Laporan Praktek Kerja lapangan PKL Di PT Mangle Panglipur Bandung

(1)

1

Manglé adalah salah satu majalah berbahasa Sunda yang terbit sekali sebulan, didirikan di Bogor, 21 November 1957. Pendiri majalah ini diantarannya adalah Oeton Moechtar, Rochamina Sudarmika, Wahyu Wibisana, Sukanda Kartasasmita, Saléh Danasasmita, Utay Muchtar, dan Alibasah Kartapranata. Yang pertama mengidekan kata Manglé adalah Wahyu Wibisana, yang artinya bahasa Sunda ranggeuyan kembang atau untayan bunga. Pada awalnya diterbitkan satu bulan sekali, namun di tahun 1965 terbit satu minggu sekali. Dalam sejarah media bahasa Sunda, Manglé termasuk paling eksis. Pada dekade tahun 1960-an, oplah majalah ini sempat sampai 90.000 eksemplar. Sampai sekarang Manglé masih beredar.

Manglé dalam bahasa Sunda berarti untaian bunga melati penghias sanggul perempuan, yang konon makin lama makin harum baunya. Dalam Kamus Umum Basa Sunda (1967), Manglé dapat diartikan sebagai berikut :

Manglé, 1. untaian kekembangan, daun pandan meunang nyisik jste. Sok dipake ku awewe, dina gelung gede sarta seungit.

Lazimnya, Manglé digunakan pada upacara-upacara pernikahan sebagai penghias rambut mempelai wanita dan penghias keris pria. Bagi orang Sunda, Manglé berarti kesesuaian atau keindahan yang sakral. Oleh karena itu, tak salah bila nama Manglé dipilih, dan diharapkan oleh pendiri majalah ini, kelak akan seindah dan seharum namanya.


(2)

Manglé terbit pertama kali pada tanggal 21 Oktober 1957 di Bogor dengan oplag 500 eksemplar. Namun edisi perdananya sendiri baru diedarkan tanggal 21 Nopember 1957, itupun dibagikan secara gratis. Tanggal 21 Nopember itulah yang kemudian ditetapkan sebagai titimangsa atau hari kelahiran Majalah Manglé. Di usianya yang ke-49, Manglé mampu bertahan hingga kini dengan oplag 4000 eksemplar. Bila kita lihat pada saat itu majalah yang berbahasa Sunda bukan hanya Majalah Manglé saja pada saat itu. Ada pula majalah-majalah lain yang jika dilihat segi usia dan pengalaman lebih dari yang dimiliki Manglé. Hal itu dianggap sebagai usaha untuk lebih meningkatkan usaha positif kearah pengembangan majalah. Pada saat ini Majalah Manglé merupakan majalah satu-satunya yang menggunakan bahasa Sunda. Penggunaan bahasa Sunda ini menjadikan keunikan Majalah Manglé pada saat ini yang tidak pada majalah lain. Oeton Muctar, Ny. Rochamina Sudarmika, Saleh Danasasmita, Wahju Wibisana, Sukanda Kartasasmita, Ali Basyah dan Abdulah Romli adalah orang-orang yang mencetuskan selikaligus mengerjakan ide penerbitan Majalah Manglé.

Tanggal 21 Nopember 1957 itulah yang kemudian ditetapkan sebagai lahirnya Majalah Manglé. Sejak saat itu setiap bulan Majalah Manglé mengunjugi pelanggannya, ternyata dalam kurun waktu yang relatif singkat majalah ini telah mendapatkan simpati masyarakat. Ini terbukti semakin menaiknya oplag pada setiap penerbitannya. Pada bulan Desember 1962, Manglé pindah ke Bandung dengan alamat kantor Jl. Buah Batu No. 43 Bandung. Ada beberapa alasan yang menjadi bahan pertimbangan kepindahan tersebut. Bandung adalah pusat pemerintahan dan


(3)

budaya Jawa Barat, mempunyai nilai-nilai historis dan kultural, dan tentu saja lebih memberi kemungkinan terhadap semakin meluasnya daerah pemasaran Manglé. Pada tahun 1971 kantor Manglé pindah ke alamat Jl. Lodaya No. 19-21 Bandung, dengan status milik sendiri, sehingga tidak ada kekhawatiran lagi untuk selalu pindah-pindah. Sejak saat itu majalah Manglé terbit sebagai majalah mingguan setiap hari Kamis. Pilihan ini terbukti tepat, Pada bulan Desember 1973 Manglé pindah ke Bandung, setelah tiga tahun semenjak kepindahannya, Manglé mampu terbit dua kali dalam sebulan dengan oplag yang 140 kali lipat edisi awal, yakni 70.000 eksemplar per-edisi. Teristimewa lagi pada saat itu Manglé sudah mampu terbit sebulan dua kali.

Sebagaimana pers Sunda lainnya, kelahiran Manglé pada mulanya berawal dari kepedulian sejumlah orang terhadap budaya Sunda. Mereka adalah : Oeton Moechtar, Rochamina Sudarmika, Saleh Danasasmita, Wahyu Wibisana, Sukanda Kartasasmita, Ali Basyah dan Abdullah Romli. Keinginan Manglé untuk melestarikan kebudayaan daerah tersebut sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah tentang kebudayaan nasional, yaitu untuk melestarikan, membina dan mengembangkan kebudayaan daerah dalam rangka kebudayaan nasional.

Majalah Manglé edisi pertama yang diberi nama Sekar Manglé tersebut penampilannya masih begitu sederhana. Untuk sampul muka, warna yang digunakan hanyalah hitam putih dan terlihat buram. Frekuensinya pun hanyalah 1 bulan sekali. Tebal majalah hanya 20 halaman, dengan ilustrasi yang terkesan asal-asalan. Hal ini disebabkan foto yang digunakan sebagai ilustrasi tersebut foto yang ada di percetakan, sehingga tidak berhubungan dengan isi berita. Bentuk dan isi majalah


(4)

juga masih belum mantap. Naskah yang kebetulan ada, itulah yang dikirim ke percetakan “Dewi Sartika” di Bogor.

Satu hal yang patut dicatat, sejak kami beralamat di kantor sekarang, Manglé terbit sebagai majalah mingguan. Setiap hari Kamis dengan setia Manglé keluar dari percetakan dengan berbagai hidangan untuk memenuhi selera pembacanya.

Pada awalnya Manglé dicetak dengan sistem letter-press, dengan tempat percetakan berpindah-pindah. Dengan alasan utama untuk memuaskan kehendak pembacanya dan sejak tahun 1973 Manglé dicetak dengan offset di Percetakan Ekonomi. Makin hari makin terasa, bahwa mutu sebuah majalah tidak hanya ditentukan oleh isi, namun juga oleh perwajahan dan tata letaknya. Ais Pangampih (pengasuh) Manglé menyadari akal hal ini, apalagi jika dikaitkan dengan persaingan terhadap majalah lain yang tampil lebih baik.

Itulah yang diidam-idamkan. Dan Alhamdulillah, sejak bulan Oktober 1980 keseluruhan majalah Manglé dicetak dengan mesin milik sendiri. Hal ini menjadi leluasa untuk memudahkan mekanisme kerjanya.

Sesuai dengan perkembangan perekonomian di Indonesia yang terkena krisis monteter, maka pada tahun 1998-an Manglé pun ikut terkena dampaknya. Hal ini, ditambah dengan perubahan infra struktur pemerintahan. Diantara dampak sangat menonjol adalah penurunan oplag. Hal ini karena dinas penerangan dan dinas-dinas lainnya, secara serentak mengundurkan diri untuk tidak berlangganan lagi. Penurunan tersebut juga berakibat pada kalkulasi manajemen keuangan, dimana spekulasi tidak bisa dilakukan pada kondisi situasi yang tidak menentu. Oleh karena itu, sejak itu


(5)

hingga sekarang Oplag Manglé berkisar 4000 eksempelar per-edisi dalam satu minggu, dengan perhitungan titik impas antara pemasukan dan pengeluaran serta efesiensinya bisa diatasi.

Pada masa “ keemasan” penerbitan mass media berbahasa Sunda, sekitas awal tahun 1960-an, sempat ada lebih dari sepuluh majalah secara bersamaan. Tetapi, hanya Manglé yang bisa bertahan sampai sekarang. Dengan persaingan majalah-majalah hiburan baru dan perkembangan zaman dan teknologi yang secara tidak langsung menggeserkan kebudayaan bangsa ini. Manglé merupakan majalah hiburan yang menggunakan bahasa Sunda yang masih bisa bertahan sampai sekarang. Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa masih ada sebagian orang masih mempertahankan dan masih ada yang berminat dengan majalah bahasa daerahnya ditengah-tengah orang–orang yang sudah mulai kehilangan jati dirinya sebagai orang daerah tersebut.

Adapun visi Manglé adalah : Manglé jadi kebanggaan (kareueus) urang Sunda satungtung hirup (saumur hidup). Sedangkan misinya, meliputi : 1. Ingin menjaga, memelihara basa, sastra dan filosofi Ki Sunda. 2. Menjadi media komunikasi orang-orang Sunda sampai akhir zaman. 3. Menjaga dan melestarikan budaya Sunda dengan berbagai kalangan etnis lainnya. 4. Profit orientied yang seimbang, antara rasa memiliki terhadap Sunda dengan tarah hidup pada masanya. Dengan kata lain Manglé ingin Melestarikan Sastra, Basa dan Budaya Sunda sampai akhir zaman. Dan motto Manglé adalah : Sukaning Indriya Gapuraning Rahayu (kegembiraan dan kesenangan indera merupakan gerbang menuju kebahagiaan)


(6)

1.1.1.Logo Manglé

Majalah merupakan salah satu media pers yang diproses melalui percetakan seperti halnya surat kabar, buku bacaan, booklet dan media-media cetak lainya yang dapat di golongkan sejenisnya. Dalam arti luas pers meliputi berbagai media massa seperti radio, film, televisi dan alat-alat yang dapat dipergunakan dalam menyampaian pesan atau berita, baik yang bersifat penerangan ataupun hiburan, dari suatu organisasi ataupun perorangan yang ditujuan kepada suatu kelompok masyarakat. Salah satu cara untuk menyelenggarakan komunikasi itu adalah melalui media majalah. Majalah adalah salah satu media yang penerbitannya berlangsung secara preodik, dan ini merupakan salah satu syarat penerbitan sebuah majalah. Jadi bisa dikatakan majalah adalah tempat penyimpaan berita artikel yang diterbitkan secara berkala atau memiliki sistem periodik dalam penerbitanya.

Daya tarik visual mengacu pada penampilan sampul atau label suatu produk yang mencakup warna, logo, ilustrasi, tipografi serta tata letak. Seluruhnya dikombinasikan untuk menciptakan suatu kesan menyeluruh untuk mutu daya tarik visual secara optimal. Daya tarik visual berhubungan dengan faktor emosi dan psikologi yang terletak pada bawah sadar manusia, desain yang baik memiliki efek positif sebagian besar tak kita sadari karena komsumen umumnya tidak menyadari bahwa mereka dipengaruhi oleh desain dan mereka tidak menganalisa setiap unsurnya.

Dengan alasan tersebut diatas majalah Manglé ingin menyesuaikan dengan selera pasar dan selera untuk konsumen baru maka melakukan perubahan-perubahan salah satunya pada sampul majalahnya. Manglé merupakan majalah hiburan yang


(7)

mengunakan bahasa Sunda yang masih bisa bertahan sampai sekarang. Pada saat ini Majalah Manglé merupakan majalah satu-satunya yang mengunakan bahasa sunda. Penggunaan bahasa sunda ini menjadikan keunikan majalah Manglé pada saat ini yang tidak pada majalah lain. Terlihat pada logo di bawah ini.

Gambar 1.1 Logo Manglé

Sumber : Arsip PT. Manglé Panglipur, 1973.

1.1.2. Profil Majalah Manglé

Spesifikasi teknis Majalah Manglé adalah sebagai berikut : Ukuran Majalah : 21 cm x 29 cm

Tebal : 74 halaman

Jenis kertas : cover : Art paper 100 gram, isi hitan putih: kertas koran, 4 halaman warna kertas HVS.

Luas Cetak : 25 cm x 19 cm dengan 3 (tiga) kolom Typography : MCS Photo type setting


(8)

Type huruf : English, Univers, Souvenirs, Korina, Oracle Helios Penjilidan : Jahit punggung dengan kawat

Frekuensi terbit : Mingguan, terbit tiap hari Kamis

Harga : 10.000,-

1.1.3. Kebijakan Materi

Untuk menentukan materi atau isi rubrikasi Majalah Manglé, ditentukan melalui rapat redaksi dengan tetap konsisten mempunyai nilai hiburan, dan mengetengahkan aspek-aspek budaya Sunda, khususnya di Jawa Barat. Disamping itu mengemas juga masalah-masalah nasional dan internasional yang tetap terfokus kepada masalah kebudayaan.

1.1.4. Rubrikasi Majalah Manglé

Rubrikasi yang terdapat dalam Majalah Manglé adalah sebagai berikut : 1. Tamu/Profil : Rubrik untuk mengenalkan tokoh-tokoh

2. Nyingraykeun Lalangse Aheng : Memuat tulisan - tulisan yang dianggap masyarakat mempunyai nilai magis, pengobatan tradisional yang selamanya tidak menghilangkan nilai-nilai agama.

3. Lawang Saketeng : Rubrik pembuka dari redaksi

4. Katurug Katutuh : Memuat tulisan-tulisan kejadian masyarakat yang jatuh tertimpa tangga.


(9)

6. Munara Cahaya : Rubrik yang memuat tulisan, baik dari luar maupun dari dalam tentang bahasan Agama Islam.

7. Implik-implik : Memuat tulisan-tulisan kebiasaan, hiburan atau sisi lain yang unik dari masyarakat.

8. Kingkilaban : Memuat sekilas berita atau info, gosif yang menarik dari para tokoh, artis, budayawan Sunda.

9. Carita Pondok (Carpon) : Memuat tulisan-tulisan dari luar karya-karya cerita pondok.

10. Carita Nyambung : Memuat tulisan cerita yang bersambung

11. Cartibag (Carita Tilu Bagian) : Memuat tulisan cerita dalam tiga bagian tapi dalam tulisan yang tidak bersambung.

12. Kolom : Memuat karya-karya atau artikel yang mempunyai pandangan lebih kritis, tajam dan ilmiah.

13. Manglé Alit : Rubrik yang didalamnya memuat tulisan anak-anak sampai usia SMP.

14. Manglé Rumaja : Rubrik yang didalamnya memuat tulisan kaum remaja sampai mahasiswa S-1.


(10)

15. Katumbiri : Rubrik yang memuat tulisan-tulisan berita daerah atau berita lainnya, baik masalah kemasayarakat, budaya maupun yang lainnya. 16. Bale Bandung : Memuat tulisan kritis tentang budaya Sunda

17. Sajak : Bentuk puisi sunda modern

18. Dangding : Bentuk puisi sunda gaya lama

19. Bahasan : Uraian mengenai permasalahan secara objektif. Tulisan ini berbentuk artikel mencakup masalah-masalah ekonomi, lingkungan, kebudayaan, pendidikan dan masalah lainnya.

20. Nyusur Galur Mapay Raratan : Memuat tulisan-tulisan tentang sejarah-sejarah yang ada hubungan dengan budaya Sunda. 21. Barakatak : Keistimewaan rubrik ini adalah selalu

me-nampilkan humor yang memancing tawa pembaca, serta dikemas dalam bentuk tulisan yang pendek. Yang masuk dalam rubrik ini : Hahaha, Pengalaman Para Mitra, dan Cerita Lucu.

22. Lempa Lempi Lempong : Rubrik yang memuat tulisan tanya jawab kritis tapi humoris.


(11)

Untuk melihat para pelanggan suka atau tidak suka Manglé selalu mengadakan angket. Dan berdasarkan angket tersebut, kami bisa mengetahui rubrik-rubrik mana yang paling disukai dan tidak disukai. Selain itu, agar bisa menjangkau lapisan pembaca seluas mungkin, maka rubriknya pun terus ditambah seperti untuk kalangan anak-anak disediakan rubrik Manglé Alit, sedangkan untuk kalangan remaja disediakan rubrik Manglé Rumaja. Demikian juga untuk pembaca kalangan wanita, telah disediakan setiap minggu ketiga, edisi khusus untuk pembaca wanita.

1.1.5. Prioritas Penyajian

Secara teori, prioritas penyajian di Manglé dapat dibagi dalam hitungan sebagai berikut :

Hiburan dan Human Interest : 55 % Budaya dan Sejarah : 20 % Agama dan Pendidikan : 20 % Informatif News, dan sebagainya : 5%

Memajukan masyarakat dan peradaban Sunda dengan cara menyajikan penulisan berbahasa Sunda yang mengutamakan peningkatan pengamalan ajaran agama, keharmonisan sosial dan apresiasi terhadap budaya daerah untuk mewujudkan kesalehan sosial. Maksudnya tidak lain agar kehadirannya di masyarakat tidak ditinggalkan pembaca.


(12)

1.1.6. Strategi Pemasaran Untuk Mempertahankan Majalah Manglé 1.1.6.1. Pengelolaan Keredaksian Majalah Manglé

Pengelolaan keredaksian atau manajemen editorial sebuah media dilandasi oleh idealisme media tersebut. Idealisme berkaitan dengan visi dan misi media tersebut untuk hadir di tengah masyarakat. Pengelolaan di bidang ini berkaitan dengan kerja para redaktur dan wartawan untuk menyajikan isi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan para pembacanya.

Sejak pertama kali terbit tahun 1957, Majalah Manglé hadir bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Sunda. Oleh karena itu Manglé menggunakan bahasa Sunda. Selain itu, Manglé melaksanakan fungsinya sebagai media yang memberikan informasi dan hiburan bagi masyarakat. Majalah berbahasa Sunda tertua ini bersemboyan Sukaning Indriya Gapuraning Rahayu. Oeton Moechtar, pendiri Majalah Manglé memaparkan arti semboyan tersebut, yaitu menciptakan rasa kegembiraan, untuk membukakan pintu kebahagiaan (pada diri pembaca Manglé). Maka sejak terbit pertama kali, hingga tahun 1970-an Manglé tampil sebagai majalah yang mengutamakan tulisan-tulisan bersifat menghibur. Terutama cerita pendek, guyon (humor), pangalaman para mitra (semacam anekdot). Di antara tulisan-tulisan hiburan itu, kadang-kadang terselip cerpen bernilai sastra, atau esai dan kritik.

Sepeninggal Oeton Moechtar (1980), penampilan majalah Manglé mengalami perubahan. Manglé tidak hanya sekedar majalah "hiburan", tetapi juga menjadi majalah "berita". Pemuatan tulisan-tulisan bercorak news yang tadinya hanya sekitar 20% dari seluruh isi, saat ini mencapai 50% atau sama banyak dengan tulisan-tulisan


(13)

"hiburan" yang bersifat fiksi. Berita-berita seremonial yang mengandung "pesan sponsor" cukup mendominasi. Delapan hingga sepuluh halaman rubrik Katumbiri berisi berita-berita spot news dari daerah-daerah, ditambah satu atau dua halaman rubrik Prang Pring yang juga berisi berita-berita (terutama tentang artis, film dan kegiatan budaya kontemporer). Padahal hal-hal sejenis sudah ada pada rubrik Kingkilaban dua halaman, yang memuat profil para tokoh, namun sering didominasi tokoh artis populer. Rubrik Tamu menonjolkan profil seorang tokoh penting, Nyingraykeun Lalangse Aheng, tentang berbagai hal yang aneh-aneh, Katurug Katutuh merupakan kisah derita seseorang (mirip rubrik Oh Mama, Oh Papa dalam sebuah majalah ibu kota), dan Balewatangan merupakan reportase peristiwa di persidangan.

Menurut pemimpin umum majalah Manglé, Drs. H. Oedjang Daradjatoen,sesuai dengan sifatnya "Majalah Panglipur Basa Sunda", sebagian besar isi Manglé adalah tulisan-tulisan hiburan. Namun demikian hiburan tersebut tetap misinya untuk melestarikan budaya, sastra, basa Sunda sampai ahir zaman. Begitu juga dengan adanya tuntutan perkembangan zaman, serta penjabaran idealisme para pendiri, sekarang Manglé tampil dengan berbagai tulisan yang meliputi berbagai aspek kehidupan di antaranya pendidikan, agama, hukum, ekonomi, sejarah dan lain-lain. Walaupun merangkum berbagai aspek kehidupan, tambah Oedjang, salah satu ciri khas Manglé adalah dalam segi penyajian tulisan. Masalah yang dianggap "berat" untuk diturunkan menjadi tulisan, disunting sedemikian rupa yang akhirnya terasa


(14)

menjadi "ringan". Itulah sebabnya, tambah Oedjang, ketika sudah berada di tangan pembaca, Manglé bisa dikonsumsi dengan tanpa mengerutkan kening kepala.

Pengelolaan bidang redaksi berhubungan dengan kerja para staf redaksi untuk menyajikan tulisan dalam rubrik-rubrik yang ada di dalam majalah Manglé. Pada penerapan manajemen editorial, tahap planning atau perencanaan berkaitan dengan penentuan news policy yaitu menentukan tulisan mana yang layak untuk dimuat, pengadaan rapat redaksi, perumusan dan pengembangan pedoman kerja bidang redaksi, penentuan prosedur kerja, penyusunan program kerja serta penentuan besarnya anggaran peliputan.

Oleh karena itu, walaupun pada kenyataanya banyak tantangan yang berat terutama dari dampak globalisaasi dengan pemakaian bahasa non daerah, tapi minimalnya, kami merasa dengan keadaan yang ada, sedikit lebih baik ketimbang tidak sama sekali. Manglé telah menjadi media interaksi dan apresiasi budayawan Sunda untuk menulis dan menganalisa permasalah-permasalahan yang ada hubungan dengan Sunda.

Menurut Litbang yang juga wakil pemimpin redaksi I Manglé, Karno Kartadibrata, Di era globalasiasi ini tentunya Manglé melihat zaman sebagai sunatulloh, hukum alam memang harus berjalan seperti ini. Hanya kita sebagai manusia harus bisa memimpin alam ini. Orang Sunda pun demikian. Tidak harus pesimis basa Sunda berhadapan dengan zaman. Karena zaman bukan milik orang Inggris, bukan milik bahasa Indonesia, tapi alam harus dipimpin oleh manusia dengan kejujuran, khususnya dengan berbudaya yang baik.


(15)

Kemudian juga dalam persoalan dampak globalisasi, menurut Litbang Manglé, sangat menyadari bahwa akan mengalami penurunan komunikasi dalam berbahasa Sunda. Tapi ini juga tergantung orang Sunda sendiri, apakah masih merasakan bahasa Sunda sebagai bahasanya atau bahasan Sunda akan diberikan kepada orang lain. Sebagai media yang juga profit orientied tentunya sekarang muncul berbagai media Sunda lainnya, ini sebagai saingan. Kenapa? karena mereka akan mencari pelanggan yang statusnya orang Sunda. Tapi secara apresiasi Ki Sunda, bukan menjadi tantangan tapi sebagai mitra kerja dalam rangka melestarikan budaya Sunda.

Oleh karena itu, untuk tetap eksis ditengah-tengah arus globalisasi, Manglé tidak juga menutup diri, yaitu diterapkan news policy, yaitu tulisannya meliputi berbagai aspek kehidupan di antaranya kebudayaan (khususnya Sunda), pendidikan, agama, hukum, ekonomi, sejarah dan lain-lain. Sedangkan berita yang dimuat adalah kebanyakan berita lokal dan dan sedikit berita nasional. Kemudian, redaksi Manglé juga membuat kebijakan yang berbau komersil, demi menambah pemasukan perusahaan yang cukup dibutuhkan. Salah satunya dengan dibukanya rubrik Katumbiri. Dalam rubrik ini, lembaga atau masyarakat umum bisa menggunakannya sebagai ajang promosi melalui tulisan artikel dan foto. Misalnya artikel tentang kawasan wisata atau kegiatan suatu lembaga, organisasi atau perusahaan. Dalam hal ini, pihak yang berpromosi, memberi kompensasi dengan harga yang disepakati atau dengan membeli Manglé sesuai dengan jumlah eksemplar tertentu. Selain itu, Manglé juga bisa menampilkan profil seseorang tokoh atas permintaan. Hal ini juga semata


(16)

untuk memberikan kepada berbagai kalangan, baik dari berbagai daerah maupun para pengusaha untuk bisa berapresiasi dalam bahasa Sunda.

Untuk bagian tulisan fiksi, ceritanya berbagai macam dan bebas, bisa berasal dari penulis Manglé maupun dari kiriman pembaca, bisa juga merupakan terjemahan dari cerita bahasa asing karya penulis ternama. Cerita yang dimuat harus mematuhi norma-norma yang berlaku, tidak melanggar etika dan moral.

Dan untuk menentukan topik, tetap redaksi Manglé selalu mengadakan rapat seminggu sekali setiap hari Senin. Sebelumnya, di awal bulan sudah tersusun agenda untuk satu bulan. Wartawan bisa mengusulkan topik apa saja ketika rapat, tapi keputusan tetap pada hasil rapat.

Tahap selanjutnya organizing yang bertujuan menetapkan dan mendeskripsikan hubungan kerja dalam bidang ini. Di bagian redaksi ada 10 orang yang bekerja di dalamnya, yaitu pemimpin redaksi, dua redaktur pelaksana, empat reporter, ilustrator, fotografer dan koordinator responden.

Pembagian tugas di bagian redaksi, tidak hanya melaksanakan tugas redaksional saja, tetapi juga tugas bagian perusahaan, yaitu periklanan dan pemasaran. Kedua hal tersebut dilakukan bersamaan.

Selanjutnya adalah tahap actuating yaitu kegiatan menggerakkan setiap staf redaksi untuk melakukan tugasnya dengan baik dan tepat waktu. Setelah rapat redaksi, masing-masing staf sudah mengetahui tugasnya. Karena Manglé terbit tiap hari Kamis, maka semua tulisan sudah harus masuk dan naik cetak pada hari Selasa. Dalam pelaksanaannya, apabila berita yang dicari tidak tercapai, maka tiap staf


(17)

biasanya diharuskan memiliki tulisan cadangan yang bisa digunakan apabila dalam keadaan terdesak deadline. Masing-masing reporter biasanya mendapat tugas untuk menyusun 2-3 tulisan. Tulisan cadangan biasanya berasal dari kiriman pembaca, koresponden dan penulis freelance. Sehingga, redaksi tidak pernah kehabisan stok cadangan tulisan. Untuk bagian tulisan fiksi, tugasnya memilih dan mengedit tulisan, sehingga layak muat.

Tahap terakhir yaitu controlling atau pengawasan. Setiap minggu pelaksanaan tugas staf redaksi dikontrol, untuk berjaga-jaga apabila ada perubahan narasumber sehingga dapat diantisipasi. Hal ini dilakukan, agar wartawan sudah bersiap dari awal, dengan menyediakan narasumber cadangan. Pengawasan juga dilakukan ketika rapat redaksi, yaitu diadakan evaluasi pelaksanaan tugas redaksi secara menyeluruh. Sedangkan pengawasan jangka panjang, dilakukan survei pada pembaca setiap satu tahun sekali.

1.1.6.2. Manajemen Perusahaan Majalah Manglé

Pengelolaan di bagian perusahaan berkaitan dengan pengelolaan pemasaran dan periklanan. Audiens media yang berhubungan dengan bagian periklanan adalah perorangan, perusahaan, maupun instansi pemerintah yang ingin memanfaatkan media massa sebagai tempat untuk mempublikasikan produk atau jasa mereka. Audiens media yang berhubungan dengan bagian pemasaran adalah para pembeli dan pembaca Majalah Manglé. Bagian pemasaran hams memastikan bahwa majalah ini dapat sampai ke tangan pembaca tepat pada waktunya. Bagian pemasaran juga harus


(18)

memperbanyak pelanggan dan memperluas wilayah peredaran agar dapat meningkatkan oplag.

Tugas pokok periklanan yaitu menjual kolom-kolom majalah kepada perusahaan, instansi, dan masyarakat untuk dijadikan tempat berpromosi. Untuk itu bidang periklanan harus mengetahui profil pembacanya sehingga bisa mengetahui sasaran kegiatan periklanan tersebut.

Masalah periklanan merupakan salah satu kendala yang dihadapi Manglé, juga media berbahasa Sunda lainnya. Menurut keterangan Dedi Asmarahadi, Bagian Iklan dan Pemasaran Manglé pemasukan dari iklan, hanya mencapai 15% dari keseluruhan. Menurutnya, iklan yang dimuat Manglé memang tidak banyak, hanya memuat kurang lebih delapan buah iklan. Itupun iklan yang relatif sama pada tiap edisinya, seperti iklan stasiun radio di Bandung, surat kabar, Bank Jabar dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Walaupun demikian, ada waktu-waktu tertentu ketika banyak iklan ucapan selamat yang dimuat, seperti pada waktu lebaran dan tahun baru. Atau ketika ada ulang tahun suatu lembaga dan pelantikan pejabat baru. Untuk menyiasati kurangnya pemasukan iklan, Manglé membuka rubrik Katumbiri, sejenis rubrik advetorial. Dalam rubrik ini, lembaga atau masyarakat umum bisa menggunakannya sebagai ajang promosi melalui tulisan artikel dan foto. Misalnya artikel tentang kawasan wisata atau kegiatan suatu lembaga, organisasi atau perusahaan. Dalam hal ini, pihak yang berpromosi, memberi kompensasi dengan tarif yang disepakati atau dengan membeli Manglé sesuai dengan jumlah eksemplar tertentu.


(19)

Menurut keterangan pemimpin umum Manglé, Oedjang Daradjatoen,dulu iklan produk-produk populer dari Unilever, seperti Pepsodent, Lifeboy, dll., juga produk rokok, sempat hadir di Manglé. Iklan mulai berkurang setelah bermunculan media cetak lainnya pada tahun 1980-an, dan semakin menurun pada era 90-an. Para pemasang iklan lebih tertarik pada media lain, yang tampilannya lebih menarik, beroplag tinggi, dan pemasarannya luas. Sejak awal terbitnya Manglé, pengelolanya memang tidak terlalu memperhatikan masalah iklan. Tahun 1970-1990-an jumlah iklan memang tidak banyak, sekitar 7-10 buah iklan tiap edisi. Namun, pada saat itu, hal tersebut tidak menjadi masalah, karena oplah masih sangat tinggi, sehingga pemasukan keuangan cukup besar. Sedangkan sekarang, tambah Oedjang, oplah sedikit, sehingga hasilnya hanya bisa untuk menutupi biaya produksi, atau break event point. Kalau pun ada untung, itu hanya sedikit.

Namun demikian, saat ini setiap tahun Manglé mendapat subsidi dana dari pemerintah provinsi Jawa Barat. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kebudayaan Propinsi Jawa Barat, yaitu Perda No. 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, khususnya pasal 7 point (1) yaitu : "pemberdayaan dan pemanfaatan media massa baik cetak maupun elektronik dalam berbahasa daerah." Walaupun yang didapat hanya sebesar 5% dari seluruh pemasukan, subsidi dana ini cukup membantu biaya operasional Manglé.

Pemasaran Manglé dilakukan melalui agen-agen, dengan oplah sekitar 4000 eksemplar setiap minggunya. Saat ini pelanggan Manglé tersebar di Jawa, sampai Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Dan ada beberapa di luar negeri, yaitu di India.


(20)

Sayangnya, Manglé agak sulit didapatkan secara eceran, baik di loper koran maupun toko buku. Misalnya, di toko buku besar yang ada di Bandung, yaitu Gramedia dan Gunung Agung, kita bisa dapatkan majalah Sunda lainnya yaitu Cupumanik dan Sunda Midang. Tetapi Manglé tidak dipasarkan di sana. Sebagian besar pembacanya adalah pelanggan, bukan pembeli eceran. Untuk memperolehnya, pembaca berlangganan melalui agen-agen majalah terdekat di kota masing-masing, atau langsung berlangganan melalui bagian sirkulasi Majalah Manglé. Oleh karena itu, pada setiap edisinya, Manglé hanya dicetak sesuai jumlah pesanan dari para agennya.

Menurut Bagian pemasaran dan iklan, Dedi Asmarahadi, di awal-awal penerbitannya sekitar tahun 1960-an, yang merupakan masa kejayaannya. Manglé terbit dengan oplah mencapai 75.000 eksemplar tiap edisinya. Penurunan oplah yang cukup drastis terjadi pada tahun 1990-an. Dari angka 60.000 eksemplar tiap minggu, jatuh hingga 20.000-25.000. Puncaknya yaitu ketika krisis moneter tahun 1997 jatuh sampai di bawah 10.000 eksemplar, hingga saat ini yang tidak sampai 4000 eksemplar tiap kali terbit. Hal ini disebabkan, tambah Dedi, karena semua harga naik sehingga biaya produksi juga naik. Selain itu, krisis moneter ini menyebabkan menurunnya jumlah pelanggan. Karena daya beli pembaca menurun, sehingga sebagian besar dari mereka berhenti berlangganan ataupun membeli Manglé.

Ada beberapa kendala lain di bidang pemasaran. Bidang pemasaran hanya ditangani oleh satu orang koordinator saja, tidak memiliki staf di bawahnya. Koordinator ini pun tidak memiliki latar belakang bidang pemasaran, melainkan bidang jurnalistik. Selain masalah SDM ini, kendala lain yaitu tidak adanya anggaran


(21)

untuk biaya operasional bidang pemasaran. Kerap kali dalam melaksanakan tugasnya, koordinator pemasaran menggunakan uang pribadinya. Ini membuat kerja bidang pemasaran tidak optimal, sehingga penyebaran menjadi terbatas, dan tidak bertambah luas.

Selain itu, para agen distributor di daerah, dinilai belum cukup profesional. Sering kali terjadi penyimpangan dalam hal pembayaran, juga ada agen-agen yang berhenti begitu saja, tanpa ada yang meneruskan. Sehingga penyebaran ke kota-kota di Jawa Barat menurun.

Beberapa usaha untuk mengatasi masalah pemasaran telah dilakukan. Sejak Desember 2005, Manglé melakukan promosi ke beberapa instansi di Bandung. Yaitu dengan membagikan Manglé secara gratis, terutama ke hotel-hotel, restoran, sekolah-sekolah, radio siaran, kantor-kantor Pemda, masing-masing sebanyak 5-10 eksemplar. Diharapkan selanjutnya, mereka akan berlangganan. Namun, sampai saat ini, dari sekian banyak promosi yang dilakukan, baru sekitar 20% yang akhirnya menjadi pelanggan Manglé. Kegiatan promosi seperti ini masih terus dilaksanakan hingga sekarang.

Untuk mengatasi masalah di bidang perusahaan, sekitar tahun 1997, Manglé pernah berencana untuk go public, dengan mengundang para tokoh nasional dan Jawa Barat, para pengusaha, untuk menjadi investor. Namun, hasilnya tidak ada tindak lanjut, karena tidak sesuai dengan harapan. Menurut keterangan Oedjang Daradjatoen, saat itu para investor meminta agar Manglé diserahkan semuanya dari keluarga pemilik. Namun, kompensasi yang ditawarkan tidak cukup dan keterlibatan


(22)

keluarga pemilik dihentikan. Maka, tawaran tersebut ditolak oleh pihak keluarga pemilik Manglé, Sehingga, rencana go public tersebut tidak diteruskan.

Namun demikian, walaupun banyak kekurangan, tapi tetap melakukan berbagai upaya, diantaranya pembenahan masalah manajemen. Penerapan manajemen perusahaan, yaitu periklanan dan pemasaran, diawali dengan planning atau perencanaan. Pada tahap ini, untuk bidang periklanan, disusun rencana kerja dengan sasaran agar pihak pemasang iklan mau memasang iklannya di majalah ini. Sedangkan bidang pemasaran, disusun rencana kerja, menentukan tindakan apa yang akan dilakukan, seperti menentukan jumlah majalah yang akan diedarkan sesuai pesanan para agen, cara pendistribusian dan transportasinya.

Planning yang dilakukan oleh bidang periklanan dan pemasaran tampak tidak optimal. Staf di bidang ini kurang memiliki keterampilan yang sesuai, sehingga mereka cenderung mengikuti pola yang sudah ada, hanya meneruskan apa yang sudah biasa dilakukan sebelumnya. Manglé tidak memiliki target perusahaan mana yang akan ditawari untuk beriklan di majalah ini. Mereka hanya menjaga hubungan dengan pemasang iklan langganan yang itu-itu saja. Pemasangan iklan dilakukan dua cara, ada yang memasang iklan dengan kontrak, misalnya pasang selama satu tahun atau beberapa bulan, juga ada yang memasang secara insidental, hanya satu edisi saja. Sedangkan untuk pemasaran, yang dilakukan hanya menerima pesanan dari para agen yang ada. Belum ada rencana memperluas wilayah pemasaran. Apabila ada agen yang berhenti, dan tidak ada penggantinya, pihak Manglé pun tidak punya antisipasinya. Daerah tersebut pun dibiarkan tidak memiliki agen penyalur.


(23)

Pada tahap organizing atau pengorganisasian, penerapannya pun kurang terarah. Walaupun secara jabatan sudah ada pembagian tugasnya masing-masing, namun pada pelaksanaannya, orang yang bersangkutan kadang tidak bisa melakukan tugasnya dengan optimal. Bahkan, saat ini, penanggung jawab bidang pemasaran dan periklanan sudah tidak aktif lagi. Pada periklanan, semua staf termasuk staf redaksi, diberi tugas agar sebisa mungkin untuk mencari pemasang iklan. Termasuk para agen di daerah, selain menyalurkan, sebagian dari mereka juga ada yang diberi tugas sebagai koresponden berita dan mencari pemasang iklan. Namun, tidak ada target khusus harus mencapai jumlah tertentu. Mereka mengerjakan sedapatnya saja. Sehingga hasilnya tidak optimal. Sementara itu, pada bidang pemasaran, tidak mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya. Manglé sudah mempunyai agen tetap yang relatif stabil jumlah pemesanannya.

Selanjutnya tahap actuating atau penggerakan, di Manglé kerap terjadi tumpang tindih pekerjaan. Staf redaksi pun dilibatkan dalam pencarian pemasang iklan. Menurut Sekretaris Redaksi, Rudi H. Tarmidzi, S.Ag., sampai saat ini Manglé belum mempunyai sumber daya yang memiliki keahlian di bidang periklanan dan pemasaran. Sehingga semua karyawan diberdayakan untuk ikut mencari pemasang iklan. Untuk staf redaksi, khususnya menangani rubrik Katumbiri karena mereka juga terlibat dalam pembuatan naskah tulisannya. Bidang pemasaran pelaksanaanya cukup baik. Walaupun demikian, untuk pemasaran di luar Jawa dilakukan melalui kiriman pos, seringkali terlambat sampai tujuan. Selain itu. Manglé disebarkan hanya melalui


(24)

agen saja, sehingga daerah yang tidak ada agennya, maka Manglé tidak ada di daerah tersebut.

1.1.6.3. Peluang dan Tantangan Pemasaran Manglé

Peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berdasarkan analisis SWOT Majalah Manglé, berusaha menyesuaikan kekuatan dan kelemahan terhadap peluang dan ancaman untuk mendapat alternatif strategi.

Diantara peluang dari dalam (Strengths) Majalah Manglé dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Majalah berbahasa Sunda tertua di Indonesia 2. Penggunaan bahasa Sunda, lebih ekspresif 3. Idealisme melestarikan kebudayaan Sunda 4. Struktur berita yang ringan dan menghibur 5. Rasa cinta dan idealisme tinggi para karyawan 6. Azas kebersamaan dalam pelaksanaan tugas 7. Oplag tertinggi di antara majalah sejenis 8. Harga terjangkau (10.000,-)

Adapun peluang dari luar (Opportunities), adalah sebagai berikut : 1. Penulis Sunda masih banyak

2. Pembaca setia bisa menghasilkan pembaca baru 3. Masih ada minat baca generasi muda


(25)

5. Tokoh-tokoh Sunda masih peduli kebudayaan Sunda 6. Adanya Perda Kebudayaan No. 5 tahun 2003

Sementara tangtangannya dari dalam (Weaknesses), diantaranya : 1. Visi misi Manglé, belum dirasakan.

2. Berita kurang aktual dan kurang mendalam 3. Tidak ada regenerasi karyawan dan penulis 4. Latar belakang pendidikan karyawan tidak sesuai 5. Gaji karyawan minim

6. Biaya operasional minim 7. Tumpang tindih tugas.

8. Oplah rendah dibanding majalah-majalah berbahasa Indonesia 9. Kekurangan SDM bidang pemasaran dan iklan

Dan tangtangan dari luar (Threats), diantaranya : 1. Kurang populerya bahasa Sunda

2. Luntumya kepedulian terhadap budaya Sunda 3. Saingan media lain

4. Kenaikan harga-harga

Oleh karena itu dalam rangka menjalankan strategi Pemasaran untuk mempertahankan Majalah Manglé, diantaranya dilakukan berbagai hal yang ada hubungan keluar, diantaranya :

1. Merangkul para tokoh Sunda untuk jadi investor 2. Kaderisasi jurnalis Sunda


(26)

3. Kerjasama dengan lembaga pendidikan

4. Mensosialisasikan diri ke semua kalangan masyarakat di berbagai daerah

Disamping itu, berbagai hal yang dilakukan untuk menangani masalah-masalah didalam sendiri, diantaranya :

1. Sedikit-demi sedikit meningkatkan kualitas SDM 2. Mempertahankan pembaca setia

3. Memberi wadah penulis baru 4. Pemasaran tepat sasaran

5. Adanya reward & punishment (penghargaan dan teguran) 6. Mencari pemasang iklan alternatif

7. Kerja sama dengan media lain

8. Meningkatkan efektivitas kerja untuk mencapai tujuan 9. Efesiensi biaya operasional

Mewariskan atau menularkan minat baca Manglé, kepada orang lain, terutama generasi muda, sehingga akan menambah jumlah pembaca. Manglé, tidak mengadakan perubahan isi dan penampilan demi mempertahankan pembaca yang ada saat ini, yang dianggap sudah merasa cukup dengan penyajian Manglé saat ini.

Langkah lain untuk meminimalkan kelemahan internal Manglé yaitu isi berita yang dinilai kurang aktual dan kurang mendalam, adalah dengan memberi wadah yang cukup bagi para penulis baru. Karena, jumlah penulis Sunda yang baru cukup banyak. Langkah ini pun dapat mengatasi kelemahan lain yaitu belum adanya regenarasi karyawan, khususnya para penulis. Dengan demikian, langkah ini pun


(27)

dapat menarik minat bagi para pembaca yang tersebar di seluruh Indonesia untuk ikut mengirimkan tulisan.

1.1.6.4. Strategi Manajemen Perusahaan Manglé

Berdasarkan Analisis SWOT, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dilakukan manajemen perusahaan Majalah Manglé adalah memadukan antara strategi turn-around (Strategi WO No. 2 & 4) dan strategi defensif (Strategi WT No. 2).

 STRATEGI SO

1. Merangkul para tokoh Sunda untuk jadi investor (S: 1,3 & 0:5) 2. Kaderisasi jurnalis Sunda (S:2,3,5& 0:1,6,7)

3. Kerjasama dengan lembaga pendidikan (S:2,3 & 0:3,6)

4. Μensosialisasikan diri ke semua kalangan masyarakat di berbagai daerah (S:3,4,7,8& 0:3,4,6)

 STRATEGI WO

1. Meningkatkan kualitas SDM (W:2,3,5,6,7,9 & 0:2,3) 2. Mempertahankan pembaca setia (W:2 & 0:2,3,4) 3. Memberi wadah penulis baru (W:2,3& 0:1,4) 4. Pemasaran tepat sasaran (W:6,8,9& 0:2,3,5) 5. Adanya regard &punishment (W:5 & 0:1)

6. Mencari pemasang iklan alternatif (W:7,8,9 & 0:5) 7. Kerja sama dengan media lain (W:6,8,9 & 0:7)


(28)

THREATS (T)

1. Kurang populerya bahasa Sunda

2. Lunturya kepedulian terhadap budaya Sunda 3. Saingan media lain

4. Kenaikan harga-harga

 STRATEGI ST

1. Kerjasama dengan lembaga pendidikan & dinas kebudayaan(S:2,3&T:l,2) 2. Menaikkan harga dan meningkatkan kualitas isi (S:3,5,7&T:3,4)

 STRATEGI WT

1. Meningkatkan efektivitas kerja untuk mencapai tujuan(W:2,3,8&T:3) 2. Efisiensi biaya operasional (W:5 & T:4)

Strategi turn-around atau putar haluan berarti perusahaan mengambil langkah untuk menghadapi kelemahan internal agar peluang pasar dapat dimanfaatkan.

Di bagian pemasaran, beberapa kelemahan Manglé yaitu oplah yang tergolong rendah dibanding majalah-majalah berbahasa Indonesia, tidak adanya biaya operasional dan kurangnya SDM, membuat pemasaran Manglé tidak berkembang. Dengan kondisi seperti ini, Manglé melakukan sistem pemasaran yang tepat pada sasaran pembaca. Sedapat mungkin pembaca yang masih bertahan sampai sekarang jangan berkurang jumlahnya, bahkan diharapkan pembaca setia ini membawa pembaca baru. Selain itu. Manglé membidik segmen pembaca baru, difokuskan pada generasi muda dan para tokoh Sunda. Selain menambah jumlah pembaca, apabila


(29)

tokoh Sunda sudah tertarik membaca Manglé, diharapkan kalangan tokoh ini memberi peran lebih dari sekedar pembaca. Diharapkan bisa membuka jalan atau memperluas jaringan dengan berbagai pihak. Dengan jumlah karyawan terbatas dan tidak ada biaya, Manglé mengambil langkah mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak dalam memasarkan ke pembaca baru. Antara lain bekerja sama dengan Dinas Pendidikan yang menghubungkan dengan sekolah-sekolah, dan dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang menghubungkan dengan hotel-hotel, restoran, tempat wisata, dll.

Di bagian iklan, kelemahan yang dimiliki antara lain terjadinya tumpang tindih pelaksanaan tugas, kurangnya jumlah SDM, membuat kinerja tidak optimal. Selain itu, oplah yang tergolong rendah, membuat Manglé tidak dilirik oleh para pemasang iklan. Untuk mengatasinya, Manglé mencari pemasang iklan alternatif. Para tokoh Sunda yang masih peduli dengan media Sunda, bisa dirangkul dengan memintanya memasang iklan perusahaannya atau mengisi rubrik advetorial seperti Katumbiri. Terjadinya tumpang tindih tugas antara bagian redaksi dan iklan dapat dimanfaatkan, yaitu ketika reporter mewawancarai tokoh tersebut, sekalian mengajaknya untuk memasang iklan. Maka jumlah SDM bagian iklan yang sedikit pun tidak menjadi masalah, karena masih bisa dibantu staf lain.

Strategi berikutnya adalah strategi defensif, yaitu perusahaan mengambil langkah meminimalisir kelemahan internal untuk menghindari ancaman. (Rangkuti, 2006:20) Kelemahan yang dimiliki Manglé yaitu minimnya biaya operasional, sementara ancaman yang dihadapi adalah kenaikan harga-harga yang dapat meningkatkan biaya


(30)

operasional. Untuk mengatasinya, adalah Manglé mengambil langkah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan biaya operasional. Antara lain dengan meminimalisir penggunaan alat-alat karena yang berbiaya tinggi seoptimal mungkin. Selain itu juga dengan kerja sama dengan berbagai instansi yang terkait bidang produksi dan pemasaran. Misalnya, dengan pembelian kertas dengan cara kredit ringan, juga bahan baku lainnya. Dengan demikian, kenaikan harga bahan-bahan produksi bukan menjadi suatu ancaman.

1.1.6.5. Pemarasan dan Distribusi

Pemasaran Manglé dilakukan melalui agen dan eceran. Dengan prosentase 99% melalui agen 1% eceran dengan lokasi di alun-alun Bandung. Dan ada yang menarik, bahwa sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia, Manglé justru lebih banyak beredar di Jakarta dan di luar Jawa. Distribusi Manglé untuk Jakarta sebelum krisis moneter maksimal 20% dari oplag setiap penerbitannya. Sedangkan di beberapa pelosok yang ada di beberapa wilayah di Jawa Barat, peredaran Manglé terhambat karena minimnya transfortasi, serta sedikitnya jumlah agen di kota lain.

Secara singkat, peredaran dan distribusi Majalah Manglé pada kuartal pertama tahun 2007 dapat diuraikan sebagai berikut :

1. DKI Jakarta : 14,31%

2. Kota Bandung : 50,97%

3. Kabupaten Bandung : 0,13%

4. Kabupaten Garut : 0,86%


(31)

6. Kabupaten Ciamis : 3,06%

7. Kabupaten Kuningan : 1,33%

8. Kabupaten Majalengka : 1,16%

9. Kota Cirebon : 1,43%

10.Kabupaten Sumedang : 2,28%

11.Kabupaten Subang : 1,79%

12.Kabupaten Purwakarta : 3,36%

13.Kabupaten Karawang : 1,22%

14.Kabupaten Cikampek : 0,73%

15.Kabupaten Pandeglang : 1,79%

16.Kota Bogor : 4,36%

17.Kota Sukabumi : 1,19%

18.Kabupaten Cianjur : 1,41%

19. Lain-lain untuk luar negeri

(Amerika, Australia, Belanda, Afrika, Korea, Jepang) : 1,13%

Garis besarnya adalah materi yang tepat, subjek yang kuat serta mempunyai kualitas yaitu dapat diamati secara kuat serta sederhana sekalipun terlihat dari jarak jauh. Sebuah kualitas yang tidak hanya mampu memaksa pembaca untuk berhenti, tetapi juga mampu untuk menahannya.


(32)

1.2.Struktur Perusahaan Majalah Manglé

Berdasarkan struktur perusaahaan Majalah Manglé, struktur terbagi atas beberapa bagian yang menggambarkan masing-masing divisi yang terdapat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.2

STRUKTUR PERUSAHAAN PT. MANGLE PANGLIPUR

Sumber : Arsip PT. Manglé Panglipur, 1978

DEWAN

KOMISARIS DIREKTUR

DIVISI

PERCETAKAN MAJALAH DIVISI KEUANGAN PERSONALIA

CETAK MONTING PIMPINAN

REDAKSI

WAKIL PUPUHU WIDANG USAHA

WAKIL PUPUHU WIDANG RUMPAKA

PANATA LAKSANA

REDPEL SEKRED DOKUMENTASI

LAYOUT ILUSTRATOR WARTAWAN/


(33)

1.3. Job Description Susunan Karyawan :

Pupuhun (Direksi) : Drs. H. Oedjang Daradjatoen M Girang Rumpaka (Pimpinan Redaksi) : Drs. H. Oedjang Daradjatoen M Penasehat Rumpaka (Penasehat Redasksi) : Ki Umbara

Penasehat Usaha : H. Teddy Kharsai, MBA Wakil Rumpaka I : Drs. Karno Kartadibrata

Wakil Rumpaka II : Duduh Durahman

Sekretaris Rumpaka : Rudi H. Tarmidzi, S.Ag.

Penata Laksana : Ayi Sundana

Panangkes (Redaktur Pelaksana) : Hana Rohana

Sidang Rumpaka : Drs. Ensa Wiarna, Narti, S.Pd., Drs. Enjang Muhaemin

Koordinator Koresponden : Unay Sunardi Bagian Iklan & Pemasaran : Desi Asmarahadi

Ilustrator : Agus Mulyana

Layout & Desain : Eep Nandang R, Bahrudin, Cucu

Keuangan : Endi Supardi, Dicky, Eno Herno

Personalia : Ai Nawangsih

Dokumentasi : Ai Suryati

Produksi : Hambali


(34)

1.4.Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Majalah Manglé dalam menunjang aktivitas kerjanya terdiri dari :

1. Seperangkat Komputer dan Print Tipe A3 yang bisa memuat gambar atau cover dan komputer terdiri dari 14 komputer.

2. Ruang percetakan dengan mesin-mesin cetak yang terdiri dari :

- Mesin cetak merk Cors Heideiberg Tipe Cors gede 36 x 43 cm double folio

- Mesin potong Colar 72

- Mesin isi ½ Plano 52 x 72 cm ukuran cetak - Mesin jait kawat merk Horhner ekonomi

Sumber : Arsip PT. Manglé Panglipur, 1980.

1.5.Lokasi Dan Waktu PKL

Nama Majalah : Majalah Mingguan Basa Sunda Manglé Penerbit : PT. Manglé Panglipur

Alamat : Jl. Lodaya No. 19-21 Bandung 40262 Hari/Waktu : (Senin-Jumat) 08.00 - 16.00 WIB. Telepon/Fax : 022.7303438 Fax. 7309720

E-Mail : majalahmangle@yahoo.co.id & rumpaka-mangle@plasa.com SIUPP : 034/SK/Menpen/SIUPP/CI/1986 tanggal 11 Februari 1986


(35)

35

Dalam memulai Praktek Kerja Lapangan (PKL) penulis melaksanakan PKL di PT. Manglé Panglipur (Majalah Sunda) selama sebulan hari kerja dan memulainya pada hari Senin, 9 Agustus 2010 hingga hari Selasa, 5 September 2010. Waktu kerja yang ditetapkan pihak Majalah Manglé adalah Senin sampai Jumat dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Namun, banyak waktu-waktu yang diberikan oleh penulis untuk meliput ke lapangan dengan waktu kerja di luar yang telah ditentukan. Pada hari pertama kerja tidak ada liputan yang mengharuskan liputan untuk keluar.

Pada saat PKL, penulis ditempatkan di bagian Manglé Rumaja yaitu rubrik yang didalamya memuat tulisan kaum remaja sampai mahasiswa S-1. Sesuai dengan pekerjaan yang diberikan Bagian Sekretaris Redaksi memberikan pekerjaan bagi mereka yang magang ditempatkan dibagian Rubrikasi Majalah Manglé. Dengan kata lain, pekerjaan yang utama disini adalah membantu kegiatan bagian rubrikasi Majalah Manglé. Dan pada waktu-waktu tertentu, penulis diberikan keleluasaan untuk meliput ke lapangan. Penulis sendiri mendapatkan kesempatan dalam meliput mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi di Universitasnya termasuk Universitas Komputer Indonesia.

Selama kegiatan PKL berlangsung, penulis berada di bawah bimbingan Sekretaris Redaksi dan Wartawan Majalah Manglé, yaitu Bpk Rudi H. Tarmidzi,


(36)

S.Ag dan Bpk Dede. Segala bentuk kegiatan yang sifatnya berhubungan dengan PKL, seperti minta izin untuk mengikuti liputan. Dalam hal peliputan penulis meliput sendiri berita-berita yang diliput dan mewawancarai mahasiswa-mahasiwa yang berprestasi yang menjadi target peliputan. Seperti yang telah dikemukakan, secara garis besar, pekerjaan yang penulis lakukan selama PKL di Majalah Manglé adalah membantu kegiatan rubrikasi dalam bagian Manglé Rumaja di Majalah Manglé. Penulis yang magang di Majalah Manglé hanya bertanggung jawab mengurus peliputan yang ditugaskan diluar. Sementara untuk masalah teknis dan gambar diserahkan kepada kru produksi.

Dalam melaksanakan peliputan bagian rubrik Manglé Rumaja masih termasuk peliputan yang masih tergolong mudah dengan menghubungi mahasiswa yang menjadi target peliputan, membuat janji, mewawancarai dan meminta data diri yang lengkap. Walaupun tergolong mudah tidak semua mahasiswa yang menjadi target bisa dihubungi, karena pada saat PKL berlangsung peneliti mendapat kesulitan dalam waktu-waktu yang sedang dijalani pada saat itu termasuk bulan puasa dan menuju lebaran. Jadi tidak semua mahasiswa bisa ditemui. Melaksanakan wawancara dan meliput Majalah Manglé memberi kebebasan kepada penulis dalam mewawancara dengan menggunakan bahasa Indonesia. Seharusnya dalam mewawancara dan meliput harus bisa dalam berbahasa Sunda, akan tetapi dalam PKL ini penulis menulis liputan dengan memakai bahasa Indonesia lalu setelah tersususun dan data sudah lengkap akan di serahkan kepada bagian penata laksana.


(37)

Selama menjalani PKL, penulis banyak melakukan peliputan di luar. Salah satunya meliput di Universitas Komputer Indonesia yang banyak diantaranya mahasiswa-mahasiswa yang berprestasi. Salah satu tugas pertama adalah menerjemahkan rubrik Manglé Rumaja kedalam bahasa Indonesia sekitar tiga majalah. Membaca Majalah Manglé pertama kali bagi penulis merasa kesulitan dan kurang mengerti dalam bahasa Sunda, akan tetapi pihak Majalah Manglé memberikan kamus Bahasa Sunda yang menuntut penulis untuk membaca dan mengartikan kalimat demi kalimat. Selain itu tidak hanya meliput mahasiswa yang berprestasi saja tetapi acara atau kegiatan yang diadakan pihak-pihak Universitas.

Selama PKL berlangsung aktifitas kerja penulis memang lebih banyak dilakukan dilapangan, dan selama di kantor Majalah Manglé hanya menyerahkan tugas-tugas yang telah diberikan oleh pembimbing tempat PKL. Selebihnya mengedit atau mengetik ditempat tinggal penulis. Tidak ada tugas lain selain meliput bagian Manglé Rumaja.

Disini penulis belajar bahwa cara kerja wartawan media cetak yang mingguan maupun bulanan sangatlah berbeda dengan wartawan media elektronik. Dalam hal ini wartawan media cetak dituntut harus menyelesaikan beritanya dalam rubrik-rubrik yang telah tetapkan. Dan wartawan elektronik (televisi) dituntut dapat menyelesaikan naskah berita dan kelengkapannya (gambar) dengan cepat dan membuatnya langsung dalam berita.


(38)

2.1.1. Kegiatan Selama Praktek Kerja Lapangan

Kerja praktek yang dilakukan oleh penulis dari tanggal 09 Agustus 2010 sampai 28 September 2010 di PT. Manglé Panglipur (Majalah Sunda) membawa dampak dan manfaat bagi penulis dalam menelaah, mengkaji dan meneliti mengenai ilmu Jurnalistik secara praktek di lapangan.

Penerapan ilmu Jurnalistik secara teori dalam bentuk praktek memang tidak begitu jauh berbeda dengan apa yang didapat di bangku kuliah, akan tetapi dengan dilakukannya kerja praktek ini, maka penulis menemukan suatu kebenaran mengenai ilmu Jurnalistik beserta dengan bagaimana penerapannya. Penulis bisa menemukannya di tempat praktek, dan penulis menyadari dengan keterbatasan penulis dalam mempelajari ilmu Jurnalistik yang merupakan suatu terapan, kebenaran ilmu Jurnalistik perlu suatu pembuktian kebenaran tidak sepenuhnya mutlak benar, tetapi setidaknya penulis mendapatkan pengalaman di lapangan tentang perbedaan antara teori dan praktek.

Dalam pelaksanaan kerja praktek di PT. Manglé Panglipur selama sebulan penuh penulis banyak mendapat ilmu juga pengalaman, penulis datang ke tempat kerja sekitar pukul 09.00 lalu istirahat makan siang pada pukul 11.30 dan sampai 16.00 pulang pada waktu yang tidak pasti selama penulis PKL disana. Selama sebulan dalam pelaksanaan PKL penulis di tempatkan di bagian rubrik Manglé Rumaja yang didalamya memuat tulisan kaum remaja sampai mahasiswa S-1.


(39)

Selama sebulan penulis melaksanakan tugas-tugas peliputan PKL dalam waktu yang berbeda-beda dan selalu tidak menententu secara kronologis penulis menggambarkan aktifitas dan tugas penulis selama PKL dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.1

Kegiatan selama Praktek Kerja Lapangan di PT. Manglé Panglipur (Majalah Sunda)

No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan

Rutin Insidental 1 Senin, 09 Agus’10 - Mengurus arsip pribadi

- Perkenalan

 

2 Selasa, 10 Agus’10 - Pengarahan kerja

- Menerjemahkan Majalah Manglé dari bahasa Sunda ke Indonesia dalam rubrik Manglé Rumaja.

3 Rabu, 11 Agust’10 - Mengurus Kegiatan - Pengarahan kerja rutin - Membaca kamus Bahasa

Sunda

4 Kamis, 12 Agust’10 - Pengarahan kerja rutin - Pergi ke kampus untuk


(40)

mencari liputan untuk mewawancarai rektor

5 Jumat, 13 Agust’10 - Pengarahan kerja rutin - Pergi meliput mahasiswa

berprestasi

 

6 Senin, 23 Agust’10 - Pengarahan kerja rutin - Merapihkan berkas kerja - Menyerahkan hasil liputan

kepada pembimbing

 

7 Selasa, 24 Agust’10 - Pengarahan kerja rutin - Pergi meliput mahasiswa - Pengumpulan data laporan

PKL

 

8 Rabu, 25 Agust’10 - Pengarahan kerja rutin - Menyerahkan tugas atau

liputan

9 Kamis, 26 Agust’10 - Pergi mencari peliputan - Mengurus bahan laporan

PKL

10 Jumat, 27 Agust’10 - Pergi mencari peliputan mahasiswa


(41)

11 Senin, 30 Agust’10 - Pengarahan kerja rutin - Melihat kegiatan di

Universitas Komputer Indonesia (PMB)

12 Selasa, 31 Agust’10 - Pergi meliput mahasiswa berprestasi dan kegiatan yang ada.

13 Rabu, 01 Sept’10 - Izin Perwalian

- Mencari data laporan PKL - Mengetik hasil tugas

peliputan

  

14 Kamis, 02 Sept’10 - Pergi meliput mahasiswa berprestasi

15 Jumat, 03 Sept’10 - Mengetik tugas hasil liputan

- Mempersiapkan laporan PKL

16 Senin, 06 Sept’10 - Pengarahan kerja rutin - Menyerahkan tugas

peliputan

- Melihat ruang percetakan


(42)

17 Senin, 20 Sept’10 - Pengarahan kerja rutin - Pergi meliput

- Pemberitahuan evaluasi PKL

 

18 Selasa, 21 Sept’10 - Mengikuti kegiatan di Universitas Komputer Indonesia

19 Rabu, 22 Sept’10 - Pengarahan kerja rutin - Mengikuti kegiatan

kampus

- Mencari liputan

20 Kamis, 23 Sept’10 - Pergi meliput mahasiswa - Mencari bahan laporan

PKL

21 Jumat, 24 Sept’10 - Pergi meliput mahasiswa - Mengetik hasil tugas

peliputan

22 Selasa, 28 Sept’10 - Menyerahkan semua tugas liputan

- Laporan selesainya PKL - Melengkapi berkas -berkas

 


(43)

laporan PKL

- Fotocopy hasil kerja saat PKL

- Penilaian kerja PKL - Pamitan

 

Sumber : Catatan Harian Penulis, 2010

2.2. Deskripsi Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Manglé Panglipur (Majalah Sunda), penulis melakukan aktivitas rutin yakni kegiatan yang dilakukan setiap hari pada PKL dan kegiatan insidental yaitu suatu kegiatan yang dilakukan selama PKL.

2.2.1. Deskripsi Kegiatan Rutin

Salah satu kerja rutin selama PKL berlangsung dalam melakukan tugas-tugas yang diberikan berhubungan dengan perusahaan Majalah Manglé tersebut yaitu :

A. Pengarahan Kerja

Dalam melakukan kegiatan yang diterima penulis saat awal kerja praktek dicantumkan bahwa penulis tidak diperkenankan melakukan pekerjaan tanpa diketahui sebelumnya oleh pembimbing di tempat kerja maka dari itu penulis selalu melakukan inisiatif setiap harinya untuk bertemu dengan pembimbing dan meminta pengarahan kerja rutin dari beliau tentang apa saja yang sekiranya bisa penulis kerjakan di hari itu. Penulis juga selalu diberikan pengarahan kerja setiap mau


(44)

melakukan peliputan, penulis mendapatkan pengarahan kerja tersebut selama beberapa kali pertemuan karena penulis ditempatkan di bagian Rublik Manglé Rumaja, perusahaan yang setiap bagiannya memiliki tugas yang berbeda namun tetap memiliki kesinambungan.

B. Peliputan Langsung Di Lapangan

Penulis dalam melakukan tugas-tugas PKL dengan pergi meliput langsung ke lapangan dengan mewawancarai mahasiswa-mahasiswa berprestasi yang menjadi target dalam tugas peliputan. Dalam hal ini seringnya penulis meliput dilapangan dan pergi ke Universitas yang dituju berdasarkan pengarahan pembimbing untuk meliput mahasiswa dan kegiatan-kegiatanya.

C. Membuat Tulisan Berdasarkan Liputan

Dari awal kerja praktek penulis membuat tulisan berdasarkan tugas-tugas yang dilakukan dalam liputan yang dikerjakan selama berlangsungnya PKL. Saat awal pengarahan kerja penulis diberitahukan untuk meliput mahasiswa-mahasiswa berprestasi dan kegiatan-kegiatan yang berlangsung di Universitas yang dituju yang berkaitan dengan rubrik Manglé Rumaja.

Kegiatan ini dimulai dengan pergi meliput lalu melakukan wawancara dan meminta biodata narasumber dan menulis hasil kegiatan yang dilakukan. Selain itu guna menambah wawasan penulis, sebagai seorang jurnalis kita harus memiliki wawasan yang sangat luas dalam bidang yang sedang kita jalani dan selain itu kita harus pandai menulis suatu tulisan yang bisa dibaca semua orang. Setelah membuat tulisan hasil peliputan penulis memberikan hasil tugas-tugas kepada pembimbing


(45)

dimana penulis melakukan PKL kepada Bpk. Rudi selaku Sekretaris Redaksi maupun Bpk Dede selaku pembimbing.

2.2.2. Deskripsi Kegiatan Insidental

Seperti yang sudah dituliskan pada bagian sebelumnya bahwa penulis selama sebulan kerja praktek ditempatkan di bagian rubrik Manglé Rumaja tugas yang diberikan hanyalah meliput kegiatan dan mewawancarai mahasiswa berprestasi. Sedangkan untuk lebih memudahkan deskripsi kegiatan insidental, penulis mencoba untuk membagi kegiatan yang dilakukan penulis. Berdasarkan pembagian tugas saat penulis ditempatkan di bagian rubrik Manglé Rumaja juga ditambah kegiatan umum yang penulis lakukan diluar dari bagian tersebut :

A. Mencari & Melengakapi Bahan Laporan PKL

Penulis menyadari selain harus membawa nama Universitas dengan melakukan kerja praktek yang maksimal dalam melaksanakan tugas-tugas kerja praktek yang diberikan oleh perusahaan, penulis juga harus dapat memikirkan tugas sesudah kerja praktek yakni menyusun laporan kerja praktek. Penulis dalam waktu luang selalu secara bertahap mencari-cari bahan laporan terutama untuk BAB I dimana sejarah, visi dan misi, struktur perusahaan dan segala seluk-beluk tentang perusahaan diperlukan dalam bab ini. Pada awalnya penulis menjelaskan kepada Direktur tentang data-data yang dimiliki perusahaan Majalah Manglé dan ternyata dari pihak Manglé sendiri memberikan data-data yang diperlukan bagi penulis diberikan oleh Sekretaris Redaksi. Hari-hari dalam melakukan praktek kerja banyak


(46)

sekali pihak yang membantu dalam melengkapi bahan laporan dan bersedia direpotkan oleh penulis, Bpk Oedjang Daradjatoen selaku Direktur. Bpk Rudi dan Bpk Dede dan teman-teman yang juga membantu peliputan dalam melengkapi tugas-tugas PKL dalam proses pengumpulan data. Selain data-data penulis juga mencari beberapa arsip yang sekiranya diperlukan dalam pembuatan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) nantinya.

B. Fotocopy Hasil Kerja

Saat pengarahan sebelum kerja praktek, penulis dituntut untuk mencantumkan hasil kerja penulis dalam laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL), maka dari itu penulis selalu menyempatkan diri untuk memfotocopy beberapa arsip tugas hasil kerja penulis yang diantaranya hasil peliputan, biodata para mahasiswa, dan tulisan-tulisan berupa hasil terjemahan bahasa Sunda ke bahasa Indonesia.

C. Pemberian Nilai

Mendekati hari terakhir penulis dalam kerja praktek, penulis memberitahukan kepada pembimbing bahwa pada saat terakhir kerja praktek penulis akan memberikan lembaran kertas penilaian, guna melihat bagaimana kinerja kita selama sebulan kebelakang ini dan apa saja sekiranya yang telah kita dapat kerjakan selama kita kerja praktek di perusahaan yang kita tuju.

D. Membuat Artikel Tentang Mahasiswa Berprestasi

Selama kerja praktek hal-hal apa saja yang dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan pembimbing yaitu penulis diberikan kesempatan untuk berlatih membuat beberapa artikel dari hasil peliputan yang


(47)

dilakukan selama PKL di PT. Manglé Panglipur yang bernama Majalah Manglé itu sendiri yang terbit setiap minggunya. Penulis diberikan kebebasan oleh Bpk Rudi dan Bpk Dede selaku pembimbing di Manglé yang menangani berita-berita Majalah Manglé untuk memilih sendiri kira-kira hasil liputan berita apa yang hendak penulis angkat untuk dijadikan sebuah artikel, pertama yang diberikan adalah artikel yang sudah ada yang dibuat oleh Majalah Manglé dan harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia lalu hasil liputan yang mewawancarai beberapa mahasiswa berprestasi dalam bidang apapun dan berikut hasil kerja penulis dalam pembuatan artikel tersebut :

Artikel dari Majalah Manglé

1. Manglé edisi 30 April-6 Mei 2009 ( hal 44 ) Siapa dia ?

Evi dan Sani

Manis dan Santri Senyum manis tinggi semampai

Menarik dan terpikat Wajahnya ramah

Memakai pakaian muslimah


(48)

Dua gadis tidak lupa meninggalkan sholat Menjalankan hukum syariat

Manfaatnya dunia akhirat Senyum manis Evi dan Sani Manisnya bu guru santri Sampai menyentuh hati Salam semua untuk keluarga

2. Manglé edisi 22-28 April 2010 ( hal 34 ) Siapa dia ?

Silva Kharindra

Model yang Suka Menggambar

Nama lengkapnya Silva Kharindra, anak paling besar dari 3 bersaudara pasangan Bapak Sowarno dengan Ibu Wiwin ini lahir di Jakarta, tanggal 2 Oktober 1992. Muslimah ini sekarang tercatat menjadi siswi kelas 3 di SMA 24 Bandung, cita-citanya ingin menjadi desainer. Gadis dengan tinggi badan 163cm/46kg sudah mewujudkan cita-citanya masuk ke dunia yang berkaitan dengan desain. Silva mulai masuk ke dunia model.


(49)

“Mudah-mudahan dengan ikutnya Silva ke dunia fashion, bisa jadi suatu hari menjadi seorang desainer, “ kata gadis yang suka menggambar ini sambil tersenyum. Mungkin kesukaannya dengan menggambar ini yang mendorong niat silva sehingga menjadi desainer. Sejalan dengan motto hidupnya“ perlahan tapi pasti“, Silva pernah mengikuti perlombaan yang terkait dengan dunia foto model. Bahkan bukan menjadi seorang pelaku seniman, gadis yang suka nyanyi dan teater ini, sudah bisa meraih beberapa kejuaraan, diantaranya : Juara 2 Pemilihan Model Maybeline 2009, Juara I Pemilihan Model IP Bandung 2008, Finalis Pemilihan Model Idol Be One On Air TV se Indonesia 2008. Silva yang menyukai olah raga renang, mendengarkan musik pop dan nonton film horor ini sering pentas menjadi salah satu model di acara-acara Fashion Show di Bandung Super Mall.

Sebelum berpisah, silva yang mengikat pemuda lajang juga tanggung jawab ini menitipkan alamat rumahnya di Komp. Pinus Regency, Jl. Kinabalu III No. 2 Soekarno-Hatta, Bandung.

3. Manglé edisi 15-21 Juli 2010 ( hal 34 ) Siapa dia ?


(50)

Antara Kelas dan Akting

Gadis manis kelahiran Bandung 24 Maret 1981 ini nama lengkapanya Ima Muslimawati. Panggilanya Ima, tapi suka ada juga yang bilang Elah. “kebetulan juga, di acara Sisindiran PJTV, saya itu sebagai Elah,” kata gadis yang jadi salah satu anggota sambil aktif di Caraka Sindanologi ini mengaskan. Lulus dari Jurusan Bahasa Daerah UPI Bandung, Ima Muslimawati S.Pd, Saat ini menjadi salah satu guru honorer baru mulai merintis dunia akting dan MC. Gadis yang tinggi badan 155cm/54kg ini, selain menyukai bidang akting dan sudah biasa diminta sebagai MC di berbagai acara, kalau cita-cita pertamanya tetap saja ingin menjadi guru.

Anak ke-9 dari 12 bersaudara dari “keluarga besar” Bapak Z. Abidin dengan Ibu Suryati Syarifah ini punya filosofi hidup : usaha sekuat tenaga untuk menghadapi kehidupan. Bahkan sekarang sudah padat dengan macam-macam kesibukan, Ima yang menyukai film-film Indonesia masih suka menyempatkan untuk berolah raga.

“Ah, yang gampang dan waktunya tersedia buat saya tidak apa-apa, apabila tidak naik sepedah, ya jalan-jalan,“ kata gadis yang suka mendengarkan lagu -lagu Pop Sunda sambil tersenyum. Kebetulan tokoh yang di sukai, Ima senang sekali ke tokoh pendidikan wanita Sunda, Dewi Sartika. Kira-kira pria mana yang disenangi, kira-kira sudah ada, neng Elah ?


(51)

“Oh... sudah,” jawabnya, “tidak kurang saya itu sangat mengidolakan pada orang tua saya,” kata gadis yang tinggal di Jl. Cipaku I No.25, RT 02/RW 02, Bandung yang menutup obrolan.

Artikel hasil Peliputan

1. Tanggal 13 Agustus 2010 Iha Nurhayati

Ingin menjadi Broadcaster dan Announcer Handal

Gadis yang murah senyum ini lahir di Majalengka 14 Maret 1989 yang bernama lengkap Iha Nurhayati, bisa di panggil iha saja. Anak ke 2 dari 2 bersaudara ini sangat rajin dalam mengikuti FMI atau yang disebut Forum Mahasiswa Islam yang diadakan tiap minggunya bersama teman-teman sebayanya. Menurut gadis dari pasangan Bapak Wan Rawan dengan Ibu Lilis Sulis Diawati ini lembaga atau forum yang di ikuti akan menambah ilmu kita dalam keimanan kita terhadap Islam, karena lembaga yang diikuti sangatlah bermanfaat. Iha Nurhayati sangat bercita-cita ingin menjadi Broadcaster dan Announcer Handal, menjadi penulis buku dan Reporter TV yang bermanfaat untuk ummat dan membangun Indonesia yang lebih bermoral. Kata Iha sambil tersenyum.

Iha Nurhayati yang sekarang masih aktif menjadi mahasiswa di Universitas Komputer Indonesia jurusan Ilmu komunikasi tahun 2007 ini sering menjadi Moderator dalam berbagai acara salah satunya : Moderator acara Lejitkan


(52)

Potensi Dengan Menulis 2006, Mc acara Mentoring Sekolah 2006, Moderator acara Leadership Himpunan Mahasiswa Ilmu Komnikasi Unikom 2008-2009, Pengisi acara Debat Mahasiswa RRI 2010. Semua prstasi yang dicapai oleh Iha Nurhayati tidak membuatnya terhenti dengan begitu saja, dengan semua semangat yang ada bisa membuat Iha menjadi seorang broedcaster yang handal. Selain itu Iha pernah tercatat sebagai Mahasiswa Darul Tauhid dan pernah menerima berbagai beasiswa antaranya : Penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademis (PPA) di UNIKOM 2009, Penerima Beasiswa Mandiri dari Dompet Peduli Umat (DPU DT) 2010 dan menjadi Fasilitator Freelance Darut Tauhid Traning Center (DTTC) sampai sekarang.

Gadis berkerudung yang menyukai jalan-jalan dan bercerita ini ingin melihat orang di sekitarnya bersemangat dalam kehidupan dan maju terus dalam pekerjaanya. Iha yang tidak gampang menyerah ini menpunyai semangat hidup dalam menjalanin kesehariannya, Iha yang mempnyai motto hidup “ Bahagia Dunia Akhirat yaitu Syurga” menjadi kepribadiannya bersahaja. Iha yang menfavoritkan tokoh Mario Teguh yang membuatnya salah satu motivator dalam mengapai impianya menjadi seorang broadcaster yang handal dan berwawasan luas dan menginspirasi setiap langkah yang ditempuh. Kata yang disampaikan sambil tersenyum ini “semoga pekerjaan yang kita jalani semua mendapatkan berkah,” kata gadis sambil memberikan alamat emailnya syam_zieun@yahoo.com untuk berbagi cerita dan berdiskusi berbagai hal sambil tersenyum.


(53)

2. Tanggal 24 Agustus 2010 Helmi Riza Faisal Fatahillah

Mencintai Dunia MC

Pria lajang yang brusia 21 tahun ini bernama lengkap Helmi Riza Faisal Fatahillah dan akrab dipanggil dengan Helmi Riza tidak diragukan lagi dalam minatnya di bidang Komunikasi, Sinematologi, Presenter dan Penyiar Radio dan lain-lain menghantarkan Helmi yang lahir di Bandung, 25 Februari 1989 sukses dalam bidang Broadcaster. Dalam keseharianaya Helmi sudah sangat akrab di bidang MC. Anak dari pasangan Bapak H. Fatahaillah dengan Ibu Tutwuri Handayani ini banyak mendulang prestasi diantaranya : Peraih IP tertinggi di Semster II dengan 4.00 2008, Peraih Beasiswa peningkatan Prestasi Akademik dari Rektor UNIKOM 2009 dan Peraih Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa UNIKOM 2010.

Helmi anak pertama dari tiga bersaudara ini kecintaanya terhadap dunia Broadcaster membuatnya merai prestasi dibidang MC. Helmi yang menjadi presenter di TV Bandung dalam acara Tangara Pasundan dan Bentang Parahyangan tidak surut keinginanya menjadi seorang sutradara. Dalam menjalani keseharianya Helmi sangatlah memprioritaskan pendidikan, “semua bisa berjalan lancar jika kita bisa membagi waktu dalam pendidikan dan pekerjaan yang kita kerjakan”. Kata laki-laki yang gemar nonton, mendengarkan musik dan menulis ini.


(54)

Awalnya sangat sulit tapi seperi motto hidupnya “Life Is Challenge And Challenge Is Chances”. Dengan kecintaanya terhadap dunia Broadcaster membuat Helmi banyak mengikuti kegiatan MC diluar maupun di dalam Universitas diantaranya: sebagai MC Eksotika Budaya SADAYA UNIKOM 2009, MC acara “Seruput Nendang Kopi Ya (Wali Band)” di Lapangan Brigif Kujang 2 Cimahi 2010, MC di acara presmian GSG Krtawangi” Program CSR Bio Farma 2010 dan masih banyak lagi. Helmi yang mencintai dunia MC ini membuatnya lebih dikenal dengan keperibadian yang ramah dan bersahaja. Helmi yang berbicara sambil tersenyum memberikan alamat emailnya helmi_patrick@yahoo.co.id untuk berbagi pengalaman dan bercerita tentang apa saja dalam dunia MC .

3. Tanggal 30-31 Agustus- 1 September 2010 Rizki Rakhmawati

Prestasi Adalah Pencapaian Harapan

Gadis yang bernama lengkap Rizki Rakhmawati, dan akrab dipanggil Kiki ini usianya masih sangat muda akan tetapi sudah mengantongi beberapa prestasi. Kiki yang asli dan lahir di Jambi 31 Januari 1991ini tidak pernah menyangka bisa memenangkan lomba Top 5 Indonesian Short Video dalam “Democracy Video Challenge 2010” yang diselenggarakan oleh Kedutaan Amerika Serikat. Jakarta 2010. Anak dari pasangan Hendro Roesmanto, S.T dan Khairiah, menyebut dirinya “Saya sebetulnya sulit untuk menuliskan


(55)

kesan-kesan selama mengikuti lomba hingga pencapaian untuk meraih sebuah harapan, karena yang saya rasakan adalah rasa yang tak berwujud”.

Gadis yang masih duduk di bangku kuliah Universitas Komputer Indonesia, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional ini mengatakan “Banyak pengalaman selama proses hingga pasca yang umum disebut pencapaian harapan” kata gadis yang hobi membaca, menulis dan memotret sambil tersenyum. Karena baginya sebuah prestasi awal kesuksesan yang sangat membahagiakan. Catatan prestasi yang sudah diraih seperti : Quarter Finalist Lomba Debat Bahasa Inggris dalam National University English Debate Competition (NUEDC) 2010 se-PTS Jawa Barat dengan tema: Stand Up! Speak Up! Dare to Debate!. Bandung. 2010, Juara-1 (Pertama) dalam Lomba Debat se-Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unikom dengan tema: “Menumbuhkan Refleksi Sosial dan Mengembangkan Daya Kritis Mahasiswa melalui Debat”. Bandung. 2010, Peringkat ke- 6 the Best Debaters dalam Lomba Debat Bahasa Inggris se-Fakultas Unikom. Bandung. 2009 dan masih banyak lagi prestasi yang dicapainya.

“Secara general menurut saya perlu adanya Niat yang ikhlas karena Allah SWT, Ikhtiar yang maksimal, Optimis, Do’a dan menjadikan segala sesuatunya sebagai evaluasi bukan koleksi prestasi”. Kata Kiki yang tak pernah menyerah dalam doanya untuk mewujutkan impian dan prestasinya untuk masa depan. Dan gadis manis ini berpesan “Seorang yang gagal lebih


(56)

baik daripada seorang yang sama sekali tidak melakukan ikhtiar apa pun”, sambil tersenyum manis.

Kesan

Saya sebetulnya sulit untuk menuliskan kesan selama mengikuti lomba hingga pencapaian untuk sebuah meraih harapan, karena yang saya rasakan adalah rasa yang tak berwujud. Hehehe. Seneng, kaget, gak nyangka, bersyukur, terbang, ge-er, senyuuummm terus, merekah-rekah dihati :D Banyak pengalaman selama proses hingga pasca yang umum disebut pencapaian harapan (red: prestasi). Saya tidak mungkin menceritakan pengalaman saya satu persatu karena terlampau panjang. Secara general menurut saya perlu adanya Niat yang ikhlas karena Allah SWT, Ikhtiar yang maksimal, Optimis, Do’a dan menjadikan segala sesuatunya sebagai evaluasi bukan koleksi prestasi. Setiap ingin mengikuti hal yang mengandung syarat kompetisi maka jangan jadikan hal tersebut sebagai ladang adu saing akan tetapi jadikan sebagai bahan evaluasi kemampuan sehingga kita mampu belajar mengenali potensi diri dan menjadi perbaikan untuk dimasa yang akan datang. Niatkan semata karena Allah SWT untuk evaluasi bukan untuk mengukir prestasi. Karena mengukir prestasi sifatnya hanya berjangka pendek dan setelahnya tidak ada timbal baliknya, sementara evaluasi prestasi sifatnya jangka panjang dan tentu didalamnya banyak timbal balik yang berguna. Hal ini juga bermanfaat dalam memaknai sebuah kegagalan dan keberhasilan.


(57)

Dalam evaluasi tak ada yang disesali jikalau gagal dan senantiasa bersyukur jikalau menuai keberhasilan dan keduanya sama-sama membutuhkan evaluasi. (Saya pun bukan orang yang senantiasa mulus dalam meraih prestasi).

“Seorang yang gagal lebih baik daripada

seorang yang sama sekali tidak melakukan ikhtiar apa pun”

Jujur, saya tidak pernah menyangka atas prestasi-prestasi yang telah saya raih. Saya tidak pernah memikirkan sebuah pengharapan untuk sebuah kemenangan. Saya juga tidak tahu kenapa. Saya hanya percaya bahwa Allah selalu memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan, karena kebutuhan adalah hal yang terbaik dariNya. Makanya saya cenderung sulit untuk mengungkapkannya lewat sebuah tulisan. Seperti yang saya ungkapkan diawal. Saya hanya berpendapat. Selagi badan mampu menjalankan fungsinya sesuai amanah Allah SWT yang menjadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumi maka Lakukanlah dengan semaksimal mungkin dalam mempergunakan segala karuniaNya untuk terus berkarya.

“Yang terpenting bukan seberapa besar keberhasilan, kemenangan atau impian atas sesuatu

Akan tetapi perjuangan yang besar menuju kesana untuk menjadikannya sesuatu”


(58)

2.3. Deskripsi Tentang Jurnalistik

Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Jurnalistik atau Jurnalisme berasal dari kata journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat kabar. Journal berasal dari perkataan latin diurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. Jurnalistik adalah praktek investigasi dan pelaporan peristiwa, isu, dan tren ke khalayak luas. Meskipun ada banyak variasi dalam jurnalistik, yang ideal adalah untuk menginformasikan kepada warga.

Di Indonesia, istilah ini dulu dikenal dengan publisistik. Dua istilah ini tadinya biasa dipertukarkan, hanya berbeda asalnya. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul dari Amerika Serikat dan menggantikan publisistik dengan jurnalistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas ilmu komunikasi.

Selain meliputi organisasi dan lembaga seperti pemerintah dan bisnis, jurnalistik juga mencakup aspek-aspek budaya masyarakat seperti seni dan hiburan. Bidang ini meliputi pekerjaan seperti mengedit, foto jurnalistik, dan dokumenter. Dalam masyarakat modern, media massa telah menjadi pemasok utama dari informasi dan pendapat tentang urusan publik, tetapi peran dan status jurnalistik, bersama dengan bentuk-bentuk media massa, sedang menjalani perubahan yang dihasilkan dari internet. Jurnalistik atau perkembangan pengumpulan dan transmisi berita, meliputi pertumbuhan teknologi dan perdagangan, ditandai dengan munculnya teknik-teknik khusus untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi secara berkala. Ada beberapa bagian mengenai jurnalistik seperti :


(59)

1. Aktifitas Jurnalistik

Jurnalistik dapat dikatakan "coretan pertama dalam sejarah". Meskipun berita seringkali ditulis dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya disunting sebelum diterbitkan. Banyak pemerintahan Barat menjamin kebebasan dalam pers. Aktivitas yang utama dalam jurnalistik adalah pelaporan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana (dalam bahasa Inggris dikenal dengan 5W+1H) dan juga menjelaskan kepentingan dan akibat dari kejadian atau trend. Jurnalistik meliputi beberapa media yaitu koran, televisi, radio, majalah dan internet sebagai pendatang baru.

2. Istilah jurnalis dan wartawan di Indonesia

Istilah jurnalis baru muncul di Indonesia setelah masuknya pengaruh ilmu komunikasi yang cenderung berkiblat ke Amerika Serikat. Istilah ini kemudian berimbas pada penamaan seputar posisi-posisi kewartawanan. Misalnya, "redaktur" menjadi "editor." Adapun bagian dari jurnalistik yaitu wartawan atau jurnalis adalah seorang yang melakukan jurnalisme, yaitu orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dikirimkan atau dimuat di media massa secara teratur. Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet. Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya dan mereka diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.


(60)

Sementara itu wartawan, dalam pendefinisian Persatuan Wartawan Indonesia, hubungannya dengan kegiatan tulis menulis yang diantaranya mencari data (riset, liputan, verifikasi) untuk melengkapi laporannya. Wartawan dituntut untuk objektif, hal ini berbeda dengan penulis kolom yang bisa mengemukakan subjektivitasnya.

3. Unsur-unsur jurnalistik

Menurut The Elements of Journalism, sebuah buku oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, ada sembilan elemen jurnalisme. Dalam rangka untuk jurnalis untuk memenuhi kewajiban mereka memberikan orang dengan informasi, mereka harus bebas dan pemerintahan sendiri. Mereka harus mengikuti panduan sebagai berikut ini:

1. Kewajiban pertama Jurnalisme adalah untuk kebenaran. 2. loyalitas pertamanya adalah kepada warga.

3. Esensinya adalah disiplin verifikasi.

4. Para praktisi harus menjaga independensi dari yang mereka cover. 5. Ia harus berfungsi sebagai pemantau independen dari kekuasaan. 6. Ini harus menyediakan forum untuk kritik publik dan kompromi.

7. Hal ini harus berusaha keras untuk membuat berita yang signifikan, menarik, dan relevan.

8. Ini harus menjaga berita komprehensif dan proporsional.

9. Para praktisi harus diperbolehkan untuk melaksanakan hati nurani pribadi mereka.


(61)

4. Profesional dan standar etika

Kegiatan jurnalistik diatur dengan Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999 yang dikeluarkan Dewan Pers dan Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI.

5. Dasar-dasar Jurnalistik

Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan sehingga tidak halnya bila pemburu berita dituntut kreativitasnya dalam penyampaian informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan jurnalistik merupakan modal yang amat penting manakala kita terjun di dunia ini. Keberadaan media tidak lagi sebatas penyampai informasi yang aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap pemberitaannya.

Jurnalistik mencakup kegiatan dari peliputan sampai kepada penyebarannya kepada masyarakat. Sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui media cetak seperti surat kabar, majalah dan sebagainya, namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (print journalism), elektronik (electronic journalism). Akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism).


(62)

Jurnalistik atau jurnalisme, menurut Luwi Ishwara (2005), mempunyai ciri-ciri yang penting untuk kita perhatikan, yaitu sebagai berikut :

a. Skeptis

Skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah tertipu. Inti dari skeptis adalah keraguan. Media janganlah puas dengan permukaan sebuah peristiwa serta enggan untuk mengingatkan kekurangan yang ada di dalam masyarakat. Wartawan haruslah terjun ke lapangan, berjuang, serta menggali hal-hal yang eksklusif.

b. Bertindak (action)

Wartawan tidak menunggu sampai peristiwa itu muncul, tetapi ia akan mencari dan mengamati dengan ketajaman naluri seorang wartawan.

c. Berubah

Perubahan merupakan hukum utama jurnalisme. Media bukan lagi sebagai penyalur informasi, tapi fasilitator, penyaring dan pemberi makna dari sebuah informasi.

d. Seni dan Profesi

Wartawan melihat dengan mata yang segar pada setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek yang unik.

e. Peran Pers

Pers sebagai pelapor, bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan peristiwa-peristiwa di luar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa


(1)

(2)

(3)

Lampiran 8

CURICULLUM VITAE

Nama Lengkap : Lina Fatinah Nama Panggilan : Lina

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 16 April 1989

Umur : 21 tahun

Tinggi badan : 167 cm

Berat badan : 63 kg

Alamat : Jln. Penyu No. 54 , Buah Batu, Kel. Turangga, Bandung

HP : 085722570733

Agama : Islam

Warga negara : Indonesia


(4)

Pendidikan Formal

 2007- Sampai dengan sekarang : Universitas Komputer Indonesia, jurusan Ilmu Komunikasi, Bandung

 2004-2007 : SMU Muhamadiyah 03, Bandung  2001-2004 : SMP Angkasa 03, Jakarta

 1995-2001 : SDN Jatirahayu V, Jakarta  1993-1995 : TK Dunia Baru, Jakarta Training dan Kursus Lainnya

 2006 , Peserta In Success Motivation Training BSI. Bandung (Berertifikat)  2007, Peserta Office Autimation Open House LPKIA. Bandung (Bersertfikat)  2007, Peserta Optimalisasi E-Journal Proquest UNIKOM. Bandung

(Bersertifikat)

 2007, Peserta Workshop Brain Management, Auditorium UNIKOM. Bandung (Bersertifikat)

 2007, Pelatihan Master Of Ceremony, Auditotium UNIKOM. Bandung (Bersertifikat)

 2007, Pelatihan Table Manner. Bandung (Bersertifikat)

 2008, Peserta Mentoring Agama Islam, Auditorium UNIKOM. Bandung (Bersertifikat)

 2008, Kunjungan ke Media Massa (Aneka Yess! & TransTV), Fakultas Ilmu Komunikasi UNIKOM, Jakarta. (Bersertifikat)


(5)

 2009, Peserta Kebudayaan Film dan Sensor Film, Auditorium UNIKOM. Bandung. (Bersertifikat)

 2010, Peserta Latihan Kepemimpinan Mahasiswa, Auditorium UNIKOM. Bandung (Berertifikat)

 2010, Kegiatan Communication Cup 2, UNIKOM. Bandung.(Bersertifikat)  2010, Kegiatan Seminar Fotografi, Lomba Foto Essay Dan Apresiasi Seni,

Auditorium UNIKOM. Bandung. (Bersertifikat) Pengalaman Organisasi

 2009-2010, Anggota Divisi Penerbitan HIMA IK & PR UNIKOM, Bandung  2006, Anggota IRM ( Ikatan Remaja Muhammadiyah ) SMA Muhammadiyah

03, Bandung


(6)