PRINSIP PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Bagian Keenam Retribusi Tempat Rekreasi Pasal 24 1 Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut retribusi atas tempat rekreasi dan Olahraga yang disediakan, dimiliki danatau dikelola oleh Pemerintah Kota Bima. 2 Objek Retribusi Tempat Rekreasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf f adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, danatau dikelola oleh Pemerintah Kota Bima. 3 Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 adalah pelayanan tempat rekreasi dan pariwisata yang disediakan, dimiliki, danatau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta. Pasal 25 1 Subjek Retribusi Tempat Rekreasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf f adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan menikmati tempat Rekreasi. 2 Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Usaha Tempat Rekreasi. Pasal 26 Tingkat penggunaan jasa Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga diukur berdasarkan jenis tempat wisata, jenis pengunjung, dan jangka waktu pelayanan. Pasal 27 1 Tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan olahraga sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat 1 huruf f ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran VI Peraturan Daerah ini. 2 Tarif Retribusi Tempat Rekreasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat ditinjau kembali paling lama 3 tiga tahun sekali. 3 Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi.

BAB III PRINSIP PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 28 1 Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif Retribusi Jasa Usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. 2 Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

BAB IV PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Bagian Kesatu Wilayah Pemungutan Pasal 29 Retribusi daerah yang terhutang dipungut di wilayah daerah Kota Bima. Bagian Kedua Tata Cara Pemungutan Pasal 30 1 Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. 2 Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan. 3 Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar. 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan isi SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur denganPeraturan Walikota Bima Pasal 31 Seluruh hasil penerimaan retribusi disetor ke Kas Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 32 1 Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. 2 Setiap pembayaran retribusi diberikan tanda bukti pembayaran yang sah. 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan retribusi termasuk tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, dan angsuran serta penundaan pembayaran retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Bima. Pasal 33 1 Penagihan retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar dilakukan dengan menggunakan STRD. 2 Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didahului dengan surat teguran. 3 Pengeluaran surat teguran sebagai tindakan awal pelaksanaan penagihan retribusi setelah 7 tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran. 4 Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah tanggal surat teguran, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang. 5 Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk. 6 Tata cara penagihan dan penerbitan surat teguran diatur dengan Peraturan Walikota Bima. Bagian Ketiga Pemanfaatan Pasal 34 1 Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan. 2 Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan Peraturan Walikota Bima Bagian Keempat Keberatan Pasal 35 1 Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen yang dipersamakan. 2 Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas. 3 Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 tiga bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. 4 Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat 3 adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan wajib Retribusi. 5 Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi. Pasal 36 1 Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 enam bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan. 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Kepala Daerah. 3 Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang. 4 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. Pasal 37 1 Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 dua persen untuk paling lama 12 dua belas bulan. 2 Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

BAB V PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN