Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang Di Desa Ratatotok Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG
DI DESA RATATOTOK KABUPATEN MINAHASA
SULAWESI UTARA

OLEH :
LUSIA ANNA MARGARETHA SARAGIH

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
LUSIA 'ANNA.M. SARAGIH. Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang Di Desa Ratatotok Kabupaten Minahasa, Sulawesi
Utara. Dibimbing oleh DIETRIECH G. BENGEN and VICTOR P.H. NIKIJULUW.
Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya pesisir yang mengalami tingkat
degradasi cukup tinggi akibat pola pemanfaatannya selama ini cendemng tidak
memperhatikan aspek kelestariannya. Degradasi terumbu karang ini hampir terjadi di
seluruh kawasan pesisir Indonesia dan telah menyebabkan berbagai dampak yang
merugikan terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya. Mengingat potensinya yang

cukup besar untuk menunjang kesejahteraan masyarakat dan produktivitas lingkungan
sekitarnya, maka diperlukan upaya-upaya. pengelolaan dan pelestarian terumbu karang.
Guna menunjang keberhasilan pengelolaan, salah satunya diperlukan partisipasi aktif
masyarakat setempat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang digunakan dalam
pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang terdiri
dari strategi pembinaan dan pelatihan secara intensif serta bantuan usaha. Partisipasi
masyarakat di Desa Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur terhadap terjaganya sumberdaya
serta ekosistem temmbu karang yang ada di sekeliling mereka yakni relatif rendah. Hasil
analisis komponen utama menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi tinggi
rendahnya tingkat partisipasi masyarakat Desa Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur adalah
jenis mata pencaharian yang mereka geluti dan tingkat pemahaman mengenai terumbu
karang, dimana hanya masyarakat yang bermata pencaharian di daerah terumbu karang
atau kehidupannya bergantung terhadap terumbu karang dan yang memiliki pemahaman
tentang terumbu karang yang berpartisipasi di dalam pengelolaan ekosistem terumbu
karang. Secara keseluruhan, dari hasil analisis komponen utama terlihat bahwa variable
pendapatan, pendidikan, lama tinggal dan umur tidak dapat dijadikan parameter penentu
untuk melihat derajat partisipasi dalam pengelolaan temmbu karang.
Dari h a i l analisis SWOT ternyatii strategi yang pertama harus kita laksanakan
adalah menggunakan kekuatan seperti adanya sumberdaya slam khususnya terumbu

karang, sumberdaya manusia, dukungan masyarakat, dan partisipmi masyarakat, akan
lebih memudahkan peluang yang ada untuk direalisasikan lebih lanjut. Kelemahan yang
ditemukan pada analisis ini yakni kurangnya sosialisasi pengenalan terumbu karang pada
masyarakat. Sedangkan peluang yang ada yaitu pembentukan lembaga serta peraturan desa
dan peningkatan sosialisasi serta kegiatan yang berhubungan dengan Pengelolaan
sumberdaya terumbu karang yang baik dan benar.

,

ABSTRACT
LUSIA ANNA.M. SARAGIH. The Community Participation Analysis In Coral Reef
Ecosystem Management In Ratatotok Village District of Minahasa, North Sulawesi.
Conseling by DIETRiECH G. BENGEN and VICTOR P.H. NIKIJUIAJW.
The objectives of this research is, to know the level of community participation
regarding coral reef ecosystem management, and to explore the factors that affect the level
of community participation. The field research was conducted from June to October 2002
on Ratatotok Village of the Minahasa District, North Sulawesi Province.
Survey, observation and secondary data were applied for this research. In Ratatotok
2 Village, twentyfive people were deducted as respondents and fifty respondents in
Ratatotok Timur Village. Description analysis, cross tabulation and principal component

analysis is employed in data analysis.
,
The result shown that the performance of communiy participation in coral reef
ecosystem management in Ratatotok 2 village and Ratatotok Timur village is low.
Environment, coastal perception and jobs are two significant factors that effect the
community participation. While the other factors i.e., incomes, education, long stay and
ages are not significantly contribute to community participation.

SURATPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul
"Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu
Karang Di Desa Ratatotok Kabupaten Minahasa,Sulawesi Utara"
Adalah benar basil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan. Semua
sumber data dan infonnasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas clan dapat
diperiksa kebenarannya.

k u s i a A.M. Saragih
NRP. P.31500042

KA.IIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG
DI DESA RATATOTOK KABUPATEN MINAHASA
SULAWESI UTARA

LUSIA ANNA MARGARETHA SARAGIH

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Lautan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Tesis

: Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem

Terumbu Karang Di Desa Ratatotok Kabupaten Mhlahasa

Sulawesi Utara
Nama

: Lusia Anna Margaretha Saragih

NRP

: P.31500042

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Lautan
Menyetujui :
1. Komisi Pembimbing

~ r . f ;Dietriech G. Benpen. ~ E A
Ketua

Dr. Ir. ~ic\torP.H. Nikijuluw. M.Sc
Awgota

Menyetujui :

Sumbtsdaya Pesisir Dan Laut

Tanggal Lulus :30 Desember ZOO2

RJWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkm di Tanjung U g , Lampung pada tanggal 18 April
1975, maupakan anak kedua dari empat bersaudam dari pasangan Ir. Elia M.
Sam@ dan ibu Lerpiana Purba
Pada Tahun 1987 penulis lulus dari SD Kr Eben Haezar 01 Manado,
Tahun 1990 lulus dari SMP Kr Eben Haezar 01, dan pada tahun 1993 lulus dari
SMA Negeri I Manado. Tahun 1993 penulis diterima di Universitas Sam

Ratulangi Manado, Fakultas Paikanan dan Ilmu Kelautan., Program studi Ilmu
Kelautan.
Pada bulan Agustus 2000 Penulis mendapatkan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Angkatan V, dan
diselesaikan pada Desember 2002.

PRAKATA


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala penyertaan dan kasih-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober
2002 ini adalah kajian parlisipasi masyarakat, dengan judul Kajian Partisipasi
Masyarakat Dalam Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang di Desa Ratatotok
Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara
Selesainya penyusunan tesis ini atas masukan, arahan dan bimbingan dari
Bapak Dr.1r. Dietriech. G. Bengen, DEA dan Bapak Dr.Ir. Victor P.H.

Nikijuluw, M.Sc. sebagai Pembimbing, untuk itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr.Ir. Rokbmin

Dahuri, MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan beserta staf yang selalu mengikuti perkembangan studi penulis hingga
penyelesaian akhir.
Akhirnya, kepada papah mamah abang Andy, dan adik-adikku, Ferdy

dan Erick terima kasih atas segala dukungan moril dan semangat juga doa selama

studi, penelitian dan penyusunan tesis. 5' &we yorc ald.

qdZ) gdESSS

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor,

Desember 2002
Penulis,

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTARTABEL ....................................................................

vii
...

DAFTAR GAMBAR ............................................................... wll
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................


ix

PENDAHULUAN ...................................................................
Latar Belakang ...................................................................
Rumusan Masalah ...............................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
Pendekatan Masalah .............................................................

1
1
4
8

9

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
Ekosistem Terumbu Karang
.......................................................
............................................................................

Tipe
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup ..................................
Fnngsi Ekologi dan Manfaat ................................................
Komunitas dan Kelompok lkan Karang...................................
Partisipasi Masyarakat...........................................................
Kamkteristik Masyarakat
. . . Pesisir...........................................
Pengertian PaxQsipasl .........................................................
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan............................
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Terumbu Karang.........
Faktor yang Mempengarulu Partisipasi..................................
Pengembangan Partisipasi Masyarakat..................................
Pengelolaan Ekosistem Terumbu karang.................................
METODOLOG1 PENELITIAN ....................................................
Lokasi dan Wak
.t
.u Penelitian ...................................................
Metode Penehhan.................................................................
Sampel dan Responden...................................................
............................................................

Pengumpulan Data
..
Instrumen Penelthan .........................................................
Analisa Data ......................................................................
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Ratatotok.............................................
Sejarah Desa Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur ........................
Potensi dan Kondisi Terumbu Karang.........................................
Bentuk Pemanfaatan dan Pengelolaan Terumbu Karang...............
Pemukiman Masyarakat Pesisir...........................
Gambaran Umum Kenelayanan.................................................
Pengetahuan Kelautan........................................

33
33
33
35
35
36
36

Ahxivitas Masyarakat Nelayan
Kelembagaan Masyarakat.............................................
Pengelolaan Wilayah.......................................................
Organisasi Kenelayanan..................................................
HASIL Df4N PEMBAHASAN
Karakteristik Responden........................................................
Bentuk Partisipasi
Masyarakat di perairan sekitar Ratatotok...............
. . .
Parns~pas~
Horizontal..
.....................................................
. . .
........................................................
Partis~pas~
Vertikal..
Faktor Determinan Partisipasi..................................................
Arahan Strategi Pengembangan Partisipasi Masyarakat...................
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
Kesimpulan ......................................................................
Saran ..............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................

DAFTAR TABEL

Matriks analisis SWOT ........................ ..................... ... .
Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan jenis kelamin
tahun 2002 ......... ............ ..................... ............... ... .....
Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan kelompok umur
tahun 2002 ...............................................................................
Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan tingkat
pendidikan tahun 2002. ...................................... ............
Distribusi penduduk desa Ratatotok berdasarkan jenis pekerjaan
tahun 2002.. .............................................................................
Struktur mata pencaharian responden.. ...................... ... .... ..
Distribusi responden berdasarkan variabel sebaran umur...........
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan.. ....... ......
Distribusi responden berdasarkan penghasilan.. .....................
Distribusi responden berdasarkan lama tinggal.. ................ ...
Kegiatan partisipasi masyarakat desa Ratatotok.....................
Distribusi responden berdasarkan partisipasi pengelolaan
terumbu karang.. .........................................................
Distribusi responden berdasarkan pemahaman mengenai
terumbu karang..................... ............... ......... ..............
Identifikasi, pembobotan, rating clan skor tiap unsur SWOT ......
Matriks hasil analisis SWOT. .. .........................................
Ranking prioritas strategi partisipasi masyarakat terhadap
terumbu karang.. .........................................................

39

DAFTAR GAMBAR

1.

2.

3.
4.

Kerangka berpikir penelitian ...........................................
13
..
Peta lokasi penelit~an..................................................... 34
Grafik analisis komponen utama hubungan parameter
karakteristik responden desa Ratatotok 2.............................
Grafik analisis komponen utama hubungan parameter
karakteristik responden desa Ratatotok Timur. ......................

79

81

1.

2.
3.

4.

Hasil Analisis Komponen Utama pada 25 Responden di Desa
Ratatotok 2..........................................................
Hasil Analisis Komponen Utama pada 50 Responden di Desa
Ratatotok Timur....................................................

98
99

Indikator clan Cara Pengukuran.........................................
100
..
Kuesioner Penellt~an..................................................... 102

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan salah satu sistem ekologi yang paling produktif,
beragam dan kompleks. Wilayah ini berperan sebagai penyangga, pelindung dan
penyaring di antara daratan dan lautan, serta merupakan pemusatan terbesar penduduk
sehingga memberikan tekanan yang semakin berat terhadap ekosistem di wilayah hi.
Dalam dekade terakhir ini, kegiatan pembangunan di wilayah pesisir cukup
pesat, haik untuk perikanan, pemukiman, penambangan, pariwisata dan sebagainya.
Jumlah penduduk yang hidup di wilayah pesisir pada saat ini sama dengan jumlah
penduduk bumi seluruhnya pada tahun 1950. Jumlah penduduk di wilayah pesisir
diperkirakan 50-70% jumlah penduduk dunia. Proyeksi jumlah penduduk dunia
menurut PBB adalah 8.5 miliar pada tahun 2025, dan 70% dari penduduk ini berada di
20 negara berkembang dan kurang berkembang (less developed counlnes). Dua-pertiga penduduk dunia akan hidup dalam jarak 60 lon dari garis pantai pada tahun 2020.
Penduduk Indonesia tahun 2000 adalah 210 juta orang dan diperkirakan pada tahun
2010 bejumlah 225 juta orang. Pesatnya pembangunan ini serta ditambah dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, telah menimbulkan berbagai pennasalahan
lingkungan di beberapa wilayah pesisir Indonesia Dampak dari tekanan terhadap
sumberdaya alam pesisir diantaranya adalah degradasi ekosistem alami (pesisir, hutan
mangrove, terumbu karang); pembuangan limbah ke laut; sedimentasi sungai-sungai
erosi pantai dan abrasi (Rais 2001). Rais (2001) juga menambahkan bahwa selain
tekanan penduduk, wilayah pesisir juga menghadapi tekanan terhadap pengembangan
ekonomi sumberdaya: pariwisata, minyak dan gas, pemukiman, dsb. Sektor pariwisata
merupakan pertumbuhan yang besar di kawasan pesisir. Sebagai industri tunggal
terbesar di dunia; kira-kira sekurang-kurangnya 5% dari gabungan GNP dari semua

negara dlhasllkim oleh kegiatan ini. Dapat m e n d a n kualitas lingkungan jika tidak
dikembangkan dengan kehati-hatian (eko-turisme). Eko-turisme adalah 'trade-off
antara pemanfai~tandan konservas~;wntoh: Great Banier Reef di Ausualia.
Salah satu sumberdaya dam di Indonesia yang sangat rentan dengan
terjadinya degpdasi

lingkungan sehingga mempengaruhi fungsinya dalam

mendukung upaya pemenuhan kebutuhan manusia dan pembangunan ekonomi adalah
ekosistem tenunbu karang yang berada di wilayalt pesisir kepulauan Nusantara.
Terumbu h a n g menjadi mata pencarian utama bagi nelayan Indonesia yang
umumnya subsistem, dan salah satu sumber pengamanan pangan pada waktu musim
pacekelik. Dengan kata lain terumbu karang mempakan sumberdaya dam yang
sangat berpenga~uhsecara ekonomi terhadap banyak masyarakat pesisir di Indonesia.
i ~ karang di Sulawesi utara sekitar i 8010 ha. Jenis terumbu
Total l ~temmbu
karang yang adtl umumnya adalah terumbu karang tepi winging reef)yang terletak di
sepanjang garis pantai dan dijumpai pula koloni terumbu karang yang mengelompok
(patch reef) (Kusen dkk., 1991).

Salah satu wilayah pesisi yang memiliki potensi sumberdaya hut khususnya
terumbu hang: adalah Pulau Putus-putus yang terletak diwilayah Desa Ratatotok
Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Pulau ini letaknya kira-kira 1,5km di sebelah
utara perairan 1)esa Ratatotok Timur dan terbentang hampir sepanjang wilayah desa
Ratatotok Timtu. Diperkirakan bahwa di daerah ini memiliki luas terumbu karang
sebesar 4,5 hi dengan persentase tutupan karang 45.5% -50.18%. Walaupun
demikian potensi tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal apabila tidak
dikelola secara terpadu. Keterpaduan diperlukan dengan memperhatikan hubungan
antar komponen-komponen dalam suatu sistem, sehmgga kelestarian sumberdaya
pesisir dapat texjaga.

Keberadaan ekosistem tenunbu karang di F'ulau Putus-putus tersebut sangat
dipengaruhi oleh aktivitas penduduk di sekitarnya, dalam ha1 ini masyarakat Desa
Ratatotok 2 dan Ratatotok Timur. Fenomena yang ada saat ini adalah, bahwa
penduduk kedua desa tersebut umumnya mempakan pendatang dan memiliki
pekerjaan utama sebagai penambang emas (tambang rakyat), nelayan (27.82%) dan
pegawailkqawan dari PT Newmont Minahasa Raya (NMR). (Tabel 5).
Jumlah nelayan yang sedikit di Desa Ratatotok 2 (7.81%) memberikan dampak
yang relatif kecil terhadap ekosistem terumbu karang sedangkan nelayan di Desa
Ratatotok Timur (56.42%) memberikan dampak yang relatif besar terhadap ekosistem
terumbu karang. Hal lain yang menjadi perhatian saat ini adalab dengan jumlah
nelayan yang sedikit, temyata cukup banyak ditemukan lokasi-lokasi bekas
pengeboman (untuk menangkap ikan) di daerah terumbu karang sekitar F'ulau PutusPutus. Temyata kegiatan pengeboman ini bukan dilakukan oleh masyarakat setempat
melainkan oleh masyarakat desa sekitar. Untuk mengantisipasi akan kerusakan
terumbu karang yang lebih besar akibat pemboman, maka masyarakat desa sekitar

perairan Ratatotok pemab melapor pada aparat setempat namun tidak mendapat
tanggapan yang serius karena pelapor tidak membawa bukti. Pada akhirnya sebagai
bentuk keperdulian, PT.NMR yang mempunyai tanggung jamb di wilayah perairan

tersebut mengadakan keqasama dengan pol air untuk menjaga wilayah perairan
tersebut dari kegiatan pemboman Menginsat berbagai dampak yang terjadi di
perairan sekitar Ratatotok yang mengakbatkan rusaklhilangnya terumbu karang,

maka dlperlukan berbagai progmdkegiatan pengelolaan terumbu karang.
Salah satu penyebab ketidak berlanjutan ini diantaranya adalah tidak
dilibatkannya masyarakat setempat dalam perencaman d m pelaksanaan kegiatan.
Dengan kata lain pendekatan yang dilakukan bersifat lop-down. Pendekatan seperti ini

tidak menimbulkan rasa memilila, tanggung jawab dan kesadaran dari masyarakat
setempat untuk mendukung atau bahkan mengembangkan pelaksanaan program.
Menyadari ha1 tersebut, maka upaya pelibatan masyarakat setempat dalam
pengelolaan temnbu k m g menjadi penting. Conyers (1991) menyebutkan terdapat
tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat dalam program pembangunan
mempunyai sifat sangat penting. Pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu
alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat
setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan atau proyek akan gagal.
Kedua, masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan atau proyek jika
merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan
lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
terhadap proyek tersebut. Ketiga, merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat
dilibatkan dalam pembangunan masyarakat sendiri.
Berdasarkan isu-isu yang ada diatas maka kegiatan penelitian ini dirancang

dan dilakukan guna pencapaian pengelolaan ekosistem t m b u karang secara
terpadu Dampak atau hasil pengelolaan terpadu adalah peningkatan kesejahteraan
masyarakat khususnya nelayan di Desa Ratatotok 2 d m Ratatotok Timur.

Perurnusan Masalah
Tennnbu karang dengan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan
salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang rentan dengan
kehancuran. Sebagai salah satu sumberdaya, terumbu karang disamping menunjang
produksi perikanan, juga memiliki fungsi lain seperti sebagai bahan industri h a s i ,
obyek wisata bahari, bahan hiasan dan aquarium ikan laut, bahan bangunan, tempat
pemijahan (spawning ground).tempat men& makan feeding ground),tempat asuhan

dan pembesaran (nursety ground) dan pelindung pantai dari hempasan ombak dan
arus kuat yang berad dari laut (Bengen 2000).
Dapat dikatakan bahwa terumbu karang mempunyai potensi sumberdaya yang
dapat dimanhtkan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Terumbu karang berfungsi melindungi ekosistem pantai dari pengaruh abrasi ombak,
sumber berbagai bahan baku makanan dan sumber substansi bioaktif untuk indusm
kimia dan farmasi baik pada masa sekarang maupun yang akan datang selain itu
terumbu karang berperan sebagai laboratorium alam untuk kegiatan penelitian ilmiah.
Selain itu terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan,
pembuatan kapur, dan bahan perhiasan. Bahkan keindahannya dapat dijadikan tempat
rekreasi

untuk

mendukung sektor pariwisata, yang memberi

kontribusi

devisalpenghasilan bagi negara. Namun dibalik potensi tersebut banyak pula aktifitas
manusia diketahui dapat mengacam kerusakan ekosistem sumberdaya terumbu
karang.

Kerusakan ekosistem terumbu karang umumnya disebabkan oleh aktivitas
manusia Kerusakan ini akan menyebabkan berkurangnya atau menghdangnya fungsi
dan manfaat terumbu karang bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Untuk
mengembalikan terumbu karang yang rusak maka diperlukan upaya pengelolaan
terumbu karang yang diantaranya rehabilitasi terumbu karang.
Dewasa ini beberapa permadahan yang muncul di vdayah pesisir khususnya
di daerah terumbu karang antara lain :
1.

Penangkapan ikan dan biota terumbu karang secara terns menerus dalam
jumlah yang berlebihan menyebabkan semakin cepatnya penurunan jumlah
maupun

keanekaragaman jenis

sumberdaya terumbu

mengakibatkan ketidak seimbangan biologis.

karaog yang

2.

Pencemaran dan pelumpnran sebagai akibat pembangunan didaerah pesisir
yang tidak terkendali.

3.

Pengambilan dan penambangan karang untuk keperluan bahan bangunan di
daerah pesisi yang tidak terkendali.
Merosotnya ekosistem terumbu karang dalam skala yang besar akan

menyulitkan pemullhannya. Karena untuk memuhhkan kondisi tenunbu karang
diperlukan waktu yang relatif lama dan hanya mungkm terjadi apabila iingkungan
laut dimana tenunbu karang tumbuh, berada dalam kondisi yang sesuai dengan yang
diperlukan oleh hewan karang.
Untuk menanggulangi masalah kerusakan terumbu karang pemerintah telah
dan sedang melakukan berbagai upaya pengelolaan ekosistem terumbu karang secara
terkoordinasi dengan berbagai instansi terkait guna melestarikan sumberdaya tersebut
beserta lingkungannya dengan tetap mengacu pada strategi konservasi dan

pengelolaan ekosistem terumbu karang di Indonesia. Masyarakat di sekitar ekosistem
terumbu karang merupakan

UIISUT

yang paling berkepentingan baik dari segi

pemanfaatan ataupun sebagai penerima berbagai akibat yang ditimbulkan dari baik
buruknya terumbu karang.
Keberhasilan pengelolaan terumbu karang ditentukan oleh banyak faktor. Salah
satu faktor tersebut adalah adanya partisipasi dari masyarakat setempat. Tanpa adanya

upaya pemeliharaan atau perlindungan terumbu secara terus-menerus, maka upaya
upaya rehabilitasi tenunbu karang kecil kemungkhnnya akan berhasil. Untuk itu ha1
yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengembangkan partisipasi masyarakat
agar terlibat secara aktif dalam kegiatan rehabilitasi terumbu karang, serta
memperoleh manfaat dari keterlibatan tersebut.

Kegiatan pengelolaan dan pelesfarian tennnbu karang dengan melibatkan
masyarakat setempat umumnya ditangani oleh pemerintah melalui lembaga-lembaga
yang dibentuknya ataupun melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Pada
pelakwmmya bahkan tidak jarang keduanya bekerjasarna. Dalam ha1 ini LSM
menempatkan diri sebagai pendamping yang bersifat komplementer terhadap
program-program pemerintah.
Kegiatan pengelolaan wilayah pesisir mi bertujuan untuk melibatkan
masyarakat secara menyeluruh terutama masyiuakat pesisir sebagai bentuk partisipasi
dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang sehingga diharapkan keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian terumbu karang secara berkelanjutan
serta dapat mengurangi tekanan-tekanan yang berdampak merusak kelestarian
tenunbu karang dan ekosistem lainnya
Dalam pelaksanaan kegiatannya, pada umumnya LSM melakukan melalui suatu
persiapan sosial yang terencana dan pembinaan kelompok secara intensif. Hal ini
dilakukan mengingat &pan

kegiatan LSM umumnya bersifat terbatas, berhubungan

langsung dengan masyiuakat, sifat organisasinya yang kecil dan dmmis serta
dibangun atas idealisme tertentu.
Program partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi dan pengelolaan tennnbu
karang di Sulawesi Utara sedang dilakukan antara lain oleh Coastal Resources
Management Project (CRMP), Coral Reef Information Training Center (CR-ITC 4),
Coral Reef Rehabilltation and Management Project (COREMAP), Wahana
Lingkungan Hidup (WALHI), LSM KELOLA sebagai pelibatan masyarakat dalam
mengelola terumbu karang. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh lembagalembaga diatas adalah pelatihan mengenai terumbu karang dan monitoring,
penyuluhan mengenai manfaat ekosistem terumbu karang, kegiatan Pengelolaan

'l'erumbu Karang Berbasis Masyarakat (Locally Based Management of Coral Reen,
Budidaya ikan di jaring apung, budidaya rumput laut, pemberian bantuan modal
bempa uang atau perahu untuk masyarakat nelayan, du.
Berdasarkan uraian di atas, maka pennasalahan yang diajukan sehubungan
dengan partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi dm pengelolaan terumbu karang di
Desa Ratatotok, Kab. Minahasa adalah :
1. Mengkaji bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
ekosistem terumbu karang
2. Kegiatan-kegiatan apa yang dapat mendukung strategi pengembangan
padsipasi masyarakat diatas?
3. Apakah kegiatan yang ada sudah cukup optimal dalam pengembangan

partisipasi masyarakat diatas?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, tujuan penelitian dapat dirmnuskan
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui derajat partisipasi masyarakat Desa Ratatotok dalam kegiatan
pengelolaan terumbu karang.
b. Untuk mengetahui dampak kehidupan sosial masyarakat dengan adanya aktivitas
yang dilakukan di daerah tennnbu karang.

c. Untuk mengetahui persepsi masyarakat pesisir terhadap sumberdaya terumbu
karang sekarang dan menentukan strategi pengembangan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan terumbu karang.

Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi para penentu kebijakan dalam pengambilan
keputusan bexkaitan dengan upaya pelestarian sumberdaya dam khususnya
terumbu karang.
b. Memberikan suatu altematif kebijakan dan bahan pemikiran baru yang lebih tepat
dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang yang berkelanjutan di desa
Ratatotok 2 dan Ratatotok Timw.

c. Untuk memberi penghayatan yang lebih mendalam kepada rnasyarakat akan
berbagai masalah lokal yang dihadapi berdasarkan fakta-fakta sosial yang berhasil
diidentifikasi di wilayah tersebut.
Pendekatan Masalalr
Ekosistem terumbu karang adalah ekosistem dasar laut tropis yang
komunitasnya didominasi oleb biota laut penghasil kapw, terutama karang batu (stony
coral) dan algae berkapur. Terumbu karang mempunyai respon spesifik terhadap

lingkungan sekitarnya. Pemunbuhan yang pesat pada kedalaman 2-15 m, dan cahaya
merupakan faktor utama yang mempengmuhi distribusi vertikalnya (Nybakken,
1992). Karang pembentuk terumbu karang dapat tumbuh dengan baik pada daerahdaerah tertentu, seperti pulau-pulau yang sedikit mengalami proses sedirnentasi
(Suharsono, 1998). Terumbu karang merupakan salah satu komunitas yang memiliki
produktivitas primer yang tinggi. Karena tingginya produktivitas tersebut, maka
banyak kehidupan laut yang berasosiasi dengan menggantungkan hidup texhadap
komunitas terumbu karang, oleb karena terumbu karang merupakan komunitas
perairan yang sangat bemilai bagi ekosistem maupun kehidupan manusia. Suharsono
(1996) menyatakan bahwa hampir 113 dari penduduk Indonesia yang tinggal di daerah

pesisir menggantungkan bidupnya pada perairan laut dangkal dimana terumbu karang
banyak herasosiasi.
Ekosistem terumbu karang mempunyai peran yang besar sebagai : (a) tempat
tumbuh biota lain karena fungsinya sebagai tempat memijah, mencari makaq d a d
asuhan berbagai biota laut, (b) sumber plasma nutfah biota laut, (c) mencegah erosi

dan mendukung terbentuknya pantai berpasir, dan (d) melindungi pantai dari
hempasan ombak dan keganasan badai, disamping melindungi berbagai bangunan
fisik (Nybakken, 1986; Dahuri, dkk., 1996).
Ekosistem terumbu karang ini dapat mengalami degradasikerusakan oleh
karena aktivitas manusia. Aktivitas tersebut seperti yang diungkapkan oleh Berwick
(1983)

Dahuri dkk. (1996) adalah: penambangan karang dengan atau tanpa

bahan peledak, penangkapan ikan dengan alat yang merusak dan eksploitasi yang
berlebihan, pembuangan limbah panas, penggundulan hutan di lahan atas,
pengerukkan di sekitar terumbu karang, kepariwisataan, pencemaran oleh limbah
manusia dari hotel tanpa pengolahan, kerusakan fisik terumbu karang oleh jangkar
kapal, kegiatan penyelam yang tidak peduli tahadap nilai kelestarian terumbu karang,
serta penangkapan ikan bias dengan menggunakan kalsium sianida (KCN).

Sedangkan pengaruh faktor dam misalnya akibat badai dan pemangsaan predator
(Acanthasterplancii)juga akibat perubahan suhu perairan yaitu terjadinya p e n m a n
suhu akibat pencampuran massa air yang lebih dingin sehingga menyebabkan karang
mati dan menjadi putih (bleaching).
Perkembangan terumbu karang dipe-

oleh beberapa faktor fisik

lingkungan yang dapat menjadi pembatas bagi karang untuk membentuk terumbu.
Adapun faktor-faktor fisik lingkungan yang berperan dalam perkembangan terumbu
karang adalah sebagai berikut : Suhu aie18OC, tapi bagi perkembangan yang optimal

diperlukan suhu rata-rata tahunan berkisar antara 23-25"C, dengan suhu maksimal
yang masih dapat ditolerir berkim antara 3640°C; kedalaman perairan 18 'C dan tumbuh normal pada suhu perairan 25-30

'c.

Suhu ekstrim dapat

mempengadu kehidupan karang batu, seperti proses produksi, metabolisme dan
pemben-

karangka kapur sebagai kerangka luamya. Suhu perairan Indonesia

yang dikenal memiliki kekayaan dan keindahan terumbu karang berkisar antara
27-28 OC.

3. Salinitas (kadar garam), karang batu dikenal sebagai biota laut yang memiliki
toleransi tinggi terhadap perubahan salinitas air laut, yaitu antara 27-40 %.
4. Kejernihan air, sangat diperlukan untuk menjamin masuknya sinar matahari ke

dasar laut Banyaknya partikel atau endapan di dalam air laut dapat menimbulkan
kekeruhan yang dapat mengganggu pertumbuhan karang batu.
5.

Pergerakan air (arus), diperlukan untuk kelangsungan hidup karaog batu, karena
karang batu hidup menetap (tidak dapat berpindah tempat), maka kebutuhan
makanan dan oksigen di malam hari hanya dapat t v u h i oleh keberadaan arus
yang membawa makanan dan oksigen ke tempat karang batu hdup (kebutuhan
oksigen siang hari untuk proses fotosintesis woxanthellae di jaringan endoderm
h a n g batu lebih dari cukup). Pergerakan air laut juga membantu membersihkan
endapan yang menempel menutup mulut karang batu hidup.

6. Substrat dasar, yang keras dan bersih dari endapan diperlukan untuk penempelan

larva karang batu yang siap membentuk koloni baru.
Terumbu karang terdiri atas ratusan ribu jenis karang batu (Stony coral) dari
empat ordo, yakni Sceleractinia, Stolonifera, Coenothecalia, dan Milleporina. Sebagai
biota yang paling dominan, karang batu mempunyai peran yang sangat penting,

karma itu kerusakan dan kematian karang batu dapat mengganggu serta mengubah
lingkungan dan keseimbangan komunitas terumbu karang secara keseluruhan
(Allister, 1989; Suharsono, 19%; Cesar, 1997).

Fungsi ekologi dan manfaat ekonomi terumbu mmng
Terumbu karang merupakan salah satu komunitas yang memiliki produktivitas
pnmer yang tmgg. Karena tingginya produktivltas tersebut, maka banyak kehidupan
laut yang berasosiasi dengan menggantungkan hidup terhadap komunitas terumbu
karang, oleh karena terumbu karang merupakan komunitas perairan yang sangat
bemilai bagi ekosistem maupun kehidupan manusia.
Ekosistem terwnbu karang mempunyai peran yang besar sebagai : (a) tempat
tumbuh biota lain karena fungsinya sebagai tempat memijah, mencari makan, daerah
asuhan berbagai biota laut, (b) sumber plasma nuthh biota laut, (c) mencegah erosi
clan mendukung terbentuknya pantai berpasir, dan (d) melindungi pantai dari

hempasan ombak dan keganasan badai, disamping melindungi berbagai bangunan
fisik (Nybakkg 1986; Dahnri, &., 1996).
Bagi manusia, terumbu karang bermanfaat sebagai : (a) sumber bahan baku

untuk berbagai macam kegiatan; seperti karang, batu dan pasir sebagai bahan
bangunan, karang hitam (Black coral) sebagai bahan perhiasan, dan karang atau
molusca sebagai bahan pen-

rumah, @) penghasil protein bagi penduduk, (c)

obyek wisata, (d) penangkal ombak atau pelindung usaha perikanan laguna, (e)
pelindung pelabuhan kecil dari badai dan hempasan air laut, dan (f)kegunaan lainnya
(Sukamo, 1995).
Komunitas dan Kelompok Ikan Karang
Ikan-ikan karang terdiri dari banyak sekali jenis tetapi masih tetap terbatas
jumlahya dengan morfologi dm perilaku tertentu, demikian juga pola berenangnya
tidak acak melainkan teratur, sehingga dari sebaran dan perilakunya dapat
diperkirakan dari waktu ke waktu maupun dari tempat ke tempat (Hutomo, 1995).

Pada umumnya komunitas ikan karang yang hidup berasosiasi sangat dekat
dengan ekosistem terumbu karang dapat dikelompokkan atas tiga kelompok besar,
yakni :

1. Jenis ikan indikator, hidupnya berasosiasi paling kuat dengan karang atau sangat
bergantung dengan keberadaan karang di suatu perairan. Misalnya, ikan Kepekepe atau dari marga Chaetodon, Forcipiger, Parachaetodon, Coradion,
Hemitaurichtys, dan Heniochus yang keseluruhan termasuk dalam suku
Chaetodontidae.

2. Jenis ikan target, merupakan jenis ikan konsumsi atau memiliki nilai ekonomis
penting yang hidup berasosiasi dengan ekosistem perairan karang.

3. Jenis ikan-ikan lainnya (Major group), merupakan jenis ikan yang tidak
termasuk ikan indikator maupun ikan target diatas. Pada umumnya kelompok ini
belum banyak diketahui peranannya selain dari rantai maltanan di dam, karena
sebagian besar dari jenis ikan kelompok ini hidup dalam kelompok besar
(schoolingjish).

Partisipasi Masyarakat
Karakteristik Masyarakat Pesisir
Menurut Sunoto (1997) masyarakat pesisir dapat dibagi menjadi 2 kelompok
menurut jenis kegiatan utamanya, yaitu nelayan penangkap ikan dan nelayan
petambak. Nelayan penangkap ikan adalah seseorang yang pekerjaan utamanya di
sektor perikanan laut dan mengandalkan ketexsediaan sumberdaya ikan di alam bebas,

sedangkan nelayan petambak

adalah nelayan yang kegiatan utamanya

membudidayakan ikan atau sumberdaya laut lainnya yang berbasis pada daratan dan
perairan dangkal di whyah pesisir.

Masyarakat nelayan penangkap ikan sangat rawan karem bergantung
sepenuhnya terhadap keberdayaan sumber&ya alam yang tidak dapat dikontrol
sepenuhnya oleh nelayan (Sunoto 1997). Nelayan tidak pernah mempunyai gambaran
yang pasti tentang berapa pendapatan yang akan diperolehnya, suatu saat
pendapatannya cukup besar akan tetapi di saat lain sama sekali tidak memperoleh
hasil tangkapan. Ini disebabkan karena sifat tangkapan nelayan yang senantiasa
bergerak dan berpindah-pindah tempat menjadikan tingkat pendapatan mereka
cenderung tidak teratur (Nadjib 1998). Selain itu, pendapatan nelayan juga sangat
dipen-

oleh jumlah nelayan yang beropemi di suatu daerah penangkapan

(fishing ground). Di daerah yang padat penduduknya, seperti pantai utara Jawa, sudah
terjad kelebihan tangkap (over fishing) yang beralabat pada kecilnya volume hasil
tangkapan yang pa& akhimya mempengaruhi pendapatan (PKSPL 1998).
Dalam menangkap ikan tidak jarang nelayan hams berpisah dari keluarga
berhari-hari. Hal ini menyebabkan pulangnya mereka ke rumah s e ~ dipergunakan
g
sebagai kesempatan beristirahat daripada berproduks~.Sedangkan nelayan petambak
memiliki aksesibilitas terhadap sumberdaya dam relatif lebih baik dibanding nelayan
tangkap. Keadaan tersebut memberikan alternatif yang lebih banyak bagi
pengembangan ekonomi mereka (Sunoto 1997).
Masyarakat pesisir memMci karakteristik tertentu yang khas dan unik. Sifat

ini sangat erat kaitannya dengan sifat usaha di bidang penkanan yang merupakan
mata pencaharian utama. Karena usaha perikanan sangat dipen&

oleh faktor

lingkungan, musim dan pasar, maka karakteristik masyarakat pesisir juga dipengaruln
oleh faktor-faktor tersebut (PKSPL 1998):

Ketergantungan pada kondisi lingkungan

Keberlanjutan atau keberhasilan usaha penkanan sangat bergantung pada
kondisi lingkungan, khususnya air. Keadaan ini benmplikasi pada kondisi kehidupan
sosial ekonomi masymkat pesisir. Kehidupan masyarakat pesisir menjadi sangat
tergantung pada kondisi lingkungan dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan,
khususnya pencemaran, karena dapat menggunmg sendi-sendi kehidupan sosial
ekonomi masyarakat pesisir.
Ketergantungan paah musim

Ketergantungan pada musim mempakan karakteristik yang paling menonjol di
masyarakat pesisir, terutama bagi nelayan kecil. Pada musim penangkapan para
nelayan sibuk melaut. Sebaliknya, pada musim paceklik kegiatan melaut menjadi

berkwang sehingga banyak nelayan menganggur. Kondisi ini mempunyai hphkasi
besar terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir secara umum dan kaum
nelayan pada khususnya.
Ketergantungan pada pasar

Berbeda dari petani, para nelayan dan petambak sangat tergantung tergantung
pada keadaan pasar. Hal ini disebabkan komoditas yang mereka hasilkan hams segera
dijual baru bisa digunakan untuk memenuhi keperluan hidup. Nelayan dan petambak
h m s menjual sebagian besax hasilnya dan bersifat segera agar tidak membusuk.
Kondisi ini menyebabkan nelayan dan petambak sangat peka terhadap harga.
Perubahan harga produk perikanan sangat mempengambi kondisi sosial ekonomi
mereka.
Walaupun masyarakat pesisir dapat dikelompokkan menurut jenis kegiatan
utamanya, namun pada umumnya hubungan sosial ekonomi mereka hampir sama
(Sunoto 1997). Menurut PKSPL (1998) terdapat pola hubungan tertentu yang sangat

m u m dijumpai dikalangan nelayan dan petambak, yaitu pola hubungan yang bersifat
patron-klien. Karena keadaan yang bun& maka para nelayan ked, buruh nelayan,
petambak kecil dan b m h tambak seringkali meminjam uang dan barang-barang

untuk kehidupan sehari-hari dari jnragan atau para pedagang pengumpul.
Konsekuensinya, para peminjam tersebut menjadi terkait dengan pihak jnragan atau
pedagang, yaitu keharusan menjual prodnknya.
Stratifikasi sosial yang sangat menonjol pada masyarakat nelayan dan
petambak adalah stratifikasi yang berdasarkan penguasaan alat produksi (PKSPL
1998). Pada masyarakat nelayan, umumnya ada 3 strata kelompok, yaitu :

Strata pertama dan yang paling atas adalah mereka yang memiliki kapal
motor lengkap dengan alat tangkapnya. Biasanya dikenal sebagai nelayan
besar atau modem, tidak ikut melaut dan operasi penangkapannya diserahkan
kepada orang lain. Buruh atau tenaga kerja yang digunakan bisa mencapai 30an orang.

Strata kedua adalah mereka yang memdiki perahu dengan motor tempel.
Biasanya pemihk ikut melaut memimpin kegiatan penangkapan. Bmuh yang
ikut mungkm ada tapi terbatas dan biasanya hanya merupakan anggota
keluarga saja.

Strata terakhir adalah buruh nelayan. Meskipun para nelayan kecil bisa juga
merangkap menjadi buruh, tapi banyak pula buruh yang tidak memiliki sarana
produksi apa-apa, hanya tenaga mereka sendiri.
Seringkali nelayan besar juga merangkap sebagai pedagang pengumpul.

Namun biasanya ada pedagang pengumpul yang bukan nelayan sehingga pedagang ini
merupakan strata sendm.

Pengertian Partisipasi
Beberapa pengertian tentang partisipasi dkemukakan oleh para ahli antara lain
yang dikemukakan oleh Dusseldorp (1981) yang menulis tentang partisipasi di tingkat
masyarakat pedesaan adalah suatu bentuk interaksi dan kumunikasi khas, yaitu

berbagi dalam kekuasaan clan tanggung jawab. Namun demikian partisipasi hukan
berarti hanya ikut serta secara fisik tapi juga seem kejiwaan, seperti dikemukakan
oleh Davis (1976) yang men-

partisipasi sebagai keterlibatan mental, pikiran

dan perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok tersebut dalam usaha mencapai tujuan
berasama dan turut bertanggung jawab didalamnya.
Partisipasi masyarakat sejak semula sudah dianggap menjadi unsur pelengkap
penting dalam proses pembangunan nasional (Hamijoyo, 1993). Pengertian partisipasi
oleh banyak ahli biasanya diartikan sebagai upaya peran serta masyarakat dalam suatu
kegiatan, yang bila dikaitkan dengan pembangunan maka akan merupakan upaya

peran. serta dalam pembangunan. Seperti yang dikemukakau oleh Slamet (1980)
dalam Rauf (1981), partisipasi masyarakat sangatlah mutlak demi berhasilnya
pembangunan. Pada mumnya dapatlah dikatakan bahwa tanpa partisipasi masyarakat
maka setiap kegiatan pembangunan akan kurang berhasil.
Pam ahli sering mengaitkan partisipasi dengan bagaimana upaya mendukung
program pemerintah dan upaya-upaya yang pada awal dan konsep pelaksanaa~ya
berasal dari pemerintah. Seperti dikemukakan Hanafiah (1982), mengungkapkan
bahwa peran serta tidak hanya pengertian ditingkat lokal serta turut serta, bersama
atau individu, dalam proyek pemerintah atau tidak hanya dalam hubungan produksi,
pengambilan keputusan dan pelaksanaan, tetapi harus lebih luas. Peranserta harus
meliputi segenap kehidupan masyarakat dalam segala bentuk melalui komunikasi

sosial. Ditambahkan oleh Mubyarto (1984) bahwa peran serta masyarakat dalam
pembangunan harus diartikan secara luas yaitu kesediaan untuk membantu
berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa harus
mengorbankan kepentingan sendiri.
Nampak dari pengertian mengenai partisipasi masyarakat yang telah
dikemukakan diatas, maka jelaslah bahwa peran serta masyarakat secara aktif baik

secara moril maupun materiil, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama
menjadi sedemikian pentingnya di dalam setiap bentuk kegiatan pembangunan,
disebabkan karena dengan adanya dukungan masyarakat yang saling berinteraksi
senantiasa memberikan harapan ke arah berhasilnya suatu kegiatan.
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan adalah partisipasi dengan
mengikut sertakan masyarakat dalam kegiatan operasional berdasarkan rencana yang
telah disepakaa bersama.
Partisipasi merupakan masukan dalam proses pembangunan dan sekaligus
juga sebagai keluaran atau sasaran dari pelaksanaan pembangunan. Pada
kenyataannya partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat bersifat vertikal
maupun horisontal seperti Rahardjo (1985), menyatakan bahwa partisipasi vertikal
berlangsung bila masyarakat