Rokok dikalangan remaja

(1)

(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kurnia Setiaji Bone

Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 20 Juli 1989 Pendidikan terakhir : SMA

Nomor Handphone : 085624159718


(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir ROKOK DIKALANGAN REMAJA

DK 3815/Tugas Akhir Semester II 2012-2013

Oleh:

Kurnia Setiaji Bone 51909047

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Rokok Dikalangan Remaja”. Laporan ini disusun dalam rangka syarat penulis untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia.

Dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan terutama dalam pengambilan data, segi bahasa, dan pembuatan untuk karya tulis ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan tanpa adanya dukungan dan bimbingan serta motivasi dari semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang telah membantu, khususnya Gema Aripraha, M.ds selaku dosen pembimbing dan orang-orang disekitar penulis yang telah membantu dalam penyelesaian laporan tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Laporan ini belum dapat dikatakan sempurna, oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk menjadi pembelajaran penulis dikemudian hari. Semoga laporan ini dapat berguna bagi masyarakat luas, khususnya kota Bandung.

Bandung, Juli 2013


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF .... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan Perancangan ... 3

BAB II ROKOK DIKALANGAN REMAJA ... 4

II.1 Pengertian Rokok ... 4

II.1.1 Kandungan Zat Dalam Rokok ... 6

II.1.2 Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Manusia ... 10

II.2 Anak Remaja ... 12

II.2.1 Perkembangan Psikologi dan Pergaulan Remaja ... 13

II.3 Rokok Pada Remaja ... 15

II.3.1 Akibat Rokok Pada Remaja ... 20

II.4 Pengertian Kampanye ... 21

II.4.1 Jenis Kampanye ... 21

II.4.2 Fungsi Kampanye... 23

II.5 Ambient Media ... 24

II.6 Analisa Permasalahan ... 25

II.6.1 Masalah ... 26


(8)

II.6.3 Prinsip 5W1H ... 26

II.7 Target Aundiens ... 27

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 29

III.1 Strategi Perancangan ... 29

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 29

III.1.2 Strategi Kreatif ... 30

III.1.3 Strategi Media ... 31

III.1.4 Strategi Distribusi ... 33

III.2 Konsep Visual ... 34

III.2.1 Format Desain ... 34

III.2.2 Layout ... 34

III.2.3 Tipografi ... 34

III.2.4 Ilustrasi... 35

III.2.5 Warna ... 36

III.2.6 Identitas Visual ... 36

BAB IV TEKNIS MEDIA PRODUKSI ... 38

IV.1 Teknis Media ... 38

IV.2 Media Utama ... 39

IV.3 Media Pendukung ... 42

Daftar Pustaka ... 46

Lampiran ... 47


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Adib Asrori. (2009). Psikologi Remaja, Karakteristik dan Permasalahannya Tersedia di: http://netsains.net/2009/04/psikologi-remaja-karakteristik-dan-permasalahannya/ [15 Januari 2013]

Alwi,Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Ambroll. (2009). Remaja Dan Perilaku Merokok. Tersedia di:

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1928293-remaja-dan-perilaku-merokok/ [10 Januari 2013]

Badil, Rudy. 2011. Kretek Jawa: Gaya Hidup Lintas Budaya, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)

Guru (2011) Jenis – Jenis Film. Tersedia di: http://www.perpuskita.com/jenis-jenis-film/121/ [10 Mei 2013]

Hakim, Zainal (2012) Jenis Media Pembelajaran. Tersedia di: http://www.zainalhakim.web.id/jenis-media-pembelajaran.html [2 Mei 2013] Hurlock, Elizabeth B. 2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Indonesia Ambient Media. 2011. Definisi Ambient Media. Tersedia di: http://indonesiaambientmedia.blogspot.com/ [1 Juli 2013]

Kai Kai Tampan. (2011). Alasan Kenapa Remaja Mau Merokok. Tersedia di:

http://merokoknothing.blogspot.com/2011/05/alasan-knpa-remaja-mau-merokok.html [30 Januari 2013]

Rustan,Surianto .2009 . Layout dasar & penerapannya. Jakarta : PT. Gramedia: Pustaka Utama.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo.Persada.Santrock ,John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Satriyo, Beni. 2009. Ambient Media: Sebuah Formula Menghidupkan (Kembali) Ruang Publik. Tersedia di:

http://pabriksendal.wordpress.com/2009/09/13/ambient-media-sebuah-formula-menghidupkan-kembali-ruang-publik/ [5 Juli 2013]


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Merokok sudah menjadi pemandangan yang tidak asing lagi. Merokok merupakan hal yang sering dilakukan baik pria, wanita dewasa, remaja dan bahkan sekarang ini sudah menimpa anak – anak dibawah umur. Kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan, baik dalam lingkungan umum maupun pendidikan tinggi dan pendidikan rendah. Merokok dianggap sebagai sebuah kegiatan sosialisasi antar individu, dan hal tersebut berlangsung hingga saat ini.

Para perokok sebenarnya sudah mengetahui akan dampak yang didapatkan dengan merokok, namun masih tetap saja melakukan aktivitas tersebut. Berbagai pihak sudah sering mengeluhkan ketidaknyamanan ketika berdekatan dengan orang yang merokok, terbukti bahwa bahaya merokok bukan saja milik perokok tetapi juga berdampak pada orang-orang di sekelilingnya. Orang lain yang berada didekat perokok merasakan ketidaknyamanan menghisap asap dari perokok.

Saat ini bukan hanya orang dewasa saja yang aktif merokok namun sudah banyak terlihat anak-anak dengan seragam SMP dan SMA mulai merokok di kota-kota besar di Indonesia, salah satunya Bandung. Menurut survey yang dilakukan oleh Yayasan Jantung Indonesia, ada sekitar 77% pelajar Indonesia yang aktif merokok. Faktor utama yang mempengaruhi para pelajar merokok adalah lingkungan sekitar yang mendorong mereka untuk mencoba merokok hingga akhirnya mereka terbiasa dengan rokok. Lingkungan pergaulan mereka menjadi pemicu utama dalam kebiasaan merokok.

Selain itu, adanya persepsi yang salah tentang merokok yang beredar di kalangan pelajar, seperti menjadi lebih keren, lebih gaul dan lebih berani jika merokok, membuat para remaja cenderung ingin mencoba dan melakukan aktifitas merokok. Persepsi ini berkembang karena adanya media iklan yang menggambarkan karakter – karakter yang dilihat cocok pada remaja. Media massa dan elektronik banyak menampilkan gambaran bahwa merokok adalah lambang kejantanan, petualang, mewah dan kebersamaan.


(11)

Hal ini membuat remaja terpicu untuk mengikuti perilaku tersebut dengan memanfaatkan karakteristik remaja, ketidaktahuan konsumen, dan ketidak berdayaan mereka yang sudah kecanduan merokok. Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya kebebasan, independensi, dan memberontak dari norma-norma dimanfaatkan para pelaku industri rokok. Industri rokok pada saat ini banyak mensponsori setiap acara anak muda seperti konser musik dan olahraga. Hampir setiap konser musik dan acara olahraga di Indonesia disponsori oleh industri rokok, secara khusus dalam acara tersebut membagikan rokok gratis atau mudah mendapatkanya dengan menukarkan potongan tiket masuk acara tersebut.

Dalam upaya pencegahan semakin banyaknya perokok diusia remaja, pemerintah telah mencoba melakukan berbagai upaya. Dengan membuat batasan umur perokok, rokok hanya boleh dikonsumsi dan dibeli oleh orang berusia 18 tahun keatas. Selain itu pemerintah juga memberikan kawasan bebas asap rokok sehingga perokok yang melakukan aktifitas merokok ditempat umum dapat dikenai denda. Pemerintah juga melarang penayangan objek rokok itu sendiri di televisi.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut :

 Perokok diusia remaja semakin banyak dan terus bertambah.

 Lingkungan pergaulan menjadi faktor utama penyebab banyak remaja merokok.

 Bentuk media iklan yang menonjolkan karakteristik remaja seperti suka berpetualang, pemberani, kebersamaan, solidaritas tinggi.

 Rokok mudah ditemui dan dijual disekitar lingkungan, dimana harga yang dijual di warung masih dapat dijangkau oleh anak remaja.

 Upaya yang dilakukan pemerintah terhadap permasalahan merokok belum tercapai.


(12)

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka untuk rumusan masalah dalam penelitian ini dimunculkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

 Bagaimana cara mengurangi jumlah perokok usia remaja jenjang SMP dan SMA saat ini?

 Hal apa yang dapat mempengaruhi remaja sehingga mereka tidak terpengaruh oleh rokok?

1.4Batasan Masalah

Masalah akan lebih difokuskan terhadap para remaja yang merokok dan tidak merokok jenjang SMP dan SMA. SMA 35 dan SMP 19 yang berada di kawasan daerah Dago Pojok, Bandung menjadi sample data dalam melakukan penelitian ini. Selain itu para remaja yang sedang melakukan aktifitas berkumpul juga menjadi sampel penelitian. Remaja disini juga dikhususkan dengan usia berkisar SMP dan SMA, yaitu umur 12 – 18. Remaja yang akan menjadi obyek penelitian tidak dibatasi oleh jenis kelamin, pria atau wanita akan diteliti.

1.5Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan ini adalah mengajak para remaja agar tidak ikut andil melakukan kebiasaan merokok sehingga dapat mengurangi perokok di usia remaja. Selain itu perancangan ini bermaksud memberikan informasi akan bahaya rokok kepada para remaja sehingga para remaja menjadi takut untuk mencoba rokok.


(13)

BAB II

ROKOK DIKALANGAN REMAJA

II.1 Pengertian Rokok

Menurut PP No. 81/1999 Pasal 1 ayat (1), rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung.

Dalam perkembangannya, rokok dibagi menjadi beberapa jenis. Pembagian jenis rokok pun berdasarkan bahan pembungkus dan berdasarkan penggunaan filternya.

Menurut Sitepoe, M. (1997), rokok berdasarkan bahan pembungkus dibagi menjadi 4, yaitu:

 Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.

Gambar II.1. Rokok Klobot


(14)

 Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.

Gambar II.2. Rokok Kawung

Sumber: http://sepanjangjk.wordpress.com[31 Januari 2013]

 Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.

Gambar II.3. Rokok Sigaret

Sumber: http://hanyaorangiseng.wordpress.com [31 Januari 2013]

 Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

Gambar II.4. Rokok Cerutu


(15)

Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis :

 Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.

Gambar II.5. Rokok Filter

Sumber: http://jakartaupdates.com [31 Januari 2013]

 Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

Gambar II.6. Rokok Non Filter

Sumber: http://worldofindonesia.blogspot.com [31 Januari 2013]

II.1.1 Kandungan Zat Dalam Rokok

Farhan (2007) menyatakan bahwa racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida, yang masing-masing mempunyai pengertian sebagai berikut :


(16)

 Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Kadar tar pada rokok antara 0,5-35 mg per batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-paru. Pengaruh bagi tubuh manusia :

o membunuh sel dalam saluran darah, o meningkatkan produksi lendir diparu-paru, o menyebabkan kanker paru-paru

 Nikotin merupakan bagian dari zat kimia. Nikotin berupa cairan berminyak tidak berwarna. Zat ini bisa menghambat rasa lapar. Jadi menyebabkan seseorang merasa tidak lapar karena mengisap rokok. Nikotin bersifat racun bagi saraf, dan dapat membuat seseorang menjadi rileks dan tenang, dapat menyebabkan kegemukan sehingga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Efeknya adalah ketagihan bagi perokok. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Indonesia rokok berkadar nikotin 17 mg per batang.

 Gas karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, yang tidak berbau. Zat ini mampu mengikat hemoglobin dalam darah sehingga membuat darah tidak mampu mengikat oksigen. Pengaruh bagi tubuh manusia :

o mengikat hemoglobin, sehingga tubuh kekurangan oksigen, o menghalangi transportasi dalam darah

Selain zat – zat beracun yang telah disebutkan diatas, sebenarnya rokok masih memiliki banyak zat berbahaya bagi tubuh manusia. Racun – racun yang ada dalam rokok dan berbahaya bagi tubuh manusia antara lain :

 Kadmium adalah zat yang dapat meracuni jaringan tubuh terutama ginjal.  Akrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti aldehid. Zat ini


(17)

alkohol yang cairannya telah diambil. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.

 Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hydrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.

 Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat membuat lepuh. Cairan ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat menyebabkan seseorang seperti merasa digigit semut.

 Hidrogen sianida merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar dan sangat efisien untuk menghalangi pernapasan dan merusak saluran pernapasan. Sianida adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit saja sianida dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat mengakibatkan kematian.

 Nitrous oxide merupakan sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila terhisap dapat menyebabkan hilangnya pertimbangan dan menyebabkan rasa sakit. Nitrous oxide ini adalah sejenis zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai pembius waktu melakukan operasi oleh dokter.

 Formaldehid adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau tajam. Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga sangat beracun keras terhadap semua organisme hidup.

 Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organic seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan karena fenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktivitas enzim.

 Asetol adalah hasil pemanasan aldehid (sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alcohol.


(18)

 Hidrogen sulfida adalah sejenis gas yang beracun yang gampang terbakar dengan bau yang keras. Zat ini menghalangi oksidasi enzim (zat besi yang berisi pigmen).

 Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alcohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.

 Metil klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu antara hydrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah senyawa organic yang beracun.

 Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap methanol mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.

Gambar II.7. Kandungan Zat Dalam Rokok Sumber: http://pedulikesehatan.hostei.com/ [2 Mei, 2103]

Dengan banyaknya zat –zat beracun yang terkandung dalam satu batang rokok, dapat dikatakan bahwa rokok sebenarnya sangatlah berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Dalam bungkus rokok sendiri tertera dengan jelas peringatan akan bahaya rokok tersebut. Tulisan “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan”, adalah sesuai dengan kenyataan yang akan disebabkan oleh rokok. Peringatan tersebut bukan tidak disadari oleh para perokok. Mereka menyadarinya tapi tidak begitu


(19)

mempedulikannya karena memang sudah ketergantungan atau tidak mau berhenti mengisapnya.

II.1.2 Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Manusia

Dengan berbagai macam zat racun yang berbahaya bagi tubuh manusia, rokok memiliki dampak yang sangat buruk terhadap kesehatan manusia. Banyak penyakit yang dapat ditimbulkan hanya karena sebatang rokok. Selain menimbulkan ketergantungan juga menimbulkan bayak penyakit, diantaranya adalah penyakit kanker, penyakit pernapasan, penyakit jantung, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, emfisema dan yang lainnya. Beberapa penyakit yang disebabkan karena merokok, antara lain :

 Kanker, kanker paru-paru merupakan salah satu akibat yang banyak terjadi dari kebiasaan merokok, serta kanker lainnya dari efek negatif dari merokok seperti kanker mulut, kotak suara atau laring, tenggorokan dan kerongkongan, tidak hanya itu merokok ternyata memicu juga terjadinya kanker ginjal, kandung kemih, perut pankreas, leher rahim dan kanker darah (leukemia).

 Penyakit jantung dan Stroke, merokok dapat menimbulkan terjadinya pengerasan pada pembuluh darah hal ini terjadi karena terjadinya penumpukan zat lemak di arteri, lemak dan plak memblok aliran darah dan membuat penyempitan pembuluh darah sehingga memicu terjadinya penyakit jantung dan stroke.

 Impotensi, merokok merupakan salah satu resiko utama untuk penyakit pembuluh darah perifer, yaitu menyempitnya pembuluh darah yang mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh sehingga dapat juga mengakibatkan disfungsi ereksi/impoten.

 Gangguan Janin, untuk ibu yang sedang mengandung, merokok berakibat buruk juga terhadap kesehatan reproduksi dan janin dalam kandungan, termasuk infertilitas (kemandulan), kematian janin, keguguran, bayi lahir dengan berat badan rendah, dan sindrom kematian mendadak bayi.


(20)

Gambar II.8. Penyakit Akibat Merokok

Sumber: http://kebindo.blogspot.com [4 Mei 2013]

 Penyakit paru, orang yang merokok beresiko terkena penyakit di sekitar paru-paru seperti pneumonia, emfisema dan bronkitis kronis, penyakit paru-paru ini dapat bertambah buruk dari waktu ke waktu bahkan dapat mengakibatkan kematian.

 Diabetes, menurut penelitian merokok juga dapat meningkatkan resiko terjadinya diabetes, dan efek dari komplikasi dari diabetes dapat memicu terjadinya bermacam penyakit seperti stroke, penyakit jantung, penyakit mata, penyakit pembuluh darah, penyakit ginjal  Rambut rontok, rokok memperlemah sistem kekebalan, sehingga tubuh

lebih rentan terhadap penyakit seperti lupus erythematosus yang menyebabkan rambut rontok, sariawan mulut, dan erupsi cutan (bintik merah) diwajah, kulit kepala dan tangan.

 Katarak, merokok dipercaya dapat memperburuk kondisi mata. Katarak, yaitu memutihnya lensa mata yang menghalangi masuknya cahaya yang dapat menyebabkan kebuataan, 40% terjadi pada perokok.


(21)

Rokok dapat menyebabkan katarak dengan cara mengiritasi mata dengan terlepasnya zat-zat kimia di paru-paru yang oleh aliran darah dibawa sampai kemata.

 Kulit keriput, merokok dapat menyebabkan menuaan dini pada kulit karena rusaknya protein yang berguna untuk menjaga elastisitas kulit, terkikisnya vitamin A, dan terhambatnya aliran darah. Kulit perokok menjadi kering dan keriput terutama didaerah bibir dan mata.

II.2 Anak Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Elizabeth B. Hurlock,1980, 206). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (Monks, 1990) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.

Gambar II.9. Remaja

Sumber: http://genuardis.net [31 Januari 2013]

Borring E.G. (Hurlock, 1990) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode atau masa tumbuhnya seseorang dalam masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan Monks, dkk (Hurlock, 1990)


(22)

menyatakan bahwa masa remaja suatu masa disaat individu berkembang dari pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual, mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang mandiri.

Remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat. Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

II.2.1 Perkembangan Psikologi dan Pergaulan Remaja

Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan. Menurut Smith & Anderson (dalam Fagan,2006), kebanyakan remaja melakukan perilaku berisiko dianggap sebagai bagian dari proses perkembangan yang normal. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba.

Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang dilakukan oleh para remaja akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya.

Pergaulan pada awalnya terjadi karena pengaruh lingkungan. Pada usia 9 – 15 tahun hubungan perkawanan merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh minat yang sama, kepentingan bersama, dan saling membagi perasaan, saling tolong menolong untuk memecahkan masalah bersama. Pada usia yang lebih tinggi, 12 tahun ke atas, ikatan emosi bertambah kuat dan mereka makin saling membutuhkan. Kuatnya pengaruh teman ini sering dianggap sebagai biang keladi


(23)

dari tingkah laku remaja yang buruk. Sifat alamiah manusia belajar sesuatu memang diciptakan dengan meniru dan mengikuti sehingga karakter seseorang bisa jadi adalah hasil representasi dari apa yang dilihat dan dipelajarinya selama ia sedang bergaul dilingkungannya. Seorang remaja dapat berkembang menjadi seorang remaja yang positif atau remaja negatif ditentukan dari tempat ia bergaul.

Gambar 2.10 Pergaulan Remaja Yang Negatif Sumber: http://sadonyo.blogspot.com [31 Januari 2013]

Penelitian K.Fisher (1987), misalnya, telah membuktikan bahwa kebiasaan merokok pada remaja selama ini dianggap disebabkan oleh pengaruh teman dan iklan. Di zaman globalisasi seperti saat ini, dunia seolah- olah tidak lagi memiliki batas. Setiap orang hampir bisa keluar masuk dari satu negara ke negara lain dengan mudah untuk memasarkan produknya. Remaja di Indonesia pun tidak luput dari pengaruh dunia modern yang terjadi sekarang ini. Banyak remaja yang Indonesia yang terjerumus dalam pengaruh negatif zaman modern.

Pergaulan yang tidak tepat akan membuat seorang remaja berkembang menjadi pribadi yang buruk dimata masyarakat. Memang tidaklah mudah memilih pergaulan yang tepat, sebab kadangkala pergaulan yang negatif justru lebih menyenangkan. Pergaulan semacam ini lebih mengasyikkan dan sulit menyadari bahwa apa yang dilakukan menyimpang. Beberapa dampak negatif yang terbentuk akibat pergaulan yang salah, yaitu sebagai berikut:


(24)

 Hilangnya semangat belajar dan cenderung malas dan menyukai hal-hal yang melanggar norma sosial

 Suramnya masa depan akibat terjerumus dalam dunia kelam, misalnya: kecanduan narkoba, terlibat dalam tindak criminal dan sebagainya  Dijauhi masyarakat sekitar karena perilaku tidak sesuai dengan

nilai/norma social yang berlaku

 Tumbuh menjadi sosok individu dengan kepribadian yang menyimpang.

II.3 Rokok Pada Remaja

Saat ini, sudah tidak asing lagi melihat remaja yang merokok. Perilaku merokok ini sudah dimulai pada masa anak-anak dan remaja. Hampir sebagian sudah memahami akibat berbahaya dari merokok. Namun, masih banyak di antara para remaja ini yang tidak mencoba menghindari perilaku membahayakan ini.

Faktor yang menyebabkan remaja merokok antara lain yaitu :  Pengaruh Orang Tua

Menurut Baer dan Corado (dalam Atkinson, Pengantar Psikologi, 1999:294), remaja perokok adalah anak–anak yang berasal dari rumah tangga tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak–anaknya dibandingkan dengan keluarga yang bahagia. Remaja yang berasal dari lingkungan konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat–obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua menjadi figure contoh yaitu perokok berat, maka kemungkinan besar anak–anaknaya akan mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (Single Parent). Apabila ibu merokok maka akan menyebabkan remaja berperilaku merokok juga, terlebih pada remaja putri.

Pengaruh Teman

Semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan sebaliknya. Kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut adalah remaja terpengaruh oleh teman–


(25)

temannya. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempuyai satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non merokok.  Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa merokok adalah lambang kejantanan dan mewah, membuat remaja mempuyai keinginan untuk mengikuti apa yang ada

pada iklan tersebut (Mu’tadin, 2002).  Faktor Intrinsik

Faktor kepribadian seseorang mencoba merokok karena alasan rasa ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosannan. Salah satu kepribadian yang yang bersifat pada perokok adalah

konformitas sosial (Mu’tadin, 2002).  Faktor Biologis

Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin yang terdapat pada rokok bisa menimbulkan efek ketergantungan merokok atau kecanduan.

Faktor Psikologis

Merokok dapat digunakan untuk meningkatkan konsentrasi, menghilangkan rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat menimbulkan kesan modern dan berwibawa, sehingga untuk individu yang sering bergaul dengan orang lain perilaku merokok akan sulit untuk dihindari.

Faktor Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial berpengaruh pada sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok. Orang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya.

Faktor Demografis

Faktor demografis meliputi umur dan jenis kelamin, orang yang merokok pada usia dewasa sudah semakin banyak, akan tetapi pengaruh jenis kelamin di jaman sekarang tidak begitu berpengaruh karena saat ini baik laki – laki dan perempuan banyak yang merokok (Hansen, 2009).


(26)

Levethal & Clearly dalam Cahyani dan dikutip kembali oleh Helmi dan Komalasari (2000) berpendapat bahwasanya terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:

Tahap Preparatory

Tahap preparatory merupakan tahap dimana remaja sering mendapatkan model yang menyenangkan dari lingkungan dan media. Remaja yang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan menimbulkan minat untuk merokok. Yang biasanya menjadi life-model paling utama bagi remaja adalah teman sebaya. Hal ini terbukti dengan berbagai fakta yang mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya, biasanya remaja menularkan perilaku merokok dengan cara menawari teman-teman remaja lainnya dengan menjanjikan kenikmatan merokok, atau dalih solidaritas kelompok. Dari teman sebaya ini kemudian remaja yang belum merokok menginterpretasi dengan merokok dia akan mendapatkan kenyamanan, dan atau dapat diterima kelompok, dari hasil interpretasi tersebut kemungkinan remaja membentuk dan memperkokoh anticipatory beliefs yaitu keyakinan yang mendasari bahwa remaja membutuhkan pengakuan teman sebaya. Life-model lainnya yang mungkin berpengaruh pada perilaku merokok pada remaja adalah orang tua. Orang tua yang merokok kemungkinan berdampak besar pada pembentukkan perilaku merokok pada remaja. Model lainnya yang mungkin berpengaruh pada pembentukkan perilaku merokok adalah media masa.

Tahap Initiation

Tahap perintisan merokok yaitu tahap seseorang meneruskan untuk tetap mencoba-coba merokok. Setelah terbentuk interpretasi-interpretasi tentang model yang ada, kemudian remaja mengevaluasi hasil interpretasi tersebut melalui perasaan dan perilaku. Evaluasi


(27)

teman-teman lain merokok dan saya tidak, mungkin mereka akan menjauhi, saya akan hancur”, maka evaluasi perilaku yang remaja lakukan adalah mencoba-coba untuk merokok. Biasanya kegiatan coba-coba ini hanya dilakukan dengan intensitas yang rendah dan hanya pada waktu-waktu tertentu. Helmi dan Komalasari (2000: 9) membuktikan bahwa perilaku merokok pada remaja sebanyak 27,96 % dilakukan ketika berkumpul bersama teman-teman.

Tahap Becoming Smoker

Menurut Levethal & Clearly Tahap becoming smoker merupakan tahap dimana seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari maka seseorang tersebut mempunyai kecenderungan menjadi perokok. Hal ini didukung dengan adanya kepuasan psikologis dari dalam diri, dan terdapat reinforcement positif dari teman sebaya. Untuk memperkokoh perilaku merokok, paling tidak terdapat kepuasan psikologis tertentu yang diperoleh ketika remaja merokok. Kepuasan psikologis merokok dijelaskan Helmi dan Komalasari (2000: 11) sebagai akibat atau efek yang diperoleh dari merokok yang berupa keyakinan dan perasaan yang menyenangkan. Hasil penelitian Helmi & Komalasari membuktikan bahwa kepuasan psikologis memberikan sumbangan yang besar sebanyak 40,9 % terhadap perilaku merokok remaja. Hal ini memberikan gambaran bahwa perilaku merokok bagi remaja dianggap memberikan kenikmatan dan menyenangkan. Berikut hasil penelitian Helmi dan Komalasari mengenai perasaan-perasaan remaja saat merokok dan setelah merokok.


(28)

Efek %

Nikmat 38,298

Puas 15,957

Tenang 12,766

Biasa saja 11, 703

Santai 5, 139

Hangat 3, 192

Percaya diri 2, 128

Gaya 1,064

Masalah hilang 1,064

Mengantuk 1,064

Pusing 5,257

Pahit 2, 218

Gambar 2.11 Tingkat Kepuasan Remaja Merokok Sumber: Helmi & Komalasari: 2000

Penelitian Harlianti (1988), Helmi dan Komalasari (2000) membuktikan bahwa lingkungan sebaya memberikan sumbangan yang besar terhadap perilaku merokok pada remaja. Lingkungan teman sebaya memiliki arti yang penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha untuk menghindari penolakan teman sebaya merupakan kebutuhan yang sangat penting pada remaja. Remaja menurut Brigham dalam Helmi (2000) tidak ingin dirinya disebut banci atau pengecut. Merokok bagi remaja merupakan simbolisasi atas kejantanan, kekuasaan dan kedewasaan.

Tahap Maintenance for Smoke.

Menurut Levethal & Clearly pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pegaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. Individu yang berada pada tahap ini telah merasakan betul kenikmatan dari merokok, merokok dapat dilakukan sesering mungkin, pengharapan eliminasi kecemasan juga dilakukan perokok pada tahap ini melalui meroko, selain itu rokok juga digunakan sebagai penghindaran-penghindaran kecemasan dan upaya relaksasi bagi perokok. Merokok dilakukan untuk menhilangkan rasa lelah, mengjhilangkan rasa tidak enak ketika setelah makan, merokok ketika melakukan pekerjaan, merokok ketika merasa terpojokkan, merokok ketika lelah berpikir, merokok ketika merasa pusing dan lain-lain.


(29)

Tahap ini terjadi setelah keyakinan inti terbentuk, keyakinan inti tersebut adalah keyakinan dengan merokok mendapatkan pengakuan dari teman sebaya (anticipatory beliefs), merokok dapat memberikan kenikmatan dan menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), serta keyakinan bahwa merokok bukan suatu pelanggaran norma (permission beliefs).

II.3.1 Akibat Rokok Pada Remaja

Merokok saat remaja membuat mereka cenderung berisiko kena masalah kesehatan yang serius karena masih berada pada usia pertumbuhan. Rokok ini tidak hanya menyebabkan masalah kesehatan pada tingkat fisik namun juga emosionalnya. Para ahli mengungkapkan risiko kesehatan merokok pada remaja jauh lebih buruk dibanding dengan orang dewasa yang merokok. Beberapa masalah yang bisa muncul jika remaja merokok :

Mengganggu performa di sekolah

Remaja yang merokok akan mengalami penurunan dalam nilai olahraganya karena tidak bisa berjalan jauh atau berlari cepat seperti sebelum merokok.

Perkembangan paru-paru terganggu

Tubuh berkembang pada tahap pertumbuhannya, dan jika seseorang merokok pada periode ini bisa mengganggu perkembangan paru-parunya. Terlebih jika remaja merokok setiap hari maka bisa membuatnya sesak napas, serta batuk yang terus menerus, dahak berlebihan dan lebih mudah terkena pilek berkali-kali.

Lebih sulit sembuh saat sakit

Ketika remaja sakit maka mereka akan lebih sulit baginya untuk bisa kembali sehat seperti semula karena rokok mempengaruhi sistem imun di dalam tubuh. Rokok ini juga memicu masalah jantung di usia muda serta mengurangi kekuatan tulang.

Kecanduan

Remaja yang merokok cenderung jauh lebih mungkin menjadi kecanduan terhadap nikotin yang membuatnya lebih sulit untuk


(30)

berhenti. Saat ia memutuskan untuk berhenti merokok, maka gejala penarikan seperti depresi, insomnia, mudah marah dan masalah mentalnya bisa berdampak negatif pada kinerja sekolah serta perilakunya.

Terlihat lebih tua dari usianya

Orang yang mulai merokok di usia muda akan mengalami proses penuaan lebih cepat, ia akan memiliki garis-garis di wajah serya kulit lebih kering sehingga penampilannya akan lebih tua dibanding usianya. Selain itu rokok juga membuat remaja memiliki jerawat atau masalah kulit lainnya, serta gigi yang kuning.

II.4 Pengertian Kampanye

Menurut Roger Storey (1987) antar Venus (2004,7) kutipan Kibthya (2011) kampanye ialah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan mendapatkan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Sedangkan menurut Charles U. Larson dalam (Venus ,2004:11), Kampanye dibedakan menjadi beberapa kategori, salah satu diantaranya ialah ideologically oriented campaigns atau kampanye yang berorientasi pada tujuan – tujuan yang bersifat khusus, dan seringkali berdimensi perubahan sosial, karena itu kampanye jenis ini sering disebut sebagai change campaigns, yaitu kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah – masalah sosial perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. Menurut Pfau dan Parrot dalam (Venus, 2004:10), apapun ragam dan tujuannya, komunikasi dalam kampanye harus dapat menciptakan upaya perubahan yang selalu terkait dengan aspek pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavioral). Maka dari itu komunikasi pesan kampanye ini diharapkan dapat memberikan efek menggugah kesadaran dan perhatian warga negara untuk lebih mengetahui dan memahami.

II.4.1 Jenis – jenis Kampanye

Dari uraian diatas, maka kampanye dapat dibedakan menurut jenisnya menjadi empat macam yaitu (Venus, 2004:12) dalam Uniek Nur Kibthya (2011):


(31)

 Kampanye sosial adalah suatu kegiatan berkampanye yang mengkomunikasikan pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan dan bersifat non komersil. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala sosial yang sedang terjadi.

Gambar 2.12 Kampanye Sosial “Ayo Membaca” Sumber: www.pikiranrakyat.com [5 Juli 2013]

 Kampanye bisik yaitu kampanye yang dilakukan melalui gerakan untuk melawan atau mengadakan aksi secara serentak dengan jalan menyiarkan kabar angin.

 Kampanye promosi adalah kegiatan kampanye yang dilaksanakan dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau mempertahankan penjualan dan sebagainya.

Gambar 2.13 Kampanye Promosi


(32)

 Kampanye politik yaitu kampanye yang menyampaikan pesan – pesan kepada masyarakat agar masyarakat memperoleh informasi tentang apa dan bagaimana suatu partai, program maupun visinya. Dengan demikian masyarakat dapat memahami maksud dan tujuan dari partai tersebut untuk menentukan dipilih atau tidak.

Gambar 2.14 Kampanye Politik

Sumber:www. yuhendrablog.wordpress.com [6 Juli 2013] II.4.2 Fungsi Kampanye

Adapun fungsi kampanye sendiri adalah untuk menyampaikan suatu pesan yang berisi tentang ajaran kepada masyarakat atau mempengaruhi masyarakat agar dapat mengerti maksud dan tujuan dari apa yang akan dikomunikasikan, berdasarkan keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur yang terkait pada suatu kampanye adalah:

 Adanya suatu aksi, dalam hal ini yang dimaksud adalah demonstrasi yang dilakukan secara serentak untuk menuntut apa yang mereka inginkan kepada pihak yang bersangkutan.

 Pesan dalam suatu kampanye. Pesan adalah hal yang sangat erat kaitannya karena apabila pesan yang disampaikan tidak jelas atau tidak sampai pada khalayak sasaran, maka kampanye tersebut gagal.

 Unsur persaingan dalam suatu perebutan kedudukan maka dilakukan kampanye yang bertujuan agar mereka terpilih dalam massa serta mendapatkan kedudukan yang diinginkan.


(33)

 Promosi merupakan salah satu unsur yang terkandung dalam kampanye karena promosi merupakan bagian dari kampanye, seperti dalam penjualan suatu produk atau produk iklan (Ruslan, 2008).

II.5 Ambient Media

Ambient media adalah sebuah istilah dunia advertising sebagai bentuk pembaharuan atas cara-cara beriklan konvensional. Ambient media sendiri muncul pada tahun 1999 di Inggris. Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, ambient media mulai banyak digunakan oleh para pelaku industri periklanan. Ambient media merupakan sebuah cara menawarkan suatu produk kepada konsumen, melalui media-media yang berkaitan dengan lingkungan. Bisa juga ditarik sebuah kesimpulan, bahwa ambient media berusaha menyatu dengan apa yang menjadi medianya. Sebagai contoh, nike membuat branding pada sebuah tempat sampah umum, sehingga terkesan tempat sampah tersebut adalah keranjang basket. Ambient media ini terbukti efektif, disamping mempercantik tata ruang kota, dalam hal mencuri perhatian publik.

Gambar 2.15 Ambient branding Nike Sumber: www.imranasa.blogspot.com [20 Juli 2013]

Ambient media memberikan sebuah memorable experience kepada konsumen, dan hal ini menjadi sebuah keuntungan terhadap produsen yang memasarkan iklannya melalui ambient media. Sebuah iklan akan menjadi lebih


(34)

menarik ketika berhasil menciptakan sebuah interaksi antara iklan tersebut dengan masyarakat atau konsumen. Ambient media: “It works for two simple reasons-it gets people's attention and provokes an emotional response”.(Syamsul Bahri, 2007).

II.6 Analisa Permasalahan II.6.1 Masalah

Rokok telah menjadi sebuah barang yang mudah ditemukan oleh masyarakat luas, baik rokok ataupun iklannya. Media iklan yang menampilkan kenikmatan merokok dan visual yang menggambarkan kegagahan seorang perokok ditampilkan disetiap iklan rokok. Kalangan remaja yang pada umumnya masih melalui tahap transisi atau masa peralihan dari anak – anak menjadi dewasa, rentan dengan ajakan dan pergaulan yang negatif. Masa peralihan dengan pergaulan yang negatif dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan psikologi seorang anak dan sikap seorang anak.

Pergaulan negatif ini memberikan permasalahan tersendiri terhadap anak remaja sekarang. Dalam pergaulan sekarang, rokok menjadi sebuah simbol dalam pergaulan. Banyak anak muda sekarang ini mencoba dan menjadikan merokok sebagai aktifitas sehari – hari mereka. Iklan dan mudahnya ditemukan rokok di lingkungan sekitar, memberikan dampak yang negatif terhadap rasa keingintahuan anak remaja. Hal itu membuat anak – anak remaja sekarang banyak yang ikut mengkonsumsi rokok.

Dalam sebatang rokok, memiliki berbagai macam zat-zat beracun yang berbahaya bagi tubuh manusia. Tindakan sudah banyak dilakukan dalam rangka memberantas rokok di masyarakat. Angka perokok kalangan remaja yang terus meningkat setiap tahunnya menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh kalangan masyarakat luas. Menurut data yang dilihat dari Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga pengonsumsi rokok di dunia, yaitu sebesar 28 persen. Jumlah itu setara dengan 65 juta penduduk Indonesia, dengan perbandingan satu banding empat penduduk (1:4). Indonesia bahkan mengalami peningkatan jumlah perokok pada wanita dan remaja dari tahun ke tahun.


(35)

Untuk memperoleh data mengenai permasalahan yang ditimbulkan oleh rokok, maka dilakukan pengumpulan data melalui wawancara langsung dan angket yang disebarluaskan kepada para remaja SMP dan SMA. Dari hasil angket yang diterima, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

 Remaja sudah mengetahui akibat rokok tetapi mereka tetap melakukan aktivitas merokok.

 Kurangnya informasi yang diberikan tentang bahaya rokok secara mendetail.

 Tidak ada visual yang dapat memberikan efek jera terhadap para remaja yang sudah merokok atau pun rasa takut terhadap remaja yang baru akan merokok.

II.6.2 Solusi Masalah

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan merancang kampanye sosial pencegahan kebiasaan merokok pada remaja. Dengan kampanye sosial diharapkan dapat lebih menumbuhkan rasa kepedulian dan kesadaran terhadap masalah peningkatan perokok pada saat remaja. Selain rasa kepedulian dan kesadaran juga diharapkan dapat memberikan rasa takut dan jera kepada para perokok yang sudah aktif melakukan aktifitas merokok.

II.6.3 Prinsip 5W1H

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan secara seksama, dalam menganalisis permasalahan bahaya rokok untuk remaja, cara yang digunakan adalah melalui prinsip 5W+IH, yaitu:

What

Membuat perancangan kampanye sosial kepada masyarakat luas yang dapat memberikan efek takut dan jera terhadap rokok.

Who

Kampanye ini dikhususkan bagi para remaja yang sedang menjalani jenjang pendidikan SMP dan SMA, yang berkisar umur 12 – 17 tahun.


(36)

Penggolongan umur dimaksudkan karena pada usia tersebut perkembangan remaja menjadi seorang dewasa sedang tinggi. Selain itu kampanye ini juga dapat dirasakan oleh perokok dewasa ataupun remaja, sehingga dampak yang dapat ditimbulkan mereka dapat berhenti merokok. Dan juga kepada orang yang belum mulai merokok, sehingga dapat mengantisipasi mereka untuk mencoba merokok.  Where

Kampanye akan dilakukan disetiap tempat yang memiliki titik pusat keramaian dan dikhususkan tempat yang memiliki aktivitas remaja tinggi seperti mal, tempat nongkrong, café.

When

Kampanye ini dilaksanakan seterusnya menjelang hari anti tembakau sedunia pada tanggal 31 Mei 2014 dalam rangka mengurangi angka perokok hingga memberikan efek jera kepada para perokok.

Why

Kampanye sosial dianggap lebih efektif karena langsung menuju masyarakat luas dan dilakukan diruang publik sehingga pesan yang ingin disampaikan lebih dapat langsung tertuju pada target audiens.

How

Dengan memberikan sebuah visual yang dapat dirasakan langsung kepada para remaja, sehingga dapat terbenam dalam benak para remaja itu sendiri.

II.7 Target Audiens

Agar perancangan ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan studi target audiens, antara lain:

Target audiens primer o Demografis

Target : Anak Remaja

Gender : Laki – laki maupun perempuan Usia : 12-17


(37)

o Geografis

Sebagai sampel data, diambil SMA dan SMP di kota Bandung, khususnya SMA 35 dan SMP 19 yang berada di kawasan Dago Pojok, Bandung. Sehingga mempermudah dalam penelitian o Psikografis

- Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

- Suka berkumpul bersama teman – teman dan diam diam disuatu tempat

- Mengikuti tren yang sedang ada - Suka melakukan hal yang baru

Target audiens sekunder

Segmentasi sekunder adalah segmentasi kedua atau setelah segmentasi primer dan tak kalah sama pentingnya, dalam segmentasi primer dijelaskan bahwa yang ditargetkan adalah para remaja, tetapi efek yang ditimbulkan memungkinkan bukan hanya pada remaja, perokok bisa berasal dari kalangan masyarakat luas dan berada di kawasan Bandung.


(38)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan menurut Amstrong (1986) adalah proses penyusunan dan penentuan arah serta langkah dalam menindak lanjuti peluang yang ada (Amstrong, 1986, h.183). Dalam perancangan kampanye pencegahan kebiasaan merokok pada remaja ini, bentuk strategi perancangan yang dibuat meliputi tujuan komunikasi, pendekatan komunikasi, strategi kreatif, dan strategi media.

Konsep jenis kegiatan kampanye yang digunakan yaitu Ideologically or cause oriented campaigns, adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Menurut istilah Kotler (seperti dikutip Frian, 2010) disebut social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik terkait ( Venus, 2004 : 11)

Suatu perancangan dibuat untuk suatu tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan komunikasi dalam perancangan kampanye pencegahan kebiasaan merokok pada remaja, yaitu:

 Memberikan informasi kepada para remaja akan bahaya rokok terhadap perokok aktif dan pasif.

 Mengurangi perokok usia dini yang terus bertambah setiap tahunnya.  Mengajak para remaja ikut andil dalam pemberantasan kebiasaan

merokok.

 Mengubah perilaku kebiasaan remaja yang sudah merokok atau pun yang baru mencoba merokok.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang akan dilakukan yaitu membuat target sasaran melihat, membaca dan mengerti pesan yang disampaikan melalui media yang dipergunakan dalam kampanye. Dalam melakukan pendekatan komunikasi, dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu:


(39)

Pendekatan Visual

Visual menggunakan sebuah visual yang menampilkan sebuah dampak yang diakibatkan oleh rokok itu. Dampak yang diakibatkan apabila kita merokok dibuat sehingga para perokok dapat memberikan efek jera kepada para perokok. Visual juga dibuat menarik dan unik sehingga dapat lebih menarik perhatian target audiens.

Pendekatan Verbal

Dalam pendekatan bahasa yang akan digunakan yaitu bahasa – bahasa yang ringan dan dapat dimengerti oleh target audiens. Dikarenakan target audiens dari kampanye sosial ini adalah para remaja, maka bahasa yang dipergunakan lebih bersifat kata – kata keseharian yang mereka pakai.

III.1.2 Strategi Kreatif III.1.2.1 Pendekatan Kreatif

Sesuai target audiens yang memiliki karakter anak muda dan berjiwa kreatif serta unik, diperlukan sebuah strategi kreatif agar penyampaian pesan sebuah kampanye ini dapat tersampaikan secara efektif. Adapun langkah – langkah dalam melakukan strategi kreatif ini:

Tema dan Pesan Utama

Dalam perancangan kampanye pencegahan kebiasaan merokok pada remaja ini ingin memberi pemahaman terhadap remaja untuk menyadari bahwa merokok merupakan pilihan yang negatif dalam diri. Kampanye ini diberi nama "Be Smart, Don’t Start". Para remaja yang ingin atau sudah merokok, berpikir bahwa dengan merokok merupakan solusi dalam pencapaian eksistensi diri dalam pergaulan. Sehingga dalam kampanye ini mengajak para remaja untuk menolak rokok sebagai solusi dalam pergaulan, karena pikiran remaja yang sudah ada dalam benak mereka itu merupakan pemikiran yang salah dan cenderung negatif.


(40)

Pembuatan Tagline Visual

Dalam pembuatan tagline kampanye sosial ini didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan. Dari hasil penelitian diperoleh kebiasaan para remaja yang sudah sering menghisap rokok dalam pergaulan mereka. Kampanye ini bertujuan untuk mengajak para remaja ikut andil dalam memberantas kebiasaan merokok. Sehingga tagline yang didapat untuk kampanye ini adalah "Be Smart, Don’t Start".

Pencarian Gagasan Visual

Dalam pencarian gagasan visual yang ingin diperlihatkan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan dalam kampanye ini yaitu menyampaikan kepada target audiens akan dampak yang terjadi apabila kita merokok. Dalam kampanye ini akan ditampilkan dalam beberapa visual yang memvisualisasikan dampak yang diakibatkan oleh rokok. Visual dibuat melalui dengan penggabungan teknik fotografi yang melalui proses digital imaging.

III.1.3 Strategi Media

Pemilihan media diharapkan dapat menjadi sebuah solusi untuk dapat memecahkan suatu permasalahan, sehingga dalam penggunaan media yang akan dipilih pesan yang akan disampaikan dapat tersampaikan. Pengaplikasian media harus dilakukan secara konsisten serta sistematis agar ketepatan dan kesesuaian dalam media informasi tetap konsisten.

III.1.3.1 Media Utama

Berdasarkan pada permasalahan yang ada, maka dalam pemilihan media harus benar-benar tepat dan cermat agar dapat menjadi solusi dan menjawab permasalahan dan dalam permasalahan ini media utama yang akan dipilih adalah ambient media. Pemilihan ambient media karena ambient media pada umumnya berusaha menggugah emosi khalayak sasaran dengan cara mengangkat ide lucu, horor, hal-hal yang menjijikan, atau bentuk ekspresi dan emosional lainnya. ambient media adalah memberikan pengalaman yang tidak terlupakan


(41)

(memorable experience) kepada konsumen. Ambient media: “It works for two simple reasons-it gets people's attention and provokes an emotional response”. (Syamsul Bahri, 2007)

III.1.3.2 Media Pendukung

Media pendukung dibutuhkan untuk mendukung kegiatan kampanye sosial pencegahan kebiasaan merokok pada anak remaja. Media pendukung yang akan dipakai antara lain:

 Poster

Poster dianggap sebagai salah satu media yang dianggap dapat mendukung kegiatan kampanye ini untuk penyampaian pesan kampanye sosial tentang pencegahan kebiasaan merokok pada anak remaja. Poster sendiri berbentuk media dua dimensi, dengan format satu halaman yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari kampanye.

 Baju

Baju dapat dikatakan salah satu cara untuk orang mengetahui identitas orang kampanye. Visual yang ditampilkan dalam baju memperlihatkan kesan menakutkan dan dampak dari rokok tersebut.

 Tas Jinjing

Keseharian anak remaja pelajar yang setiap harinya membawa tas, menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan media pendukung ini. Sifatnnya yang mobile dapat menjadi sebuah kampanye tidak langsung terhadap orang disekitarnya.

 Pin

Pin dipilih sebagai media pengingat yang dapat memberikan stimulus kepada target audiens sehingga ketika melihat pin itu target audiens dapat ingat akan bahaya rokok.

 Gantungan Kunci

Sifatnya yang mobile sebagai media kampanye tidak langsung dan juga pengingat akan kampanye sosial ini.


(42)

 Stiker

Stiker sebagai pengingat akan kampanye sosial ini dapat menjadi pengingat target audiens.

 Kalender

Media pengingat karena target audiens hampir setiap hari melihat kalender sebelum melakukan aktivitas. Kontak point dalam rumah dapat terjadi dan mengingatkan kepada target audiens akan bahaya rokok.

III.1.4 Strategi Distribusi

Strategi distribusi digunakan agar media kampanye dapat terjangkau oleh target sehingga target audiens dapat menangkap isi pesan kampanye.

III.1.4.1 Pertimbangan Dasar Distribusi

Pertimbangan dasar distribusi kampanye ini adalah bagaimana informasi atau pesan yang disampaikan dapat efektif dan mampu diterima oleh target yang dituju.

III.1.4.2 Jalur Distribusi

Jalur distribusi yang dipilih menggunakan media yang terkoordinir oleh pemerintah setempat seperti Dinas Kesehatan Kota Bandung dan Departemen Kesehatan yang kemudian disebarkan ke sarana-sarana umum di wilayah menjadi target audiens di kota Bandung serta mudah untuk dijangkau oleh masyarakat umum. Dalam perencanaan media kampenye ini, dibutuhkan beberapa tahapan dalam pembagiannya:

Tahap Memperkenalkan

Tahap ini dimaksudkan untuk memperkenalkan kampanye kepada target audiens yang dituju. Media yang digunakan pada tahap ini yaitu, ambient media, poster, kalender

Tahap Pengingat

Tahapan ini dimaksudkan agar dapat mengingatkan atau mengulang kembali apa yang sudah diketahui oleh masyarakat. Media yang


(43)

digunakan pada tahap ini ialah ambient media, poster, kalender, , stiker, baju, pin, gantungan kunci, dan tas jinjing,

Gambar 3.1 Pendistribusian Media Sumber: dokumen pribadi

III.2 Konsep Visual III.2.1 Format Desain

Dalam pembuatan ambient media ini menggunakan format desain digital imaging dan memiliki unsur hiperbola atau melebih-lebihkan sehingga target audiens mendapatkan kesan yang ingin ditimbulkan dari penggambaran visual itu. III.2.2 Tata letak

Ambient media diletakkan diruang publik yang kontak langsung dengan target audiens. Desain visual diatur pada posisi yang dapat terlihat secara langsung dan dapat menarik perhatian para target audiens. Posisi visual dibuat menarik sehingga target audiens tertarik untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.

III.2.3 Tipografi

Dalam ambient media yang ditempatkan pada ruang publik hanya memberikan sebuah logo kampanye yang berisikan tagline dari kampanye itu sendiri, yaitu “Be Smart Don’t Start”. Jenis huruf yang digunakan dalam tagline


(44)

tersebut adalah font Gotham-Bold. Font ini dipilih karena memiliki bentuk yang solid dan tegas dan memberikan kesan ajakan ringan tetapi memiliki kekuatan tersendiri.

Dalam media pendukung lainnya terdapat tipografi yang memiliki sifat tegas dan menakuti. Font yang dipergunakan yaitu Charlegmane Std Bold. Font ini dipilih karena jenisnya yang sans serif dan tajam sehingga memberikan kesan tegas dan menakuti dan mendukung visual yang ada.

Gambar 3.2 Jenis Huruf Sumber: dokumen pribadi

III.2.4 Ilustrasi

Gaya ilustrasi yang digunakan dalam pembuatan media utama, ambient media adalah teknik digital imaging dengan menggunakan gambar realistis atau kenyataan. Teknik penggabungan foto dan memberikan unsur menakut-nakuti diberikan dalam cara penggambaran atau ilustrasi yang diterapkan dalam pemvisualisasian media.


(45)

Gambar 3.3 Ilustrasi Sumber: dokumen pribadi

III.2.5 Warna

Warna yang digunakan memiliki warna-warna gelap dan cenderung memiliki sifat menakutkan. Sehingga penggambaran sebuah teror dapat tersampaikan melalui warna yang diberikan.

Gambar 3.4 Warna Sumber: dokumen pribadi

III.2.6 Identitas Visual

Logo adalah sebuah tanda atau simbol yang berfungsi untuk menandai suatu barang atau jasa dengan tujuan untuk membedakan dengan barang atau jasa


(46)

lainya. Untuk memberikan keterkaitan antara media-media dalam kampanye ini, dirancang satu logo identitas kampanye sosial rokok dikalangan remaja.

Identitas visual ini mencoba mengambarkan ajakan kepada para remaja untuk mematikan rokok dan tidak mencoba rokok. Identitas visual dibentuk

menyerupai huruf “X” yang memiliki perumpamaan sebagai larangan. Visual

yang dipergunakan berupa sebuah ilustrasi penggambaran dari rokok yang sedang dimatikan dan disusun menyerupai huruf “x”.

Gambar 3.5 Identitas Visual Sumber: dokumen pribadi

Warna yang digunakan dalam identitas visual ini adalah warna – warna solid, kontras dan tegas. Pemilihan warna seperti ini untuk menggambarkan ketegasan kampanye ini dalam memberantas rokok dikalangan remaja. Merah melambangkan keberanian dan juga larangan atau berhenti secara tegas dan keras. Hitam untuk memberikan efek menyeramkan dan takut kepada para target audiens.


(47)

BAB IV

TEKNIS MEDIA PRODUKSI IV.1 Teknis Media

Dalam Perancangan Kampanye Sosial rokok dikalangan remaja, harus terdapat beberapa hal. Salah satunya agar desain dari komunikasi visual yang disampaikan dapat menarik minat target audiens walupun sederhana.. Dalam hal produksi media yang dibuat melalui beberapa proses, yaitu:

a. Sketsa Awal

Sketsa dibuat untuk mencari sebuah bentuk visual yang nantinya akan dijadikan sebagai bentuk dasar untuk visual ambient yang akan dipergunakan.

Gambar 4.1 Sketsa Awal Sumber: Dokumen Pribadi


(48)

b. Eksekusi Visual

Eksekusi visual dilakukan untuk menjadikan sketsa menjadi lebih dimengerti dan dipahami oleh target sasaran.

Gambar 4.2 Sketsa Visual Sumber: Dokumen Pribadi c. Tahap perancangan

Tahapan perancangan, yaitu mempersiapkan media utama dengan media pendukung yang menjadikan sebuah satu kesatuan.

IV.2 Media Utama IV.2.1 Ambient Media

1. Smoking Room Ukuran: 2m x 1,5m Bahan: big print outdoor

Gambar 4.3 Ambient Smoking Room Sumber: Dokumen Pribadi


(49)

2. Tiang

Ukuran: 3m x 1m

Bahan: Gipsum dan cat acrylic

Gambar 4.4 Ambient Tiang Sumber: Dokumen Pribadi


(50)

3. Angkot

Ukuran: 1m x 0.5m

Bahan: Sticker Transparant

Gambar 4.5 Ambient Angkot Sumber: Dokumen Pribadi


(51)

IV.3 Media Pendukung 1. Poster

Poster adalah media yang cukup efektif untuk menarik perhatian masyarakat. Ditempatkan di tempat iklan di mall, dan tempat umum sebelum melewati pintu perlintasan.

Ukuran : 42cm x 29cm Bahan : glossy paper

Gambar 4.6 Poster Sumber: Dokumen Pribadi


(52)

2. Gantungan Kunci

Gantungan kunci ini digunakan sebagai media pengingat, sehingga setiap kali target audiens menggunakan, maka mereka akan selalu melihat pesan kampanye ini.

Ukuran: 4cm x 4.5cm Bahan : Acrylic

3. Pin

Pin digunakan sebagai media pengingat, sehingga setiap target audiens menggunakan, mereka akan selalu melihat pesan yang ingin disampaikan dalam kampanye ini.

Ukuran: Diameter 4.5 cm Bahan: Acrylic

Gambar 4.7 Pin dan Gantungan Kunci Sumber: Dokumen Pribadi


(53)

4. Sticker

Pemberian stiker pada target, agar dapat mengingat pesan yang akan disampaikan. Stiker dapat ditempel dimana saja, sehingga target audiens dapat melihat dimana saja.

Gambar 4.8 Stiker

Sumber: Dokumen Pribadi 5. Kalender

Kalender dipergunakan sebagai merchandise media. Diberikan disaat melakukan kampanye sosial bersama dengan stiker. Maksud dari media ini sebagai media pengingat karena kalender dekat dengan target audiens

Gambar 4.9 Kalender Sumber: Dokumen Pribadi


(54)

6. Tas Jinjing

Tas jinjing dijual kepada para target audiens pada saat diadakan kampanye event. Target audiens anak muda saat ini sering menggunakan tas jinjing, dengan begitu pesan dapat selalu tersampaikan.

Gambar 4.10 Tas Jinjing Sumber: Dokumen Pribadi

7. Baju

Baju dijual kepada target audiens pada saat diadakan kampanye event. Target audiens dapat menjadi sarana kampanye dengan memakai baju yang didesain dengan konsep anak muda.

Gambar 4.11 Baju Sumber: Dokumen Pribadi


(1)

2. Tiang

Ukuran: 3m x 1m

Bahan: Gipsum dan cat acrylic


(2)

3. Angkot

Ukuran: 1m x 0.5m

Bahan: Sticker Transparant

Gambar 4.5 Ambient Angkot Sumber: Dokumen Pribadi


(3)

IV.3 Media Pendukung 1. Poster

Poster adalah media yang cukup efektif untuk menarik perhatian masyarakat. Ditempatkan di tempat iklan di mall, dan tempat umum sebelum melewati pintu perlintasan.

Ukuran : 42cm x 29cm Bahan : glossy paper


(4)

2. Gantungan Kunci

Gantungan kunci ini digunakan sebagai media pengingat, sehingga setiap kali target audiens menggunakan, maka mereka akan selalu melihat pesan kampanye ini.

Ukuran: 4cm x 4.5cm Bahan : Acrylic

3. Pin

Pin digunakan sebagai media pengingat, sehingga setiap target audiens menggunakan, mereka akan selalu melihat pesan yang ingin disampaikan dalam kampanye ini.

Ukuran: Diameter 4.5 cm Bahan: Acrylic

Gambar 4.7 Pin dan Gantungan Kunci Sumber: Dokumen Pribadi


(5)

4. Sticker

Pemberian stiker pada target, agar dapat mengingat pesan yang akan disampaikan. Stiker dapat ditempel dimana saja, sehingga target audiens dapat melihat dimana saja.

Gambar 4.8 Stiker

Sumber: Dokumen Pribadi 5. Kalender

Kalender dipergunakan sebagai merchandise media. Diberikan disaat melakukan kampanye sosial bersama dengan stiker. Maksud dari media ini sebagai media pengingat karena kalender dekat dengan target audiens


(6)

6. Tas Jinjing

Tas jinjing dijual kepada para target audiens pada saat diadakan kampanye event. Target audiens anak muda saat ini sering menggunakan tas jinjing, dengan begitu pesan dapat selalu tersampaikan.

Gambar 4.10 Tas Jinjing Sumber: Dokumen Pribadi

7. Baju

Baju dijual kepada target audiens pada saat diadakan kampanye event. Target audiens dapat menjadi sarana kampanye dengan memakai baju yang didesain dengan konsep anak muda.