Analisis Asimilasi Bunyi-Bunyi Nasal Pada ﺍﻠﻤﻠﻚ ﺴﻮﺮﺓ /Surah Al-Mulk/

ANALISIS ASIMILASI BUNYI-BUNYI NASAL PADA

/SURAH AL-MULK/

SKRIPSI SARJANA

O
L
E
H

VHIRA FUJITA
060704010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGRAM STUDI SASTRA ARAB
2010
PERNYATAAN

Universitas Sumatera Utara


Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa
pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan,

Desember 2010

Vhira Fujita

PEDOMAN TRANSLITERASI

Universitas Sumatera Utara

Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 Tahun 1987 dan No. 0543/U/1987.

A. Konsonan

Huruf

Nama

Huruf latin

Nama

Alif

tidak dilambangkan

tidak dilambangkan

Ba


B

be

Ta

T

te

Sa

S

es(dengan titik di atas )

Jim

J


je

Ha

H

ha ( dengan titik di bawah )

Kha

Kh

ka dan ha

Dal

D

de


Zal

Z

zet (dengan titik di atas )

Ra

R

er

Zai

Z

zet

Sin


S

es

Syin

Sy

es dan ye

Sad

S

es( dengan titik di bawah )

Dad

D


de ( dengan titik di bawah )

Ta

T

te ( dengan titik di bawah )

Arab

Universitas Sumatera Utara

Za

Z

zet ( dengan titik di bawah )

‘Ain




koma terbalikm (di atas)

Gain

G

ge

Fa

F

ef

Qaf

Q


ki

Kaf

K

ka

Lam

L

el

Mim

M

em


Nun

N

en

Waw

W

we

Ha

H

ha

Hamzah




apostrof

Ya

Y

ye

B. Konsonan Rangkap
Konsonan Rangkap (tasydid) ditulis rangkap
Contoh:

= muqaddimah
= al-madinah al-munawwarah

C. Vokal
1. Vokal Tunggal
______ (fathah) ditulis “a” contoh

= qara’a

______ (kasrah) ditullis “i” contoh

= rahima

______ (damma) ditulis “u” contoh

= kaifa

2. Vokal Rangkap

Universitas Sumatera Utara

Vokal Rangkap
Contoh

______ (fathah dan ya) ditulis “ai”

= zainab

= kaifa

Vokal Rangkap ______ (fathah dan wa) ditulis “au”
Contoh

= haula

=qaula

D. Vokal Panjang (maddah)
_____ /fathah/ “ā” Contoh

_____ dan

= qāma

_____ /kasrah/ ditulis “Ī” Contoh

= rahĪm

_____ /dammah/ ditulis “ū” Contoh

= ‘ūlum

E. Ta Marbutah
Ta Marbutah yang mati atau yang mendapat harkat sukun di tulis “h”
= makkah al-mukarramah

Contoh

Ta Marbutah yang hidup atau berharakat ditulis “t”
contoh

= al-hukumatu al-islamiyyah

F. Hamzah
Huruf hamzah (

) di awal kata ditulis dengan vokal tanpa didahului oleh tanda

apostrof (  ). Contoh

= Īman, bukan Ī man

G. Lafzu jalalah
Lafzu jalalah (kata

) yang berbentuk frase nomina

ditransliterasikantanpa hamza. Contoh

= Abdullah, bukan Abd Allah

H. Kata sandang ‘al-”
1. Kata sandang ditulis “al-”, pada kata yang dimulai dengan huruf qamariyah.

Contoh

= al-lugatu al-arabiyah
2. Kata sandang “al-”, yang diikuti huruf syamsiyah diganti dengan huruf syamsiyah
yang mengikutinya. Contoh

= asy-syamsu

Universitas Sumatera Utara

3. Huruf “a” pada kata sandang “al-” tetap ditulis dengan huruf kecil, meskipun
merupakan nama diri. Contoh

= al-azhar

4. Kata sandang “al-” di awal kalimat dan pada kata “Allah SWT”, Qur’an” ditulis
dengan huruf Kapital. Contoh saya menbaca Al-Qur’an al- Karim.

TRANSKRIPSI FONETIK

Universitas Sumatera Utara

Transkripsi ialah penulisan tuturan atau pengubahan teks dengan tujuan untuk
menyarankan: lafal bunyi, fonem, morfem, atau tulisan sesuai dengan ejaan yang berlaku
dalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya (Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1975:25).
Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembelajar bahasa Arab dalam mengenali
lambang huruf Arab dalam tulisan Latin serta mempermudah mereka yang belum mampu
membaca tulisan Arab, demikian pula dengan Transkripsi Fonetik International agar
pembelajar bahasa Arab dapat mengenal lambang bunyi bahasa Arab dalam lambang Fonetik
International (IPA).

The phonetic transcription of the Arabic alphabets in this study is based on
the IPA (1975).
NO.

Arabic
Letters

English Transcription

Characteristics of the Arabic Letters

1

/?/

Voiceless glottal stop

2

/b/

Voiced bilabial stop

3

/t/

Voiceless dental stop

4

/θ/

Voiceless interdental fricative

5

/j/

Voiced palatal affricate

6

/h/

Voiceless laryngeal fricative

7

/x/

Voiceless uvular fricative

8

/d/

Voiced alveolar stop

9

/ð/

Voiced interdental fricative

10

/r/

Voiced alveolar trill

11

/z/

Voiced alveolar fricative

12

/s/

Voiceless alveolar fricative

13

/š/

Voiceless palatal fricative

14

/s/

Voiceless alveolar emphatic stop

15

/d/

Voiced dental emphatic stop

Universitas Sumatera Utara

16

/t/

Voiceless emphatic stop

17

/ð/

Voiced interdental emphatic fricative

18

//

Voiced pharyngeal stop

19

/v/

Voiced uvular stop

20

/f/

Voiceless labio-dental fricative

21

/q/

Voiced uvular stop

22

/k/

Voiced velar stop

23

/l/

Voiced alveolar lateral

24

/m/

Voiced bilabial nasal stop

25

/n/

Voiced alveolar nasal stop

26

/h/

Voiceless pharyngeal fricative

27

/w/

Voiced bilabial glide

28

/y/

Voiced palatal glide

KATA PENGANTAR

Universitas Sumatera Utara

Alhamdulillahi Rabbi al-‘ālamīn penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
segala karunia dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
sebagaimana yang ada di hadapan pembaca.
Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, seorang tokoh revolusioner dunia yang memiliki akhlak Al-Qur’an sehingga menjadi
teladan bagi seluruh umat.
Skripsi ini berjudul Analisis Asimilasi Bunyi-bunyi Nasal pada Surah Al-Mulk.
Penulis tertarik memilih judul ini karena Asimilasi bunyi nasal dalam bahasa Arab dapat
disejajarkan dengan Ilmu Tajwid dalam mempelajari bacaan Al-Qur’an.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang
konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Desember 2010

Vhira Fujita

UCAPAN TERIMA KASIH

Universitas Sumatera Utara

Pertama-tama penulis mengucapkan Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada hambanya, sehingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan. Begitu pula salawat dan salam penulis sampaikan kepada nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk ke jalan yang diridhainya.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Hasanuddin Hasibuan dan Ibunda Dra.Fithri
Hariani, Apt yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu mendoakan penulis
hingga penulis menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi.
2. Bapak DR.Syahron Lubis, MA selaku Dekan Fakultas Sastra, Sumatera Utara beserta
pembantu dekan I, II, dan III yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
penulis untuk mengikuti pendidikan Program Sarjana di Fakultas Sastra USU.
3. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc.sc, Ph.D selaku ketua Program studi bahasa Arab, Fakultas
Sastra, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Fauziah., M.A selaku sekretaris Program studi bahasa Arab, Fakultas Sastra,
Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Murniati, M.Hum selaku dosen pembimbing I dan bapak Drs. Usman
Serawi Idris, Lc, MAg selaku dosen pembimbing II yang dengan ikhlas telah rela
meluangkan waktu dan pikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya.
6. Ibu Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum selaku Penasehat akademik yang telah
memberikan berbagai nasehat dalam rutinitas penulis menjalani kegiatan perkuliahan
di Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
7. Ibu DR. Rahimah, M.Ag dan Ibu Dra. Nursukma Suri, M.Ag atas kesediaanya sebagai
tempat penulis bertanya dan diskusi serta memberikan arahan atas skripsi ini dan
kesediaannya untuk meminjamkan referensi mengenai skripsi ini.
8. Ummi Dra. Khairawati, M.A, Ph.D , Bapak Drs. Aminullah, M.A, Ph.D , Bapak Drs.
Mahmud Khudri, M.Hum dan Ustadz Drs. H. SSeluruh Staff pengajar Fakultas Sastra,
Universitas Sumatera Utara, khususnya staff pengajar di Program studi bahasa Arab,
Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara yang telah menambah wawasan penulis
selama masa perkuliahan, serta Sdr Andika, sebagai Staff tata usaha yang telah
banyak membantu urusan administrasi di Program studi bahasa Arab.

Universitas Sumatera Utara

9. Tante tersayang Hj. Sri Rahayu beserta keluarga besar yang telah memberikan
kontribusi baik berupa moril maupun materil kepada penulis selama menjalani
perkuliahan hingga selesai.
10. Special thanks for

Kak alim / Andi Agussalim, S.S di UNHAS Makassar yang

telah rela membantuku menyelesaikan tugas perkuliahan, memberi link bahan
bacaan untuk skripsiku. Serta kerelaanya untuk kuganggu atas berbagai kendala
dalam skripsi ini, serta memberi motivasi, dan do’a untukku. “Makasih tuk
segalanya kak, ini bagian dari perjuangan kita.
11. Kakanda Nurhasan Al Ala, S.Pd.I di Makassar yang tiada jemu memberi dukungan
dan semangat untuk menata hari esok yang lebih baik
12. Terima kasih untuk Ika Ramadhani, Sahabat yang paling mengerti suka dan dukaku.
13. Teman-teman stambuk ’06 (Sany, Isna, Ishal, Dwi, Hasnah, Ellita, Eily, Mba’ Dhi,
Mba’ Rara, Jarot, Haris, Rahman, Baihaqi, Arif, Iful, Arfan, Riki, Farid, Fathima, dan
Surya. “Syukran katsir tuk kesediaan kalian menemaniku belajar dan canda selama
kita kuliah”.
14. Kakanda Alumni dan teman-teman yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bahasa
Arab (IMBA) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Atas semua ini, penulis tidak dapat balas jasa baiknya. Oleh karena itu selaku hamba
yang lemah penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT semoga diberikan
balasan yang lebih baik atas bantuan yang telah diberikan.
Amin Ya Robba Al-alamin.

Medan

Desember

2010

Vhira Fujita

DAFTAR ISI

Universitas Sumatera Utara

Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………………

i

UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………………….

ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..

iv

DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………

v

ABSTRAK……………………………………………………………………….

vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang……………………………………………………….

1

1.2

Rumusan Masalah……………………………………………………

3

1.3

Tujuan Penelitian…………………………………………………….

4

1.4

Manfaat Penelitian…………………………………………………...

4

1.5

Metode Penelitian……………………………………………………

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………

6

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………

17

3.1 Sekilas tentang Surah Al-Mulk………………………………………………..

17

3.2 Proses asimilasi pada dilihat dari perubahan bunyi nasal………………..

17

3.3 Bunyi-bunyi nasal yang mengalami perubahan bunyi……………………...

43

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………

53

4.2 Saran………………………………………………………………………..

56

DAFTAR SINGKATAN

Universitas Sumatera Utara

`

IMBA

:

Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab

IPA

:

International Phonetic Association

No

:

Nomor

RI

:

Republik Indonesia

SAW

:

Sallallahu ‘alaihi wassalam

SKB

:

Surat Keputusan Bersama

SWT

:

Subhanahu wa ta’ala

UNHAS

:

Universitas Hasanuddin

USU

:

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara

Vhira Fujita,2010. Analisis Asimilasi Bunyi-bunyi Nasal pada Surah Al-Mulk Medan:
Program studi Sastra Arab, Universitas Sumatera Utara.
Proses perubahan bunyi karena pengaruh bunyi disekitarnya. Penulis mengambil
penelitian tentang asimilasi bunyi-bunyi nasal pada Surah Al-Mulk. Permasalahan yang
diteliti adalah tentang proses asimilasi dilihat dari perubahan bunyi , serta bunyi-bunyi nasal
yang mengalami perubahan bunyi yang terdapat pada Surah Al-Mulk.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui proses asimilasi, dan bunyibunyi nasal yang mengalami perubahan bunyi pada Surah Al-Mulk. Untuk menganalisis
asimilasi bunyi-bunyi nasal ini penulis menggunakan teori Marsono dan metode análisis
deskriftif.
Hasil penelitian ini menunjukan terdapat 57 bunyi nasal pada Surah Al-Mulk yang
terdiri atas bunyi-bunyi nasal dan bunyi oro-nasal.

Universitas Sumatera Utara

BAB I

Universitas Sumatera Utara

Vhira Fujita,2010. Analisis Asimilasi Bunyi-bunyi Nasal pada Surah Al-Mulk Medan:
Program studi Sastra Arab, Universitas Sumatera Utara.
Proses perubahan bunyi karena pengaruh bunyi disekitarnya. Penulis mengambil
penelitian tentang asimilasi bunyi-bunyi nasal pada Surah Al-Mulk. Permasalahan yang
diteliti adalah tentang proses asimilasi dilihat dari perubahan bunyi , serta bunyi-bunyi nasal
yang mengalami perubahan bunyi yang terdapat pada Surah Al-Mulk.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui proses asimilasi, dan bunyibunyi nasal yang mengalami perubahan bunyi pada Surah Al-Mulk. Untuk menganalisis
asimilasi bunyi-bunyi nasal ini penulis menggunakan teori Marsono dan metode análisis
deskriftif.
Hasil penelitian ini menunjukan terdapat 57 bunyi nasal pada Surah Al-Mulk yang
terdiri atas bunyi-bunyi nasal dan bunyi oro-nasal.

Universitas Sumatera Utara

BAB I

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap kegiatan yang bersifat ilmiah tentu mempunyai objek. Begitu juga dengan
linguistik, yang mengambil bahasa sebagai objeknya. Bahasa berfungsi sebagai alat interaksi
sosial sesama manusia untuk menyampaikan maksud, dan tidak terlepas dari sistem lambang
bunyi
Salah satu ciri yang sekaligus menjadi hakekat setiap bahasa adalah bahwa bahasa itu
berupa lambang yang wujudnya berupa bunyi. Secara teknis menurut kridalaksana (1993:33)
bunyi bahasa adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan diamati dalam fonetik
sebagai fon atau dalam fonologi sebagai fonem.
Bahasa Arab juga dikenal ilmu bunyi yang disebut dengan

/‘ilmu al-

aswāt/. Linguis Arab bernama Ibnu Jiniy memberikan batasan bahasa yang erat kaitannya
dengan bunyi sebagai unsur hakiki yaitu :
/Huwa ’aswātun yu’abbiru bihā kullu qawmin ‘an agridihim/
‘Bunyi-bunyi yang digunakan oleh setiap kelompok masyarakat untuk mengekspresikan
keinginan mereka’.
Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada
lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya. Dalam beberapa
kasus lain, dalam bahasa-bahasa tertentu ada dijumpai perubahan fonem yang mengubah
identitas fonem itu menjadi fonem lain (Chaer 2003: 132). Dalam beberapa kasus terdapat
pada asimilasi.
Asimilasi bunyi dalam bahasa Arab juga dikenal dalam Ilmu Tajwid. Ilmu Tajwid ini
secara khusus dipelajari untuk membaca Al qur’an agar memperoleh bacaan yang bagus dan
benar. Abdul Aziz ( tt :6) mendefinisikan Lafaz Tajwid menurut bahasa artinya
membaguskan. Sedangkan menurut istilah adalah :
/ Ikhrāju kulla harfin min makhrajihi ma’a i’ta ihi haqqahu wawustahaqqahu/
‘Mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberikan haknya dan
mustahaknya’.
Yang dimaksud dengan hak huruf adalah sifat asli yang selalu bersamanya seperti
sifat Al-jahr, Isti’la, Istifal dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan mustahak

Universitas Sumatera Utara

huruf adalah sifat yang Nampak sewaktu-waktu seperti tafkhim, tarqiq, ikhfa’ dan lain
sebagainya.
Asimilasi bunyi-bunyi nasal dalam Ilmu Tajwid terdapat pada hukum nun mati dan
tanwin yang disebut dengan idgham dan iqlab. Abdul aziz memberi batasan tentang idgham
dan iqlab yaitu ( tt: 48)

/Al-idgāmu lugatan al-idkhālu wastilāhān an-nutqu bil-harfayni kās-sāni musyaddadān/
pengucapan nun mati atau tanwin secara lebur ketika bertemu huruf-huruf idgham, atau
pengucapan dua huruf seperti dua huruf yang ditasydidkan. Sedangkan hukum mim mati atau
tanwin bertemu dengan ba disebut dengan iqlab.

/Al-iqlābu lugatan tahwīlu asy-syay’i ‘an wajhihi wāstilāhān qalbu an-nūni as-sākinati wa
at-tanwīni mīmān qabla al-bā’i ma’a murā’āti al-gunnati wa al-ikhfā’i/
Iqlab artinya merubah, yang dimaksud disini adalah pengucapan nun mati atau tanwin
bertemu dengan huruf Ba’ yang berubah menjadi Mim dan disertai ghunnah.
Menurut Lapoliwa (1988: 42) Asimilasi ialah proses perubahan bunyi karena
pengaruh bunyi di sekitarnya. Dalam pemakaian terbatas, asimilasi dipergunakan untuk
proses perubahan bunyi pada batas morfem sebagai akibat pengaruh bunyi disampingnya.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Verhaar (1985:33) dalam betty (2008)
asimilasi ialah saling pengaruh yang terjadi antara bunyi yang berdampingan (bunyi kontiqu)
atau antara yang berdekatan tetapi dengan bunyi lain diantaranya dalam ujaran (bunyi
diskret).
Bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi tiga yaitu nasal (sengau), oro nasal dan oral.
Bunyi nasal terjadi disertai keluarnya udara melalui rongga hidung, dengan cara menurunkan
langit-langit lunaknya beserta ujung anak tekaknya, maka bunyi ini disebut bunyi nasal atau
sengau, oro nasal ialah bunyi yang sebagian udaranya keluar dari rongga mulut dan sebagian
yang lain keluar dari rongga hidung. sedangkan bunyi oral ialah bunyi yang terjadi karena
langit-langit lunak dan ujung anak tekak naik menutupi rongga hidung, sehingga udara hanya
melalui mulut saja (Sayuti 2010: 80-81).
Adapun alasan peneliti tertarik untuk memilih judul ini karena proses asimilasi dalam
Ilmu Tajwid sudah pernah diteliti sebelumnya tetapi masih terdapat kekurangan yaitu
pembahasan asimilasi ini masih terbatas pada perubahan bunyi-bunyi yang saling

Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi dalam proses asimilasi. Untuk itu peneliti akan menambahkan pembahasan
asimilasi bunyi-bunyi ini ditinjau dari proses yang menyebabkan perubahan bunyi, terutama
pada bunyi-bunyi nasal yang datanya diambil dari ayat-ayat Al qur’an, dan dalam membaca
Al qur’an tidak terlepas dari pengetahuan tentang Ilmu Tajwid maka proses asimilasi ini
dapat disejajarkan dalam pengetahuan Ilmu Tajwid pada mempelajari Al qur’an.

1.2 Batasan Masalah
Agar setiap pembahasan suatu karya tulis dapat dimengerti dengan mudah oleh
pembaca dan tidak menyimpang dari sasaran yang dikehendaki, perlu adanya suatu batasan
masalah. Untuk itu peneliti membuat suatu batasan masalah khususnya mengenai asimilasi
konsonan nasal pada Surah Al-Mulk, yaitu :
1. Proses asimilasi apa saja yang terdapat pada Surah Al-Mulk dilihat dari perubahan
bunyi nasal?
2. Bunyi-bunyi nasal apa saja yang terdapat pada Surah Al-Mulk yang mengalami
perubahan bunyi?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses asimilasi yang terdapat pada Surah Al-Mulk dilihat dari
perubahan bunyi nasal.
2. Untuk mengetahui bunyi-bunyi nasal yang terdapat pada Surah Al-Mulk yang
mengalami perubahan bunyi.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Peneliti dan pembaca dapat mengetahui jenis asimilasi yang terdapat pada Surah AlMulk.
2. Sebagai sumber informasi atau rujukan untuk meningkatkan pemahaman tentang
analisis asimilasi bagi peminat bahasa Arab.
3. Menambah wawasan dan pemahaman mahasiswa/i program studi bahasa Arab
khususnya, dan umumnya para peminat bahasa Arab tentang aðsimilasi yang terdapat
pada Surah Al-Mulk.

Universitas Sumatera Utara

1.5. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan
mengumpulkan buku-buku yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti, data ini desebut
juga data sekunder. Sedangkan data primer diperoleh dari Surah Al-Mulk.
Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif yaitu: prosedur pemecah masalah
yang

dilakukan

dengan

cara

mengumpulkan,

mengklasifikasi,

menganalisis,

dan

menginterprestasikan data berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.
Dalam penulisan aksara Arab ke aksara latin digunakan pedoman transliterasi ArabLatin berdasarkan SK Bersama menteri agama dan menteri pendidikan dan kebudayaan RI
No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987, sedangkan penulisan lambang fonetik bahasa
arab digunakan lambang fonetik IPA (International Phonetic Association).
Adapun tahapan yang akan di lakukan dalam penelitian yang di tempuh dalam
penelitian ini adalah:
1. Membaca buku yang berkaitan dengan judul di atas.
2. Mengumpulkan data dan mengklasifikasikannya yang diperjelas dari Al qur’an.
3. Data yang di peroleh kemudian dianalisis.
4. Menulis hasil data tersebut menjadi suatu karya ilmiah yang di sajikan dalam bentuk
skripsi.

Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Asimilasi Bunyi
Dalam hal pengaruh-mempengaruhi bunyi, bunyi dapat di tinjau dari dua segi, yaitu
akibat dari pengaruh-mempengaruhi bunyi itu dan tempat artikulasi yang manakah yang
mempengaruhi. Akibat dari pengaruh-mempengaruhi bunyi disebut proses asimilasi
(Marsono 1993:107).
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sebagai
akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu menjadi sama atau
mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. (Chaer 2003:132).
Asimilasi adalah proses perubahan bunyi yang mengakibatkannya mirip atau sama
dengan bunyi lain di dekatnya (kridalaksana 2008:20).
2.1.1 Pengertian Asimilasi Bunyi dalam Bahasa Arab
Dalam bahasa Arab istilah Asimilasi disebut dengan Al-Mumāsalatu (Alkhuli1982:30). Khuli memberi batasan tentang Al-Mumāsalatu yaitu:
/ Al-Mumāsalatu: an yatagayyara sawta liyumāsila sawtān ākhara mujāwirālahu wa
qad takūnu al-mumāsalatu juz iyati/
‘asimilasi ialah perubahan bunyi untuk menyamakan suatu bunyi dengan bunyi lain sebagai
bunyi yang mendekatinya’.
Menurut Ilmu Tajwid asimilasi bunyi-bunyi nasal ini kita jumpai pada hukum nun
mati dan tanwin yaitu pada Izhar, Idgham, Iqlab, dan Ikhfa. Adapun beberapa hukum nun
mati dan tanwin ini adalah:
a.

Izhar
Membaca dengan terang atau mengeluarkan huruf dari makhrajnya dengan tiada
bercampur ghunnah (mendengung) dan tasydid.

b. Idgham ma’al ghunnah
Pengucapan nun mati atau tanwin secara lebur ketika bertemu huruf-huruf :
/y/ ‫ ي‬: semi vokal, palatal, bersuara ( syibhu sa’itah, gāriyyah, majhur )
/w/

: semi vokal, palatal, bersuara (syibhu sa’itah, syafatānī, majhur )

/m/ ‫ م‬: nasal, bilabial, bersuara ( ‘anfiyyah, syafatānī, majhur )

Universitas Sumatera Utara

/n/

: nasal, dental, bersuara ( ‘anfiyyah, lissah, majhūr )

c. Idgham bila ghunnah
Pengucapan nun mati atau tanwin secara lebur ketika bertemu huruf-huruf

/ l/

:

lateral, alveolar, bersuara ( jānibiyyah, lissah, majhūr )
/r/

: vibran, alveolar, bersuara ( tikrāriyyah, lissah, majhūr )

d. Iqlab
Pengucapan nun mati atau tanwin yang bertemu dengan huruf Ba yang berubah
menjadi ghunnah.
e. Ikhfa’
Pengucapan nun mati atau tanwin ketika bertemu dengan huruf-huruf ikhfa’ dengan
sifat antara idzhar dan idgham dan disertai ghunnah. Huruf-huruf ikhfa’ berjumlah 15:
/t/

: stop, dental, tidak bersuara ( waqfiyyah, syafatānī, mahmūs )

/d/

: stop, dental, bersuara (waqfiyyah,asnānī, majhūr )

/k/

: stop, velar, tidak bersuara (waqfiyyah,tabaq, mahmūs

/s/

: frikatif, alveolar, tidak bersuara ( ihtikāki,lissah, mahmūs )

/z/

: frikatif, alveolar, bersuara (ihtikāki,lissah, majhūr )

/f/

: frikatif, labio dental, tidak bersuara (ihtikāki, syafawi asnānī,
mahmūs )

/ð/

: frikatif, inter dental, tidak bersuara ( ihtikāki, bay asnānī, mahmūs )

/ š/

: frikatif, alveo palatal, tidak bersuara ( ihtikāki, lissah gariyyah, mah
mūs )

/j/

: frikatif, alveo palatal, bersuara ( ihtikāki, lissah gāriyyah, majhūr )

/s /

: frikatif, velarized, tidak bersuara (ihtikāki, mufakhkham, mahmūs)

/d/

: stop, velarized, bersuara ( waqfiyyah, mufakhkham, majhūr )

/t/

: stop, dental, velarized, tidak bersuara ( waqfiyyah, mufakhkham,
mahmūs )

/ð/
/q/

: frikatif, velarized, bersuara ( ihtikāki, mufakhkham, majhūr )
: stop, uvular, tidak bersuara ( waqfiyyah, halqiyyah, mahmūs )

Proses asimilasi terjadi akibat pengaruh-pengaruh bunyi tanpa mengubah identitas
fonem. Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat dari
fonem yang diasimilasikan, dan berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
a. Berdasarkan tempat dari fonem yang diasimilasikan terbagi atas:

Universitas Sumatera Utara

(1) Asimilasi progresif
Pada

progresif

bunyi

yang

diubah

itu

terletak

dibelakang

bunyi

yang

mempengaruhinya. Misalnya, dalam bahasa Jerman bentuk mit der Frau diucapkan
[mit ter frau]. Bunyi [d] pada kata der berubah menjadi bunyi [t] sebagai akibat dari
pengaruh bunyi [t] pada kata mit yang ada didepannya.
(2) Asimilasi regresif
Bunyi yang diubah itu terletak di muka bunyi yang mempengaruhinya. Contohnya
adalah berubahnya bunyi [p] menjadi bunyi [b] pada kata Belanda op de weg yang
sudah disebutkan diatas.
(3) Asimilasi resiprokal
Sedangkan pada asimilasi resiprokal perubahan itu terjadi pada kedua bunyi yang
saling mempengaruhi itu, sehingga menjadi fonem atau bunyi yang lain.
b. Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan atas :
(1) Asimilasi total
Bila dua fonem yang disamakan itu, dijadikan serupa.
Contohnya: ad + similatio menjadi assimilasi
in + moral menjadi immoral
(2) Asimilasi parsial
Bila kedua fonem yang disamakan itu, hanya disamakan sebagian saja, contohnya: in
+ port menjadi import
in + perfect menjadi imperfect
Dalam hal ini nasal apiko-alveolar dijadikan nasal bilabial, sesuai dengan fonem /p/
yang bilabial, tetapi masih berbeda karena yang satu adalah nasal sedangkan
konsonan lain adalah konsonan hambat.

2.2 Pengertian Bunyi-bunyi Nasal dan Pembagiannya
2.2.1 Bunyi Nasal
Bunyi nasal adalah bunyi yang dihasilkan dengan menutup arus udara yang keluar
melalui rongga mulut tetapi membuka jalan agar dapat keluar melalui rongga hidung
(Kridalaksana, 1993:34).

Universitas Sumatera Utara

Marsono (1986:17) menyatakan jika udara keluar atau disertai keluarnya udara
melalui rongga hidung, dengan cara menurunkan langit-langit lunak beserta ujung anak
tekaknya, maka bunyi itu disebut bunyi nasal.
2.2.2 Pembagian bunyi-bunyi nasal dalam bahasa Arab
Dalam bahasa Arab bunyi-bunyi nasal memiliki keunikan yang tidak dimiliki bahasa
lain, yaitu adanya bunyi vokal nasal, bunyi konsonan nasal dan oro nasal. Dalam bahasa Arab
bunyi vokal nasal atau sengau disebut dengan tanwin. Menurut Kridalaksana (1993:229)
vokal nasal (nasal vowel) adalah vokal yang diartikulasikan dengan udara keluar dari hidung
dan mulut.
Bunyi-bunyi vokal nasal dalam bahasa Arab dilambangkan dengan dua buah garis
diagonal yang di letakkan diatas dan bawah lambang bunyi konsonan, serta seperti dua buah
tanda koma ( yang digandakan ) yang terletak di atas lamnang-lambang bunyi konsonan yaitu
----,----,---- [an], [in], [un] yang di sebut dengan tanwin. Lambang fonetik dari bunyi vokal
nasal ini dilambangkan dengan tanda [n] yang diletakkan di atas bunyi vokal nasal.
Contoh:

/ ‘awwalan /

[ ?awala:n ]

‘yang pertama’

/ da iman /

[ da:?iman ]

‘selamanya’

/ qadin /

[qa:din ]

‘hakim’

Bunyi-bunyi nasal dalam bahasa Arab terdapat pada konsonan
majhur dan

/m/, anfi syafatani

/n/, anfi lissawy manjhur. Dalam pengucapan vokal nasal ini sebagian arus

udara keluar dari rongga hidung, kemudian langit-langit lunak direndahkan, sehingga
terdengarlah kwalitas bunyi nasal atau sengau.
Bunyi konsonan nasal dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf nun [

]. Pada

fonetik bunyi ini dilambangkan dengan [n]. Menurut Ali et al dalam muskar (2009:71) bunyi
konsonan [n] adalah:

/An-nunu : makhrajuhu min tarfi l-lisani ma’a usuli s-sanaya l-‘ulya, wa huwa anfiyyun iz
yasyrabu l-hawa u ma’ ahu min al-anfi, ma’a l-lissati l-‘ulya wa imtidadi n-nafsi min al-anfi/
‘bunyi konsonan [n] diucapkan melalui ujung lidah dan lengkung kaki gigi atas, bunyi ini
adalah bunyi nasal yakni udara yang dihirup sebagian keluar dari hidung’.
Contoh:

/ nazala /

[nazala]

‘turun’

/ sanaa /

[sanaga]

‘membuat’

Universitas Sumatera Utara

/ mahana/
Adapun oro nasal (

[mahana]

‘bergurau’

adalah konsonan yang sebagian udaranya keluar dari rongga

mulut dan sebagian yang lain keluar dari rongga mulut dan sebagian yang lain keluar dari
rongga hidung. Ghunnah dalam Ilmu Tajwid memiliki beberapa tingkatan, yang paling tinggi
dan jelas adalah huruf nasal yang idgham, kemudian ikhfa, seterusnya izhar dan yang paling
rendah adalah huruf nasal yang berharkat.
Bunyi bahasa terjadi jika udara mengalami hambatan pada alat-alat bicara. Secara
terperinci bagian-bagian tubuh yang ikut menentukan baik langsung maupun tidak langsung
dalam terjadinya bunyi bahasa itu ialah alat-alat bicara seperti gambar dibawah ini:
Keterangan:
1.

Paru-paru (lungs) ‫ ناثئرلا‬/Ar-ra atāni.

/Al-qasbatu al-hawā iyyati/

2. Batang tenggorok (trachea)

/Al-hanjaratu/

3. Pangkal tenggorok (larynx)

/Al-witrāni as-sawtiyyāni/

4. Pita-pita suara (vocal cords)
5.

Krikoid (cricoids) .

6.

Tiroid (thyroid).

7.

Aritenoid (arythenoyds).

8.

Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx).

9.

Epiglotis (epiglottis).

/zuluqu al-lisāni/.

10. Akar lidah (root of the tongue)

11. Punggung lidah, pangkal lidah (hump, dorsum)

/muqaddamu al-lisān/.

12. Tengah lidah (middle of the tongue, medium

/wasatu al-lisān/
/tarfu al-lisān/.

13. Daun lidah (blade of the tongue, lamina)
14. Ujung lidah (tip of the tongue, apex)
15. Anak tekak (uvula)

/zuluqu al-lisān/
/lisānu al-mizmār/
/al-hanaku al-layyinu/

16. Langit-langit lunak (soft palate, velum)
17. Langit-langit keras (hard palate, palatum)

/at-tabaqu as-sulbu/

18. Gusi belakang, lengkung kaki gigi (alveola)

/usūlu al-asnānu/

19. Gigi atas (upper teeth, denta)
20. Gigi bawah (lower teeth, denta)
21. Bibir atas (upper lip, labia)
22. Bibir bawah (lower lip, labia)

/Al-asnānu al-‘ulyā/
/Al-asnānu as-suflā/
/Asy-syafatu l-‘ulyā/
/Asy-syafatu l-‘ulyā/

Universitas Sumatera Utara

23. Mulut (mouth)

/famūwiyah/

24. Rongga mulut (oral cavity, mouth cavity)

/At-tajwīfu al-famuwiyyu/

25. Rongga hidung (nose cavity, nasal cavity)

/At-tajwīfu al- anfiyyatu/

Kridalaksana menyatakan, bahwa konsonan nasal (sengau) ialah konsonan yang
dibentuk dengan menghambat rapat (menutup) jalan udara di paru-paru melaui rongga
hidung, jadi strikturnys. Menurut tempat hambatanya (artikulasinya) konsonan jenis ini
terbagi atas:
a . Konsonan nasal bilabial (

)

Al- anfu asy-syafatānī

Konsonan nasal bilabial terjadi bila penghambat artikulator aktifnya ialah bibir bawah
dan artikulator pasifnya ialah bibir atas. Nasal yang terjadi ialah [m], karena pita suara ikut
bergetar maka nasal [m] termasuk konsonan bersuara.

Keterangan:
1.

Langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan.

2.

Bibir bawah menekan rapat pada bibir atas.

3.

Karena 1) dan 2) maka jalannya udara dari paru-paru melalui rongga mulut terhambat dan keluar melalui rongga
hidung sehingga pita suara ikut bergetar.

b.

Konsonan nasal apiko-alveolar

) Al- anfu zuluqu al-lisawi

Konsonan nasal apiko-alveolar terjadi bila penghambat artikulator aktifnya ialah
ujung lidah dan artikulator pasifnya ialah gusi. Nasal yang terjadi ialah [n] , karena pita suara
ikut bergetar maka nasal [n] adalah konsonan bersuara.

Universitas Sumatera Utara

Keterangan :
1.

Langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan. Bersama dengan itu ujung lidah ditekankan rapat pada
gusi.

2.

Karena 1) maka jalannya udara melalui rongga mulut terhambat dan keluar melalui rongga hidung dan pita
suara ikut bergetar.

c.

konsonan nasal medio-palatal

Al- anfu wastu gariyyatu

Konsonan nasal medio-palatal terjadi bila penghambat artikulator aktifnya ialah
tengah lidah dan artikulator pasifnya ialah langit-langit keras. Nasal yang dihasilkan ialah [ñ],
karena pita suara ikut bergetar maka [ñ] juga konsonan bersuara.

Keterangan:
1) Langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan. Bersama dengan itu tengah lidah ditekankan rapat pada langitlangit keras.
2) Karena 1) maka jalannya udara melalui rongga mulut terhambat dan keluar melalui rongga hidung.
3) Pita suara ikut bergetar.

Universitas Sumatera Utara

d.

Konsonan nasal dorso-velar

Al- anfu mu akhkharu tabaq

Konsonan nasal dorso-velar terjadi bila proses penghambatan itu artikulator aktifnya
pangkal lidah dan artikulator pasifnya ialah langit-langit lunak. Nasal yang dihasilkan ialah
[ŋ], karena pita suara ikut bergetar maka [ŋ] seperti juga konsonan nasal yang lain adalah
nasal bersuara

Keterangan:
1)

Langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan. Bersama dengan itu pangkal lidah dinaikkan ditekankan
rapat pada langit-langit lunak.

2)

Karena 1) maka jalannya udara melalui rongga mulut terhambat dan keluar melalui rongga hidung

dan pita

suara ikut bergetar.

Dari sudut pandang cara pengartikulasiannya bunyi-bunyi nasal terdiri atas bunyi
hidung/ nasal dan oro nasal. Bunyi hidung/ nasal adalah bunyi yang ketika diartikulasikan,
rongga hidung berfungsi sebagai tempat keluar udara, akibat majunya langit-langit lunak dan
turunnya anak lidah sehingga pintu udara dari rongga mulut ke rongga hidung terbuka dan
udara pun keluar lewat rongga hidung yang terbuka tersebut. Konsonan nasal dalam bahasa
Arab adalah

, sedangkan konsonan nasal dalam bahasa Indonesia adalah /m/,/n/,/ny/, dan

/ng/.
Pembentukan bunyi bahasa terjadi melalui empat tahapan utama, yaitu sebagai
berikut:
1. Proses pembentukan (initation)
2. Proses pembunyian (phonation)
3. Proses nasalisasi (oro nasal)
4. Proses artikulasi (articulation)

Universitas Sumatera Utara

Pada pembahasan ini penulis akan memaparkan proses nasalisasi karena lewat proses
ini maka bunyi dapat ditentukan sebagai bunyi oral atau bunyi nasal termasuk salah satu
unsurnya. Apabila langit-langit lunak atau anak lidah (tekak) menutup saluran yang mengarah
ke rongga hidung, maka bunyi yang akan terjadi adalah bunyi mulut murni, seperti bunyi ‫– ه‬

‫ ب – ث – س – ج – ت – ك – ح‬dalam bahasa Arab.
Apabila langit-langit lunak atau anak lidah tidak menutup lubang rongga hidung,
maka bunyi yang terjadi akan menjadi bunyi hidung, seperti bunyi ‫ م – ن‬dalam bahasa Arab
dan bunyi /ng/ dan /ny/ dalam bahasa Indonesia.
Apabila sebagian udara keluar dari rongga mulut dan sebagian keluar dari rongga
hidung, maka akan terjadi bunyi dengung (ghunnah) seperti bunyi paduan dari /n/ dan /y/.

Universitas Sumatera Utara

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1

Sekilas Tentang Surah Al-Mulk
Surah Al-Mulk adalah surah ke-67 yang terdiri atas 30 ayat, termasuk surah

Makkiyah, nama Al-Mulk diambil dari kata Al-Mulk terdapat pada ayat pertama surah ini
yang artinya kerajaan atau kekuasaan. Surah ini memberitahukan bahwa kekuasaan itu hanya
berada di tangan Allah swt tanpa ada suatu pun yang dapat melawan hukum-Nya, dengan
menciptakan langit dan bintang sebagai hiasannya serta perbuatan baik buruk manusia akan
mendapat balasan yang seadil-adilnya. Ayat-ayat ini mendeskripsikan bahwa orang mukmin
akan berjalan tegak lurus menuju surga yang luas sedangkan orang kafir akan berjalan
menuju neraka jahannam.

3.2

Proses Asimilasi pada Surah Al-Mulk dilihat dari perubahan bunyi nasal.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Surah Al-Mulk, ditemukan 57 kata yang

mengalami proses asimilasi bunyi. Data ini merupakan data representatif yaitu data yang
tampak sebagaimana adanya.
Adapun kata yang mengalami asimilasi bunyi tersebut ialah:










.



   

/Tabāraka allazi biyadihi al-mulku wa huwa ‘alā kulli syay’in qadīrun/
Ayat di atas terdapat satu bunyi asimilasi nasal yaitu pada [Say?in qadi:run] terdiri
dari kata /Say?in/ dan /qadi:run/. Kata /Say?in/ mengalami perubahan bunyi. Vokal nasal [in]
bunyi /n/ merupakan bunyi nasal, dental, bersuara berdampingan dengan bunyi konsonan /q/
sebuah bunyi stop, uvular, tidak bersuara. Kedua bunyi ini mengalami asimilasi yang
menimbulkan nasalisasi dan berubah menjadi konsonan ŋ// , sebuah bunyi nasal, velar,
bersuara. Maka pada kata /Say?in qadi:run/ terjadi perubahan bunyi /Say?in/ + /qadi:run/
menjadi [Sa?iŋ qadi:run].
Proses perubahan bunyi ini terjadi pada langit-langit lunak beserta anak tekaknya
diturunkan. Bersama dengan itu pangkal lidah dinaikkan ditekankan rapat pada langit-langit
lunak, karena hal itu maka jalannya udara melalui rongga mulut terhambat dan keluar melalui

Universitas Sumatera Utara

rongga hidung, dan pita suara ikut bergetar. Bunyi nasal ini dalam Ilmu Tajwid disebut
dengan ikhfā’




















  

/Allazī khalaqa al-mawta wal-hayāta liyabluwakum ayyukum ahsanu ‘amalān wa
huwa al-‘azīzu al-gafūru/
Ayat diatas terdapat satu bunyi asimilasi nasal yaitu pada [ςamala:n wahuwa] yang
terdiri atas kata /ςamala:n/ dan /wahuwa/. Kata /ςamala:n/ mengalami perubahan bunyi.
Vokal nasal [an] bunyi /n/ merupakan bunyi nasal, dental, bersuara berdampingan dengan
bunyi konsonan /w/ sebuah bunyi semi vokal, bilabial, bersuara. Kedua bunyi ini mengalami
asimilasi dan terjadi penghilangan /n/ sehingga terjadi nasalisasi luncuran yang berubah
menjadi konsonan /w/ disertai geminate. Maka pada kata /ςamala:n wahuwa/ terjadi
perubahan bunyi /ςamala:n/ + /wahuwa/ menjadi [ςamala:w wahuwa].
Proses perubahan bunyi ini terjadi dengan membulatkan bibir dan bagian belakang
lidah naik ke langit-langit, kemudian langit-langit lunak terangkat. Ketika itu udara keluar
dari mulut, serta bibir terbentuk agak melebar dan pada saat itu pita suara pun bergetar. Bunyi
nasal ini dalam Ilmu Tajwid disebut idgām ma’a al-gunnah


















.









    

 

/Allazī khalaqa sab’a samāwātin tibāqān mā tarā fī khalqi ar-rahmāni min tafāwūtin
farji’i al-basara hal tarā min futūrin/
Ayat di atas terdapat lima bunyi asimilasi yaitu pada [sama:wa:tin ŧiba:qa:n ],
[ŧiba:qa:n mā:tara], [min tafa:wu:tin], [tafawu:tin fardiςi] dan [min fuŧu:rin]. [sama:wa:tin]

Universitas Sumatera Utara

mengalami perubahan bunyi. Vokal nasal [in] bunyi /n/ merupakan bunyi nasal, dental,
bersuara berdampingan dengan bunyiŧ/ /

sebuah bunyi stop, dental, velarized, bersuara.

Sehingga kedua bunyi ini mengalami asimilasi yang menimbulkan nasalisasi sehingga
bunyinkonsonan /ŧ/ terdengar implisit dan bunyi /n/ tersebut tidak secara eksplisit diucapkan.
Maka pada kata /sama:wa:tin ŧiba:qa:n/ terjadi perubahan bunyi /sama:wa:tin/ + /ŧiba:qa:n/
menjadi [samawatin ŧiba:qa:n].
Proses perubahan bunyi ini terjadi pada ujung-ujung lidah yang bersentuhan dengan
lengkung kaki gigi depan atas dan secara bersamaan lidah bagian belakang dinaikkan hampir
mencapai langit-langit lunak sehingga udara terdesak dari paru-paru melalui pita-pita suara
yang terbuka lebar dan tidak bergetar. Ketika itu ujung lidah dilepas dari titik sentuhnya
sehingga udara keluar dengan menghasilkan bunyi letupan. Istilah Ilmu Tajwid menyebut
bunyi nasal ini dengan ikhfā’/
Bunyi [ŧiba:qa:n ma:tara] terdiri dari kata /ŧiba:qa:n/ dan /ma:tara/. kata /ŧiba:qa:n/
mengalami perubahan bunyi. Vokal nasal [an] merupakan bunyi /n/ adalah bunyi nasal,
dental, bersuara berdampingan dengan bunyi konsonan /m/ sebuah bunyi nasal, bilabial,
bersuara. Kedua bunyi ini mengalami asimilasi yang menimbulkan nasalisasi bilabial disertai
gemínate yang menimbulkan bunyi konsonan /m/. Maka pada kata /ŧiba:qa:n ma:tara:/
terjadi perubahan bunyi /ŧiba:qa:n/ + /ma:tara/ menjadi [ŧiba:qa:mma:tara].
Proses perubahan bunyi ini terjadi pada langit-langit lunak beserta anak tekaknya
diturunkan. Bibir bawah menekan rapat pada bibir atas, karena hal itu maka jalannya udara
dari paru-paru melalui rongga mulut terhambat dan keluar melalui rongga hidung dan pita
suara ikut bergetar. Bunyi nasal ini dalam Ilmu Tajwid disebut dengan idgām ma’a al-gunnah
.
Bunyi [min tafa:wutin] yaitu terdiri atas kata /min/ dan /tafa:wutin/. Kata /min/
mengalami perubahan bunyi,

konsonan nasal /n/ adalah bunyi nasal, dental, bersuara

berdampingan dengan bunyi konsonan /t/ sebuah bunyi stop, dental, tidak bersuara. Kedua
bunyi ini mengalami asimilasi yang menimbulkan nasalisasi sehingga bunyi konsonan /t/
terdengar implisit dan bunyi /n/ tersebut tidak secara eksplisit diucapkan.
Maka pada kata /min tafawutin/ terjadi perubahan bunyi /min/ + /tafawutin/ menjadi [min
tafa:wutin].
Proses perubahan bunyi ini terjadi dengan menaikkan ujung lidah ke lengkung kaki
gigi depan atas, udara dihambat pada titik artikulasi tersebut, lalu ujung lidah dilepaskan dari
titik sentuhnya sehingga udara keluar dari mulut, dengan membuat bunyi letupan, sedangkan

Universitas Sumatera Utara

pita-pita suara ketika itu terbuka lebar dan tidak bergetar. Bunyi nasal ini dalam Ilmu Tajwid
disebut dengan ikhfā’
Bunyi [tafawutin fardiςi] terdiri dari kata /tafa:wu:tin/ dan /fardiςi/. Kata
/tafa:wu:tin/ mengalami perubahan bunyi. vokal nasal [in] bunyi /n/ merupakan bunyi nasal,
dental, bersuara berdampingan dengan bunyi konsonan /f/ sebuah bunyi frikatif, labiodental,
tidak bersuara. Kedua bunyi ini mengalami asimilasi yang menimbulkan nasalisasi yang
terdengar implisit dan bunyi /n/ tersebut yang tidak secara eksplisit diucapkan. Maka pada
kata /tafawutin fardiςi/ terjadi perubahan bunyi /tafawutin/ + /fardiςi/ menjadi [tafawutin
fardiςi].
Proses perubahan bunyi ini terjadi pada langit-langit lunak beserta anak tekaknya
dinaikkan. Bersama dengan itu pangkal lidah dan keluar lewat mulut. Bibir bawah ditekankan
pada gigi depan atas, dengan demikian terjadi penyempitan jalan arus udara, karena hal itu
maka udara keluar secara bergeser melalui sela-sela bibir dengan gigi dan melalui lubanglubang diantara gigi. Bunyi nasal ini dalam Ilmu Tajwid disebut dengan ikhfā’
Bunyi [min fuŧu:rin ] yaitu terdiri atas kata /min / dan

/fuŧu:rin/. Kata

/min/

mengalami perubahan bunyi. konsonan /n/ merupakan bunyi nasal, dental, bersuara
berdampingan dengan bunyi konsonan /f/ sebuah bunyi frikatif, labiodental, tidak bersuara.
Kedua bunyi ini mengalami asimilasi yang menimbulkan nasalisasi sehingga terdengar
implisit dan bunyi /n/ tersebut tidak secara eksplisit diucapkan. Maka pada kata / min fuŧu:rin
/ terjadi perubahan bunyi / min /+ / fuŧu:rin / menjadi [minfuŧu:rin].
Proses perubahan bunyi ini dihasilkan dengan cara bibir bawah bersentuhan dengan
gigi depan atas, kemudian udara mengalir dari paru-paru dan terdesak pada alat ucap yang
bersentuhan tersebut sehingga udara keluar melalui celah-celah alat ucap yang yang
mengakibatkan terjadinya pergeseran udara ketika keluar dari mulut dan pada saat yang sama
pita suara terbuka lebar. Bunyi nasal ini dalam Ilmu Tajwid disebut dengan ikhfā’

   






   

/Summa arji’i al-basara karratayni yanqalib ilayka al-basaru khāsiān wahuwa
hasīrūn/

Universitas Sumatera Utara

Ayat di atas terdapat dua bunyi asimilasi nasal yaitu pada [yanqalib] dan [xa:si?an wa
ħuwa ħasi:ru:n]. Pada /yanqalib/ mengalami perubahan bunyi. konsonan nasal /n/ adalah
bunyi nasal, dental, bersuara berdampingan dengan bunyi konsonan /q/ sebuah bunyi stop,
uvular, tidak bersuara. Kedua bunyi ini mengalami asimilasi yang menimbulkan nasalisasi
dan berubah menjadi konsonan /ŋ/, sebuah bunyi nasal, velar, bersuara. Maka pada kata
/yanqalib/ terjadi perubahan bunyi /yanqalib/ menjadi [yaŋqalib]
Proses perubahan bunyi ini terjadi pada langit-langit lunak beserta anak tekaknya
diturunkan. Bersama dengan itu pangkal lidah dinaikkan ditekankan rapat pada langit-langit
lunak, karena hal itu maka jalannya udara melalui rongga mulut terhambat dan keluar melalui
rongga hidung, dan pita suara ikut bergetar. Bunyi nasal ini dalam Ilmu Tajwid disebut
dengan ikhfā’
Bunyi /xa:si?an wa ħuwa ħasi:ru:n/ yaitu terdiri dari kata /xa:si?an/ dan /wa ħuwa
ħasi:ru:n/. Kata /xa:si?an/ mengalami perubahan bunyi. Vokal nasal [an] bunyi /n/
merupakan bunyi nasal, dental, bersuara berdampingan dengan bunyi konsonan /w/ sebuah
bunyi semi vokal, bilabial, bersuara. Kedua bunyi ini mengalami asimilasi dan terjadi
penghilangan /n/ sehingga terjadi nasalisasi luncuran yang berubah menjadi konsonan /w/
disertai geminate. Maka pada kata /xa:si?an wa ħuwa ħasi:ru:n/ terjadi perubahan bunyi
/xa:si?an/ + /wa ħuwa ħasi:ru:n/ menjadi [xa:si?a:w wa ħuwa ħasi:ru:n].
Proses perubahan bunyi ini terjadi dengan membulatkan bibir dan bagian belakang
lidah naik ke langit-langit, kemudian langit-langit lunak terangkat. Ketika itu udara keluar
dari mulut, serta bibir terbentuk agak melebar dan pada saat itu pita suara pun bergetar. Bunyi
nasal ini dalam Ilmu Tajwid disebut dengan idgām ma’a al-gunnah















   

  

/Wa laqad zayyannā as-samā’a ad-dunyā bimasā bīha wa ja’alnāhā rujūmān llisyayātīni wa a’tadnā lahum ‘azāba as-sa’īri/
Ayat di atas terdapat satu bunyi asimilasi nasal, yaitu pada [rudu:ma:n li∫aya:ŧi:ni ]
yang terdiri dari kata /rudu:ma:n/ dan /li∫aya:ŧi:ni/. Kata /rudu:ma:n/ mengalami perubahan

Universitas Sumatera Utara

bunyi. Vokal nasal [an] bunyi /n/ merupakan bunyi nasal, dental, bersuara berdampingan
dengan bunyi /l/ sebuah bunyi lateral, alveolar, bersuara. Kedua bunyi ini mengalami
asimilasi dan terjadi penghilangan bunyi /n/ sehingga terjadi bunyi lateral disertai geminate.
Maka pada kata /rudu:ma:n li∫aya:ŧi:ni/ terjadi perubahan bunyi /rudu:ma:n/ + /li∫aya:ŧi:ni/
menjadi [rudu:ma:li∫aya:ŧi:ni].
Proses perubahan bunyi ini terjadi pada langit-langit lunak beserta anak tekaknya
dinaikkan sehingga ujung lidah menyentuh rapat pada gusi, sehingga udara melalui tengah
mulut terhalang, maka udara yang dihembuskan dari paru-paru keluar melalui kedua sisi
lidah yang tidak bersentuhan dengan langit-langit, dan pita suara ikut bergetar. Bunyi nasal
ini dalam Ilmu Tajwid disebut dengan idgām bilā gunnah














 

/Wa lillazīna kafarū birabbihim ‘azābu jahannama wa bi sa al-masīru/
Ayat diatas tidak terdapat asimilasi bunyi nasal.

   

    

/ Izā ulqū fīhā sami’ū lahā syahīqān wa hiya tafūru/
Ayat di atas terdapat satu bunyi asimilasi nasal yaitu pada [∫aħi:qa:n wa hiya tafu:ru:]
yang terdiri dari kata /∫aħi:qa:n/ dan /wa hiya tafu:ru:/. Kata /∫aħi:qa:n/ mengalami
perubahan bunyi. Vokal nasal [an] bunyi /n/ merupakan bunyi nasal, dental, bersuara
berdampingan dengan bunyi konsonan /w/ sebuah bunyi semi vokal, bilabial, bersuara.
Kedua bunyi ini mengalami asimilasi dan terjadi penghilangan /n/ sehingga terjadi nasalisasi
luncuran yang berubah menjadi konsonan /w/ disertai geminate. Maka pada kata [∫aħi:qa:n
wa hiya tafu:ru:] terjadi perubahan bunyi /∫aħi:qa:n/ + /wa hiya tafu:ru:/ menjadi
[∫aħi:qa:wwa hiya tafu:ru:].
Proses perubahan bunyi ini terjadi dengan membulatkan bibir dan bagian belakang
lidah naik ke langit-langit, kemudian langit-langit lunak terangkat. Ketika itu udara keluar
dari mulut, serta bibir terbentuk agak melebar dan pada saat itu pita suara pun bergetar. Bunyi
nasal ini dalam Ilmu Tajwid disebut dengan idgām bilā gunnah

Universitas Sumatera Utara

























  

/T