Jaringan Komunikasi Petani Dalam Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan Di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

(1)

(Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)

PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang berjudul :

JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat),

adalah merupakan hasil karya dan hasil penelitian saya sendiri, dengan pembimbingan dari komisi pembimbing. Tesis ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi dan data yang digunakan berasal atau dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2007


(3)

PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI. FARMER’S COMMUNICATION NETWORK IN ADOPTED AGRICULTURE TECHNOLOGY INNOVATION (Case: Adopted Hand Tractor Innovation in Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) Under supervision of AIDA VITAYALA S. HUBEIS and SUMARDJO.

The objectives of the research is to describe and analyze: 1) the influence of farmer’s characteristic for communication network in adopted hand tractor innovation, 2) the influence of farming factors for communication network in adopted hand tractor and 3) the influence of characteristic innovation toward the velocity of adopted hand tractor innovation in plowing wet land.

Location of the research is at Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat by using descriptive survey method with sampling populaion approach, which consists of 80 respondents. Data collection is completed with questionnaires, interviews and field observation. Multiple regression is applied to analyze the influence among variables.

The results of the research show : 1) condition of the farmer’s characteristic have significant influence toward farmer’s communication network in the process of adopted hand tractor technology innovation for plowing wet land. More than 50% of the farmers are classified as the innovator and early adopter for adopted hand tractor innovation at Desa Neglasari. It caused by connectivity, diversity, integration and openness of farmers’ communication network both in individual level or clique level developed by convergency with support of local formal and non formal leaders such as ketua keompok tani, kepala desa, and petugas penyuluh lapangan (PPL). 2) The positive factors of farming characteristic for connectivity, diversity, integration and openness, showed that farmland and productivity give great contribution in the communication network. Plowing cost by hand tractor did not have influence for the adopted hand tractor innovation. 3) The positive factors of adopted innovation characteristic show that observabilty have given the best contribution for adopted hand tractor innovation. Most of the farmers believe that adopted hand tractor have given relatively high benefit and they also consider that complexity of hand tractor have negative value on its innovation. 4) To develop communication network dynamic among farmers, it is important to increase the role of formal and non formal local leaders included petugas penyuluh lapangan by pointing convergen communication and using mass communication media optimally as an effort to increase farmer’s cosmopolitant.


(4)

ABSTRAK

PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI. Jaringan Komunikasi Petani dalam Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pembimbing oleh AIDA VITAYALA S. HUBEIS dan SUMARDJO.

Penelitian ini bertujuan: 1) mempelajari pengaruh faktor faktor karakteristik petani terhadap jaringan komunikasi petani dalam kaitannya dengan tingkat adopsi inovasi traktor tangan, 2) mempelajari pengaruh faktor-faktor usahatani terhadap jaringan komunikasi petani berkaitan dengan tingkat adopsi inovasi traktor tangan dan 3), mengetahui seberapa besar pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan untuk mengolah lahan sawah petani.

Penelitian ini dilakukan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat, dengan menggunakan metode survai bersifat deskriftif dengan pendekatan tehnik sampling populasi terhadap 80 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Untuk melihat pengaruh peubah, dilakukan analisis secara statistik menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kondisi karakteristik petani mempunyai pengaruh nyata terhadap jaringan komunikasi petani dalam proses tingkat adopsi inovasi teknologi traktor tangan dalam pengolahan lahan sawah. Lebih dari lima puluh persen petani tergolong perintis dan pelopor dalam adopsi inovasi traktor tangan di desa Neglasari. Hal ini disebabkan oleh tingkat keeratan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan jaringan komunikasi petani baik level individu maupun level klik yang berkembang secara konvergen dengan dukungan peran dari tokoh-tokoh formal dan nonformal masyarakat lokal. (2) Faktor-faktor positif dari karakterisik usahatani atas tingkat keterkaitan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan, menunjukkan bahwa luas lahan garapan dan produktifitas lahan memberi konstribusi paling besar terhadap jaringan komunikasi. Biaya pengolahan lahan dengan traktor tangan tidak memberi pengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi traktor tangan. (3) Faktor-faktor positif dari ciri-ciri adopsi inovasi menunjukkan tingkat observabilitas memberi konstribusi terbesar terhadap tingkat adopsi inovasi traktor tangan. Sebagian besar petani merasakan adopsi inovasi traktor tangan memberi tingkat keuntungan relatif tergolong tinggi, dan sebaliknya petani menganggap tingkat kompleksitas traktor tangan bernilai negatif terhadap adopsi inovasi taktor tangan. (4) Untuk mengembangkan dinamika jaringan komunikasi di tingkat petani perlu meningkatkan peran tokoh-tokoh formal dan informal termasuk petugas penyuluh lapangan dengan mengedepankan komunikasi konvergen dan memanfaatkan media komunikasi massa secara optimal sebagai upaya meningkatkan kekosmopolitan petani.


(5)

(Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)

PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan


(6)

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopi, mikrofilm, dan sebagainya.


(7)

i Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... viii xiii xiv xv PENDAHULUAN Latar Belakang... Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian... Kegunaan Penelitian... 1 5 6 7 TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Jaringan Komunikasi... Analisis Jaringan Komunikasi... Ciri-Ciri Inovasi... Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian... Karakteristik Petani dan Usahatani... Peran Kelompok Tani...

8 10 12 14 16 18

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran... Hipotesis...

20 22

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian... Populasi dan Sampel... Desain Penelitian... Definisi Operasional... Validitas dan Reliabilitas... Analisis Data... 23 23 24 25 31 34

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi dan Wilayah Desa Neglasari... Kondisi Karakteristik Petani Desa Neglasari... ...

37 40


(8)

ii

Jaringan Komunikasi...

Sosiometri Jaringan Komunikasi... Struktur Jaringan Komunikasi Level Individu... Struktur Jaringan Komunikasi Level Klik... Adopsi Inovasi Traktor Tangan... Ciri-Ciri Inovasi... Tingkat Kecepatan Adopsi Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Faktor Internal terhadap Jaringan Komunikasi

dan Tingkat Adopsi Inovasi... Pengaruh Karakteristik Petani terhadap

Jaringan Komunikasi... Pengaruh Karakteristik Petani terhadap Adopsi

Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Karakteristik Usahatani terhadap

Jaringan Komunikasi... Pengaruh Karakteristik Usahatani terhadap

Adopsi Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Ciri-Ciri Inovasi terhadap Adopsi

Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Jaringan Komunikasi terhadap Adopsi

Inovasi Traktor Tangan... 45 45 52 55 57 57 60

63

63

67

68

71

74

77

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan... Saran...

80 81

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

82 84


(9)

Latar Belakang

Kebutuhan pangan dunia yang semakin meningkat siiring dengan meningkatnya populasi penduduk, tumbuhnya kesadaran terhadap kesehatan dan berkembangnya tingkat kesejahteraan telah menarik perhatian masyarakat dunia melalui organisasi pangan duniaFAO (Food and Agricultural Organization. FAO melakukan pertemuan secara berkala melalui forum Word Food Summit untuk mendiskusikan berbagai masalah pangan dunia. Word Food Summit tahun 1996, menekankan bagaimana pentingnya ketahanan pangan dengan dikeluarkannya kesepakatan bersama “untuk mencapai ketahanan pangan bagi setiap orang dan untuk melanjutkan upaya menghilangkan kelaparan di seluruh Negara”(Husodo, 2004).

Perkembangan penggunaan teknologi pertanian sangat pesat dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk memenuhi bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang terus bertambah. Bahan pangan diperlukan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas untuk memenuhi kecukupan gizi dan meningkatkan kesehatan individu atau masyarakat dunia yang semakin modern. Penerapan teknologi pertanian baik dalam kegiatan prapanen maupun pasca panen, menjadi penentu dalam mencapai kecukupan pangan baik kuantitas maupun kualitas produksi. Teknologi pertanian telah berperan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahatani komoditas pangan di negara-negara maju dan negara-negara-negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Mosher, 1970).

Menurut Husodo (2004) kebutuhan beras nasional mencapai sekitar 36 juta ton pada tahun 2035 dengan jumlah penduduk diperkirakan mencapai sekitar 400 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,6 persen per tahun, sedangkan produksi dalam negeri tahun 2001 hanya mencapai sekitar 29 juta ton.


(10)

2

meningkat, 4) pola usahatani masih tradisional dan subsisten, 5) produktivitas lahan sawah masih rendah, 6) tenaga kerja generasi baru semakin tidak tertarik pada usahatani sawah, 7) adopsi inovasi teknologi pertanian masih terbatas, dan 8) tingkat kesejahteraan petani masih rendah.

Menurut Handaka (2004) penggunaan Alat dan Mesin Pertanian (ALSINTANI) yang mencakup alat dan mesin peranian (farm power and machinery), tehnik tanah dan air (soil water engineering), prosesing hasil pertanian, bangunan pertanian, energi dan elektrifikasi pertanian serta sistem mekanisasi pertanian, mempunyai peran besar dalam pertumbuhan produksi pertanian. Berbagai alat dan mesin pertanian yang telah banyak digunakan petani sawah dalam meningkatkan produksi dan produktivitas bahan pangan beras adalah: traktor tangan (hand tractor), pompa air, perontok gabah, mesin penggilingan padi dan Rice Milling Unit (RMU). Populasi penggunaan alat dan mesin pertanian berkembang pesat dikalangan petani terutama pada kegiatan usahatani pengolahan lahan, panen dan pasca panen.


(11)

(Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)

PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI


(12)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang berjudul :

JARINGAN KOMUNIKASI PETANI DALAM ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat),

adalah merupakan hasil karya dan hasil penelitian saya sendiri, dengan pembimbingan dari komisi pembimbing. Tesis ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi dan data yang digunakan berasal atau dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2007


(13)

PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI. FARMER’S COMMUNICATION NETWORK IN ADOPTED AGRICULTURE TECHNOLOGY INNOVATION (Case: Adopted Hand Tractor Innovation in Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) Under supervision of AIDA VITAYALA S. HUBEIS and SUMARDJO.

The objectives of the research is to describe and analyze: 1) the influence of farmer’s characteristic for communication network in adopted hand tractor innovation, 2) the influence of farming factors for communication network in adopted hand tractor and 3) the influence of characteristic innovation toward the velocity of adopted hand tractor innovation in plowing wet land.

Location of the research is at Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat by using descriptive survey method with sampling populaion approach, which consists of 80 respondents. Data collection is completed with questionnaires, interviews and field observation. Multiple regression is applied to analyze the influence among variables.

The results of the research show : 1) condition of the farmer’s characteristic have significant influence toward farmer’s communication network in the process of adopted hand tractor technology innovation for plowing wet land. More than 50% of the farmers are classified as the innovator and early adopter for adopted hand tractor innovation at Desa Neglasari. It caused by connectivity, diversity, integration and openness of farmers’ communication network both in individual level or clique level developed by convergency with support of local formal and non formal leaders such as ketua keompok tani, kepala desa, and petugas penyuluh lapangan (PPL). 2) The positive factors of farming characteristic for connectivity, diversity, integration and openness, showed that farmland and productivity give great contribution in the communication network. Plowing cost by hand tractor did not have influence for the adopted hand tractor innovation. 3) The positive factors of adopted innovation characteristic show that observabilty have given the best contribution for adopted hand tractor innovation. Most of the farmers believe that adopted hand tractor have given relatively high benefit and they also consider that complexity of hand tractor have negative value on its innovation. 4) To develop communication network dynamic among farmers, it is important to increase the role of formal and non formal local leaders included petugas penyuluh lapangan by pointing convergen communication and using mass communication media optimally as an effort to increase farmer’s cosmopolitant.


(14)

ABSTRAK

PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI. Jaringan Komunikasi Petani dalam Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian (Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pembimbing oleh AIDA VITAYALA S. HUBEIS dan SUMARDJO.

Penelitian ini bertujuan: 1) mempelajari pengaruh faktor faktor karakteristik petani terhadap jaringan komunikasi petani dalam kaitannya dengan tingkat adopsi inovasi traktor tangan, 2) mempelajari pengaruh faktor-faktor usahatani terhadap jaringan komunikasi petani berkaitan dengan tingkat adopsi inovasi traktor tangan dan 3), mengetahui seberapa besar pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan untuk mengolah lahan sawah petani.

Penelitian ini dilakukan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat, dengan menggunakan metode survai bersifat deskriftif dengan pendekatan tehnik sampling populasi terhadap 80 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Untuk melihat pengaruh peubah, dilakukan analisis secara statistik menggunakan analisis regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kondisi karakteristik petani mempunyai pengaruh nyata terhadap jaringan komunikasi petani dalam proses tingkat adopsi inovasi teknologi traktor tangan dalam pengolahan lahan sawah. Lebih dari lima puluh persen petani tergolong perintis dan pelopor dalam adopsi inovasi traktor tangan di desa Neglasari. Hal ini disebabkan oleh tingkat keeratan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan jaringan komunikasi petani baik level individu maupun level klik yang berkembang secara konvergen dengan dukungan peran dari tokoh-tokoh formal dan nonformal masyarakat lokal. (2) Faktor-faktor positif dari karakterisik usahatani atas tingkat keterkaitan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan, menunjukkan bahwa luas lahan garapan dan produktifitas lahan memberi konstribusi paling besar terhadap jaringan komunikasi. Biaya pengolahan lahan dengan traktor tangan tidak memberi pengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi traktor tangan. (3) Faktor-faktor positif dari ciri-ciri adopsi inovasi menunjukkan tingkat observabilitas memberi konstribusi terbesar terhadap tingkat adopsi inovasi traktor tangan. Sebagian besar petani merasakan adopsi inovasi traktor tangan memberi tingkat keuntungan relatif tergolong tinggi, dan sebaliknya petani menganggap tingkat kompleksitas traktor tangan bernilai negatif terhadap adopsi inovasi taktor tangan. (4) Untuk mengembangkan dinamika jaringan komunikasi di tingkat petani perlu meningkatkan peran tokoh-tokoh formal dan informal termasuk petugas penyuluh lapangan dengan mengedepankan komunikasi konvergen dan memanfaatkan media komunikasi massa secara optimal sebagai upaya meningkatkan kekosmopolitan petani.


(15)

(Kasus Adopsi Inovasi Traktor Tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat)

PARLAUNGAN ADIL RANGKUTI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi

Pembangunan Pertanian dan Pedesaan


(16)

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopi, mikrofilm, dan sebagainya.


(17)

i Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... viii xiii xiv xv PENDAHULUAN Latar Belakang... Perumusan Masalah ... Tujuan Penelitian... Kegunaan Penelitian... 1 5 6 7 TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Jaringan Komunikasi... Analisis Jaringan Komunikasi... Ciri-Ciri Inovasi... Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian... Karakteristik Petani dan Usahatani... Peran Kelompok Tani...

8 10 12 14 16 18

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran... Hipotesis...

20 22

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian... Populasi dan Sampel... Desain Penelitian... Definisi Operasional... Validitas dan Reliabilitas... Analisis Data... 23 23 24 25 31 34

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi dan Wilayah Desa Neglasari... Kondisi Karakteristik Petani Desa Neglasari... ...

37 40


(18)

ii

Jaringan Komunikasi...

Sosiometri Jaringan Komunikasi... Struktur Jaringan Komunikasi Level Individu... Struktur Jaringan Komunikasi Level Klik... Adopsi Inovasi Traktor Tangan... Ciri-Ciri Inovasi... Tingkat Kecepatan Adopsi Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Faktor Internal terhadap Jaringan Komunikasi

dan Tingkat Adopsi Inovasi... Pengaruh Karakteristik Petani terhadap

Jaringan Komunikasi... Pengaruh Karakteristik Petani terhadap Adopsi

Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Karakteristik Usahatani terhadap

Jaringan Komunikasi... Pengaruh Karakteristik Usahatani terhadap

Adopsi Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Ciri-Ciri Inovasi terhadap Adopsi

Inovasi Traktor Tangan... Pengaruh Jaringan Komunikasi terhadap Adopsi

Inovasi Traktor Tangan... 45 45 52 55 57 57 60

63

63

67

68

71

74

77

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan... Saran...

80 81

DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

82 84


(19)

Latar Belakang

Kebutuhan pangan dunia yang semakin meningkat siiring dengan meningkatnya populasi penduduk, tumbuhnya kesadaran terhadap kesehatan dan berkembangnya tingkat kesejahteraan telah menarik perhatian masyarakat dunia melalui organisasi pangan duniaFAO (Food and Agricultural Organization. FAO melakukan pertemuan secara berkala melalui forum Word Food Summit untuk mendiskusikan berbagai masalah pangan dunia. Word Food Summit tahun 1996, menekankan bagaimana pentingnya ketahanan pangan dengan dikeluarkannya kesepakatan bersama “untuk mencapai ketahanan pangan bagi setiap orang dan untuk melanjutkan upaya menghilangkan kelaparan di seluruh Negara”(Husodo, 2004).

Perkembangan penggunaan teknologi pertanian sangat pesat dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) untuk memenuhi bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang terus bertambah. Bahan pangan diperlukan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas untuk memenuhi kecukupan gizi dan meningkatkan kesehatan individu atau masyarakat dunia yang semakin modern. Penerapan teknologi pertanian baik dalam kegiatan prapanen maupun pasca panen, menjadi penentu dalam mencapai kecukupan pangan baik kuantitas maupun kualitas produksi. Teknologi pertanian telah berperan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahatani komoditas pangan di negara-negara maju dan negara-negara-negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Mosher, 1970).

Menurut Husodo (2004) kebutuhan beras nasional mencapai sekitar 36 juta ton pada tahun 2035 dengan jumlah penduduk diperkirakan mencapai sekitar 400 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,6 persen per tahun, sedangkan produksi dalam negeri tahun 2001 hanya mencapai sekitar 29 juta ton.


(20)

2

meningkat, 4) pola usahatani masih tradisional dan subsisten, 5) produktivitas lahan sawah masih rendah, 6) tenaga kerja generasi baru semakin tidak tertarik pada usahatani sawah, 7) adopsi inovasi teknologi pertanian masih terbatas, dan 8) tingkat kesejahteraan petani masih rendah.

Menurut Handaka (2004) penggunaan Alat dan Mesin Pertanian (ALSINTANI) yang mencakup alat dan mesin peranian (farm power and machinery), tehnik tanah dan air (soil water engineering), prosesing hasil pertanian, bangunan pertanian, energi dan elektrifikasi pertanian serta sistem mekanisasi pertanian, mempunyai peran besar dalam pertumbuhan produksi pertanian. Berbagai alat dan mesin pertanian yang telah banyak digunakan petani sawah dalam meningkatkan produksi dan produktivitas bahan pangan beras adalah: traktor tangan (hand tractor), pompa air, perontok gabah, mesin penggilingan padi dan Rice Milling Unit (RMU). Populasi penggunaan alat dan mesin pertanian berkembang pesat dikalangan petani terutama pada kegiatan usahatani pengolahan lahan, panen dan pasca panen.


(21)

Traktor tangan atau traktor 2-roda adalah salah satu teknologi alat dan mesin pertanian yang telah banyak digunakan petani dalam mengolah lahan sawah sebagai pengganti tenaga manusia dan tenaga ternak. Traktor tangan banyak diminati petani yang memiliki skala usahatani kecil dengan lahan sempit, seperti di Jepang, Korea Selatan, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam, Philipina, China dan lain-lain. Traktor tangan memiliki 5 komponen utama yakni: motor penggerak, dudukan motor dengan titik gandeng, rumah gigi transmisi termasuk kopling master dan titik gandeng belakang, stir dengan tuas kontrol dan roda. Untuk kegiatan pengolahan lahan traktor tangan dilengkapi dengan alat bajak singkal dan alat garu sisir (Sitompul, 1998).

Pengenalan traktor tangan di Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 1960-an, namun penggunaannya oleh petani baru mendapat tanggapan dalam dasawarsa tahun 1970-1980-an. Perkembangan penggunaan traktor tangan oleh petani semakin meningkat akibat adanya tantangan yang timbul antara lain: 1) ledakan hama dan penyakit yang menuntut dilakukannya pola tanam serempak, 2) ketersediaan sumberdaya air menyebabkan adanya golongan tanaman dan periode waktu tanam semakin pendek, 3) semakin berkurangnya tenaga kerja manusia dan ternak. Pengembangan penggunaan traktor tangan dilingkungan petani dilakukan melalui kelompok tani seiring dengan dikembangkanya program BIMAS (Bimbingan Massal) dalam pengembangan usahatani padi.

Untuk meningkatkan kemampuan petani dalam penggunaan alat dan mesin pertanian, pemerintah telah mengintrodusir konsep UPJA (Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian/Alsintani). UPJA merupakan salah satu bentuk bisnis mekanisasi pertanian yang ditumbuhkan untuk mendorong peningkatan produksi dan kesempatan kerja di pedesaan. Pengunaan traktor tangan seluruh Indonesia telah mencapai 84.664 buah dan sebagian besar petani sawah di Jawa Barat telah menggunakan traktor tangan dalam mengolah lahan (Handaka, 2004).

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) Jawa Barat (2004) jumlah traktor tangan yang digunakan petani di Propinsi Jawa Barat telah mencapai 16.945 buah dan sebanyak 722 buah berada di Kabupaten Cianjur. Beberapa faktor pendukung meningkatnya adopsi inovasi teknologi traktor tangan untuk mengolah lahan sawah antara lain: (1) persaingan lapangan kerja di bidang pertanian dengan


(22)

4

lapangan kerja lain (jasa dan industri) (2) tenaga usia muda yang semakin tidak tertarik pada usahatani sawah, (3) berkurangnya ketersediaan tenaga kerja ternak di pedesaan, (4) kapasitas tenaga kerja manusia yang terbatas untuk mengolah lahan tepat waktu, (5) biaya pengolahan lahan dengan traktor tangan lebih murah, dan (6) traktor tangan mudah diperoleh di lokasi.

Jaringan komunikasi mempunyai peranan besar dalam pengembangan adopsi inovasi traktor tangan, karena melalui jaringan komunikasi petani dapat memperoleh informasi tentang penggunaan dan manfaatnya dalam pengembangan usahatani sawah. Menurut Rogers dan Kincaid (1981) pada jaringan komunikasi akan tergambar individu yang mempunyai peran khusus seperti pemuka pendapat (opinion leader), perantara (liasons), jembatan (bridges) dan pencilan (isolated) dalam kelompok. Dalam jaringan komunikasi terdapat beberapa struktural yang dapat diukur pada tingkat kelompok tani yakni derajat keterkaitan (connectedness index), derajat keragaman (diversity index), derajat kekompakan (integrity index) dan derajat keterbukaan (openess index).

Tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan dipengaruhi oleh beberapa karakteristik individu petani seperti; umur, pendidikan, pengalaman, keberanian menghadapi resiko dan kekosmopolitan dan beberapa karakteristik usahatani petani seperti luas pengelolaan lahan, biaya pengolahan lahan, produktivitas lahan, dan harga jual gabah per kilogram. Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) tingkat adopsi inovasi teknologi pertanian dapat diukur dalam kategori: inovator (innovators), pelopor (early adopters), pengikut dini (early mayority), pengikut akhir (lately mayority) dan pengikut paling akhir/kolot (laggards)). Kecepatan adopsi inovasi ditentukan oleh ciri-ciri inovasi yang terdiri dari keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas dan observabilitas.

Dari hasil survai pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Bojongpicung menunjukkan bahwa terdapat 112 traktor tangan tersebar di kelompok tani melayani luas tanam padi sawah 7.426 ha per tahun atau tiap 1 traktor melayani sekitar 663 ha per tahun. Traktor tangan telah mulai dikenal petani sejak tahun 70-an, melalui program intensifikasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Pusat Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Departemen Pertanian yang berada di Cihea, Kecamatan Bojongpicung. Inovasi traktor tangan di desa-desa sekitar


(23)

Kecamatan Bojongpicung telah terjadi secara bertahap melalui jaringan komunikasi yang terbentuk dilingkungan petani melalui kelompok tani yang telah ada. Petani menerapkan model UPJA yang telah dikembangkan oleh pemerintah secara swadaya (UPJA Swadaya), melalui kelompok tani yang mereka anggap telah efektif dalam mengembangkan traktor tangan dengan sistem beli (milik) dan sewa.

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam proses jaringan komunikasi terhadap adopsi inovasi traktor tangan dilingkungan petani perlu pengkajian yang dapat menguraikan bagaimana pengaruh karakteristik individu petani dalam jaringan komunikasi terhadap kecepatan adopsi inovasi teknologi taktor tangan, bagaimana pengaruh karakteristik usahatani dalam jaringan komunikasi terhadap kecepatan adopsi inovasi teknologi traktor tangan dan apakah ada pengaruh antara karakteristik individu petani dengan karakteristik usahatani dalam jaringan komunikasi petani pengguna traktor tangan.

Perumusan Masalah

Desa Neglasari di Kecamatan Bojongpicung adalah salah satu desa yang memiliki daerah persawahan irigasi teknis, dan petani pada umumnya telah menggunakan traktor tangan dalam mengolah lahan sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Pergantian cara pengolahan lahan sawah dari menggunakan tenaga manusia dan tenaga ternak dengan traktor tangan terjadi secara bertahap melalui proses adopsi inovasi teknologi yang dipengaruhi oleh faktor internal, eksternal dan jaringan komunikasi antar petani atau kelompok tani.

Untuk menggunakan traktor tangan, petani memerlukan informasi berkaitan dengan segala sesuatu tentang traktor tangan baik masalah teknis, manfaat ekonomi, kesesuaian sosial budaya dan sebagainya. Informasi yang diperlukan petani dalam adopsi inovasi teknologi traktor tangan dapat diperoleh petani melalui jaringan komunikasi antar petani atau kelompok pengguna traktor tangan dan dari luar kelompoknya. Jaringan komunikasi antara petani merupakan proses pertukaran informasi yang terbentuk dalam suatu kelompok kecil yang berupa klik sosial (social clique) (Soekartawi, 1988).


(24)

6

Klik sosial merupakan struktur sosial yang penting dalam proses adopsi inovasi teknologi pertanian dan telah terbentuk di lingkungan petani dalam beberapa kelompok tani. Petani sebagai individu anggota kelompok tani memiliki karakteristik yang beragam, dan masing-masing mempunyai karakteristik usahatani yang berbeda-beda, sehingga mempunyai kecepatan yang tidak sama dalam mengadopsi inovasi teknologi traktor tangan. Untuk mengetahui bagaimana kecepatan adopsi inovasi traktor tangan di Kabupaten Cianjur perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mendorong keikutsertaan petani dalam jaringan komunikasi.

Beberapa pertanyaan pokok yang berkaitan dengan karakteristik individu, karakteristik usahatani, jaringan komunikasi dan tingkat adopsi inovasi traktor tangan untuk peningkatan efisiensi pengolahan lahan dan produktivitas padi sawah di tingkat petani adalah:

1) Bagaimana pengaruh karakteristik individu petani dan karakteristik usahatani terhadap jaringan komunikasi serta pengaruhnya terhadap kecepatan adopsi inovasi teknologi taktor tangan ?

2) Bagaimana pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap jaringan komunikasi dan terhadap kecepatan adopsi inovasi teknologi traktor tangan ?

3) Apakah ada pengaruh jaringan komunikasi terhadap tingkat kecepatan adopsi inovasi teknologi traktor tangan ?

Tujuan Penelitian

Atas dasar pemikiran dan permasalahan tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah melakukan eksplorasi terhadap jaringan komunikasi petani pengguna traktor tangan dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas pengolahan lahan sawah. Setelah melihat berbagai tantangan yang berkembang dalam masyarakat tani untuk kegiatan mengolah lahan sawah, secara spesifik penelitian ini bertujuan:

1) Mengetahui faktor-faktor karakteristik petani yang mempengaruhi jaringan komunikasi petani berkaitan dengan tingkat kecepatan adopsi inovasi teknologi traktor tangan.


(25)

2) Mempelajari seberapa jauh pengaruh karakteristik usahatani terhadap jaringan komunikasi petani dalam kaitannya dengan tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan.

3) Mengetahui seberapa besar pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan untuk mengolah lahan sawah petani.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi percepatan perubahan pembangunan pertanian tradisional menuju pertanian modern sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan nasional, dan kesejahteraan petani melalui akselerasi penerapan teknologi pertanian, khususnya penggunaan traktor tangan dengan pendekatan kawasan dan agribisnis. Secara spesifik kegunaan penelitian ini adalah:

1) Merumuskan bagaimana pengaruh karakteristik individu petani dan karakteristik usahatani dengan jaringan komunikasi petani dalam upaya peningkatan tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan untuk kegiatan mengolah lahan sawah.

2) Merumuskan saran-saran kepada pemerintah daerah Kabupaten Cianjur untuk mendorong percepatan pembangunan pertanian melalui pengembangan penggunaan traktor tangan secara efektif dan produktif di tingkat petani.

3) Sebagai masukan bagi pemerintah, praktisi, dan peneliti untuk percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian di tingkat petani dalam upaya memperkokoh ketahanan pangan nasional melalui pengembangan komunikasi pembangunan pertanian dan pedesaan.


(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Jaringan Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sejak lahir dan selama proses kehidupannya. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individu, diantara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, dan organisasi. Menurut Rogers dan Kincaid (1981) bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan membuat dan berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Djuarsa (1993) menjelaskan bahwa komunikasi memiliki beberapa karakteristik yaitu: 1) komunikasi adalah suatu proses, 2) komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan, 3) komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kejasama dari pelaku yang terlibat, 4) komunikasi bersifat simbolis, 5) komunikasi bersifat transaksional dan 6) komunikasi menembus faktor ruang dan waktu.

Dalam perkembangan pemanfaatan ilmu komunikasi, telah banyak digunakan dalam bidang pertanian. Menurut Soekartawi (2005) komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik perorangan maupun secara berkelompok yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan. Kemajuan teknologi dalam masyarakat modern sangat dipengaruhi oleh lingkungan, interaksi antar perorangan maupun antar kelompok menjadi faktor penting untuk menentukan keberhasilan penyampaian informasi dalam komunikasi. Komunikasi yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara komunikator dan komunikan untuk mencapai tujuan bersama akan membentuk jaringan komunikasi.

Dalam sejarah perkembangan komunikasi, proses komunikasi di lingkungan petani sering dipengaruhi dan dimonopoli oleh pemberi pesan (komunikator), yang dikenal dengan model komunikasi linear bersifat statis. Peran komunikan sebagai penerima pesan, ternyata dapat diberi peran untuk mencapai keberhasilan komunikasi, yang kemudian dikenal dengan istilah


(27)

two-way traffic atau komunikasi konvergen. Menurut Rogers (1983) pendekatan konvergensi yang didasarkan pada model komunikasi sirkuler, menggantikan komunikai linear merupakan pilihan yang lebih tepat untuk digunakan dalam mengembangkan jaringan komunikasi dan pembangunan partisipatif.

Schramm (1973) mengemukakan bahwa jaringan komunikasi terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan satu sama lain, saling mempengaruhi, dan berbagi informasi untuk mencapai tujuan bersama. Jaringan komunikasi terbentuk dalam suatu sistem atau klik yakni suatu hubungan yang relatif stabil antara dua individu atau lebih dalam proses penerimaan dan pengiriman informasi dalam satu kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Menurut Rogers dan Kincaid (1981) jaringan komunikasi adalah suatu hubungan yang relatif stabil antara dua individu atau lebih yang terlibat dalam proses pengiriman dan penerimaan informasi. Lebih lanjut Berger dan Chaffee (1987) mengemukakan bahwa jaringan komunikasi adalah sebagai suatu pola yang teratur dari kontak antara individu yang dapat diidentifikasi sebagai pertukaran informasi yang dialami seseorang di dalam sistem sosialnya.

Robbins diacu dalam Moekijat (1993) mengemukakan bahwa jaringan komunikasi adalah dimensi vertikal dan horisontal dalam komunikasi organisasi yang dibangunkan dalam bermacam-macam pola. Jaringan komunikasi dibagi dalam lima macam jaringan yaitu jaringan rantai, jaringan Y, jaringan roda, jaringan lingkaran dan jaringan semacam saluran. Berdasarkan kriteria jaringan komunikasi tersebut, tidak ada satupun jaringan yang akan menjadi terbaik untuk semua kejadian. Apabila kecepatan yang penting maka jaringan roda dan semua saluran yang lebih disukai. Jaringan rantai, jaringan Y dan jaringan roda mendapat nilai yang tinggi untuk kecermatannya.

Untuk mempertajam analisa jaringan komunikasi perlu memahami beberapa konsep yaitu: konsep jaringan sentralisasi versus desentralisasi. Dalam konsep ini kemudian dikenal jaringan komunikasi model Y, bintang, all channel, rantai dan konsep independen dimana anggota bebas dari pemilihan terhadap posisinya untuk memperoleh informasi (berkomunikasi) lebih dapat terpuaskan (Beebe dan Materson, 1994).


(28)

10

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian jaringan komunikasi adalah suatu rangkaian hubungan di antara individu-individu dalam suatu sistem sosial sebagai akibat dari terjadinya pertukaran informasi di antara individu-individu tersebut, sehingga membentuk pola-pola atau model jaringan komunikasi tertentu. Analisa jaringan komunikasi dapat dilakukan dengan pendekatan sosiogram yang dilengkapi dengan deskriptif faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

Analisis Jaringan Komunikasi

Rogers dan Kincaid (1981) menegaskan bahwa analisis jaringan komunikasi merupakan metode penelitian untuk mengidentifikasi struktur komunikasi dalam suatu sistem, dimana data hubungan mengenai arus komunikasi dengan menggunakan beberapa tipe hubungan interpersonal sebagai unit analisis. Sebagai dasar untuk mengetahui apakah individu-individu itu dapat dimasukkan ke dalam suatu klik atau tidak, ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi klik, yaitu: (1) setiap klik minimal harus terdiri dari 3 anggota; (2) setiap anggota klik minimal harus mempunyai derajat keterhubungan 50 persen dari hubungan-hubungannya di dalam klik; dan (3) seluruh anggota klik baik secara langsung maupun tidak langsung harus saling berhubungan melalui suatu rantai hubungan dyadic yang berlangsung secara kontinyu dan menyeluruh di dalam klik.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam analisis jaringan komunikasi adalah: 1) mengidentifikasi klik dalam suatu sistem, 2) mengidentifikasi peranan khusus seseorang dalam jaringan misalnya sebagai opinion leader, liasions, bridges, atau isolated, dan 3) mengukur berbagai indikator (indeks) struktur komunikasi seperti keterhubungan klik, keterbukaan klik, keintegrasian klik dan lain sebagainya. Opinion leader adalah seorang pemuka pendapat dan agen pembaharu yang relatif sering dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain untuk bertindak dalam cara tertentu secara informal. Liaison adalah seorang indvidu yang menghubungkan dua klik atau lebih dalam suatu sistem, namun ia tidak menjadi anggota klik manapun. Bridge adalah seorang individu yang menghubungkan dua klik


(29)

atau lebih dalam suatu sistem, dan ia menjadi anggota dari klik-klik tersebut. Isolated adalah individu yang tidak menjadi anggota dalam suatu sistem atau individu yang tidak terlibat dalam dalam jaringan komunikasi (Rogers dan Kincaid, 1981)

Setyanto (1993) menegaskan bahwa analisis jaringan komunikasi mempunyai dua konsep dasar tentang tingkah laku sosial. Pertama, dalam analisis jaringan komunikasi harus dilihat bahwa keterlibatan individu yang ada di dalamnya dan tidak hanya seorang melainkan melibatkan banyak pelaku yang berpartisispasi dalam sistem sosial tersebut. Sifat hubungan yang terdapat pada individu juga akan terdapat pada individu lain yang terlibat dan mungkin dapat mempengaruhi terhadap persepsi, kepercayaan dan tindakan masing-masing individu. Di dalam analisis jaringan, langkah-langkah ini tidak hanya berhenti pada penjumlahan dari tingkah laku sosial saja. Kedua, dalam jaringan komuikasi perlu diperhatikan berbagai tingkatan struktur dalam sistem sosial, sebab suatu struktur sosial tertentu berisi keteraturan pola hubungan dari suatu keadaan nyata. Untuk mengetahui jaringan komunikasi serta peranannya dapat digunakan analisis jaringan yang dapat mengetahui bentuk hubungan atau koneksi orang-orang dalam organisasi serta kelompok tertentu (klik), keterbukaan satu kelompok dengan kelompok lainnya dan orang-orang yang memegang peranan utama dalam organisasi.

Menurut Rogers dan Kincaid (1981), dalam menjalin hubungan sosial pada jaringan komunikasi setiap aktor membawa ciri-ciri kepribadiannya sendiri, sehingga konfigurasi masuknya atau keluarnya seorang aktor dalam jaringan hubungan sosial akan mempengaruhi struktur interaksi yang diciptakan. Pola atau model jaringan komunikasi dapat dibedakan menjadi dua yakni model jaringan jari-jari (radial personal network) dan model jaringan personal saling mengunci (interlocking personal network). Model jaringan tersebut dapat memusat (interlocking) yang mempunyai derajat integrasi yang tinggi dan menyebar (radial) mempunyai derajat integrasi yang rendah.

Zulkarnain (2002) mengemukakan bahwa karakteristik individu akan sangat menentukan atau mempengaruhi perilaku komunikasinya yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindak terhadap lingkungannya. Karakteristik individu merupakan aspek personal seseorang yang meliputi umur,


(30)

12

tingkat pendidikan dan ciri psikologisnya. Lebih lanjut Slamet (1981) merinci bahwa ada perbedaan karakteristik individu yang turut mempengaruhi cepat lambatnya proses adopsi yang meliputi: umur, pendidikan, status sosial ekonomi, pola hubungan (lokalit versus kosmopolit), keberanian mengambil resiko, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalisme dan diagnotisme.

Beberapa variabel pengukuran dalam jaringan komunikasi antara lain: keterkaitan klik (clique connectedness), keragaman klik (clique diversity), kekompakan klik (clique integration) dan keterbukaan klik (clique openess). Yang dimaksud dengan tingkat keterkaitan, keragaman, kekompakan dan keterbukaan klik (Rogers dan Kincaid, 1981) adalah:

1) Tingkat keeratan (Connectedness Index) adalah derajat keeratan hubungan antara anggota jaringan yang satu dengan yang lainnya.

2) Tingkat keragaman (Diversity Index) adalah sedikit banyaknya hubungan komunikasi yang terjadi antara jaringan

3) Tingkat integrasi (Integration Index) adalah keadaan anggota suatu jaringan yang dapat berhubungan dengan anggota lain dalam jaringan komunikasi yang ditunjukan langkah-langkah hubungan komunikasi.

4) Tingkat keterbukaan (Openness Index) adalah tingkat keterbukaan hubungan anggota-anggota klik terhadap individu lain yang berada di luar klik tersebut dalam suatu jaringan komunikasi

Ciri-Ciri Inovasi

Proses adopsi inovasi adalah suatu proses yang menyangkut proses pengambilan keputusan yang dipengaruhin oleh banyak faktor. Rogers dan Shoemaker (1971) memberi definisi tentang proses pengambilan keputusan untuk melakukan adopsi inovasi: ...the mental procees of an innovation to a decision to adopt or to reject and to comfirmation of this decition...,(keputusan menerima atau menolak sebuah inovasi dan konfirmasi tentang keputusan tersebut merupakan sutu proses mental). Proses adopsi inovasi memerlukan sikap mental dan konfirmasi dari setiap keputusan yang diambil oleh seseorang sebagai adopter.


(31)

Menurut Soekartawi (2005), adopsi inovasi adalah merupakan sebuah proses pengubahan sosial dengan adanya penemuan baru yang dikomunikasikan kepada pihak lain, kemudian diadopsi oleh masyarakat atau sistem sosial. inovasi adalah suatu ide yang dianggap baru oleh seseorang, dapat berupa teknologi baru, cara organisasi baru, cara pemasaran hasil pertanian baru an sebagainya. Proses adopsi merupakan proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai orang tersebut mengadopsi (menerima, menerapkan, menggunakan) hal yang baru tersebut.

Rogers dan Shoemaker (1971) mengatakan bahwa komunikasi sangat esensial dalam perubahan sosial dan meliputi tiga tahap yang berurutan yaitu: 1) invensi, yaitu suatu proses dimana ide baru diciptakan dan dikembangkan, 2) difusi, yaitu proses dimana ide baru tersebut dikomunikasikan ke dalam sistem sosial, dan 3) konsekuensi, yaitu berbagai pengubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan sosial merupakan proses dimana terjadi pergantian struktur dan fungsi dalam sistem sosial, perubahan tersebut dapat bersifat immanen (dari dalam) dan dapat bersifat contact (dari luar). Dalam proses difusi inovasi adalah sebagai kegiatan mengkomunikasikan inovasi melalui saluran-saluran tertentu pada saat tertentu di antara anggota-anggota suatu sistem sosial yang mencakup teknologi, produk baru dan ide-ide baru.

Proses keputusan inovasi dirumuskan oleh Rogers (1983) yaitu proses yang terjadi pada seseorang atau pembuat keputusan lainnya sejak pertama kali mengetahui atau mengenal adanya suatu inovasi sampai mengambil keputusan mengadopsi inovasi meliputi: (1) pengetahuan (knewledge), (2) tahap pembujukan (persuasion), (3) tahap pengambilan keputusan (decision making), (4) tahap pelaksanaan (implementation) dan (5) tahap konfirmasi (confirmation). Apabila seseorang individu memutuskan mengadopsi inovasi terdapat dua kemungkinan yaitu menerima terus atau menolak, sedangkan bila individu memutuskan untuk menolak maka kemungkinannya adalah mengadopsi lambat atau terus menolak.

Ciri-ciri inovasi menentukan kecepatan terjadinya proses adopsi inovasi ditingkat petani sebagai pengguna teknologi pertanian. Dalam kecepatan proses adopsi inovasi ditentukan oleh beberapa faktor seperti: saluran komunikasi,


(32)

ciri-14

ciri sistem sosial, kegiatan promosi dan peran komunikator. Menurut Rogers, ada lima ciri inovasi yang dapat digunakan sebagai indikator dalam mengukur persepsi (Hanafi, 1987) antara lain:

1) Keuntungan relatif (relative advantages), adalah merupakan tingkatan dimana suatu ide dianggap suatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya, dan secara ekonomis menguntungkan.

2) Kesesuaian (compability), adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan adopter (penerima). Oleh karena itu inovasi yang tidak kompatibel dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide yang kompatibel.

3) Kerumitan (complexity), adalah suatu tingkatan dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit dimengerti dan digunakan. Kesulitan untuk dimengerti dan digunakan, akan merupakan hambatan bagi proses kecepatan adopsi inovasi.

4) Kemungkinan untuk dicoba (trialibility), adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba dalam skala kecil biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dahulu.

5) Mudah diamati (observability), adalah suatu tingkat hasil-hasil suatu inovasi dapat dengan mudah dilihat sebagai keuntungan teknis ekonomis, sehingga mempercepat proses adopsi. Calon-calon pengadopsi lainnya tidak perlu lagi menjalani tahap percobaan, dapat terus ke tahap adopsi.

Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian

Adopsi inovasi di bidang pertanian adalah merupakan hasil dari kegiatan suatu komunikasi peranian dan karena komunikasi itu melibatkan interaksi sosial di antara masyarakat, maka proses adopsi inovasi terkait dengan pengaruh interaksi antar individu, antar kelompok, angota masyarakat atau kelompok masyarakat, juga dipengaruhi oleh interaksi antar kelompok dalam masyarakat. Proses adopsi inovasi yang terjadi pada kelompok tani pada prinsipnya adalah


(33)

kumlatif dari adopsi individual, sehingga tahapan-tahapan adopsi inovasi individual juga berlaku bagi tahapan adopsi inovasi kelompok (Soekartawi, 2005).

Menurut Rogers (1983) cepat tidaknya proses adopsi inovasi teknologi baru bagi petani atau kelompok tani dapat dikategorikan berdasarkan suatu kurva yang mendistribusi normal. Klasisfikasi tingkat kecepatan adopsi inovasi dibagi dalam 5 kelompok yakni: 1) perintis (innovators), 2) pelopor (early adopters), 3) penganut dini atau mayoritas awal (early mayority), 4) penganut akhir atau mayoritas akhir (late mayority) dan 5) kolot (laggard). Berdasarkan distribusi frekuensi normal dengan menggunakan standar deviasi sebagai pembagi, menghasilkan daerah yang terletak sebelah kiri mean meliputi 2,5 persen individu yang pertama kali mengadopsi suatu inovasi disebut perintis, 13,5 persen berikutnya disebut pelopor, 34 persen berikutnya disebut pengikut dini, 34 persen berikutnya disebut pengikut akhir dan 16 persen berikutnya disebut pengikut kolot.

Lebih lanjut Rogers dan Shoemaker diacu dalam Hanafi (1987) mengemukakan bahwa sebelum inovasi diterima oleh masyarakat, selalu ditemui pemuka pendapat yang sering bertindak sebagai pemegang kunci pintu atau penyaring terhadap inovasi-inovasi yang akan tersebar ke dalam sistem sosial. Tiap kelompok adopter digambarkan oleh ciri-ciri pokok sebagai pembandingan antara anggota sistem yang lebih inovatif dengan yang kurang inovatif dan antara inovator dengan yang kolot dan sebagainya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pertanian, telah merubah pola usahatani tradisional menjadi pola usahatani modern. Penggunaan penemuan varitas-varitas baru, berbagai obat-obatan kimia seperti herbisida, fungisida dan insektisida telah memberikan hasil komersial yang gemilang di bidang pertanian. Pembangunan irigasi, penggunaan pupuk serta penggunaan alat dan mesin pertanian secara ekonomis telah ikut mendorong perkembangan mekanisasi pertanian. Penemuan teknologi ini telah dapat meningkatkan produksi per satuan luas, meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahatani (Adjid, 2001).

Mosher (1970), merumuskan paradigma pembangunan yang bertolak dari teori diperlukan 10 faktor yang menjadi komponen dari sistem pembangunan pertanian. Lima faktor esensial yang menjadi syarat mutlak dan harus selalu hadir


(34)

16

agar petani mengadopsi inovasi adalah; teknologi baru, adanya pasar, adanya suplai sarana produksi pertanian yang cukup, adanya sistem transportasi, dan adanya rangsangan produksi. Sedangkan dan lima faktor lainnya sebagai faktor pelancar adalah; penyuluhan pertanian, kredit produksi, pengembangan lahan, perencanaan program dan tahapan pembangunan pertanian.

Menurut Sitompul dkk (1988), traktor tangan tipe roda dua telah banyak diproduksi oleh industri alat dan mesin pertanian di dalam negeri. Petani telah menggunakan traktor tangan untuk mengolah lahan sawah dengan pertimbangan sebagai berikut :

1) Traktor tangan membantu petani mengantisipasi semakin langkanya tenaga kerja manusia dan hewan pada saat musim tanam di pedesaan. 2) Traktor tangan dapat mempercepat waktu pengolahan lahan dengan waktu

yang tepat sehingga pola tanam dapat diatur sesuai dengan musim.

3) Kualitas pengolahan lahan dengan traktor tangan lebih sempurna karena kedalaman pembajakan dapat diatur dan hasilnya dapat lebih seragam. 4) Untuk pekerjaan pembajakan lahan petani lebih nyaman dan lebih ringan

dibanding dengan menggunakan cangkul atau bajak.

5) Biaya pembajakan per satuan luas dapat dihitung dengan cermat sebagai bagian dari analisa usahatani petani.

Karakteristik Petani dan Usahatani

Menurut Soekartawi (2005) cepat tidaknya proses adopsi inovasi, juag akan ditentukan oleh faktor internal petani dan faktor luar yang terkait dengan kegiatan usahatani dimana teknologi tersebut digunakan. Karakteristk individu petani adalah cici-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungan hidupnya berdasarkan karakteristik internal petani sebagai adopter. Beberapa faktor internal petani sebagai karakteristik individu antara lain: umur, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalisme, sistem kepercayaan tertentu dan karakteristik psikologi.


(35)

Rogers dan Shoemaker (1971) menyatakan proses pengambilan keputusan para petani apakah menerima atau menolak suatu inovasi tergantung pada sikap mental (sikap terhadap pengubahan), situasi intern dan situasi ekstern. Situasi intern individu dipengaruhi antara lain oleh usia, tingkat pendidikan formal dan pendidikan non formal, pengalaman bertani padi, keberanian mengambil resiko dan tingkat kekosmopolitan. Pada dasarnya terdapat dua faktor yang mempengaruhi karakteristik manusia yaitu faktor yang berasal dari personal dan faktor situasional. Proses difusi inovasi terjadi pada individu-individu dalam sebuah sistem sosial, sementara proses keputusan inovasi terjadi pada benak seseorang.

Disamping karakteristik individu petani terdapat karakteristik usahatani atau faktor situasional yang akan mempengaruhi proses adopsi inovasi teknologi pertanian oleh petani. Peubah yang terdapat pada karakter usahatani antara lain adalah: luas pengelolaan lahan, biaya pengolahan lahan, produktivitas lahan dan harga jual gabah per kilogram dapat mempengaruhi tingkat kecepatan adopsi inovasi teknologi oleh petani. Makin luas lahan garapan seorang petani semakin membutuhkan teknologi baru untuk pengelolaan usahatani agar semakin efektif, begitu juga harga jual produksi semakin tinggi nilai tambah yang diperoleh petani akan semakin meningkatkan minat petani untuk menggunakan teknologi sesuai dengan kebutuhan. Tingkat kecepatan adopsi inovasi teknologi pertanian telah merubah pola usahatani dari tradisional menjadi modern dan berdampak luas pada proses perubahan usahatani para petani.

Perubahan usahatani ditingkat petani telah banyak dipengaruhi berbagai upaya yang dilakukan pemerintah seperti pengembangan kelompok tani, pembinaan perkoperasian, peningkatan penyuluhan melalui petugas penyuluh lapangan (PPL), pelatihan bagi petani dan sebagainya. Dalam proses adopsi inovasi teknologi pertanian khususnya traktor tangan telah berperan sejak awal pengenalan traktor tangan dilingkungan petani. Untuk mengolah lahan sawah dengan menggunakan traktor tangan, petani dapat memperoleh traktor tangan dengan cara membeli langsung kepada pengusaha (dealer), dan menyewa kepada usaha pelayanan jasa melalui UPJA dan melalui usaha jasa kelompok tani non UPJA.


(36)

18

Peran Kelompok Tani

Kelompok tani yang terbentuk di lingkungan petani di pedesaan, merupakan wadah dan wahana untuk merubah perilaku petani dalam menuju terwujudnya pertanian modern yang lebih efektif, efisien dan produktif. Pendidikan informal melalui kegiatan PPL yang telah berlangsung selama ini telah berperan sebagai pembaharu dalam pola usahatani untuk meningkatkan adopsi inovasi teknologi pertanian di lingkungan petani. Menurut Soebiyanto (1998) kelompok diartikan sebagai suatu himpunan kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama dan merupakan sejumlah orang-orang yang saling melakukan interaksi dan proses interaksi inilah yang membedakan kelompok dengan sekedar kumpulan orang-orang.

Homans (1950) mengartikan kelompok adalah sejumlah orang-orang yang melakukan komunikasi tatap muka (interpersonal communication) tanpa melalui perantara. Kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yan berinteraksi satu sama lain dan saling tergantung dalam upaya mencapai tujuan. Pengertian seperti ini menunjukkan ciri: 1) para anggota mempunyai kesamaan motif, 2) di antara sesama anggota terdapat interaksi yang kontinyu, (3) kelompok mempunyai norma, 4) tiap anggota merasa bagian dari kelompok, dan 5) ada tujuan bersama. Setiap kelompok yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang mempunyai kesamaan tujuan dengan alasan berkelompok karena ketertarikan yang disebabkan kedekatan.

Soedjianto (1981) mengemukakan teori kelompok yaitu pencapaian tujuan kelompok berdasarkan daya yang dimiliki kelompok untuk membangkitkan usaha pada anggota untuk mencapai tujuannya.Terdapat kejelasan dan kekhususan kegiatan yang dilakukan oleh anggota dalam mencapai tujuan, tidak adanya konflik anggota, dapat mengadakan kordinasi kegiatan anggota, ada kemampuan kelompok dalam mendapatkan sumberdaya ekonomis, material, intelektual dan lain-lain. Prinsip yang digunakan adalah bahwa adanya kepentingan yang sama diantara anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok.

Kelompok tani pada dasarnya adalah kelompok swadaya masyarakat yang tumbuh dari kalangan petani di pedesaan. Ada tiga faktor yang mempengaruhi


(37)

keberhasilan kelompok swadaya. Pertama, faktor internal yang terdiri dari sub faktor anggota, sub faktor pengurus, sub faktor kegiatan dan sub faktor mekanisme kerja. Kedua, faktor eksternal yang terdiri dari sub faktor lingkungan sosial ekonomi, sub faktor hubungan dengan pamomg dan sub faktor program pemerintah yang ditujukan untuk pengembangan wilayah dimana kelompok swadaya tersebut berada. Ketiga, faktor lembaga pengembangan yang meliputi sub faktor wawasan lembaga pengembangan, sub faktor organisasi lembaga pengembangan ,dan sub faktor tenaga yang tersedia dari lembaga pengembangan tersebut.

Kelompok tani usaha tani sawah, telah berperan dalam meningkatkan produksi padi sebagai bahan pangan pokok nasional sehingga berhasil mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Peran PPL, program pemerintah dan media komunikasi telah memberi andil yang besar dalam memfungsikan kelompok tani sehingga mampu melakukan kegiatan organisasi dan melayani anggota untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok tani merupakan unit kegiatan petani ditingkat pedesaan yang telah menghimpun para petani sebagai anggota organisasi dalam melakukan upaya bersama meningkatkan dan mengembangkan usahatani. Kelompok tani telah berperan dalam membangkitkan usaha bersama pada anggotanya dalam mencapai tujuan yakni optimalisasi kegiatan usahatani untuk mecapai efisiensi dan produktivitas lahan sawah yang petani (anggota) kelola.


(38)

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran

Teknologi traktor tangan merupakan salah satu teknologi alat dan mesin pertanian yang dirancang sebagai alternatif untuk kegiatan pengolahan lahan sawah. Dengan semakin sulitnya mendapatkan tenaga kerja manusia dan tenaga kerja hewan untuk mengolah lahan sawah di pedesaan, peran traktor tangan semakin penting. Petani semakin banyak menggunakan traktor tangan di Kabupaten Cianjur dan sentra-sentra produksi padi di daerah-daerah lain seperti Krawang, Indramayu dan lain-lain.

Pengembangan penggunaan traktor tangan dikalangan petani terlihat meningkat terus, tetapi tidak sdikit kendala yang dihadapi oleh petani seperti tingkat pendidikan petani yang relatif rendah, keberanian mengambil resiko yang rendah, kekosmopolitanan yang rendah, luas pengelolaan lahan yang sempit, tingkat pendapatan keluarga petani yang rendah, jaringan komunikasi yang kurang optimal, dukungan kelembagaan yang belum efektif dan sebagainya. Untuk menjawab permasalahan tersebut perlu memahami struktur jaringan komunikasi petani pengguna traktor tangan agar diketahui ada tidaknya pengaruh karakteristik individu dan karakteristik usahatani terhadap jaringan komunikasi dalam kaitannya dengan tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan di lingkungan petani sawah.

Dari data sekunder yang ditemui dilapangan menunjukkan bahwa peranan kelompok tani masih sangat besar dalam mengembangkan usahatani sawah di Desa Neglasari. Anggota kelompok tani dapat menjadi unit analisis dari penelitian yang akan dilakukan yakni untuk mendapat jawaban apakah ada pengaruh karakteristik individu petani dan karakteristik usahatani dalam jaringan komunikasi terhadap kecepatan adopsi inovasi traktor tangan dilingkungan anggota kelompok tani dan bagaimana pengaruh ciri-ciri inovasi terhadap jaringan komunikasi dan tingkat kecepatan adopsi inovasi traktor tangan oleh petani.

Kelompok tani menjadi wadah dan wahana petani dalam menentukan keberhasilan para anggota untuk mencapai tujuannya. Untuk mengetahui


(39)

faktor-faktor yang terkait dengan adopsi inovasi traktor tangan, perlu memahami beberapa hal yaitu faktor internal petani, lingkungan usaha tani, ciri-ciri inovasi, jaringan inovasi komunikasi dan faktor tingkat adopsi inovasi.

Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran penelitian jaringan komunikasi petani pengguna traktor tangan

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: pertama faktor internal individu petani (X1) meliputi: umur, tingkat pendidikan, pendidikan non formal,

pengalaman bertani, dan tingkat kekosmopolitan, kedua faktor lingkungan/usahatani (X2) meliputi luas pengelolaan lahan, produktivitas lahan,

biaya pengolahan lahan dan harga jual gabah, dan ketiga faktor ciri-ciri inovasi

X1 . KARAKTERISTIK

PETANI

X1.1. Umur

X1.2. Tingkat Pendidikan X1.3. Pendidikan non

formal

X1.4. Pengalaman bertani X1.5. Tingkat

Kekosmopolitan

Y2. ADOPSI

INOVASI TRAKTOR

TANGAN

Y2.1 Tingkat Adopsi Y1. JARINGAN

KOMUNIKASI

Y1.1 Tingkat Keterkaitan Y1.2 Tingkat

Keragaman Y1.3 Tingkat

Kekompakan Y1.4 Tingkat

Keterbukaan

X2. KARAKTERISTIK

USAHATANI

X2.1 Luas pengelolaan lahan

X2.2. Produktivitas lahan X2.3 Biaya pengolahan

lahan

X2.4 Harga jual gabah

H2

H4

H1

H3

H6

X3. CIRI-CIRI INOVASI

X3.1 Keuntungan Relatif X3.2 Kompabilitas X3.3 Kompleksitas X3.4 Triabilitas X3.5 Observabilitas


(40)

22

(X3) meliputi keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas dan

observabilitas. Yang menjadi variabel terikat adalah tingkat adopsi inovasi taktor tangan (Y2) meliputi: inovator, adopter pemula/pelopor, penganut dini/mayoritas

awal, penganut akhir/mayoritas akhir dan kolot, serta yang menjadi variabel antara (Y1) adalah jaringan komunikasi yang meliputi tingkat keterkaitan, tingkat

keragaman, tingkat kekompakan dan tingkat keterbukaan. Pemetaan hubungan antar variabel dalam kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2.

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada petani, menunjukkan bahwa ada satu variabel yang tidak valid dalam karakteristik petani yakni variabel keberanian menghadapi resiko karena semua responden memberi jawaban yang sama yakni berani menghadapi resiko dalam menggunakan traktor tangan. Dari hasil uji coba diperoleh nilai alpha 0,5416, nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan alpha dengan rtabel 0.377,

berarti dapat dikatakan bahwa kuesioner valid dan reliabel.

Hipotesis

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang akan diuji kebenarannya adalah sebagai berikut;

H1: Terdapat pengaruh antara karaktersitik petani terhadap jaringan

komunikasi.

H2: Terdapat pengaruh antara karakteristik petani terhadap tingkat kecepatan

adopsi inovasi teknologi traktor tangan.

H3: Terdapat pengaruh antara karakteristik usahatani terhadap jaringan

komunikasi.

H4: Terdapat pengaruh antara karakteristik usahatani terhadap tingkat

kecepatan adopsi inovasi teknologi traktor tangan.

H5 : Terdapat pengaruh antara ciri-ciri inovasi terhadap tingkat kecepatan

adopsi inovasi traktor tangan.

H6: Terdapat pengaruh antara jaringan komunikasi terhadap tingkat kecepatan


(41)

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling

yaitu di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Propinsi

Jawa Barat. Pertimbangan utama pemilihan lokasi ini adalah karena daerah tersebut memiliki persawahan yang relatif lebih luas dibandingkan dengan daerah lainnya yakni 3.565 ha sawah dengan irigasi teknis 3.334 ha dan penggunaan traktor tangan oleh petani sudah relatif lama. Penelitian dilakukan pada kelompok tani pengguna traktor tangan dengan unit analisis adalah anggota (individu) petani baik pemilik maupun penyewa traktor tangan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2006.

Populasi dan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode survai terhadap sampel yang diambil dari populasi petani pengguna traktor tangan di Desa Neglasari, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur. Petani pengguna traktor tangan di Desa Neglasasi berjumlah sekitar 180 puluh petani yang tersebar dalam 11 kelompok tani. Populasi penelitian diambil 5 kelompok tani dari 11

kelompok tani yang ada dengan cara acak (random). Sebagai unit analisis dalam

penelitian ini adalah individu petani seluruh anggota dari 5 kelompok tani sampel yakni sebanyak 80 petani. Dasar penetapan jumlah sampel ini mengacu pada

pendapat Bailey dalam Chadwich et al (1991) yaitu jumlah sampel sebesar 30-100

satuan sebagai sampel minimal setiap kelompok atau populasi.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh secara langsung dari responden masyarakat melalui penyebaran kuesioner (Lampiran 2), yaitu suatu pedoman pertanyaan


(42)

24

kepada siapa petani melakukan komunikasi mengenai adopsi inovasi teknologi traktor tangan. Pengumpulan data dilakukan tiga tahap yakni: survai pendahuluan, pengumpulan data sekunder dan pengambilan data primer.

Survai pendahuluan mencakup pengamatan dan observasi lapangan guna mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk memperkuat atau mempertajam permasalahan yang terjadi di lapangan. Data sekunder meliputi data umum lokasi tentang kependudukan, pendidikan, tenaga kerja, pertanian dalam arti luas, perhubungan, komunikasi, tranportasi, perkoperasian, kelembagaan petani, kelompok tani dan lain-lain yang diambil dari sumber resmi yang ada di lingkungan pemerintah Kabupaten Cianjur dan dari literatur yang relevan dengan topik penelitian.

Data primer yang dikumpulkan mencakup:

1) Karakteristik petani yang meliputi: umur, tingkat pendidikan formal

dan non formal, pengalaman bertani, dan tingkat kekosmopolitan.

2) Karakteristik usahatani petani meliputi: luas pengelolaan lahan, produktivitas lahan, biaya pengolahan lahan dan harga jual gabah.

3) Ciri-ciri inovasi dikategorikan mencakup: keuntungan relatif,

kompabilitas, kompleksitas, triabilitas dan observabilitas

4) Jaringan komunikasi petani meliputi: tingkat keterkaitan, tingkat keragaman, tingkat kekompakan dan tingkat keterbukaan.

5) Tingkat kecepatan adopsi inovasi teknologi traktor tangan dikategorikan menjadi: perintis/inovator, pelopor, pengikut dini, pengikut akhir dan pengikut paling akhir (kolot).

Desain Penelitian

Penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif korelasional yang

dilakukan dengan pendekatan tehnik sampling populasi, dan pendekatan menurut

pola penelitian non-eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengamati setiap variabel sekaligus melihat pengaruh antara variabel-variabel yang diteliti. Variabel yang diteliti adalah karakteristik individu, karakteristik usahatani dan ciri-ciri inovasi sebagai variabel bebas


(43)

(independent variabel), jaringan komunikasi sebagai variabel antara dan tingkat kecepatan adopsi sebagai variabel terikat (dependent variabel).

Definisi Operasional

Beberapa istilah yang perlu diberikan definisi untuk memberikan pemahaman yang sama dalam penelitian ini antara lain;

X1. Karakteristik Petani

Karakteristik petani mecakup: umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pengalaman bertani, dan kekosmopolitan dengan kategori sebagai berikut:

X1.1 Umur (tahun) adalah usia petani ditentukan pada saat penelitian dilakukan, yang dihitung dari hari kelahiran dan dibulatkan ke tanggal lahir yang terdekat. Umur diukur dalam skala ordinal dengan kategori yang terdiri dari: umur sangat produktif kurang dari 40 tahun, umur produktif (40-54 tahun) dan umur kurang produktif sama atau lebih dari 55 tahun.

X1.2 Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah/belajar formal tertinggi yang

pernah ditempuh oleh petani diukur dalam skala ordinal terdiri dari: rendah (jika tidak tamat s/d tamat SD), sedang jika tamat SLTP/SLTA/Sederajat) dan tinggi jika pernah mengikuti pendidikan

perrguruan tinggi.

X1.3 Tingkat pendidikan non formal adalah proses belajar/pengalaman bekerja

yang diperoleh seseorang di luar pendidikan formal, yakni berapa kali kursus/latihan tentang pertanian yang pernah diikuti responden 5 tahun terakhir dengan 3 kategori (rendah: 0-2 kali, sedang; 3-4 kali; dan tinggi; 5-6 kali) dihitung berdasarkan data yang diperoleh dilapangan.

X1.4 Tingkat pengalaman petani adalah lamanya seseorang mengembangkan

usahatani padi sawah sampai saat penelitian ini dilakukan yang dibagi dalam tiga kategori (berpengalaman; 2-20 tahun, sangat berpengalaman; 21-38 tahun, dan tinggi pengalaman; 39-54 tahun), dihitung berdasarkan data yang diperoleh dilapangan.


(44)

26

X1.5 Tingkat kekosmopolitanan adalah tingkat jauhnya jarak petani keluar dari

kliknya untuk mendapatkan tambahan informasi dalam penggunaan traktor tangan yang dibagi dalam tiga kategori ( rendah; 0-2 kali, sedang; 3-4 kali dan tinggi; 5-6 kali) dihitung berdasarkan data dilapangan.

Tabel 1. Indikator dan parameter karakteristik petani

Variabel/Indikator Dimensi Variabel Kriteria/Parameter

X1.1 Umur Usia petani saat penelitian dihitung dari hari kelahiran dan dibulatkan ke ulang tahun terdekat dinyatakan dalam tahun

1) Usia sangat produktif 2) Usia produktif 3) Usia kurang produktif X1.2 Tingkat Pendidikan

formal

Tingkat belajar berjenjang (tamat SD, tamat SLTP/SLTA dan perguruan tinggi

1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi X1.3 Tingkat Pendidikan

non formal

Kursus/Latihan Pertanian yang pernah diikuti petani

1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi X1.4 Pengalaman bertani Lamanya petani mengusahakan

padi sawah

1) Berpengalaman 2) Sangat berpengalaman 3) Tinggi pengalaman X1.5 Tingkat

Kekosmopolitanan

Tingkat jauhnya jarak petani keluar dari kliknya untuk mendapatkan informasi

1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi

X2. Karakteristik Usahatani

Karakteristik usahatani mencakup luas pengelolaan lahan usahatani padi sawah, produktivitas lahan, biaya pengolahan lahan sampai dengan siap tanam, dan harga jual gabah yang dilakukan oleh petani.

X2.1 Luas pengelolaan lahan adalah jumlah hektar lahan (ha) yang digarap oleh petani, dibagi dalam 3 kategori. Kategori sempit jika lahan yang dikelola 0,2-1,1 ha perpetani, kategori sedang 1,2-2,1 ha/petani dan jika mencapai 2,2-3,0 ha/petani termasuk kategori luas.

X2.2 Produktivitas lahan adalah tonase (berat) produksi gabah kering panen

(ton/musim tanam), dengan kategori rendah jika produksi 0,40-5,26 ton per musim tanam, kategori sedang jika produksi 5,40-10,66 ton/musim tanam dan kategori tinggi jika produksi mencapai 10,80-18,00 ton/musim tanam.


(45)

X2.3 Biaya mengolah lahan adalah dana yang dikeluarkan petani untuk mengolah lahan hingga siap tanam/musim (Rp/musim tanam) dengan kategori: rendah jika biaya yang dikeluarkan petani Rp 55.000-Rp 970.000 /musim tanam, sedang jika biaya yang dikeluarkan petani mencapai Rp 980.000-RP1.885.000/musim tanam, dan tinggi jika biaya yang dikeluarkan petani mencapai Rp1900.000-Rp2.800.000/musim tanam.

X2.4 Harga jual gabah adalah nilai rupiah per kg gabah kering giling (Rp/kg

GKG) dengan kategori: rendah jika harga jual dibawah rata-rata harga lokal (Rp 1.500-Rp18.000/kg GKG), sedang jika harga jual mencapai rata-rata harga lokal (Rp 1.900-Rp 2.200/kg GKG) dan tinggi jika harga jual lebih besar dari harga lokal (Rp 2.300-Rp 2.600/kg GKG). Jika petani menjual dalam bentuk gabah kering basah (panen/pungut) (GKP), dikonversi dengan gabah kering giling (GKG).

Tabel 2. Indikator dan parameter karakteristik usahatani

Variabel/Indikator Dimensi Variabel Kriteria/Parameter

X2.1 Luas pengolahan lahan

Luas pengolahan lahan yang digarap oleh petani, diukur dengan ha.

1) Sempit 2) Sedang 3) Luas X2.2 Produktivitas

lahan

Produksi diukur berdasarkan gabah kering panen (ton per musim)

1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi X2.3 Biaya pengolahan

lahan

Biaya pengolahan lahan dihitung tiap musim hingga siap tanam (Rp/musim tanam)

1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi X2.4 Harga jual gabah Dihitung berdasarkan nilai jual gabah

pada tingkat petani (harga lokal).

1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi

Y1. Jaringan Komunikasi

Jaringan komunikasi adalah proses komunikasi yang terjadi antar-petani dalam kaitannya dengan adopsi inovasi traktor tangan, dimana masing-masing petani tersebut saling terlibat satu sama lainnya dalam pengiriman dan penerimaan informasi yang meliputi tingkat keterkaitan, tingkat keragaman, indeks kekompakan dan indeks keterbukaan jaringan.


(46)

28

hubungan aktual yang terjadi dengan kemungkinan hubungan kelompok pengguna traktor tangan dalam satu desa lokasi penelitian. Kategori pengukuran adalah: 1) rendah jika nilai indeks mendekati 1, 2) sedang nilai indeks mencapai nilai tengah dan 3) tinggi jika nilai indeks menjauhi nilai 1.

Y1.2 Tingkat keragaman jaringan komunikasi adalah sedikit banyaknya

macam/pola transaksi informasi yang terjadi antar-petani dalam penggunaan traktor tangan. Tingkat keragaman individu yang diukur didasarkan pada jumlah hubungan yang menyimpang dibagi dengan jumlah hubungan yang memungkinkan (N-1, dimana N adalah jumlah di dalam kelompok) dalam suatu sistem. Pengukuran dikategorikan dalam tiga kategori yakni: 1) rendah jika nilai indeks mendekati nilai 1, 2) sedang jika nilai indeks mencapai nilai tengah, dan 3) tinggi jika nilai indeks menjauhi nilai 1.

Tabel 3. Indikator dan parameter jaringan komunikasi

Variabel/Indikator Dimensi Variabel Kriteria/Parameter

Y1.1 Tingkat Keterkaitan

Nilai indeks mendekati 1

Niali indeks mencapai nilai tengah Nilai indeks menjauhi 1

1) Rendah 2) Sedang 2) Tinggi Y1.2 Tingkat Keragaman Nilai indeks mendekati 1

Nilai indeks mencapai nilai tengah Nilai indeks menjauhi 1

1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi Y1.3 Tingkat

Kekompakan

Nilai indeks mendekati 100% Nilai indeks mencapai nilai tengah

Nilai indeks menjauhi 100%

1) Rendah 2) Sedang 3) Tinggi Y1.4 Tingkat

Keterbukaan

Nilai indeks mendekati 1

Nilai indeks mencapai nilai tengah Nilai indeks menjauhi 1

1)Rendah 2)Sedang 3) Tinggi

Y1.3 Indeks kekompakan adalah jumlah kontak seorang petani yang dapat

berhubungan dengan petani lain yang ditunjukkan oleh langkah-langkah hubungan komunikasi. Ukuran tingkat kekompakan jaringan komunikasi dalam skala nominal adalah: rendah jika indeks mendekati 100 %, sedang jika nilai indeks mencapai nilai tengah dan tinggi jika nilai indeks menjauhi 100 %.


(1)

Tingkat keterkaitan dalam jaringan komunikasi petani berpengaruh negatif terhadap tingkat adopsi inovasi traktor tangan (-0,050) dengan nilai nyata 0,710. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat keeratan jaringan komunikasi petani berdampak terhadap semakin menurun tingkat adopsi inovasi traktor tangan di lingkungan petani. Hal ini dapat terjadi karena usaha pemilikan atau penyewaan traktor tangan adalah bersifat perseorangan. Terjadi persaingan usaha di antara anggota kelompok tani dalam pengembangan traktor tangan, sehingga terjadi proses penurunan peran petani dalam pengambilan keputusan adopsi inovasi traktor tangan jika terjadi peningkatan keeratan jaringan komunikasi di lingkungan petani. Dari hasil di lapangan ditemukan bahwa petani mengetahui tentang traktor tangan bukan dari anggota sesama petani atau melalui komunikasi interpersonal tetapi melalui dinas terkait yang mengadakan sosialisasi penggunaan traktor tangan di Desa Neglasari. Meningkatnya tingkat keeratan dalam jaringan komunikasi ternyata tidak berpengaruh terhadap peningkatan adopsi inovasi traktor tangan bahkan terjadi sebaliknya yakni penurunan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh peran dari tokoh masyarakat yang ada dalam kelompok tani. Para pemilik traktor yang menyewakan traktor kepada anggota kelompok tani, tidak berusaha untuk menciptakan dan memanfaatkan tingkat keeratan petani dalam penyewaan traktor tangan yang berorientasi pada upaya peningkatan pemanfaatan bagi petani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keragaman berpengaruh positif terhadap adopsi inovasi traktor tangan (0,102), artinya semakin tinggi tingkat keragaman atau semakin sering petani mencari informasi tentang traktor tangan kepada selain petani, berpengaruh terhadap kecepatan petani mengambil keputusan dalam mengadopsi traktor tangan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ditemukan beberapa petani yang aktif mencari informasi tentang traktor tangan kepada lembaga milik pemerintah yang ada disekitar Desa Neglasari seperti: PERJAN Mekanisasi Pertanian, dan BPBP yang pernah melakukan program sosialisasi tentang penggunaan traktor tangan bantuan dari Jepang dan telah pernah dilihat oleh para petani pada waktu lalu.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tingkat kekompakan dan tingkat keterbukaan mempunyai nilai positif masing-masing (0,243) dan (0,102) dengan


(2)

79

nilai nyata masing-masing (0,168) dan (0,113). Makin tinggi tingkat kekompakan dan tingkat keterbukaan semakin tinggi tingkat adopsi inovasi traktor tangan di Desa Neglasari. Sistem sewa yang sudah diperkenalkan melalui program UPJA oleh pemerintah telah mendorong petani pemilik traktor untuk mengembangkan model UPJA secara swadaya yang berdampak terhadap orientasi manfaat bagi kelompok tani. Untuk pengolahan lahan yang luas pemilikannya di bawah 1 hektar, mengharuskan petani tersebut bergabung dengan petani sekitarnya agar pengolahan lahan dapat efektif dengan sewa Rp 750.000,- per hektar turut mendorong tumbuhnya kekompakan petani. Model UPJA swadaya turut mendorong perkembangan tingkat keterbukaan yang berdampak terhadap percepatan tingkat adopsi inovasi traktor tangan di desa Neglasari. Dari hasil di lapangan ditemukan bahwa anggota kelompok tani cukup aktif mencari informasi tentang traktor tangan dari anggota kelompok lain dan petani juga terbuka dalam mencari informasi dengan warga masyarakat lain yang tidak termasuk dalam kelompok tani. Keterbukaan petani ini dalam hal informasi pertanian khususnya traktor tangan menambah informasi bagi petani tentang harga sewa, tempat pembelian traktor tangan yang murah dan petani dengan cepat bisa mengadopsi inovasi traktor tangan.

Hasil uraian analisis regresi tersebut di atas menunjukkan bahwa Hipotesis keenam dari penelitian ini: terdapat pengaruh jaringan komunikasi terhadap tingkat adopsi inovasi traktor tangan, terbukti. Hal ini berarti H6 ”diterima” atau hipotesis terbukti.


(3)

Adjid, D. A. 2001. Membangun Pertanian Modern. Pengembangan Sinar Tani. Jakarta.

Arikunto S. 1998. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

BAPEDA dan B.P.S. Jawa Barat. 2004. Jawa Barat dalam Angka 2004/2005. Bandung.

Berger CR, Chaffe SH. 1987. Hand Book of Communication Science. California Sage Publisher.

Berto, D. K. 1960. The Process of Communication. New York-Chichago-San. Chadwich, A. B. et al. 1991. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial. Terjemahan

Sulistia M.L., Mujianto Y, Sofwan A, dan Suharjito. IKIP. Semarang.

DeVito, J.A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Edisi Kelima. Hunter College of the City University of New York. Alih Bahasa: Ir. Agus Maulana MSM, Proof reader Dr. Lyndon Saputra. Professional Books. Jakarta.

DeVito, Y. A. 1999. Human Communication. Remaja Rosdakarya. Bandung. Djuarsa S. 1993. Pengantar Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta. Hanafi, A. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Usaha Nasional. Surabaya.

Handaka, 1999. Pengembangan Mekanisasi Pertanian di daerah Transmigrasi. Seminar Nasional Pembangunan Transmigrasi. Jakarta.

Homans, G.C. 1950 The Human Group. New York, Harcourt Brace and World I. Husodo, S. Y. 2004. Membangun Kemandirian Pangan. Yayasan Padamu Negeri.

Jakarta.

Jahi, A. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga. Suatu Pengantar. Gramedia. Jakarta.

Kepala Desa Neglasari. 2005. Desa Neglasari Dalam Angka. Neglasari, Cianjur, Jawa Barat.

Kerlinger, F.N. 2003. Asas-sa Penelitian Behavioral. Gajah Mada University Press. Yoyakarta.

Levis, L. R. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Citra Aditya Bakti. Bandung. Lionberger, H. F. dan Gwin. P. H. 1982. Communication Strategi A Guide for

Agricultural Change Agents. The Interstate Printers and Publishers, Inc. University of Missouri. Illinois


(4)

83

Mosher, A.T 1970. Getting Agricultural Moving. New York: Praeger.

Rakhmat, J. 2004. Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosada Karya. Bandung. Rogers, E. M. 1983 Diffusion of Innovations. Third Edition. New York: The Free. Rogers, E. M., dan Floyed F. Shoemaker. 1971. Communication of Innovations: A

Cross Cultural Approach. New York: The Free Press.

Rogers, E. M. dan Kincaid, D.L. 1981. Communication Network: toward a New Paradigm for Research. The Free Press. London.

Schramm, W. 1973. Men, Massage and Media. A look at Human Communication. Harper and Row. New York.

Setiawan, B. 1989. Pelapisan Sosial dan Jaringan Komunikasi. Desertasi. Universitas Gajah Mada. Yokyakarta.

Setyanto, A. E. 1993. Pengaruh Karakleristik Petani dan Keterlibatannya dalam Jaringan Komunikasi dengan Adopsi Paket Teknologi Supra Insus di Desa Pandeyan, Jawa Tengah. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Shannon, C. E. dan Weaver, W. 1949. The Mathematical Theory of Comunication.

Urbana: University of Illinois.

Singarimbun, M. dan Effendi, S.1995. Metode Penelitian Survai. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3S). Jakarta.

Sitompul, R. G. dkk. 1998. Traktor Roda Dua. Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. FATETA, IPB, Bogor.

Slamet, M. 1981. Dasar-dasar Pengembangan Dinamika Kelompok Tani Indonesia. Makalah pada Pertemuan Team Teknis Penyuluhan Pertanian, Tanggal 24-26 September 1981. Cisarua, Bogor.

Soebiyanto, F.X. 1998. Peranan Kelompok dalam Mengembangkan Kemandirian Petani dan Ketanguhan Berusaha Tani. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soedjianto. 1981. Keefektivan Kelompok Tani dalam Kegiatan Penyuluhan. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sudarmanto, R.G. 2005. Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sulaiman, W. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS (Contoh Kasus & Pemecahannya). Penerbit Andi. Yogyakarta.

Zulkarnaen, M. 2002. Hubungan Karakteristik Kelompok Anggota Masyarakat dengan Keterlibatannya dalam Jaringan Komunikasi Pembinaan Teknis serta Partisipasi dalam Program Industri Tepung Tapioka Rakyat (ITTARA). Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.


(5)

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan:

1.

Terdapat pengaruh karakteristik petani dengan jaringan komunikasi. Variabel

pendidikan formal, pendidikan nonformal, pengalaman berusaha tani dan tingkat

kosmololitan berpengaruh positif terhadap tingkat keterkaitan, tingkat keragaman,

tingkat kekompakan dan tingkat keterbukaan. Semakin tinggi pendidikan formal,

semakin tinggi pendidikan nonformal, semakin lama pengalaman berusaha petani

dan semakin tinggi tingkat kekosmopolitan berpengaruh terhadap semakin

sering petani terlibat dalam jaringan komunikasi dalam adopsi inovasi traktor

tangan. Dan umur berpengaruh negatatif terhadap tingkat adopsi inovasi traktor

tangan.

2.

Terdapat pengaruh karakteristik petani dengan (usia, pendidikan formal,

pendidikan nonformal, pengalaman berusahatani dan tingkat kosmopitan) dengan

tingkat adopsi inovasi traktor tangan.

3.

Terdapat pengaruh karakteristik usahatani (luas pengelolaan lahan, produksi

lahan dan biaya pengelolaan lahan) dengan jaringan komunikasi (tingkat

keterkaitan, tingkat keragaman, tingkat kekompakan dan tingkat keterbukaan)

4.

Terdapat pengaruh luas pengolahan lahan, produktivitas lahan dan biaya

pengelolaan lahan (karakteristik usahatani) dengan tingkat adopsi inovasi traktor

tangan.

5.

Terdapat pengaruh ciri-ciri inovasi (keuintungan relatif, kompabilitas,

kompleksitas, triabilitasi dan observabilitas) dengan tingkat adopsi inovasi

traktor tangan. Semakin mudah mendapatkan traktor tangan, semakin mudah

digunakan, semakin menguntungkan traktor tangan, maka semakin cepat petani

dalam mengambil keputusan untuk mengadopsi inovasi traktor tangan.


(6)

67

6.

Terdapat pengaruh tingkat keragaman, tingkat kekompakan dan tingkat

keterbukaan dengan tingkat adopsi inovasi traktor tangan. Semakin sering petani

menacari informasi ke pada orang yang mengerti tentang traktor tangan selain

petani, semakin kompak kelompok tani yang ada, semakin terbuka ppetani

dalam kelompok maupun dalam sistem, maka semakin cepat pulah petani

mengambil keputusan untuk mengadopsi inovasi traktor tangan.

Saran

Beberapa saran yang perlu dipertimbangkan antara lain:

1.

Pada agen pembaruh agar memotivasi petani untuk terus aktif mencari informsi

pertanian ke luar , supaya petani bias lebih manju dan bias mengembangkan usaha

pertaniannya seperti yang dilakukan beberapa petani di Desa Neglasari.

2.

Lembaga Pertanian yang ada di Desa Neglasari agar memberikan informasi

pertanian dengan petani-petani di Desa Neglasai melalui pelatihan-pelatihan.

3.

Diharapkan ada yang melakukan penelitian lanjut tentang komunikasi yang

efektif dalam penyebaran informasi pertanian dan inovasi teknolgi pertanian

lainnya.


Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Adopsi Teknologi Budidaya Jagung Terhadap Pendapatan Petani (Kasus : Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun)

8 70 95

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

9 95 91

Komunikasi Penyuluhan dan Tingkat Adopsi Inovasi (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Penyuluhan Pembuatan Bokashi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Terhadap Tingkat Adopsi Inovasi pada Masyarakat di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir)

3 49 138

Pengaruh Karakteristik Inovasi dan Sistem Sosial terhadap Adopsi Inovasi Program Bina Keluarga Balita (BKB) di Kelurahan Kwala Bingai Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

3 65 121

Adopsi Inovasi di Kalangan Eksekutif Muda (Studi Deskriptif Proses Adopsi Inovasi Blackberry di Kalangan Eksekutif Muda di PT Indosat Tbk di Kota Medan)

1 23 92

View of Adopsi Inovasi Budidaya Padi Organik Pada Petani Di Kelompok Appoli (Aliansi Petani Padi Organik Boyolali)

0 0 12

Analisis Dampak Adopsi Inovasi Program Biogas Pada Petani Di Kabupaten Sukoharjo

0 0 74

Inovasi Teknologi Media Sosial: Keberhasilan Proses Adopsi Meningkatkan Kelincahan Organisasi

1 8 6

Analisis Dampak Adopsi Teknologi Budidaya Jagung Terhadap Pendapatan Petani (Kasus : Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun)

0 1 13

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai )

0 3 19