Perancangan Media Informasi Dampak Asap Rokok Bagi Remaja

(1)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Cherry Dharmawan, M. Sn selaku pembimbing.

2. Drs. Hary Lubis dan Rini Maulina, S. Sn selaku penguji dalam sidang.

3. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Desain Universitas Komputer Indonesia.

4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Harapan Penulis semoga segala kebaikan yang telah dilakukan mendapat balasan dari Allah Swt. Amin.


(2)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI DAMPAK

ASAP ROKOK BAGI REMAJA

DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2010/2011

Oleh :

Dicky Hardiansyah 51906135

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

Lembar Pengesahan

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI DAMPAK ASAP

ROKOK BAGI REMAJA

DK 38315 Tugas Akhir Semester I 2010/2011

Oleh :

Dicky Hardiansyah

51906135

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Menyetujui :

Dosen Pembimbing

Cherry Dharmawan, M. Sn

Koordinator Tugas Akhir / Skripsi


(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pengantar proyek tugas akhir yang berjudul PERANCANGAN MEDIA INFORMASI DAMPAK ASAP ROKOK BAGI REMAJA. Laporan ini diajukan

sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk memenuhi syarat kelulusan pada studi di fakultas Desain Komunikasi Visual UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA.

Dalam menyusun laporan ini penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainnya, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, dan juga penulis berharap semoga laporan pengantar proyek tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua pada umumnya, dan Penulis pada khususnya.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam pelaksanaan tugas akhir ini dan dalam penyusunan laporan ini.

Bandung, Februari 2011


(5)

38

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H & Mukty, A. (2010). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.

Dodds, B. (2008). 1440 Alasan Berhenti Merokok. Jakarta : Hikmah Hurlock, E.B. (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh

Soedjarmo & Istiwidayanti. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mappiare, A. (1992). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Santrock, John. W. (2007). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga

Saktyowati, D. O. (2008). Bahaya Rokok. Depok : Arya Duta.

Aditama, T. Y. (2008). Saatnya Lepas Dari Jeratan Rokok. Diakses Pada 10 Maret 2010 dari World Wide Web:

http://www.medicastore.com/artikel/233/Saatnya_Lepas_dari_Jeratan _Rokok.html

Alya., & Dyan. (2009). Diakses pada 13 Februari 2010 dari World Wide Web: http://www.pkbi-diy.info/?lang=id&cid=7&id=481 Angga. (2009). Diakses pada 20 Juli 2010 dari World Wide Web: http://www.scribd.com/doc/17429708/Creative-Brief-Stop-Merokok Hakim, O. E. (2009). Diakses pada 21 Februari 2010 dari World Wide Web: http://oliviaelenahakim.blogspot.com/2009/03/bikin-proposal-aktivitas-media.html

Patu, I. (2008). Anak Kena Asap Rokok Rentan Penyakit. Diakses pada 20 April 2010 dari World Wide Web:

http://cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view &id=376&Itemid=1


(6)

39 Pfizer. (2010). Siklus Ketergantungan Nikotin. Diakses pada 18 Mei 2010 dari World Wide Web:

http://stopmerokok.com/post/index/search/Latar-Belakang

Sampurno, H. B (2009). Jenis-jenis Rokok. Diakses pada 14 Mei 2010 dari http://www.bbkpm-bandung.org/berita.php?id=9

Sedyaningsih, E. R. (2009). Rokok Membunuh Lima Juta Orang Setiap Tahun. Diakses pada 28 April 2010 dari World Wide Web: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/458-rokok-membunuh-lima-juta-orang-setiap-tahun.html

_________ 2010. Diakses pada 13 Februari 2010 dari World Wide Web:


(7)

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Ucapan Terima Kasih ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Gambar ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Fokus Masalah ... 4

1.4 Tujuan Perancangan ... 4

BAB II ROKOK DI KALANGAN REMAJA ... 5

2.1 Rokok ... 5

2.2 Masa Remaja ... 10

2.3 Remaja dan Rokok ... 11

2.4 Kajian Permasalahan ... 13

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 14

3.1 Strategi Komunikasi ... 14

3.2 Tujuan Komunikasi ... 14

3.3 Tema Dasar Komunikasi ... 15

3.4 Materi Pesan ... 15


(8)

iv

3.4.2 Pendekatan Bahasa ... 16

3.4.3 Pemilihan Media ... 16

3.4.3.1 Media Utama ... 16

3.4.3.2 Media Pendukung ... 16

3.5 Strategi kreatif ... 17

3.6 Konsep Visual Perancangan Media Informasi Jeratan Asap Rokok ... 17

3.6.1 Format Desain ... 18

3.6.2 Layout ... 19

3.6.3 Tipografi ...,... 20

3.6.4 Ilustrasi ... 22

3.6.5 Warna ... 23

3.6.6 Studi Karakter Visual ... 25

3.7 Strategi Distribusi Berdasarkan Segmentasi ... 28

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI ... 29

4.1 Media Utama ... 29

4.1.1 Buku Bergambar Jeratan Asap Rokok ... 29

4.1.2 Teknis Produksi ... 30

4.1.2.1 Sampul Depan ... 30

4.1.2.2 Halaman Isi ... 31

4.2 Media Pendukung ... 34

4.2.1 Stiker ... 34

4.2.2 Kalender ... 35

4.2.3 X-Banner ... 36

4.2.4 Chain Flag ... 37

Daftar Pustaka ... 38


(9)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Zat / Bahan Kimia yang Terkandung di dalam Rokok ... 6

Gambar 2. Bahaya Asap Rokok Bagi Kesehatan Wanita Hamil dan Anak-anak ... 7

Gambar 3. Konsep Visual ... 17

Gambar 4. Format Desain ... 18

Gambar 5. Layout Sampul Depan ... 19

Gambar 6. Layout Halaman Isi ... 19

Gambar 7. Tipografi (1) ... 20

Gambar 8. Tipografi (2) ... 21

Gambar 9. Ilustrasi Visual Pada Sampul Depan ... 22

Gambar 10. Ilustrasi Visual Pada Halaman Isi (1) ... 22

Gambar 11. Ilustrasi Visual Pada Halaman Isi (2) ... 23

Gambar 12. Warna Layout ... 24

Gambar 13. Karakter Visual Pada Aplikasi Media ... 25

Gambar 14. Karakter Tokoh Dalam Buku (1) ... 26

Gambar 15. Karakter Tokoh Dalam Buku (2) ... 26

Gambar 16. Karakter Tokoh Dalam Buku (3) ... 27


(10)

vi

Gambar 18. Sampul Depan ... 30

Gambar 19. Halaman Isi (1) ... 31

Gambar 20. Halaman Isi (2) ... 32

Gambar 21. Halaman Isi (3) ... 33

Gambar 22. Stiker ... 34

Gambar 23. Kalender ... 35

Gambar 24. X-Banner ... 36


(11)

29

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Media Utama

4.1.1 Buku Bergambar Jeratan Asap Rokok

Konsep awal perancangan buku jeratan asap rokok dan tujuan buku informasi jeratan asap rokok ini adalah memberikan penjelasan tentang rokok, baik sejarah, definisi, zat / bahan yang terkandung dan bahaya asap rokok bagi tubuh manusia. Proses pembuatan perancangan buku informasi jeratan asap rokok ini menggunakan komputer sebagai alat bantu utama dan penggunaan software grafis seperti Adobe Photoshop CS3 sebagai penunjang dalam proses pembuatannya.

Gambar 17. Buku Bergambar jeratan asap rokok

Buku Bergambar jeratan asap rokok.Material yang digunakan yaitu art paper 230 gram dengan ukuran A5 (14.8 cm x 21 cm). Teknis produksi cetak separasi.


(12)

30 4.1.2 Teknis Produksi

4.1.2.1 Sampul Depan

Software grafis yang digunakan adalah Adobe Photoshop CS3 baik pada sampul depan maupun halaman isi, dengan penggabungan beberapa gambar, mengatur saturasi, kontras, level, curves, penggunaan transform scale, distort, pengurangan opacity dan fill pada layer, penggunaan burn tool, eraser tool dan clone stamp tool dan brush smoke.


(13)

31 4.1.2.2 Halaman Isi

Software grafis yang digunakan adalah Adobe Photoshop CS3, dengan penggabungan beberapa gambar, mengatur saturasi, kontras, level, curves, penggunaan transform scale, pengurangan opacity dan fill pada layer, penggunaan burn tool, eraser tool, clone stamp tool dan penggunaan brush smoke.


(14)

32 Software grafis yang digunakan adalah Adobe Photoshop CS3, dengan penggabungan beberapa gambar, mengatur saturasi, kontras, level, curves, penggunaan transform rotate, scew, scale, perspective, pengurangan opacity dan fill pada layer, penggunaan burn tool, eraser tool, clone stamp tool, penggunaan effect artistic dan penggunaan brush smoke.


(15)

33 Software grafis yang digunakan adalah Adobe Photoshop CS3, dengan penggabungan beberapa gambar, mengatur saturasi, kontras, level, curves, penggunaan transform scale, pengurangan opacity dan fill pada layer, penggunaan burn tool, eraser tool, clone stamp tool penggunaan effect motion blur, surface blur, liquify dan penggunaan brush smoke.


(16)

34 4.2 Media Pendukung

Media pendukung disini bersifat sebagai pengingat dan bisa digunakan oleh target audiens, bisa juga sebagai media untuk memperluas informasi.

4.2.1 Stiker

Ukuran 10.5 cm x 2 cm, menggunakan bahan kertas stiker dengan teknis produksi sablon.


(17)

35 4.2.2 Kalender

Ukuran A3 (42 cm x 29 cm), teknis produksi cetak separasi.


(18)

36 4.2.3 X-Banner

Ukuran 60 cm x 160 cm, teknis produksi cetak separasi.


(19)

37 4.2.4 Chain flag

Ukuran 15 cm x 42 cm, teknis produksi cetak separasi


(20)

14

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Komunikasi

Dalam perancangan media informasi dampak asap rokok bagi remaja, adalah bersifat menteror (menakut-nakuti), dimaksudkan untuk mempengaruhi sasaran secara mendalam, strategi media informasi dalam bentuk buku mempunyai peran penting agar pesan dan kesan yang menjadi informasi dapat disampaikan kepada sasaran, dapat diterima dan dimengerti dengan baik serta memiliki kesan yang dapat mengubah perilaku masyarakat yang melihat dan membacanya.

Strategi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Menginformasikan tentang zat / bahan kimia yang terkandung di dalam rokok.

Menginformasikan tentang dampak negatif asap rokok bagi tubuh manusia.

Menggunakan bahasa visual secara menteror (menakut-nakuti)

3.1.1 Tujuan Komunikasi

Perancangan media informasi dampak asap rokok bagi remaja ini bertujuan untuk:

Memberikan informasi yang jelas tentang bahan / zat yang terkandung di dalam rokok.

Memberikan pemahaman tentang dampak yang ditimbulkan oleh asap rokok bagi tubuh manusia.


(21)

15 3.1.2 Tema Dasar Komunikasi

Memberi pemahaman dan informasi yang jelas terhadap remaja untuk menyadari apa dampak yang ditimbulkan oleh rokok. Perancangan media informasi ini diberi nama “jeratan asap rokok“ dimana jeratan tersebut dalam buku informasi ini diartikan sebagai jebakan yang dapat merusak tubuh yang mengkonsumsinya, ataupun jika seseorang mencoba untuk merokok maka akan sulit untuk melepasnya.

3.1.3 Materi Pesan

Dalam penyampaiannya, perancangan media informasi ini memerlukan materi yang akan disampaikan sebagai pesan. Adapun materi yang akan disampaikan adalah:

Memberikan informasi tentang sejarah dan definisi rokok.

Memberikan informasi tentang bahan / zat kimia berbahaya yang terkandung di dalam rokok.

Memberikan informasi dan pemahaman tentang dampak buruk yang ditimbulkan oleh asap rokok bagi tubuh manusia.

3.1.4 Nama Buku Informasi

Nama buku informasi ini adalah “Jeratan Asap Rokok” dimana jeratan dalam buku informasi ini adalah sebagai jebakan yang dapat merusak secara perlahan bagi seseorang yang mengkonsumsinya. Di dalam buku informasi ini objeknya adalah remaja dan rokok maka dipilihlah nama “jeratan asap rokok”


(22)

16 3.1.5 Pendekatan Bahasa

Pendekatan bahasa yang akan digunakan yaitu bahasa yang ringan sehingga mudah diterima oleh target audiens. Gaya bahasa yang digunakan mempunyai kesan menginformasikan bahaya yang ditimbulkan oleh rokok serta dibuat menarik perhatian sehingga target audiens dapat secara utuh menangkap pesan tersebut.

3.1.6 Pemilihan Media

Didasarkan pada permasalahan yang dihadapi, maka dalam pemilihan suatu media diharapkan dapat menjadi solusi dan menjawab permasalahan. Media yang digunakan terbagi menjadi dua jenis yaitu media utama dan media pendukung serta bagaimana mekanisme dan penempatan media-media tersebut dalam masyarakat.

3.1.6.1 Media Utama Buku Informasi

Media ini dibagikan langsung kepada target audiens dimana di dalamnya terdapat data dan fakta tentang rokok.

3.1.6.2 Media Pendukung Media Pendukung

Media ini digunakan karena biayanya lebih rendah serta media ini langsung ke target sasaran. Diaplikasikan melalui media – media yang memiliki kegunaan seperti: poster, pin, sticker, kalender dan lainnya.


(23)

17 3.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif pengemasan media informasi dampak asap rokok bagi remaja, disampaikan berupa buku informasi yang berisikan tentang sejarah rokok, zat / bahan yang terkandung di dalam rokok dan bahaya yang ditimbulkan oleh rokok, dengan beberapa media pendukung. Penyebarannya dengan cara membagikan buku informasi tersebut ke sekolah – sekolah, membagikan gimmick sebagai sarana penunjang dalam penyebarluasan yang lebih meluas. Hal ini perlu dilakukan untuk menarik target sasaran yang tepat agar dapat terpengaruh oleh buku informasi ini.

3.3 Konsep Visual Perancangan Media Informasi Jeratan Asap Rokok

Konsep visual adalah konsep yang dimulai dari ide verbal kemudian dikembangkan ke dalam bahasa visual. Dalam hal ini visual yang ditampilkan memuat pesan yang akan disampaikan kepada target audiens secara terencana, konseptual dan menteror (menakut-nakuti). Harmonisasi gaya dan kesan, layout, warna dan sebagainya, dimaksudkan untuk memperkuat dan mengefektifkan kemampuan komunikasi dari pesan yang ingin disampaikan.

Visualisasi bahaya rokok pada jantung

Visualisasi bahaya rokok pada otak

Visualisasi bahaya rokok pada janin


(24)

18 3.3.1 Format Desain

Format desain yang digunakan bersifat asimetris, dimana letak-letak unsur visual berbeda. Baik gambar maupun teks letaknya berbeda sesuai komposisi yang digunakan pada buku jeratan asap rokok.

Gambar 4. Format desain

Gambar (visualisasi tentang dampak asap rokok) Teks (menjelaskan tentang data dan fakta tentang rokok)


(25)

19 3.3.2 Layout

Layout yang digunakan pada buku jeratan asap rokok ini yaitu portrait dan tidak terlalu formal dengan dominan warna coklat dan hitam dengan latar belakang tekstur kertas tua.

Gambar 5. Layout sampul depan


(26)

20 3.3.3 Tipografi

Jenis huruf yang digunakan pada sampul depan buku jeratanan asap rokok, pada headline menggunakan huruf yang memberikan kesan serius, sedangkan untuk bodytext baik pada sampul depan maupun pada halaman isi menggunakan jenis huruf yang mempunyai karakter tegas, sederhana, mudah terbaca dan memberi kesan serius akan tetapi santai.

Gambar 7. Tipografi (1) Palatino Linotype (memberikan kesan serius)

Verdana

(mempunyai karakter tegas, sederhana, mudah terbaca dan serius akan tetapi santai)


(27)

21 Gambar 8. Tipografi (2)

Palatino Linotype

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

!@#$%^&* _+ };”<>?

Verdana

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890!@#$%^&*()_+{};”<>? Verdana

(mempunyai karakter tegas, sederhana, mudah terbaca dan serius akan tetapi santai)


(28)

22 3.3.4 Ilustrasi

Ilustrasi digunakan untuk memperjelas dan mempertegas dari pesan yang ingin disampaikan dalam perancangan buku jeratan asap rokok, namun ilustrasi juga dapat dipakai sebagai daya tarik visual.

Ilustrasi yang digunakan merupakan olahan dari fotografi. Berikut contoh gambar yang akan digunakan dalam sebuah ilustrasi:

Gambar 9. Ilustrasi Visual pada Sampul Depan

(ilustrasi tentang seorang remaja yang mencoba untuk merokok. Namun, sisi lain pada dirinya menolak untuk mengkonsumsinya)

Gambar 10. Ilustrasi Visual pada Halaman Isi (1)

(ilustrasi tentang bahaya rokok pada kulit, gigi, pernafasan, jantung, paru-paru, otak, janin dan manusia pertama yang mengkonsumsi rokok)


(29)

23

Gambar 11. Ilustrasi Visual pada Halaman Isi (2)

(ilustrasi tentang zat / bahan kimia beracun yang terkandung di dalam rokok)

3.3.5 Warna

Warna memiliki daya tarik yang kuat dan menciptakan makna tersendiri. Warna dapat mengurangi rasa bosan, ataupun membangkitkan semangat pada objek. Dengan mempertimbangkan keharmonisan warna – warna yang digunakan. adapun warna – warna yang digunakan dalam perancangan buku jeratan asap rokok ini adalah:

Hitam.

Warna hitam memiliki kesan kosong dan tidak memiliki ujung.


(30)

24 C = 32

M = 35 Y = 55 K = 2 Coklat.

Warna coklat memiliki banyak sekali makna diantaranya adalah warna tanah, kusam dan kotor. Warna ini diambil karena warna tersebut dapat memberi kesan suram.

Gambar 12. Warna Layout C = 0

M = 0 Y = 0 K = 0


(31)

25 3.3.6 Studi Karakter Visual

Visual yang ditampilkan dibuat sederhana dimana hanya ada objek model dengan latar belakang warna coklat dan tekstur kertas tua agar lebih memiliki kesan kusam, suram, menyeramkan dan langsung ke permasalahan yang diangkat. Teknis fotografi digunakan agar mengesankan hal yang lebih nyata.

Gambar 13. Karakter visual pada aplikasi media

Objek dibuat hiperbola dimana model dibuat sebagian tubuhnya ditambahkan organ bagian dalam tubuhnya terlihat agar menarik dan berkesan menyeramkan.


(32)

26 Karakter Tokoh dalam Buku

Eki (15 tahun, pelajar)

Digambarkan sebagai seorang remaja yang terkena dampak dari asap rokok.

Gambar 14. Karakter tokoh dalam buku (1)

Sandi (16 tahun, putus sekolah)

Digambarkan sebagai seorang remaja yang sudah lama merokok


(33)

27 Dede (22 tahun, ibu rumah tangga)

Digambarkan sebagai seorang ibu hamil yang terpapar asap rokok


(34)

28 3.4 Strategi Distribusi Berdasarkan Segmentasi

Geografis

Remaja yang tinggal di kota Bandung di daerah pinggiran dan Bandung merupakan ibukota provinsi Jawa Barat yang dikenal sebagai kota fashion dan musik dalam aktifitas pergaulan remaja.

Demografis

Umur : 13 hingga 18 tahun (usia remaja) Jenis Kelamin : Pria dan wanita

Pekerjaan : Umum

Psikografis

Bergaya modern ingin selalu trendi dan menggunakan sebagian besar waktunya bersama dengan teman - teman kelompoknya.


(35)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perilaku merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun disisi lain merokok dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya.

Sifat adiksi pada nikotin yang terkandung di dalam rokok, ketergantungan psikologis (merokok merupakan suatu kebutuhan, mengalihkan kecemasan, dan menunjukkan kedewasaan) maupun fisiologis (adanya nikotin yang dapat mengakibatkan ketagihan sehingga seseorang ingin terus merokok) merupakan penyebab mengapa terkadang orang harus mencoba berhenti berulang kali untuk dapat berhenti merokok. Berbagai pihak sudah sering mengeluhkan ketidak nyamanannya ketika berdekatan dengan orang yang merokok, terbukti bahwa bahaya merokok bukan saja milik perokok tetapi juga berdampak pada orang - orang di sekitarnya.

Berbagai kandungan yang terdapat di dalam rokok dapat menimbulkan beberapa penyakit berbahaya dan memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya. Saktyowati (2008) berpendapat bahwa: dalam rokok terkandung tidak kurang dari 4000 zat kimia yang 200 diantaranya bersifat toksik (beracun) dan 43 diantaranya pemicu kanker (karsinogen). Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri komponen gas (85%) dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, amoniak, akrolein, asetilen, benzaldehid, urethan, benzen,


(36)

2 methanol, kumarin, 4-etilkatekol, ortokresol, dan perylene adalah sebagian dari beribu - ribu zat di dalam rokok. (h.7)

Kebiasaan merokok cenderung dimulai pada usia yang semakin muda, yaitu pada masa sekolah atau masa remaja (seseorang yang belum berusia 19 tahun), terbukti dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pertumbuhan rokok di Indonesia pada periode 2000-2008 adalah 0.9 % per tahun. Para perokok pemula biasanya merokok di usia remaja dengan alasan coba - coba, terbawa oleh temannya dan faktor lingkungan. Umumnya mereka bermula dari perokok pasif (menghisap asap rokok orang lain yang merokok) dan menjadi perokok aktif.

Meningkatnya perokok di usia remaja didukung oleh fokus pemasaran beberapa produk rokok yang dewasa ini dititik beratkan pada remaja. Hal ini bertujuan agar kelangsungan pola konsumsi rokok menjadi lebih lama, rentang usia perokok anak lebih panjang daripada orang dewasa pada umumnya. Apabila diperhatikan pengaruh iklan baik di media massa dan elektronik banyak menampilkan gambaran bahwa merokok adalah lambang kejantanan atau sebuah kesuksesan, membuat remaja terpicu untuk mengikuti perilaku tersebut dengan memanfaatkan karakteristik remaja, ketidaktahuan konsumen, dan ketidak berdayaan mereka yang sudah kecanduan merokok.

Karakteristik remaja yang erat dengan keinginan adanya kebebasan dan berontak dari norma – norma dimanfaatkan para pelaku industri rokok dengan memunculkan slogan – slogan promosi yang mudah tertangkap mata dan telinga. Slogan – slogan tidak hanya dipublikasikan melalui berbagai media elektronik dan media cetak, tetapi industri rokok pada saat ini banyak mensponsori setiap event anak muda seperti konser musik dan olahraga. Hampir setiap konser musik dan


(37)

3 event olahraga di Indonesia disponsori oleh industri rokok, secara khusus dalam event tersebut membagikan rokok gratis atau mudah mendapatkanya dengan menukarkan potongan tiket masuk acara tersebut.

Rokok sendiri sudah dibatasi dengan adanya peraturan daerah dengan membatasi kawasan bebas asap rokok, dan juga informasi akan bahaya rokok pun sudah tersebar dimana - mana baik di lingkungan pendidikan, lingkungan kesehatan dan di tempat umum lainnya, bahkan sudah tertera di setiap kemasan rokok, tetapi belum mampu mengatasi jumlah perokok. Berdasarkan permasalahan yang ada maka dengan merancang media informasi dampak asap rokok bagi remaja ini dapat lebih menumbuhkan rasa kepedulian ataupun kesadaran terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh asap rokok dan juga diharapkan dapat menjadi sebuah solusi akan peningkatan jumlah perokok di usia remaja yang semakin tahun semakin bertambah.


(38)

4 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasi masalahnya sebagai berikut :

Sifat adiksi pada nikotin yang terkandung di dalam rokok merupakan suatu penyebab mengapa terkadang orang harus mencoba berhenti berulang kali untuk dapat berhenti merokok.

Kurangnya kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan oleh asap rokok.

Informasi yang tersebar akan bahaya merokok sudah ada bahkan tertera di setiap kemasan rokok tetapi belum mampu menekan jumlah perokok.

Buku menjadi salah satu media informasi tertulis yang memiliki beraneka ragam dan jenis.

1.3 Fokus Permasalah

Fokus masalah yang terlihat adalah peningkatan jumlah perokok di usia remaja dan bagaimana cara membuat suatu perancangan media informasi untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan oleh asap rokok.

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan media informasi ini adalah bersifat menteror (menakut-nakuti) dan mempengaruhi sasaran secara mendalam.


(39)

5

BAB II

ROKOK DI KALANGAN REMAJA

2.1 Rokok

Rokok adalah suatu produk yang dihasilkan dengan memotong daun – daun tembakau dan bahan-bahan tambahan lainnya secara sempurna yang digulung atau diisi ke dalam suatu silinder berbahan kertas (secara umum kurang dari 120 mm panjangnya dan 10 mm garis tengah).

Rokok dinyalakan dari awal hingga akhir dan dibiarkan membara lalu dihisap hingga keluar asapnya. Pada umumnya rokok memakai penyaring atau filter. Rokok dihisap langsung melalui mulut, tetapi ada juga yang dinyalakan dengan suatu pipa rokok.

Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, yakni untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad ke-16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Namun, berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Catatan sejarah menyebutkan bahwa orang yang memperkenalkan rokok secara komersial adalah haji asal Kudus bernama Djamahari. Haji Djamahari diyakini sebagai pencipta rokok kretek dan mempopulerkannya pada sekitar tahun 1880. (Dian Oky Saktyowati, 2008)


(40)

6 Setiap kali menghirup asap rokok, baik sengaja atau tidak, berarti juga mengisap lebih dari 4.000 macam racun diantaranya bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan bahan yang digunakan dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), racun serangga (DDT), gas beracun (hydrogen cyanide) yang digunakan untuk yang mendapatkan hukuman mati, dan lain – lain. (Dedi Dwitagama, 2007)

Gambar 1.

Zat / bahan kimia yang terkandung di dalam rokok

Sumber : http://biussset6kami.blogspot.com/2010/10/08/kandungan-rokok/

Merokok sama dengan memasukkan atau menyebarkan racun-racun tadi ke dalam tubuh dan tentunya paru-paru. Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat dipungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya.


(41)

7 Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, bronkhitis, impotensi, serangan jantung, serta gangguan kehamilan, cacat pada janin dan penyakit berbahaya lainnya.

Gambar 2.

Bahaya asap rokok bagi kesehatan wanita hamil dan anak-anak Sumber: http://www.who.int/tobacco/en/

Survey badan kesehatan dunia WHO yang mengatakan, ada sekitar 3 juta kematian setiap tahunnya akibat asap rokok pada selama kurun waktu tahun 1990-an. Penyebabnya, bukan hanya kanker paru dan jantung yang dipicu oleh berbagai racun yang disemburkan setiap isapan rokok ke dalam tubuh, namun juga oleh banyak penyakit lain yang disebabkan perilaku merokok, baik secara aktif maupun pasif.


(42)

8 Alsagaff, Mukty (2010) berpendapat bahwa : Rokok merupakan faktor resiko Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) nomor satu. Pengaruh polusi udara pada PPOM tidak seberapa bila dibandingkan dengan rokok. Polusi udara terutama berperan memperberat PPOM pada perokok, tetapi pada bukan perokok hal ini kurang berperan, walaupun di Inggris peran asap diesel banyak dipermasalahkan. Teori hubungan rokok-PPOM yang saat ini digandrungi adalah peran keseimbangan oksidan-anti oksidan dalam pemeliharaan integritas paru. Oksidan berkemampuan merusak sel parenkim serta jaringan ikat dari ekstraseluler, melalui sifatnya sebagai bahan kimia yang elektrofilik reaktif. Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) adalah gangguan aliran udara yang progresif yang dapat menjurus ke kegagalan pernafasan. Dua unsur penyebab yang saling berkaitan adalah hilangnya kepegasan (loss of recoil) serta peningkatan tahanan saluran nafas kecil. Faktor risiko yang utama adalah rokok. (h. 246)

Data Statistik Perokok Indonesia – Data Laporan WHO untuk Indonesia Tahun 2008 :

Statistik Perokok dari kalangan anak-anak dan remaja Pria = 24.1% anak/remaja pria

Wanita = 4.0% anak/remaja wanita Atau 13.5% anak/remaja Indonesia

Statistik Perokok dari kalangan dewasa Pria = 63% pria dewasa

Wanita = 4.5% wanita dewasa Atau 34 % perokok dewasa


(43)

9 Jika digabungkan antara perokok kalangan anak remaja dan dewasa, maka jumlah perokok Indonesia sekitar 27.6%. Maka, setiap 4 orang Indonesia, terdapat seorang perokok. Angka persentase ini jauh lebih besar daripada Amerika saat ini yakni hanya sekitar 19% atau hanya ada seorang perokok dari tiap 5 orang Amerika. Pada tahun 1965, jumlah perokok Amerika Serikat adalah 42% dari penduduknya. Melalui program edukasi dan meningkatkan kesadaran untuk hidup sehat tanpa rokok (pelarangan iklan rokok di TV dan radio nasional), selama 40 tahun lebih Amerika berhasil mengurangi jumlah perokok dari 42% hingga kurang dari 20% di tahun 2008. Dari data WHO di atas, Indonesia, (65 juta perokok atau 28 % per penduduk; 225 miliar batang per tahun), dinobatkan sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China (390 juta perokok atau 29% per penduduk) dan India (144 juta perokok atau 12.5% per penduduk) dan diatas Rusia (61 juta perokok atau 43% per penduduk) dan Amerika Serikat (58 juta perokok atau 19 % per penduduk). Padahal dari jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 yaitu setelah China, India dan Amerika Serikat. Berbeda dengan jumlah perokok Amerika yang cenderung menurun, jumlah perokok Indonesia justru bertambah dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan rokok Indonesia pada periode 2000-2008 adalah 0.9 % per tahun. WHO pun mengingatkan bahwa rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Pada tahun 2008, lebih 5 juta orang mati karena penyakit yang disebabkan rokok. Ini berarti setiap 1 menit tidak kurang 9 orang meninggal akibat racun pada rokok. Angka kematian oleh rokok ini jauh lebih besar dari total kematian manusia akibat HIV/AIDS, tubercolis, malaria dan flu burung. (Angga, 2009).


(44)

10 2.2 Masa Remaja

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Sampai sekarang, memang tidak ada batasan yang jelas tentang masa remaja.

Hurlock (1973) membatasi masa remaja berdasarkan usia kronologis. Yaitu antara 13 hingga 18 tahun, masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. (Retnowati, 2010)

Ada juga batasan yang dibuat oleh lembaga Internasional. WHO misalnya mendefinisikan remaja adalah mereka dengan rentang usia 18-24 tahun.

Beberapa Psikolog membagi masa remaja ini menjadi 3 periode. Remaja awal (early adolescent), Remaja pertengahan (Middle adolescent), dan Remaja akhir (Late adolescent) dengan rentang usia 13-19 tahun. Mengenai remaja juga terdapat versi lain, pada masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun) terdapat beberapa fase (Monks, 1985), fase remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun), remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun) masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun) dan diantaranya juga terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya (Alya & Dyan, 2009).

IPPF (International Planned Parenthood Federation) & PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) mendefinisikan remaja dengan rentang usia 10-24 tahun. Batasan ini mengacu pada rentang usia dimana perubahan-perubahan fisik dan psikis manusia mulai mucul. Jadi, kira-kira usia 10 sampai 24 tahun adalah remaja.


(45)

11 2.3 Remaja dan Rokok

Latar belakang perilaku merokok beraneka ragam. Di kalangan remaja, pria dewasa dan orang tua. Usia paling rawan seseorang untuk memulai merokok adalah usia 10 (sepuluh) sampai dengan 19 (sembilan belas) tahun. Hal ini merupakan peralihan dari anak – anak menuju dewasa. Di masa ini, anak – anak dan remaja umumnya suka “mencoba-coba” hal yang baru, meskipun belum tahu akibatnya. (Dian Oky Saktyowati, 2008)

Faktor kemungkinan penyebab remaja mulai merokok diantaranya adalah :

1 Pengaruh Orangtua.

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Atkinson dalam Efri Widiyanti. 2007)

2 Pengaruh Teman

Berbagai bukti mengungkapkan bahwa jika seorang remaja perokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya merupakan perokok juga. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja perokok tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Di antara remaja perokok, sekitar 87% di antaranya mempunyai sekurang-kurangnya setu atau lebih sahabat yang perokok. (Dian Oky Saktyowati, 2008)


(46)

12 3 Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour (kemewahan), membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Penelitian WHO, badan kesehatan PBB, juga menyebutkan bahwa iklan rokok secara tidak langsung mendorong para remaja untuk bereksperimen dengan tembakau dan mencoba merokok. WHO juga menyatakan sudah terbukti bahwa larangan menyeluruh terhadap iklan produk tembakau mengurangi konsumsi tembakau. (Dian Oky Saktyowati, 2008)

Beberapa fakta lain dari penelitian WHO mengenai ketergantungan remaja pada rokok dapat diketahui bahwa : 1. Lebih dari 5 juta remaja dibawah usia 18 tahun akan

mempercepat kematian mereka akibat penyakit yang disebabkan oleh rokok.

2. Perokok berusia 18 tahun akan mempunyai paru-paru yang sama dengan perokok berusia 50 tahun.

3. Masalah merokok pada usia dini biasanya merupakan peringatan untuk berbagai masalah yang akan terjadi pada masa mendatang. Remaja yang merokok, akan 3 kali lebih besar kemungkinan mengkomsumsi minuman beralkohol, 8 kali kemungkinan mengkomsumsi marijuana, 22 kali kemungkinan mengkomsumsi kokain daripada remaja yang tidak merokok. Merokok juga seringkali dikaitkan dengan serangkaian tingkah laku resiko tinggi, termasuk perkelahian dan melakukan seks bebas. (olivia elena hakim, 2009)


(47)

13 Remaja yang merokok awal biasanya tidak loyal terhadap suatu merk rokok, cenderung acak dalam mengkonsumsi merk rokok tergantung pada kelompok yang didiaminya.

2.4 Kajian Permasalahan

Pada usia muda atau remaja yang penuh dengan rasa ingin tahu dan mencoba hal baru juga sangat rentan mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Hal – hal negatif lebih mudah diterima salah satunya adalah perilaku merokok. Selain berdampak buruk pada lingkungan dan orang lain, dari pengakuan para perokok sendiri mereka menyatakan bahwa merokok itu mudah memulainya tetapi sulit untuk menghentikanya. Perilaku merokok umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Alasan–alasan ini mengalahkan bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok itu sendiri, baik bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan.

Berdasar pada dampak negatif tersebut, larangan untuk tidak merokok banyak dilakukan baik berupa peraturan daerah ataupun berupa kampanye anti tembakau dan juga di tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan tempat-tempat umum lainnya terdapat larangan untuk tidak merokok. Namun, sebagian orang mengatakan bahwa larangan merokok di tempat umum melanggar hak asasi dari perokok itu sendiri. Sedangkan fakta yang ada adalah merokok ditempat umum melanggar hak asasi orang lain untuk menikmati udara bersih dan menyebabkan gangguan pada kesehatan.

Oleh karena itu dengan cara melakukan perancangan media informasi dampak asap rokok bagi remaja diharapkan dapat menjadi sebuah solusi akan peningkatan jumlah perokok di usia remaja yang semakin tahun semakin bertambah.


(1)

8 Alsagaff, Mukty (2010) berpendapat bahwa : Rokok merupakan faktor resiko Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) nomor satu. Pengaruh polusi udara pada PPOM tidak seberapa bila dibandingkan dengan rokok. Polusi udara terutama berperan memperberat PPOM pada perokok, tetapi pada bukan perokok hal ini kurang berperan, walaupun di Inggris peran asap diesel banyak dipermasalahkan. Teori hubungan rokok-PPOM yang saat ini digandrungi adalah peran keseimbangan oksidan-anti oksidan dalam pemeliharaan integritas paru. Oksidan berkemampuan merusak sel parenkim serta jaringan ikat dari ekstraseluler, melalui sifatnya sebagai bahan kimia yang elektrofilik reaktif. Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) adalah gangguan aliran udara yang progresif yang dapat menjurus ke kegagalan pernafasan. Dua unsur penyebab yang saling berkaitan adalah hilangnya kepegasan (loss of recoil) serta peningkatan tahanan saluran nafas kecil. Faktor risiko yang utama adalah rokok. (h. 246)

Data Statistik Perokok Indonesia – Data Laporan WHO untuk Indonesia Tahun 2008 :

Statistik Perokok dari kalangan anak-anak dan remaja Pria = 24.1% anak/remaja pria

Wanita = 4.0% anak/remaja wanita Atau 13.5% anak/remaja Indonesia

Statistik Perokok dari kalangan dewasa Pria = 63% pria dewasa

Wanita = 4.5% wanita dewasa Atau 34 % perokok dewasa


(2)

9 Jika digabungkan antara perokok kalangan anak remaja dan dewasa, maka jumlah perokok Indonesia sekitar 27.6%. Maka, setiap 4 orang Indonesia, terdapat seorang perokok. Angka persentase ini jauh lebih besar daripada Amerika saat ini yakni hanya sekitar 19% atau hanya ada seorang perokok dari tiap 5 orang Amerika. Pada tahun 1965, jumlah perokok Amerika Serikat adalah 42% dari penduduknya. Melalui program edukasi dan meningkatkan kesadaran untuk hidup sehat tanpa rokok (pelarangan iklan rokok di TV dan radio nasional), selama 40 tahun lebih Amerika berhasil mengurangi jumlah perokok dari 42% hingga kurang dari 20% di tahun 2008. Dari data WHO di atas, Indonesia, (65 juta perokok atau 28 % per penduduk; 225 miliar batang per tahun), dinobatkan sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China (390 juta perokok atau 29% per penduduk) dan India (144 juta perokok atau 12.5% per penduduk) dan diatas Rusia (61 juta perokok atau 43% per penduduk) dan Amerika Serikat (58 juta perokok atau 19 % per penduduk). Padahal dari jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 yaitu setelah China, India dan Amerika Serikat. Berbeda dengan jumlah perokok Amerika yang cenderung menurun, jumlah perokok Indonesia justru bertambah dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan rokok Indonesia pada periode 2000-2008 adalah 0.9 % per tahun. WHO pun mengingatkan bahwa rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Pada tahun 2008, lebih 5 juta orang mati karena penyakit yang disebabkan rokok. Ini berarti setiap 1 menit tidak kurang 9 orang meninggal akibat racun pada rokok. Angka kematian oleh rokok ini jauh lebih besar dari total kematian manusia akibat HIV/AIDS, tubercolis, malaria dan flu burung. (Angga, 2009).


(3)

10 2.2 Masa Remaja

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Sampai sekarang, memang tidak ada batasan yang jelas tentang masa remaja.

Hurlock (1973) membatasi masa remaja berdasarkan usia kronologis. Yaitu antara 13 hingga 18 tahun, masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. (Retnowati, 2010)

Ada juga batasan yang dibuat oleh lembaga Internasional. WHO misalnya mendefinisikan remaja adalah mereka dengan rentang usia 18-24 tahun.

Beberapa Psikolog membagi masa remaja ini menjadi 3 periode. Remaja awal (early adolescent), Remaja pertengahan (Middle adolescent), dan Remaja akhir (Late adolescent) dengan rentang usia 13-19 tahun. Mengenai remaja juga terdapat versi lain, pada masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun) terdapat beberapa fase (Monks, 1985), fase remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun), remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun) masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun) dan diantaranya juga terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya (Alya & Dyan, 2009).

IPPF (International Planned Parenthood Federation) & PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) mendefinisikan remaja dengan rentang usia 10-24 tahun. Batasan ini mengacu pada rentang usia dimana perubahan-perubahan fisik dan psikis manusia mulai mucul. Jadi, kira-kira usia 10 sampai 24 tahun adalah remaja.


(4)

11 2.3 Remaja dan Rokok

Latar belakang perilaku merokok beraneka ragam. Di kalangan remaja, pria dewasa dan orang tua. Usia paling rawan seseorang untuk memulai merokok adalah usia 10 (sepuluh) sampai dengan 19 (sembilan belas) tahun. Hal ini merupakan peralihan dari anak – anak menuju dewasa. Di masa ini, anak – anak dan remaja umumnya suka “mencoba-coba” hal yang baru, meskipun belum tahu akibatnya. (Dian Oky Saktyowati, 2008)

Faktor kemungkinan penyebab remaja mulai merokok diantaranya adalah :

1 Pengaruh Orangtua.

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Atkinson dalam Efri Widiyanti. 2007)

2 Pengaruh Teman

Berbagai bukti mengungkapkan bahwa jika seorang remaja perokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya merupakan perokok juga. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja perokok tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Di antara remaja perokok, sekitar 87% di antaranya mempunyai sekurang-kurangnya setu atau lebih sahabat yang perokok. (Dian Oky Saktyowati, 2008)


(5)

12 3 Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour (kemewahan), membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Penelitian WHO, badan kesehatan PBB, juga menyebutkan bahwa iklan rokok secara tidak langsung mendorong para remaja untuk bereksperimen dengan tembakau dan mencoba merokok. WHO juga menyatakan sudah terbukti bahwa larangan menyeluruh terhadap iklan produk tembakau mengurangi konsumsi tembakau. (Dian Oky Saktyowati, 2008)

Beberapa fakta lain dari penelitian WHO mengenai ketergantungan remaja pada rokok dapat diketahui bahwa : 1. Lebih dari 5 juta remaja dibawah usia 18 tahun akan

mempercepat kematian mereka akibat penyakit yang disebabkan oleh rokok.

2. Perokok berusia 18 tahun akan mempunyai paru-paru yang sama dengan perokok berusia 50 tahun.

3. Masalah merokok pada usia dini biasanya merupakan peringatan untuk berbagai masalah yang akan terjadi pada masa mendatang. Remaja yang merokok, akan 3 kali lebih besar kemungkinan mengkomsumsi minuman beralkohol, 8 kali kemungkinan mengkomsumsi marijuana, 22 kali kemungkinan mengkomsumsi kokain daripada remaja yang tidak merokok. Merokok juga seringkali dikaitkan dengan serangkaian tingkah laku resiko tinggi, termasuk perkelahian dan melakukan seks bebas. (olivia elena hakim, 2009)


(6)

13 Remaja yang merokok awal biasanya tidak loyal terhadap suatu merk rokok, cenderung acak dalam mengkonsumsi merk rokok tergantung pada kelompok yang didiaminya.

2.4 Kajian Permasalahan

Pada usia muda atau remaja yang penuh dengan rasa ingin tahu dan mencoba hal baru juga sangat rentan mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Hal – hal negatif lebih mudah diterima salah satunya adalah perilaku merokok. Selain berdampak buruk pada lingkungan dan orang lain, dari pengakuan para perokok sendiri mereka menyatakan bahwa merokok itu mudah memulainya tetapi sulit untuk menghentikanya. Perilaku merokok umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Alasan–alasan ini mengalahkan bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok itu sendiri, baik bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan.

Berdasar pada dampak negatif tersebut, larangan untuk tidak merokok banyak dilakukan baik berupa peraturan daerah ataupun berupa kampanye anti tembakau dan juga di tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan tempat-tempat umum lainnya terdapat larangan untuk tidak merokok. Namun, sebagian orang mengatakan bahwa larangan merokok di tempat umum melanggar hak asasi dari perokok itu sendiri. Sedangkan fakta yang ada adalah merokok ditempat umum melanggar hak asasi orang lain untuk menikmati udara bersih dan menyebabkan gangguan pada kesehatan.

Oleh karena itu dengan cara melakukan perancangan media informasi dampak asap rokok bagi remaja diharapkan dapat menjadi sebuah solusi akan peningkatan jumlah perokok di usia remaja yang semakin tahun semakin bertambah.