STRATEGI EXPERIENTIAL MARKETING PADA EVENT JOGJA INTERNATIONAL HERITAGE WALK DALAM MEMPROMOSIKAN POTENSI PARIWISATA YOGYAKARTA KEPADA WISATAWAN MANCANEGARA DI YOGYAKARTA

(1)

STRATEGI EXPERIENTIAL MARKETING PADA EVENT JOGJA

INTERNATIONAL HERITAGE WALK DALAM

MEMPROMOSIKAN POTENSI PARIWISATA YOGYAKARTA

KEPADA WISATAWAN MANCANEGARA DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh AZELA M. YUNARKO

20110530152

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

STRATEGI EXPERIENTIAL MARKETING PADA EVENT JOGJA

INTERNATIONAL HERITAGE WALK DALAM

MEMPROMOSIKAN POTENSI PARIWISATA YOGYAKARTA

KEPADA WISATAWAN MANCANEGARA DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh AZELA M. YUNARKO

20110530152

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Azela Mahuka Yunarko

Nim : 20110530152

Konsentrasi : Public Relations

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik

Judul Skripsi : Strategi Experiential Marketing Pada Event Jogja International Heritage Walk dalam Mempromosikan Potensi Pariwisata Yogyakarta Kepada Wisatawan Mancanegara di Yogyakarta

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip ataupun dirujuk telah saya nyatakan benar. Apabila dikemudian hari karya saya ini terbukti merupakan hasil plagiat/menjiplak karya orang lain maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaannya.

Yogyakarta, 15 Agustus 2016


(4)

HALAMAN MOTTO

“You are free to choose, but you are not

free from the consequence

of your choice.” –

A Universal Paradox

“Dead people receive more flowers than the living ones, because

the regret is stronger than gratitude.”

–Anne Frank’s Diary

“A man is not finished when he is defeated. He is finished when

he


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah saksi bisu dari prosesku menimba ilmu di kota orang selama kurang lebih lima tahun. Di dalamnya mungkin hanya berisikan tulisan ilmiah tentang ilmu yang aku tempuh, namun di balik prosesnya terdapat berbagai macam perjuangan, dukungan dan pelajaran dari banyak pihak sedari aku menginjakkan kaki di kota ini, hingga menyelesaikan kewajiban terakhir sebagai seorang mahasiswa.

Sebagai bentuk penghormatanku terhadap seluruh pihak yang telah membantu menempa, mengubah dan mengembangkan baik mindset, kompetensi dan juga kepribadianku selama masa perantauan ini, maka biarkan skripsi ini menjadi saksi bahwa keberadaan dan kebaikan kalian pernah setidaknya menjadi bermanfaat bagi seseorang.

Teruntuk:

Kedua orang tua dan keluarga, terima kasih untuk doa, nasihat dan dukungan moral serta finansialnya selama ini.

Mutiara Firdausy, terima kasih untuk pelajaran, kasih sayang, doa, kehadiran dan dukungan di setiap langkahku selama ini.

Basis Jogja (Dicka, Eped, Bimo, Batak, Bayu, Bebek, Randy, Langur, Imam, Made, Fiyan, Ojan, Opik, Bang Arif, Mpot, Bio, Kemal, Apil), terima kasih untuk kekeluargaan, solidaritas dan petualangannya selama masa perantauan kita ini.

Perhumas Muda Yogyakarta, terima kasih untuk ilmu, pengalaman dan kepercayaannya sehingga masa perantauanku menjadi lebih kaya dari sekedar belajar di dalam kelas.

Thya, Qisti, Lala, Mamih Mei, Jung, Ayu, Dino, Tere, Ellsye, Cicik, Mochi, Bafadlol, Uti, Kristi, Natali, Misel, Hesti, terima kasih untuk pelajaran,


(6)

dukungan dan kerja samanya selama masa bakti kita. Tak ada pemimpin yang sukses tanpa tim yang hebat, kalian terbaik.

BPC Perhumas Yogyakarta (Pak Bowi, Pak Aswad, Bu Yani, Pak Setio, Mas Fajri, Bu Onah, Bu Ike, Pak Prayudi, Mas Najih), terima kasih untuk bimbingan dan kebaikan bapak dan ibu dalam perjalanan Perhumas Muda Yogyakarta selama ini.

Perhumas Indonesia, terima kasih untuk kepercayaan dan bimbingannya dalam proses aku memimpin Perhumas Muda Yogyakarta selama ini, sehingga bisa turut berkontribusi bagi kebaikan Perhumas.

Kos Nakulo 17 (Odik, Suep, Ridho, Mirza, Waway, Hanung, Very, Firman, Windu), terima kasih untuk kebersamaan dan keragaman cerita dari kalian selama ini.

S.I.Kom Garis Keras (Azhar, Manda, Tata, Harven, Fani, Bang Ahyar, Heksa, Madjum, Aufaa, Gogor, Gigih, Dona), terima kasih untuk ‘kekentelan’

persahabatannya, cerita masa kuliahnya dan futsal barokahnya.

Azca, Lintang, Ifah, Mamih Dewi, Asri, terima kasih untuk kebaikan dan keramahannya selama masa kuliah.

Soraya Ratna Pratiwi, terima kasih sharing-nya, bukunya dan keberadaannya, especially in my hardest times.

Terima kasih untuk segala peranannya, biarlah doa dan semoga – semogaku untuk kalian menjadi rahasiaku dengan-Nya.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERNYATAAN ... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ...

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Kerangka Teori... 14

1. Experiential Marketing Sebagai Alat Promosi Pariwisata ... 14


(8)

a. Word of Mouth ... 25

b. Internet Marketing ... 27

3. Penelitian Terdahulu ... 28

F. Metode Penelitian ... 30

1. Jenis Penelitian ... 30

2. Lokasi Penelitian ... 32

3. Teknik Pengumpulan Data ... 32

4. Teknik Pengambilan Informan ... 34

5. Teknik Analisa Data ... 35

6. Validitas Data ... 37

BAB II. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ... 39

A. Deskripsi Jogja Walking Association ... 39

1. Maksud Jogja Walking Association ... 39

2. Tujuan Jogja Walking Association ... 40

3. Visi Jogja Walking Association ... 40

4. Misi Jogja Walking Association ... 40

5. Struktur Jogja Walking Association ... 42

6. Sekretariat Jogja Walking Association ... 42

B. Deskripsi Jogja International Heritage Walk ... 43

1. Maksud Jogja International Heritage Walk ... 46

2. Tujuan Jogja International Heritage Walk ... 46

a. Konsep Jogja International Heritage Walk ... 47

b. Struktur Organisasi Jogja International Heritage Walk ... 50

c. Target Peserta Jogja International Heritage Walk ... 51 d. Rangkaian Kegiatan Jogja International


(9)

Heritage Walk ... 52

e. Keterlibatan Dinas Pariwisata D.I.Y ... 56

BAB III. SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Sajian Data ... 58

1. Proses perancangan pengalaman ... 60

2. Proses partisipasi peserta ... 69

3. Dampak dari pengalaman ... 84

B. Pembahasan ... 90

1. Proses perancangan pengalaman ... 92

2. Proses partisipasi peserta ... 95

3. Dampak dari pengalaman ... 104

BAB IV. PENUTUP ... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 120


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian Terdahulu ... 29 Tabel 2. Sejarah Jogja International Heritage Walk ... 43


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Perkembangan Wisatawan Mancanegara

di Asia Tahun 2012 – 2013 ... 4

Gambar 2. Grafik Perkembangan WisNus dan WisMan di Yogyakarta Tahun 2010 – 2014 ... 6

Gambar 3. Grafik Peserta JIHW Tahun 2008-2015 ... 12

Gambar 4. Struktur Organisasi Jogja Walking Association ... 42

Gambar 5. Peta Konsep JIHW ... 47

Gambar 6. Welcome Dinner JIHW ... 52

Gambar 7. 1st Walking Day JIHW... 53

Gambar 8. 2nd Walking Day JIHW ... 54

Gambar 9. Farewell Dinner JIHW... 55

Gambar 10. Konsep JIHW ... 64

Gambar 11. Interaksi dengan peserta asing... 75

Gambar 12. Cerita Pengalaman Milla ... 76

Gambar 13. Kain Batik ... 77

Gambar 14. Cerita Pengalaman Nias ... 78

Gambar 15. Cerita Pengalaman Irfan ... 80


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Interview Guide ... 123 Lembar Transkrip Wawancara ... 127


(13)

(14)

ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Konsentrasi Public Relations Azela M. Yunarko

Strategi Experiential Marketing Pada Event Jogja International Heritage Walk dalam Meningkatkan Jumlah Wisatawan Mancanegara di Yogyakarta

Tahun Skripsi: 2016, XVII + 137 Halaman

Daftar Pustaka: 9 buku + 5 jurnal + 12 sumber internet + 2 sumber lain

Diberlakukannya ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir tahun 2015 lalu berpotensi untuk mendorong pertumbuhan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Sebab dengan diberlakukannya MEA, akan terjadi peningkatan pergerakan manusia di wilayah ASEAN, yang berarti bahwa jumlah wisatawan ke Indonesia dari negara-negara ASEAN akan meningkat juga. Potensi besar ini merupakan peluang yang bagus bagi Provinsi D.I. Yogyakarta, yang merupakan tujuan wisata kedua di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan, setelah Bali. Yogyakarta dalam mempromosikan kekayaan yang dimilikinya, menyelenggarakan sebuah event berskala internasional yang dapat memberikan pengalaman terhadap kekayaan kebudayaan dan pariwisata yang dimiliki Yogyakarta kepada masyarakat dunia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui dan mendeskripsikan strategi experiential marketing yang dilakukan oleh penyelenggara di dalam event Jogja International Heritage Walk (JIHW), serta media yang digunakan para peserta untuk menyebarkan pengalaman yang didapatkan dari partisipasinya di dalam event tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan dianalisa secara kualitatif. Informan diambil berdasarkan purposive sampling, sebanyak tiga orang, berdasarkan keterlibatan perannya dalam proses perancangan dan keberlangsungan event. Sementara metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, Jogja Walking Association (JWA), yakni pihak penyelenggara, berhasil memberikan pengalaman menyenangkan dan berkesan kepada peserta, baik peserta lokal maupun asing, terhadap kekayaan


(15)

kebudayaan dan pariwisata yang dimiliki Yogyakarta, melalui integrasi lima unsur menarik yang terdapat pada konsep yang dicanangkan di dalam JIHW dan perancangan yang detil terhadap setiap touching point di dalam rangkaian kegiatan JIHW. Adapun peserta menggunakan word of mouth baik secara langsung kepada kerabat – kerabatnya, maupun melalui blog pribadi milikinya, untuk menyebarkan pengalamannya mengikuti JIHW. Ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan selalu terjadinya peningkatan peserta baik lokal maupun asing pada setiap tahun JIHW diadakan.


(16)

ABSTRACT

Muhammadiyah University of Yogyakarta Faculty of Social and Political Science Department of Communication

Public Relations Concentration Azela M. Yunarko

20110530152

Experiential Marketing Strategy in Jogja International Heritage Walk Event to Increase Attendance of Foreign Tourists in Yogyakarta

Year of Thesis: 2016, XVII + 137 Pages

References: 9 books + 5 journals + 12 online medias + 2 other sources

The implementation of ASEAN Economic Community at the end of 2015 has the potential to encourage an increase in the number of foreign tourists in Indonesia. This is due to the increase in human movement in ASEAN which affects the number of ASEAN tourists coming to Indonesia. This big potential is a good opportunity for D.I. Yogyakarta province, being the second most visited Indonesian tourist destination after Bali. To promote its tourism assets, Yogyakarta held an international-scale event which could give experience towards the world regarding Yogyakarta’s cultural and tourism assets.

The purpose of this research is to find out and describe the experiential marketing which was done by the organizers of Jogja International Heritage Walk (JIHW), and the media which was used by the participants to share the experience they gained from the event. The research method used in this research is descriptive, and is analayzed qualitatively. Informants are selected through purposive sampling, numbering three people, based on their involvement in the planning process and the event’s execution. Meanwhile, the data-gathering method used indepth interview and documentation.

Based on the result of the research, Jogja Walking Association (JWA), the organizers of the event, had succeeded in giving enjoyable and memorable experience

to both local and foreign participants regarding Yogyakarta’s cultural and tourism

assets by integrating five interesting elements in the concept of JIHW and detailed planning regarding every touching point in the activities in JIHW. Furthermore, the participants used word of mouth directly to their relatives and through their blogs to


(17)

share their experiences of JIHW. This is one of the factors that contributes to the constant annual increase of JIHW’s participants, both local and foreign.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perhimpunan Bangsa – Bangsa Asia Tenggara atau Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), menetapkan tanggal 31 Desember 2015 sebagai langkah awal perwujudan Komunitas ASEAN (ASEAN Community), yaitu sebuah komunitas yang terdiri dari 10 negara anggota ASEAN yang akan berintegrasi menjadi sebuah kesatuan. Pembentukan Komunitas ASEAN ini diawali dengan komitmen para pemimpin ASEAN dengan ditandatanganinya ASEAN Vision 2020 di Kuala Lumpur pada tahun 1997, yang mencita – citakan ASEAN sebagai suatu komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, serta dipersatukan oleh hubungan kemitraan.

Pembentukan Komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar, yaitu: Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC), dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC) ini bertujuan untuk lebih mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi politik internasional. ASEAN menyadari sepenuhnya bahwa ASEAN perlu menyesuaikan cara pandangnya


(19)

agar dapat lebih terbuka dalam menghadapi permasalahan – permasalahan internal dan eksternal.

Dari ketiga pilar tersebut, Indonesia saat ini mengedepankan pembangunan komunitas ekonomi ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (ASEAN Economic Community/AEC). AEC adalah bentuk integrasi ekonomi regional yang akan diarahkan kepada pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan dengan mengurangi biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis, serta meningkatkan daya saing sektor UMKM. Pemberlakuan AEC 2015 bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, berdaya saing tinggi, dan secara ekonomi terintegrasi dengan regulasi efektif untuk perdagangan dan investasi, yang di dalamnya terdapat arus bebas lalu lintas barang, jasa, investasi, dan modal serta difasilitasinya kebebasan pergerakan pelaku usaha dan tenaga kerja. Implementasi AEC 2015 akan berfokus pada 12 sektor prioritas, yang terdiri atas tujuh sektor barang (industri pertanian, peralatan elektonik, otomotif, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil) dan lima sektor jasa (transportasi udara, pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik, dan industri teknologi informasi atau -e-ASEAN). (http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=79 11, diakses pada 12 April 2015)

ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku efektif di akhir tahun 2015 ini berpotensi


(20)

untuk mendorong pertumbuhan jumlah wisatawan ke Indonesia yang kini masih sekitar 9 persen per tahun menjadi di atas 10 persen. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, dalam acara Public Seminar and Soft Launching “The ASEAN Economic Community: A Work in Progress”, pada hari Selasa (18/3/2014) di Jakarta, mengatakan bahwa dengan diberlakukannya MEA, akan terjadi peningkatan pergerakan manusia di wilayah ASEAN, yang berarti bahwa jumlah wisatawan ke Indonesia dari negara-negara ASEAN akan meningkat juga. Apalagi dengan adanya rencana pemberlakuan Common Visa untuk ASEAN, akan sangat memudahkan warga asing dari luar ASEAN untuk masuk ke Indonesia. (http://www.parekraf.go.id/asp/detil.asp?id=2555, diakses pada 21 April 2015)


(21)

Potensi besar ini merupakan peluang yang bagus bagi Provinsi D.I. Yogyakarta, yang merupakan tujuan wisata di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara, setelah Bali. Badan Pusat Statistik D.I. Yogyakarta mencatat perkembangan kunjungan wisata selama sembilan tahun terakhir menunjukkan bahwa setiap tahun jumlah kunjungan rata – rata meningkat sebesar 7,83 persen. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara mampu tumbuh di atas 20 persen per tahun, sementara wisatawan domestik tumbuh 7,40 persen per tahun. (http://yogyakarta.bps.go.id/flipbook/2014/Statistik%20Daerah%20Istimewa %20Yogyakarta%202014/HTML/files/assets/basic-html/page72.html, diakses pada 12 April 2015)


(22)

Potensi – potensi yang dimiliki Yogyakarta antara lain memiliki sekitar 70.000 industri kerajinan, 31 tempat wisata budaya dan 19 wisata alam yang tersebar, dapat menambah daya tarik dari provinsi ini, sehingga terbukti berhasil meningkatkan jumlah turis domestik dan mancanegara yang berkunjung pada tahun 2013 dan 2014. Menurut data yang dipaparkan oleh Staff Sub Bagian Program dan Informasi Dinas Pariwisata D.I. Yogyakarta, Djatmiko Raharjo, kepada KRjogja.com pada Jumat (6/2/2015), terbukti bahwa terdapat peningkatan sebesar 17,90 persen total jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota ini dari tahun 2013. Tercatat 3.346.180 orang wisatawan selama tahun 2014 yang mengunjungi Yogyakarta, sedangkan pada tahun sebelumnya hanya sebanyak 2.837.967 orang wisatawan.

Sementara jika dirinci, jumlah wisatawan mancanegara di D.I. Yogyakarta pada tahun 2014 sebanyak 254.213 orang, yang artinya meningkat 7,77 persen dibanding tahun 2013 yang berada di angka 235.893 orang. Sedangkan untuk wisatawan nusantara, tercatat 3.091.967 orang atau mengalami kenaikan 18,83 persen dibanding tahun 2013, yakni sebanyak 2.602.074 orang. Di sisi lain, Belanda masih memuncaki daftar 10 negara yang menjadi penyumbang wisatawan terbanyak ke kota ini, dengan jumlah 29.370 orang, mengalami kenaikan 10,20 persen dibandingkan tahun 2013, yakni hanya sebanyak 26.652 orang. Sementara sembilan negara lainnya yang menjadi penyumbang wisatawan terbanyak antara lain adalah Jepang, Malaysia, Prancis, Amerika Serikat, Singapura, Australia, Jerman, Tiongkok


(23)

dan Korea Selatan. ( http://krjogja.com/read/247646/kunjungan-wisatawan-2014-lampaui-target.kr, diakses pada 12 April 2015)

Dalam mempromosikan pariwisata, terdapat banyak strategi promosi yang dapat dilakukan, antara lain dengan menggunakan promotion mix yang mencakup advertising, direct marketing, internet marketing, sales promotion, public relations dan personal selling. Selain itu, untuk mempromosikan dan menjual merek atau produknya, pemasar dapat menggunakan dua strategi lainnya, yakni strategi push dan pull marketing. Push marketing adalah strategi promosi yang digunakan oleh pemasar agar merek atau produk yang dikelolanya sampai ke pelanggan. Taktiknya secara umum misalnya menjual barang dagangan secara langsung kepada pelanggan melalui showroom perusahaan dan bernegosiasi dengan pengecer untuk menjual produk mereka, atau mengatur point-of-sale. Sedangkan pull marketing mengambil


(24)

pendekatan yang berlawanan. Tujuan pull marketing adalah untuk membuat pelanggan mendatangi merek. Taktik penjualan umum yang biasa digunakan meliputi promosi melalui media massa, word-of-mouth terarah, dan penjualan melalui iklan. Dari perspektif bisnis, pull marketing merupakan upaya menciptakan loyalitas merek dan membuat pelanggan datang kembali, sedangkan push marketing lebih ditujukan untuk penjualan jangka pendek. (http://mix.co.id/headline/beda-antara-push-dan-pull-marketing, diakses pada 17 Maret 2016)

Namun, seiring dengan berkembangnya dinamika dunia pemasaran dan persaingan dalam dunia pariwisata, maka Schmitt (1999; dalam SWA, 2001, p. 25) menyatakan, “bahwa demi mendekati, mendapatkan dan mempertahankan konsumen loyal, produsen melalui produknya perlu menghadirkan pengalaman – pengalaman yang unik, positif dan mengesankan kepada konsumen.” (Jurnal Studi Manajemen & Organisasi “Experiential Marketing Sebagai Suatu Strategi Dalam Menciptakan Customer Satisfaction dan Repeat Buying Untuk Meningkatkan Kinerja Pemasaran, diakses pada 28 April 2015).

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti pada majalah online “Mix Marketing” (mix.co.id), sejak pertengahan tahun 2014 hingga saat ini terdapat lebih dari 30 artikel mengenai strategi promosi perusahaan – perusahaan besar dengan menggunakan strategi experiential marketing, dalam rangka mempromosikan produk ataupun brand-nya. Hal ini membuktikan


(25)

bahwa orientasi perusahaan saat ini sudah bergeser menjadi customer oriented, yakni “a group of actions taken by a business to support its sales and service staff in considering client needs and satisfaction their major priorities.” Jika diterjemahkan adalah, sekumpulan tindakan yang dilakukan dalam bisnis untuk mendukung penjualan dan pelayanan dengan mengacu pada prioritas kebutuhan dan kepuasan pelanggan. (http://www.businessdictionary.com/definition/customer-orientation.html, diakses pada 17 Maret 2016)

Melalui Jogja International Heritage Walk, Jogja Walking Association memberikan pengalaman – pengalaman unik dan mengesankan kepada seluruh pesertanya terhadap kekayaan budaya dan pariwisata yang dimiliki Yogyakarta dengan menggunakan strategi experiential marketing. Pada program berskala internasional ini, para peserta diajak menikmati pengalaman berjalan kaki sambil menelusuri keindahan Candi Prambanan dan Desa Selopamioro, Imogiri, yang merupakan wilayah warisan budaya. Peserta pada acara yang diadakan dalam dua hari ini, yaitu pada tanggal minggu kedua dalam Bulan November setiap tahunnya, merupakan wisatawan yang berasal dari beberapa negara, antara lain: Korea Selatan, Amerika Serikat, Australia, Belanda, Italia, Inggris, Denmark, Jepang, Belgia, Rusia, Jerman, Taiwan dan Perancis. (http://pariwisata.jogjakota.go.id/index/extra.detail/1810, diakses pada 12 April 2015)


(26)

Kegiatan olahraga berjalan kaki yang ditujukan untuk menerapkan pola hidup sehat dan mempromosikan kebudayaan dan potensi – potensi pariwisata Yogyakarta tersebut diselenggarakan oleh komunitas pejalan kaki di Yogyakarta, yang merupakan satu – satunya perwakilan dari Asia Tenggara yang menjadi anggota International Marching League (IML) Walking Association. Selain itu, Wakil Ketua Jogja Walking Association, Dahlia Puspa

Sari, mengatakan “Jogja International Heritage Walk ini merupakan satu – satunya annual event yang berskala internasional yang dimiliki Yogyakarta [Dahlia Puspa Sari, Hasil Wawancara, 16 Maret 2016].

Selain dapat menikmati keindahan panorama di sepanjang rute, seluruh peserta juga dapat merasakan pengalaman mencicipi makanan tradisional, menyaksikan tarian adat dan pertunjukan seni di setiap titik yang telah ditentukan. Peserta dibebaskan untuk memilih rutenya sesuai keinginan dan kemampuannya, antara 5, 10 dan 20 km. Di setiap pos peristirahatan yang telah disediakan pada setiap jarak 2,5 km, peserta akan disuguhi oleh kekayaan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat sekitar Imogiri yang hidup dengan cara tradisional. Makanan tradisional, tarian dan kesenian tradisional, dan UKM – UKM yang ada di sana bisa dinikmati oleh seluruh peserta secara langsung. Selain itu, peserta juga bisa mendapatkan pengalaman bercocok tanam di ladang bersama dengan masyarakat setempat, dan bahkan bisa ikut mengajar di sekolah – sekolah lokal yang terdapat di sana. Di dalam kegiatan yang telah enam kali diselenggarakan pada setiap


(27)

tahunnya ini, peserta juga diajak untuk menanam 1000 pohon untuk mempromosikan konsep “Green and Eco Tourism”. ( http://jogjaheritagewalk.com/welcome-to-the-7th-jogjakarta-international-heritage-walk-2015/, diakses pada 2 Mei 2015)

Khaerani Irfan, salah satu peserta yang mengikuti 6th Jogja International Heritage Walk pada 14 – 15 November 2014 lalu, dalam

blognya mengatakan “Bagi kami, acara JIHW ini sangat luar biasa, bagaimana tidak? Di setiap tempat istirahat kami disediakan berbagai macam makanan khas Jogja dengan gratis, selain itu, ada di beberapa tempat peristirahatan yang menyajikan pertunjukan seni tradsional Joga, mulai dari gamelan, tari wayang, dsb. Yang unik adalah bagaimana warga sekitarpun ikut memeriahkan acara ini dengan menunjukan kreasi – kreasi mereka, yang paling spesial adalah saat kami melintasi pos kamling desa setempat dan menyaksikan bagaimana warga sekitar sangat berantusias memeriahkan acara ini dengan menunjukan kemampuan mereka dalam bermusik angklung di tempat tersebut.” ( http://neifan.blogspot.co.id/2014/11/jogja-international-heritage-walk-of.html, diakses pada 17 Maret 2016)

Sebagaimana yang dituliskan Dinas Pariwisata D.I. Yogyakarta dalam Laporan Kegiatan Jogja International Heritage Walk pada tahun 2015, bahwa tujuan dari diselenggarakannya program ini antara lain; 1) Mempromosikan tempat – tempat pariwisata Indonesia seperti Candi Prambanan. 2) Mengenalkan produk – produk khas daerah yang akan berdampak positif bagi


(28)

UKM di daerah setempat. 3) Mengenalkan kebudayaan Indonesia melalui pertunjukan tari dan musik tradisional. 4) Mendukung dan menyosialisasikan gaya hidup sehat. 5) Memperkenalkan Jogja Heritage Tourism, Eco Tourism dan Green Tourism di Yogyakarta.

Berdasarkan tujuan – tujuan yang telah ditentukan tersebut, melalui program Jogja International Heritage Walk, Jogja Walking Association telah turut membantu mempromosikan potensi pariwisata yang dimiliki Yogyakarta kepada wisatawan mancanegara. Upaya yang dilakukan melalui program yang telah berhasil diselenggarakan selama tujuh kali dalam tujuh tahun berturut – turut ini, merupakan salah satu cara yang tepat untuk memperkenalkan kekayaan yang dimiliki Yogyakarta kepada masyarakat dunia, pasalnya ini merupakan event tahunan yang berskala internasional dan pada setiap tahunnya selalu terjadi peningkatan peserta baik peserta lokal maupun asing.


(29)

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud untuk mengetahui lebih dalam implementasi strategi experiential marketing yang dilakukan oleh Jogja Walking Association dan berkerjasama dengan Dinas Pariwisata D.I.

Yogyakarta di dalam program “Jogja International Heritage Walk”, sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara, terkait persiapan dalam menghadapi pemberlakuan ASEAN Economic Community pada akhir tahun 2015 mendatang.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:


(30)

“Bagaimana implementasi strategi experiential marketing pada

program “Jogja International Heritage Walk” sebagai upaya dalam mempromosikan potensi pariwisata Yogyakarta kepada wisatawan mancanegara, dalam rangka persiapan untuk menghadapi AEC 2015?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan implementasi strategi experiential marketing yang dilakukan Jogja Walking Association di dalam program “Jogja International Heritage Walk”, dalam mempromosikan potensi pariwisata Yogyakarta kepada wisatawan mancanegara di Yogyakarta.

2. Mengetahui media penyebaran pengalaman peserta dalam mengikuti

Jogja International Heritage Walk”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah pengetahuan dan informasi mengenai strategi promosi dengan menggunakan strategi experiential marketing di bidang pariwisata.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi Jogja Walking Association terkait pelaksanaan strategi experiential marketing dalam program “Jogja International Heritage Walk”.


(31)

E. Kerangka Teori

1. Experiential Marketing Sebagai Alat Promosi Pariwisata

Pariwisata dewasa ini telah menjelma menjadi industri yang mampu menghasilkan produk – produk yang dapat memberikan sumbangan di bidang ekonomi, dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dapat dilihat dari definisi pariwisata yang dikemukakan Pendit:

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor – sektor produktivitas lainnya. (Pendit, 1999:35)

Sedangkan menurut Spillane:

Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, yang bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. (Spillane, 1994:21)

Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan kegiatan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang bersifat sementara, dan bertujuan untuk mencari kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu, serta merupakan salah satu industri yang mampu menghasilkan pertumbuhan


(32)

ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja dan dapat menstimulasi sektor – sektor produktivitas lainnya.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi alam, seni serta budaya yang cukup besar. Karenanya, dibutuhkan upaya untuk membuat potensi ini dapat dimanfaatkan sebaik – baiknya demi kebaikan kesejahteraan bangsa dan negara ini. Dalam bidang pariwisata, kegiatan promosi adalah hal yang sangat penting dalam mempromosikan barang atau jasa kepada para wisatawan. Promosi merupakan sebuah upaya untuk menarik para wisatawan, yaitu dengan menyesuaikan produk wisata dengan permintaan wisatawan. Fungsi promosi menurut Yoeti (2002:114) adalah untuk memberitahukan produk yang hendak ditawarkan kepada calon wisatawan yang dijadikan target pasar. Idealnya, kegiatan promosi dilakukan secara berkesinambungan melalui media yang dianggap efektif, agar mampu menjangkau target pasar.

Dalam mempromosikan potensi pariwisata yang ada, terdapat berbagai macam pendekatan berdasarkan kecocokannya dengan target pasar. Salah satunya dengan menggunakan strategi pemasaran berbasis pengalaman, yaitu experiential marketing. Memberikan pengalaman secara langsung kepada wisatawan menjadi konsep utama dalam strategi pemasaran ini. Experiential marketing merupakan sebuah pendekatan dalam pemasaran yang sebenarnya telah dilakukan sejak zaman dulu hingga sekarang oleh


(33)

para pemasar. Pendekatan ini dinilai sangat efektif karena sejalan dengan perkembangan zaman dan teknologi, para pemasar lebih menekankan diferensiasi produk untuk membedakan produknya dengan produk kompetitor. Dengan adanya experiential marketing, pelanggan akan mampu membedakan produk dan jasa yang satu dengan lainnya karena mereka dapat merasakan dan memperoleh pengalaman secara langsung melalui lima pendekatan (sense, feel, think, act, relate), baik sebelum maupun ketika mereka mengkonsumsi sebuah produk atau jasa.

Pengertian dari Experiential Marketing menurut Schmitt (1999) dalam Balqiah (2002, p. 9), adalah:

Experiential Marketing yaitu pemasaran yang memberikan pengalaman (experience) kepada konsumen sebagai upaya untuk menarik konsumen menggunakan produk/jasa, bahkan memotivasi konsumen untuk melakukan pembelian ulang (repeat buying).

Experiential marketing mengemukakan ketidakpuasan terhadap asumsi pemasaran tradisional, yang lebih memandang konsumen sebagai makhluk yang sangat rasional dalam pengambilan keputusan suatu produk, dimana pembelanjaan kebutuhan konsumen hanya bersifat transaksional dan objektif berdasarkan pada cost dan benefit (Schmitt, 1999 dalam Balqiah, 2002, p. 9-10). Setiap upaya pemasaran, selalu hanya menonjolkan keunggulan produk dari fitur – fitur dan juga benefit – benefit rasionalnya, seperti harga yang lebih murah, sementara dengan


(34)

kemajuan teknologi produksi dan R&D hal tersebut merupakan suatu hal yang standar dan mudah ditiru oleh pemasar lain.

Berikut ini merupakan karakteristik dari experiential marketing:

a. Fokus pada pengalaman pertama

Pengalaman yang terjadi sebagai akibat pertemuan, menjalani, atau melewati situasi tertentu. Pengalaman memberikan nilai – nilai indrawi, emosional, kognitif, perilaku dan relasional yang menggantikan nilai – nilai fungsional.

b. Menguji situasi konsumsi

Pelanggan tidak hanya mengevaluasi suatu produk sebagai produk yang berdiri sendiri dan juga tidak hanya menganalisis tampilan dan fungsi saja, melainkan pelanggan lebih menginginkan suatu produk yang sesuai dengan situasi dan pengalaman pada saat mengkonsumsi produk tersebut.

c. Mengenali aspek rasional dan emosional sebagai pemicu dari konsumsi

Seorang pelanggan ingin dihibur, dirangsang, dipengaruhi secara emosional dan ditantang secara kreatif.

d. Metode dan perangkat bersifat elektik

Metode dan perangkat untuk mengukur pengalaman seseorang tidak hanya terbatas pada suatu metode saja, melainkan memilih


(35)

metode dan perangkat yang sesuai tergantung dari obyek yang diukur.

Manfaat dari experiential marketing menurut Schmitt (1999) adalah:

a. Untuk membangkitkan kembali merek yang telah menurun. b. Untuk membedakan satu produk dengan produk pesaing. c. Untuk menciptakan citra dan identitas sebuah perusahaan.

d. Untuk mempromosikan inovasi, dan untuk menyertakan percobaan, pembelian dan yang paling penting adalah menciptakan konsumen yang setia terhadap merek.

Konsep experiential marketing yang dikemukakan Schmitt (1999; dalam SWA, 2001, p. 25) menyatakan bahwa demi mendekati, mendapatkan dan mempertahankan konsumen loyal, produsen melalui produknya perlu menghadirkan pengalaman-pengalaman yang unik, positif dan mengesankan kepada konsumen. Prinsip pokok dari experiential marketing yaitu bagaimana membuat konsumen lebih terlibat dengan produk/jasa baik secara fisik ataupun emosional. Sebab apabila produk/jasa tersebut mampu untuk menghadirkan pengalaman positif yang tak terlupakan (memorable experience) yang menyentuh sisi afeksi mereka, konsumen akan selalu mengingat produk/jasa tersebut ketika akan mengkonsumsi produk yang sejenis.


(36)

Konsumen akan menjadi fanatik dan secara sadar (atau tidak sadar) akan mengajak orang lain untuk mengkonsumsi produk tersebut (Schmitt, 1999 dalam Balqiah, 2002, p. 9). Dalam membentuk perspektif yang berdasarkan experiential bagi konsumen, penerapan experiential marketing harus didahului dengan mengidentifikasi dengan matriks dua unsur Experiential Marketing, yaitu Experiential Modules dan Experiential Provider.

Experiential Modules terdiri dari lima unsur utama yang menitikberatkan pada penciptaan persepsi positif tertentu di mata konsumen (Schmitt, 1999 dalam Balqiah, 2002, p. 10) yaitu:

a. Sense

‘Sense’ berkaitan dengan gaya (styles) dan simbol – simbol verbal dan visual yang mampu menciptakan keutuhan sebuah kesan. Untuk menciptakan kesan yang kuat, baik melalui iklan, packaging ataupun website, seorang pemasar perlu memilih warna, bentuk, gaya dan elemen – elemen lain yang tepat sejalan dengan company profile perusahaannya. Sebagai contoh adanya hotel dengan bermacam-macam gaya. Business hotel tentunya berbeda dengan resort hotel dari pemilihan warna, lokasi, furniture maupun gaya arsitekturnya.


(37)

b. Feel

‘Feel’, perasaan di sini sangatlah berbeda dengan kesan sensorik karena hal ini berkaitan dengan suasana hati dan emosi jiwa seseorang. Ini bukan sekedar menyangkut keindahan, tetapi suasana hati dan emosi jiwa yang mampu membangkitkan kebahagiaan atau bahkan kesedihan. Perusahaan Hallmark adalah contohnya. Pada saat menjelang Natal, Hallmark meluncurkan iklan TV yang menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang hampir tidak dapat pulang berkumpul dengan keluarganya di hari Natal karena kendala salju yang tebal. Dia akhirnya dapat mewujudkan keinginannya pada saat adik laki-lakinya mulai menyanyikan Christmas Carols sehingga seluruh keluarga merasa bahagia dapat berkumpul bersama. Hallmark mampu menyampaikan ‘feel’ Natal sebagai momen untuk berbagi kasih bersama seluruh anggota keluarga.

c. Think

‘Think’, dengan berpikir (think) dapat merangsang kemampuan intelektual dan kreativitas seseorang. Sebagai contoh, perusahaan komputer Apple melakukan kampanye iklan komputer yang tidak umum. Iklan ini tidak menampilkan adanya komputer tetapi menampilkan tokoh-tokoh heroik abad


(38)

20 mulai dari Einstein hingga John Lennon. Hal ini dilakukan Apple untuk memperbaiki kinerja pemasarannya di samping untuk menarik pelanggannya agar berpikir lebih luas dan berbeda mengenai perusahaan dan produknya. Dengan membuat pelanggan berpikir beda hal ini akan berakibat mereka mengambil posisi yang berbeda pula.

d. Act

‘Act’ berkaitan dengan perilaku yang nyata dan gaya hidup seseorang. Hal ini berhubungan dengan bagaimana membuat orang berbuat sesuatu dan mengekspresikan gaya hidupnya. Riset pasar menunjukkan banyak orang membeli Volkswagen Beetle sebagai mobil kedua setelah BMW atau Lexus. Mereka mempunyai gaya hidup tertentu; mereka ingin mengendarai mobil yang lebih enak untuk dikendarai daripada mobil pertama mereka yang lebih profesional. Jadi ‘Act’ di sini meliputi perilaku yang nyata atau gaya hidup yang lebih luas. e. Relate

‘Relate’ berkaitan dengan budaya seseorang dan kelompok referensinya yang dapat menciptakan identitas sosial. Seorang pemasar harus mampu menciptakan identitas sosial (generasi, kebangsaan, etnis) bagi pelanggannya dengan produk atau jasa yang ditawarkan. Pemasar dapat menggunakan simbol budaya


(39)

dalam kampanye iklan dan desain Web yang mampu mengidentifikasikan kelompok pelanggan tertentu. Harley-Davidson merupakan contoh kampanye ‘Relate’ yang mampu menarik beribu-ribu pengendara motor besar di Amerika dalam rally di penjuru negara itu. Pelanggannya kebanyakan mempunyai tattoo berupa logo Harley-Davidson di lengan atau bahkan di seluruh tubuhnya. Mereka menunjukkan kelompok referensi tertentu dengan apa yang dimilikinya.

Kotler & Keller (2006, p.229) mengutip pernyataan Schmitt bahwa pengalaman pelanggan dapat dilakukan melalui experience providers (sarana/alat yang memberikan/menyediakan pengalaman bagi pelanggan) berikut ini:

a. Communications: iklan, public relations, laporan tahunan, brosur, newsletters dan magalogs.

b. Visual/ verbal identity: nama merek, logo, signage, kendaraan sebagai transportasi.

c. Product presense: desain produk, packaging, point-of-sale displays.

d. Co-branding: event marketing, sponsorships, alliances & partnership (kemitraan), licencing (hak paten), iklan di TV atau bioskop.


(40)

e. Environments: retail and public spaces, trade booths, corporate buildings, interior kantor dan pabrik.

f. Web sites and electronic media: situs perusahaan, situs produk dan jasa, CD-ROMs, automated emails, online advertising, intranets.

g. People: salespeople, customer service representatives, technical support/repair providers (layanan perbaikan), company spokepersons, CEOs dan eksekutif terkait.

Experiential marketing dalam terminologi lain dapat disebut sebagai customer experience, Meyer dan Schwager (2007) mendefinisikan customer experience sebagai respon internal dan subyektif yang dimiliki konsumen terhadap kontak langsung maupun tidak langsung dengan sebuah perusahaan. Kontak langsung umumnya terjadi pada saat pembelian, penggunaan, dan pelayanan. Kontak tidak langsung meliputi pertemuan yang tidak direncanakan dengan representasi dari produk, layanan, atau brand perusahaan yang berbentuk rekomendasi atau kritik, iklan, laporan berita, review dan sebagainya.

Customer experience bukanlah bermula dan berakhir pada saat terjadinya transaksi dengan brand. Pengalaman konsumen terhadap produk bisa saja dimulai dari sejak pertama kali ia mengunjungi website brand, atau bertemu dengan salah seorang agen penjualan, atau bahkan


(41)

pada saat melihat billboard brand yang terpampang di jalan menuju toko, hingga pengalaman setelah membeli produk tersebut. (Amalia, 2012:104)

Menurut Amalia E. Maulana dalam bukunya (2012:103), titik – titik dimana interaksi antara konsumen dengan produk yang bisa mempengaruhi persepsi konsumen terhadap brand tersebut, disebut dengan touching points. Ada dua tipe touching point, pertama adalah touching point yang direncanakan, misalnya dengan menempatkan seorang Sales Promotion Girl di supermarket. Kedua, adalah touching point yang tidak direncanakan, misalnya saja diskusi yang terjadi secara natural di milis atau blog. Siapa saja bisa menulis tentang brand kita, di media internet.

Brand yang dipilih oleh konsumennya adalah brand yang memiliki kelebihan tertentu dibandingkan yang lainnya, outstanding di tengah kerumunan brand lainnya. Brand yang dapat menciptakan Points of Difference (POD) atau diferensiasi yang ditonjolkan dibandingkan dengan kompetitor. (Amalia E. Maulana, 2012:50)

Untuk itu diperlukan riset customer experience, yang akan membantu mengidentifikasi touching point yang mana saja yang dianggap penting dari sudut pandang konsumen. Riset terhadap customer experience yang dilakukan secara rutin dan terus menerus akan membekali perusahaan


(42)

dengan informasi pencapaian cita – cita brand jangka panjang. (Amalia, 2012:105)

2. Media Promosi Experiential Marketing

Media promosi merupakan suatu alat untuk mengkomunikasikan suatu produk/jasa/image/perusahaan ataupun yang lain untuk dapat lebih dikenal masyarakat lebih luas. Media promosi yang paling tua adalah media dari mulut ke mulut (word of mouth). Media ini memang sangat efektif, tetapi kurang efisien karena kecepatan penyampaiannya kurang bisa diukur dan diperkirakan.

Media promosi yang klasik berupa; brosur, poster, booklet, leaflet, spanduk, baliho, billboard, neon box, standing banner, kartu nama, kop surat, seragam pegawai, jam dinding, poster di mobil, piring/gelas, iklan di tv, radio, spanduk terbang, balon udara, iklan di media cetak, daftar

menu, daftar harga dan sebagainya.

( http://gemapariwara.blogspot.co.id/2012/07/beberapa-jenis-media-promosi.html, diakses pada 12 Januari 2016)

a. Word of Mouth

Hawkins & Mothersbaugh (2010:241) menjelaskan bahwa konsumen memiliki dua cara dalam mempelajari suatu produk baru, jasa, dan merek yang mereka dapatkan dari teman dan


(43)

referensi lain mereka. Pertama dengan mengamati dan berpartisipasi dengan teman dan referensi mereka dalam menggunakan produk atau jasa. Kedua dengan mencari informasi atau meminta saran kepada teman dan referensi lainnya dalam bentuk komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication).

WOMMA (Word of Mouth Marketing Association) mendefinisikan WOM sebagai tindakan konsumen yang menyediakan informasi kepada konsumen lainnya. Sedangkan Basalamah (2010:80) dalam jurnalnya mendefinisikan WOM sebagai komunikasi berupa pembicaraan maupun testimonial yang dilakukan orang yang membicarakan mengenai suatu produk atau jasa. Sementara Hasan (2010:32) mengatakan WOM sebagai tindakan konsumen memberikan informasi kepada konsumen lain dari seseorang kepada orang lain (antar pribadi) nonkomersial baik merek, produk maupun jasa. Hal lain juga diungkapkan Sernovitz

(2009:1) bahwa pemasaran WOM ialah, “giving people a reason to talk about your stuff, and making it easier for that conversation to take place,” yaitu memberikan orang alasan untuk berbicara mengenai produk dan membuat berlangsungnya pembicaraan itu lebih mudah.


(44)

Menurut Kotler (2005:638) terdapat dua manfaat yang diperoleh dari komunikasi dari mulut ke mulut, yaitu:

1) Komunikasi dari mulut ke mulut bersifat lebih meyakinkan.

2) Komunikasi dari mulut ke mulut tidak memerlukan biaya yang mahal.

Pengetahuan konsumen atas berbagai macam produk lebih banyak disebabkan adanya komunikasi dari mulut ke mulut. Hal itu terjadi karena informasi dari teman akan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan informasi yang diperoleh dari iklan.

b. Internet Marketing

Informasi merupakan media penting yang berperan dalam pengambilan keputusan. Informasi yang cepat akan membantu para pemasar agar dapat memenangkan persaingan. Adanya kemajuan dalam jaringan telepon digital, interactive cable television, personal computers, jasa/pelayanan online, dan internet, membuat informasi semakin cepat dan mudah diperoleh (Paul, 1996:27). Internet merupakan sumber informasi yang paling banyak digunakan oleh perusahaan. Hal ini karena internet dapat menjangkau semua wilayah, potensial dan cepat untuk menyampaikan berbagai informasi secara universal, berkualitas,


(45)

dan hampir tidak memerlukan cost (Adelaar, 2000; Talha et al.). Selain itu, internet juga memiliki beberapa daya tarik dan keunggulan bagi para konsumen maupun organisasi, misalnya dalam kenyamanan, akses 24 jam sehari, efisiensi, alternatif ruang maupun pilihan yang relatif ‘tak terbatas’, personalisasi, sumber informasi potensial, dan lain-lain (Chandra, 2001). (Jurnal

Manajemen, “Internet Marketing: Konsep dan Persoalan Baru

Dunia Pemasaran”, diakses pada 16 Maret 2016).

Internet marketing termasuk kedalam digital marketing, karena berbasis pada penggunaan internet dan media yang digunakan berupa digital. Sedangkan digital marketing sendiri menurut Ridwan Sanjaya dan Josua Tarigan dalam buku Creative Digital Marketing (2009:47), ialah kegiatan marketing termasuk branding yang menggunakan berbagai media berbasis web seperti blog, website, e-mail, adwords, ataupun jejaring sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan sebagainya.

3. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan telaah pustaka yang berasal dari penelitian – penelitian yang sudah pernah dilakukan. Dalam penelitian terdahulu ini diuraikan secara sistematis mengenai hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu dan berhubungan dengan penelitian


(46)

yang dilakukan. Pada bagian ini dijelaskan tentang objek yang diteliti oleh peneliti terdahulu, model yang digunakan, hasil penelitian, serta hubungan antara penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian terdahulu. Fakta-fakta atau data yang dikemukakan diambil dari sumber aslinya.

Tabel 1. Penelitian Terdahulu N

o

Peneliti Judul Variabel Metode Penelitian Hasil 1 . Putri Asmara Danti (2013) Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Kepuasan Pengunjung Wisata Edukasi Kampung Coklat di Kabupaten Blitar 1. Experiential Marketing 2. Kepuasan Pengunjung

1. Sampel = 60 2. Teknik Analisis = Analisis Regresi Linear Berganda Terdapat pengaruh signifikan antara experiential marketing dengan kepuasan pengunjung. 2 . Ilham Adining Sasongk o (2011) Pengaruh Experiential Marketing dan Promosi Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Objek Wisata Umbul Sidomukti Kabupaten Semarang 1. Experiential Marketing 2. Promosi 3. Loyalitas Pelanggan

1. Sampel = 115 2. Teknik Analisis = Analisis Regresi Linear Berganda Terdapat pengaruh antara experiential marketing dan promosi terhadap loyalitas pelanggan baik secara parsial maupun simultan.


(47)

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini mementingkan makna dan tidak ditentukan oleh kuantitasnya. Data yang diperoleh berwujud kata – kata dalam kalimat atau gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka atau jumlah (Moeloeng, 2011).

Dalam penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak mengkaji hipotesa atau membuat prediksi, karena lebih memfokuskan pada analisis strategi experiential marketing pada program “Jogja International Heritage Walk” yang diselenggarakan oleh Jogja Walking Association dalam rangka meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara di Yogyakarta.

Studi deskriptif adalah sebuah penelitian di mana peneliti berusaha mengungkapkan fakta suatu kejadian objek atau aktivitas, proses dan manusia secara apa adanya pada waktu sekarang atau jangka waktu yang masih memungkinkan dalam ingatan narasumber. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif karena peneliti ingin menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik temuan penelitian itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, atau model atau gambaran tentang kondisi dan situasi dari yang menjadi permasalahan penelitian.


(48)

Dalam penelitian ini, peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, yang hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala dan mencatat selama observasi dilakukan. Penelitian deskriptif ditujukan untuk:

a. Mengumpulkan informasi secara terperinci yang melukiskan gejala yang ada.

b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek. c. Membuat perbandingan atau evaluasi.

d. Menentukan apa yang harus dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang (Rakhmat, 1992:25).

Dengan demikian, metode deskriptif kualitatif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan – keadaan yang sedang berlangsung. Tujuan dalam menggunakan metode ini adalah menggambarkan suatu keadaan sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab – sebab dari suatu gejala itu, atau dengan kata lain penelitian ini dapat dipahami sebagai suatu penelitian yang berupaya untuk menerangkan fakta yang ada. Analisisnya mengacu pada program “Jogja International Heritage Walk” yang diselenggarakan oleh Jogja Walking Association sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara di Yogyakarta.


(49)

Melalui penelitian deskriptif kualitatif ini, diharapkan dapat memperoleh gambaran yang utuh dan lebih mendalam mengenai strategi experiential marketing yang dilakukan oleh Jogja Walking Association dalam program “Jogja International Heritage Walk”, sebagai upaya dalam mempromosikan potensi pariwisata Yogyakarta kepada wisatawan mancanegara di Yogyakarta.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Jogja Walking Association, di Komplek Colombo, Jl. Afandi No.39, Kec. Depok, Kab. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode wawancara, dan dokumentasi.

a. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2004:180).

Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara mendalam yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui bagaimana implementasi strategi experiential


(50)

marketing di dalam program “Jogja International Heritage Walk”, yang diselenggarakan oleh Jogja Walking Association. Informan yang menjadi narasumber dalam proses wawancara adalah orang – orang yang memiliki pengetahuan tentang informasi yang dicari. b. Dokumentasi

Kegiatan mengumpulkan data, baik dari dokumen dinas pariwisata, dokumen dari Jogja Walking Association, buku – buku, maupun literatur yang relevan. Data yang diambil berupa data otentik jumlah peserta program “Jogja International Heritage Walk”, data mengenai konsep program beserta daftar kegiatan di dalamnya, dan implementasi strategi experiential marketing yang diterapkan di program tersebut.

Peneliti juga menggunakan penelusuran data – data online. Penelusuran dilakukan melalui media internet yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan bagi peneliti untuk dapat memperoleh informasi berupa data dan juga informasi teori yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik (Bungin, 2007:125). Dalam penelitian ini, digunakan beberapa media dokumentasi yang dapat mendukung dan melengkapi perolehan data. Jenis dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu buku kegiatan program, dan foto – foto program Jogja International Heritage Walk.


(51)

4. Teknik Pengambilan Informan

Informan adalah orang pada latar penelitian, informan dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moeloeng, 2002:90). Manfaat informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau, jadi sebagai internal sampling, karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek lainnya (Bidgan & Biklen 1981:65 dalam Moeloeng, 2002:90).

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengambilan informan atau sampling berbeda dengan teknik yang digunakan dalam penelitian kuantitatif. Sampling dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber, selain itu sampling bertujuan untuk menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh karenanya, dalam penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sampling) (Moeloeng, 2002:165). “Purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah

diketahui sebelumnya” (Ruslan, 2004:156).

Penulis dapat memahami bahwa berdasarkan pada karakteristik yang sesuai dengan tujuan penulis atau orang yang dianggap memiliki informasi yang relevan dengan masalah pokok penelitian. Pada penelitian


(52)

ini, key informan berdasarkan pada karakteristik yang sesuai dengan tujuan penulis atau yang dianggap memiliki informasi yang relevan dengan masalah pokok penelitian, merupakan orang yang paling

berwenang dan memiliki kontrol dalam perancangan program “Jogja International Heritage Walk”.

a. Salah satu kriteria yang harus dimiliki oleh seorang informan adalah dapat dipercaya. Hal ini dimaksudkan agar data yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

b. Berdasarkan kriteria ini, peneliti memilih anggota pengurus di Jogja Walking Association sebagai informan dalam penelitian ini.

Adapun informannya adalah:

1) Atikawati Sutoyo, Marketing Communication JIHW. 2) Maria Agnes Evata Agustiani, Liaison Officer pada tahun

2013 – 2014 dan Admission JIHW pada tahun 2015 – 2016. 3) Jatu, peserta JIHW pada tahun 2013 – 2015.

5. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang mudah dibaca. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Analisa kualitatif yaitu analisis terhadap data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder dalam bentuk utama dan tidak menggunakan kaidah – kaidah statistik. Tujuan analisis data menurut Sutopo (2002:91) adalah:


(53)

a. Reduksi

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisa yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Artinya, reduksi data sudah berlangsung sejak penelitian mengambil keputusan (meski mungkin tidak menyadari sepenuhnya) tentang kerangka kerja konseptual. b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan peneliti dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga dibaca, akan mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisa ataupun tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian data ini merupakan narasi yang disusun dengan pertimbangan permasalahan dengan menggunakan logika penelitian. Sajian data selain dalam bentuk kalimat, juga dapat berbentuk


(54)

berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja berkaitan dengan kegiatan, dan juga tabel sebagai pendukung narasinya. Semuanya dirancang guna merakit informasi secara teratur.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir. Simpulan perlu verifikasi agar cukup mantap dan benar – benar dapat dipertanggungjawabkan. Perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, memungkinkan sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Verifikasi juga dapat dilakukan dengan lebih mengembangkan ketelitian dengan usaha yang lebih luas, yaitu dengan melakukan replikasi dalam satuan data yang lain.

6. Validitas Data

Teknik yang digunakan peneliti dalam memvalidasi data menggunakan teknik trianggulasi sumber, yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3)


(55)

membandingkan apa yang dikatakan orang – orang tentang situasi penelitian, dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Patton dalam Moeloeng, 2001:178)


(56)

BAB II

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A. Deskripsi Jogja Walking Association

Jogja Walking Association (JWA) adalah sebuah lembaga non-profit yang bergerak dalam bidang olahraga, khususnya jalan kaki internasional yang tergabung dalam satu liga jalan kaki dunia yaitu International Marching League (IML) www.imlwalking.org dan liga olahraga popular yaitu Internationaler Volksportverband (IVV) www.ivv-web.org. JWA pertama kali berdiri pada tahun

2008 dan bersamaan dengan penyelenggaraan “The 1st Jogja International Heritage Walk 2008 (JIHW) dimana penyelenggaraan JIHW pertama ini salah satunya adalah untuk memperingati hubungan 50th kerjasama Jepang dengan

Indonesia, dan masih terus berlanjut sampai dengan penyelenggaraan “The 8th Jogja International Heritage Walk 2016”.

1. Maksud Jogja Walking Association

Menyelenggarakan kegiatan jalan kaki sehat di kawasan heritage dan lingkungan hijau yang dimana diikuti oleh partisipan dari pejalan kaki luar negeri seperti Jepang dan Eropa serta pejalan kaki lokal dan beberapa elemen-elemen masyarakat lainnya.


(57)

2. Tujuan Jogja Walking Association

a. Mempromosikan jalan kaki sebagai olahraga yang bermanfaat dan sebagai rekreasi yang sehat

b. Mendukung dan mensosialisasikan gaya hidup sehat.

c. Menciptakan sosialisasi dan hubungan baik antara para pejalan kaki lokal dan asing.

d. Meningkatkan kepedulian terhadap pentingnya menciptakan dan menjaga lingkungan hijau.

e. Mempromosikan Jogja Heritage Tourism melalui kegiatan jalan kaki.

f. Memperkenalkan Eco Tourism dan Green Tourism di Jogja melalui kegiatan jalan kaki.

3. Visi Jogja Walking Association

Memasyarakatkan jalan kaki sebagai olahraga rekreasi non-kompetisi untuk meningkatkan pariwisata dan ekonomi kreatif dengan melibatkan generasi muda serta pelaku usaha menengah daerah.

4. Misi Jogja Walking Association

a. Menyelenggarakan kegiatan jalan kaki bertaraf internasional b. Menyelenggarakan kegiatan jalan kaki bertaraf nasional


(58)

c. Memberdayakan UKM daerah untuk dapat mempromosikan produknya dalam kegiatan jalan kaki yang diselenggarakan oleh JWA

d. Melibatkan pelaku budaya untuk mempromosikan aset budaya yang ada e. Menjembatani persahabatan antar warga negara melalui kegiatan jalan

kaki

f. Memberikan kesempatan bagi para pelajar untuk berinteraksi dengan para pejalan kaki asing

g. Menjaga kelestarian alam, khususnya lokasi yang digunakan untuk kegiatan jalan kaki


(59)

5. Struktur Organisasi Jogja Walking Association

Gambar 4. Struktur Organisasi Jogja Walking Association

Sumber: Jogja Walking Association 6. Sekretariat Jogja Walking Association

Jl. Kompleks Colombo no. 39, Yogyakarta. Telp : (0274)566728 Email : jogjawalking@yahoo.com

Website : jogjaheritagewalk.com Facebook : Jogja Walking Ascc

Twitter : @Jogja Walking Ascc JIHW

PENDIRI Sekertaris Jendral Fitriani Kuroda Ketua Umum GKR Mangkubumi Wakil Ketua Dahlia Puspasari PENGURUS Sekretaris Internasional Maria Agnes Sekretaris Nasional Danik Prawita Bendahara Randy Ray PENGAWAS Tazbir Abdullah PENASEHAT Kuroda Masato


(60)

B. Deskripsi Jogja International Heritage Walk

Tabel 2.

Sejarah Jogja International Heritage Walk

Tahun Keterangan

2008 Jogja International Heritage Walk pertama kali digelar, Indonesia mengajukan diri menjadi anggota International Marching League.

2011 Jogja International Heritage Walk mengajukan diri sebagai calon anggota International Marching League.

2012 Indonesia Menjadi Anggota Federasi International Federation of Popular Sports.

2013 Jogjakarta mewakili Indonesia secara resmi menjadi anggota International Marching League.

Sumber: Proposal JIHW 2015

Jogja International Heritage Walk (JIHW) adalah sebuah kegiatan jalan kaki berskala Internasional yang diselenggarakan oleh Jogja Walking Association sebagai organizing committee, dimana konsep yang diusung tidak hanya kesehatan (health), tapi juga gerakan sadar lingkungan (green environment), education and communication, dan tourism and economy melalui penanaman 1000 pohon di lereng Karang Tengah, Bantul, optimalisasi partisipasi siswa


(61)

sekolah dalam event jalan kaki bersama peserta asing dan pemberdayaan masyarakat setempat termasuk pengembangan UKM-UKM warga sekitar Prambanan dan Imogiri sebagai tempat penyelenggaraan event ini.

JIHW diselenggarakan selama dua hari disetiap bulan November, dengan lokasi rute di Candi Prambanan dan Desa Imogiri, dengan jarak tempuh yang diberikan yaitu: 5, 10 atau 15 dan 20 kilometer. JIHW resmi dikukuhkan sebagai anggota ke-27 Liga Jalan Kaki Dunia atau International Marching League (IML) pada tanggal 7 Mei 2013, selain itu JIHW juga resmi disahkan sebagai anggota International Federation of Popular Sports (IVV) yang membawahi Triathlon pada bulan November 2013. Dan ini menjadikan Indonesia satu-satunya negara di ASEAN yang berhasil lolos menjadi anggota Liga Jalan Kaki Internasional.

Jogja International Heritage Walk dari awal berdirinya telah dibantu dan didukung penuh oleh Jepang, melalui ketua Japan Walking Association. Dengan diberi arahan dan petunjuk pelaksanaan berdasarkan standar penyelenggraan. Jogja Walking Association memiliki keyakinan dan keberanian untuk berhasil lolos dalam penjutuan IML. Pada bulan September 2009, IML mengundang dua orang utusan dari Indonesia untuk memberikan presentasi dalam IML Annual Board Meeting di Seefeld, Austria. Indonesia diwakili oleh ketua umum Jogja Walking Association yaitu GKR Mangkubumi dan Sekertaris Jendral JIHW yaitu Ibu Fitriani Koroda yang hadir pada saat itu untuk menjelaskan mengenai kegiatan Jogja International Heritage Walk kepada seluruh Negara anggota IML.


(62)

Dalam pertemuan IML Annual Board Meeting 2009 di Austria, telah dihasilkan kesepakatan bahwa tahun 2011 IML akan mengirim perwakilannya untuk mengonbservasi dan menilai lolos tidaknya JIHW Indonesia, untuk dinominasikan sebagai anggota tetap IML. Dengan demikian, jika pada JIHW ketiga (terhitung dari 2008, 2009 dan 2011) tahun 2011, Indonesia dinyatakan lolos sebagai anggota tetap IML, maka kegiatan Jogja International Heritage Walk akan dimasukan dalam agenda tahunan jalan kaki internasional dan pada tahun-tahun mendatang merupakan tahun yang ditunggu dan selalu diharapkan oleh banyak Negara anggota IML dikarenakan JIHW memberikan nuansa yang berbeda pada saat berjalan kaki.

Dengan mendatangkan lebih banyak peserta dari luar negeri, otomatis dapat memberikan devisa tourism yang besar dan sangat potensial serta berkesinambungan, yang dimana para peserta asing khusus datang untuk ikut berjalan kaki di kegiatan JIHW setiap tahunnya (yang dimana hal tersebut akan menjadi repeater tourist). Selain itu, event Jogja International Heritage Walk diharapkan akan menjadi ikon kota Yogyakarta yang dapat mendatangkan wisatawan mancanegara dengan target lebih dari 500 orang pejalan kaki dari Eropa, Jepang dan Pan Pasific, terutama dari 27 negara anggota IML lainnya. Jumlah peserta asing akan terus bertambah setiap tahunnya dengan dihadiri dari berbagai Asosiasi Jalan Kaki seluruh dunia yang tergabung dalam keanggotaan IML.


(63)

Aktifitas fisik yang minim merupakan salah satu dari 10 faktor resiko

utama penyebab kematian di dunia, mengakibatkan sekitar 3,2 juta orang meninggal setiap tahun. Dalam laporan status global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 tentang penyakit tidak menular, disebutkan bahwa orang

dewasa yang kurang aktif melakukan kegiatan fisik, meningkatkan resiko

kematian 20% hingga 30% dibandingkan mereka yang cukup aktif. Karena hal itulah Jogja International Heritage Walk memiliki maksud dan tujuan tertentu dalam menyelenggarakan event tersebut.

1. Maksud Jogja International Heritage Walk

Menyelenggarakan kegiatan jalan kaki sehat di kawasan heritage dan lingkungan hijau yang dimana diikuti oleh partisipan dari pejalan kaki luar negeri seperti Jepang dan Eropa serta pejalan kaki domestik dari berbagai daerah di Indonesia serta beberapa elemen-elemen masyarakat lainnya.

2. Tujuan Jogja International Heritage Walk

a. Mempromosikan tempat-tempat pariwisata Indonesia di dunia internasional.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada desa-desa sekitar rute dengan mengembangkan partisipasi UKM-UKM ke Masyarakat Internasional.

c. Mengenalkan produk-produk khas daerah yang memiliki potensi untuk berkembang.


(64)

d. Mengenalkan kebudayaan Indonesia melalui pertunjukan tari dan kesenian tradisional.

1) Konsep Jogja International Heritage Walk

Gambar 5. Peta Konsep JIHW.

Sumber: Proposal JIHW 2015 a. Kesehatan (Health)

Berjalan kaki adalah olahraga paling sederhana untuk melatih gaya hidup sehat dengan secara rutin membiasakan berjalan minimum 5 km, 10 km dan 20 km secara berkesinambungan. Peserta jalan kaki domestik dan internasional akan diajak berjalan kaki sambil berekreasi, sehingga dapat menikmati perjalanan sambil mengapresiasi bangunan heritage dan pemandangan alam pedesaan sepanjang rute 5 km, 10 km dan 20 km. b. Lingkungan (Environment)


(65)

Save the Naturew and Respect the Culture adalah tema dari Jogja International Heritage Walk. Selain mengapresiasi bangunan heritage, para peserta jalan kaki akan diajak mengikuti kegiatan menanam pohon sutera liar di desa Karangtengah Imogiri, sebagai bentuk gerakan penghijauan dan cinta lingkungan. Gerakan tersebut sebagai bentuk kegiatan yang peduli dengan alam, seluruh peserta jalan kaki akan diberikan arahan untuk tertib membuang sampah di tempat sepanjang rute jalan kaki yang dilaluinya. Gerakan ini akan dipantau dan dibimbing oleh Komunitas Lingkungan (Green Community) sebanyak 50 orang, dengan membawa kantong sampah besar untuk memungut sampah, agar peserta merasa enggan membuang sampah sembarangan dan mensosialisasikan gerakan ini kepada masyarakat diseputar wilayar yang dilewati.

Konsep Ecology juga akan diterapkan dengan mengajak seluruh peserta untuk membawa botol minum sendiri sehingga bisa direfill (isi ulang) disetiap 2,5 km. Gerakan ini dilakukan untuk meminimize pemakaian botol plastik.

c. Pendidikan (Education)

Panitia akan mengajak lapisan masyarakat seperti anak-anak sekolah (SD, SMP, SMA) untuk ikut serta berjalan kaki minimum 5km (fun walk). Acara ini sebagai sarana mengedukasi anak-anak sekolah dan masyarakat sekitar wilayah rute jalan kaki untuk ikut kegiatan ini tanpa dipungut biaya. Mereka dapat kesempatan berjalan kaki bersama dengan


(66)

para pejalan kaki asing dan berinteraksi serta memahami budaya mereka, yang dimana dapat memberikan pengalaman dan pembelajaran yang tidak mereka dapat dibangku sekolah.

d. Komunikasi (Communication)

Para pejalan kaki domnestik dan internasional dapat saling berkomunikasi bersama sambil berjalan kaki sepanjang 10km dan 20km. Dalam sepanjang perjalanan itulah para peserta bisa saling bertukar pikiran dan memahami budaya Negara lain yang akan menciptakan hubungan yang harmonis antara peserta domestik dan internasional serta penduduk setempat. Hal tersebut sesuai dengan motto Jogja International Heritage Walk yaitu Lets Walk Bring Us Together.

e. Pariwisata dan Ekonomi (Tourism and Economy)

Berbeda dengan konsep pariwisata pada umumnya, dalam kegiatan Jogja International Heritage Walk ini, penyelenggara membuat konsep

pariwisata “Community Base Tourism (Involve the Villager and Farmer)”. Dengan konsep tersebut penyelenggara melibatkan masyarakat desa berperan aktif untuk berpartisipasi, penduduk dan anak-anak sekolah di desa sekitar tidak hanya ikut berjalan kaki tapi juga kita ajak untuk mengikuti kegiatan gotong-royong untuk mengusahakan desa mereka menjadi bersih dan maju. Bersih dari sampah dan maju karena bisa dikenal di internasional.


(67)

Hal demikian dilakukan, karena desa yang akan dilewatu rute jalan kaki akan menjadi obyek pariwisata, banyak rumah penduduk yang akan disinggahi untuk istirahat sambil menampilkan berbagai kesenian tradisional khas daerah setempat disetiap pos yang berjarak sekitar 2,5km. Penyelenggara akan melibatkan para penduduk untuk menyajikan makanan rakyat dan buah tropical, serta mempromosikan hasil kerajinan dari UKM-UKM setempat, dengan harapan dapat meningkatkan dan mengembangkan perekonomian lokal di desa setempat.

2) Struktur Organisasi Jogja International Heritage Walk

STEERING COMMITTEE

Pelindung

Sri Sultan Hamengkubuwono X - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Hermawan Kartajaya - CEO Mark Plus

Penasehat

Kuroda Masato - Japan Walking Association ORGANIZING COMMITTEE

Ketua Umum : GKR Mangkubumi

Wakil Ketua I : Dahlia Puspa Sari Sekretaris Jenderal : Fitriani Kuroda

Sekretaris Internasional : Maria Agnes Evata Agustianie Sekretaris Nasional : Danik Prawita Sari


(68)

Koordinator Lapangan : Muhammad Akbar Riyadi Marketing Communication : Atikawati Sutoyo

DIVISI

Acara : Arum Sari Cempaka Landscape : Yoga Bhaskara

Perlengkapan : Emier Zulhilmi Andi Prasetyo Konsumsi : Ratna Nurma Syari

Dokumentasi : Januarizal AF

Admission International : Maria Agnes Evata Agustianie Admission Nasional : Arif Fathurrohman

Liaison Officer : Dede Budiarti

3) Target Peserta Jogja International Heritage Walk

a. Wisatawan Internasional dari 27 Negara anggota IML dan 29 Negara yang telah menjadi anggota IVV.

b. Wisatawan domestik dari seluruh Indonesia dari berbagai kalangan masyarakat mulai dari pelajar, mahasiswa, dan juga masyarakat umum.


(1)

Maria Agnes Evata Agustiani, Liaison Officer Jogja International Heritage Walk 2013 & 2014, Admission 2015 & 2016.

Sejak kapan anda menjadi LO event Jogja International Heritage Walk?

Sejak tahun 2013 hingga 2014.

Apa tujuan anda menjadi LO event ini?

Mengasah kemampuan berbicara, sebagai praktik berbahasa inggris yang baik di luar kegiatan kampus.

Apa tugas seorang LO dalam event ini?

Melayani peserta dari ketika mereka tiba di bandara, hingga mereka kembali lagi ke negaranya masing – masing. Dan juga menemani peserta dalam kegiatan jalan kaki pada hari H.

Informasi apa yang harus disampaikan seorang LO pada peserta? Segala hal yang ada di dalam rute jalan kaki, mulai dari deskripsi lokasi jalan kaki, hingga budaya masyarakat yang tinggal di desa – desa tersebut.

Informasi apa yang paling menarik perhatian peserta asing?

Budaya atau tradisi unik masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di desa Komplek Prambanan dan Selopamioro, seperti ketika itu di sebuah rute ada orang yang meninggal dan juga nikahan, mereka menanyakan mengenai prosesinya dan mengapa harus seperti itu. Dan rata – rata para peserta asing membandingkan pariwisata yang dimiliki Yogyakarta dengan Bali, sekaligus menanyakan akses – aksesnya untuk mencapai ke sana, juga perbedaan fasilitasnya. Selain itu, banyak peserta asing yang penasaran dengan makanan Indonesia, mereka antusias untuk mengetahui bahan – bahan yang digunakan, seperti lumpia yang di dalamnya berisi bambu muda atau rebung. Banyak juga yang menanyakan soal mitos atau


(2)

kepercayaan setempat terhadap suatu hal, seperti mitos mengenai Pantai Selatan, juga mitos mengenai hal mistis di balik gamelan.

Dimana saja titik interaksi LO dengan peserta?

Saat di hotel, dan saat menemani berjalan kaki pada saat kegiatan berlangsung. Bahkan di acara penutupan juga LO ada yang diminta menemani peserta di mejanya masing – masing.

Bagaimana kesan para peserta terhadap LO?

Yang saya alami, interaksi peserta dengan LO sangat membantu memberikan kepuasan bagi peserta dalam mengikuti event ini. Bahkan karena merasa sudah dekat dengan LO-nya, ada beberapa peserta asing yang meminta ditemani oleh LO-nya tersebut jika suatu saat nanti ia berkunjung lagi ke Yogyakarta. Bahkan ada beberapa LO yang diperkerjakan dan difasilitasi oleh peserta di negara asalnya. Karena kedekatan inilah, pada akhirnya banyak peserta yang berwisata di Yogyakarta, atas saran dan informasi dari masing – masing LO-nya.

Bagaimana kesan para peserta terhadap JIHW?

Baik yang lokal maupun asing, mereka sangat antusias dengan keunikan masyarakat yang tinggal di kawasan rute berjalan kaki, juga penampilan – penampilan kesenian dan makanan tradisional yang ditampilkan baik saat ‘welcome dinner’, di setiap check point ataupun pada saat penutupan di ‘farewell party’. Para peserta yang pernah saya ajak interaksi, pasti mereka mengatakan bahwa mereka akan kembali lagi, baik kembali mengikuti JIHW di tahun berikutnya, ataupun kembali untuk berwisata di Yogyakarta. Dan tentunya mereka membawa teman – teman dari negaranya masing – masing, seperti peserta dari Belanda yang pernah saya tangani, ia kembali lagi ke sini dengan membawa teman – temannya untuk kembali ikut JIHW pada tahun 2015 lalu.

Apakah ada peserta yang menceritakan mengenai JIHW di media internet? Baik media sosial ataupun blog?


(3)

Ada, kami juga melakukan monitoring terhadap media sosial mereka. Di Twitter, ada beberapa peserta lokal yang menyampaikan keluhannya kepada kami juga kok. Kalau blog, kami belum tau.

Apakah ada upaya yang dilakukan JWA untuk mengetahui bagaimana tanggapan peserta terhadap JIHW?

Kami menyebar kuesioner untuk peserta asing. Hasilnya, untuk pelayanan mereka merasa puas. Hanya yang mereka keluhkan adalah kurangnya persediaan air dingin, soalnya bagi mereka Indonesia cuacanya terlalu panas. Kami juga melakukan monitoring terhadap media sosial baik peserta asing maupun lokal. Hasilnya, para peserta asing cukup puas dengan pelayanan kami, hanya masalah cuaca saja yang jadi keluhan. Tapi ada beberapa keluhan yang kami temui pada peserta lokal, terutama masalah – masalah teknis. Ya memang masih ada gap pelayanan antara peserta asing dan lokal.

Bagaimana upaya customer maintenance yang dilakukan JWA? Untuk peserta asing, kami masih berhubungan hingga saat ini. Kami kontak mereka untuk mengucapkan hari – hari besar, ulang tahun mereka, atau untuk mempromosikan event lain.


(4)

Jatu, Peserta Jogja International Heritage Walk 2013 – 2015 Darimana anda mengetahui informasi mengenai event ini?

Saya tau pertama kali dari website-nya Dinas Pariwisata Yogyakarta, di sana ada list upcoming event di setiap bulannya. Di sana juga ada link website resmi event ini, jadi bisa tau informasi lebih detail di dalamnya.

Apa alasan anda mengikuti event ini?

Saya suka berjalan kaki, dan juga tertarik dengan lokasi diadakannya event ini. Selain itu, dari informasi yang saya dapat dari panitia, ini adalah event internasional, dan saya tertarik juga membayangkan berinteraksi dengan bule.

Bagaimana proses anda dalam mendaftar jadi peserta event ini? Pertama saya hubungi panitianya di nomor yang tersedia di flyer yang disebar di facebook dan website-nya, untuk menanyakan lokasi kantornya. Begitu sampai sana, saya langsung diberikan informasi detail mengenai event ini, dan memutuskan untuk langsung mendaftar di kantornya juga bersama teman – teman saya, sekitar lima orang.

Mengapa anda memutuskan untuk rutin mengikuti event ini di setiap tahunnya?

Karena pengalaman pertama saya mengikuti event ini asyik, terkesan dengan banyak hal di dalamnya. Terlebih lagi, karena saya atlit, ini merupakan ajang latihan dan tantangan bagi saya untuk berjalan kaki berkilo – kilo jauhnya, dan dihadapkan dengan peserta dari negara lain.

Di dalam event tersebut, kegiatan apa yang paling anda sukai?

Saya paling menyukai ketika saya berinteraksi dengan peserta asing, banyak informasi – informasi baru dari negaranya masing – masing yang bisa saya dapatkan. Bahkan saya terkesan dengan salah seorang peserta dari


(5)

Korea, yang bercerita bahwa dia setiap harinya berjalan minimal 5 km, padahal usianya sudah menginjak 60 tahunan.

Apakah manfaat yang anda rasakan setelah mengikuti event ini? Sangat terasa manfaatnya, terutama dalam pengetahuan saya terhadap kebudayaan dan pariwisata yang dimiliki kota ini. Bahkan saya baru tahu ternyata kerajinan – kerajinan keris sangat beragam, pengetahuan itu saya dapatkan ketika mengikuti event ini. Selain itu, event ini bagi saya dan teman – teman, telah menjadi wadah untuk kumpul reunian bersama teman – teman lama yang sudah pisah kota. Karena kami semua memang hobi berjalan kaki, dan menyukai pemandangan khas pedesaan yang disuguhkan di dalam JIHW ini.

Apakah anda akan mengikuti event ini lagi di tahun berikutnya? Ya, karena teman – teman saya kemungkinan juga ikut. Lagipula, saya ingin menikmati perkembangannya (event ini) di tahun ini.

Apakah anda tahu bagaimana kesan para peserta asing dalam mengikuti event ini?

Mereka sangat interested dengan penduduk lokal di sekitar rute. Bahkan ada beberapa peserta yang membawa souvenir untuk dibagikan kepada penduduk lokal yang tinggal di sana, sebagai bentuk antusiasnya terhadap mereka.

Apakah menurut anda event ini bisa dijadikan sebagai alat promosi kekayaan yang dimiliki Yogyakarta kepada wisatawan mancanegara? Sangat bisa, karena di event ini menyuguhkan penampilan – penampilan kebudayaan yang menarik di setiap check point yang ada. Ada penampilan kesenian tari tradisional, makanan tradisional, hingga kebudayaan khas Yogyakarta. Nyatanya, para peserta asing sangat menikmati performances yang disuguhkan pada setiap pos, bahkan tak jarang mereka turut berpartisipasi dalam setiap penampilan yang berlangsung, ada yang ikut


(6)

menari, ikut memainkan gamelan, bahkan ikut membatik kain yang telah disediakan.

Apakah setelah JIHW selesai, anda pernah dihubungi kembali oleh pihak penyelenggara?

Hingga saat ini, tidak ada panitia yang hubungi saya, hanya sekali seusai JIHW pada tahun 2013, itupun hanya memberitahukan bahwa saya mendapat Royal Medal. Saya tidak pernah ditanyakan apa – apa oleh panitia hingga saat ini

Apakah anda pernah diminta mengisi kuesioner setelah JIHW selesai? Tidak, sepertinya itu hanya untuk para peserta asing.