, penjualan barang tetap atau layanan yang
disediakan oleh televisi kabel di US GAAP (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) 51 Pelaporan Keuangan oleh Perusahaan Televisi Kabel, SOP
81-1 Akuntansi Kinerja jenis Konstruksi dan jenis kontrak Produksi). Aturan
rinci sering mengandung pengecualian untuk jenis transaksi tertentu.
Menurut berbagai sumber, US GAAP pedoman pendapatan pengakuan
sangat luas dan mencakup sejumlah besar standar yang dikeluarkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (FASB), Emerging Isu Task Force (EITF), the
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dan the US
Securities and Exchange Commission (SEC). Pedoman cenderung sangat rinci
dan sering pada spesifik industri. Sementara proyek kodifikasi FASB telah
menempatkan otoritatif US GAAP di satu tempat, itu tidak dimaksudkan untuk
mempengaruhi volume dan /atau sifat pedoman.
Menurut berbagai sumber, bahwa panduan US GAAP pada pengakuan
pendapatan atas perangkat lunak memerlukan penggunaan bukti objektif khusus
vendor (VSOE) nilai wajar sebelum pendapatan tersebut dapat diakui. Standar
Akuntansi Komite Eksekutif (AcSEC) menerbitkan Laporan Posisi - SOP 97-2,
Pengakuan Pendapatan Software, untuk memberikan petunjuk pada saat
pendapatan pada pengaturan perangkat lunak (seperti lisensi, menjual,

menyewakan, atau perangkat lunak pemasaran komputer) harus diakui dan dalam
jumlah berapa.
Karena sifat pengaturan perangkat lunak, kebutuhan untuk bukti
pengaturan persuasif ditentukan. Ini bukan norma dalam semua penjualan
produk, tapi kadang-kadang dapat menjadi kritis untuk pengakuan pendapatan.
SEC awalnya mencoba menerapkan kriteria yang sama yang berlaku untuk
transaksi pengakuan pendapatan umum bahwa penjual tidak memiliki kewajiban
masa depan yang signifikan atau keterlibatan yang terkait dengan penjualan
untuk pengaturan perangkat lunak. Kriteria ini terbukti sulit untuk diterapkan
pada pengaturan perangkat lunak yang kompleks yang melibatkan campuran dari
produk dan jasa tertentu dan tidak ditentukan dengan biaya tunggal untuk
produk dan jasa. Sebagai hasilnya, SOP 97-2 memberikan banyak panduan yang
lebih rinci dan spesifik tentang cara pengaturan account untuk multi-elemen.
Menurut berbagai sumber, bagian pedoman US GAAP pada industrispesifik dapat menghasilkan hasil yang berbeda dalam US GAAP, untuk
transaksi ekonomi yang sama. Misalnya, aktivasi layanan yang disediakan oleh
penyedia layanan telekomunikasi sering kali secara ekonomis serupa dengan
layanan sambungan yang disediakan oleh perusahaan televisi kabel. Pedoman US
GAAP yang mengatur akuntansi untuk transaksi ini, bagaimanapun berbeda.
Akibatnya adalah bahwa waktu pengakuan pendapatan untuk transaksi ekonomi
yang serupa ini juga bervariasi.
Menurut Hana dan Danuse (2009), Pengakuan Pendapatan When Right of
Return (PSAK 48) menentukan bagaimana suatu entitas harus mencatat
pendapatan dalam hal penjualan produk di mana pembeli memiliki hak untuk
mengembalikan produk. Pendapatan dari transaksi penjualan diakui pada saat
penjualan hanya jika semua persyaratan yang ditentukan dalam PSAK 48
terpenuhi. Bahkan kemudian, penjual harus menambah kembali taksiran dan
biaya yang diharapkan. Pendapatan harus dikurangi untuk mencerminkan
estimasi kembali. PSAK 5 Akuntansi Kontinjensi menuntut penyisihan untuk

kembali membuat pencatatan pendapatan meskipun pihak tertentu yang akan
klaim di bawah jaminan tidak dapat diidentifikasi. Pernyataan ini membuat
pembebanan perdagangan yang mungkin dan bisa mengakibatkan pelaporan
pendapatan lebih tinggi.
Menurut berbagai sumber, berdasarkan US GAAP untuk topik harga
kontinjensi bahwa pengakuan pendapatan didasarkan pada ditetapkan atau telah
ditentukannya kriteria harga, yang menghasilkan jumlah kontinjensi yang tidak
dicatat sebagai pendapatan sampai kontinjensi diselesaikan.
Untuk service transaction, US GAAP melarang penggunaan metode
penyelesaian untuk presentase cost-to-cost (kecuali transaksi tersebut secara
eksplisit memenuhi syarat sebagai jenis konstruksi tertentu atau kontrak
produksi). Kebanyakan layanan transaksi yang tidak memenuhi syarat untuk
jenis kontrak konstruksi dicatat dengan menggunakan model proporsionalkinerja.
Singkatnya, masalah utama dalam pengakuan pendapatan berdasarkan US
GAAP adalah bahwa lebih dari 100 standar pendapatan dapat menghasilkan hasil
yang bertentangan untuk transaksi ekonomi yang sama. Selanjutnya, tidak ada
standar umum untuk pengakuan pendapatan.

E. Pengakuan Pendapatan Berdasarkan Ifrs
Menurut berbagai sumber, IFRS kerangka kerja berisi standar tertentu pada
pengakuan pendapatan. Standar ini menjelaskan kriteria pengakuan pendapatan
khusus untuk penjualan barang dan penjualan jasa dan bunga, royalti dan
dividen. Kriteria pengakuan pendapatan umum untuk masing-masing adalah:
kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan
mengalir ke entitas, dan bahwa pendapatan dan biaya dapat diukur dengan andal.
Kriteria pengakuan tambahan yang berlaku untuk pendapatan yang timbul
dari penjualan barang. IFRS mensyaratkan bahwa penjual telah mengalihkan
risiko secara signifikan dan manfaat kepemilikan kepada pembeli dan

mempertahankan tidak keterlibatan manajemen dalam, atau kontrol atas, barang.
Pendapatan dari jasa harus diakui dengan mengacu pada keadaan penyelesaian
transaksi tersebut pada tanggal neraca. Pendapatan bunga harus diakui atas dasar
yang memperhitungkan hasil efektif aktiva tersebut. Royalti diakui secara akrual,
dan dividen diakui pada saat hak pemegang saham untuk menerima pembayaran
yang ditetapkan.

F. Perbandingan Pengakuan Pendapatan
Menurut berbagai sumber, US GAAP pedoman pengakuan pendapatan
sangat luas dan mencakup sejumlah besar standar yang dikeluarkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (FASB), Emerging Isu Task Force (EITF), the
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dan the US
Securities and Exchange Commission (SEC). Pedoman cenderung sangat rinci
dan sering pada spesifik industri. Sementara proyek kodifikasi FASB telah
menempatkan otoritatif US GAAP di satu tempat, itu tidak dimaksudkan untuk
mempengaruhi volume dan /atau sifat pedoman. IFRS memiliki dua standar
pendapatan dan empat fokus pendapatan yang diidentifikasikan. Prinsip-prinsip
luas yang tercantum dalam IFRS umumnya diterapkan tanpa petunjuk lebih
lanjut atau pengecualian untuk industri tertentu.
Sementara Indonesian GAAP mengikuti prinsip-prinsip pengakuan
pendapatan yang luas seperti yang berdasarkan IFRS, sejumlah standar berbasis
industri masih ada. Beberapa standar industri spesifik sedang atau telah ditarik.
Di sisi lain, beberapa pendapatan yang terkait dengan interprestasi IFRS sedang
diadopsi.
Menurut berbagai sumber, bahwa panduan US GAAP pada pengakuan
pendapatan atas perangkat lunak memerlukan penggunaan bukti objektif khusus
vendor (VSOE) nilai wajar sebelum pendapatan tersebut dapat diakui. IFRS dan
Indonesian GAAP tidak memiliki persyaratan setara. Bagian pedoman US GAAP
pada industri-spesifik dapat menghasilkan hasil yang berbeda dalam US GAAP,

untuk transaksi ekonomi yang sama. Misalnya, aktivasi layanan yang disediakan
oleh penyedia layanan telekomunikasi sering kali secara ekonomis serupa dengan
layanan sambungan yang disediakan oleh perusahaan televisi kabel. Pedoman US
GAAP yang mengatur akuntansi untuk transaksi ini, bagaimanapun berbeda.
Akibatnya adalah bahwa waktu pengakuan pendapatan untuk transaksi ekonomi
yang serupa ini juga bervariasi. Seperti disebutkan diatas, IFRS dan Indonesian
GAAP mengandung minimal pedoman industri spesifik. Sebaliknya, prinsip
pendekatan berbasis luas IFRS dan Indonesian GAAP diterapkan di seluruh
perusahaan industri.
Topik harga kontinjensi dan faktor-faktornya dalam model pengakuan
pendapatan bervariasi antara US GAAP dan dua kerangka kerja lainnya.
berdasarkan US GAAP untuk topik harga kontinjensi bahwa pengakuan
pendapatan didasarkan pada ditetapkan atau telah ditentukannya kriteria harga,
yang menghasilkan jumlah kontinjensi yang tidak dicatat sebagai pendapatan
sampai kontinjensi diselesaikan. IFRS dan Indonesian GAAP pada umumnya
melihat kemungkinan manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi mengalir
ke entitas dan kemampuan untuk mengukur pendapatan tersebut, termasuk
pendapatan kontingen. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan waktu pengakuan
pendapatan dengan pendapatan yang berpotensi diakui sebelumnya berdasarkan
IFRS dan Indonesian GAAP.
Salah satu yang paling umum dalam masalah pengakuan pendapatan harus
dilakukan dengan:

1. Penentuan saat transaksi dengan beberapa penyerahan harus dipisahkan
menjadi komponen-komponen

2. Dengan cara mendapatkan pendapatan yang dialokasikan untuk berbagai
komponen.
Sementara konsep-konsep yang luar pada area ini adalah sama dan sering
mengakibatkan kesimpulan yang sama di bawah tiga kerangka kerja, potensi

kesimpulan yang signifikan yang berbeda juga ada. US GAAP berfokus pada
pemisahan rinci dan kriteria alokasi, sedangkan IFRS dan Indonesian GAAP
fokus pada substansi transaksi ekonomi. Misalnya, pemisahan kriteria US GAAP
menunjukkan bahwa VSOE nilai wajar lebih baik dalam segala situasi yang
tersedia. Ketika VSOE tidak tersedia, bukti objektif vendor pihak ketiga dapat
digunakan. Pertimbangan yang harus dialokasikan berdasarkan nilai wajar relatif,
tapi mungkin dialokasikan berdasarkan metode sisa jika item nilai wajar yang
disampaiakan tidak diketahui.
IFRS dan Indonesian GAAP tidak begitu ketat dalam hal bagaimana untuk
mendapatkan bukti nilai wajar yang cukup. Sebagai contoh, IFRS dan Indonesian
GAAP memungkinkan penggunaan biaya ditambah margin yang wajar untuk
menentukan nilai wajar, yang biasanya tidak diperbolehkan untuk tujuan US
GAAP. Hal ini bisa mengakibatkan perbedaan antara strandar-standar pada kedua
pemisahan dan pertimbangan alokasi dalam beberapa pengaturan yang
diserahkan. Pedoman US GAAP sehubungan dengan pengaturan multi-elemen
yang sedang dalam proses untuk ditinjau kembali. Sementara beberapa
perbedaan dapat dieliminasi sebagai bagian dari proses pembaruan, perbedaan
baru dapat dibuat.
Akuntansi untuk program loyalitas pelanggan dapat mendorong hasil
fundamental yang berbeda. Persyaratan IFRS untuk mengobati program loyalitas
pelanggan sebagai beberapa unsur pengaturan, di mana pertimbangan
dialokasikan untuk barang atau jasa dan penghargaan kredit berdasarkan nilai
wajar melalui mata pelanggan, yang akan dapat diterima pada tujuan US GAAP.
Beberapa pelaporan US GAAP perusahaan menggunakan model biaya tambahan,
yang sangat berbeda dari beberapa elemen pendekatan yang diperlukan
berdasarkan IFRS. Dalam hal ini implikasinya adalah bahwa IFRS umumnya
mengakibatkan penangguhan pendapatan lebih dan keuntungan.
Untuk service transaction, US GAAP melarang penggunaan metode
penyelesaian untuk presentase cost-to-cost (kecuali transaksi tersebut secara

eksplisit memenuhi syarat sebagai jenis konstruksi tertentu atau kontrak
produksi). Kebanyakan layanan transaksi yang tidak memenuhi syarat untuk
jenis kontrak konstruksi dicatat dengan menggunakan model proporsionalkinerja. IFRS dan Indonesian GAAP memerlukan penggunaan metode
percentage- of completion dalam pengakuan pendapatan berdasarkan perjanjian
service kecuali kemajuan menuju penyelesaian tidak dapat diestimasi dengan
andal (dalam hal ini digunakan pendekatan zero profit) atau tindakan tertentu
yang jauh lebih signifikan dari yang lainnya (dalam hal pengakuan pendapatan
ditunda sampai tindakan itu dijalankan).
Perbedaan lain melibatkan kontrak konstruksi karena IFRS dan Indonesian
GAAP melarang penggunaan metode completed-contract. Hal ini mungkin
tergantung pada fakta yang spesifik dan keadaan yang mengakibatkan percepatan
pengakuan pendapatan berdasarkan IFRS dan Indonesian GAAP.
Secara umum, karena perbedaan yang signifikan dalam volume
keseluruhan pendapatan yang terkait dengan pedoman, analisis rinci tentang pola
fakta yang spesifik diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi
perbedaan antara kerangka kerja akuntansi.

BAB III
KESIMPULAN

Salah satu yang paling umum dalam masalah pengakuan pendapatan harus
dilakukan dengan:

1. Penentuan saat transaksi dengan beberapa penyerahan harus dipisahkan menjadi
komponen-komponen

2. Dengan cara mendapatkan pendapatan yang dialokasikan untuk berbagai komponen.
Jika diperhatikan dari uraian sebelumnya di atas, sangat jelas bahwa Indonesian
GAAP memiliki beberapa kesamaan dalam hal aturan untuk pengakuan pendapatan
dengan IFRS, sementara US GAAP mempunyai fokus yang berbeda terutama dalam hal
pengakuan pendapatan, yang mana fokus US GAAP itu adalah pemisahan yang rinci
dalam hal ini dalah pengakuan pendapatan dan kriteria alokasinya, sedangkan IFRS dan
Indonesia GAAP berfokus pada substansi transaksi ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Hana Bohusova dan Danuse Nerudova. 2009. US GAAP and IFRS Convergence In The
Area Of Revenue Recognition. Jurnal Economics dan Management.
Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D (2011). Intermediate Accounting Volume
1 IFRS Edition. United States of America :Wiley.
Saharia Samsu. Analisis Pengakuan Dan Pengukuran Pendapatan Berdasarkan Psak
No. 23 Pada PT. Misa Utara Manado . Jurnal EMBA 567. Vol.1 No.3 Juni 2013,
Hal. 567-575

Sofyan Syafri Harahap. 2008. Teori Akuntansi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi, Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi Ketiga).
Yogyakarta: BPFE.
http://www.iaiglobal.or.id
http://www.pwc.com