TA : Perancangan Branding Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo Berbasis Education Tourism Sebagai Upaya Meningkatkan Potensi Desa Wisata.

(1)

PERANCANGAN BRANDING KAMPOENG BEBEK DAN

TELUR ASIN DESA KEBONSARI SIDOARJO BERBASIS

EDUCATION TOURSIM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

POTENSI DESA WISATA

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh :

Tria Kuswidya Estherlita 12420100017

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Kabupaten Sidoarjo merupakan kabupaten yang memiliki pertumbuhan UMKM paling pesat di Jawa Timur. Terlebih lagi pada tahun 2014 Kabupaten Sidoarjo memiliki 11 kampoeng wisata sentra industri. Kampoeng Bebek dan Telur Asin di Desa Kebonsari, Kecamatan Candi menjadi salah satu hasil produk unggulan Kabupaten Sidoarjo. Peternak bebek di Kampoeng Bebek dan Telur Asin ini menggunakan pakan yang berupa hasil limbah tambak Sidoarjo seperti kupang dan kepala udang yang menjadikan rasa dari telur asin ini berbeda dan unik. Namun, yang menjadi masalah Kampoeng Bebek dan Telur Asin di Kebonsari, Candi adalah kurangnya dalam meningkatkan potensi desa dan upaya untuk mempromosikan Kampoeng Bebek dan Telur Asin desa Kebonsari. Maka, tujuan penelitian ini diarahkan untuk me-branding Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari berbasis education tourism sebagai upaya meningkatkan potensi desa wisata.

Kabupaten Sidoarjo memiliki kampoeng unggulan desa wisata seperti Kampoeng Batik Jetis, Kampoeng Krupuk, Kampoeng Jajanan, dan Kampoeng sepatu, dan lain sebagianya. Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti,1993:2.3).


(3)

Pada tahun 2010 desa Kebonsari keluar sebagai juara pengembangan ternak bebek dan telur asin tingkat provinsi Jawa timur dimana hasil olahan pakan ternak dengan protein tinggi (kupang dan kepala udang) serta pengolahan hasil telur asin dengan inovasi rasa , dengan prestasi tersebut desa Kebonsari ini diresmikan oleh Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menjadi Kampoeng Bebek dan Telur Asin.

Kampoeng Bebek dan Telur Asin desa Kebonsari mempunyai potensi sebagai desa wisata berbasis education tourism karena menurut Yoeti (1993:110.116) , Education tourism adalah jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan. Kampoeng Bebek dan Telur Asin desa Kebonsari memiliki pergerakan dalam bidang usaha dagang dimana rata-rata masyarakat di desa Kebonsari bekerja dengan membuka usaha ternak bebek dan telur asin sendiri. Ada tiga syarat sebuah tempat dapat dijadikan sebagai objek wisata, yaitu :

a. Daerah tersebut mempunyai apa yang disebut sebagai “something to see”. Tempat tersebut harus mempunyai objek dan atraksi wisata. Kampoeng Bebek dan Telur Asin desa Kebonsari mempunyai sesuatu untuk dilihat yaitu banyaknya peternakan bebek serta produk olahan telur asin

b. Daerah tersebut mempunyai apa yang disebut sebagai “something to do”. Tempat tersebut mempunyai fasilitas rekreasi atau amusement. Kampoeng Bebek dan Telur Asin desa Kebonsari mempunyai kegiatan dimana kita dapat melihat proses pembuatan telur asin sendiri


(4)

c. Daerah tersebut mempunyai apa yang disebut sebagai “something to buy”. Tempat tersebut harus ada fasilitas untuk berbelanja, souvenir dan kerajinan tangan masyarakat sekitar sebagai oleh-oleh dibawa pulang.

Menurut badan perwakilan desa Kebonsari desa Kebonsari Kecamatan Candi, Sidoarjo memiliki jumlah penduduk sebanyak 5312 jiwa dengan luas wilayah 151,154 Ha. Sebagian warga bermata pencaharian sebagai peternak, nelayan, dan petani. Hasil pertanian di Desa Kebonsari sebagian besar adalah palawija, sayur- sayuran, buah-buahan, sedangkan hasil nelayan sebagian besar adalah kupang sehingga persediaan pakan berupa kupang selalu tercukupi dan populasi ternak disana selain sapi, kambing, kerbau, domba, ayam lebih didominasi oleh itik sebanyak 78.400 ekor.

Tabel 1.1 Data Pengunjung

Tabel Kunjungan Belajar Kampoeng Bebek Tahunan 2014-2015

Bulan Tahun 2014 Tahun 2015

1 2 3 4 1 2 3 4

1 30 15 - 22 8 5 - 20

2 - 25 10 16 - 15 - -

3 - 16 20 - - 23 32 -

4 35 - - 8 15 - 22 -

5 5 - - - 12 - 30 -

6 18 Libur Libur Libur Libur Libur Libur Libur 7 Libur Libur Libur Libur Libur Libur Libur Libur

8 - 26 14 40 - 18 26 -

9 - 11 6 - 38 - - 17

10 - - - 38 6 - 21 3

11 - 35 - 6 32 - 11 12

12 - - 5 32 5 14 - -

Total 78 128 55 162 116 75 142 52

423 385


(5)

Adanya kompetitor seperti hasil telur asin dari Brebes yang sudah terkenal di tingkat nasional, membuat Kampoeng Bebek dan Telur Asin di Desa Kebonsari harus mampu bersaing dengan menguatkan citra kampoeng atau brand ternak bebek dan produk telur asin itu sendiri yang mempunyai keunikan dibandingkan dengan produk telur asin lainnya seperti inovasi rasa telur asin (kepiting, salmon, udang, dan bawang), pemakaian pakan ternak yang sebagian digunakan adalah kupang dan kepala udang segar, dan juga kampoeng bebek dan telur asin sebagai desa wisata yang dapat menjadi sarana edukasi bagaimana melihat proses beternak dan telur asin itu dibuat secara alami. Proses inilah yang dapat menjadi faktor keunggulan dari kampoeng bebek dan telur asin desa Kebonsari.

Menurut Anholt (Yananda & Salamah, 2014:55), branding tempat dipercaya ampuh untuk membuat sebuah kota menjadi terkenal. Proses branding merupakan paradigma baru terkait bagaimana tempat harus dikelola di masa yang akan datang. Proses branding kota terkait dengan pembentukan identitas kota yang bersifat berbeda dan mengarahkan bagaimana sebuah kota dipasarkan. Sedangkan menurut Kavaratzis (Yananda & Salamah, 2014:57), Branding dilakukan untuk mengamankan kelebihan ekonomi dan kompetitif, pembangunan komunitas dan kohesi, serta meningkatkan keterlibatan sipil dan identitas dengan sebuah tempat.

Maka untuk meningkatkan potensi desa Kampoeng Bebek dan Telur Asin desa Kebonsari sebagai desa wisata dibutuhkan proses pengenalan atau promosi kepada masyarakat dengan adanya fasilitas yang dimiliki Kampoeng Bebek dan


(6)

Telur Asin desa Kebonsari. Untuk itu pemilihan unsur branding dan media promosi sangatlah penting dalam proses peracangan branding karena media memiliki fungsi dan efektifitasnya masing-masing.

Perancangan branding tidak lepas dari fungsi media promosi. Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar (Purnawati dan Eldarni, 2001:4) sedanglan promosi adalah sejenis komunikasi yang memberikan penjelasan dan menyakinkan calon konsumen mengenai barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan meyakinkan calon konsumen (Alma, 2006:179).

Sehingga tujuan dalam branding Kampoeng Bebek dan Telur Asin desa Kebonsari, diharapkan mampu meningkatkan potensi desa dengan meningkatkan nilai kesadaran masyarakat. Sehingga nilai merek dari produk atau Kampoeng Bebek itu sendiri akan mengalami tingkatan dibenak masyarakat yang didasari dengan meningkatnya jumlah kunjungan dan penjualan pada hasil produk telur asin.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, hal yang menjadi rumusan masalah dalam perancangan ini adalah :


(7)

Bagaimanakah merancang branding Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo berbasis education tourism sebagai upaya meningkatkan potensi sebagai desa wisata ?

1.3 Batasan Masalah

Dari rumusan diatas, adapun yang menjadi batasan-batasan masalah yang akan dikerjakan dalam perancangan ini yaitu :

a. Perancangan logo Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari.

b. Perancangan Graphic Standard Manual Logo Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari.

c. Perancangan promosi ini menggunakan media promosi yang meliputi pembuatan signange, brosur, kemasan, web dan merchandise.

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah :

1. Untuk merancang branding Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari, Sidoarjo sebagai upaya meningkatkan potensi desa wisata.

2. Untuk mempromosikan dan meningkatkan daya tarik kepada masyarakat akan Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari , Sidoarjo.

1.5 Manfaat Perancangan

Manfaat dari perancangan tugas akhir ini dibagi menjadi dua aspek yaitu aspek teoritis dan aspek praktis, yang dijelaskan sebagai berikut :


(8)

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat meningkatkan kualitas dalam berkarya, serta dapat memberikan manfaat secara teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang terkait dengan perancangan branding tempat, pembuatan logo dan media promosi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Diharapkan perancangan ini dapat diterapkan di Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari, sehingga mampu meningkatkan potensi sebagai desa wisata dan memberi dampak positif bagi masyarakat Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari untuk dapat berinovasi lagi terhadap hasil produk unggulannya. Sehingga Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari mampu bersaing dengan kompetitor lainnya.


(9)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh seorang mahasiswa Institut Bisnis dan Informatika STIKOM Surabaya bernama Ekky Fardhy Satria Nugraha tahun 2012 Dengan judul penelitiannya yaitu Perancangan Branding Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo Sebagai Upaya Melestarikan Produk Budaya Lokal. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang branding, memperkenalkan dan mempromosikan Kampoeng Batik Jetis sidoarjo. Jadi Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo dikembangkan dan dikenalkan melalui pendekatan branding dan membuat promosi Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo.

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan Kualitatif. Bahwa kawasan permukiman jetis didasarkan pada fakta bahwa mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai pembuat batik sehingga dikembangkan sebagai kawasan permukiman pembatik yang juga berfungsi sebagai showroom sehingga pengunjung dapat merasakan suasana budaya batik jetis Sidoarjo. Permukiman Kampoeng Jetis menjadi daya tarik wisata baik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Keunikan corak batik dan bangunan berarsitektur kuno merupakan daya tarik utama Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo.

Perbedaan tujuan penelitian dengan penelitian sebelumnya ada didalam pengerjaan media dan strategi yang dituju. Meskipun terdapat kesamaan namun penelitian awal mengambil obyek budaya dan penelitian ini mengambil obyek


(10)

utama wisata edukasi. Penelitian saat ini berisifat mengajak masyarakat untuk berwisata sambil belajar dengan adanya fasilitas edukasi yang diberikan oleh Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari.

2.2 Brand

Menurut Eti Rochaety (2005:34) brand (merek) adalah nama, istilah, tanda, symbol atau rancangan/kombinasi dari hal-hal tersebut. Pengertian lain mengatakan bahwa merek merupakan internalisasi jumlah semua kesan yang diterima para pelanggan untuk menghasilkan sebuah posisi khusus di”pikiran” mereka berdasarkan manfaat-manfaat emosional dan fungsional yang dirasakan. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasikan produk atau jasa yang dihasilkan agar berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing.

Sesuatu boleh disebut brand jika bisa mengidentifikasikan sesuatu, dan saat brand tersebut berinteraksi serta menyapa audience-nya maka brand tersebut sedang melakukan proses branding. (Permana, 2012:1)

Brand menurut Kotler (2003: 420) dapat dibedakan menjadi enam tingkatan pengertian, yaitu :

a. Atribut

Brand akan mengingatkan orang-orang pada atribut- atribut tertentu. b. Manfaat

Suatu merek lebih dari serangkaian atrinut. Pelanggan tidak membeli atribut tetapi membeli manfaat dan diterjemahkan menjadi fungsional dan emosional.


(11)

c. Nilai

Brand mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli. Produsen harus mengenali secara spesifik kemlompok pembeli dengan nilainya sesuai dengan manfaat yang diberikan oleh brand tersebut. Kelompok pembeli merupakan target market dari brand tersebut.

d. Budaya

Brand mewakili budaya tertentu. e. Kepribadian

Brand juga menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

f. Pemakai

Brand juga menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

2.2.1 Branding

Branding yang berhasil adalah dengan menciptakan sebuah brand yang dapat didentifikasikan produk, jasa atau orang yang membuat pembeli menerima nilai tambah yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Menurut Anholt (2003:5) branding adalah proses mendesain, merencanakan, dan mengkomunikasikan nama serta identitas dengan tujuan membangun atau mengelola. Pentingnya merancang branding adalah untuk menciptakan image dan tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhan audience yang bukan hanya berbicara tentang market share, namun juga berbicara tentang mind dan heart share. (Permana, 2012:5).


(12)

2.2.2 Branding Tempat

Menurut Anholt, branding tempat dipercaya ampuh untuk membuat sebuah kota menjadi terkenal. Proses branding merupakan paradigma baru terkait bagaimana tempat harus dikelola di masa yang akan datang (Anholt, 2005). Proses branding kota terkait dengan pembentukan identitas kota yang bersifat berbeda dan mengarahkan bagaimana sebuah kota dipasarkan. Menurut Kavaratzis (2004), Branding dilakukan untuk mengamankan kelebihan ekonomi dan kompetitif, pembangunan komunitas dan kohesi, serta meningkatkan keterlibatan sipil dan identitas dengan sebuah tempat (Yananda & Salamah, 2014:55).

Menurut Roll (Yananda & Salamah, 2014:56) tempat seperti negara membentuk identitas yang erbeda di benak calon turis, pebisnis, pedagang, importir, dan konsumen. Pemanggilan kembali ingatan (recall) terhadap suatu destinasi bersifat instan saat mereka hendak melakukan perjaanan atau melakukan kunjungan dalam rangka kerja. Oleh karena itu, branding tempat merupakan jawaban karena brand adalah jalan pintas mental yang memudahkan pengambilan keputusan yang perlu dilakukan. Branding juga dapat memenuhi sasaran di pasar dunia melalui menari investasi dan pekerja yang memiliki ketramoilan tinggi .

Meski branding dilakukan sebuah tempat untuk menarik hati turis dan uang mereka, alasan yang lebih penting adalah demi membentuk citra positif dan mendapatkan kehormatan atau prestice yang bersifat seketika untuk produk local yang diekspor (Roll, 2006). Efek halo atau efek COO inilah yang mendatangkan


(13)

keuntungan finansial berlipat dari sebuah upaya branding tempat (Yananda & Salamah, 2014:56).

2.2.3 Membangun Identitas Kota

Keunikan merupakan esensi dari identitas. Identitas berasal dari kata Yunani berbeda dari segi pemaknaannya. Kota harus dipersepsikan sebagai sebuah kota seperti halnya kota lainnya, namun pada saat yang sama juga harus berbeda dengan kota saingannya. Sebuah brand untuk kota adalah penanda i”idem" yang berarti kesamaan (sameness). Namun identitas hanya bermakna dalam kaitannya dengan hal-hal yang tidak merupakan dirinya. Identitas mengandaikan adanya liyan (othemess) dan perbedaan. Sebuah kota yang memiliki identitas adalah kota yang sama dalam arti fungsional dengan kota lainnya namun dentitas (Yananda & Salamah, 2014: 58).

Menurut Kavaratzis (Yananda & Salamah, 2014: 57) proses branding kota terkait dengan pembentukan identitas kota yang bersifat berbeda dan mengarahkan bagaimana sebuah kota dipasarkan. Branding dilakukan untuk mengamankan kelebihan ekonomi dan kompetitif, pembangunan komunitas dan kohesi. Serta meningkatkan keterlibatan sipil dan identitas dengan sebual tempat. Saat sebuah tempat telah bergeser dari produk menjadi brand, maka kota menjadi obyek yang dapat memberikan konfirmasi terhadap identitas. Identitas merupakan instrumen yang menjadi dasar proses branding. ldentitas memungkinkan sebuah tempat menjadi berbeda dari tempat lain yang menjadi pesaingnya (Rainisto dalam Yananda & Salamah, 2014: 57).


(14)

Citra merupakan proyeksi dari identitas. Bila identitas diibaratkan sebagai sebuah benda, maka citra adalah bayangan benda yang terpantul dalam cermin. Citra bukanlah benda itu sendiri, melainkan pantulan dari identitas yang dimiliki. Citra yang ideal adalah citra yang dekat dengan identitas yang dimiliki sesuatu atau seseorang, menampilkan obyek tersebut secara utuh, lengkap, dan tidak mengalami distorsi (Yananda & Salamah, 2014: 57).

2.3 Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari Candi 1. Kondisi Wilayah

Desa Kebonsari meruakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Penduduk Desa Kebonsari sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, dan peternak , khususnya itik. Terletak 5 km di sebelah selatan pusat pemerintahan Kabupaten Sidoarjo yang berbatasan dengan,

a.Sebelah Utara : Desa Bligo dan Desa Klurak Kecamatan Candi.

b. Sebelah Selatan : Desa Balonggabus dan Desa Ngampelsari Kecamatan Candi.

c.Sebelah Barat : Desa Gelam dan Desa Candi Kecamatan Candi.

d. Sebelah Timur : Desa Balonggabus dan Desa Balongdowo Kecamatan Candi.


(15)

Gambar 2.1 Peta Desa Kebonsari, Candi Sumber: Kelompok Peternak Itik Sumber Pangan

2. Luas Wilayah

Luas Wilayah Desa Kebonsari 151,154 Ha dengan struktur tanah alluvial dan ketinggian tempat 4 dpl serta curah hujan 6 bulan basah- 6 bulan kering dengan kepadatan penduduk 5,214 jiwa. Desa Kebonsari mempunyai luas lahan sawah sebesar 34,84 Ha, sedangkan lahan pekarangan 116,32 Ha yang kebanyaan digunakan untuk usaha ternak itik.

Sealin itu Desa Kebonsari berbatasan desan Desa Balongdowo yang penduduknya berate pencaharian sebagai nelayan kupang sehingga persediaan pakan berupa kupang selalu tercukupi. Hasil pertanian ebagian besar adalah padi, palawija, sayur, buah (manga dan jambu air). Sedangkan populasi ternak yang ada adalah :

a. Sapi : 36 ekor b. Kerbau : 6 ekor c. Kambing : 42 ekor d. Domba : 126 ekor


(16)

e. Ayam : 2018 ekor f. Itik : 78,400 ekor

3. Sejarah Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari

Sebelum diresmikan menjadi Kampoeng Bebek , masyarakat Desa Kebonsari yang bermata pencaharian sebagai petrenak itik mempuyai sebuah kelompok peternak iti yang dibri nama “Sumber Pangan” yang berdiri pada tanggal 24 Maret 1992, yang diketuai oleh Bpk. Nur Hidayat. Status kelompok peternak itu adalah Kelompok Peternak Agribisnis berbasis peternakan ituk dengan jumlah kepemilikan ternak itik kelompok “Sumber Pangan” sebesar 68.900 ekor.

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Kelompok Ternak Itik Sumper Pangan Desa Kebonsari, Candi

Sumber: Kelompok Peternak Itik Sumber Pangan

Pada tahun 2002 kelompok ternak Sumber Pangan telah memulai usaha penetasan telur itik oleh anggota kelompok. Dengan menggunakan sumber bahan


(17)

pakan yang mudah didapatkan disekitar lokasi peternakan membuat itik di Desa Kebonsari menggunakan pakan seperti kupang dan kepala udang. Meningkatnya hasil kerja dari kelompok ternak itik Sumber Pangan, pada tahun 2010 keadaan populasi itik milik anggota kelompok (milik 46 orang anggota) adalah 78.400 ekor, rata-rata kepemilikan 1800 ekor dengan rentang kepemilikan hingga 500-12,000 ekor. Sedangkan itik kelompok 3000 ekor, dengan luas kandang kurang lebih 1200 m2.

Dengan seringnya kelompok ternak itik Sumber Pangan selalu berkembang dan berinovasi dalam cara megembangkan itik, kelompok peternak itik sumber pangan selalu memenangkan kejuaraan membawa nama Kabupaten Sidoarjo dalam lomba difersivikasi Tingkat Propinsi Jatim, membuat Bpk. Bupati Saiful Ilah meresmikan Desa Kebonsari sebagai Kampoeng Bebek dan Telur Asin , pada bulan juni tahun 2010.

2.4 Desa Wisata

Kabupaten memiliki 11 kampoeng desa wisata, namun yang menjadi andalan kunjungan wisata bagi para wisatawan adalah kampoeng batik jetis, kampoeng jajanan, kampoeng sepatu dan kampoeng bebek. Dengan adanya potensi yang dimiliki sebagai desa wisata menurut Yoeti (1985:110-116) ada berbagai jenis dan macam pariwisata serta pembagian pariwisata dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu:

a. Menurut letak geografis: 1) Local tourism


(18)

Merupakan pariwisata setempat, mempunyai ruang lingkup yang relatif sempit dan terbatas di tempat-tempat tertentu saja.

2) Regional tourism

Memiliki ruang lingkup yang lebih luas, berkembang di suatu daerah atau tempat yang lebih besar jika dibandingkan dengan pariwisata lokal. 3) National tourism

Kepariwisataan yang sedang berkembang dalam suatu negara. Sinonim dengan pariwisata dalam negeri, yang melakukan perjalanan wisata adalah warga sendiri dan warga asing yang berdomisili di negara tersebut.

4) Regional-Internasional tourism

Kegiatan pariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut.

5) International tourism

Pengertian ini sinonim dengan kepariwisataan dunia yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh negara di dunia.

b. Menurut pengaruhnya terhadap pembayaran: 1) In tourism

Ditandain dengan masuknya wisatawan asing ke suatu negara tertentu. Disebut pariwisata aktif karena dapat membantu pemasukan devisa lebih bagi negara yang dikunjungi dan dengan sendirinya akan memperkuat posisi Neraca Pembayaran Negara yang dikunjungi wisatawan tersebut.


(19)

2) Out going tourism

Ditandai dengan gejala keluarnya warga negara sendiri bepergian ke luar negeri sebagai wisatawan, disebut wisatawan pasif karena merugikan negara asal wisata, dan tidak memiliki arti ekonomi bagi negeri sendiri. c. Menurut alasan ataupun tujuan perjalanan:

1) Business tourism

Jenis pariwisata dimana pengunjungnyadatang untuk tujuan dinas, usaha dagang, ataupun bertujuan dengan suatu pekerjaan.

2) Vacation tourism

Jenis pariwisata ini dimana orang yang melakukan perjalanan wisata sendiri dari orang-orang yang sedang berlibur.

3) Education tourism

Jenis pariwisata ini dimana pengunjung atau orang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan. d. Menurut objeknya:

1) Culture tourism

Jenis pariwisata dimana motivasi orang untuk perjalanan disebabkan oleh karena daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah.


(20)

Dapat disebut juga dengan pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata ini dikaitkan dengan suatu kegiatan perdagangan nasional atau internasional.

3) Sport tourism

Perjalanan yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentu.

4) Political tourism

Biasanya disebut pariwisata politik, yaitu perjalanan yang bertujuan utamanya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa ataupun kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara.

5) Social tourism

Pariwisata ini bertujuan untuk mencari keuntungan karena itu tidak dapat disosialisasikan sebagai pariwisata yang berdiri sendiri.

6) Religion tourism

Jenis pariwisata dimana bertujuan utama perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat upacara-upacara keagamaan.

2.5 Logo

Kata logo berasal dari kata Yunani “logos”, untuk ucapan dan logika. Logo berbicara kepada yang melihat, tetapi penggunaannya harus juga logis. Merek dagang dan logo yang membentuk bahasa internasional di dunia dengan


(21)

mudah melewati perbatasan-perbatasan dan menyampaikan pesan-pesan yang sama dan tegas kepada para konsumen (Deanu Knapp, 2001:125).

David Airey (2010:22-23) menerangkan bahwa setiap orang dapat merancang sebuah logo, tetapi tidak setiap orang dapat merancang logo dengan benar/tepat. Selain itu logo yang simpel dapat lebih mudah dikenal oleh konsumen. Solusi yang paling sederhana adalah yang paling efektif, karena logo yang sederhana membantu memenuhi sebagian dari persyaratan lain dari desain ikonik).

Menurut Rustan (2009:13) logo bisa berupa apa saja, seperti tulisan, gambar, logogram, ilustrasi dan lain-lain. Maka dari itu menurut Kusrianto (2007:240) logo dapat dibedakan dalam empat kelompok sesuai dengan unsur pembentukanya antara lain :

a. Logo dalam bentuk alphabetical

Logo yang terdiri dari bentuk huruf-huruf atau dimaksudkan untuk menggambarkan bentuk huruf dan kombinasi dari bentuk huruf.

b. Logo dalam bentuk benda konkret

Bentuk konkret, misalnya bentuk manusia (seorang tokoh, wajah, bentuk tubuh yang menarik), bentuk binatang, tanaman, maupun benda yang lain. c. Logo dalam brntuk abstrak, polygon, spiral, dsb

Logo dalam bentuk ini memiliki bentuk abstrak, bentuk geometri, spiral, brosur, segitiga, bujur sangkar, polygon, titik-titik, garis, panah, gabungan bentuk-bentuk lengkung dan bentuk ekspresi tiga dimensi.


(22)

d. Simbol,nomor, dan elemen lain.

Menurut Carter dalam Kusrianto (2007:234) Logo yang baik harus dapat mencakup beberapa hal seperti :

a. Original dan destinetive, dimana logo memiliki nilai khas, unik, dan daya pembeda yang jelas.

b. Legible, dimana logo memiliki nilai tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda.

c. Simple , dimana logo memiliki nilai pengertian yng mudah ditangkao dan dimengerti dalam waktu yang reatif singkat.

d. Memorable, dimana logo memiliki nilai yang cukup mudah diingat, karena keunikannya, bahlan dalam kurun waktu yang relative lama.

e. Easily associated with the company, dimana logo yang baik akan mudah dihubungkan atau diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan atau organsasi.

f. Easily adoptable of all graphic media, dimana logo memiliki faktor kemudahan mengaplikasikan logo baik yang menyangkut bentuk fisik, warna, maupun konfigurasi logo pada berbagai media grafis perlu diperhitungkan pada saat proses perancangan, diaman proses ini dapat utuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam penerapannya.


(23)

Menurut Surianto Rustan (2009: 46) bahwa untuk menentukan bentuk logo yang sesuai dengan konsep dan kepribadian entitasnya, desainer sangat dianjurkan mempelajari hubungan antara bentuk-bentuk dasar dan sifat yang terkandung di dalamnya.

a. Garis Mendatar / Horisontal

Pasif, statis, ber-henti, tenang/ tenteram, rasional, formal, basis / dasar, dataran, negatif/ minus, pembatalan.

b. Garis Tegak / Vertikal

Aktif, tinggi, agung/ mulia, megah, angkuh, spiritual, kesatuan, tunggal, kepemilikan, kekuatan, absolut, terkemuka.

c. Garis Miring / Diagonal

Dinamis, bergerak, mengarah, informal, tidak stabil, larangan, pembatalan.

d. Lingkaran

Dinamis, bergerak, kecepatan, berulang, tak terputus, tak berawal dan tak berakhir, abadi, kualitas, dapat diandalkan, sempurna, matahari, kehidupan, semesta.

e. Segi Empat

Stabil, diam, kokoh, teguh, rasional, keunggulan teknis, formal, sempurna, dapat diandalkan, kejujuran, integritas.


(24)

Stabil, diam, kokoh megah, teguh, rasional, tritunggal, api, kekuatan, gunung, harapan, terarah, progres, bernilai, suci, sukses, sejahtera, keamanan.

2.6 Promosi

Promosi menurut Michael Ray (dalam Morrisan, 2010:16) Koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan

Dalam hal ini, menurut Morissan (2010:17) “Promosi merupakan elemen atau bagian dari pemasaran yang digunakan perusahaan untuk berkomunikasi dengan konsumen.” Promosi akan lebih meningkatkan citra perusahaan itu sendiri agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Dalam merancang strategi promosi, perusahaan harus mengombinasikan berbagai elemen yang terdapat dalam bauran promosi atau promotional mix dengan memperhitungkan kekuatan dan kelemahan dari masing-masing elemen tersebut. Perusahaan harus mempertimbangkan banyak faktor sebelum melaksanakan bauran promosi termasuk diantaranya : jenis produk yang dihasilkan, pasar yang dituju tahapan atau siklus produk, saluran distribusi yang tersedia, serta bagaimana konsumen memutuskan pembelian.

Promosi melalui iklan dan penjualan personal sangat bergantung pada jenis pasar yang menjadi sasaran dan bahkan dua perusahaan yang sejenispun memiliki strategi promosi yang berbeda-beda. Perusahaan yang menjual produk


(25)

berkualitas tinggi menggunakan promosi yang menyakinkan konsumen mengenai keunggulan produk mereka.

Suatu strategi bagi perusahaan sangatlah penting untuk kemajuan perusahan tersebut dengan promosi dan lain-lain, tetapi perencanaan promosi memiliki makna, yaitu suatu dokumen tertulis yang menjelaskan keseluruhan strategi pemasaran dan program yang dirancang bagi suatu perusahaan atau merek. Bagi kebanyakan perusahaan, perencanaan promosi telah menjadi bagian integral dari perencanaan pemasaran. Rencana promosi harus dirancang sebagimana merancang suatu rencana pemasaran. Perencanaan promosi harus mengacu dan fokus pada rencana pemasaran dalam menentukan strategi promosi.

2.6.1 Tujuan Promosi

Menurut Tjiptono (2000:222) tujuan promosi diantaranya adalah :

a. Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category need).

b. Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk kepada konsumen (brand awareness).

c. Mendorong pemilihan terhadap suatu produk (brand attitude).

d. Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brand puchase intention).

e. Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (puchase facilitation).


(26)

f. Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning).

2.6.2 Media Promosi

Menurut Tjiptono (2000:219) promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Adapun yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.

Media promosi sendiri merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk promosi. Ada berbagai macam media promosi yang berkembang saat ini, dari media konvensional sampai tidak konvensional. Berbagai macam media promosi sangat penting untuk dikenal dan dipahami karakteristiknya, hal ini akan membantu menentukan media apa yang cocok digunakan sesuai tujuan promosi, konsep promosi, target promosi dan biaya yang dikeluarkan. Penggunaan media promosi yang baik tidak harus menggunakan banyak media, tetapi dengan mempertim-bangkan tujuan promosinya. Promosi yang efektif adalah menggunakan media dengan biaya yang sekecil mungkin tetapi mampu meraih audiens sebanyak-banyaknya.

Media promosi dibagi menjadi beberapa kategori sesuai dengan bentuknya, yaitu media konvensional, media cetak luat ruangan, media online, dan media-media lainnya.

a. Media Cetak Konvensional, media ini adalah yang banyak ditemui dimana-mana dan kapanpun, media ini di bagi lagi menjadi media cetak dan media


(27)

luar ruang. Media cetak biasanya dicetak dalam jumlah banyak. Media cetak meliput flyer, pamphlet, dan leaflet, brosur, booklet, company profile, kartu nama, cocard, kop surat, sticker, kupon hadiah dan lain-lainnya.

b. Iklan Media Cetak, media cetak memiliki karakteristik sirkulasinya yang luas, segmentasi pembaca juga jelas. Selain itu mudah dibawa dan dibaca kemanapun sembari mengisi waktu. Saat ingin merancang media promosi seperti ini yang perlu dipertimbangkan adalah penempatan halaman dan spot dalam media cetak, jenis bahan, waktu terbit, segmentasi pembaca, sirkulasi penyebaran dan lain-lainnya.

c. Media Luar Ruang, media luar ruang atau sering disebut media outdor merupakan media yang sering kali digunakan di tempat umum dsan terbuka. Dibandingkan dengan media cetak sebelumnya, media ini dirancang lebih mampu bertahan dalam jangka waktu lama. Tidak seperti media cetak, media luar ruang ini sering kali tidak dapat dipindahkan. Media ini akan selalu ada di tempat tersebut dan audiens dibiarkan melihatnya. Media luar ruang ini meliputi poster, easel, spanduk, baliho dan billboard, papan nama, mobil, mural, balon udara, banner, dan umbul-umbul.

d. Media Online, melakukan promosi tanpa tata muka dengan cakupan audiens yang luas. Jarak bukanlah suatu penghalang dalam media ini, sehingga internet berkembang pesat menjadi sebuah media promosi dengan berbagai macam model, dari website, forum, media sosial bahkan animasi. e. Media Promosi lainnya, seperti maskot, balon udara dan merchandise.


(28)

2.6.3 Sarana Promosi

Menurut Kasmir (2004 : 176-177), sarana promosi dapat dilakukan dengan beberapa hal, di antaranya adalah:

a. Periklanan (Advertising)

Periklanan merupakan promosi yang dilakukan dalam bentuk tayangan atau gambar atau kata-kata yang tertuang dalam spanduk, brosur, billboard, koran, majalah, TV atau radio.

b. Promosi penjualan (Sales Promotion)

Promosi Penjualan merupakan promosi yang digunakan untuk meningkatkan penjualan melalui potongan harga atau hadiah pada waktu tertentu terhadap barang-barang tertentu pula.

c. Publisitas (Publicity)

Publisitas merupakan promosi yang dilakukan untuk meningkatkan citra perusahaan di depan para calon konsumen melalui kegiatan sponsorship terhadap suatu kegiatan amal atau sosial atau olah raga.

2.6.4 Efektivitas Media Promosi

Dalam definisinya, Ralph (dalam Morissan 2012:27) medefinisikan iklan atau advertising “Any paid form of nonpersonal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor” (Setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu sponsor yang diketahui). Adapun maksud “dibayar” pada


(29)

definisi tersebut menunjukkan fakta bahwa ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan pada umumnya harus dibeli. Maksud kata ‘nonpersonal’ berarti suatu iklan melibatkan media massa (TV, radio. majalah, koran) yang dapat mengirimkan pesan kepada sejumlah besar kolompok individu pada saat bersamaan. Dengan demikian, sifat nonpersonal iklan berarti pada umunya tidak tersedia kesempatan untuk mendapatkan umpan balik yang segera dari penerima pesan (Morissan 2012:18).

Secara umum, periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya, dimana fungsi-fungsi tersebut antara lain :

a. Informing (memberikan informasi)

Membuat konsumen sadar akan brand baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat brand, serta memfasilitasi penciptaan citra brand yang positif.

b. Persuading (membujuk)

Iklan yang efektif akan mampu membujuk pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan.

c. Reminding (mengingatkan)

Dimana iklan berfungsi untuk menjaga agar brand tersebut tetap segar dalam ingatan para calon konsumen.

d. Adding value (member nilai tambah)

Periklanan member nilai tambah pada konsumen dengan memperngaruhi persepsi konsumen.


(30)

Sebagian kalangan praktisi periklanan menilai kreativitas dalam periklanan bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, tetapi merupakan suatu proses. Kemungkinan paling besar untuk dapat memproduksi iklan yang kreatif dan sukses adalah melakukan sejumlah langkah atau pendekatan (approach) yang terorganisasi dengan baik. Salah satu pendekatan paling popular dalam proses kreatif iklan adalah model proses kreatif yang dikembangkan oleh James Webb (dalam Morrisan 2012:56) yang terdiri atas empat langkah, yaitu:

a. Keterlibatan diri (immersion), yaitu upaya melibatkan diri ke dalam masalah yang ada dengan cara mengumpulkan bahan mentah dan seagal informasi yang diperlukan melalui riset latar belakang dan mencerna masalah tersebut yang merupakan upaya untuk memikirkan dan memahami masalah.

b. Proses inkubasi (incubation), meletakkan masalah diluar pikiran sadar konsumen dan mengubah informasi dalam pikiran bawah sadar untuk melakukan pekerjaan.

c. Iluminasi, yaitu upaya memunculkan idea tau gagasan

d. Verifikasi, yaitu kegiatan mempelajari idea tau gagasan untuk menen-tukan apakah ide atau gagasan itu sudah bagus dan mampu menyelesaikan masalah.

2.7 Layout

Menurut Smith (1985) dalam Sutopo (2002:174) mengatakan bahwa proses mengatur hal atau pembuatan layout adalah merangkaikan unsur tertentu


(31)

menjadi susunan yang baik, sehingga mencapai tujuan. Layout juga merupakan suatu tata letak yang dipakai untuk mengatur sebuah komposisi dalam sebuah desain, seperti huruf teks, garis-garis, bidang-bidang, gambar-gambar pada majalah, buku dan lain-lain. Layout dimulai dengan gagasan pertama dan diakhiri oleh selesainya pekerjaan (Susanto, 2011:237). Layout yang dikerjakan melalui proses dan tahapan yang benar bukan tidak mungkin akan berdampak positif pada tujuan apapun yang ingin dicapai desainer melalui karya desain yang dibuatnya (Rustan, 2014:1).

Menurut Jefkin (1997), menyebutkan bahwa prinsip-prinsip desain adalah:

1) The Law of Variety , sebuah layout harus dibuat bervariasi untuk menghindari kesan monoton

2) The Law of Balance, sebuah layout sebaiknya membuat mata pembaca bergerak secara wajar, sebaiknya dimulai dengan urutan yang ada.

3) The Law of Harmony, sebuah layout sebaiknya dirancang secara harmonis dan tidak meninggalkan kesan monoton.

4) The Law of Scale, paduan warna gelap dan terang akan menghasilkan sesuatu yang kontras, hal ini dapat dipakai untuk memberikan tekanan pada bagian teretntu pada layout.

Secara umum, layout merupakan tata letak ruang atau bidang. Layout dapat kita lihat pada majalah, website, iklan televisi, bahkan susunan furniture di salah satu ruangan di rumah kita. Selain itu, hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan komposisi elemen-elemen layout tersebut sudah sesuai dengan


(32)

prinsip-prinsip layout menurut Lia dan Kirana (2014:68). Berikut ini prinsip-prinsip layout, yaitu:

a. Sequence, yakni urutan perhatian dalam layout atau aliran pandangan mata ketika melihat layout. Layout yang baik dapat mengarahkan kita ke dalam informasi yang disajikan pada layout.

b. Emphasis, yaitu penekanan di bagian-bagian tertentu pada layout. Penekanan ini berfungsi agar pembaca dapat lebih terarah atau fokus pada bagian yang penting.

c. Unity, yaitu menciptakan kesatuan pada desain keseluruhan. Seluruh elemen yang digunakan harus saling berkaitan dan disusuri secara tepat.

d. Balance, teknik mengatur keseimbangan terhadap elemen layout.

Menurut Tom Lincy dalam buku (Kusrianto, 2007: 277), untuk mengatur layout, maka di perlukan pengetahuan akan jenis-jenis layout. Berikut adalah jenis-jenis layout pada media cetak, baik majalah, iklan, han maupun sebuah buku.

1) Mondrian Layout

Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bemama Piet Mondrian, yaitu penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square / landscape portait, dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang


(33)

penyajian dan memuat gambar / copy yang saling berpadu sehingga membentuk suatu komposisi yang konseptual.

2) Multi Panel Layout

Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya).

3) Picture Window Layout

Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up. Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model (public figure).

4) Copy Heavy Layout

Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau dengan kata lain komposisi layout nya di dominasi oleh penyajian teks (copy).

5) Frame Layout

Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame nya membemtuk suatu naratif (mempunyai cerita).

6) Shilhoutte Layout

Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana hanya ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap atau warna spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya dengan tehnik fotografi.


(34)

Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan point size yang besar. Pada umumnya hanya berupa Head Line saja.

8) Sircus Layout

Penyajian iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya tidak beraturan.

9) Jumble Layout

Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus layout, yaitu komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.

10)Grid Layout

Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam skala grid.

11)Bleed Layout

Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah belum dipotong pinggirnya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong menurut pas cruis (utuh) kalau Trim sudah dipotong.

12)Vertical Panel Layout

Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi layout iklan tersebut.

13)Alphabet Inspired Layout


(35)

berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga menimbulkan kesan narasi (cerita).

14)Angular Layout.

Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat.

15)Informal Balance Layout

Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu perbandingan yang tidak seimbang.

16)Brace Layout

Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-Shape). Posisi bentuk L nya bisa tebalik, dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong. 17)Two Mortises Layout

Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang masing-masing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan.

18)Quadran Layout

Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan volume/isi yang berbeda.Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%, ketiga 12%, dan keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila dibagi empat sama besar).

19)Comic Script Layout


(36)

media komik, lengkap dengan captions nya. 20)Rebus Layout

Susunan layout iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks sehingga membentuk suatu cerita.

Layout memiliki banyak sekali elemen yang mempunyai peran yang berbeda-beda dalam membangun keseluruhan layout. Menurut Rustan (2009:80) menjelaskan, untuk membuat layout yang optimal, desainer perlu mengetahui peran masing-masing elemen tersebut, berikut elemen-elemen layout:

1. Elemen teks:

a. Judul, suatu artikel biasanya diawali oleh sebuah atau beberapa kata singkat.

b. Deck, gambaran singkat tentang topic yang dibicarakan di bodytext. c. Byline, berisi nama penulis, kadang disertai dengan jabatan atau

keterangan singkat lainnya.

d. Bodytext, isi/naskah/artikel merupakan elemen layout yang paling banyak memberikan informasi terhadap topic bacaan tersebut.

e. Subjudul, artikel yang cukup panjang biasanya dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai topiknya.

f. Pull Quotes, cuplikan perkataan atau tulisan seseorang, namun kini telah mengalami perluasan arti.


(37)

h. Kickers, satu atau beberapa kata pendek yang terletak diatas judul, fungsinya untuk memudahkan pembaca menemukan topic yang diinginkan dan mengingatkan lokasinya saat membaca artikel.

i. Initial Caps, huruf awal yang berukuran besar dari kata pertama paada paragraph.

j. Indent, baris pertama paragraph menjorok masuk ke dalam, sedangkan hanging indent adalah kebalikannya.

k. Lead Line, beberapa kata pertama atau seluruh kata dibaris paling awal pada tiap paragraph, yang dibedakan atribut hurufnya.

2. Elemen visual:

a. Foto, kekuatan terbesar dari fotografi pada media periklanan khusunya adalah kredibilitasnya untuk memberi kesan.

b. Artwoks, untuk menyajikan informasi yang lebih akurat, kadang pada situasi tertentu ilustrasi menjadi pilihan yang lebih dapat diandalkan. c. Informational Graphics, fakta-fakta dan data-data statistic hasil dari

survey dan penelitian yang disajikan dalam bentuk grafik, table, diagram dan lainnya

d. Inzet, elemen visual yang berukuran kecil yang diletakkan di dalam eleman visual yang lebih besar. Fungsinya memberikan informasi pendukung.

e. Point, suatu daftar atau list yang mempunyai beberapa baris berurutan ke bawah., biasanya di depan taip barisnya diberi penanda angka atau poin.


(38)

3. Elemen semu:

a. Margin menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen-elemen layout. Margin mencegah agar elemen layout tidak terlalu jauh ke pinggir halaman.

b. Grid, alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me-layout. Grid mempermudah kita menentukan dimana harus meletakkan elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang mempunyai beberapa halaman.

2.8 Kemasan

Kemasan adalah wadah untuk meningkatkan nilai dan fungsi sebuah produk. Kemasan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Melindungi kualitas produk. b. Membuat produk tahan lebih lama.

c. Sebagai sarana komunikasi produk dan branding kepada konsumen.

d. Membantu mendistribusikan produk dari produsen sampai ke tangan konsumen.

e. Membuat produk dapat diproduksi secara massal.

f. Menjadi pemicu minat beli dengan merangsang lima oancaindra konsumen, yaitu melihat, mendengar, membau, meraba, merasa, sampai ada keputusan membeli dan menggunakan produk. (Julianti, 2014:29)


(39)

2.8.1 Peran Kemasan Untuk Branding

Kemasan yang sukses harus dapat berkomunikasi dengan konsumen secara efektif, baik melalui aspek visual dari sisi warna, simbol, ikon, bentuk, suara, atau bahkan melalui perasaan (dimensi psikologis saat kemasan dipegang. Kemasan mempunyai peran yang sangat vital utuk membuat brand sukses dipasar. Sementara itu brand sendiri merupakan alat visual bagi konsumen mengingat brand tersebut. Komunikasi kepemilikan brand melalui simbol visual itu memamng ditujukan supaya konsumen merasa yakin terhadap produk yang mereka pilih terjamin kualitasnya (Julianti, 2014:275).

Desain kemasan harus berfungsi sebagai sarana estetika untuk dapat mengkomunikasikan brand kepada semua orang dari berbagai latar belakang, minat, dan pekerjaan yang berbeda. Melalui metode desain yang komprehensif, desin kemasan menggunakan banyak sarana untuk menangani masalah pemasaran yang rumit. Brainstorming, eksplorasi, eksperimen, dan pemikiran strategis adalah beberapa cara dasar diamana informasi visual dan verbal menjadi suatu konsep, ide, atau strategi desain. Melalui itu desain produk yag disusun dengan efektif, sehingga mampu menyampaikan informasi produk terhadap konsumen (Klimchuk & Krasovec, 2006:33).

2.9 Tipografi

Pemilihan jenis dan karakter huruf, serta pengelolaannya akan sangat menentukan keberhasilan desain komunikasi visual. Dibaca tidaknya sebuah pesan tergantung pada penggunaaan huruf (typeface) dan cara penyusunannnya.


(40)

Informasi semenarik apapun, bisa tidak dilirik pembaca karena disampaikan dengan tipografi yang buruk (Supriyono, 2010:19).

Menurut (Anggraini, dkk 2014:58-63) berdasarkan sejarah perkembangannya, huruf dapat digolongkan menjadi tujuh gaya/style, yaitu: 1) Huruf Transisi

Font yang termasuk jenis ini adalah Baskerville dan sering dipakai untuk judul. 2) Huruf Klasik

Bentuknya cukup menarik dan sampai sekarang masih banyak digunakan untuk teks karena memiliki kemudahan baca (readability) cukup tinggi. Salah satu contoh gaya huruf ini adalah Garamond .

3) Huruf Modern Roman

Font yang termasuk dalam Modern Roman antara lain Bodoni. Huruf ini sudah jarang digunakan untuk teks karena ketebalan tubuh huruf sangat kontras, bagian yang vertical tebal, garis horizontal dan serifnya sangat tipis sehingga sulit dibaca dan bahkan sering tidak terbaca.

4) Huruf Sans Serif

Jenis huruf san serif adalah jenis huruf yang tidak memiliki garis-garis kecil dan bersift solid. Jenis huruf ini lebih sama tebalnya dan tidak memiliki kaki/ serif/ kait. Contoh huruf sans serif antara lain : Arial, Helvetica, Univers, Futura, dan Gill Sans. Huruf ini kurang tepat digunakan untuk teks yang panjang karena dapat melelahkan pembaca, namun cukup efektif untuk penulisan judul atau teks yang pendek. Jenis huruf ini bersifat tegas, fungsional


(41)

dan lebih modern dan sering digunakan dalam buku dan majalah karena memiliki citra dinamis dan simpel.

5) Huruf Berkait balok

Huruf Egyptian memiliki kait berbentuk balok yang ketebalannya hampir sama dengan tubuh huruf sehingga terkesan elegan, jantan, dan kaku.

6) Huruf tulis (Script)

Jenis huruf ini berasal dari tulisan tangan (hand-writing) , sangat sulit dibaca dan melelahkan jika dipakai untuk teks yang panjang.

7) Huruf hiasan (Decorative)

Huruf ini bukan termasuk huruf teks sehingga sangat tidak tepat jika digunakan dalam teks panjang. Huruf ini lebih cocok untuk satu kata atau judul yang pendek.

2.10 Teori Warna

Disadari atau tidak, warna memainkan peran yang sangat besar dalam pengambilan keputusan saat membeli barang. Penelitian yang dilakukan oleh Institute for Color Research di Amerika (sebuah Institut penelitian tentang warna) menemukan bahwa seseorang dapat mengambil keputusan terhadap orang lain, lingkungan maupun produk dalam waktu hanya 90 detik saja. Dan keputusan tersebut 90%-nya didasari oleh warna (Rustan, 2013:72).

Sudah umum diketahui bahwa warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat atau dapat mempengaruhi emosi manusia. Warna dapat pula menggambarkan suasana hati seseorang. Pada seni sastra baik sastra lama maupun


(42)

sastra modern, puisi atau prosa, sering terungkap perihal warna baik sebagai kiasan atau sebagai perumpamaan (Dramaprawira, 2002:30).

Warna dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu :

a. Hue : Pembagian warna berdasarkan nama-nama warna seperti merah, biru, hijau, kuning dan seterusnya.

b. Value : terang gelapnya warna

c. Intensity : tingkat kemurnian atau kejernihan warna

Secara visual warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu warna dingin dan warna panas. Warna-warna dingin seperti hijau, biru, biru-hijau, biru-ungu, dan ungu dapat memberikan kesan pasif, statis, kalem, damai dan secara umum kurang mencolok. Warna-warna panas seperti merah, merah-oranye, oranye, kuning-oranye, kuning, kuning-hijau, dan merah-ungu memiliki kesan hangat, dinamis, aktif dan mengundang perhatian (Dramaprawira, 2002:77-81).

2.11 Prinsip Desain

Elemen desain merupakan kumpulan garis yang membentuk bidang tertentu, yaitu warna dan huruf. Secara umum, desain merupakan kumpulan dari berbagai elemen-elemen grafis yang disusun mengikuti pola atau tema tertentu sesuai dengan pesan yang diinginkan (Thabrani, 2003:14). Selain elemen-elemen itu, ada beberapa prinsip desain yang harus perlu diperhatikan ketika diterapkan menurut Lia dan Kirana (2014:41). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:


(43)

a. Keseimbangan (balance), keseimbangan merupakan pembagian berat yang sama, baik secara visual maupun optic. Desain dikatakan seimbang apabila obyek pada bagian kiri atau kanan, bagian atas bawah terkesan sama berat. b. Irama (rhythm), pengulangan gerak atau penyusunan bentuk secara

brulang-ulang. Dalam desain, irama dapat berupa repetisi atau variasi. Repetisi merupakan elemen yang dibuat secara berulang-ulang dan konsisten. Sedangkan secara variasi, irama adalah perulangan elemen visual disertai perubahan bentuk, ukuran, atau posisi.

c. Penekanan/dominasi (emphasis), dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tatarupa yang harus ada dalam karya seni dan desain. Penggunana penekanan ini dapat membangun visual sebagai pusat perhatian, yang bertujuan untuk menonjolkan salah satu unsure sebagai pusat perhatian. d. Kesatuan (unity), tidak adanya kesatuan dalam sebuah karya desain akan

membuat karya tersebut terlihat tercerai-cerai dan kacau-balau, ini pula yang membuta karya tersebut tidak nyaman untuk dipandang.


(44)

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... iii DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... .. x BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Batasan Masalah ... 6 1.4 Tujuan ... 6 1.5 Manfaat Perancangan ... 6 BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu ... 7 2.2 Brand ... 8 2.2.1 Branding... 9 2.2.2 Branding Tempat ... 10 2.2.3 Membangun Identitas Kota ... 11 2.3 Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari ... 12 2.4 Desa Wisata ... 15 2.5 Logo ... 18


(45)

2.6.2 Media Promosi ... 23 2.6.3 Sarana Promosi ... 25 2.6.4 Efektivitas Media Promosi ... 26 2.7 Layout ... 28 2.8 Kemasan ... 35 2.8.1 Peran Kemasan Untuk Branding ... 36 2.9 Tipografi ... 36 2.10 Teori Warna ... 38 2.11 Prinsip Desain ... 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian ... 41 3.2 Metode Penelitian ... 41 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 42 3.2.1 Wawancara ... 42 3.2.2 Observasi ... 43 3.2.3 Dokumentasi ... 43 3.2.4 Studi Pustaka ... 44 3.2.4 Forum Group Discussion ... 44


(46)

4.1.2 Hasil Observasi ... 50 4.1.3 Kesimpulan Hasil dan Analisis Data ... 52 4.2 Segmentasi, Targeting dan Positioning ... 53 4.3 Unique Selling Preposition ... 54 4.4 Analisis SWOT ... 55 4.5 Kata Kunci ... 57 4.6 Deskripsi Konsep ... 59 4.7 Konsep Perancangan... 60 4.8 Perencanaan Kreatif ... 61 4.8.1 Tujuan Kreatif ... 61 4.8.2 Strategi Kreatif ... 61 4.9 Perencanaan Media ... 71 4.9.1 Tujuan Media... 71 4.9.2 Strategi Media ... 72 4.10 Implementasi Desain ... 80 4.10.1 Logo ... 80 4.10.2 Desain Brosur ... 85 4.10.3 Desain Web ... 86


(47)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 93 5.2 Saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA ... 95


(48)

Halaman Gambar 2.1 Peta Desa Kebonsari Candi ... 12 Gambar 2.2 Stuktur Organisasi Kelompok Ternak “Sumber Pangan” ... 14 Gambar 4.1 Gapura Kampoeng Bebek ... 51 Gambar 4.2 Sarana Edukasi Ternak Bebek... 51 Gambar 4.3 Peternak Bebek ... 51 Gambar 4.4 Alur Perancangan Karya ... 60

Gambar 4.5 Typeface “Hind Guntur” untuk text Type ... 64

Gambar 4.6 Typeface “Bakertina 1” untuk LogoType ... 65 Gambar 4.7 Warna yang terpilih ... 67 Gambar 4.8 Brainstroming Logo ... 68 Gambar 4.9 Jenis Bebek ... 69 Gambar 4.10 Sketsa Dasar ... 69 Gambar 4.11 Sketsa Alternatif Logo ... 70 Gambar 4.12 Sketsa Logo Terpilih ... 70 Gambar 4.13 Sketsa Desain Web ... 73 Gambar 4.14 Sketsa Desain Web Terpilih ... 73 Gambar 4.15 Sketsa Brosur... 74 Gambar 4.16 Sketsa Desain Brosur Terpilih ... 75 Gambar 4.17 Sketsa Signage ... 76 Gambar 4.18 Sketsa Desain Brosur Terpilih ... 76


(49)

Gambar 4.22 Desain Logo Kampoeng Bebek... 80 Gambar 4.23 GSM Logo Grid ... 81 Gambar 4.24 GSM Makna Logo ... 81 Gambar 4.24 GSM Logo Konfigurasi ... 82 Gambar 4.25 GSM Logo Standart ... 82 Gambar 4.26 GSM Logo Warna ... 83 Gambar 4.27 GSM Logo Fleksibilitas ... 84 Gambar 4.28 GSM Minumum Area ... 84 Gambar 4.28 GSM Logo Tidak Diperbolehkan ... 85 Gambar 4.29 Brosur Kampoeng Bebek ... 86 Gambar 4.30 Web Home... 87 Gambar 4.31 Web Sejarah ... 88 Gambar 4.32 Signage ... 89 Gambar 4.33 Kemasan ... 90 Gambar 4.34 Kaos ... 90 Gambar 4.35 Note ... 91 Gambar 4.36 Pin dan Stiker ... 92


(50)

Halaman Tabel 1.1 Data Pengunjung ... 3 Tabel 4.1 Tabel Matriks SWOT ... 55 Tabel 4.2 Hasil Keyword ... 58


(51)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian menentukan sekali dalam memperoleh informasi untuk menyampaikan kebenaran dari suatu penelitian, karena tempat merupakan instrumen pokok dalam suatu penelitian kualitatif. Penelitian ini berlokasi di Kampoeng Bebek dan Telur Asin desa Kebonsari, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo.

3.2 Metode Penelitian

Dalam penelitian tugas akhir ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan kajian berbagai jenis materi empiris, seperti studi kasus, wawancara, pengamatan, interaksional dan berbagi teks visual. Berbagai bahan kajian empiris itu disajikan dalam rincian persoalan di berbagai momen dan pemaknaan. Penelitian kualitatif menyituasikan aktifitas pengamatan di lokasi tempat berbagai fakta, data, bukti, atau hal-hal lain yang terkait dengan riset (Santana, 2010:5).

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui literatur maupun pengambilan data secara langsung dilapangan yang kemudian dianalisis berdasarkan metode kualitatif dan dapat diperoleh kesimpulan (sintesa). Sehingga diharapakan data yang diperoleh dari hasil survey, observasi, wawancara, dan sebagainya dapat sesuai tanpa dimanipulasi, terperinci, dan menunjang dalam penelitian ini.


(52)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akurat, perancangan ini menggunakan metode pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan wawancara pada pihak terkait , observasi pada objek penelitian, dokumentasi dan studi pustaka. Pada intinya data dalam penelitian komunikasi kualitatif dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis :

a. Data diperoleh dari interview/wawancara b. Data yang diperoleh dari observasi

c. Data dari dokumen, teks, atau karya seni yang kemudia dinarasikan (dikonversikan ke dalam bentuk narasi).

Dalam upaya mengumpulkan data, terdapat dua hal yang sangat menentukan kualitas dari data, yakni teknik pengumpulan data dan alat (instrument) yang digunakan (Sugiono, 2005:59).

1. Wawancara

Wawancara/kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2002:132).

Agar peneliti mendapatkan data atau informasi yang tepat tentang lokasi atau informasi yang dibutuhkan, maka pada survey ini penulis mengadakan wawancara. Wawancara dilakukan dengan tidak terstruktur, dijawab dengan lebih bersifat non formal. Pada metode ini penulis melakukan wawancara langsung kepada Kepala Dinas Disperindag Kabupaten Sidoarjo dan Ketua Umum


(53)

Kelompok Peternak Itik “Sumber Pangan” desa Kebonsari Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk meng-himpun data penelitian, data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan pancaindra (Burhan, 2001 : 142). Observasi atau pengamatan adalah kegiatan peneliti yang sedang melakukan pengamatan, tidak selamanya menggunakan pancaindra mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh panca indra lainnya.

Metode observasi yang dilakukan peneliti adalah dengan mencari referensi yang ada di majalah desain, internet, dan peneliti secara langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi pada objek penelitian tersebut. Sehingga bertujuan untuk mendapat gambaran umum dalam perancangan branding Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo sebagai upaya meningkatkan potensi desa wisata.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan demikian, pada penelitian sejarah, maka bahan documenter memegang peranan yang amat penting. Oleh karena sebenarnya sejumlah fakta dan data sosial tersimpan dalam tubuh pengetahuan sejarah yang berbentuk dokumentasi (Burhan, 2001 : 152). Melalui pendekatan dokumentasi, peneliti melakukan sebuah upaya untuk mendapatkan bukti berkas-berkas baik berupa foto


(54)

atau gambar suasana yang berhubungan dengan masalah perancangan branding yang nantinya akan dicatat, dokumentasi ini penting untuk memperdalam data penelitian.

4. Studi Pusaka

Studi pustaka adalah peneliti mengumpulkan berbagai data dari perpustakaan yang dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku literature, majalah, artikel internet, dan informasi lainnya sebagai bahan tinjauan literature yang berkaitan dengan yang telah dijelaskan pada landasan teori diatas.

5. Forum Group Discussion

Menurut Irwanto (2006:1), Forum Group Discussion adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.

Teknik ini dilakukan peneliti untuk merancang branding kampoeng bebek dan telur asin berdasarkan hasil diskusi dengan kelompok yang sudah ditentukan dan berkaitan, yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu dan juga menghindari pemaknaan yang keliru dari peneliti terhadap masalah yang sedang diselesaikan dalam Tugas Akhir ini.

3.4 Teknik Analisis Data

Analisa data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang


(55)

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009 : 89).

3.4.1 Reduksi Data

Reduksi data adalah bentuk analisis yang memfokuskan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data catatan lapangan sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi data dilakukan dengan cara menyaring data yang dapat digunakan sebagai acuan, dan membung data yang tidak perlu.

3.4.2 Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, gambaran dalam bentuk narasi lengkap sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan yang disusun menggunakan Bahasa yang mudah dipahami.

3.4.3 Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang memberikan penjelasan dari sebuah rumusan masalah sehingga diketahui tindakan apa yang harus dilakukan. Kesimpulan ini bersifat sementara karena akan terus berkembang sejalan dengan penelitian baru dikedepannya.

Analisis SWOT dan strategi utama yang dipergunakan untuk mengetahui suatu hal yang telah ada dan telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan meminimumkan resiko yang akan muncul. Tahap selanjutnya setelah dilakukan


(56)

hasil analisis data tersebut dan menentukan keyword, maka dibuat perancangan media promosi yang sesuai dengan konsep yang telah ditentukan.


(57)

48

Pada bab ini menjelaskan mengenai hasil dan analisis data dari wawancara, observasi, dokumentasi serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses perancangan. Tahapan-tahapan yang dimaksud meliputi tahap analisis data, hasil studi kompetitor, penentuan konsep dan keyword, serta adanya elementary sketch sebagai perancangan awal dalam branding Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo .

4.1 Hasil dan Analisa Data

4.1.1 Hasil dan Analisis Wawancara

Pada penelitian ini objek yang diteliti adalah Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo. Dalam perancangan branding ini wawancara dilakukan dengan mengambil informasi dari Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan, dan Energi Sumber Daya Mineral (Koperindag) Kabupaten Sidoarjo untuk mengetahui tentang produk Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari, serta upaya dalam mempromosikannya. Selain itu,

wawancara juga dilakukan kepada ketua kelompok tani ternak itik “Sumber Pangan” , wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo, serta proses dalam mengelola dan upaya mengenalkan Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo


(58)

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 12 Mei 2016 yang dilakukan kepada BapakDrs. F.K. Nugroho SN, M.Si selaku Kasi Pembinaan Perdagangan dan Pemasaran , bahwa Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo dahulu hanya mempunyai satu prodak olahan bebek saja yaitu telur asin mentah namun sejak diresmikannya Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo pada tahun 2010, Koperindag Sidoarjo berupaya membuat program binaan dimana para peternak bebek dibimbing dalam pembuatan inovasi baru produk olahan bebek yang dapat dijadikan sebagai nilai tambah Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo dibandingkan dengan Kampoeng Bebek yang lain, serta didukung dengan adanya pembinaan dari sektor UKM dimana setiap peternak yang memiliki usaha ternak bebek dan telur asin ini dibina dalam cara pengelolahan produk serta cara mepromosikan usahanya.

Dalam pengembangan Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo, Koperindag Sidoarjo mencoba mengenalkan Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari dengan mengikuti pameran-pameran nasional sebagai salah satu produk unggulan Kabupaten Sidoarjo. Sehingga sampai saat ini pengusaha ternak bebek dan telur asin di Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari mempunyai inovasi olahan telur bebek diasapi dan dioven. Dengan cara pengolahan dioven, telur bebek oven mempunyai variasi rasa yang berbeda pula seperti rasa salmon, rasa bawang, rasa udang dan rasa kepiting. Inovasi inilah yang membuat Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari banyak dijadikan sebagai objek wawancara dan dimuat di berbagai media cetak dan media online.


(59)

Observasi dan wawancara juga dilakukan kepada Bapak Nur Hidayat selaku Ketua Kelompok Tani Ternak Itik “Sumber Pangan” dan Bapak Sulaiman selaku peternak itik pada tanggal 14 mei 2016, menurut bapak Nur Hidayat “Desa Kebonsari dahulu merupakan desa tertinggal di Kabupaten Sidoarjo, namun sejak dulu masyarakat desa sudah memelihara itik hingga ribuan ekor. Melihat adanya potensi usaha akhirnya pada tahun 1894 terbentuklah kelompok ternak itik

(Sumber Pangan)”. Namun pada saat itu harga pakan ternak olahan pabrik masih tergolong mahal, maka kelompok ternak sumber pangan mencoba menggabungkan limbah kepada udang dan kupang dengan pakan ternak olahan pabrik yang hasilnya memuaskan. Bukan hanya menekan biaya pakan ternak namun juga membuat perubahan dalam rasa dan bentuk kuning telur asin yang lebih besar, bulat, dengan warna kuning oranye yang cerah.

Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari bekerja sama dengan dinas Koperindag Sidoarjo dalam pengembangan inovasi produk telur asin, serta usaha dalam mepromosikan Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari yaitu dengan mengikuti pameran serta kegiatan yang diadakan oleh pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Produk telur asin Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari diminati hingga diluar pulau jawa. Menurut bapak Nur Hidayat

“Sejauh ini promosi Kampoeng Bebek hanya sebatas mengikuti pameran dan

diliput beberapa media saja, untuk promosi yang terencana belum pernah karena pengusaha telur bebek masih bersifat ingin mempromosikan produknya masing-masing. Sehingga rata-rata pengusaha membuat akun facebook namun diberi embel-embel Kampoeng Bebek dibelakangnya”.


(60)

Bapak Sulaiman selaku peternak itik dan pencetus program wisata eduaksi mengatakan bahwa masih banyak cara dalam mengenalkan dan melestarikan Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari. Bapak Sulaiman megatakan

“Pengusaha telur bebek Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari

memiliki sifat dimana selalu berpromosi dengan produknya sendiri sehingga hanya satu hingga beberapa orang saja yang dikenal masyarakat luas. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo seharusnya mempunyai program dimana Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari mempunyai showroom sendiri bagi para pengusaha

sehingga memudahkan pengusaha dalam pengenalkan produknya”.

Kedepannya kelompok ternak itik “Sumber Pangan” berharap Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari dapat dijadikan sebagai salah satu desa dengan wisata edukasi dimana masyarakat dapat belajar sekaligus berwisata.

Bapak Nur Hidayat mengatakan” peternakan itik milik bapak sulaiman sering sekali menerima kunjungan khusunya anak-anak sekolah sampai mahasiswa bahkan sempat dijadikan sebagi kunjungan kerja praktek perguran tinggi di

Surabaya”.

4.1.2 Hasil Observasi

Observasi dilakukan dengan mendatangi secara langsung tempat observasi dan melakukan pencatatan secara sistematis yang dibutuhkan untuk menjadi target pengamatan.

Observasi dilakukan pada tanggal 14 mei 2016 dilakukan pengamatan pada


(61)

Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari. Bedasarkan hasil observasi , Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari benar memiliki potensi sebagai desa wisata edukasi. Terlihat adanya tempat peternakan yang dibuat khusus sebagai sarana edukasi.

Gambar 4.1 Gapura Kampoeng Bebek (Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015)

Gambar 4.2 Sarana Edukasi Ternak Bebek (Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015)


(62)

Gambar 4.3 Peternak Bebek (Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2015)

Dari hasil observasi produk telur asin Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari menjadi salah satu produk unggulan Sidoarjo bahkan Jawa Timur. Didukung dengan didapatnya berbagai sertifikasi dan piagam penghargaan membuktikan bahwa produk telur asin Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari memiliki kualitas yang baik.

4.1.3 Kesimpulan Hasil dan Analisis Data

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan yang sudah dilakukan dan dikumpulkan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari memiliki potensi menjadi desa wisata didukung dengan adanya fasilitas sarana edukasi , serta adanya bermacam produk telur asin yang dijual.

2. Kurangnya upaya dalam mempromosikan Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari sebagai suatu kesatuan isi kampoeng ,karena pengusaha


(63)

masih mempromosikan usahanya masing-masing sehingga hanya satu- dua pengusaha yang dikenal.

3. Pada kenyataannya Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari lebih dikenal banyak melalui pameran, media berita online dan offline.

4. Maka dari itu dengan adanya upaya dalam branding Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari dapat meningkatkan potensi sebagai desa wisata, terlebih lagi mebranding tempat dipercaya ampuh membuat kota menjadi terkenal. Serta didukung dengan adanya promosi sehingga dalam merancang branding Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari akan memudahkan dalam meningkatkan identitas Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari kepada masyarakat.

4.2 Segmentasi, Targeting dan Positioning 4.2.1 Segmentasi dan Targetting

a. Demografis

Usia : 18-40 tahun (Dewasa Dini)

Jenis Kelamin : Pria dan Wanita

Profesi : Mahasiswa, Pegawai Negeri/Swasta, Wiraswasta Kelas Sosial : Umum

b. Geografis


(64)

Ukuran Kota : Wilayah perkotaan

Iklim : Tropis

c. Psikografis

Gaya Hidup : Mempunyai rasa ingin tahu, menyukai olahan produk dari bebek, suka berinovasi/ kreatif.

d. Behavioral

Mempunyai rasa ingin tahu atau mendapatkan ilmu sehingga dapat mendekatkan mereka kepada wisata yang mempunyai edukasi dan juga inovasi terhadap olahan telur asin.

4.2.2 Positioning

Positioning berperan penting dalam menempatkan suatu produk, individu, perusahaan, merek, atau sebagainya dalam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasarannya atau konsumen ( Morissan, 2010:72). Positioning untuk Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari adalah sebagai desa wisata yang memberikan sarana edukasi yang disukai oleh berbagai kalangan dan berbagai usia. Dimana daya tarik tersebut diposisikan sebagai keunikan yang membedakan dengan Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari dengan kampoeng bebek yang lain di Jawa Timur.

4.3 Unique Selling Preposition (USP)

USP (Unique Selling Proposition) berperan penting dalam memasarkan keunikan sebuah produk agar dapat bersaing dengan yang lainnya Hal tersebut dapat membedakan suatu produk dengan kompetitornya sehingga dapat memiliki


(65)

kekuatan untuk menarik pasar. Keunikan Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari adalah memiliki sarana kegiatan edukasi , membantu mereka yang ingin mengetahui ilmu dalam mengelola usaha, proses beternak bebek dan proses pembuatan telur asin.

4.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode perancangan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancama (threat), dalam suatu proyek atau spekulasi bisnis. Untuk menentukan sebuah keyword dan konsep perlu menganalisa SWOT yang mendukung hasil penelitian ini. Berikut adalah analisis SWOT pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Analisis SWOT

Eksternal/Internal Strenght Weakness

 Memiliki sarana edukasi (proses beternak bebek dan pembuatan telur asin)

 Telur asin kampoeng bebek mempunyai bulatan kuning lebih besar dan bewarna kuning oranye cerah

 Kampoeng bebek menggunakan pakan organik.

 Kampoeng bebek mempunyai banyak

 Tidak mempunyai logo

 Kurangnya media promosi yang dimiliki.

 Kurang adanya signage sebagai petunjuk arah.

 Tidak memiliki showroom.

 Kurangnya kesadaran peterak bebek dalam mengenalkan sebagai Kampoeng bebek.


(66)

olahan rasa.  Suasana Kampoeng

bebek sangat terasa saat memasuki desa karena banyaknya peternakan bebek.

Opportunities S-O W-O

 Kampoeng bebek lebih

banyak dikenal melalui media cetak (Koran) dan digital (web).

 Belum banyak

kampoeng bebek di Jawa timur.

 Kampoeng bebek

berpotensi sebagai desa wisata edukasi pertama di Sidoarjo.

 Adanya dukungan dari

dinas KOPERINDAG sidoarjo

 Menjadikan kampoeng bebek sebagai desa wisata edukasi pertama di Sidoarjo.

 Memaksimalkan

keunikan kampoeng bebek melalui inovasi dalam pangan dan olahan telur asin.

 Membuat logo dan media promosi yang sesuai dengan

karakteristik kampoeng bebek yang memiliki sarana edukasi.

 Menguatkan promosi dengan memasukan unsur suasana kampoeng bebek , dan inovasi olahan telur asin.

Threats S-T W-T

 Adanya produk pesaing

yang memiliki visual lebih baik.

 Peternak di kampoeg

bebek masih bersifat individualis.

 Mengembangkan

potensi kampoeng bebek sebagai desa wisata yang didukung dengan dinas

koperindag dan pariwisata Sidoarjo.

 Membuat logo dan media promosi yang mampu memberikan informasi melalui visual atau konsep yang menarik supaya masyarakat tertarik


(67)

 Menggunakan keunikan dan potensi kampoeng bebek sebagai kekuatan

berkunjung ke kampoeng bebek.

 Menguatkan kesadaran peternak bebek dengan mengadakan event atau seminar demi

memaksimalkan potensi desa sebagai desa wisata edukasi.

Strategi Utama :

Merancang branding Kampoeng Bebek dan Telur Asin desa Kebonsari dengan memaksimalkan keunikan dan potensi yang dimiliki supaya dapat dijadikan sebagai desa wisata edukasi pertama di Sidoarjo. Membuat logo dan media promosi yang mampu menunjukan karkateristik Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari sehingga masyarakat tertarik untuk mengunjungi Kampoeng Bebek dan Telur Asin desa Kebonsari.

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016

4.5 Keyword

Pemilihan kata kunci atau keyword dipilih dengan menggunakan dasar acuan terhadap analisis data yang sudah dilakukan. Penentuan keyword diambil dari hasil analisis SWOT yang mana sumber analisis SWOT itu sendiri dari wawancara, observasi, STP dan studi kompetitor.

Dari hasil penjelasan table 4.2 analisi keyword diatas dapat ditemukan kata kunci yaitu, edukatif, inovatif, komunikatif, karakteristik, unik, kesadaran. Dari keenam kata kunci tersebut kemudian dapat dikerucutkan, sehingga data ditemukan kata kunci inti yang dapat menjadi konsep dari perancangan branding Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebon Sari, Sidoarjo.


(68)

Tabel 4.2 Hasil Keyword


(69)

4.6 Deskripsi Konsep

Dari hasil Strength Weakness Opportunity Treath (SWOT), maka dapat ditarik suatu konsep yang dapat mewakili poin-poin analisa yakni “Fresh”. Dalam bahasa Indonesia sendiri memiliki arti Baru. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu segar , pembaruan : proses, cara, perbuatan membarui, mengembangkan kebudayaan (teknologi, ekonomi) , sehingga hal ini dirasa sesuai

dengan konsep yang akan diusung dalam “Perancangan Branding Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo Berbasis Education Tourism

Sebagai Upaya Meningkatn Potesi Desa Wisata”.

Dalam hal ini konsep “Fresh” memberikan positioning bahwa Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari sebagai kampoeng bebek yang memiliki ciri khas serta nilai edukasi. Sehingga membuat kampoeng bebek mampu menunjukkan cara baru dalam berwisata terutama di kota Sidoarjo yang ditargetkan untuk kalangan umum dengan rentan usia 18- 40 tahun yang memiliki ciri umum produktif dan memiliki rasa ingin tahu yang besar terlebih lagi dalam hal-hal baru.

Konsep Fresh diwujudkan dengan arti pembaruan dimana akan divisualisasi dan direalisasikan dengan media yang memudahkan masyarakat mencari tahu tentang Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari sehingga memberikan konsep atau alur baru dalam memperkenalkan Kampoeng Bebek dengan cara yang lebih mudah dan efektif.


(1)

2. Note

Gambar 4.35 Note

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016

Note digunakan untuk memudahkan pengunjung saat akan mencatat sbuah infirmasi. Tetap didesain dengan visualisasi logo didepan dan alamat web

dibelakang.

3. Pin dan Stiker

Pin dan stiker menjadi bagian merchandise sebagai alat informative jika digunakan atau ditempel sehingga seseorang dapat melihat dan mengetahui informasi tersebut seperti contohnya Kampoeng Bebek. Stiker berbentuk bulat dan persegi panjang sedangkan pin menggunakan pin peniti dan identitas logo Kampoen Bebek ditengah.


(2)

94

Gambar 4.36 Pin dan Stiker Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2016


(3)

95

BAB V

PENUTUP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara merancang logo dan media promosi Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo.

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil perancangan branding Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo ini adalah:

1. Gagasan perancangan branding Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo sebagai meningkatkan potensi desa wisata

2. Tema desain dalam perancangan ini adalah Fresh yang berarti hal yang menyegarkann dan pembaruan kebahagiaan mempunyai hubungan yang erat pada wisata edukasi Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo

3. Media yang digunakan didalam perancangan ini adalah media yang umum digunakan oleh target konsumen seperti logi, desain website, desain iklan kemasan,desain signage, brosur dan merchandise.

4. Media yang durancang sesuai dengan tema rumusan desain, yaitu Fresh

dengan menggunakan warna-warna yang sesuai dengan keyword yang telah didapatkan.


(4)

96

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pihak Kampoeng Bebek dan Telur Asin Desa Kebonsari diharapkan berkonsisten kegiatan promosi yang sistematis dan efektif pada setaip media promosi yang digunakan nantinya agar mampu menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

2. Memberikan perhatian khususnya pada program media promosi yang akan digunakan agar dapat sesuai dengan segmentasi dan dapat dikenal moleh masyarakat.


(5)

97

Yoeti, Oka A. 1993. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Yananda, R. M., & Salamah, U. 2014. Branding Tempat : Membangun Kota, Kabupaten dan Provinsi Berbasis Identitas. Jakarta: Makna Informasi. Purnawati dan Eldarni. 2001. Media Pembelajaran. Jakarta: CV.Rajawali Buchari, Alma. 2006. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:

Alfabeta

Rochaety,Eti dan Ratih Tresnati. 2005. Kamus Istilah Ekonomi. Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Permana, Irvan. 2012. Brand Is Like A Donut. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer Kotler, Philip dan Gary Armstrong. (2003). Dasar-Dasar Pemasaran. Jilid 1, Edisi

ke-9. Jakarta : PT.Indeks Kelompok Gramedia

Anholt, Simon. 2003. Competitive Identity: The New Brand Management for Nations, Cities and Regions. Oxford : Elsevier

Duane E. Knapp. 2001 .The Brand Mindset. Yogyakarta : Andi Airey, David. 2010. Logo Design Love. New Riders: California.

Rustan, Surianto. 2009. Mendesain Logo .Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kusrianto, Adi. 2007 . Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta:

Andi Offset

Morissan, M. A. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Tjiptono, Fandy. 2000. “Strategi Pemasaran”. Yogyakarta : Andi Offset Kasmir. 2005 . Pemasaran Bank . Jakarta : Prenada Media


(6)

98

Sutopo, Ariesto Hadi . 2002 .”AnalisisDan Desain Berorientasi Objek”. Yogyakarta : J&J Learning.

Julianti, Sri . 2014. The Art of Packaging . Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama Supriyono, Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta : Andi.

Sumber Jurnal:

Nuryanti, Wiendu (1993). Concept, Perspective and Challenges, Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya.: Gadjah Mada University Press, Yogyakarta