Analisis Perilaku Konsumen Salak Bongkok Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Usahatani Dan Daya Saing Salak Bongkok Asal Desa Bongkok Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SALAK BOWGKOK
DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN
USAHATANI DAN DAYA SAING SALAK BONGKOK
ASAL DESA BONGKOK KECAMATAN PA'SEH
KABUPATEN SUMEDANG
OLEH :
AGUNG BUD1 KUNCARA
PROGRAM STUD1 MANAJEMEN AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSlAL EKONOMI PERTPtNIAN
FAKULTAS PERTANlAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001
AGUNG BUD1 KUNCARA. 2001. Analisis Perilaku Konsumen Salak
Bongkok Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Usahatani Dan Daya
Saing Salak Bongkok Asal Desa Bongkok Kecamatan Paseh Kabupaten
Sumedang di bawah bimbingan YAYAH K. WAGIONO.
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu daerah di Propinsi
Jawa Barat yang mengembangkan usaha hortikultura buah-buahan
khususnya salak (Salacca edulis). Usaha salak di Kabupaten Sumedang
dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Salzik lokal yang
dikembangkan di Kabupaten Sumedang adalah Salak Bongkok, nama ini
diberikan sesuai dengan pertama kalinya salak ini ditemukan yaitu di Desa
Bongkok, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang yang terletak di
lereng Gunung Tampomas. Salak Bongkok adalah hanya salah satu jenis
salak lokal yang ada di Indonesia, diantara jenis salak lokal yang lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perilaku konsumen
dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian buah Salak
Bongkok, menganalisis faktor-faktor yang menjadi keunggulan dan
kedudukan relatif Salak Bongkok dibandingkan produk sejenis dari sisi
konsumen, menganalisis usahatani sehingga diharapkan dapat
meningkatkan daya saing Salak Bongkok dan meningkatkan pendapatan
usahatani para petani.
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik
pengambilan sampel purposive sampling (pengambilan sampel dengan
cara disengaja). Responden dalam penelitian ini adalah konsumen
individu yang berusia 17 tahun ke atas dengan asumsi bahwa pada
kelompok usia tersebut, konsumen secara individu dapat memberikan
penilaian secara benar dan logis serta dapat membuat keputusan
pembelian sendiri. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 45 orang dan dilakukan di Kotamadaya Bandung serta 10 orang
petani IPPS (Ikatan Petani Penjual Salak) terdiri dari 7 orang pedagang
dan 3 orang petani. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang kemudian diolah dengan
dengan tabulasi deskriptif dan Analisis Konjoin. Juga dilaltukan analisis
usahatani dari data petani.
Hasil kajian terhadap petani didapatkan bahwa usahatani Salak
Bongkok tidak begitu menguntungkan dimana nilai RIC: ratio hanya
sebesar 1,61. Perilaku konsumen terhadap Salak Bongkok didapatkan
hasil bahwa Salak Bongkok sudah dikenal dan dikonsumsi secara luas,
namun tingkat kesetiannya belum tinggi dimana konsumen akan mencari
salak lain bila Salak Bongkok tidak ada. Keunggulan yang diharapkan oleh
konsumen adalah hasil dari analisis konjoin menunjukkan peringkat nilai
relatif penting untuk buah Salak Bongkok adalah: (1) Harga, (2) Rasa, (3)
Daging buah, (4) Warna, ( 5 ) Tampilan, (6) Ukuran, (7) Jumlah biji dan (8)
Bentuk.
Hasil analisis konjoin untuk data gabungan menunjukkan nilai
kegunaan atribut buah Salak Bongkok yang diangggap penting oleh
responden masih belum mengalami pergeseran yang berarti dan masih
sama seperti pola masyarakat umum. Berdasarkan nilai kegunaan
tersebut, buah Salak Bongkok yang disukai oleh responden adalah buah
Salak Bongkok yang memiliki harga murah sampai dengan sedang,
memiliki rasa manis sampai dengan manis masir, warna liitam sampai
dengan coklat kehitaman, daging buah yang tebal, memiliki ukuran dari
yang sedang sampai yang besar, memiliki tampilan yang i:idak bersisik,
memiliki jumlah biji 2 buah, serta yang berbentuk kerucut.
Diantara Salak Bongkok dan Salak Tasikmalaya memiliki
kesamaan dalam ha1 yang disukai pada nilai relatif dimans yang paling
disukai oleh responden adalah: (1) Harga, (2) Rasa, (3) Daging Buah dan
(4) Warna. Sedangkan pada urutan ke 5 terbalik dimana pada Salak
Bongkok Tampilan dahulu baru Ukuran yang lebih besar nilai relatif
pentingnya, sedangkan pada Salak Tasikmalaya adalah Ukuran dahulu
baru disusul oleh Tampilan. Sedangkan Salak Pondoh memiliki kekhasan
tersendiri dimana pada Salak Pondoh yang paling tinggi nilai relatif
pentingnya adalah (1) Rasa, (2) Warna, (3) Harga serta Daging buah pada
posisi keempat.
Dengan mengikuti apa yang menjadi konsumen diharapkan
penjualan akan meningkat dan akan meningkatkan daya saing Salak
Bongkok yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan usahatani
petani Salak Bongkok.
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SALAK BONGKOK
DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAP.ATAN
USAHATANI DAN DAYA SAlNG SALAK BONGKOK
ASAL DESA BONGKOK KECAMATAN PASEH
KABUPATEN SUMEDANG
OLEH :
AGUNGBUDIKUNCARA
A07497052
SKRlPSl
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada
PROGRAM STUD1 MANAJEMEN AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :
Nama
: AGUNG BUD1 KUNCARA
NRP
: A 07497052
Program Studi
: AGRIBISNIS
Judul
:ANALISIS
PERILAKU
BONGKOK
DALAM
KONSUMEN
RANGKA
SALAK
PENINGKATAN
PENDAPATAN USAHATANI DAN DAYA SAlNG
SALAK
BONGKOK
ASAL
DESA
BONGKOK
KECAMATAN PASEH KABUPATEN SUMEDANG
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2001
Menyetujui
Dosen Pembimbing
aqiono, ME?
NIP. 130 350 044
K
Tanggal Kelulusan : 9 Agustus 2001
Sosial Ekonomi Pertanian
PERNYATAAN
DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKFZIPSI YANG
BERJUDUL zLANALISISPERILAKU KONSUMEN SALAK BONGKOK
DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI DAN
DAYA
SAlNG
SALAK
BONGKOK
ASAL
DESA
KECAMATAN PASEH KABUPATEN SUMEDANG"
MERUPAKAN
KARYA
SAYA
SENDlRl
DAN
BONGKOK
BEI'JAR-BENAR
BELUlVl PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU F'ERGURUAN
TlNGGl ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Agustus 2001
Agung Budi Kuncara
A 07497052
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 8 Juli 1979, sebagai
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Rochdiat, SE dan Tati
Suminar. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD 02 Cipinang
Muara, Jakarta Timur pada tahun 1991. Kemudian pada tahun yang sama
memasuki jenjang sekolah di SMP 52 Jakarta Timur dan tamat pada tahun
1994. Selanjutnya penulis memasuki jenjang sekolah menengah atas di
SMUN 54 jurusan IPA dan tamat pada tahun 1997.
Melalui jalur Penelusuran Minat Dan Kemampuan (IJMDK), pada
tahun 1997 penulis diterima di lnstitut Pertanian Bogor, Jurusan llmu-llmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis. Semasa Kuliah
penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmullmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA), anggota Perhimpunan
Mahasiswa Pertanian lnternasional (IAAS), serta asisten Kewirausahaan
pada tahun ajaran 2000 12001.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan hidayat-Nya, sehingga karya ini dapat tersusun.Skripsi yang
berjudul " Analisis Perilaku Konsumen Salak Bongkok Dalam Rangka
Peningkatan Pendapatan Usahatani Dan Daya Saing Salak Bongkok Asal
Desa Bongkok Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang " ditulis dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
'
Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Jurusan Ilmu-llmu Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor.
Untuk menguasai dan bisa bersaing di bidang hortikultura harus
diketahui dahulu criteria apa saja yang sangat diinginkan oleh konsumen,
termasuk salah satunya adalah komoditi salak yang merupakan komoditi
asli Indonesia. Untuk itu dibutuhkan studi tentang criteria dan atribut yang
diinginkan oleh konsumen, menyebabkan penulis mencoba untuk
menganalisis perilaku konsumen terhadap buah salak tersebut.
Penulis senantiasa mengharapkan masukan dan saran yang dapat
menambah kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat
baik bagi pembaca dan peneliti lain yang akan melanjutkan dan
menyempurnakan penelitian ini.
Bogor, Agustus 2001
Pt?nulis
UCAPAN TERIMA KASlH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima ltasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
I.Ir. Yayah K Wagiono, MEc sebagai dosen pembimbing, yang telah
dengan sabar memberikan bimbingan serta masukan, arahan, dan
petunjuk selama penulisan skripsi ini.
2. Ir. Mimin Aminah,, MM yang telah bersedia menjadi dosen penguji
utama.
3. Ir. Budi Purwanto yang telah bersedia menjadi dosen penguji komdik.
4. Ir. Netti Tinaprilla, MM yang telah bersedia menjadi dosen moderator
seminar.
5. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis dalam berbagai bidang akademik.
6. Mas Deden yang telah membantu dalam pengolahan data.
7. H. Amin, Keluarga Bapak Mamat serta para petani di Desa Bongkok
yang bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan perlulis semasa
penelitian.
8. Papah, Mamah, Aa Handa (Teh Lia), Aa Yadi (Teh Dwi) atas segala
kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan baik moril maupun
materil.
9. Irma Hayani atas segala kesabaran, pengertian dan kasih sayangnya.
10. Himawan, Ahmad Hariri dan teman-teman DC 8 atas segala dukungan
dan persahabatan selama ini.
11.Teman-teman agribisnis angkatan 34 atas segala kenangan kuliah.
12.Teman-teman di Program Ekstensi Manajemen Agribisnis atas
pengalaman yang telah diberikan.
13.Teman-teman di PKBT (Teh Rike, Mabak Sulis dan Mbak Eri) atas
segala bantuan selama ini.
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR IS1....................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH................................................
ii
DAFTAR IS1.......................................................................
iii
DAFTAR TABEL .................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................viii
BABIPENDAHULUAN........................................................1
1. 1. Latar Belakang......................................................
1
1.2. ldentifikasi masalah .........................................
3
1.3. Perurnusan Masalah .............................................. 4
1.4. Tujuan Penelitian...................................................
5
1.5. Kegunaan Penelitian.............................................. 5
BAB II GAMBARAN UMUM SALAK ......................................... 6
2.1. Deskripsi Biologi................................................... 6
2.1. 1. Akar ....................................................... 6
2.1.2. Batang....................................................
6
2.1.3.Daun ......................................................6
2.1.4. Bunga..................................................... 6
2.1.5. Buah dan Biji........................................... 7
2.2. Species dan Kultivar..............................................8
2.3. Syarat Tumbuh dan Derah Potensial Pengembangan... 8
2.3.1. Syarat Tumbuh ......................................... 8
2.3.2. Daerah Potensial Pengembangan...............
10
2.4. Manfaat Salak ..................................................... 11
2.5. Standar Salak ......................................................12
2.6. Penelitian Terdahulu .............................................12
BAB Ill KERANGKA PEMIKIRAN.......................................
16
3.1. Kerangka Teoritis ................................................ 16
3.1.1. Usahatani.............................................. 16
3.1.2. Pemasaran............................................. 18
3.1.2.1. Saluran dan Lembaga Pernasaran...... 19
3.1.3. Perilaku Konsumen .................................. 20
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..............
....
..... 22
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................. 25
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................25
4.2. Macam dan Sumber Data ......................................25
..
4.3. Metoda Pengambilan Sampel ..................
.....
26
4.3. Metode Analisis Data...........................................27
4.4.1. Analisis Usahatani .................................... 27
4.4.2. Tabulasi Deskriptif.................................... 29
4.4.3. Analisis Konjoin.....................................
29
4.4.3.1. Model Analisis Konjoin................... 30
4.4.3.2. Bentuk Input Data Analisis Konjoin..
31
BAB V HASlL DAN PEMBAHASAN....................................... 35
5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian......................... 35
5.1 .1. Keadaan Umum Kabupaten Sumedang ......... 35
5.1.2. Keadaan Umum Kotamadya Bandung.......... 37
5.2. Saluran Distribusi dan Lembaga Pemasaran.............. 38
................ 41
5.3. Analisis Pendapatan Usahatani...........
.
5.3.1. Pengeluaran Usahatani............................ 42
......
5.3.2. Penerimaan Usahatani............
........ 43
44
5.3.3. Pendapatan Usahatani...........................
5.4. Tabulasi Deskriptif.............................................. 45
5.4.1. ldentitas Umum Responden.....................
45
5.4.2. Analisis Perilaku Konsumen dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pembelian Salak Bongkok.......................
48
5.4.3. lnformasi Khusus................................... 53
5.5. Hasil Analisis Konjoin..............
.
.
.
.................
56
5.5.1. Hasil Analisis Konjoin Salak Bongkok.........
56
5.5.2. Hasil Analisis Konjoin Salak Tasikmalaya ....
57
5.5.3. Hasil Analisis Konjoin Salak Pondoh...........
59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .....................................
6.1. Kesimpulan .......................................................
6.1.1. Analisis Usahatani..................................
6.1.2. Saluran Distribusi dan Lembaga Pemasaran...
6.1.3. Perilaku Konsumen...................................
6.1.3.1. Tabulasi Deskriptif.........................
6.1.3.2. Analisis Konjoin ............................
6.2. Saran ................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................
LAMPIRAN............
..
..
. ..
..
...........................................
DAFTAR TABEL
H iilaman
Teks
Data Pohon dan Produksi Salak Bongkok
di dua Kecamatan Penghasil Terbesar
di Kabupaten Sumedang ....................
.
........
Sentra-Sentra Produksi Salak di Indonesia.. . ...
Keadaan Luas Tanaman dan Produktivitas
Salak di Kecamatan Paseh Tahun 1999..............
Jumlah Penduduk Kabupaten Sumedang Th.2001..
Penggolongan Jumlah Penduduk Kotamadya
Bandung Yang Bekerja......
. .......
.....
.......
Analisis Usahatani Umur Tanam > I 0 Th ......... ...
Penerimaan Usahatani Salak Bongkok Umur
Tanaman > 10 Tahun.. .... . .... . ..... ............ .......
Analisis Usahatani Salak Bongkok Umur
Tanaman > 10 Tahun ........................... ... ......
Keragaan Responden Berdasarkan Jenis Kelarnin...
Keragaan Responden Berdasarkan Usia... ...... ......
Keragaan Responden Berdasarkan Pekerjaan.. . . .... .
Keragaan Responden Berdasarkan Pendidikan. ..... .
Keragaan Responden Berdasarkan Pengeluaran
Untuk Makan dan Minum Sebulan .....................
Keragaan Responden Berdasarkan Pengalaman
Konsumsi Salak ........................ ..................
Keragaan Responden Berdasarkan Alasan
Konsumsi Salak ...........................................
Keragaan Responden Berdasarkan Jumlah
Pembelian Salak Per 6 Bulan...........................
Keragaan Responden Berdasarkan Pengeluaran
Untuk Sekali Pembelian Salak ...............
.....
Keragaan Responden Berdasarkan Pandangari
Makan Salak Buat Sulit Buang Air Besar..............
52
Keragaan Responden Berdasarkan Jawaban Tidak ... 53
Keragaan Responden Berdasarkan Tempat Beli Salak 52
Keragaan Responden Berdasarkan Pengenalan
Terhadap Salak Bongkok.......................
......
54
Keragaan Responden Berdasarkan Alasan
Tertarik Pada Salak Bongkok............................
54
Keragaan Responden Berdasarkan Jumlah
Pembelian Salak Bongkok Sekali Beli..................
55
Keragaan Responden Berdasarkan Kesetian
Terhadap Salak Bongkok.................................
Lampiran
56
Halaman
Komposisi Kimia Daging buah Salak, Nenas dan
Apel dalam Setiap 100 gram .........................
68
Analisis Usahatani Salak Pondoh Berdasarkan
Umur Tanam > 10 Tahun, 2000/2001 .............
69
Hasil Analisis Konjoin Data Gabungan : Nilai
Relatif Penting Atribut Salak Bongkok............
70
Hasil Analisis Konjoin Data Gabungan : Nilai
Kegunaan Atribut Salak Bongkok..................
70
Hasil Analisis Konjoin Data Gabungan : Nilai
Relatif Penting Atribut Salak Tasikmalaya.......
71
Hasil Analisis Konjoin Data Gabungan : Nilai
Kegunaan Atribut Salak Tasikmalaya............
71
Hasil Analisis Konjoion Data Gabungan : Nilai
Relatif Penting Atribut Salak Pondoh............
72
Hasil Analisis Konjoin Data Gabungan : Nilai
Kegunaan Atribut Salak Pondoh..................
72
DAFTAR GAMBAR
No
Teks
Halaman
1
Pengambilan Keputusan Konsumen............
....
22
2
Alur Kerangka Pemikiran Penelitian ........................
24
3
Nilai Atribut Penting Salak Bongkok........................
57
4
Nilai Atribut Penting Salak Tasikmalaya ...................
59
5
Nilai Atribut Penting Salak Pondoh.......................
60
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh
sebab itu pembangunan yang dilaksanakan di sektor ini diherapkan dapat
meningkatkan perekonomian Indonesia. Tujuan pernbangunan bidang
pertanian selain untuk meningkatkan produksi juga menir~gkatkantaraf
hidup petani, memperluas lapangan kerja di sektor peltanian dalam
rangka
pemerataan
pendapatan,
meningkatkan
ekspor
sekaligus
mengurangi impor hasil pertanian, rnendukung pembangunan industri
serta memanfaatkan dan memelihara kelestarian sumberdaya alam serta
memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup.
Termasuk dalam pembangunan pertanian adalah pe~nbangunandi
bidang hortikultura, dimana pembenahan dalam bidang ini baru dilakukan
pada awal PELITA V. Hal ini disebabkan perhatian pemerintah yang
sangat besar terhadap padi dan palawija sebagai kolmoditas yang
diarahkan untuk menciptakan kondisi swasembada. Dengan demikian
segala fasilitas dan maupun kebijaksanaan diarahkan untuk tujuan
tersebut.
Komoditas hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran dan
tanaman hias. Mengingat jenis komoditas hortikultura yang sangat
banyak, maka pemilihan prioritas pengembangan didasarkan pada
pertimbangan yang mantap. Pertimbangan tersebut menurut Wardhani
(1993) diantaranya adalah:
1) Dapat meningkatkan pendapatan petani
2) Mernpunyai nilai gizi tinggi
3) Mempunyai prospek pasar yang baik
4) Dapat menyerap tenaga kerja
5) Dapat rnenambah devisa negara
Komoditas salak (Salacca edulis) merupakan salah satu tanaman
yang cocok untuk dikembangkan di Indonesia, menurut Widji (1999),
petani salak urnumnya dapat hidup layak dari usahataninya. Hal ini
disebabkan oleh : (1) Menanam salak sangat mudah dan tidak perlu
perawatan khusus yang rumit, (2) Hama penyakit relatif lidak ada dan
(3) Buah salak mempunyai umur yang relatif panjang sehingga dapat
memberikan hasil dalam jangka waktu yang lama. ltulah yang mendasari
pemerintah untuk menetapkan salak sebagai buah unggulan nasional.
Salak merupakan buah yang banyak mengandung berbagai zat
yang dibutuhkan oleh tubuh. Apabila dibandingkan dengan lbuah ape1 dan
nenas, salak mempunyai kandungan energi, protein, karbohidrat, kalsium,
fosfor dan besi yang lebih besar (Tabel Lampiran 1). Selain itu salak tidak
mengandung lemak.
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu daer,ah di propinsi
Jawa Barat yang merupakan daerah yang giat mengembangkan usaha
hortikultura buah-buahan khususnya salak. Usaha salak di Kabupaten
Sumedang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Salak
lokal yang dikembangkan di Kabupaten Sumedang adalah Salak
Bongkok. Dinamakan Salak Bongkok karena pertama kali ditemukan salak
ini di temukan di desa Bongkok yang terletak di lereng Gunung
Tampomas. Sehingga dengan kondisi tanah yang subur, kualitas salak
yang dihasilkan akan bermutu baik. Salak Bongkok mulai di budidayakan
sebelum tahun 1960.
1.2.ldentifikasi Masalah
Produksi Salak Bongkok di daerah
Kabupaten Sumedang
khususnya di Kecamatan Paseh yang merupakan sentra produksi Salak
Bongkok adalah terbesar kedua penghasil produksi salak di Propinsi Jawa
Barat setelah Kabupaten Tasikmalaya. Salak Bongkok mengalami
kejayaan pada tahun 1989 yang kemudian mulai dilupakan orang. Untuk
Seluruh Indonesia, Propinsi Jawa Barat menempati tempai. ketiga dalam
. ha1 jumlah produksi. Pada tahun 1998 Jawa Barat menghasilkan salak
sebanyak 47.974 ton, dibawah Sumatera Utara sebanyak 125.244 ton dan
Jawa Tengah sebanyak 80.062 ton. Pada tahun 19951 Jawa Barat
menghasilkan salak 51.731 ton, dibawah Sumatera Utara sebanyak
164.525 ton dan Jawa Tengah sebanyak 86.412 ton. Tetapi untuk wilayah
Kecamatan Paseh pada tahun 1999 dan 2000 yang lalu, mulai
menampakkan tanda penurunan. Yaitu pada segi jumlah pohon tidak
mengalami peningkatan dari tahun 1999 sebanyak 180.608 pohon dan
pada tahun 2000 tetap sebanyak 180.608 pohon, dengan jclmlah produksi
yang menurun yaitu pada tahun 1999 sebanyak 20.751 kuintal menjadi
19.724 kuintal pada tahun 2000. Seperti ditampilkan pada Tabel 1.-
Tabel I.Data Pohon dan Produksi Salak Bongkok d i dua kecamatan
penghasil terbesar di Kabupaten Sumedang
I Kecamatan I
Paseh
Conggeang
Pohon
'
1999
180.608
2000
180.608
1.026.007
1.028.045
~
r
20.751
o
d
u
.
E
l
19.108
Ig9
19.724
31.295
Sumber :Laporan Tahunan Dinas Tanaman Pangan dar~ Hortikultura,
Kabupaten Sumedang. Tahun 1999 dan 2000.
Bila ditinjau dari sisi konsumen Salak Bongkok, maka pasar
pengiriman Salak Bongkok selain wilayah Sumedang sendiri adalah ke
wilayah Bandung, Cirebon, dan lndramayu. Untuk daerah Bandung
permintaan setiap satu
minggu sekali masih tinggi, tetapi baru bisa
dipenuhi sekitar tiga kuintal per minggunya.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan ha1 tersebut di atas maka perumusan nasala ah yang
dikemukakan adalah sebagai berikut :
1.
Apakah usahatani Salak Bongkok dengan tingkat hirga sekarang
kurang menguntungkan bagi petani sehingga Salak Bongkok kurang
berkembang ?
2.
Bagaimanakah preferensi konsumen terhadap Salak Bongkok,
Salak Manonjaya (Tasikmalaya) dan Salak Pondoh untuk melihat
apakah Salak Bongkok dapat bersaing di pasar konsurnen ?
3.
Apa
upaya-upaya
yang
masih
mengembangkan Salak Bongkok ?
mungkin
r
dilaltukan
untuk
]
1.4.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis usahatani Salak Bongkok.
2. Mengidentifikasi pola pemasaran Salak Bongkok di senti-;?,
produsen.
3. Mengetahui preferensi konsumen di tingkat lembaga (swalayan atau
pedagang) terhadap atribut-atribut dari Salak Bongkok.
1.5.
Kegunaan Penelitian
Pada akhirnya diharapkan penelitian ini akan berguna bagi :
1. Para petani produsen Salak Bongkok tentang pendapsitan usahatani
salak.
2. Para pedagang Salak Bongkok untuk meningkatkan pangsa pasarnya.
3. Pemerintah Daerah Kecamatan Paseh, Kabupaten Surnedang, Jawa
Barat sebagai bahan pertimbangan dalam menentultan kebijakan
pembangunan.
4. Para peneliti selanjutnya.
II. GAMBARAN UMUM SALAK
2.1.
Deskripsi Biologi
2.1.1. Akar
Tanaman salak berakar serabut, menjalar mendatar tidak jauh dari
permukaan tanah. Pada saat akar yang lama sudah berkurang fungsinya
maka akar baru akan tumbuh dan muncul di permukaan tanah.
2.1.2. Batang
Batang tanaman salak pendek, dan hampir tidak kelihatan karena
ruas-ruasnya padat dan tertutup oleh pelepah daun yang tertutup rapat.
Pada tanaman yang sudah tua batang akan melata ke samping dan dapat
bertunas. Tunas baru ini dapat digunakan sebagai bahan tarlaman.
2.1.3. Daun
Daun tersusun roset, pelepah bersirip terputus-putu:j dan panjang
berkisar antara 2,5-7m. Bentuk daun seperti pedang, pangkal daun
menyempit dan cembung. Bagian bawah pelepah daun berduri tajam
demikian pula pada bagian tepi tangkai daun. Tergantung varietasnya
besar ukuran daun berbeda-beda, warna daun pada perrnukaan bagian
atas hijau dan permukaan bagian bawah hijau putih keperakan.
2.1.4. Bunga
Tanaman salak termasuk tanaman berumah dua, bur~gajantan dan
bunga betina masing-masing terdapat pada tanaman yang berlainan.
Bunga betina tanaman salak hanya mempunyai putik umumnya berukuran
kecil dan tumbuh rapat menjadi satu rangkaian di punggung ketiak daun.
Waktu bunga masih muda dilindungi seludang bunga berbentuk bulat
lonjong seperti perahu. Bunga berbentuk radial simetris, mempunyai tiga
daun kelopak dan tiga daun mahkota. Bunga tersusun atac; dua kuntum,
yaitu kuntum bunga besar dan kunturn bunga kecil. Keduanya bersatu
dalam satu dasar kelopak bunga yang memiliki satu putik clan satu bakal
biji. Adapun bunga jantan bentuknya agak bulat mempunyai mahkota dan
mata tunas pada tangkai. Tandan bunga terdiri 1-3 malai. Satu malai
mengandung 10-20 bakal buah. Panjang bunga secara keseluruhan
antara 20-30 cm, panjang malai 7-10 cm mekar selama 1-3 liari.
2.1.5. Buah dan Biji
Buah salak umumya berbentuk bulat telur atau buliit telur terbalik
dengan bagian ujung runcing dan bertangkai rapat dalam tandan buah
yang muncui dari ketiak pelepah daun. Tandan buah dapat bercabang 1-2
cabang. Tiap pohon dapat rnenghasiikan 1-5 tandan dan tiap tandan
terdiri dari 10-25 buah.
Kulit buah tersusun seperti sisik berwarna kehitaman. Daging buah
berwarna putih kekuningan, kuning kecoklatan atau rnerah tergantung
varietas. Kulit buah sangat tipis sekitar 0,3 mm. Rasanya manis, manis
agak asam, manis agak sepet atau rnanis bercampur asam dan sepet.
2.2. Species dan Kultivar
Berdasar klasifikasi botani sistematik tanaman salak sebagai
berikut :
Divisio
: Spermatophyfa
Klas
: Angiospermae
Sub Klas
: Monocotyledonae
Familia
: Palmales
. Genus
: Salacca
Species
: Salacca edulis Reinw
2.3. Syarat Tumbuh dan Daerah Potensial Pengembangi~
2.3.1. Syarat Tumbuh
Untuk mengusahakan tanaman salak sebenarnya tidak sukar,
karena tanaman ini tahan terhadap kekeringan, mudah hidup disegala.
jenis tanah, mudah pemeliharaannyadan mempunyai nilai c?konomisyang
tinggi bila sudah membuahkan hasil. Tanaman salak dapat .tumbuh baik di
dataran rendah dari ketinggian 200 m dpl (di atas permukaan laut) sampai
ketinggian 700 m dpl. Curah hujan yang merata 200-400 mmlbulan dapat
menghasilkan panenan yang baik. Salak memang menghendaki iklim
basah tetapi dapat juga
ditanam di daerah kering asal cukup
pengairannya. Salak merupakan tanaman berakar .serabut dan tidak
panjang sehingga memerlukan air tanah yang dangkal. Apabila daerah
penanamannya mempunyai air tanah yang dalam, konsekuensinya harus
'
mampu mengelola sistem dan pola pengairan sebaik nlungkin. Salak
dapat ditanam pada sembarang jenis tanah, terutama pada daerah yang
subur, gembur dan banyak mengandung bahan organis (Saritoso, 1990).
Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari langsung yang
akan mengakibatkan daunnya menjadi kekuning-kuningan dan bagian
pucuknya mengering. Tanaman ini membutuhkan interwitas cahaya
matahari sekitar 30-70%, oleh karena itu dibutuhkan pohon pelindung
yang diusahakan sebelumnya. Sebagai pohon pelindung dapat dipilih
pohon-pohon yang tinggi seperti : kelapa (Cocos nucifera L), duku
(Lansium domesticum Correa), Lamtoro (Leucanea glauca Auct), nangka
(Artocarpus integra Merr), atau kenanga (Canangium ocloratum Baill).
Semua pohon pelindung tersebut juga dapat berfungsi sebagai sumber
pendapatan yang cukup berarti. Sedangkan derajat keasanian tanah (pH)
yang dikehendaki sekitar 6-7 dengan kandungan humus tiriggi (Santoso,
1990).
Suhu juga merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Salak akan tumbuh secara optim~~m
pada suhu
20-30 derajat celcius. Suhu yang lebih rendah dari 20 derajat Celcius.
Suhu yang lebih rendah dari 20 derajat Celcius umumnya rnernperlambat
pembungaan salak, dan sebaliknya suhu yang terlampau tinggi
berpengaruh buruk terhadap perkembangan buah dan biji. Kenyataannya,
selama ini belum ada penelitian yang rnengaitkan pengaruh ketinggian
tempat maupun suhu terhadap hasil salak, karena tanaman ini tetap dapat
ditanam mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl
(Santoso, 1990).
Salak dapat tumbuh baik pada daerah-daerah bertipe hujan A, B
dan C berdasarkan sistem Schmidt dan Ferguson. Akan tetz~pi,khususnya
pada daerah beriklim tipe A, tidak dikehendaki curah hujan yang terlalu
tinggi. Andaikata curah hujannya sedikit atau musim kemaraunya
berkepanjangan, tanaman salak akan menjadi kurang produktif karena
'
pertumbuhan anakannya hanya, sedikit. Sebaliknya, curah hujan yang
terlalu tinggi justru menurunkan produksi buah, karena banyak bunga
yang busuk dan rontok.
Musim panen salak dapat dipilah menjadi 3 periode, yaitu :
*
Panen raya
: November- Januari
Panen sedang
: Mei- Juli
Panen kecil
: Februari- April
Tetapi apabila penyerbukan dibantu dengan penyerbukan yang dilakukan
oleh manusia seperti pada Salak Pondoh, maka akan dapat diperoleh
panen susulan yang akan jatuh pada sekitar bulan Agustus- Oktober.
2.3.2. Daerah Potensial Pengembangan
Daerah
lndonesia
pada
umumnya
cocok
untuk
dilakukan
pengembangan usaha salak baik dari segi jenis tanah, suhu dan curah
hujan. Beberapa contoh di tabel 2 ini adalah daerah potensial salak yang
telah menjadi sentra produksi salak di lndonesia.
Tabel 2. Sentra-sentra Produksi Salak di Indonesia
Sentra Produksi
Propinsi
Sumatera Utara
Padangsidempuan
DKI Jakarta
Condet
Jawa Barat
Serang,
Sumedang,
Bogor,
Tasikmalaya,
Batujajar
Magelang, Ambarawa,
Jawa Tengah
Purworejo, Purbalingga, Banjarnegara
Dl Yogyakarta
.
Sleman
Jawa Timur
Bangkalan, Pasuruan, Malang
Bali
Karangasem
Sulawesi Selatan
Enrekang
Sumber : T. Sudaryono dan PER. Prahardini; Teknologi Produksi Salak.
1995
2.4. Manfaat Salak
Salak merupakan buah yang banyak mengandung berbagai zat
yang dibutuhkan oleh tubuh. Apabila dibandingkan dengan buah ape1 dan
nenas, salak mempunyai kandungan energi, protein, karbohidrat, kalsium,
. fosfor dan besi yang lebih besar (Lampiran Tabel 1). Selain itu salak tidak
mengandung lemak.
Selain itu salak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran
asinan, manisan basah, manisan kering. Buah salak dapat climakan segar,
maupun sebagai produk olahan atau awetan. Buah salak produk awetan
selain manisan bisa juga dibuat wajik dan dodol. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pembusukan buah.
2.5. Standar Salak
Di Indonesia telah memiliki standar salak (SNI 01-3167-1992) yang
disusun berdasarkan pada karakteristik buah meliputi keseragaman
varietas, tingkat ketuaan, kekerasan buah, kerusakan kulit buah, ukuran,
jumlah buah busuk dan kebersihannya. Menurut standar ini, buah salak
dikelompokkan dalam 2 kelas mutu yaitu Mutu I dan Mutu II. Masingmasing kelas mutu terbagi ke dalam 3 ukuran berat per buah yaitu Besar
(> 61 gram), ukuran Sedang (33-60 gram) dan ukuran Kecil (< 32 gram).
Kelompok Mutu I apabila seragam (varietas) tua tapi tidak taarlalu matang,
teksturnya keras, kulit buah utuh, ukuran seragam dan bebas dari kotoran.
Sedang Mutu II, ukuran boleh kurang seragam dan kulit builh kurang utuh
dan tekstur cukup keras. Sejauh ini, standar ini salak dan umumnya dan
umumnya standar komoditas hortikultura belum banyak diterapkan.
Pemasaran buah salak di Indonesia saat ini belum mengikuti standar yang
ada, meskipun pelaku pemasaran sudah mengetahui bahwa keuntungan
akan diperoleh dengan menerapkan grading karena dapat memperoleh
harga jual
yang
tinggi
dan
keseragaman ukuran
memudahkan
penyusunan dalam peti pengepakan. Pelaku penanganan pascapanen
. yang didominasi oleh pedagang menerapkan cara penggolongan sendiri,
dan cara ini berbeda pada setiap sentra produksi.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian Sulistyorini (1995) menganalisis keunggulan kompetitif
dari segi atribut fisik buah ape1 impor dan ape1 lokal, dan melakukan
aplikasi
test
organoleptik
dan
korespondensi.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa hanya sedikit konsumen yang betul-betul memahami
perbedaan
antara jenis
apel. Sebagian
konsumen hanya dapat
rnembedakan kriteria lokal dan impor saja. Atribut ape1 yang cenderung
diinginkan konsumen yaitu: memiliki ukuran buah yang relatif besar dan
seragam, benvarna cerah, kulit luarnya bersih serta beraroma tajam.
Sedangkan atribut rasa, kekerasan, dan derajat kematangan cenderung
relatif bagi konsumen.
Penelitian Martias (1997) mengenai preferensi konsumen dan
perilaku konsumsi buah-buahan pada masyarakat kelas atas. Dengan
menggunakan metode analisis diskriminan diketahui bahwi3 atribut salak
yang cenderung diinginkan konsumen kelas atas yaitu: bunh salak yang
mempunyai rasa manis, daging buah tebal dan keras, kulit buah bersih.
Salak Pondoh memiliki keunggulan dari atribut rasa yang manis meskipun
belum tua. Sedangkan Salak Bali memiliki keunggulan dari atribut ukuran
buah relatif besar, daging buah relatif tebal dan keras, serta kulit relatif
bersih. Hal ini disebabkan karena Salak Bali mempunyai sisik buah yang
lebih kecil, pendek, dan rapat dibandingkan dengan Salak Pondoh.
Atribut buah mangga yang cenderung diinginkan konsumen yaitu
buah mangga yang mempunyai rasa manis, ukuran besar, kulit bersih,
daging buah cenderung keras, dan derajat kematangan cenderung
mentah. Mangga Arumanis memiliki keunggulan dari atribut rasa, kulit
buah yang relatif bersih, dan ukuran buah yang relatif besar. Sedangkan
Mangga Manalagi memiliki keunggulan dari atribut dagirg buah yang
cenderung keras dan derajat kematangan yang cenderung rrientah.
Penelitian Sianturi (1997) dengan menggunakan m2tode analisis
konjoin menunjukkan urutan peringkat nilai relatif penting atribut buah ape1
'
adalah (a) rasa (b) ukuran (c) warna (d) karakter buah. Sedangkan taraf
atribut yang paling disukai adalah ape1 warna merah berasa manis, dan
daging buah berkarakter keras. Ukuran buah ape1 yang paling disukai
adalah ape1 berukuran sedang
(7-8 buahlkg).
Konsumen masih
berperilaku "impor minded", karena dalam benak mereka ape1 impor saat
ini masih lebih baik mutunya dan selalu tersedia bila dibutuhltan.
Penelitian Afifah (2000) dengan menggunakan metode analisis
konjoin menunjukkan urutan peringkat nilai relatif penting atribut buahbuahan seperti Jeruk, pepaya, pisang, ape1 dan buah loltal adalah (a)
derajat kematangan (b) ukuran (c) rasa (d) warna dan (e) kebersihan kulit.
Responden dalam semua golongan pendapatan lebih menyukai
buah lokal daripada buah impor karena harganya relatif lebih murah.
Sedangkan faktor gizi bukan menjadi pertimbangan utama untuk
menentukkan jenis
buah impor atau buah lokal karena mereka
beranggapan bahwa nilai gizi yang terkandung dalam buah lokal rnaupun
buah impor tidak berbeda. Tidak ada responden yang menilai kualitas
atau atribut fisik buah lokal lebih baik daripada buah impor.
Jeruk, pepaya, pisang, ape1 dan buah lokal musiman adalah jenis buah
yang sering dihidangkan dalam keluarga, karena rasanya enak dan
banyak dijumpai di pasaran. Seandainya semua jenis buah dapat tersedia
secara terus menerus maka responden akan tetap memilih jeruk dan
pisang sebagai buah yang sering dihidangkan. Jika kondisi pasar untuk
semua jenis buah tidak bersifat musiman, beberapa jenis buah yang
biasanya hanya dapat dijumpai ketika musim buah berlangsung seperti
rambutan dan mangga mengalami peningkatan jumlah kor~sumsisecara
relatif terhadap jenis-jenis buah lain.
Ill. KERANGKA PEMlKlRAN
3.1. Kerangka Teoritis
3.1.1. Usahatani
Usahatani adalah organisasi dari alam, tenaga kerja, modal dan
manajemen yang ditujukan pada produksi dilapangan pertanian. Pada
dasarnya unsur-unsur pokok usahatani terdiri atas lahan, tenaga kerja,
modal dan manajemen. Keempat unsur tersebut memp~~nyai
peranan
yang cukup penting dalam kegiatan usahatani (Soekartawai, ef all, 1986).
Menurut Soekartawi, et all (1986), umumnya ciri-ciri usahatani yang ada
di Indonesia antara lain memiliki lahan sempit, modal relatif kecil, tingkat
pengetahuan terbatas dan kurang dinamik sehinggga berakibat pada
rendahnya pendapatan usahatani.
Menurut Soekartawi (1986), tujuan dari setiap petani dalam
menjalankan
usahataninya berbeda-beda. Apabila
mnif
usahatani
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik dengan melalui atau
tanpa melalui peredaran uang, maka usahatani yang dernikian disebut
pencukup kebutuhan keluarga (subsistence farm). Bila motif berusahatani
didorong oleh keinginan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya,
maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersial (commercial
farm). Usahatani yang baik adalah usahatani yang bersifat produktif dan
efisien yaitu mempunyai produktivitas yang tinggi dan bersifat kontinyu
(Mubyarto, 1984).
Keberhasilan dalam mengelola usahataninya dapat diukur melalui
besarnya pendapatan yang diterima dari usahataninya. Pendapatan
usahatani merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dari
kegiatan usahatani dan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usatani
(Soekartawi,
et
all,
1986).
Pendapatan
usahatani dapat
diukur
berdasarkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya
total. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) dihitung dari selisih
antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai
'
usahatani merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan
uang tunai.
Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai
nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, pengeluaran
tunai (farm payment) didefitiisikan sabagai jumlah biaya yarig dikeluarkan
untuk pembelian barang dan jasa usahatani. Penerimaan tilnai usahatani
tidak mencakup pinjaman uang wntuk keperluan usahatani demikian pula
pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah
pinjaman pokok. Penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani tidak
mencakup yang berbentuk benda, jadi nilai produk usahatani
yang
dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani dan nilai
kerja yang dibayar dengan benda tidak dihitung sebagai pengeluaran
tunai usahatani (Soekartawi, et all, 1986).
Pendapatan total usahatani (total farm income) merupakan selisih
antara penerimaan total dengan
pengeluaran total. Perierimaan total
usahatani (total farm revenue) adalah penerimaan dari semua sumber
usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, r~ilaipenjualan
hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga. Pengeluaran total
usahatani (total farm expensive) adalah semua biaya-biaya operasional
dengan tanpa menghitung bunga dari modal usahatani dan riilai kerja dari
pengelola usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai,
penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris dan nilai tenaga
kerja yang tidak dibayar atau tenaga kerja keluarga.
Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun
pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisi:; pendapatan,
yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usahatani dan
keadaan yang akan datang dari suatu perencanaan atau tindakan.
Analisis pendapatan dapat memberikan bantuan untuk mengukur berhasil
atau tidaknya suatu kegiatan.
Menurut Soekartawi (1986), pendapatan selain diukur dengan nilai
mutlak juga diukur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah
penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio).
Analisis RIC rasio digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari
suatu cabang usahatani dengan cabang usahatani lair1 berdasarkan
perhitungan finansial. Dalam analisis RIC rasio akan diuji seberapa jauh
nilai rupiah yang dipakai dalam
kegiatan cabang usahatani yang
bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerilnaan sebagai
manfaatnya.
3.1 -2. Pernasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang mana irldividu-individu
dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk
yang bernilai (Kotler, 2000). Titik tolak disiplin pemasaran terletak pada
kebutuhan dan keinginan manusia. Adanya kebutuhan dan keinginan
manusia menimbulkan permintaan terhadap produk tertentu yang
didukung oleh kemampuan membeli. Produk tersebut diciptakan untuk
memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia sehingga timbul proses
pertukaran untuk memperoleh produk yang dinginkan atsu dibutuhkan
dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya.
Menurut Kotler (2000), pertukaran adalah konsep yang melandasi
pemasaran. Agar terjadi pertukaran maka lima kondisi berikut ini harus
dipenuhi, yaitu:
. 1. Paling tidak terdapat dua pihak
2. Masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang mungkin bernilai bagi
pihak lain
3. Masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan mengantarkan
4. Masing-masing pihak bebas untuk menolak atau menerima tawaran
5. Masing-masing pihak percaya adalah tepat dan baik berhubungan
dengan pihak lain
3.1.2.1. Saluran dan Lembaga Pemasaran
Dalam pemasaran barang dan jasa terlibat bebeiapa lembaga
pemasaran yang menjalankan fungsi-fungsi pemasaran mulai komoditas
bergerak dari produsen sampai ke konsumen. Lembaga ini bisa berbentuk
perorangan, perserikatan, atau perseroan. Sedangkan saluran pemasaran
adalah saluran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya
pada konsumen
Di bawah ini adalah beberapa tipe jalur serta saluran pemasaran
yang biasa terjadi dalam komoditas pertanian di Indonesia.
Tipe I
: Petani + Pedagang Pengumpul Desa -+ Pedagang Pengumpul
Kecamatan
-+
Pedagang Penyalur
Pedagang Besar
+
Pedagang Penyalur
-+
-+
Pengecel: -+ Konsumen.
Tipe II
: Petani
+
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar -+
-+
Pengecer -+ Konsumen.
Tipe Ill : Petani -+ Pedagang Besar -+ Pengecer -+ Konsumen.
Tipe IV : Petani -+ Konsumen.
(Soekartawi, 1986)
3.1.3. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah suatu proses, dan pembelian hanyalah
satu tahap. Kedaulatan konsumen menyajikan tantangan yang berat,
tetapi pemasaran yang terampil dapat mempengaruhi baik motivasi
maupun perilaku bila produk atau jasa yang ditawarkan didesain untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Keberhasilan penjualan terjadi karena
permintaan memang sudah ada atau masih laten dan menunggu aktivasi
oleh tawaran pemasaran yang tepat.
Ada beberapa tahap yang dilakukan oleh konsumen menurut Engel
et a/. (1994) dalam melakukan pemecahan masalah mengenai pembelian,
yaitu :
1.
Pengenalan kebutuhan : konsumen mempersepsikan perbedaan
antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual !fang memadai
untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses kepiitusan.
2.
Pencarian informasi : konsumen mencari informasi yang disimpan
didalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi
yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian
eksternal).
3.
Evaluasi alternartif : konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan
dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan
hingga alternatif yang dipilih.
4.
Pembelian : konsumen memperoleh alternatif yarlg dipilih atau
pengganti yang dapat diterima bila perlu.
5.
Hasil : konsumen mengevaluasi apakah alternatrf yang dipilih
memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan.
Hubungan
antar
perspektif
pemecahan masalah
pengambilan keputusan konsumen adalah sebagai berikut :
mengenai
I
Pengenalan kebutuhan
+
I
Pencarian Inforrnasi
I
Evaluasi Alternatif
+
Hasil
+
Pembelian
Gambar 1. Pengambilan Keputusan konsumen
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Tujuan
kegiatan
usahatani
Salak
Bongkok
adalah
untuk
memperoleh keuntungan. Salah satu ukuran penampilan usehatani adalah
ukuran pendapatan. Pendapatan usahatani Salak Bongkok dapat diukur
berdasarkan pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya
total.
Menurut Mubyarto (1984) pernasaran atau tataniaga merupakan
kegiatan yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dan jasa
dari produsen ke konsumen. Dalam penyarnpaian barang tersebut, dalam
ha1 ini buah Salak Bongkok, diperlukan suatu lembaga perantara yang
berfungsi sebagai penghubung antara petani dan konsumen akhir.
Saluran pemasaran sangat penting terutama dalatn ha1 melihat
tingkat harga pada masing-masing lembaga perantara dan harga jual
komoditas di pasaran. Secara ideal suatu sistem pemasaran harus dapat
memberikan kepuasan kepada produsen (petani Salak Bongkok),
lembaga pemasaran yang terlibat dan konsumen akhir melalui mekanisme
yang efisien dalam pemasaran. Berikut adalah bagan alur kerangka
pemikiran penelitian (Gambar 2).
I
Kqiatan urahatani SaIak Bongl~ok
I
Menghasilkan Produk :
Buah salak
Analisis Usahatani:
Pendapatan
b. Analisis RIC ratio
Analisis Pernasaran :
a. Saluran Pemasaran
b. Lernbaga Pemasaran
c. Preferensi Konsurnen
Deskriptif
Analisis Conjoint
I
Menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi petani
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian
1
IV. METODE PENELlTlAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
'
Penelitian ini dilakukan di Desa Bongkok, Kecamatan Paseh,
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada
kenyataan
bahwa
Kecamatan
Paseh, khususnya
Desa
Bongkok
merupakan sentra produksi Salak Bongkok di Kabupaten Sumedang serta
Kotamadya Bandung karena disinilah paling banyak penjualan dilakukan
dan adanya produk salak dari daerah lain sebagai bahan perbandingan.
Penelitian ini dilakukan dalam waktu dua bulan, yaitu pada bulan
Maret 2001 sampai April 2001. Waktu tersebut digunakan untuk
memperoleh data dan keterangan dari petani produsen, pedagang,
konsumen serta instansi yang terkait.
4.2. Macam dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan
dan wawancara langsung dengan petani, -pedagang serta konsumen
yang dipilih dengan mempergunakan kuesioner.
Data primer yang dikumpulkan meliputi :
1)
ldentitas petani
2)
Luas lahan garapan
3)
Jumlah produksi tiap satuan luas
4)
Biaya produksi total, pendapatan usahatani
5)
ldentitas pedagang
.
6)
Saluran Penjualan
7)
Lembaga pemasaran
8)
Pembelian dan Penjualan oleh pedagang
9)
ldentitas konsumen
10) Preferensi konsumen
11) Atribut penilaian dari konsumen
Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari catatan-catatan yang
terdapat di instansi-instansi yang terkait baik di tingkat desa, kecamatan,
maupun kabupaten. Data sekunder itu meliputi :
1)
Kesesuaian wilayah terhadap komoditas
2)
lklim wilayah, struktur dan topografi (daftar monografi desa)
3)
Luas dan produksi perkebunan di Desa Bongkok
4)
Perkembangan produksi dan harga Salak Bongkok
5)
Kebijaksanaan pengembangan Salak Bongkok
4.3. Metode Pengambilan Sampel
Di tingkat Desa Bongkok diambil contoh dari IPPS (Ikatan Petani
Penjual Salak). Satu IPPS beranggotakan tigapuluh anggl3ta petani dan
juga merangkap sebagai pedagang. Dari tigapuluh petani diambil sepuluh
responden secara sengaja (purposive) yang terdiri dari tujuh orang petani
'
merangkap pedagang dan tiga orang yang hanya bertindak sebagai petani
salak.
Responden konsumen dari tiga jenis salak (Salak Ejongkok, Salak
Manonjaya,
Salak
Pondoh)
adalah
responden
konsumen
yang
mengkonsumsi tiga jenis salak, dipilih kotamadya Bandung dengan alasan
baik Salak Bongkok, Salak Manonjaya maupun Salak Pondoh ketigatiganya dijual di kotamadya Bandung. Lokasi penganibilan contoh
konsumen dilakukan di Kecamatan Margasari, Kecamatan Bojongloa dan
kecamatan Mengger. Pemilihan ketiga lokasi juga didasarkan pada survei
pendahuluan yang tujuannya untuk mengetahui lokasi penjualan dimana
dijual ketiga jenis salak tersebut. Jumlah sampel yang dia~nbilsebanyak
empat puluh lima orang konsumen individu yang pernah rnengkonsumsi
ketiga jenis komoditi tersebut. Cara pengambilan sampel dari ke empat
puluh lima orang tersebut jumlahnya adalah sama, masing-masing lima
belas
orang.
Konsumen
yang
terpilih
semuanya
yang
pernah
mengkonsumsi ketiga jenis salak, karena apabila terambil contoh yang
hanya mengkonsumsi satu atau dua jenis salak, segera digantikan oleh
responden yang lain.
4.4 Metode Analisis Data
4.4.1. Analisis Usahatani
Analisis usahatani yang akan dibahas dalam penelittan ini meliputi
analisis pendapatan dan analisis imbangan penerimaan dan biaya (RIC
ratio). Perhitungan pendapatan dibagi menjadi dua yaitu pendapatan atas
biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.
Perhitungan pendapatan atas biaya tunai secara umum adalah:
Y
= NP - Bt
Y
=
Pendapatan tunai
NP
=
Nilai produksi yang merupakan hasil kali jumlah fisik
produk (buah Salak Bongkok) dengan llarga per kg
ditambah jumlah bibit Cangkokan dikali dengan harga per
pohon.
Bt
=
Biaya tunai
Adapun perhitungan untuk pendapatan atas biaya total adalah sebagai
berikut:
Q
= NP-BT
Q
= Pendapatan total
NP
=
Nilai produksi yang merupakan hasil kali jumlah fisik
produk (buah Salak Bongkok) dengan liarga per kg
ditambah jumlah bibit Cangkokan dikali dengan harga per
pohon
BT
=
Biaya total yang terdiri dari biaya tur~aidan biaya
diperhitungkan.
Untuk mengetahui seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalarn
kegiatan usahatani Salak Bongkok dapat memberikan sejumlah nilai
penerimaan sebagai manfaatnya diukur melalui analisis RIC ratio, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
RIC rasio =
Total Penerirnaan
Total Biaya
4.4.2. Tabulasi Deskriptif
Penggunaan tabulasi deskriptif dilakukan untuk menclapatkan profil
responden secara deskriptif. Penggunaan tabulasi deskriptif ini dilakukan
pada konsumen.
Hasil dari tabulasi deskriptif adalah penggolongan responden
kedalam bentuk informasi umum responden dan informasi khusus
responden. Seperti.nama responden, usia, pekerjaan, pendapatan dan
pendidikan dari responden.
4.4.3. Analisis Konjoin
k
Dalam penelitian ini digunakan analisis konjoin u n t ~ ~mengetahui
atribut-atribut tertentu yang mempunyai keunggulan dari atribut salak
lainnya. Analisis konjoin akan memberikan kemudahan
DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN
USAHATANI DAN DAYA SAING SALAK BONGKOK
ASAL DESA BONGKOK KECAMATAN PA'SEH
KABUPATEN SUMEDANG
OLEH :
AGUNG BUD1 KUNCARA
PROGRAM STUD1 MANAJEMEN AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSlAL EKONOMI PERTPtNIAN
FAKULTAS PERTANlAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001
AGUNG BUD1 KUNCARA. 2001. Analisis Perilaku Konsumen Salak
Bongkok Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Usahatani Dan Daya
Saing Salak Bongkok Asal Desa Bongkok Kecamatan Paseh Kabupaten
Sumedang di bawah bimbingan YAYAH K. WAGIONO.
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu daerah di Propinsi
Jawa Barat yang mengembangkan usaha hortikultura buah-buahan
khususnya salak (Salacca edulis). Usaha salak di Kabupaten Sumedang
dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Salzik lokal yang
dikembangkan di Kabupaten Sumedang adalah Salak Bongkok, nama ini
diberikan sesuai dengan pertama kalinya salak ini ditemukan yaitu di Desa
Bongkok, Kecamatan Paseh, Kabupaten Sumedang yang terletak di
lereng Gunung Tampomas. Salak Bongkok adalah hanya salah satu jenis
salak lokal yang ada di Indonesia, diantara jenis salak lokal yang lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perilaku konsumen
dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian buah Salak
Bongkok, menganalisis faktor-faktor yang menjadi keunggulan dan
kedudukan relatif Salak Bongkok dibandingkan produk sejenis dari sisi
konsumen, menganalisis usahatani sehingga diharapkan dapat
meningkatkan daya saing Salak Bongkok dan meningkatkan pendapatan
usahatani para petani.
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan teknik
pengambilan sampel purposive sampling (pengambilan sampel dengan
cara disengaja). Responden dalam penelitian ini adalah konsumen
individu yang berusia 17 tahun ke atas dengan asumsi bahwa pada
kelompok usia tersebut, konsumen secara individu dapat memberikan
penilaian secara benar dan logis serta dapat membuat keputusan
pembelian sendiri. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 45 orang dan dilakukan di Kotamadaya Bandung serta 10 orang
petani IPPS (Ikatan Petani Penjual Salak) terdiri dari 7 orang pedagang
dan 3 orang petani. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dengan menyebarkan kuesioner yang kemudian diolah dengan
dengan tabulasi deskriptif dan Analisis Konjoin. Juga dilaltukan analisis
usahatani dari data petani.
Hasil kajian terhadap petani didapatkan bahwa usahatani Salak
Bongkok tidak begitu menguntungkan dimana nilai RIC: ratio hanya
sebesar 1,61. Perilaku konsumen terhadap Salak Bongkok didapatkan
hasil bahwa Salak Bongkok sudah dikenal dan dikonsumsi secara luas,
namun tingkat kesetiannya belum tinggi dimana konsumen akan mencari
salak lain bila Salak Bongkok tidak ada. Keunggulan yang diharapkan oleh
konsumen adalah hasil dari analisis konjoin menunjukkan peringkat nilai
relatif penting untuk buah Salak Bongkok adalah: (1) Harga, (2) Rasa, (3)
Daging buah, (4) Warna, ( 5 ) Tampilan, (6) Ukuran, (7) Jumlah biji dan (8)
Bentuk.
Hasil analisis konjoin untuk data gabungan menunjukkan nilai
kegunaan atribut buah Salak Bongkok yang diangggap penting oleh
responden masih belum mengalami pergeseran yang berarti dan masih
sama seperti pola masyarakat umum. Berdasarkan nilai kegunaan
tersebut, buah Salak Bongkok yang disukai oleh responden adalah buah
Salak Bongkok yang memiliki harga murah sampai dengan sedang,
memiliki rasa manis sampai dengan manis masir, warna liitam sampai
dengan coklat kehitaman, daging buah yang tebal, memiliki ukuran dari
yang sedang sampai yang besar, memiliki tampilan yang i:idak bersisik,
memiliki jumlah biji 2 buah, serta yang berbentuk kerucut.
Diantara Salak Bongkok dan Salak Tasikmalaya memiliki
kesamaan dalam ha1 yang disukai pada nilai relatif dimans yang paling
disukai oleh responden adalah: (1) Harga, (2) Rasa, (3) Daging Buah dan
(4) Warna. Sedangkan pada urutan ke 5 terbalik dimana pada Salak
Bongkok Tampilan dahulu baru Ukuran yang lebih besar nilai relatif
pentingnya, sedangkan pada Salak Tasikmalaya adalah Ukuran dahulu
baru disusul oleh Tampilan. Sedangkan Salak Pondoh memiliki kekhasan
tersendiri dimana pada Salak Pondoh yang paling tinggi nilai relatif
pentingnya adalah (1) Rasa, (2) Warna, (3) Harga serta Daging buah pada
posisi keempat.
Dengan mengikuti apa yang menjadi konsumen diharapkan
penjualan akan meningkat dan akan meningkatkan daya saing Salak
Bongkok yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan usahatani
petani Salak Bongkok.
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN SALAK BONGKOK
DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAP.ATAN
USAHATANI DAN DAYA SAlNG SALAK BONGKOK
ASAL DESA BONGKOK KECAMATAN PASEH
KABUPATEN SUMEDANG
OLEH :
AGUNGBUDIKUNCARA
A07497052
SKRlPSl
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada
PROGRAM STUD1 MANAJEMEN AGRIBISNIS
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh :
Nama
: AGUNG BUD1 KUNCARA
NRP
: A 07497052
Program Studi
: AGRIBISNIS
Judul
:ANALISIS
PERILAKU
BONGKOK
DALAM
KONSUMEN
RANGKA
SALAK
PENINGKATAN
PENDAPATAN USAHATANI DAN DAYA SAlNG
SALAK
BONGKOK
ASAL
DESA
BONGKOK
KECAMATAN PASEH KABUPATEN SUMEDANG
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2001
Menyetujui
Dosen Pembimbing
aqiono, ME?
NIP. 130 350 044
K
Tanggal Kelulusan : 9 Agustus 2001
Sosial Ekonomi Pertanian
PERNYATAAN
DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKFZIPSI YANG
BERJUDUL zLANALISISPERILAKU KONSUMEN SALAK BONGKOK
DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI DAN
DAYA
SAlNG
SALAK
BONGKOK
ASAL
DESA
KECAMATAN PASEH KABUPATEN SUMEDANG"
MERUPAKAN
KARYA
SAYA
SENDlRl
DAN
BONGKOK
BEI'JAR-BENAR
BELUlVl PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU F'ERGURUAN
TlNGGl ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Agustus 2001
Agung Budi Kuncara
A 07497052
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 8 Juli 1979, sebagai
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Rochdiat, SE dan Tati
Suminar. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD 02 Cipinang
Muara, Jakarta Timur pada tahun 1991. Kemudian pada tahun yang sama
memasuki jenjang sekolah di SMP 52 Jakarta Timur dan tamat pada tahun
1994. Selanjutnya penulis memasuki jenjang sekolah menengah atas di
SMUN 54 jurusan IPA dan tamat pada tahun 1997.
Melalui jalur Penelusuran Minat Dan Kemampuan (IJMDK), pada
tahun 1997 penulis diterima di lnstitut Pertanian Bogor, Jurusan llmu-llmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis. Semasa Kuliah
penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmullmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA), anggota Perhimpunan
Mahasiswa Pertanian lnternasional (IAAS), serta asisten Kewirausahaan
pada tahun ajaran 2000 12001.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan hidayat-Nya, sehingga karya ini dapat tersusun.Skripsi yang
berjudul " Analisis Perilaku Konsumen Salak Bongkok Dalam Rangka
Peningkatan Pendapatan Usahatani Dan Daya Saing Salak Bongkok Asal
Desa Bongkok Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang " ditulis dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
'
Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Jurusan Ilmu-llmu Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor.
Untuk menguasai dan bisa bersaing di bidang hortikultura harus
diketahui dahulu criteria apa saja yang sangat diinginkan oleh konsumen,
termasuk salah satunya adalah komoditi salak yang merupakan komoditi
asli Indonesia. Untuk itu dibutuhkan studi tentang criteria dan atribut yang
diinginkan oleh konsumen, menyebabkan penulis mencoba untuk
menganalisis perilaku konsumen terhadap buah salak tersebut.
Penulis senantiasa mengharapkan masukan dan saran yang dapat
menambah kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat
baik bagi pembaca dan peneliti lain yang akan melanjutkan dan
menyempurnakan penelitian ini.
Bogor, Agustus 2001
Pt?nulis
UCAPAN TERIMA KASlH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima ltasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
I.Ir. Yayah K Wagiono, MEc sebagai dosen pembimbing, yang telah
dengan sabar memberikan bimbingan serta masukan, arahan, dan
petunjuk selama penulisan skripsi ini.
2. Ir. Mimin Aminah,, MM yang telah bersedia menjadi dosen penguji
utama.
3. Ir. Budi Purwanto yang telah bersedia menjadi dosen penguji komdik.
4. Ir. Netti Tinaprilla, MM yang telah bersedia menjadi dosen moderator
seminar.
5. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis dalam berbagai bidang akademik.
6. Mas Deden yang telah membantu dalam pengolahan data.
7. H. Amin, Keluarga Bapak Mamat serta para petani di Desa Bongkok
yang bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan perlulis semasa
penelitian.
8. Papah, Mamah, Aa Handa (Teh Lia), Aa Yadi (Teh Dwi) atas segala
kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan baik moril maupun
materil.
9. Irma Hayani atas segala kesabaran, pengertian dan kasih sayangnya.
10. Himawan, Ahmad Hariri dan teman-teman DC 8 atas segala dukungan
dan persahabatan selama ini.
11.Teman-teman agribisnis angkatan 34 atas segala kenangan kuliah.
12.Teman-teman di Program Ekstensi Manajemen Agribisnis atas
pengalaman yang telah diberikan.
13.Teman-teman di PKBT (Teh Rike, Mabak Sulis dan Mbak Eri) atas
segala bantuan selama ini.
DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR IS1....................................................................... i
UCAPAN TERIMA KASIH................................................
ii
DAFTAR IS1.......................................................................
iii
DAFTAR TABEL .................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................viii
BABIPENDAHULUAN........................................................1
1. 1. Latar Belakang......................................................
1
1.2. ldentifikasi masalah .........................................
3
1.3. Perurnusan Masalah .............................................. 4
1.4. Tujuan Penelitian...................................................
5
1.5. Kegunaan Penelitian.............................................. 5
BAB II GAMBARAN UMUM SALAK ......................................... 6
2.1. Deskripsi Biologi................................................... 6
2.1. 1. Akar ....................................................... 6
2.1.2. Batang....................................................
6
2.1.3.Daun ......................................................6
2.1.4. Bunga..................................................... 6
2.1.5. Buah dan Biji........................................... 7
2.2. Species dan Kultivar..............................................8
2.3. Syarat Tumbuh dan Derah Potensial Pengembangan... 8
2.3.1. Syarat Tumbuh ......................................... 8
2.3.2. Daerah Potensial Pengembangan...............
10
2.4. Manfaat Salak ..................................................... 11
2.5. Standar Salak ......................................................12
2.6. Penelitian Terdahulu .............................................12
BAB Ill KERANGKA PEMIKIRAN.......................................
16
3.1. Kerangka Teoritis ................................................ 16
3.1.1. Usahatani.............................................. 16
3.1.2. Pemasaran............................................. 18
3.1.2.1. Saluran dan Lembaga Pernasaran...... 19
3.1.3. Perilaku Konsumen .................................. 20
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..............
....
..... 22
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................. 25
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian .................................25
4.2. Macam dan Sumber Data ......................................25
..
4.3. Metoda Pengambilan Sampel ..................
.....
26
4.3. Metode Analisis Data...........................................27
4.4.1. Analisis Usahatani .................................... 27
4.4.2. Tabulasi Deskriptif.................................... 29
4.4.3. Analisis Konjoin.....................................
29
4.4.3.1. Model Analisis Konjoin................... 30
4.4.3.2. Bentuk Input Data Analisis Konjoin..
31
BAB V HASlL DAN PEMBAHASAN....................................... 35
5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian......................... 35
5.1 .1. Keadaan Umum Kabupaten Sumedang ......... 35
5.1.2. Keadaan Umum Kotamadya Bandung.......... 37
5.2. Saluran Distribusi dan Lembaga Pemasaran.............. 38
................ 41
5.3. Analisis Pendapatan Usahatani...........
.
5.3.1. Pengeluaran Usahatani............................ 42
......
5.3.2. Penerimaan Usahatani............
........ 43
44
5.3.3. Pendapatan Usahatani...........................
5.4. Tabulasi Deskriptif.............................................. 45
5.4.1. ldentitas Umum Responden.....................
45
5.4.2. Analisis Perilaku Konsumen dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pembelian Salak Bongkok.......................
48
5.4.3. lnformasi Khusus................................... 53
5.5. Hasil Analisis Konjoin..............
.
.
.
.................
56
5.5.1. Hasil Analisis Konjoin Salak Bongkok.........
56
5.5.2. Hasil Analisis Konjoin Salak Tasikmalaya ....
57
5.5.3. Hasil Analisis Konjoin Salak Pondoh...........
59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .....................................
6.1. Kesimpulan .......................................................
6.1.1. Analisis Usahatani..................................
6.1.2. Saluran Distribusi dan Lembaga Pemasaran...
6.1.3. Perilaku Konsumen...................................
6.1.3.1. Tabulasi Deskriptif.........................
6.1.3.2. Analisis Konjoin ............................
6.2. Saran ................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................
LAMPIRAN............
..
..
. ..
..
...........................................
DAFTAR TABEL
H iilaman
Teks
Data Pohon dan Produksi Salak Bongkok
di dua Kecamatan Penghasil Terbesar
di Kabupaten Sumedang ....................
.
........
Sentra-Sentra Produksi Salak di Indonesia.. . ...
Keadaan Luas Tanaman dan Produktivitas
Salak di Kecamatan Paseh Tahun 1999..............
Jumlah Penduduk Kabupaten Sumedang Th.2001..
Penggolongan Jumlah Penduduk Kotamadya
Bandung Yang Bekerja......
. .......
.....
.......
Analisis Usahatani Umur Tanam > I 0 Th ......... ...
Penerimaan Usahatani Salak Bongkok Umur
Tanaman > 10 Tahun.. .... . .... . ..... ............ .......
Analisis Usahatani Salak Bongkok Umur
Tanaman > 10 Tahun ........................... ... ......
Keragaan Responden Berdasarkan Jenis Kelarnin...
Keragaan Responden Berdasarkan Usia... ...... ......
Keragaan Responden Berdasarkan Pekerjaan.. . . .... .
Keragaan Responden Berdasarkan Pendidikan. ..... .
Keragaan Responden Berdasarkan Pengeluaran
Untuk Makan dan Minum Sebulan .....................
Keragaan Responden Berdasarkan Pengalaman
Konsumsi Salak ........................ ..................
Keragaan Responden Berdasarkan Alasan
Konsumsi Salak ...........................................
Keragaan Responden Berdasarkan Jumlah
Pembelian Salak Per 6 Bulan...........................
Keragaan Responden Berdasarkan Pengeluaran
Untuk Sekali Pembelian Salak ...............
.....
Keragaan Responden Berdasarkan Pandangari
Makan Salak Buat Sulit Buang Air Besar..............
52
Keragaan Responden Berdasarkan Jawaban Tidak ... 53
Keragaan Responden Berdasarkan Tempat Beli Salak 52
Keragaan Responden Berdasarkan Pengenalan
Terhadap Salak Bongkok.......................
......
54
Keragaan Responden Berdasarkan Alasan
Tertarik Pada Salak Bongkok............................
54
Keragaan Responden Berdasarkan Jumlah
Pembelian Salak Bongkok Sekali Beli..................
55
Keragaan Responden Berdasarkan Kesetian
Terhadap Salak Bongkok.................................
Lampiran
56
Halaman
Komposisi Kimia Daging buah Salak, Nenas dan
Apel dalam Setiap 100 gram .........................
68
Analisis Usahatani Salak Pondoh Berdasarkan
Umur Tanam > 10 Tahun, 2000/2001 .............
69
Hasil Analisis Konjoin Data Gabungan : Nilai
Relatif Penting Atribut Salak Bongkok............
70
Hasil Analisis Konjoin Data Gabungan : Nilai
Kegunaan Atribut Salak Bongkok..................
70
Hasil Analisis Konjoin Data Gabungan : Nilai
Relatif Penting Atribut Salak Tasikmalaya.......
71
Hasil Analisis Konjoin Data Gabungan : Nilai
Kegunaan Atribut Salak Tasikmalaya............
71
Hasil Analisis Konjoion Data Gabungan : Nilai
Relatif Penting Atribut Salak Pondoh............
72
Hasil Analisis Konjoin Data Gabungan : Nilai
Kegunaan Atribut Salak Pondoh..................
72
DAFTAR GAMBAR
No
Teks
Halaman
1
Pengambilan Keputusan Konsumen............
....
22
2
Alur Kerangka Pemikiran Penelitian ........................
24
3
Nilai Atribut Penting Salak Bongkok........................
57
4
Nilai Atribut Penting Salak Tasikmalaya ...................
59
5
Nilai Atribut Penting Salak Pondoh.......................
60
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh
sebab itu pembangunan yang dilaksanakan di sektor ini diherapkan dapat
meningkatkan perekonomian Indonesia. Tujuan pernbangunan bidang
pertanian selain untuk meningkatkan produksi juga menir~gkatkantaraf
hidup petani, memperluas lapangan kerja di sektor peltanian dalam
rangka
pemerataan
pendapatan,
meningkatkan
ekspor
sekaligus
mengurangi impor hasil pertanian, rnendukung pembangunan industri
serta memanfaatkan dan memelihara kelestarian sumberdaya alam serta
memelihara dan memperbaiki lingkungan hidup.
Termasuk dalam pembangunan pertanian adalah pe~nbangunandi
bidang hortikultura, dimana pembenahan dalam bidang ini baru dilakukan
pada awal PELITA V. Hal ini disebabkan perhatian pemerintah yang
sangat besar terhadap padi dan palawija sebagai kolmoditas yang
diarahkan untuk menciptakan kondisi swasembada. Dengan demikian
segala fasilitas dan maupun kebijaksanaan diarahkan untuk tujuan
tersebut.
Komoditas hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran dan
tanaman hias. Mengingat jenis komoditas hortikultura yang sangat
banyak, maka pemilihan prioritas pengembangan didasarkan pada
pertimbangan yang mantap. Pertimbangan tersebut menurut Wardhani
(1993) diantaranya adalah:
1) Dapat meningkatkan pendapatan petani
2) Mernpunyai nilai gizi tinggi
3) Mempunyai prospek pasar yang baik
4) Dapat menyerap tenaga kerja
5) Dapat rnenambah devisa negara
Komoditas salak (Salacca edulis) merupakan salah satu tanaman
yang cocok untuk dikembangkan di Indonesia, menurut Widji (1999),
petani salak urnumnya dapat hidup layak dari usahataninya. Hal ini
disebabkan oleh : (1) Menanam salak sangat mudah dan tidak perlu
perawatan khusus yang rumit, (2) Hama penyakit relatif lidak ada dan
(3) Buah salak mempunyai umur yang relatif panjang sehingga dapat
memberikan hasil dalam jangka waktu yang lama. ltulah yang mendasari
pemerintah untuk menetapkan salak sebagai buah unggulan nasional.
Salak merupakan buah yang banyak mengandung berbagai zat
yang dibutuhkan oleh tubuh. Apabila dibandingkan dengan lbuah ape1 dan
nenas, salak mempunyai kandungan energi, protein, karbohidrat, kalsium,
fosfor dan besi yang lebih besar (Tabel Lampiran 1). Selain itu salak tidak
mengandung lemak.
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu daer,ah di propinsi
Jawa Barat yang merupakan daerah yang giat mengembangkan usaha
hortikultura buah-buahan khususnya salak. Usaha salak di Kabupaten
Sumedang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Salak
lokal yang dikembangkan di Kabupaten Sumedang adalah Salak
Bongkok. Dinamakan Salak Bongkok karena pertama kali ditemukan salak
ini di temukan di desa Bongkok yang terletak di lereng Gunung
Tampomas. Sehingga dengan kondisi tanah yang subur, kualitas salak
yang dihasilkan akan bermutu baik. Salak Bongkok mulai di budidayakan
sebelum tahun 1960.
1.2.ldentifikasi Masalah
Produksi Salak Bongkok di daerah
Kabupaten Sumedang
khususnya di Kecamatan Paseh yang merupakan sentra produksi Salak
Bongkok adalah terbesar kedua penghasil produksi salak di Propinsi Jawa
Barat setelah Kabupaten Tasikmalaya. Salak Bongkok mengalami
kejayaan pada tahun 1989 yang kemudian mulai dilupakan orang. Untuk
Seluruh Indonesia, Propinsi Jawa Barat menempati tempai. ketiga dalam
. ha1 jumlah produksi. Pada tahun 1998 Jawa Barat menghasilkan salak
sebanyak 47.974 ton, dibawah Sumatera Utara sebanyak 125.244 ton dan
Jawa Tengah sebanyak 80.062 ton. Pada tahun 19951 Jawa Barat
menghasilkan salak 51.731 ton, dibawah Sumatera Utara sebanyak
164.525 ton dan Jawa Tengah sebanyak 86.412 ton. Tetapi untuk wilayah
Kecamatan Paseh pada tahun 1999 dan 2000 yang lalu, mulai
menampakkan tanda penurunan. Yaitu pada segi jumlah pohon tidak
mengalami peningkatan dari tahun 1999 sebanyak 180.608 pohon dan
pada tahun 2000 tetap sebanyak 180.608 pohon, dengan jclmlah produksi
yang menurun yaitu pada tahun 1999 sebanyak 20.751 kuintal menjadi
19.724 kuintal pada tahun 2000. Seperti ditampilkan pada Tabel 1.-
Tabel I.Data Pohon dan Produksi Salak Bongkok d i dua kecamatan
penghasil terbesar di Kabupaten Sumedang
I Kecamatan I
Paseh
Conggeang
Pohon
'
1999
180.608
2000
180.608
1.026.007
1.028.045
~
r
20.751
o
d
u
.
E
l
19.108
Ig9
19.724
31.295
Sumber :Laporan Tahunan Dinas Tanaman Pangan dar~ Hortikultura,
Kabupaten Sumedang. Tahun 1999 dan 2000.
Bila ditinjau dari sisi konsumen Salak Bongkok, maka pasar
pengiriman Salak Bongkok selain wilayah Sumedang sendiri adalah ke
wilayah Bandung, Cirebon, dan lndramayu. Untuk daerah Bandung
permintaan setiap satu
minggu sekali masih tinggi, tetapi baru bisa
dipenuhi sekitar tiga kuintal per minggunya.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan ha1 tersebut di atas maka perumusan nasala ah yang
dikemukakan adalah sebagai berikut :
1.
Apakah usahatani Salak Bongkok dengan tingkat hirga sekarang
kurang menguntungkan bagi petani sehingga Salak Bongkok kurang
berkembang ?
2.
Bagaimanakah preferensi konsumen terhadap Salak Bongkok,
Salak Manonjaya (Tasikmalaya) dan Salak Pondoh untuk melihat
apakah Salak Bongkok dapat bersaing di pasar konsurnen ?
3.
Apa
upaya-upaya
yang
masih
mengembangkan Salak Bongkok ?
mungkin
r
dilaltukan
untuk
]
1.4.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis usahatani Salak Bongkok.
2. Mengidentifikasi pola pemasaran Salak Bongkok di senti-;?,
produsen.
3. Mengetahui preferensi konsumen di tingkat lembaga (swalayan atau
pedagang) terhadap atribut-atribut dari Salak Bongkok.
1.5.
Kegunaan Penelitian
Pada akhirnya diharapkan penelitian ini akan berguna bagi :
1. Para petani produsen Salak Bongkok tentang pendapsitan usahatani
salak.
2. Para pedagang Salak Bongkok untuk meningkatkan pangsa pasarnya.
3. Pemerintah Daerah Kecamatan Paseh, Kabupaten Surnedang, Jawa
Barat sebagai bahan pertimbangan dalam menentultan kebijakan
pembangunan.
4. Para peneliti selanjutnya.
II. GAMBARAN UMUM SALAK
2.1.
Deskripsi Biologi
2.1.1. Akar
Tanaman salak berakar serabut, menjalar mendatar tidak jauh dari
permukaan tanah. Pada saat akar yang lama sudah berkurang fungsinya
maka akar baru akan tumbuh dan muncul di permukaan tanah.
2.1.2. Batang
Batang tanaman salak pendek, dan hampir tidak kelihatan karena
ruas-ruasnya padat dan tertutup oleh pelepah daun yang tertutup rapat.
Pada tanaman yang sudah tua batang akan melata ke samping dan dapat
bertunas. Tunas baru ini dapat digunakan sebagai bahan tarlaman.
2.1.3. Daun
Daun tersusun roset, pelepah bersirip terputus-putu:j dan panjang
berkisar antara 2,5-7m. Bentuk daun seperti pedang, pangkal daun
menyempit dan cembung. Bagian bawah pelepah daun berduri tajam
demikian pula pada bagian tepi tangkai daun. Tergantung varietasnya
besar ukuran daun berbeda-beda, warna daun pada perrnukaan bagian
atas hijau dan permukaan bagian bawah hijau putih keperakan.
2.1.4. Bunga
Tanaman salak termasuk tanaman berumah dua, bur~gajantan dan
bunga betina masing-masing terdapat pada tanaman yang berlainan.
Bunga betina tanaman salak hanya mempunyai putik umumnya berukuran
kecil dan tumbuh rapat menjadi satu rangkaian di punggung ketiak daun.
Waktu bunga masih muda dilindungi seludang bunga berbentuk bulat
lonjong seperti perahu. Bunga berbentuk radial simetris, mempunyai tiga
daun kelopak dan tiga daun mahkota. Bunga tersusun atac; dua kuntum,
yaitu kuntum bunga besar dan kunturn bunga kecil. Keduanya bersatu
dalam satu dasar kelopak bunga yang memiliki satu putik clan satu bakal
biji. Adapun bunga jantan bentuknya agak bulat mempunyai mahkota dan
mata tunas pada tangkai. Tandan bunga terdiri 1-3 malai. Satu malai
mengandung 10-20 bakal buah. Panjang bunga secara keseluruhan
antara 20-30 cm, panjang malai 7-10 cm mekar selama 1-3 liari.
2.1.5. Buah dan Biji
Buah salak umumya berbentuk bulat telur atau buliit telur terbalik
dengan bagian ujung runcing dan bertangkai rapat dalam tandan buah
yang muncui dari ketiak pelepah daun. Tandan buah dapat bercabang 1-2
cabang. Tiap pohon dapat rnenghasiikan 1-5 tandan dan tiap tandan
terdiri dari 10-25 buah.
Kulit buah tersusun seperti sisik berwarna kehitaman. Daging buah
berwarna putih kekuningan, kuning kecoklatan atau rnerah tergantung
varietas. Kulit buah sangat tipis sekitar 0,3 mm. Rasanya manis, manis
agak asam, manis agak sepet atau rnanis bercampur asam dan sepet.
2.2. Species dan Kultivar
Berdasar klasifikasi botani sistematik tanaman salak sebagai
berikut :
Divisio
: Spermatophyfa
Klas
: Angiospermae
Sub Klas
: Monocotyledonae
Familia
: Palmales
. Genus
: Salacca
Species
: Salacca edulis Reinw
2.3. Syarat Tumbuh dan Daerah Potensial Pengembangi~
2.3.1. Syarat Tumbuh
Untuk mengusahakan tanaman salak sebenarnya tidak sukar,
karena tanaman ini tahan terhadap kekeringan, mudah hidup disegala.
jenis tanah, mudah pemeliharaannyadan mempunyai nilai c?konomisyang
tinggi bila sudah membuahkan hasil. Tanaman salak dapat .tumbuh baik di
dataran rendah dari ketinggian 200 m dpl (di atas permukaan laut) sampai
ketinggian 700 m dpl. Curah hujan yang merata 200-400 mmlbulan dapat
menghasilkan panenan yang baik. Salak memang menghendaki iklim
basah tetapi dapat juga
ditanam di daerah kering asal cukup
pengairannya. Salak merupakan tanaman berakar .serabut dan tidak
panjang sehingga memerlukan air tanah yang dangkal. Apabila daerah
penanamannya mempunyai air tanah yang dalam, konsekuensinya harus
'
mampu mengelola sistem dan pola pengairan sebaik nlungkin. Salak
dapat ditanam pada sembarang jenis tanah, terutama pada daerah yang
subur, gembur dan banyak mengandung bahan organis (Saritoso, 1990).
Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari langsung yang
akan mengakibatkan daunnya menjadi kekuning-kuningan dan bagian
pucuknya mengering. Tanaman ini membutuhkan interwitas cahaya
matahari sekitar 30-70%, oleh karena itu dibutuhkan pohon pelindung
yang diusahakan sebelumnya. Sebagai pohon pelindung dapat dipilih
pohon-pohon yang tinggi seperti : kelapa (Cocos nucifera L), duku
(Lansium domesticum Correa), Lamtoro (Leucanea glauca Auct), nangka
(Artocarpus integra Merr), atau kenanga (Canangium ocloratum Baill).
Semua pohon pelindung tersebut juga dapat berfungsi sebagai sumber
pendapatan yang cukup berarti. Sedangkan derajat keasanian tanah (pH)
yang dikehendaki sekitar 6-7 dengan kandungan humus tiriggi (Santoso,
1990).
Suhu juga merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Salak akan tumbuh secara optim~~m
pada suhu
20-30 derajat celcius. Suhu yang lebih rendah dari 20 derajat Celcius.
Suhu yang lebih rendah dari 20 derajat Celcius umumnya rnernperlambat
pembungaan salak, dan sebaliknya suhu yang terlampau tinggi
berpengaruh buruk terhadap perkembangan buah dan biji. Kenyataannya,
selama ini belum ada penelitian yang rnengaitkan pengaruh ketinggian
tempat maupun suhu terhadap hasil salak, karena tanaman ini tetap dapat
ditanam mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl
(Santoso, 1990).
Salak dapat tumbuh baik pada daerah-daerah bertipe hujan A, B
dan C berdasarkan sistem Schmidt dan Ferguson. Akan tetz~pi,khususnya
pada daerah beriklim tipe A, tidak dikehendaki curah hujan yang terlalu
tinggi. Andaikata curah hujannya sedikit atau musim kemaraunya
berkepanjangan, tanaman salak akan menjadi kurang produktif karena
'
pertumbuhan anakannya hanya, sedikit. Sebaliknya, curah hujan yang
terlalu tinggi justru menurunkan produksi buah, karena banyak bunga
yang busuk dan rontok.
Musim panen salak dapat dipilah menjadi 3 periode, yaitu :
*
Panen raya
: November- Januari
Panen sedang
: Mei- Juli
Panen kecil
: Februari- April
Tetapi apabila penyerbukan dibantu dengan penyerbukan yang dilakukan
oleh manusia seperti pada Salak Pondoh, maka akan dapat diperoleh
panen susulan yang akan jatuh pada sekitar bulan Agustus- Oktober.
2.3.2. Daerah Potensial Pengembangan
Daerah
lndonesia
pada
umumnya
cocok
untuk
dilakukan
pengembangan usaha salak baik dari segi jenis tanah, suhu dan curah
hujan. Beberapa contoh di tabel 2 ini adalah daerah potensial salak yang
telah menjadi sentra produksi salak di lndonesia.
Tabel 2. Sentra-sentra Produksi Salak di Indonesia
Sentra Produksi
Propinsi
Sumatera Utara
Padangsidempuan
DKI Jakarta
Condet
Jawa Barat
Serang,
Sumedang,
Bogor,
Tasikmalaya,
Batujajar
Magelang, Ambarawa,
Jawa Tengah
Purworejo, Purbalingga, Banjarnegara
Dl Yogyakarta
.
Sleman
Jawa Timur
Bangkalan, Pasuruan, Malang
Bali
Karangasem
Sulawesi Selatan
Enrekang
Sumber : T. Sudaryono dan PER. Prahardini; Teknologi Produksi Salak.
1995
2.4. Manfaat Salak
Salak merupakan buah yang banyak mengandung berbagai zat
yang dibutuhkan oleh tubuh. Apabila dibandingkan dengan buah ape1 dan
nenas, salak mempunyai kandungan energi, protein, karbohidrat, kalsium,
. fosfor dan besi yang lebih besar (Lampiran Tabel 1). Selain itu salak tidak
mengandung lemak.
Selain itu salak juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran
asinan, manisan basah, manisan kering. Buah salak dapat climakan segar,
maupun sebagai produk olahan atau awetan. Buah salak produk awetan
selain manisan bisa juga dibuat wajik dan dodol. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pembusukan buah.
2.5. Standar Salak
Di Indonesia telah memiliki standar salak (SNI 01-3167-1992) yang
disusun berdasarkan pada karakteristik buah meliputi keseragaman
varietas, tingkat ketuaan, kekerasan buah, kerusakan kulit buah, ukuran,
jumlah buah busuk dan kebersihannya. Menurut standar ini, buah salak
dikelompokkan dalam 2 kelas mutu yaitu Mutu I dan Mutu II. Masingmasing kelas mutu terbagi ke dalam 3 ukuran berat per buah yaitu Besar
(> 61 gram), ukuran Sedang (33-60 gram) dan ukuran Kecil (< 32 gram).
Kelompok Mutu I apabila seragam (varietas) tua tapi tidak taarlalu matang,
teksturnya keras, kulit buah utuh, ukuran seragam dan bebas dari kotoran.
Sedang Mutu II, ukuran boleh kurang seragam dan kulit builh kurang utuh
dan tekstur cukup keras. Sejauh ini, standar ini salak dan umumnya dan
umumnya standar komoditas hortikultura belum banyak diterapkan.
Pemasaran buah salak di Indonesia saat ini belum mengikuti standar yang
ada, meskipun pelaku pemasaran sudah mengetahui bahwa keuntungan
akan diperoleh dengan menerapkan grading karena dapat memperoleh
harga jual
yang
tinggi
dan
keseragaman ukuran
memudahkan
penyusunan dalam peti pengepakan. Pelaku penanganan pascapanen
. yang didominasi oleh pedagang menerapkan cara penggolongan sendiri,
dan cara ini berbeda pada setiap sentra produksi.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian Sulistyorini (1995) menganalisis keunggulan kompetitif
dari segi atribut fisik buah ape1 impor dan ape1 lokal, dan melakukan
aplikasi
test
organoleptik
dan
korespondensi.
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa hanya sedikit konsumen yang betul-betul memahami
perbedaan
antara jenis
apel. Sebagian
konsumen hanya dapat
rnembedakan kriteria lokal dan impor saja. Atribut ape1 yang cenderung
diinginkan konsumen yaitu: memiliki ukuran buah yang relatif besar dan
seragam, benvarna cerah, kulit luarnya bersih serta beraroma tajam.
Sedangkan atribut rasa, kekerasan, dan derajat kematangan cenderung
relatif bagi konsumen.
Penelitian Martias (1997) mengenai preferensi konsumen dan
perilaku konsumsi buah-buahan pada masyarakat kelas atas. Dengan
menggunakan metode analisis diskriminan diketahui bahwi3 atribut salak
yang cenderung diinginkan konsumen kelas atas yaitu: bunh salak yang
mempunyai rasa manis, daging buah tebal dan keras, kulit buah bersih.
Salak Pondoh memiliki keunggulan dari atribut rasa yang manis meskipun
belum tua. Sedangkan Salak Bali memiliki keunggulan dari atribut ukuran
buah relatif besar, daging buah relatif tebal dan keras, serta kulit relatif
bersih. Hal ini disebabkan karena Salak Bali mempunyai sisik buah yang
lebih kecil, pendek, dan rapat dibandingkan dengan Salak Pondoh.
Atribut buah mangga yang cenderung diinginkan konsumen yaitu
buah mangga yang mempunyai rasa manis, ukuran besar, kulit bersih,
daging buah cenderung keras, dan derajat kematangan cenderung
mentah. Mangga Arumanis memiliki keunggulan dari atribut rasa, kulit
buah yang relatif bersih, dan ukuran buah yang relatif besar. Sedangkan
Mangga Manalagi memiliki keunggulan dari atribut dagirg buah yang
cenderung keras dan derajat kematangan yang cenderung rrientah.
Penelitian Sianturi (1997) dengan menggunakan m2tode analisis
konjoin menunjukkan urutan peringkat nilai relatif penting atribut buah ape1
'
adalah (a) rasa (b) ukuran (c) warna (d) karakter buah. Sedangkan taraf
atribut yang paling disukai adalah ape1 warna merah berasa manis, dan
daging buah berkarakter keras. Ukuran buah ape1 yang paling disukai
adalah ape1 berukuran sedang
(7-8 buahlkg).
Konsumen masih
berperilaku "impor minded", karena dalam benak mereka ape1 impor saat
ini masih lebih baik mutunya dan selalu tersedia bila dibutuhltan.
Penelitian Afifah (2000) dengan menggunakan metode analisis
konjoin menunjukkan urutan peringkat nilai relatif penting atribut buahbuahan seperti Jeruk, pepaya, pisang, ape1 dan buah loltal adalah (a)
derajat kematangan (b) ukuran (c) rasa (d) warna dan (e) kebersihan kulit.
Responden dalam semua golongan pendapatan lebih menyukai
buah lokal daripada buah impor karena harganya relatif lebih murah.
Sedangkan faktor gizi bukan menjadi pertimbangan utama untuk
menentukkan jenis
buah impor atau buah lokal karena mereka
beranggapan bahwa nilai gizi yang terkandung dalam buah lokal rnaupun
buah impor tidak berbeda. Tidak ada responden yang menilai kualitas
atau atribut fisik buah lokal lebih baik daripada buah impor.
Jeruk, pepaya, pisang, ape1 dan buah lokal musiman adalah jenis buah
yang sering dihidangkan dalam keluarga, karena rasanya enak dan
banyak dijumpai di pasaran. Seandainya semua jenis buah dapat tersedia
secara terus menerus maka responden akan tetap memilih jeruk dan
pisang sebagai buah yang sering dihidangkan. Jika kondisi pasar untuk
semua jenis buah tidak bersifat musiman, beberapa jenis buah yang
biasanya hanya dapat dijumpai ketika musim buah berlangsung seperti
rambutan dan mangga mengalami peningkatan jumlah kor~sumsisecara
relatif terhadap jenis-jenis buah lain.
Ill. KERANGKA PEMlKlRAN
3.1. Kerangka Teoritis
3.1.1. Usahatani
Usahatani adalah organisasi dari alam, tenaga kerja, modal dan
manajemen yang ditujukan pada produksi dilapangan pertanian. Pada
dasarnya unsur-unsur pokok usahatani terdiri atas lahan, tenaga kerja,
modal dan manajemen. Keempat unsur tersebut memp~~nyai
peranan
yang cukup penting dalam kegiatan usahatani (Soekartawai, ef all, 1986).
Menurut Soekartawi, et all (1986), umumnya ciri-ciri usahatani yang ada
di Indonesia antara lain memiliki lahan sempit, modal relatif kecil, tingkat
pengetahuan terbatas dan kurang dinamik sehinggga berakibat pada
rendahnya pendapatan usahatani.
Menurut Soekartawi (1986), tujuan dari setiap petani dalam
menjalankan
usahataninya berbeda-beda. Apabila
mnif
usahatani
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik dengan melalui atau
tanpa melalui peredaran uang, maka usahatani yang dernikian disebut
pencukup kebutuhan keluarga (subsistence farm). Bila motif berusahatani
didorong oleh keinginan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya,
maka usahatani yang demikian disebut usahatani komersial (commercial
farm). Usahatani yang baik adalah usahatani yang bersifat produktif dan
efisien yaitu mempunyai produktivitas yang tinggi dan bersifat kontinyu
(Mubyarto, 1984).
Keberhasilan dalam mengelola usahataninya dapat diukur melalui
besarnya pendapatan yang diterima dari usahataninya. Pendapatan
usahatani merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dari
kegiatan usahatani dan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usatani
(Soekartawi,
et
all,
1986).
Pendapatan
usahatani dapat
diukur
berdasarkan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya
total. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) dihitung dari selisih
antara penerimaan tunai dengan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai
'
usahatani merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan
uang tunai.
Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai
nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, pengeluaran
tunai (farm payment) didefitiisikan sabagai jumlah biaya yarig dikeluarkan
untuk pembelian barang dan jasa usahatani. Penerimaan tilnai usahatani
tidak mencakup pinjaman uang wntuk keperluan usahatani demikian pula
pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah
pinjaman pokok. Penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani tidak
mencakup yang berbentuk benda, jadi nilai produk usahatani
yang
dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani dan nilai
kerja yang dibayar dengan benda tidak dihitung sebagai pengeluaran
tunai usahatani (Soekartawi, et all, 1986).
Pendapatan total usahatani (total farm income) merupakan selisih
antara penerimaan total dengan
pengeluaran total. Perierimaan total
usahatani (total farm revenue) adalah penerimaan dari semua sumber
usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, r~ilaipenjualan
hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga. Pengeluaran total
usahatani (total farm expensive) adalah semua biaya-biaya operasional
dengan tanpa menghitung bunga dari modal usahatani dan riilai kerja dari
pengelola usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai,
penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris dan nilai tenaga
kerja yang tidak dibayar atau tenaga kerja keluarga.
Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun
pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisi:; pendapatan,
yaitu menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usahatani dan
keadaan yang akan datang dari suatu perencanaan atau tindakan.
Analisis pendapatan dapat memberikan bantuan untuk mengukur berhasil
atau tidaknya suatu kegiatan.
Menurut Soekartawi (1986), pendapatan selain diukur dengan nilai
mutlak juga diukur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah
penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio).
Analisis RIC rasio digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari
suatu cabang usahatani dengan cabang usahatani lair1 berdasarkan
perhitungan finansial. Dalam analisis RIC rasio akan diuji seberapa jauh
nilai rupiah yang dipakai dalam
kegiatan cabang usahatani yang
bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerilnaan sebagai
manfaatnya.
3.1 -2. Pernasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang mana irldividu-individu
dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk
yang bernilai (Kotler, 2000). Titik tolak disiplin pemasaran terletak pada
kebutuhan dan keinginan manusia. Adanya kebutuhan dan keinginan
manusia menimbulkan permintaan terhadap produk tertentu yang
didukung oleh kemampuan membeli. Produk tersebut diciptakan untuk
memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia sehingga timbul proses
pertukaran untuk memperoleh produk yang dinginkan atsu dibutuhkan
dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya.
Menurut Kotler (2000), pertukaran adalah konsep yang melandasi
pemasaran. Agar terjadi pertukaran maka lima kondisi berikut ini harus
dipenuhi, yaitu:
. 1. Paling tidak terdapat dua pihak
2. Masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang mungkin bernilai bagi
pihak lain
3. Masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan mengantarkan
4. Masing-masing pihak bebas untuk menolak atau menerima tawaran
5. Masing-masing pihak percaya adalah tepat dan baik berhubungan
dengan pihak lain
3.1.2.1. Saluran dan Lembaga Pemasaran
Dalam pemasaran barang dan jasa terlibat bebeiapa lembaga
pemasaran yang menjalankan fungsi-fungsi pemasaran mulai komoditas
bergerak dari produsen sampai ke konsumen. Lembaga ini bisa berbentuk
perorangan, perserikatan, atau perseroan. Sedangkan saluran pemasaran
adalah saluran yang digunakan produsen untuk menyalurkan produknya
pada konsumen
Di bawah ini adalah beberapa tipe jalur serta saluran pemasaran
yang biasa terjadi dalam komoditas pertanian di Indonesia.
Tipe I
: Petani + Pedagang Pengumpul Desa -+ Pedagang Pengumpul
Kecamatan
-+
Pedagang Penyalur
Pedagang Besar
+
Pedagang Penyalur
-+
-+
Pengecel: -+ Konsumen.
Tipe II
: Petani
+
Pedagang Pengumpul
Pedagang Besar -+
-+
Pengecer -+ Konsumen.
Tipe Ill : Petani -+ Pedagang Besar -+ Pengecer -+ Konsumen.
Tipe IV : Petani -+ Konsumen.
(Soekartawi, 1986)
3.1.3. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah suatu proses, dan pembelian hanyalah
satu tahap. Kedaulatan konsumen menyajikan tantangan yang berat,
tetapi pemasaran yang terampil dapat mempengaruhi baik motivasi
maupun perilaku bila produk atau jasa yang ditawarkan didesain untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Keberhasilan penjualan terjadi karena
permintaan memang sudah ada atau masih laten dan menunggu aktivasi
oleh tawaran pemasaran yang tepat.
Ada beberapa tahap yang dilakukan oleh konsumen menurut Engel
et a/. (1994) dalam melakukan pemecahan masalah mengenai pembelian,
yaitu :
1.
Pengenalan kebutuhan : konsumen mempersepsikan perbedaan
antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual !fang memadai
untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses kepiitusan.
2.
Pencarian informasi : konsumen mencari informasi yang disimpan
didalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi
yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian
eksternal).
3.
Evaluasi alternartif : konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan
dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan
hingga alternatif yang dipilih.
4.
Pembelian : konsumen memperoleh alternatif yarlg dipilih atau
pengganti yang dapat diterima bila perlu.
5.
Hasil : konsumen mengevaluasi apakah alternatrf yang dipilih
memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan.
Hubungan
antar
perspektif
pemecahan masalah
pengambilan keputusan konsumen adalah sebagai berikut :
mengenai
I
Pengenalan kebutuhan
+
I
Pencarian Inforrnasi
I
Evaluasi Alternatif
+
Hasil
+
Pembelian
Gambar 1. Pengambilan Keputusan konsumen
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Tujuan
kegiatan
usahatani
Salak
Bongkok
adalah
untuk
memperoleh keuntungan. Salah satu ukuran penampilan usehatani adalah
ukuran pendapatan. Pendapatan usahatani Salak Bongkok dapat diukur
berdasarkan pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya
total.
Menurut Mubyarto (1984) pernasaran atau tataniaga merupakan
kegiatan yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dan jasa
dari produsen ke konsumen. Dalam penyarnpaian barang tersebut, dalam
ha1 ini buah Salak Bongkok, diperlukan suatu lembaga perantara yang
berfungsi sebagai penghubung antara petani dan konsumen akhir.
Saluran pemasaran sangat penting terutama dalatn ha1 melihat
tingkat harga pada masing-masing lembaga perantara dan harga jual
komoditas di pasaran. Secara ideal suatu sistem pemasaran harus dapat
memberikan kepuasan kepada produsen (petani Salak Bongkok),
lembaga pemasaran yang terlibat dan konsumen akhir melalui mekanisme
yang efisien dalam pemasaran. Berikut adalah bagan alur kerangka
pemikiran penelitian (Gambar 2).
I
Kqiatan urahatani SaIak Bongl~ok
I
Menghasilkan Produk :
Buah salak
Analisis Usahatani:
Pendapatan
b. Analisis RIC ratio
Analisis Pernasaran :
a. Saluran Pemasaran
b. Lernbaga Pemasaran
c. Preferensi Konsurnen
Deskriptif
Analisis Conjoint
I
Menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi petani
Gambar 2. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian
1
IV. METODE PENELlTlAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
'
Penelitian ini dilakukan di Desa Bongkok, Kecamatan Paseh,
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada
kenyataan
bahwa
Kecamatan
Paseh, khususnya
Desa
Bongkok
merupakan sentra produksi Salak Bongkok di Kabupaten Sumedang serta
Kotamadya Bandung karena disinilah paling banyak penjualan dilakukan
dan adanya produk salak dari daerah lain sebagai bahan perbandingan.
Penelitian ini dilakukan dalam waktu dua bulan, yaitu pada bulan
Maret 2001 sampai April 2001. Waktu tersebut digunakan untuk
memperoleh data dan keterangan dari petani produsen, pedagang,
konsumen serta instansi yang terkait.
4.2. Macam dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan
data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan
dan wawancara langsung dengan petani, -pedagang serta konsumen
yang dipilih dengan mempergunakan kuesioner.
Data primer yang dikumpulkan meliputi :
1)
ldentitas petani
2)
Luas lahan garapan
3)
Jumlah produksi tiap satuan luas
4)
Biaya produksi total, pendapatan usahatani
5)
ldentitas pedagang
.
6)
Saluran Penjualan
7)
Lembaga pemasaran
8)
Pembelian dan Penjualan oleh pedagang
9)
ldentitas konsumen
10) Preferensi konsumen
11) Atribut penilaian dari konsumen
Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari catatan-catatan yang
terdapat di instansi-instansi yang terkait baik di tingkat desa, kecamatan,
maupun kabupaten. Data sekunder itu meliputi :
1)
Kesesuaian wilayah terhadap komoditas
2)
lklim wilayah, struktur dan topografi (daftar monografi desa)
3)
Luas dan produksi perkebunan di Desa Bongkok
4)
Perkembangan produksi dan harga Salak Bongkok
5)
Kebijaksanaan pengembangan Salak Bongkok
4.3. Metode Pengambilan Sampel
Di tingkat Desa Bongkok diambil contoh dari IPPS (Ikatan Petani
Penjual Salak). Satu IPPS beranggotakan tigapuluh anggl3ta petani dan
juga merangkap sebagai pedagang. Dari tigapuluh petani diambil sepuluh
responden secara sengaja (purposive) yang terdiri dari tujuh orang petani
'
merangkap pedagang dan tiga orang yang hanya bertindak sebagai petani
salak.
Responden konsumen dari tiga jenis salak (Salak Ejongkok, Salak
Manonjaya,
Salak
Pondoh)
adalah
responden
konsumen
yang
mengkonsumsi tiga jenis salak, dipilih kotamadya Bandung dengan alasan
baik Salak Bongkok, Salak Manonjaya maupun Salak Pondoh ketigatiganya dijual di kotamadya Bandung. Lokasi penganibilan contoh
konsumen dilakukan di Kecamatan Margasari, Kecamatan Bojongloa dan
kecamatan Mengger. Pemilihan ketiga lokasi juga didasarkan pada survei
pendahuluan yang tujuannya untuk mengetahui lokasi penjualan dimana
dijual ketiga jenis salak tersebut. Jumlah sampel yang dia~nbilsebanyak
empat puluh lima orang konsumen individu yang pernah rnengkonsumsi
ketiga jenis komoditi tersebut. Cara pengambilan sampel dari ke empat
puluh lima orang tersebut jumlahnya adalah sama, masing-masing lima
belas
orang.
Konsumen
yang
terpilih
semuanya
yang
pernah
mengkonsumsi ketiga jenis salak, karena apabila terambil contoh yang
hanya mengkonsumsi satu atau dua jenis salak, segera digantikan oleh
responden yang lain.
4.4 Metode Analisis Data
4.4.1. Analisis Usahatani
Analisis usahatani yang akan dibahas dalam penelittan ini meliputi
analisis pendapatan dan analisis imbangan penerimaan dan biaya (RIC
ratio). Perhitungan pendapatan dibagi menjadi dua yaitu pendapatan atas
biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.
Perhitungan pendapatan atas biaya tunai secara umum adalah:
Y
= NP - Bt
Y
=
Pendapatan tunai
NP
=
Nilai produksi yang merupakan hasil kali jumlah fisik
produk (buah Salak Bongkok) dengan llarga per kg
ditambah jumlah bibit Cangkokan dikali dengan harga per
pohon.
Bt
=
Biaya tunai
Adapun perhitungan untuk pendapatan atas biaya total adalah sebagai
berikut:
Q
= NP-BT
Q
= Pendapatan total
NP
=
Nilai produksi yang merupakan hasil kali jumlah fisik
produk (buah Salak Bongkok) dengan liarga per kg
ditambah jumlah bibit Cangkokan dikali dengan harga per
pohon
BT
=
Biaya total yang terdiri dari biaya tur~aidan biaya
diperhitungkan.
Untuk mengetahui seberapa jauh nilai rupiah yang dipakai dalarn
kegiatan usahatani Salak Bongkok dapat memberikan sejumlah nilai
penerimaan sebagai manfaatnya diukur melalui analisis RIC ratio, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
RIC rasio =
Total Penerirnaan
Total Biaya
4.4.2. Tabulasi Deskriptif
Penggunaan tabulasi deskriptif dilakukan untuk menclapatkan profil
responden secara deskriptif. Penggunaan tabulasi deskriptif ini dilakukan
pada konsumen.
Hasil dari tabulasi deskriptif adalah penggolongan responden
kedalam bentuk informasi umum responden dan informasi khusus
responden. Seperti.nama responden, usia, pekerjaan, pendapatan dan
pendidikan dari responden.
4.4.3. Analisis Konjoin
k
Dalam penelitian ini digunakan analisis konjoin u n t ~ ~mengetahui
atribut-atribut tertentu yang mempunyai keunggulan dari atribut salak
lainnya. Analisis konjoin akan memberikan kemudahan