Hubungan Karakteristik Dan Keterlibatan Petani Dalam Jejaring Komunikasi Dengan Adopsi Teknologi SUTPA Di Jawa Barat

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KETERLIBATAN
PETANI DALAM JEJARING KOMUNlKASl DENGAN
ADOPSI TEKNOLOGI SUTPA Dl JAWA BARAT

OLEH :
SUHERMAN

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTtTUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
SUHERMAN. 2001. Hubungan Karakteristik dan Keterlibatan Petani Dalam Jejaring
Komunikasi dengan Adopsi Teknologi SUTPA di Jawa Barat. Dibimbing oleh AlDA
VITAYALA S. HUBEIS, MADE OKA ADNYANA, dan IDA YUHANA.
SUTPA
sebagai suatu pengkajian multidisiplin yang berupaya untuk
menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan rekayasa kelernbagaan yang
berkaitan dengan sistern usaha pertanian padi pada tingkat usahatani di suatu
wilayah sedernikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi tertentu yang dapat
mendukung turnbuhnya suatu agribisnis pertanian yang berkelanjutan. Pengkajian

SUTPA yang dimulai pada tahun 1995196 melibatkan para petani sehamparan
irigasi (daerah irigasi) yang luasnya rnencapai 44.000 ha. Teknologi usahatani yang
diintroduksikan lewat program SUTPA adalah: (a) penggunaan varietas padi unggul
baru, (b) sistem tanam benih langsung, (c) pemupukan spesifik lokasi, (d)
pengenalan alsintan berupa alat tanarn benih langsung (atabela) dan urea aplikator.
dan (e) pola tanam setahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat penerapan adopsi inovasi
teknologi SUTPA oleh petani cukup baik, dengan rataan skor adopsi teknologi
SUTPA adalah 3 dari 5 paket teknologi SUTPA yang diintroduksikan. Bagi
kelompok UPK, sarnpai saat ini beberapa petani masih mengadopsi hampir seluruh
komponen teknologi SUTPA.
Pada kelompok UPK, karakteristik individu yang berhubungan dengan tingkat
adopsi SUTPA adalah peran opinion leader, sedangkan karakteristik lainnya tidak
berhubungan. Pada kelompok UHP, luas lahan garapan petani, penghasilan petani,
keterdedahan petani pada media rnassa, serta interaksi petani dengan
kelembagaan berhubungan dengan tingkat adopsi teknologi SUTPA, sedangkan
karakteristik lainnya tidak berhubungan. Pada kelornpok Luar-UHP, luas lahan
garapan petani, penghasilan petani, keterdedahan petani pada media massa
berhubungan dengan tingkat adopsi teknologi SUTPA, sedangkan karakteristik
lainya tidak berhubungan.

Luas Jejaring Komunikasi yang merupakan ciri peran hubungan dalam rangka
komunikasi interpersonal dengan sesama petani lainnya dalarn kelornpok tani
sehamparan, ternyata mernpunyai peran yang cukup didalam peneguhan untuk
menerima atau rnenolak suatu inovasi teknologi. Hal ini terjadi pada kelompok LuarUHP
Peran opnion leader yang dalarn kontek SUTPA adalah ketua kelompok dan
petani rnaju di kelornpoknya telah mngendurkan interaksi antar anggota dalam
kelompok tersebut, ha1 ini terjadi di dalam kelornpok UPK. Pada kelornpok ini
opinion leader ternyata sangat besar perannya didalarn penyebaran inovasi
khususnya teknologi SUTPA, sehingga para petani sarnpai saat ini rnasih tergolong
sebagai pengadospi SUTPA yang tinggi. Fakta ini tidak terjadi pada kelornpok UHP
dan Luar-UHP.

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini bahwa tesis yang berjudul:
Hubungan Karakteristik Dan Keterlibatan Petani Dalam
Jejaring Komunikasi Dengan Adopsi Teknologi SUTPA
Di Jawa Barat
adalah benar rnerupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Sernua surnber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.


HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KETERLIBATAN
PETANI DALAM JEJARING KOMUNlKASl DENGAN
ADOPSI TEKNOLOGI SUTPA Dl JAWA BARAT

SUHERMAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

:


Hubungan Karakteristik Dan Keterlibatan Petani Dalam
Jejaring Komunikasi Dengan Adopsi Teknologi SUTPA
Di Jawa Barat

Narna Mahasiswa

:

Suherman

Nornor Pokok

:

98340

Menyetujui
1. Komisi Pembimbing

Dr.lr. Aida Vitavala S. Hubeis

(Ketua)

V

Dr. Ir. Made Oka Adnyana. MSc.
(Anggota) .

2. Ketua Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertan~an
dan Pedesaan,

AbQ-4
/

Dr.lr. Aida Vitavala S. Hubeis
Tanggal Lulus: 30 Januari 2002

Ir. Ida Yuhana, MA
(Anggota)


Penulis dilahirkan di Cirebon Jawa Barat pada tanggal 6 September 1954
sebagai anak ke empat dari 12 bersaudara dari pasangan H. Moh Wirya (Alm.) dan

HJ. Ami. Pendidikan Dasar pada SDN Jemaras Cirebon. lulus tahun 1967,
Pendidikan Menengah Pertama pada SMPN Klangenan Cirebon, lulus pada tahun
1970 dan Pendidikan Menengah Atas pada SMAN Palimanan Cirebon, lulus pada
tahun 1973. Selanjutnya Pendidikan Sarjana ditempuh di Fakultas Pertanian IPB,
jurusan Statistika Pertanian, lulus tahun 1980. Kesempatan melanjutkan studi pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Pascasarjana
lnstitut Pertanian Bogor dari tahun 1998 sampai 2001. Beasiswa pendidikan
Pascasarjana diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Departemen Pertanian, melalui Proyek PAATP.
Saat ini penulis bekerja di Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian sejak tahun 1981.

Pada tahun 1980 penulis

menikah dengan Siti Mulat dan sekarang dikarunia 3 orang putra dan putri bernama
Haryono Suherman (Alm.), Haryanto Suherman dan Herljna Purnamasari.


PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SVVT yang telah memberikan taufiq dan hidayahNya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Dalarn rangka menerapkan teknologi pertanian mutakhir, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian telah melaksanakan pengkajian SUTPA (Sistem
usaha tani berbasis padi berwawasan agribisnis. Pada tahun 1995 hingga tahun
1997 luas areal yang dicakup meliputi 46.000 ha di lahan petani tersebar di 14

propinsi, termasuk Cianjur di Jawa Barat.
Penelitian berjudul "Hubungan Karakteristik dan Keterlibatan Petani Dalam
Jejaring Komunikasi Dengan Adopsi Teknologi SUTPA di Kabupaten Cianjur Jawa
Barat", disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada Program Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Program Pascasarja
IPB. Dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2000.
Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Ibu Dr. Aida
Vitayala S.

Hubeis, selaku Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan juga sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Dr. Made
Oka Adnyana, dan Ibu Ir. Ida Yuhana, MA. Masing-masing selaku Anggota Kornisi

Pernbimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan dari awal hingga selesainya
penulisan tesis ini.

Terimakasih pula disampaikan kepada Bapak Dr. Haryono

selaku Pemirnpin Proyek PAATP yang telah rnemberikan bantuan beasiswa, Bapak
Kepala Badan serta Bapak Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan
Perianian. Terakhir sujud dan hormat kepada orang tua, isteri dan anak tercinta atas
segala do'a dan kasih sayangnya.
Semoga tesis ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2002
Suherman

DAFTAR IS1
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

..................................................................................
PENDAHULUAN ....................................................................................
1.1. Latar Belakang .................................................................................

........................................................................
1.2. Perurnusan Masalah
. . .............................................................................
1.3. Tujuan Penel~t~an
1.4. Kegunaan Peneltian.........................................................................

DAFTAR LAMPIRAN
I.

.

II

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
2.1. Pengkajian SUTPA ..........................................................................
2.2. lnovasi dan Adopsi Teknologi ...........................................................
2.3.Jejaring Komunikasi .........................................................................

Ill. KERANGKA PEMlKlRAN
DAN HlPOTESlS ..........................................

. . .........................................................................
3.1. Kerangka Pem~klran
3.2. Hipotesis..........................................................................................
. . Operasional
3.3. Defin~s~

.

IV. METODOLOGI PENELITIAN..................................................................
4.1 . Metode Penelitian ............................................................................
4.2 Penentuan Lokasi Penelitian............................................................
4.3. Metode Penarikan Contoh................................................................
...........................................................................
4.4. Pengumpulan
. .Data
4.5. Metode Anal~slsData .......................................................................
V . GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN
PROFIL RESPONDEN ...........................................................................
5.1. Keadaan Umum Wlayah ..................................................................
5.2.Pelaksanaan SUTPA di Cianjur ........................................................

5.2. Profil Petani Responden...................................................................

.
VI . HASlL PENELlTlAN DAN PEMBAHASAN
6.1. Tingkat Penerapan Teknologi SUTPA ..............................................
6.2 Hubungan Karaktaristik Dengan Tingkat Adsopsi SUTPA ................
6.3 Jejaring Komunikasi Petani ....................................
......................
6.4. Peran Kelembagaan, Opinion Leader dan Jejaring Komunikasi ........
.
.
-

.

VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
........................................
7.1. Kesimpulan
7.2.Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................................

DAFTAR TABEL
Halaman
Analisa Usahatani Pelaksanaan Pengkajian SUTPA di Cianjur .............

32

Jurnlah dan Persentase Responden Menurut Kategori Umur
di Kabupaten Cianjur Tahun 2001 ......................................................
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kategori Pendidikan
di Kabupaten Cianjur Tahun 2001......................................................
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Luas Pemilikan Lahan
Garapan di Kabupaten Cianjur Tahun 2001 ........................................
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Status Pemilikan Lahan
Garapan di Kabupaten Cianjur Tahun 2001 ........................................
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kategori Penghasilan
di Kabupaten Cianjur Tahun 2001.......................................................
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keterdedahan Terhadap
Media di Kabupaten Cianjur Tahun 2001 ............................................
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keterlibatan dengan
Kelembagaan di Kabupaten Cianjur Tahun 2001 ................................
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Adopsi
Teknologi SUTPA di Kabupaten Cianjur Tahun 2001 ..........................
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Petani dengan Tingkat Adopsi
SUTPA di Kabupaten Cianjur Tahun 2001 ...........................................
Hubungan Antara Luas Pemilikan Lahan Petani dengan Tingkat
Adopsi SUTPA di Kabupaten Cianjur Tahun 2001 ..............................
Hubungan Antara Status Pemilikan Lahan Petani dengan Tingkat
Adopsi SUTPA di Kabupaten Cianjur Tahun 2001 ...............................
Hubungan Antara Penghasilan Petani dengan Tingkat Adopsi
SUTPA di Kabupaten Cianjur Tahun 2001 ...........................................
Hubungan Antara Keterdedahan Terhadap Media dengan Adopsi
SUTPA di Kabupaten Cianjur ..............................................................

56

Hubungan Antara Keterlibatan Petani dalam Kelembagaan dengan
Tingkat Adopsi SUTPA di Kabupaten Cianjur Tahun 2001

..................

59

Jumlah dan Persentase Responden Menurut Luas Jejaring
Komunikasi di Kabupaten Cianjur, Tahun 2001

...................................

64

Hubungan Antara Luas Jejaring Komunikasi dengan Tingkat Adopsi
SUTPA di Kabupaten Cianjur Thun 2001 .............................................

65

18. Jurnlah dan Persentase Responden Menurut Frekuensi Keterlibatan
Dengan Opinion Leader di Kabupaten Cianjur Tahun 2001 ................

19.

Leader Dengan Adopsi SUTPA di Kabupaten Cianjur ..........................
20.

69

Hubungan Antara Frekuensi Petani Berhubungan dengan Opinion
70

Hubungan Kelernbagaan, Jejaring Komunikasi, dan Opinion Leader
dengan Adopsi Teknologi SUTPA ........................

.
.
..........................

72

Daftar Gambar
Halaman

1.
2.

Peta Kabupaten DT II Cianjur

.............................................................

81

Peta VVilayah Kerja BPP Ciranjang Kecarnatan Ciranjang.
Kabupaten Cianjur

..............................................................

82

3a .

Jejaring Kornunikasi Petani Kelompok UPK .........................................

83

3b .

Jejaring Kornunikasi Petani Kelompok UHP.........................................

84

3c .

Jejaring Kornunikasi Petani Kelompok Luar-HP

.................................

85

Tabet Lampiran
Halaman
1 Data Sosiometri Partner Bicara Responden Kelompok UPK .....................

86

2 Data Sosiometri Partner Bicara Responden Kelompok UHP .....................

87

3 Data Sosiometri Partner Bicara Responden Kelompok Luar-UHP .............

88

I. PENDAHULUAN
II

Latar Belakang

Masalah pangan khususnya beras merupakan rnasalah yang selalu rnenarik
karena merupakan masalah kebutuhan pokok manusia yang mutlak tidak dapat
diabaikan. Upaya peningkatan produksi beras djhadapkan pada tantangan yang
cukup besar, karena adanya kenyataan bahwa lahan pertanian (khususnya di Jawa)
dari tahun ke tahun rnakin berkurang karena beralih fungsi ke sektor non pertanian,
sehingga luas panen padi makin menciut. Demikian demikian, peningkatan produksi
beras nasional makin sulit dilakukan.
Permasalahan tersebut lebih diperberat lagi oleh semakin banyaknya generasi
rnuda yang tidak lagi tertarik untuk bekeja di sektor pertanian. Bahkan mereka makin
rneninggalkan sektor ini sehingga tenaga kerja pertanian semakin langka yang
berakibat pada peningkatan upah buruh dan posisi usahatani semakin sulit bersaing
(Kasryno, 1997). Hal ini rnenuntut terns dikernbangkannya teknologi pertanian yang
efisien dan hemat tenaga kerja.
Pada tahun 1995 dalam rangka turut mengatasi rnasalah kekurangan produksi
beras di Indonesia, Badan Litbang Pertanian rnengintroduksikan Sistern Usahatani
Berbasis Padi Berwawasan Agribisnis (SUTPA) pada areal seluas 44.000 ha pada 14
propinsi di Indonesia. Ada terobosan teknologi yang ingin diperkenalkan pada waktu
itu yaitu varietas padi Memberamo dan Cibodas yang baru "dilepas" oleh Menteri
Pertanian yang dianggap produktivitasnya lebih tinggi dari varietas lain yang telah
dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian sebelurnnya.

Dengan sentuhan teknologi

yang bersifat spesifik seperti penggunaan pupuk yang disesuaikan dengan sifat-sifat
lokal tanah setempat, introduksi tanam benih langsung (Tabela) dan pernanduan

teknologi

melalui peneliti,

penyuluh,

dan

pengamat

hama

diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas dan peningkatan efisiensi produksi.
SUTPA dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif, kemitraan, dan
dinamis, dengan pengawalan oleh tim multi-disiplin yang terdiri dari 1 orang peneliti, 1
orang penyuluh, 3 orang PPL, dan 1 orang pengamat hama (Adnyana dkk., 1997).
Hal tersebut

merupakan bentuk terobosan untuk mendekatkan teknologi kepada

pengguna langsung (petani). Dalam pengkajian SUTPA ini, petani tidak hanya
sebagai objek tetapi juga berperan sebagai subjek dalarn kegiatan pengkajian. Mereka
terlibat

langsung dalam pengkajian,

sehingga

diharapkan

akan

meningkatkan

pengetahuan, ketrampilan, pola pikir dan sikap melalui pengalaman belajar tentang
teknologi yang diteliti dan dikaji oleh peneliti dan penyuluh.
Model pengkajian SUTPA meliputi areal tanam seluas 500 hektar untuk unit
hamparan pengkajian (UHP), 50 hektar diantaranya digunakan untuk introduksi
teknologi baru (unit pengkajian khusus atau UPK), sedangkan 450 hektar lainnya
digunakan untuk perbaikan teknologi. Karena itu, keterlibatan petani dalam kelompok
hamparan sangat dituntut untuk menunjang keberhasilan penerapan paket teknologi
SUTPA dimasa datang.
Pelaksanaan pogram SUTPA, di beberapa daerah seperti yang dilaporkan dalam
hasil

monitoring

(Tim

PSE,

1996) terhadap

pelaksanaan

program

tersebut.

menunjukan, bahwa introduksi paket teknologi dalam SUTPA belum sepenuhnya
diterapkan petani sesuai rancangan awal.

Hal ini disebabkan antara lain karena

informasi tentang SUTPA yang telah diketahui petani masih terbatas, sehingga belum
memacu petani untuk mengikuti program tersebut.

Dengan demikian masih perlu

upaya untuk lebih meningkatkan apresiasi petani terhadap progam SUTPA ini dan
percepatan alih teknologi SUTPA.

Di Jawa Barat Pengkajian SUTPA I dilaksanakan pada tahun 1995196 di
Kabupaten Cianjur, Bandung, Kuningan, Cirebon. Indramayu, Subang dan Karawang
dengan fokus pada pengkajian teknologi baru yang rneliputi tanam benih langsung
(Tabela), penggunaan alat tanam benih langsung (Atabela), aplikator urea tablet,
penggunaan varietas unggul baru padi, kedele dan jagung, sistern tanam jajar legowo
dan penataan pola tanarn setahun sehingga IP mencapai 300. Hasil pengkajian
menunjukkan hasil positif. Sedangkan pengkajian SUTPA II telah dilakukan di lirna
Kabupaten yaitu: Pandeglang, Indrarnayu, Sukaburni, Ciamis, dan Majalengka. Pada
SUTPA Ill pengkajian hanya dilakukan di Kabupaten Karawang yang memiliki saluran
sekunder yang mampu mengairi lahan sawah antara

5000 s/d 10.000 ha (Dimyati.

dkk., 1999).
Lebih lanjut dikatakan, bahwa penerapan teknologi anjuran oleh petani narnpak
masih cukup beragam. Hal ini berkaitan dengan adanya perbedaan

cara dan

tanggapan petani terhadap teknologi tersebut sesuai dengan tingkat pendidikan dan
pengetahuan rnereka.
Berdasarkan uraian di atas, sejauh ini belum banyak penelitian yang rnengkaji
penyebab rendahnya adopsilpenerapan teknologi

SUTPA

oleh petani

peserta

program. Karena itu, penelitian ini penting dilakukan dengan fokus pada faktor-faktor
yang rnernpengaruhi tingkat penerapan teknologi SUTPA oleh petani. Dalarn konteks
komunikasi pernbangunan, fokus kajian akan diarahkan pada sejauhmana hubungan
antara karakteristik dan keterlibatan petani dalarn jejaring komunikasi penerapan
teknologi SUTPA.

I.2. Perurnusan Masalah
Keberhasilan SUTPA di satu pihak dan adanya kendala pengembangan di pihak
lain, menuntut pemaharnan lebih jauh tentang langkah-langkah yang harus ditempuh
dalarn pengembangan program SUTPA. Upaya yang dirancang dalam rnempercepat
proses adopsi inovasi SUTPA pada prinsipnya dapat bertolak dari faktor-faktor yang
selarna ini rnenjadi kendala dalarn adopsi teknologi SUTPA itu sendiri.
Sistem komunikasi dan informasi SUTPA yang dilaksanakan pemerintah, masih
bersifat formal vertikal, dengan pendekatan linear. Pendekatan demikian oleh banyak
ahli komunikasi dianggap kurang efektif dalam rangka penyebaran informasi yang
bertujuan merubah perilaku petani.
Suatu inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang (Rogers dan Shoemaker. 1971). Dalam ha1 ini sifat kebaruan dari inovasi
tersebut ditentukan oleh persepsi unit adopsi itu sendiri.

Suatu inovasi tidak selalu

diterima oleh calon adopter dan biasanya rnereka membutuhkan peneguhan dan
keyakinan baru terhadap inovasi tersebut.
terirna

apabila

datang

dari

Suatu inovasi justru akan dapat mereka

orang-orang yang

mereka

percaya dan

dikenal

sebelumnya. Pertukaran informasi tentang inovasi itu berlangsung secara sirkular
yang melibatkan jejaring kornunikasi interpersonal sebagai aktivitas komunikasi yang
rnembentuk suatu rangkaian jalinan keterhubungan dan interaksi.
Proses pertukaran infomlasi yang merupakan inti dari aktivitas komunikasi antar
anggota kelornpok tani dalam suatu wilayah harnparan mernungkinkan terjadinya
penyebaran suatu teknologi SUTPA untuk kemudian diadopsi oleh petani, disarnping
faktor

lain

yang

ikut

mernpengaruhi

kernarnpuan adopsi

seperti

pendapatan, luas lahan, ketersediaan tenaga keja dan sebagainya.

pendidikan,

Penelitian ini diarahkan pada suatu kajian tentang komunikasi yang bersifat
konvergen-interaktif yang terjadi diantara anggota-anggota kelompok harnparan dalarn
suatu jejaring komunikasi, khususnya jejaring komunikasi adopsi inovasi teknologi
SUTPA.
Jejaring komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang membentuk sutau
rangkaian jalinan keterhubungan dan interaksi. Proses pertukaran informasi yang
rnerupakan inti dari pada aktivitas komunikasi antara anggota kelompok tani dalam
satu wilayah hamparan inilah yang mernungkinknan suatu inovasi teknolog~SUTPA
dapat rnenyebar dan diadopsi. Disamping faktor-faktor lain yang ikut rnempengaruhi
kernampuan mengadopsi seseorang seperti faktor pendidikan, penghasilan, luas
lahan dan lain sebagainya. Demikian suatu proses adopsi inovasi yang terjadi dalam
interaksi sosial rnenyebabkan terbentuknya jejaring komunikasi.
Atas dasar uraian tersebut di atas, maka permasalahan yang hendak dipelajari
dalam penelitian ini adalah:

1 . Bagaimana tingkat penerapan teknologi SUTPA oleh petani di Jawa Barat;
2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik petani dengan tingkat penenmaan
adopsi teknologi SUTPA di Jawa Barat;

3. Apakah terdapat hubungan antara keterlibatan petani dalam jejaring komunikasi
dengan adopsi teknologi SUTPA di Jawa Barat.

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui dan menganalisis tingkat penerapan
teknologi SUTPA dan faktor yang mernpengaruhitingkat adopsi teknologi SUTPA.
Tujuan yang lebih spesifik dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat penerapan teknologi SUTPA oleh petani di Jawa Barat;

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu petani dengan tingkat adopsi
paket teknologi SUTPA di Jawa Barat:

3. Menganalisis hubungan antara keterlibatan petani dalam jejaring komunikasi
dengan adopsi teknologi SUTPA di Jawa Barat.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian "Hubungan Karakteristik Dan Keterlibatan Petani Dalam
Jejaring Komunikasi dengan Adopsi Teknologi SUTPA di Jawa Barat" adalah :

I.Penelitian ini diharapkan mampu mernberikan masukan bagi para praktisi, dalam
hat

ini

para

penyutuh

mengembangkan

lapangan

kelompok-kelompok

yang

bertugas

tani

dalam

untuk

membina

mengelola

dan

usahatani,

khususnya dalam aspek proses komunikasi untuk mengintroduksikan paket
teknologi pertanian.

2. Penelitian ini diharapkan dmanfaatkan oleh para pengambil kebijakan khususnya
dalam merencanakan strategi penyebaran inovasi teknologi

baru dibidang

pertanian pada masa mendatang.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengayaan
kasus-kasus jejaring komunikasi dalam kelompok.

11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengkajian SUTPA
Sistem usaha pertanian adalah suatu usaha komersial di bidang pertanian yang
bersifat dinamis dan berimbang yang berorientasi pada permintaan pasar (demand
driven agribusiness), sesuai dengan kondisi biofisik dan sosial ekonomi serta
kebutuhan rnasyarakat yang tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh
produsen dalam meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian dan laba dari
usahanya (Pusat Penyiapan Program Penelitian, 1996). Dengan demikian SUTPA
rnerupakan salah satu sistem usaha pertanian yang berbasis komoditas utarna
tanaman padi.
Pengkajian SUTPA sebagai suatu pendekatan multidisiplin yang berupaya untuk
menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan rekayasa kelembagaan yang berkaitan
dengan sistem usaha pertanian padi pada tingkat usaha tani di suatu wilayah
(harnparan) sedernikan rupa sehingga mencapai skala ekonomi tertentu yang dapat
mendukung tumbuhnya suatu agribisnis pertanian yang berkelanjutan.
Pada awalnya pengkajian SUTPA dirancang untuk rnelibatkan para petani
sehamparan seluas 500 ha di suatu lokasi. Dalarn perkembangan selanjutnya,
pengkajian SUTPA diarahkan untuk rnengkaji model pengembangan sistern usaha
pertanian di daerah berekosistern sawah irigasi. Oleh karena itu pengkajian SUTPA
rnelibatkan para petani sehamparan irigasi (daerah irigasi) yang luasnya dapat
mencapai 50.000 ha.

SUTPA dikembangkan sejak 1995/96 di 14 propinsi, yang bertujuan untuk: (1)
mengevaluasi pengembangan SUTPA sebagai alternatif pendekatan pengembangan
tanaman pangan di lahan sawah irigasi, dan (2) rnenyusun alternatif pengembangan
pola tanarn setahun yang dikernbangkan dalarn program SUTPA.
Teknologi usahatani yang diperkenalkan lewat program SUTPA adalah : ( 7 )
penggunaan varietas padi unggul baru, (2) sistem tanam benih langsung, (3)
pernupukan spesifik lokasi, (4) pengenalan alsintan berupa alat tanam benih langsung
(Atabela) dan urea aplicator, dan (5) pola tanarn setahun.

Dalam pelaksanaan

kegiatan SUTPA. pendekatan yang diternpuh rnenganut azas-azas: (a) partisipasi dan
kernitraan, (b) dinarnis dan strategis. (c) kemitraan antara peneliti, penyuluh, aparat
pemda, petani dan swasta (panca mitra), (d) pengawalan oleh peneliti dan penyuluh
pertanian, dan (e) bimbingan teknis maupun rnanajernen usaha tani selama
rnelakukan kegiatan SUTPA.
Pengkajian SUTPA seri-I yang dilakukan pada TA 1995/96 dilaksanakan di 14
propinsi, yaitu: Aceh, Surnut, Surnbar, Larnpung, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali NTB,
Sulsel, Sultra, Sulteng, dan Sulut. Target luas pengkajian sebesar 46.000 ha.
Pengkajian terluas dilaksanakan di Jawa Barat dengan luas harnparan 6.000 ha pada
12 unit harnparan pengkajian. Sernua pengkajian dilakukan pada lahan irigasi teknis
sehingga rnemungkinkan untuk mencapai lndek Pertanaman (IP) sebesar 300 persen.
Pada pengkajian seri-2 yang dilaksanakan TA 1996/97, lokasi program seri-I
ditambah dengan 4 propinsi, yaitu: Sumsel, Kalsel, N l T , dan Tirntirn dengan target
luas pengkajian 51.500 ha. Dalam pengkajian Sen-3 pada TA 1997198 bertarnbah
satu propinsi lagi yaitu Riau dengan target luas pengkajian 52.021 ha.
Secara umum, dari hasil pengkajian SUTPA seri-I menunjukan, bahwa teknologi
sistem Tabela belum marnpu rneningkatkan efisiensi biaya produksi usaha tani padi.

Akan tetapi dalam pengkajian sen-2 dan 3, secara rata-rata teknologi sistern Tabela
rnampu menghernat biaya produksi sekitar 7,7 % dan 10 % dari biaya produksi yang
dibutuhkan pada sistern Tapin.
Secara

nasional produktivitas rata-rata

usahatani

padi yang dicapai

pada

pengkajian sen-2 dan seri-3 tidak berbeda nyata. Dalam hubungan ini produktivitas
dengan sistem Tabela 15.7
sistern Tapin.

-

18,6 persen lebih tinggi dari pada produktivitas dengan

Sedangkan pengkajian Sen-I hingga sen-3 secara umurn rnarnpu

meningkatkan keuntungan usahatani dengan indikator bahwa keuntungan usahatani
padi dengan sistem Tabela 33,5 % - 38,9% lebih tinggi dari pada dengan sistem
Tapin.(Syam, dkk. 1999).
Adanya program pengkajian SUTPA yang telah dilakukan dibeberapa daerah,
diharapkan dapat rnernpercepat transfer teknologi khususnya cara tanarn ataupun
penggunaan varietas baru kepada penggunalpetani. Dalam kaitan ini, SUTPA dapat
diartikan sebagai media untuk transfer teknologi secara efektif.

2.2. lnovasi dan Adopsi Teknologi
lnovasi adalah suatu ide atau gagasan yang dipandang baru oleh seseorang.
Rogers dan Shoemaker (1971) rnengemukakan, bahwa inovasi adalah suatu
gagasan, tindakan atau teknologi yang dianggap baru, diperbaharui, atau baru
diketahui oleh seseorang sejauh dihubungkan dengan tingkah laku manusia.
Sedangkan adopsi adalah suatu keputusan untuk menianfaatkan sepenuhnya suatu
ide baru (inovasi) dimana keputusan ini merupakan jalan terbaik dan tindakantindakannya. Penerimaan atau penolakan terhadap inovasi adalah keputusan yang
dibuat oleh seseorang sebagai proses mental sejak seseorang rnengetahui inovasi
sampai keputusan menerima atau rnenolaknya, kernudian mengukuhkannya.

Traxler, M. Renkow and L.W. Harrington. (1991) mendefinisikan adopsi sebagai
derajafftingkat penggunaan suatu teknologi tertentu oleh pemakailpetani. Lebih jauh
dikatakan, bahwa petani sebagai pengadopsi dibagi menjadi:

1. "User" (pengguna). Petani secara total rnenggunakan teknologi yang di
rekornendasikan pada waktu itu;

2. "Partial User" (pengguna parsial). Petani hanya menggunakan sebagian dari
teknologi yang direkornendasikan;

3. "Ex-User" (mantan pengguna). Petani yang telah mencoba teknologi yang
direkomendasikan, tetapi telah rnemutuskan tidak menggunakannya lagi;

4. "Non-User" (bukan pengguna). Petani yang secara sadar sejak awal memutuskan
tidak rnengunakan teknologi yang direkornendasikan.
Teknologi yang diintroduksikan dalarn SUTPA adalah inovasi yang diperkenalkan
kepada petani peserta program SUTPA. Menurut Rogers(l983) bahwa, suatu inovasi
harus mernenuhi ciri berikut:

1. "Relative advantage" atau keunggulan komparatif, yaitu sejauh rnana inovasi
dianggap lebih baik dari pada yang sudah ada.

lnovasi akan cepat diadopsi jika

memberikan keuntungan lebih dibandingkan dengan teknologi sebetumnya;

2. "Compatibility", yaitu kesesuaian ditinjau dari aspek sosial, teknis dan ekonomis
dengan yang telah ada. lnovasi akan lebih cepat diadopsi

jika secara sosial

mernpunyai kesesuaian dengan nilai-nilai atau kebiasaan calon adopter, secara
teknis inovasi tersebut lebih mudah diterapkan, dan secara ekonomis lebih
rnenguntungkan dari pada teknologi sebelumnya.

3. "Complexity", yaitu tingkat kerumitan suatu inovasi. lnovasi akan cepat diadopsi
jika mudah diterapkan.

4. "Triability", yaitu kesesuaian untuk dicoba. lnovasi akan cepat diadopsi jika inovasi
tersebut mudah untuk dicoba pada situasi dan kondisi yang ada, dalam ha1 ini
dapat dicoba dalam skala kecil.

5. "Observability", yaitu kemudahan dapat diamati. lnovasi akan mudah diterima jika
dengan cepat dapat dilihat hasilnya.
Disadari bahwa sebuah adopsi teknologi tertentu oleh petani. kelima atribut
tersebut akan menjadi pertimbangan petani. Dari lima ciri inovasi ini, bagi petani yang
berorientasi komersial maka keuntungan relatif memiliki bobot yang besar. Karena itu
apabila keempat atribut lainnya dianggap sama, maka keuntungan relatif dapat
dianggap sebagai daya tarik kemungkinan adopsi sistem SLJTPA (Hemanto dan Mat
Syukur, 1999).
Keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi merupakan proses mental
pada diri individu melalui tahapan berikut (Roger, 1983):

1. Tahap Pengetahuan

("knowledge") yang tejadi ketika seseorang individu atau

pembuat keputusan membuka diri pada keberadaan inovasi dan memperoleh
beberapa pengertian mengenai fungsi inovasi;

2. Tahap Persuasi ("persuation"), yaitu proses ketika individu membentuk sikap
setuju atau tidak setuju terhadap inovasi.

3. Tahap Keputusan ("decision"). yaitu ketika individu sedang dalam situasi
menentukan pilihan apakah akan menerima atau menolak inovasi;

4. Tahap pelaksanaan ("implementation"), yang terjadi ketika individu menentukan
suatu inovasi untuk digunakan;

5. Tahap konfirrnasi ("confirmation"), terjadi ketika individu mencoba memperkuat
keputusan inovasi. tetapi bisa terjadi pula menarik keputusan yang sudah
diambilnya jika isi pesan bertentangan dengan inovasi.
Derajat seorang

individu secara relatif lebih dini atau lebih dahulu mengadopsi

sesuatu inovasi dari pada rata-rata anggota sistem sosial dimana ia berada, atau yang
disebut derajat kecepatan adopsi (inovativeness), dipengaruhi oleh sifat-sifat
individu yang bersangkutan.

Dalam kaitan ini Rogers dan Shoemaker (1971)

mengidentifikasi 27 sifat-sifat individu yang mempengaruhi tingkat adopsi sebagai
berikut: pendidikan, melek huruf, status sosial, tingkat mobilitas vertikal ke atas, besar
usaha.

komersial,

menyukai

kredit,

spesialisasi

usaha,

empati,

kemampuan

mengabstraksi, rational, intelegensi, menyukai perubahan, keberanian menghadapi
resiko, sikap terhadap pendidikan, sikap terhadap jlmu, tingkat motivasi pencapaian,
tingkat aspirasi, partisipasi sosial, kontak dengan penyuluh, keterdedahan terhadap
media masa, keterdedahan terhadap komunikasi antar pribadi, pencarian informasi
tentang inovasi, pengetahuan tentang inovasi, menjadi anggota masyarakat yang
ingin modern dan menjadi anggota masyarakat yang lebih terintegrasi.
Rogers dan Shoemaker (1983) dan Soekartawi (1988) menyatakan bahwa
beberapa faktor dapat mempengaruhi kecepatan adopsi, yaitu sifat-sifat inovasi, jenisjenis keputusan inovasi, ciri sistem sosial, kegiatan promosi oleh penyuluh, interaksi
individu dalam kelompok, sumber inforrnasi, dan faktor internal pengadopsi.
Lionberger dan Gwin (1982), mengatakan bahwa faktor personal (internal) yang
mempengaruhi

proses perubahan diantaranya

adalah

pendidikan, kemampuan

manajerial, tempat tinggal, pekerjaan orang tua, kesehatan, umur, dan sikap.
Sedangkan Jones dalam Soekartawi (1988) menyatakan, bahwa peubah personal
yang mempengaruhi proses keputusan inovasi adalah umur, pendidikan, tingkat

pengetahuan, pendapatan, dan latar belakang sosial ekonorni.
Hasil-hasil penelitian terhadap faktor-faktor personal yang berpengaruh terhadap
proses perubahan menunjukan hasil yang beragam. Mulyani (1992) menyatakan
bahwa ciri-ciri individu yang berhubungan erat dengan penerapan teknologi usahatani
tanaman-ternak

di

Baturnarta,

Sumatera

Selatan

adalah

tingkat

pendidikan,

penghasilan, luas lahan garapan, jurnlah kredit yang diperoleh, serta curahan kerja.
Sedangkan lstina (1998) menyatakan bahwa profil petani yang mempengaruhi
penerapan teknologi Sistem Usaha Pertanian Berbasis Padi di Kampar, Riau adalah
umur. pengalaman berusahatani, luas lahan, dan jumlah tanggungan keluarga.
Sedangkan Eko (1993)

menyimpulkan bahwa karakteristik individu petani meliputi

pendidikan, penghasilan, luas lahan garapan, status lahan garapan, keterdedahan
pada media massa ternyata semuanya mernpunyai hubungan positif dengan adopsi
paket teknologi Supra Insus, kecuali untuk peubah status lahan garapan.

Dan tiga

penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa peubah personal yang berpengaruh terhadap
introduksi suatu teknologi tidaklah sarna, tergantung antara lain pada jenis teknologi,
wilayah dan khalayak sasaran.
Karakteristik petani akan sangat menentukan tingkat pernahaman petani terhadap
informasi-informasi pertanian

serta

akan sangat

rnenentukan pula

terhadap

kemampuan rnereka mengadopsi inovasi-inovasi pertanian. Karakteristik petani
yang dimaksud datam penelitian ini adalah meliputi tingkat pendidikan, pendapatan
(status ekonomi), luas lahan garapan, status lahan garapan dan keterdedahan

terhadap media komunikasi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan
sangat mempengaruhi tingkat pemaharnan mereka pada inforrnasi yang diperoleh
secara langsung rnaupun rnelalui media rnassa. Selain itu, pendidikan berpengaruh

pula terhadap perubahan sikap dan perubahan perilaku mereka terhadap informasi
yang diperoleh.

Penelitian Sulistianawati (1989) tentang "hubungan karakteristik

petani dengan kecepatan adopsi teknologi Supra Insus", membuktikan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin cepat tingkat adopsi mereka
terhadap teknologi Supra Insus.
Pendapatan petani yang menentukan status sosial ekonomi pertanian atau adanya
sumber pekerjaan lain yang lebih menguntungkan juga merupakan faktor yang akan
berpengaruh terhadap

proses difusi dan adopsi inovasi petani. Soekartawi (1988),

menyatakan bahwa pendapatan usahatani yang tinggi seringkali ada hubungannya
dengan tingkat difusi inovasi pertanian. Adopsi inovasi rnenyebabkan pendapatan
petani meningkat, kemudian petani akan menanam modalnya untuk adopsi inovasi
selanjutnya.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, status ekonomi ditunjukan pula oleh luas
garapan dan

status pernilikan tahan garapan yang diduga berpengaruh terhadap

kemarnpuan adopsi inovasi petani dalam penerapan teknologi pertanian. Soekartawi
(1988) menyatakan bahwa ukuran usahatani selalu berhubungan positif dengan

adopsi teknologi pertanian.

Banyak teknologi baru yang memerlukan skala usaha

yang besarlluas dan sumberdaya ekonorni yang tinggi untuk keperluan adopsi inovasi
tersebut.

Bagi mereka yang memiliki lahan pertanian sendiri akan sangat tertarik

untuk mengadopsi teknologi pertanian, mereka berusaha untuk mencobanya. Hal ini
tidak tejadi pada petani penggaraplpenyewa. Soekartawi (1988) menjelaskan bahwa
pemilik tanah

mempunyai pengawasan yang

lebih lengkap atas pelaksanaan

usahataninya bila dibandingkan dengan penyewa. Para pemilik lahan dapat membuat
keputusan untuk mengadopsi inovasi sesuai dengan keinginannya, tetapi penyewa

harus sering mendapatkan persetujuan dari pemilik lahan tersebut sebelum mencoba
atau mempergunakan teknologi baru yang akan dipraktikkan atau dicoba. Status
penguasaan lahan akan mempengaruhi petani dalam ha1 menentukan dan rnemilih
alternatif yang ada terutama dalam ha1 penggunaan teknologi baru guna mendapatkan
hasil yang setinggi-tingginya.

2.3. Jejaring Komunikasi
Jejaring komunikasi menurut Rogers (1983) adalah suatu jejaring yang terdiri atas
individu-individu yang saling berhubungan. Mereka dihubungkan oleh arus komunikasi
yang terpola.

Rogers dan Kincaid (1981) menjelaskan, bahwa analisis jejaring

komunikasi adalah metode penelitian untuk mengindentifikasi struktur komunikasi
dalam suatu sistem dimana data hubungan mengenai arus komunikasi, dianalisis
dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis.
Lebih lanjut dijelaskan,

bahwa salah satu tujuan penetitian komunikasi yang

menggunakan analisis jejaring komunikasi adalah untuk memahami gambaran umum
tentang interaksi manusia dalarn suatu sistim.
Beberapa ha1 yang dapat dilakukan dalam analisis jejaring komunikasi adalah: (a)
mengidentifikasi klik dalarn suatu sistem dan menentukan bagaimana pengelompokan
struktural ini mempengaruhi komunikasi dalam sistem, (b) mengidentifikasi peran
khusus seseorang dalam jejaring

apakah dia sebagai laisons. bridges, dan isolate.

dan (c) mengukur berbagai indikator struktur komunikasi, seperti keterhubungan klik,
keterbukaan, dan keintegrasian klik.
Klik adalah bagian dari suatu sistem (subsistem) dirnana anggota-anggotanya
relatif lebih sering berinteraksi satu sama lain dibandingkan dengan anggota lainnya
dalam sistem komunikasi. Yang dimaksud dengan laisons adalah seorang individu

yang rnenghubungkan dua klik atau lebih dalarn suatu sistem, namun ia tidak menjadi
anggota dari klik-klik manapun. Sedangkan bridge adalah seorang individu yang
menghubungkan dua klik atau lebih dalam suatu sistern, dimana ia rnenjadi anggota
dari klik-klik tersebut.

Sedangkan yang dirnaksud isolate adalah individu yang tidak

menjadi anggota dalarn suatu sistern atau individu yang tidak terlibat dalarn jejaring
komunikasi.
Penelitian-penelitian mengenai difusi-inovasi yang pernah dilakukan oleh para
ilrnuwan sosial mernbuktikan bahwa proses difusi dan adopsi teknologi itu akan
banyak dipengaruhi oleh luasnya jejaring komunikasi yang dilakukan (Rogers dan
Kincaid, 1981). Mereka juga rnenemukan, bahwa ibu-ibu yang terikat dalam suatu
jejaring kornunikasi, terutama keanggotaan mereka dalam perkumpulan ibu-ibu,
rnengadopsi cara-cara keluarga berencana. Sedangkan ibu-ibu lain yang tidak terikat
dalarn jejaring
berencana.

komunikasi, hanya sedikit yang rnengadopsi cara-cara keluarga
Hal ini menunjukan bahwa ibu-ibu yang membicarakan keluarga

berencana dengan orang lain, cenderung mengadopsi ide tersebut (Gonzales dalam
Arnri Jahi, 1988). Penelitian Guirnaraes pada 20 desa di Brazil menunjukan buMi,
bahwa keterlibatan seseorang di dalam jejaring komunikasi berhubungan dengan
keinovativan mereka di dalarn bidang pertanian (Rogers and Kincaid, 1981).
Penelitian-penelitian tersebut di atas menunjukkan, bahwa terdapat hubungan
antara keterlibatan individu dalam suatu jejaring kornunikasi dengan adopsi inovasi
mereka. Individu-individu yang terlibat dalam suatu jejaring komunikasi rnempunyai
tingkat adopsi inovasi yang tinggi, sebaliknya bagi rnereka yang tidak terlibat dalam
jejaring kornunikasi umumnya cenderung tingkat adopsi terhadap inovasi rendah.
Hasil

penelitian Wasito

(1998) tentang

"Perspektif Jender dalam

Jejaring

Komunikasi Difusi Sistern Usaha Tani Berbasis Padi Berwawasan Agribisnis (SUTPA)

di Kabupaten Subang", menyimpulkan bahwa besar kecilnya peranan individu dalam
jejaring, derajat koneksi individu dan integrasi individu, atau ada tidaknya klik, bintang.
jembatan, liaison relatif tidak mempengaruhi tingkat penerapan SUTPA selama dan
setelah pengkajian.
Dalam suatu model jejaring komunikasi, ditemukan suatu peran sentral yang
disebut sebagai "Star". Peran ini berhubungan dengan keterlibatan seseorang dalam
jejaring komunikasi yakni seorang individu dalam sistem jejaring

komunikasi yang

menerima sejumlah besar pilihan oleh anggota lainnya dalam sistem tersebut.
Seorang individu yang berperan sebagai Star pasti ia merupakan pemuka pendapat
Rogers dan Shoemaker (1971) menyatakan bahwa "opinion

("Opinion Leader").

leader" adalah derajat dimana seorang individu mempunyai pengaruh terhadap
individu lainnya dalam merubah sikap dan perilaku secara informal sesuai cara-cara
yang diinginkannya.

Dalam jejaring komunikasi identifikasi peran seseorang sebagai

"opinion leader" dapat diukur dari banyaknya pilihan anggota dalam suatu sistim
tersebut terhadap seorang individu.

Oleh karenanya mereka mempunyai derajat

keterhubungan yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan anggota lainnya. Lebih
dari itu, biasanya ia mempunyai derajat keinovativan yang lebih tinggi pula.

Dalam

kaitan dengan adopsi di bidang pertanian, "opinion leader" sangat berperan sekati
dalam

menyebarkan

informasi tentang

inovasi.

Hasil

penelitian

Eko

(1993)

menyimpulkan bahwa keterlibatan petani dalam jejaring komunikasi yang meliputi luas
jejaring komunikasi dan peran "opinion leader" berhubungan dengan adopsi paket
teknologi Supra Insus.
Rogers (1983) mengatakan bahwa "opinion leader" adalah individu yang mampu
mernpengaruhi pendapat-pendapat orang tain tentang inovasi. Perilaku opinion leader
adalah sangat penting dalam menentukan tingkat adopsi terhadap suatu inovasi dan

sistem sosial. Hal itu

menurut Rogers disebabkan karena karakteristik yang dimiliki

"opinion leader" adalah: (a) mempunyai tingkat keterdedahan terhadap media rnassa
yang tinggi; (b) sangat kosmopolit; (c)mempunyai tingkat partisipasi sosial yang tinggi;
(d) mempunyai status ekonomi yang tinggi. Dalam ha1 ini peran "opinion leader" dilihat
dari fungsinya sebagai salahsatu sumber infomlasi bagi petani-petani lainnya sangat
strategis. Tingkat penerimaan informasi teknologi SUTPA akan sangat ditentukan oleh
peran dari "opinion leader" tersebut.

Ill. KERANGKA PEMlKlRAN DAN HlPOTESlS
3.1. Kerangka Pemikiran
SUTPA sebagai upaya terobosan dalarn rnernpercepat alih teknologi baru dan
adopsi kepada petani diterapkan dengan rnetode penelitian partisipatif-konsultatif
antara sernua pihak yang terkait, yakni: peneliti/penyuluh, Dinas Pertanian/Satpel
Bimas. Penyuluh Lapang, Pemerintah Daerah, Kelompok TaniIPetani. Keputusan
terakhir dalarn rnengadopsi teknologi SUTPA adalah tergantung pada petaninya
sendiri. faktor yang mempengaruhi petani dalam mengadopsi teknologi diduga adalah
karakteristik individu petani yang meliputi: tingkat pendidikan, pendapatan, luas .lahan
garapan, status lahan, keterdedahan terhadap media, dan keterlibatan dalam
kelernbagaan serta keterlibatan dalam jejaring komunikasi informal.
kelompok pada hamparan
Dalam rogram SUTPA, petani dikelompokkan atas: (I)
unti hamparan pengkajian khusus (UKP) yang menerapkan teknologi introduksi. (2)
Unit

harnparan pengkajian (UHP) yang menerapkan teknologi eksisting yang

diperbaiki, dan (3) Unit luar hamparan harnparan pengkajian (LUHP). Pengelompokan
ini dilakukan dengan maksud memperrnudah rnengukur dampak pengkajian SUTPA
yang difokuskan pada UPK. Hal ini dengan harapan terjadi rembesan pengaruh dari
UPK ke UHP dan LUHP.

Dengan demikian, seluruh hamparan mengadopsi paket

teknologi yang dikembangkan pada program SUTPA walaupun tingkat adopsinya
tidak sama.
Dalam ha1 ini karakteristik individu petani yang terlibat dalam jejaring kornunikasi
akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat adopsi inovasi. Analisis jejaring
komunikasi yang dimksud disini mencakup bentuk dan peran-peran individu dalam

jejaring

komunikasi

yang

diduga

akan

mempengaruhi kemampuannya

dalam

mengadopsi suatu inovasi.
Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Karakteristik Petani
a. Personal:
- Tingkat Pendidikan
Keterdedahan Media
- Keterlibatan dengan kelembagaan
b. Status Sosek:
- Pendapatan
Luas Lahan garapan
Status Lahan Garapan

-

Karakteristik Jejaring
Komunikasi:
Luas Jejaring Komunikasi
- Peran Opinion Leader

ADOPSI TEKNOLOGI
SUKPA

-

1

3.2. Hipotesis
Hipotesis yang akan dijawab dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
HI: Tingkat

pendidikan petani berhubungan dengan tingkat

adopsi mereka

terhadap paket teknologi SUTPA
H2: Tingkat

pendapatan petani berhubungan dengan tingkat adopsi mereka

terhadap paket teknologi SUPTA
H3: Status lahan garapan petani peserta SUTPA berhubungan dengan tingkat

adopsi rnereka terhadap paket teknologi Supta.
H4: Luas lahan garapan petani berhubungan dengan tingkat adopsi rnereka
terhadap paket teknologi SUTPA.
H5: Keterdedahan media masa petani berhubungan dengan tingkat adopsi mereka

terhadap paket teknologi SUPTA.

H6: Keterlibatan petani peserta SUTPA dengan kelembagaan berhubungan
dengan tingkat adopsi mereka terhadap paket teknologi SUTPA.

H7: Luas Jejaring komunikasi petani peserta SUTPA berhubungan dengan tingkat
adopsi mereka terhadap paket teknologi Supta.

H8: Keterikatan petani peserta SUTPA dengan Opinion Leader dalam Jejaring
Komunikasi berhubungan dengan tingkat adopsi mereka terhadap paket
teknologi SUTPA.

3.3. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat berbagai istilah yang perlu dijelaskan lebih lanjut.
terutama yang berkaitan dengan peubah-peubah yang akan diteliti.

Definisi istilah

yang dijelaskan dt bawah ini merupakan operasionalisasi peubah-peubah yang

-

berkaitan dengan penelitian yaitu:
Adopsi Teknologi SUTPA, menunjukan sejauhmana petani telah menerapkan
paket teknologi SUTPA. Jumlah unsur teknologi yang telah diterapkan secara tepat
dan teratur oleh petani, dikategorikan kedalam adopsi rendah (bila tidak sama
sekali atau hanya 1 s/d 2 unsur yang diterapkan), dan tinggi (bila menerapkan lebih
dari dua unsur teknologi SUTPA yang diterapkan).

r

Tingkat Pendidikan, yaitu pendidikan formal tertinggi yang pernah ditamatkan
petani. Tingkat penddikan dibedakan kedalam kategori rendah (tidak tamat sld
tamat SD), tinggi (tidak tamat SMTP - tamat SLTA).

r

Tingkat Pendapatan Petani, adalah semua pendapatan berupa uang atau barang
(setara rupiah) dari setiap anggota rumahtangga baik secara individu atau bersama
dalam jangka waktu satu tahun ditambah dengan penerimaan berupa kiriman,
sumbangan, hadiah dan pemberian pihak lain. Tingkat pendapatan dibedakan
kedalam kategori rendah (kurang dari 5.000.000 rupiah), dan tinggi (lebih dari

5.000.000rupiah).

-

Luas Lahan Garapan, adalah luas lahan pertanian yang digarap oleh petani
tersebut, diukur dengan satuan hektar. Luas lahan garapan dibedakan kedalam
kategori rendah (memiliki lahan kurang dari 0.5 ha), dan tinggi (memiliki lahan

-

sama atau lebih dari 0.5 ha).
Status tahan Garapan, adalah status pemilikan lahan pertanian usahatani yang
djkerjakan dan dikategorikan kedalam kepemilikan lahan sendiri, atau lahan
sewaan 1lahan bagi hasil (sakap).
Keterdedahan terhadap Media Massa, adalah frekuensi keterjangkauan pesan
melalui media massa dalam 1 minggu, atau dilihat dari pemilikan media massa
(Radio. TV dan media cetak) dan akses terhadap informasinya. Keterdedahan
media dibedakan kedalam kategori rendah (bila frekuensi kontak dengan media
kurang atau sama dengan 7 kali per minggu), dan tinggi (bila frekuensi kontak

-

dengan media lebih dari 7 kali per minggu).
Keterlibatan Petani dalam Kelembagaan, adalah keikutsertaanlinteraksi responden
dengan lembaga sosial atau ekonomi seperti kelompok tani, koperasi, atau asosiasi
usaha yang terkait dengan usahataninya. Jumlah keterlibatan petani dengan
kelembagaan dibedakan kedalam kategori rendah (berinteraksi dengan 1 - 2

-

kelembagaan), dan tinggi (berinteraksi dengan lebih dari 2 kelembagaan).
Keterlibatan Petani Dengan Opinion Leader, adalah sejauh mana frekuensi petani
berhubungan dengan opnion leader dalam membicarakan usahataninya, yang
dibedakan kedalam kategori rendah (berinteraksilberkomunikasi sebanyak 1 - 2 kali
per musim tanam), dan tinggi (berinteraksilberkomunikasi lebih dari 2 kali per
musim tanam).

Jejaring Kornunikasi adalah suatu rangkaian hubungan di antara individu-individu
dalam suatu sistem sosial sebagai akibat terjadinya pertukaran informasi di antara
individu-individu tersebut, sehingga membentuk pola-pola atau model-model
komunikasi tertentu.
Keterlibatan Petani Dalam Jejaring Komunikasi, menunjukan keajegan aktivitas
petan1 dalarn perilaku mereka berkornunikasi

dengan petani lainnya dalarn

membicarakan masalah yang berkenaan dengan teknologi SUTPA sehingga
membentuk jejaring komunikasi. Keterlibatan petani tersebut dapat dilihat dari: luas
jejaring komunikasi (derajat keterhubungan atau derajat koneksi individu).
Derajat koneksi individu adalah

Dokumen yang terkait

Tingkat Adopsi Petani Sayur Mayur Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran di Kelurahan Tanah Enam Ratus ( Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan )

0 29 95

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Ikan Kerambah Dan Dampaknya Terhadap Produktivitas Dan Pendapatan Usaha Tani Kabupaten Toba Samosir (Kecamatan Simanindo Desa Simairiudo Sangkal)

1 30 89

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Double Row Pada Usahatani Pisang Barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) Dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang).

4 57 108

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Penerimaan Petani Terhadap Informasi Teknologi Pertanian (Studi Korelasional Kepada Petani Di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat)

5 78 130

Keputusan Petani dalam Penerapan Teknologi Tanam Benih Langsung (Tabela) Program Pengkajian SUTPA di Jawa Barat

0 12 155

Hubungan Karakteristik Petani dan Jaringan Komunikasi dengan Adopsi Inovasi Teknologi Sistem Usaha Pertanian Jagung (Kasus di Kecamatan Rambah Hilir, Riau)

0 5 204

Jaringan Komunikasi Petani Dalam Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan Di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

1 12 192

Keputusan Petani dalam Penerapan Teknologi Tanam Benih Langsung (Tabela) Program Pengkajian SUTPA di Jawa Barat

0 4 145

ANALISIS PERAN JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TRAKTOR TANGAN DI KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

0 0 16

Hubungan Karakteristik Petani Dengan Tingkat Adopsi Petani Dalam Sekolah Lapang Iklim (Sli) Di Kabupaten Blora

0 0 95