Produk Domestik Regional Bruto PDRB

III-11 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017 Besaran laju pertumbuhan Kalimantan Timur pada tahun 2014 menurut tahun dasar 2010 kembali mengalamipenurunan yakni dari 2,25 persen da tahun 2013 menjadi 1,57 persen. Perlambatan ekonomi didorong oleh menurunnya kinerja sektor dominan dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Timur yakni sektor pertambangan.Selain akibat menurunnya produksi beberapa barang tambang, hal tersebut juga merupakan dampak dari perlambatan ekonomi Tiongkok yang menyebabkan permintaan batubara dari Provinsi Kalimantan Timur juga mengalami penurunan. Pertambangan migas juga mengalami penurunan lifting pada empat tahun terakhir, sehingga menyebabkan menurunnya kinerja industri pengolahan migas di Provinsi Kalimantan Timur. Di tahun 2014, sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif.Namun demikian, secara total pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur pada tahun 2014 masih positif. Hal ini didorong oleh kinerja positif sektor pertanian, sektor pengadaan listrik dan gas serta perdagangan, sektor transportasi dan pergudangan serta sektor kontruksi.Sementara itu dari sisi permintaan, laju perekonomian Provinsi Kalimantan Timur didorong oleh kinerja pengeluaran konsumsi rumah tangga dan investasi. Pada tahun 2015, perekonomian Kalimantan Timur mengalami pertumbuhan negatif -1,28 persen. Penurunan kinerja ekonomi tersebut disebabkan oleh adanya penurunan kinerja yang cukup signifikan pada sektor pertambangan dan penggalian hingga -4,83 persen. Selain itu, pada sektor konstruksi dan jasa perusahaan juga mengalami pertumbuhan negatif masing-masing sebesar -1,16 persen dan -3,75 persen. Penurunan kinerja pada sektor konstruksi dan jasa perusahaan merupakan imbas dari penurunan produksi di sektor pertambangan dan penggalian, karena kedua sektor tersebut sangat erat terkait dengan sektor pertambangan dan penggalian.Sedangkan sektor-sektor ekonomi lainnya mengalami pertumbuhan positif, namun kinerja positif tersebut tidak mampu mengimbangi penurunan kinerja sektor pertambangan dan penggalian yang cukup signifikan.

I. Nilai PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kategori Lapangan Usaha

Selama beberapa periode terakhir, kondisi perekonomian global baik regional Provinsi Kalimantan Timur, nasional, maupun internasional mengalami ketidakstabilan III-12 Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017 yang disebabkan oleh berbagai aspek. Hingga akhir tahun 2015, kondisi perekonomian utamanya nasional, masih tidak bisa diperkirakan kemana arahnya mengingat pergantian kursi pemerintahan maupun beberapa sistem penunjangnya memberikan dampak yang berbeda pada setiap kebijakan yang diambil. Kebijakan yang cukup besar dampaknya adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak BBM pada triwulan ke empat tahun 2014 yang memberikan dampak awal terguncangnya aktivitas ekonomi mikro hingga disusul melemahnya nilai tukar rupiah. Pergerakan pertumbuhan perekonomian nasional pun mengalami perlambatan yang menyebabkan lesunya perekonomian nasional dan disusul oleh beberapa wilayah. Selain dampak perekonomian nasional, perekonomian global juga memberikan efek yang signifikan dalam pergerakan perekonomian Indonesia.Kondisi internasional yang tidak kalah signifikan dampaknya adalah situasi perdagangan internasional yang belum stabil seiring dengan pelemahan harga-harga komoditas sumber energi baik migas maupun batubaramenyebabkan ekonomi global internasional mengalami masa sulit berkepanjangan. Kondisi ketidakstabilan ekonomi tersebut telah memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap perekonomian Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini terlihat dari besaran PDRB Berlaku pada triwulan I tahun 2016, nilai PDRB Provinsi Kalimantan Timur tercatat sebesar 116,13 triliun rupiah, nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan nilai PDRB berlaku pada periode yang sama di tahun 2015, sebesar 125,04 triliun rupiah. Besaran PDRB Tanpa Migas, sebesar 91,14 triliun rupiah, juga lebih kecil jika dibandingkan dengan besaran PDRB Tanpa Migas periode yang sama pada tahun sebelumnya, sebesar 97,76 triliun rupiah. Sebaliknya, gambaran yang berbeda terlihat pada besaran nilai PDRB Tanpa Migas dan Batubara, yaitu sebesar 56,86 triliun rupiah, yang nilainya lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2015, sebesar 54,99 triliun rupiah. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa penurunan kinerja ekonomi global, memberikan dampak perlambatan yang lebih besar terhadap sektor Migas dan Batubara dibandingkan sektor lainnya. Jika dilihat berdasarkan struktur ekonomi daerah, pada Tahun 2015 sektor pertambangan dan penggalian menghasilkan kue ekonomi terbesar yakni sebesar Rp