277
dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu pengawasan yang dilakukan secara langsung, secara tidak
langsung atau berdasarkan kekecualian dengan pelaksanaan yang secara teratur dan terarah.
2. Teori Tentang Disiplin Kerja
Disiplin yang
baik mencerminkan
besarnya rasa tanggungjawab seseorang terhadap tugas – tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini
mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat. Oleh karena itu, setiap pimpinan selalu
berusaha agar
para bawahannya
mempunyai disiplin yang baik. Seseorang pimpinan
dikatakan efektif
dalam kepemimpinannya,
jika para
bawahannya berdisiplin
baik. Untuk
memelihara dan
meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal yang sangat sulit, karena banyak faktor yang
mempengaruhinya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Hasibuan 2013:93 bahwa “disiplin adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma – norma
sosial yang berlaku”.
Semua rencana yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan kegiatan akan berjalan
lamban apabila tidak ditegakkannya suatu disiplin yang baik terhadap karyawan. Dapat
dikatakan bahwa kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai
tujuan
yang telah
ditentukan dan
mutu profesionalitas juga ditentukan oleh disiplin para
anggotanya. Dalam rangka mencapai tujuan nasional,
diperlukan adanya Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur abdi negara, dan abdi masyarakat yang
penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Thoha 2008:42 bahwa
“untuk membina Pegawai Negeri Sipil yang baik, antara lain diperlukan adanya peraturan
disiplin yangmemuat pokok – pokok kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak
ditaati, atau larangan dilanggar”.
Berdasarkan pada Pasal 29 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok –
Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 43 dinyatakan
bahwa :
Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang – undangan pidana,
maka untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan
Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil
semula diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980, namun karena
dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan, maka
sejauh ini Juni 2010, Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 telah dicabut dan
diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil menjelaskan bahwa disiplin Pegawai Negeri Sipil “adalah kesanggupan Pegawai
Negeri Sipil untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentkan dalam
peraturan perundang – undangan danatau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati
atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin”.
Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai
suatu organisasi, salah satunya indikator – indikator tentang kedisiplinan yang dikemukakan
oleh Hasibuan 2013:194-198 sebagai berikut : 1.
Tujuan dan Kemampuan. Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi
tingkat kedisiplinan pegawai. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara
ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai. Hal ini berarti bahwa tujuan
pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan pegawai
bersangkutan, agar dia bekerja sungguh – sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2. Teladan Pimpinan.
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena
pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi
contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan
teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan
pimpinan kurang baik kurang berdisiplin, para bawahan pun akan kurang disiplin.
3. Balas jasa
Balas jasa gaji dan kesejahteraan ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai karena
balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan
pegawai terhadap
perusahaanpekerjaannya. Jika
kecintaan pegawai semakin baik terhadap pekerjaan,
kedisiplinan mereka akan semakin baik, perusahaan harus memberikan balas jasa yang
relatif besar. Kedisiplinan pegawai tidak mungkin baik apabila balas jasa yang mereka
terima krang memuaskan untuk memenuhi hidupnya beserta keluarga.
278
4. Keadilan
Keadilan ikut
mendorong terwujudnya
kedisiplinan pegawai, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting
dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar
kebijakan dalam pemberian balas jasa pengakuan atau hukuman akan merangsang
terciptanya kedisiplinan pegawai yang baik. Manajer yang cakap dalam memimpin selalu
berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya. Dengan keadilan yang baik akan
menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik
pada setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan perusahaan baik pula.
5. Waskat
Waskat pengawasan
melekat adalah
tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan
kedisiplinan pegawai
perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus
aktif dan
langsung mengawasi
perilakuk, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi bawahannya. Hal ini berarti atasan
harus selalu adahadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk,
jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Waskat efektif merangsang kedisipllinan dan moral kerja pegawai. Pegawai merasa
mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasannya.
6. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai. Dengan
sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan –
peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi
alat motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
7. Ketegasan
Ketegasan pimpinan
dalam melakukan
tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan pegawai perusahaan. Pimpinan harus berani
dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap pegawai yang indisipliner sesuai dengan
sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan
yang berani
bertidak tegas
menerapkan hukuman bagi pegawai yang indisipliner
akan disegani
dan diakui
kepemimpinannya oleh bawahan. Dengan demikian, pimpinan akan dapat memelihara
kedisiplinan pegawai perusahaan. Sebaliknya apabila seorang pemimpin kurang tegas atau
tidak menghukum pegawai yang indisipliner, sulit baginya untuk memelihara kedisiplinan
bawahannya, bahkan
sikap indisipliner
pegawai semakin banyak karena mereka beranggapan bahwa peraturan dan sanksi
hukumannya tidak berlaku lagi. Pimpinannya tidak tegas menindak atau menghukum
pegawai yang melanggar peraturan, sebaiknya tidak usah membuat peraturan atau tata tertib
pada perusahaan tersebut.
8. Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan
yang harmonis
diantara sesama pegawai ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.
Hubungan – hubungan yang baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari
direct single relationship, direct group relationship,
dan cross
relationship hendaknya harmonis.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dijelaskan bahwa kedisiplinan merupakan fungsi
manajemen sumber daya manusia dan menjadi tolak ukur untuk mengukur atau mengetahui
apakah indikator – indikator tersebut dalam pelaksanaan pendisiplinan di suatu organisasi
dilaksanakan dengan baik atau tidak. Karena bagaimanapun disiplin ini merupakan kunci
terwujudnya tujuan organisasi.
D. HASIL