Penetapan Tingkat Erodibilitas Tanah Berdasarkan Kemiringan Lereng di Kecamatan Pancur Batu Dengan Berbagai Metoda

(1)

PENETAPAN TINGKAT ERODIBILITAS TANAH BERDASARKAN KEMIRINGAN LERENG DI KECAMATAN PANCUR BATU

DENGAN BERBAGAI METODA

SKRIPSI Oleh :

Lenny Widya P 050303031

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENETAPAN TINGKAT ERODIBILITAS TANAH BERDASARKAN KEMIRINGAN LERENG DI KECAMATAN PANCUR BATU

DENGAN BERBAGAI METODA

SKRIPSI Oleh :

Lenny Widya P 050303031

Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Jamilah SP,MP) (Prof. Ir Lahuddin Musa, M.S)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

ABSTRACT

Pancur Batu is settlement area and also have a level erodibility that can increased continous. Pancur Batu also have a different slope that affect a kind of plant on the area. For know about level erodibility in Pancur Batu necessary do a research about erodibility. This research with use survey method with use GPS with a map of slope area.so that get 4 types area. As for parameter perceived is texture land, permeability, structure land and the organic matter amount in land and use 3 methode determine for know a level erodibility in Pancur Batu is Boycous, Weischmeier and also Nomograph.

For all parameter perceived so Pancur Batu have a level erodibility rather so that land susceptible to erosion caused. For this have been happened a different slope, human activity where exploiting conservation and covered vegetation or not.

Key words : Erodibility, Slope Diagonal, Boycous, Weischmeier and Nomograph.


(4)

ABSTRAK

Kecamatan Pancur Batu merupakan kawasan permukiman dan memiliki jenis kemiringan lereng yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi jenis tanaman yang ditanam pada setiap lokasi. Untuk itulah maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat erodibilitas tanah yang terdapat di kawasan Pancur Batu. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan GPS dan peta jenis kemiringan lereng sehingga didapat 12 titik sampel dengan 4 kemiringan lereng. Adapun parameter yang diamati dalam penentuan erodibilitas tanah adalah tekstur tanah, permeabilitas tanah, struktur tanah dan bahan organik yang terkandung dalam tanah dan menggunakan tiga metode penentuan tingkat erodibilitas tanah yaitu dengan rumus Boycous, Weischmeier dan dengan menggunakan Nomograph sehingga dapat diprediksi tingkat erodibilitas tanah yang terjadi di kawasan Pancur Batu.

Dari seluruh parameter yang diamati maka kawasan Pancur Batu memiliki tingkat erodibilitas yang rendah dimana tanah tersebut peka terhadap erosi. Hal ini disebabkan kemiringan lereng, aktivitas manusia yang memanfaatkan kaidah konservasi seperti faktor teras tanah dan ada tidaknya tanaman penutup tanah

Kata kunci : Erodibilitas, Kecamatan Pancur Batu dan Kemiringan Lereng, Boycous, Weischmeier, dan Nomograph.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

Adapun judul dari skripsi ini adalah Penetapan Tingkat Erodibilitas Tanah Berdasarkan Kemiringan Lereng di Kecamatan Pancur Batu Dengan

Berbagai Metoda yang merupakan salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Jamilah SP, MP selaku ketua komisi pembimbing, Prof. Lahudin Musa, MS selaku anggota komisi pembimbing serta kepada orang-orang yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini , kepada Ayahanda Jelson Purba, S.Pd dan Ibunda Ludiah Saragih, Amd yang telah banyak membantu dalam dukungan doa dan materil serta rekan- rekan dan semua pihak yang selalu memberi dukungan moril untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun agar diharapkan untuk menjadikannya yang lebih baik.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2010


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 30 Juni 1987 dari ayahanda J. Purba S.Pd dan Ibunda L. Saragih, Amd. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 1999 di SD Negeri No. 060664 Kandibata, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) pada tahun 2002 di SMP RK Xaverius 2 Kabanjahe dan Sekolah Menengah Umum pada tahun 2005 di SMU Negeri 1 Pematang Raya. Penulis masuk perguruan tinggi pada tahun 2005 melalui jalur SPMB di Universitas Sumatera Utara Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada tahun 2008 di PTPN III Kebun Dolok Masihol Kecamatan Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACK ...i

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

RIWAYAT HIDUP ...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ...1

Tujuan penelitian ...2

Kegunaan penelitian ...2

TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas ...3

Faktor yang mempengaruhi Erodibilitas 1. Tekstur ...7

2. Struktur ...8

3. Permeabilitas ...10

4. Bahan Organik...11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ...14

Bahan dan Alat ...14

Metode Penelitian ...14

Pelaksanaan Penelitian ...15

Peubah Amatan ...16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil...17

Kemiringan Lereng ...17

Tekstur Tanah ...18

Kandungan Bahan Organik ...19

Struktur Tanah ...20

Permeabilitas Tanah ...21

Prediksi Nilai Erodibilitas Menurut Boycous ...22

Menurut Weischmeier ...23


(8)

Pembahasan ...25 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ...28 Saran ...28 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Klasifikasi Kelas Erodibilitas Tanah- Tanah ... 5

2. Deskripsi Nilai M (Tekstur Tanah) ... 8

3. Deskripsi Harkat Struktur Tanah ... 10

4. Deskripsi Harkat Permeabilitas Tanah ... 11

5. Kriteria Bahan Organik ... 13

6. Deskripsi Titik Koordinat Sampel ... 17

7. Deskripsi Nilai M dari setiap Titik Sampel ... 18

8. Deskripsi Kandungan Bahan Organik Setiap Titik Sampel ... 19

9. Deskripsi Harkat Struktur Tanah dari Setiap Titik Sampel ... 20

10.Deskripsi Harkat Permeabilitas Tanah dari setiap Titik Sampel 21 11.Nilai Erodibilitas Berdasarkan Metode Boycous ... 22

12.Nilai Erodibilitas Berdasarkan Metode Weischmeier ... 23


(10)

ABSTRACT

Pancur Batu is settlement area and also have a level erodibility that can increased continous. Pancur Batu also have a different slope that affect a kind of plant on the area. For know about level erodibility in Pancur Batu necessary do a research about erodibility. This research with use survey method with use GPS with a map of slope area.so that get 4 types area. As for parameter perceived is texture land, permeability, structure land and the organic matter amount in land and use 3 methode determine for know a level erodibility in Pancur Batu is Boycous, Weischmeier and also Nomograph.

For all parameter perceived so Pancur Batu have a level erodibility rather so that land susceptible to erosion caused. For this have been happened a different slope, human activity where exploiting conservation and covered vegetation or not.

Key words : Erodibility, Slope Diagonal, Boycous, Weischmeier and Nomograph.


(11)

ABSTRAK

Kecamatan Pancur Batu merupakan kawasan permukiman dan memiliki jenis kemiringan lereng yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi jenis tanaman yang ditanam pada setiap lokasi. Untuk itulah maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat erodibilitas tanah yang terdapat di kawasan Pancur Batu. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menggunakan GPS dan peta jenis kemiringan lereng sehingga didapat 12 titik sampel dengan 4 kemiringan lereng. Adapun parameter yang diamati dalam penentuan erodibilitas tanah adalah tekstur tanah, permeabilitas tanah, struktur tanah dan bahan organik yang terkandung dalam tanah dan menggunakan tiga metode penentuan tingkat erodibilitas tanah yaitu dengan rumus Boycous, Weischmeier dan dengan menggunakan Nomograph sehingga dapat diprediksi tingkat erodibilitas tanah yang terjadi di kawasan Pancur Batu.

Dari seluruh parameter yang diamati maka kawasan Pancur Batu memiliki tingkat erodibilitas yang rendah dimana tanah tersebut peka terhadap erosi. Hal ini disebabkan kemiringan lereng, aktivitas manusia yang memanfaatkan kaidah konservasi seperti faktor teras tanah dan ada tidaknya tanaman penutup tanah

Kata kunci : Erodibilitas, Kecamatan Pancur Batu dan Kemiringan Lereng, Boycous, Weischmeier, dan Nomograph.


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu yang menyebabkan kerusakan tanah adalah erosi. Sekali lapisan tanah hilang akan sangat sulit untuk diperbaharui dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Erosi tanah merupakan faktor penyebab degradasi tanah yaitu menurunnya produktivitas tanah pada saat ini maupun yang akan datang.

Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan dan kemudian dipindahlan ke tempat lain oleh kekuatan air, angin atau gravitasi. Pada dasarnya erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu 1) Energi yang berasal dari hujan, air limpasan, kemiringan, 2) Ketahanan: ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah dan 3) proteksi : penutupan tanah baik oleh vegetasi atau ada tidaknya tindakan konservasi yang dilakukan.

Proses erosi diawali dengan terjadinya penghancuran agregat-agregat tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai energi lebih besar dari daya tahan tanah. Hancuran dari tanah akan menyumbat pori-pori tanah sehingga menyebabkan kapasitas infiltrasi menurun serta dapat menyebabkan limpasan permukaan.

Erodibilitas tanah adalah indeks kepekaan tanah terhadap erosi serta merupakan jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun karena daya penghanyutan tanah oleh curahan air hujan. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama kadar debu dan pasir halus), bahan organik, struktur dan permeabilitas tanah. Makin tinggi nilai erodibilitas maka


(13)

makin rentan tanah tersebut terhadap erosi sedangkan bila nilai erodibilitas rendah maka tanah tersebut tidak peka terhadap erosi.

Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh posisi topografi, kemiringan lereng dan jumlah gangguan yang dilakukan oleh manusia, erodibilitas memainkan fungsi ganda meliputi : 1). Ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar, baik oleh pukulan air hujan maupun limpasan permukaan, 2). Kemampuan tanah untuk menyerap air hujan.

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui tingkat erodibilitas tanah berdasarkan kemiringan lereng yang ada di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

Kegunaan Percobaan

Sebagai bahan informasi untuk mengetahui kepekaan tanah terhadap erosi yang dapat menyebabkan kerusakan tanah.


(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Erodibilitas

Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah tanpa tanaman, tanpa usaha pencegahan erosi pada lereng 9 % dan panjang 22 m. Kepekaan tanah terhadap erosi dipengaruhi oleh tekstur tanah (terutama kadar debu +pasir halus), bahan organik, struktur dan permeabilitas tanah (Hardjowigeno, 2003).

Erodibilitas tanah (ketahanan tanah) dapat ditentukan dengan aturan rumus menurut, perhitungan nilai K dapat dihitung dengan persamaan Weischmeier, et all, 1971)

K = 1,292{ 2,1 M 1,14 (10 -4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)} 100

Dimana :

M = ukuran partikel (% pasir sangat halus+ % debu x (100-% liat)

% pasir sangat halus = 30 % dari pasir (Sinukaban dalam Sinulingga,1990) a = kandungan bahan organik (% C x 1,724)

b = harkat struktur tanah c = harkat permeabilitas tanah

Erodibilitas tanah juga dapat dapat diduga dengan menggunakan nomograph (Gambar 1). Sifat-sfat tanah yang menentukan besarnya nilai K berdasarkan Nomograph tersebut adalah (1) Persen kandungan debu dan pasir


(15)

halus, (2) Persen Kandungan pasir, (3) Persen bahan kandungan bahan organik (4) Struktur tanah, (5) Permeabilitas tanah. Untuk itu diperlukan angka hasil penetapan sifat- sifat tanah seperti tekstur dengan 4 fraksi ( pasir kasar, pasir halus, debu, dan liat ) dan bahan organik tanah sedangkan struktur dan permeabilitas ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan pada profil tanah yang dapat digambar dalam Nomograph

Gambar 1. Nomograph Erodibilitas Tanah (K)

Lee dalam Katasaepotra, dkk (1985) mengatakan bahwa dalam pengelolaan tanah dan penggunaan tanah itu untuk pertanaman, permukaan tanah harus dipilih dengan hati-hati, apakah terdapat erodibilitas yang tinggi atau rendah demikian juga panjangnya larikan-larikan tanah yang miring harus dibatasi apabila erosi dan pencucian tanah-tanah yang dilarutkan itu hendak dibatasi.


(16)

Kepekaan tanah terhadap daya menghancurkan dan penghanyutan oleh air curahan hujan disebut erodibilitas. Jika erodibilitas tanah tersebut tinggi maka tanah itu peka atau mudah terkena erosi dan jika erodibilitas tanah itu rendah berarti daya tahan tanah itu kuat atau resisten terhadap erosi.

Untuk menentukan nilai erodibilitas tanah Boycous dalam Rahim (2000) telah menemukan pada sekitar tahun 1935–an tentang The Clay Ratio as a Criterium Suspectibility of Soil to Erosion kita mendapatkan persamaan sebagai berikut

E = % sand + % silt % clay Dimana E = erodibilitas

Sand = pasir Silt = debu Clay = liat

Adapun penetapan nilai erodibilitas (K) tanah- tanah yang ada di Indonesia dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Kelas Erodibilitas Tanah-Tanah.

Kelas Nilai K Tingkat Erodibilitas

1. 0,00 -0,10 Sangat rendah

2. 0, 11 -0,21 Rendah

3. 0,22- 0,32 Sedang

4. 0,33 -0,44 Agak tinggi

5. 0,45 -0,55 Tinggi

6. 0,56 -0,64 Sangat Tinggi

Sumber : Arsyad (2006).

Faktor erodibilitas menunjukkan kemudahan tanah mengalami erosi, semakin tinggi nilainya semakin mudah tanah tererosi. Tingginya faktor erodibilitas antara satu tempat dengan yang lainnya disebabkan kondisi tekstur


(17)

tanahnya yaitu rendahnya tekstur liat, tingginya persentase pasir sangat halus dan debu jika dibandingkan tanah lokasi yang satu. Menurut Morgan (1986) tekstur berperan dalam erodibilitas tanah, partikel berukuran besar tahan terhadap daya angkut karena ukurannya sedangkan partikel halus tahan terhadap daya penghancur karena daya kohesifitasnya. Partikel yang kurang tahan terhadap keduanya adalah debu dan pasir sangat halus.

Erodibilitas tanah sangat penting untuk diketahui agar tindakan konservasi dan pengolahan tanah dapat dilaksanakan secara lebih tepat dan terarah. Namun demikan, Veiche (2002) menyatakan bahwa konsep dari erodibilitas tanah dan bagaimana cara menilainya merupakan suatu hal yang bersifat kompleks atau tidak sederhana karena erodibilitas dipengaruhi oleh banyak sekali sifat-sifat tanah. Berbagai usaha telah banyak dilakukan untuk mendapatkan suatu indeks erodibilitas yang relatif lebih sederhana, baik didasarkan pada sifat-sifat tanah yang ditetapkan di laboratorium maupun di lapangan atau berdasarkan keragaan (response) terhadap hujan (Arsyad, 2000).

Topografi berperan dalam menentukan kecepatan dan volume limpasan permukaan serta erosi. Dua unsur topografi yang berperan adalah panjang lereng dan kemiringan lereng (Utomo, 1989).

Semakin miring suatu lereng maka butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh tumbukan butir-butir hujan akan menyebabkan laju erosi semakin tinggi (Arsyad, 2000).

Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap kerusakan tanah oleh butir-butir hujan. Dengan adanya vegetasi penutup tanah yang baik seperti rumput-rumputan dapat menghilangkan pengaruh topografi


(18)

terhadap erosi. Tanaman yang menutup permukaan tanah secara rapat tidak saja memperlambat limpasan tetapi juga menghambat pengankutan partikel tanah (Utomo, 1989).

Faktor yang Mempengaruhi Erodibilitas 1. Tekstur tanah

Tekstur menunjukkan sifat halus atau kasarnya butiran-butiran tanah Tekstur ditentukan oleh kandungan pasir, debu dan liat yang terdapat dalam

permukaan tanah. Tekstur tanah yang terlibat dalam butiran berjarak 200 mikron sampai ukuran 0,01 mikron. Butir-butir liat yang lebih kecil dari ukuran 0,01 mikron wujudnya dalam bentuk koloid. Suatu gumpal tanah tidak pernah tersusun hanya satu macam tekstur secara tersendiri. Langkah pertama untuk menentukan tekstur ialah menganalisa fraksi-fraksi tanah tersebut (Rafi’i, 1990).

Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran. Bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Berdasar atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam 12 tekstur. Sebaran besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir, berlempung kasar, berlempung halus, berdebu kasar. Bila fraksi halus kurang dari 2 mm sedikit sekali dan tanah terdiri dari kerikil, batu-batu dan lain-lain disebut fragmental (Winarso, 2005).

Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi karena selain

mempunyai ukuran yang relatif halus, fraksi ini juga tidak mempunyai ikatan (tanpa adanya bantuan bahan perekat/pengikat) karena tidak mempunyai


(19)

halus, namun karena mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk ikatan. Meyer dan Harmon (1984) menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur halus (didominasi liat) umumnya bersifat kohesif dan sulit dihancurkan. Walaupun demikian bila kekuatan curah hujan atau aliran permukaan mampu menghancurkan ikatan antar partikelnya maka akan timbul sedimen bahan tersuspensi yang mudah untuk terangkut atau terbawa aliran permukaan.

2. Struktur tanah

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan keruangan partikel-partikel tanah yang bergabung dengan satu dengan yang lain membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok (cluster) yang disebut agregat yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan edafologi, sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting dari sekedar bentuk agregat. Dalam hubungan tanah-tanaman, agihan ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering dan kekerasan (hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk agregat itu sendiri (Suci dan Bambang, 2002).

Istilah struktur tanah merujuk cara butiran-butiran tanah saling mengelompok secara bersama-sama diikat oleh koloida tanah. Tingkat perkembangan struktur tanah ditentukan berdasarkan atas kemantapan dan ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan. Tanah dikatakan tidak berstruktur bila butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain atau saling melekat


(20)

menjadi satu satuan yang padu dan disebut massive atau pejal. Tanah dengan struktur yang baik mempunyai tata udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah (Hardjowigeno, 2003).

Struktur tanah sangat berpengaruh pada pertumbuhan akar dan bagian tanaman di atas tanah. Apabila tanah padat maka ruang pori tanah berkurang sehingga pertumbuhan akar terbatas yang akhirnya produksi menurun. Struktur tanah berpengaruh kuat terhadap kerapatan isi tanah (Winarso, 2005).

Bentuk dan stabilitas agregat serta persentase tanah yang teragregasi sangat berperan dalam menetukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Tanah yang peka terhadap erosi adalah tanah yang paling rendah persentase agregasinya. Tanah-tanah dengan tingkat agregasi yang tinggi, berstruktur kersai, atau granular tingkat penyerapan airnya lebih tinggi dari pada tanah yang tidak berstruktur atau susunan butir-butir primernya lebih rapat (Meyer dan Harmon, 1984).

Dalam menentukan erodibilitas tanah perlu memperhatikan keadaan struktur tanah dalam ukuran diameter yang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penilaian Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter)

No Struktur Kelas

1. Granuler sangat halus 1

2. Granuler halus 2

3. Granuler sedang sampai kasar 3

4. Masif kubus, lempeng 4

Sumber : Utomo (1989). 3. Permeabilitas Tanah

Permeabilitas tanah adalah kecepatan air menembus tanah pada periode

tertentu dan dinyatakan dalam cm/jam (Foth, 1978). Sedangkan menurut Hakim dkk (1986) permeabilitas tanah adalah menyatakan kemampuan


(21)

tanah melalukan air yang bisa diukur dengan menggunakan air dalam waktu tertentu.

Nilai permeabilitas penting dalam menentukan penggunaan dan pengelolaan praktis tanah. Permeabilitas mempengaruhi penetrasi akar, laju penetrasi air, laju absorpsi air, drainase internal dan pencucian unsur hara (Donahue, 1984).

Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah menurut Hillel (1971) antara lain adalah tekstur tanah, porositas dan distribusi

ukuran pori, stabilitas agregat dan stabilitas struktur tanah serta kadar bahan organik tanah. Ditegaskan lagi bahwa hubungan yang lebih utama terhadap permeabilitas tanah adalah distribusi ukuran pori sedangkan faktor- faktor yang lain hanya ikut menentukan porositas dan distribusi ukuran pori. Tekstur kasar menurut Anonimous (2008) mempunyai permeabilitas yang tinggi dibandingkan dengan tekstur yang halus karena tekstur kasar mempunyai pori makro dalam jumlah banyak sehingga umumnya tanah-tanah yang didominasi oleh tekstur kasar seperti pasir umumnya mempunyai tingkat erodibilitas tanah yang rendah.

Permeabilitas tanah juga dapat diukur dengan menggunakan metode Hukum Darcy. Tanah di lapangan pada umumnya berlapis, pada pasir nilai permeabilitas lapangan dan laboratorium jelas berbeda akibat proses sedimentasi dalam pembentukan deposit tanah, struktur tanah di lapangan dapat berubah atau hilang karena contoh tanah yang tidak terganggu tidak dapat diuji (Bowles, 1991)

Nilai permeabilitas dapat ditentukan dengan data lapangan dan data analisis laboratorium berbeda Nilai permeabilitas tanah ditetapkan dalam keadaan jenuh.


(22)

Penentuan kelas permeabilitas tanah dapat dilihat pada Tabel 4 yang merupakan permeabilitas dalam menentukan erodibilitas tanah.

Tabel 4. Penilaian Kelas Permeabilitas Tanah- Tanah.

No Kelas Kecepatan Permeabilitas Tanah Kelas

1. Sangat lambat (< 0,5 cm/jam) 6

2. Lambat (0,5-2 cm/jam ) 5

3. Lambat sampai sedang (2,0-6,3 cm/ jam) 4

4. Sedang (6.3-12,7 cm/jam) 3

5. Sedang sampai cepat (12,7- 25,4 cm/jam) 2

6. Cepat (> 25, 4 cm/jam) 1

Sumber : Penuntun Praktikum Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah, FP- USU(2003).

4. Bahan Organik

C-organik akan mempengaruhi kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi kandungan C- organik maka semakin meningkat kandungan bahan organik. Kandungan bahan organik tanah dapat diketahui dari persamaan bahan organik = % C organik x 1, 724 (Muklis, 2007).

Bahan organik didefinisikan sebagai sisa tanaman dan hewan di dalam tanah pada berbagai pelapukan dan terdiri dari baik masih hidup maupun mati. Di dalam tanah berfungsi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa penambahan bahan organik tanah lebih kuat pengaruhnya terhadap perbaikan sifat-sifat tanah dan bukan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaan bahan organik ke tanah harus memperhatikan kadar unsur hara C terhadap unsur hara lainnya misalnya N, P, K karena apabila terjadi nisbah sangat besar bisa menyebabkan terjadinya immobilisasi (Winarso, 2005).

Bahan organik tanah adalah semua bahan di dalam tanah baik yang hidup maupun sudah mati. Pada terminologi tertentu biomassa tidak dimasukkan sebagai


(23)

bahan organik tanah dan menggunakan istilah humus. Jumlah dan sifat bahan organik tanah sangat menentukan sifat biokimia, fisika, kesuburan tanah dan membantu menetapkan arah proses pembentukan tanah. Bahan organik menentukan komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna tanah, konsistensi tanah, partikel density, bulk density, sumber unsur hara, pemantap agregat dan aktivitas organisme tanah (Muklis, 2007).

Bahan organik tanah dibutuhkan untuk pembentukan dan pemantapan agregat- agregat tanah. Zarah-zarah tanah membantu bagi struktur tanah yang mengandung baik pori-pori besar maupun kecil dan sebagai akibatnya memperbaiki keadaan air dan udara. Kecepatan infiltrasi dan perkolasi yang lebih baik akan mengurangi run off dan erosi dan agregat tanah yang mantap tidak mudah terlepas dari permukaan tanah dan terbawa oleh air (Konkhe, 1968).

Bahan organik tanah sangat penting karena berperan aktif dalam proses pelapukan dan pembentukan tanah, menentukan berbagai sifat fisik dan kimia tanah sehingga menentukan kesuburan tanah (Soepardi, 1983).

Tanah yang masih subur ditentukan dengan kandungan kompleks liat dan humusnya tinggi yang masih belum tererosi. Terjadinya erosi selain partikel- partikel tanah yang dihanyutkan adalah jumlah unsur- unsur hara. Penghanyutan bahan organik yang diakibatkan erosi dapat menghanyutkan top soil dan sub soil yang masih banyak kandungan unsur haranya. Sehubungan dengan terangkutnya bahan-bahan organik dari lapisan permukaan tanah yang merupakan lapisan olah maka aktivitas biota juga menurun (Kartasaepotra, dkk, 1985).

Bahan organik di dalam tanah jumlahnya tidak sama antara jenis tanah yang satu dengan yang lainnya seperti Histosol yang mengandung bahan organik


(24)

> 65 %. Perbedaan kandungan bahan organik ini tergantung pada jenis tanah dan cara pengelolaan tanah. Menurut Puslitanak (2005) Bogor ada beberapa kriteria dari bahan organik sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Bahan Organik.

No Kriteria Bahan Organik Nilai

1. Sangat tinggi > 6.00

2. Tinggi 4.30- 6.00

3. Sedang 2.10- 4.20

4. Rendah 1.00- 2.00

5. Sangat rendah < 1.00


(25)

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pancur Batu dan di Laboratorium Konservasi Tanah dan Air serta Laboratorium Riset dan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan yang dimulai pada bulan

April sampai selesai

Bahan Dan Alat Penelitian

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Pancur Batu, Peta Administrasi Pancur Batu, air sebagai bahan penelitian, dan bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian.

Adapun alat yang digunakan adalah GPS untuk menentukan letak lokasi penelitian, bor untuk mengambil tanah, ring sampel untuk menentukan permeabilitas tanah, cangkul, plastik, kertas label dan alat-alat lainnya yang menunjang proses penelitian.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey sesuai dengan bentuk wilayah dengan menggunakan GPS.


(26)

Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian di lapangan terlebih dahulu melakukan survey lapangan dengan mengadakan orientasi di daerah penelitian. Pengkajian pustaka mengenai erodibilitas serta melengkapi alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses penelitian.

Tahap Kegiatan di Lapangan

Pengambilan sample tanah di lapangan yaitu dengan melakukan penentuan 12 titik sampel dengan menggunakan GPS dimana ada 3 titik sampel pada setiap jenis kemiringan lereng yaitu dari 2- 45 %, serta dilakukan pengeboran dan penggunaan ring sample. Setelah sampel tanah diperoleh kemudian sampel tanah tersebut ke dalam kantong plastik yang berbeda.

Selama kegiatan pengambilan contoh tanah tersebut juga dilakukan pengamatan dan pencatatan terhadap keadaan lingkungan/ penggunaan lahan, seperti : ketinggian tempat, faktor konservasi dan vegetasi. Hasil dari pelaksanaan pengambilan contoh tanah berupa data lapangan dan contoh tanah pada setiap titik sampel yang akan dianalisis dilaboratorium sehingga memperoleh hasil yang akurat.


(27)

Pengambilan contoh sampel

Pengambilan contoh sampel tanah untuk permeabilitas menggunakan tanah tidak terganggu pada kedalaman 0-20 cm sedangkan untuk tekstur, bahan organik menggunakan tanah terganggu pada kedalaman 0-20 cm dan untuk struktur menggunakan data lapangan pada waktu kita melakukan penelitian.

Analisis Tanah

- Tekstur tanah (metode hydrometer) - Struktur tanah (metode by feeling)

- Bahan organik tanah (metode Walkley and Black) - Permeabilitas tanah (metode Darcy)

Peubah Amatan

Data Primer

1. Permeabilitas tanah 2. Tekstur tanah 3. Struktur tanah 4. Bahan Organik

Data Skunder


(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

I.1 Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng didapat dari peta jenis kemiringan lereng sehingga dapat ditentukan pengambilan titik sampel tanah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Deskripsi Titik Koordinat Sampel. Kemiringan

Lereng

Titik Sampel Lintang Utara Bujur Timur

2- 8 % T 7 3028’45,3” 98035’2,7”

T 8 3029’14,8” 98034’8,8” T 9 3025’28,5” 98034’21,5”

10- 15 % T 10 3028’4” 98034’2”

T 11 3029’6” 98031’6,2”

T 12 3029’27,2” 98032’26,4”

15-30 % T 6 3026’20,5” 98034’27,8”

T 4 3027’29,6” 98034’57”

T 5 3026’45,3” 98035’2,7”

30 %- 45 % T 1 3 024’16” 98036’12”

T 2 3023’11,5” 98035’40,4” T 3 3023’57,4” 98033’57,3”


(29)

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jenis kemiringan lereng yang ditentukan sehingga diperoleh 12 titik lokasi terdapat 4 jenis kemiringan lereng. Sampel tanah yang diperoleh pada setiap lokasi yang diambil dimasukkan ke dalam plastik untuk dianalisa di laboratorium .

I. 2 Tekstur Tanah (M)

Nilai M (tekstur tanah) dari setiap titik sampel dapat dilihat pada lampiran dengan menyesuaikannya terhadap kelas tekstur (USDA) yang diperoleh dari hasil analisa tekstur tanah di laboratorium. Hasil analisa tekstur tanah dan nilai M dari setiap titik sampel dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Deskripsi nilai M dari setiap titik sampel. Kemiringan

Lereng

Titik sampel

Partikel % Pasir sangat halus = 30% x pasir Tektur (USDA) Nilai M ( % pasir sangat halus + % debu x (100- % liat)) Pasir Debu Liat

2- 8 % T7 11,85 39,74 48,41 3,55 Liat

Berdebu

2233,33

T8 30,98 44,04 24,98 9,29 Lempung

Liat

4000,82

T9 41,62 22,63 35,75 12,49 Liat

Berpasir

2256,46

10- 15 % T10 61,40 25,55 13,05 18,42 Lempung

Liat Berdebu

3823,19

T11 40,18 45,55 14,27 12,05 Lempung 4938,05

T12 22,38 52,95 24,67 6,71 Lempung

Berdebu

4494,19

15- 30 % T6 51,43 17,85 30,72 15,43 Lempung

Liat Berdebu

2305,64

T4 13,79 30,37 55,84 4,13 Liat 1523,52

T5 19,69 22,65 57,66 5,91 Liat 1209,23

30- 45 % T1 13,54 23,16 63,30 4,06 Liat 998,97

T2 7,60 26,71 65,69 2,28 Liat 994,65


(30)

Dari hasil analisa tekstur tanah dan nilai M pada setiap titik sampel maka pada titik sampel T 11 sebesar 4938,05 dengan kelas tekstur lempung dan pada T1,T 2, T 3, T 4 dan T 5 terdapat kelas tekstur tanahnya liat.

I. 3 Kandungan Bahan Organik (a)

Nilai a (kandungan bahan organik) diperoleh dari hasil analisis bahan organik. Hasil analisa C- organik (%) dan bahan organik (%) serta nilai a dari setiap sampel tanah dapat dilihat dari Tabel 8.

Tabel 8. Deskripsi Kandungan Bahan Organik (a) dari setiap titik sampel. Kemiringan

Lereng

Titik sampel C-organik (%)

Bahan Organik (a) (%)

2- 8 % T 7 2,22 3,83

T 8 6,37 10,98

T 9 1,43 2,46

10-15 % T 10 0,73 1,26

T 11 3,44 5,93

T 12 5,53 9,53

15-30 % T 6 1,66 2,86

T 4 0,78 1,34

T 5 2,32 3,99

30-45 % T 1 2,07 3,57

T 2 1,25 2,15

T 3 2,73 4,71

Dari tabel dapat dilihat bahwa persentase bahan organik tertinggi terdapat pada T 8 sebesar 10,98, hal ini mungkin karena peneliti mengambil sampel tanah yang telah dicemari kotoran ayam sehingga bahan organik yang didapat sangat tinggi sedangkan yang terendah terdapat pada T 10 sebesar 1,26 yang terdapat pada kemiringan lereng 10-15 %.


(31)

I.4 Harkat struktur tanah (b)

Penentuan nilai harkat struktur tanah disesuaikan dengan data struktur tanah yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap sampel tanah yang diamati. Nilai harkat struktur tanah dapat dilihat pada pada Tabel 9.

Tabel 9. Deskripsi Nilai Harkat Struktur Tanah pada setiap titik sampel. Kemiringan

Lereng

Titik sampel Kelas struktur tanah Harkat (b)

2- 8 % T 7 Masif kubus 4

T 8 Granuler Halus 2

T 9 Masif Kubus 4

10-15 % T 10 Lempeng 4

T 11 Granuler Halus 2

T 12 Granuler Sedang sampai Kasar 3

15- 30% T 6 Granuler Sedang Sampai Kasar 3

T 4 Granular Halus 2

T 5 Granuler Sedang Sampai Kasar 3

30 40 % T 1 Granuler halus 2

T 2 Granuler Halus 2

T 3 Granuler Sedang Sampai Kasar 3

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa sifat fisik tanah dari titik sampel yang berbeda yang diambil yaitu granular sedang sampai kasar dan granular halus dan massif kubus. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah di daerah penelitian umumnya didominasi oleh liat, pasir.

I. 5 Harkat Permeabilitas Tanah

Permeabilitas tanah dari setiap titik sampel diperoleh dengan cara analisis di laboratorium dan dihitung besar permeabilitasnya. Nilai permeabilitas dan harkat pada setiap titik sampel tanah disajikan pada Tabel 10.


(32)

Tabel 10. Deskripsi Nilai Permeabilitas Tanah ( c) dari setiap titik sampel. Kemiringan

Lereng

Titik Sampel Kelas Permeabilitas Tanah (cm/ jam)

Harkat ( c )

2- 8 % T 7 Sedang- cepat (16,035) 2

T 8 Cepat ( 33,575 ) 1

T 9 Sedang- cepat ( 14,14 ) 2

10 15 % T 10 Sedang- cepat ( 13, 275 ) 2

T 11 Cepat ( 35,47 ) 1

T 12 Cepat ( 30,89 ) 2

15- 30 % T 6 Sedang- Cepat ( 15,325 ) 2

T 4 Lambat- sedang( 4,505 ) 4

T 5 Sedang- Cepat ( 15,325 ) 2

30 – 40 % T 1 Sedang- Cepat ( 13,895 ) 2

T 2 Sedang ( 8,1 ) 3

T 3 Sedang ( 7,66 ) 3

Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa kelas permeabilitas tanah dari setiap titik sampel yang berbeda diambil yaitu adalah kelas permeabilitas lambat- sedang dengan nilai harkat 4, dan kelas permeabilitas sedang- cepat dengan nilai harkat 2 dan kelas permeabilitas cepat dengan nilai harkat 1.

Dari faktor-faktor di atas seperti nilai M (tekstur tanah), a (kandungan bahan organik), b (struktur tanah) dan c (harkat permeabilitas tanah) maka dapat ditentukan nilai erodibilitas (K) dari setiap titik sampel tanah dengan menggunakan rumus

K = 1,292{2,1 M 1,14 (10 -4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)} 100

serta dapat juga mengunakan nomograph dan rumus Boycous K = % sand + % silt


(33)

Tabel 11. Nilai Erodibilitas Berdasarkan Metode Boycous. Kemiringan Lereng Titik Sampel Pasir (%) Debu (%) Liat (%)

Nilai Kriteria 2- 8 % T 7 11.85 39. 74 48.91 1.05 Tidak termasuk

T 8 30.98 44. 04 24.98 3 Tidak termasuk T 9 41.62 22. 63 35.75 1.79 Tidak termasuk 10-15 % T 10 61.40 25.55 13.05 0.66 Tidak termasuk T 11 40,18 45.55 14.27 6 Tidak termasuk T 12 22.38 52.95 24.67 3.05 Tidak termasuk 15-30 % T 6 51.43 17.85 30.72 2.25 Tidak termasuk T 4 13.79 30.37 55.84 0.73 Tidak termasuk T 5 19.69 22.65 37.66 1.12 Tidak termasuk 30-45 % T 1 13.54 23.16 63.30 0.57 Sangat tinggi

T 2 7.60 26.71 65.69 0.52 Tinggi

T 3 19.60 31.44 48.96 1.04 Tidak termasuk

Dari Tabel dapat dilihat bahwa perhitungan erodibilitas berdasarkan metode Boycous kurang memenuhi karena hanya menggunakan analisa tekstur tanah yaitu partikel pasir, debu dan liat dan tidak menggunakan faktor pembentuk tanah yang lain. Sehingga dari data didapat bahwa tingkat erodibilitasnya tidak termasuk dalam klasifikasi tingkat erodibilitas tanah-tanah.

Tabel 12. Nilai Erodibilitas Berdasarkan Metode Weischmeier. Kemiringan

Lereng

Titik Sampel

M a

(%)

b c K Kriteria

K

2- 8 % T 7 2233,33 3,82 4 2 0,19 Rendah

T 8 4000,82 10,.98 2 1 - 0,02 Sangat rendah

T 9 2256,416 2,46 4 2 0,22 Sedang

10-15 % T 10 3823,19 1,25 4 2 0,40 Agak tinggi

T 11 4938,05 5,93 2 1 0,20 Sedang

T 12 4494,19 9,53 3 2 0,11 Rendah

15-30 % T 6 2305,64 2,86 3 2 0,18 Rendah

T 4 1523,52 1,34 2 4 0,16 Rendah

T 5 1209,23 3,99 3 2 0,08 Sangat Rendah

30-45 % T 1 998,97 3,56 2 2 0,03 Sangat Rendah

T 2 994,65 2,15 2 3 0,07 Sangat Rendah

T 3 1904,81 4,70 3 3 0,15 Rendah

Ket :

M : nilai tekstur tanah b : harkat struktur tanah a : % bahan organik K : nilai erodibilitas c : harkat permeabilitas tanah


(34)

Dari tabel diatas didapat bahwa pada kemiringan lereng 10-15 % yaitu pada T 10 terdapat nilai K sebesar 0.40 dan termasuk kriteria agak tinggi. sedangkan pada kemiringan lereng yang lain seperti pada kemiringan lereng 30-45 % yaitu pada T 8 terdapat nilai K sebesar – 0,02 dan termasuk kriteria sangat rendah.

Tabel 13. Nilai Erodibilitas Berdasarkan Metode Nomograph Kemiringan

Lereng

Titik Sampel

Debu + Pasir sangat halus

(%)

a ( %)

b c K Kriteria K

2-8% T7 43,29 3,83 4 2 0,18 Rendah

T8 53,33 10,98 2 1 0,09 Sangat

rendah

T9 35,12 2,46 4 2 0,21 Rendah

10- 15 % T10 43,97 1,26 4 2 0,41` Agak

Tinggi

T11 57,6 5,93 2 1 0,05 Sangat

Rendah

T12 59,66 9,53 3 2 0,10 Sangat

Rendah

15- 30 % T6 33,28 2,86 3 2 0,21 Rendah

T4 34,5 1,34 2 4 0,15 Rendah

T5 28,55 3,99 3 2 0,11 Rendah

30- 45 % T1 27,22 3,57 2 2 0,06 Sangat

Rendah

T2 28,99 2,15 2 3 0,07 Sangat

Rendah

T3 37,32 4,71 3 3 0,15 Rendah

Ket :

a : % bahan organik c : harkat permeabilitas tanah b : harkat struktur tanah K : nilai erodibilitas

Dari data di atas didapat bahwa pada kemiringan lereng 10-15 % pada T 10 terdapat nilai K sebesar 0.41 sehingga termasuk kriteria agak tinggi sedangkan pada kemiringan lereng 30-45 % yaitu pada T 11 terdapat nilai K sebesar 0.05 dan termasuk kriteria sangat rendah.


(35)

Pembahasan

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat bahwa erodibilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : permeabilitas tanah, tekstur tanah, struktur tanah dan bahan organik tanah.

Dari tabel di atas didapat bahwa perhitungan menurut Boycous tidak termasuk dalam kriteria penentuan tingkat erodibilitas karena yang digunakan hanyalah partikel tekstur tanah saja dan tidak menggunakan faktor lain seperti bahan organik, permeabilitas tanah.

Dari hasil didapat bahwa faktor pengukuran berdasarkan nomograp dan faktor perhitungan menurut Weischmeier sangat berkorelasi baik dan saling mendekati rata-rata. Pada metode Weischmeier dan nomograph hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda. Nilai erodibilitas tertinggi yaitu pada T 9 yaitu 0, 21-0,22 yang termasuk kriteria erodibilitas rendah sedangkan nilai erodibilitas terendah dengan metoda Weischmeier yaitu pada T 8 sebesar – 0,02 dengan kriteria erodibilitas sangat rendah sedangkan dengan metoda nomograph nilai erodibilitass terendah yaitu pada T 8 sebesar 0,08 dengan kriteria erodibilitas sangat rendah sehingga merupakan daerah yang resisten terhadap erosi. Seperti yang diamati bahwa pada daerah dengan kemiringan lereng 2-8 % jarang ditemui adanya faktor teras dan ada tidaknya faktor tanaman penutup tanah. Vegetasi yang saya jumpai adalah pohon pisang, durian dan pohon pinang.

Dengan kemiringan lereng 10-15 % prediksi erodibilitas tertinggi menggunakan rumus Boycous terdapat yaitu pada T 11 sebesar 6 dan tidak termasuk dalam kriteria erodibilitas sedangkan menurut aturan nomograph dan perhitungan menurut Weischmeier didapat bahwa nilai erodibilitas tertinggi


(36)

terdapat pada T 12 sebesar 0,40-0,41 dan termasuk kriteria erodibilitas agak tinggi dan agak peka terhadap erosi dan nilai erodibilitas terendah menurut nomograph terdapat pada T 11 sebesar 0,06 yang termasuk kriteria sangat rendah yang merupakan tanah resisten terhadap erosi. Sedangkan perhitungan menurut Weischmeier nilai erodibilitas terendah terdapat pada T 12 sebesar 0,11 dengan kriteria rendah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh bentuk dan stabilitas agregat dan persentase tanah yang teragregasi sangat berperan dalam menentukan tingkat erodibilitas. Hal ini sesuai dengan literatur Meyer dan Harmon, (1984) yang menyatakan bahwa tanah yang peka terhadap erosi adalah tanah yang paling rendah persentase agregatnya dan permeabilitasnya sedang. Serta sesuai dengan hasil pengamatan yang saya lakukan bahwa tidak adanya faktor teras pada daerah tersebut dan vegetasi tanaman penutup tanahnya hanya sedikit misalnya pohon kelapa, padi dan rumbia sehingga dapat meningkatkan laju erosi nantinya apabila tidak dilakukan kaidah konservasi.

Pada kemiringan lereng 15- 30 % yang merupakan klasifikasi agak curam didapat bahwa prediksi erodibilitas menurut aturan Boycous yang tertinggi terdapat pada T 6 yaitu sebesar 2,55 dan tidak termasuk dalam kriteria erodibilitas dan menurut aturan nomograph serta rumus menurut Weischmeier nilai erodibilitas tanah tertinggi terdapat pada T 6 yaitu sebesar 0,18-0,21 yang termasuk tingkat erodibilitasnya rendah yang berarti pada daerah tersebut resisten terhadap erosi sedangkan yang terendah terdapat pada T 5 yaitu sebesar 0,08 -0,11 dan merupakan tingkat erodibilitasnya rendah jadi merupakan tanah yang resisten terhadap erosi. Serta sesuai dengan hasil pengamatan saya bahwa pada kemiringan


(37)

lereng ini faktor vegetasi ada tapi hanya sedikit dan bahkan bisa dikatakan tidak ada serta vegetasinya adalah sawit, kelapa dan tanaman hortikultura.

Pada kemiringan lereng 30 -45 % dan merupakan klasifikasi kemiringan lereng curam didapat bahwa prediksi erodibilitas menggunakan rumus Boycous yang tertinggi terdapat T 3 sebesar 1.04 serta tidak termasuk dalam kriteria erodibilitas dan menurut nomograph serta perhitungan menurut Weischmeier yang tertinggi pada T 3 yaitu sebesar 0,15- 0,16 dan termasuk tingkat erodibilitas tanahnya rendah sedangkan nilai erodibilitas tanah terendah terdapat pada T 1 yaitu sebesar 0,03-0,06 dan termasuk klasifikasi tingkat erodibilitasnya sangat rendah. Ini berarti pada kemiringan lereng 30-45 % tanahnya masih resisten atau kuat terhadap erosi.

Setiap lokasi satu dengan yang lainnya memiliki tingkat erodibilitas yang berbeda- beda disebabkan oleh kondisi tekstur tanahnya jika dibandingkan dengan lokasi yang lain. Hal ini sesuai dengan literatur Morgan (1986) yang menyatakan bahwa tekstur berperan besar dalam erodibilitas tanah serta kondisi teksturnya misalnya rendahnya tekstur liat, tingginya persentase pasir sangat halus dan debu jika dibandingkan dengan lokasi yang lainnya.

Pada hasil diatas bahwa perhitungan menurut aturan Boycous kurang memenuhi karena hanya menggunaakan persentase tekstur tanah saja dan tidak memperhatikan sifat fisik yanah yang lain sehingga kurang cocok untuk diterapkan karena tanah yang peka terhadap erosi atau kurang peka terhadap erosi sangat ditentukan oleh kadar pasir sangat halus dan bentuk agregat tanah, bahan organik serta permeabilitas tanah itu sendiri serta ketajaman kemiringan lereng.


(38)

Hall ini sesuai dengan literatur Morgan (1986) yang menyatakan bahwa partikel yang kurang tahan terhadap erosi adalah partikel debu dan pasir sangat halus.

Pada hasil dengan kemiringan lereng sebesar 30-45 % didapat bahwa kemiringan lereng tidak mempengaruhi terhadap tingkat erodibilitas. Ini sesuai dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan di daerah Pancur Batu pada kemiringan lereng tersebut tidak berpengaruh terhadap tingkat erodibilitas karena adanya faktor teras dan adanya vegetasi tanaman penutup tanah seperti pohon pinang, hutan campuran dan pohon kelapa sehingga dapat mengurangi laju erosi yang terjadi. Hal ini sesuai dengan literatur Utomo (1983) yang menyatakan bahwa vegetasi dapat mempengaruhi erosi. Akar tanaman dapat berperan sebagai pemantap agregat tanah dan memperbesar porositas tanah sehingga dapat menghilangkan pengaruh topografi terhadap erosi.


(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan metode Boycous didapat bahwa:

a) Erodibilitas tertinggi terdapat pada kemiringan lereng 10-15 % pada T 11 sebesar 6 dan tidak termasuk dalam kriteria erodibilitas tanah.

b) Erodibilitas terendah terdapat pada kemiringan 30- 45 % pada T 2 sebesar 0,52 dan termasuk tingkat erodibilitas tinggi atau tanahnya mudah terkena erosi.

2. Berdasarkan metode Weischmeier didapat bahwa :

a) Erodibilitas tertinggi terdapat pada kemiringan lereng 10-15 % pada T 10 sebesar 0,40 dan termasuk tingkat erodibilitasnya agak tinggi atau tanahnya agak peka terhadap erosi.

b) Erodibilitas terendah terdapat pada kemiringan lereng 2-8 % pada T 8 sebesar – 0,02 dan kriteria erodibilitas tanahnya sangat rendah atau tanahnya resisten terhadap erosi

3. Berdasarkan metode Nomograph didapat bahwa :

a) Erodibilitas tertinggi terdapat pada kemiringan lereng 10-15 % yaitu pada T 10 sebesar 0,41 dan termasuk erodibilitasnya agak tinggi atau tanahnya agak peka terhadap erosi.

b) Erodibilitas terendah terdapat pada kemiringan lereng 30-45 % pada T 11 sebesar 0,05 dan termasuk tingkat erodibilitasnya sangat rendah atau tanahnya resisten terhadap erosi.

4. Faktor kemiringan lereng tidak berpengaruh terhadap nilai erodibilitas tanah.

Saran

Sebaiknya perlu diadakan lagi tinjauan yang lebih lanjut mengenai tingkat erodibilitas tanah dengan faktor yang lain seperti faktor erosivitas.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2008. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi. http : www. google.com

Arsyad, S, 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB, Bogor.

Arsyad, S, 2006. Konservasi Tanah dan Air, IPB, Bogor.

Bowles, J, 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Rahim, S, 2000. Pengendalian Erosi Tanah. Bumi Aksara, Jakarta.

Donahue, R.L, 1984. Soil and Introduction to Soil and Plant Growth Printice Hall Inc, Engelwood Clifts, New York.

Foth, H. D, 1978. Fundamental of Soil Science, John Willey and Sons, New York, Christer, Brisbane, Toronto.

Hakim, N. M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis, S.G Nugroho., M.R Saul., M.A Diha., Goban Hong dan H.H Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Lampung, Lampung.

Hardjowigeno,, S, 2003. Ilmu Tanah. Aka Presindo, Bandung.

Hillel, D. 1971. Soil and Water, Physical Principles and Process Academic Press,New York- London.

Kartasaepotra, G, A.G Kartasaepotra, dan M.M Sutedjo, 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Akapress, Bandung.

Konkhe, H. 1968. Soil Physic, Mc graw Hill, Inc. New York.


(41)

Meyer, L.D., and W.C. Harmon, 1984. Suspectibility of agricultural soils to interil erosion. Soil Sci. Soc. Am. J. 8 :1.152-1.157.

Morgan, R.P.C. 1986. Soil Erosion and Consevation. Longman scientic and Technical, New York.

Muklis, 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. USU Press, Medan.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah, 2003. USU Press, Medan.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Agroklimat dan Tanah (Puslitanak), 2005. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.

Rafi’i, 1990. Ilmu Tanah. Penerbit Buana, Bandung.

Sinulingga, 1990. Dasar Konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi, IPB Press, Bogor.

Sitorus, S.R.P. O. Harianja dan K.R Brata. 1980. Penuntun Praktikum FisikaTanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Soepardi, G, 1983. Sifat dan Ciri Tanah, IPB, Bogor.

Suci Handayani dan Bambang Hendro Sunarminto, 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Utomo, H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.

Veiche, A. 2002. The Spatial Variability of Erodibility and Its Relation To Soil Types. A Study for Northen Ghana.


(42)

Wischmeier, W.H. C.B. Johnson, and B.V. Cros. 1971. A Soil erodibility Nomograph for farmland and construction sites. J. Soil and Water Conservation.Sept. – Oct.p.189-193.


(1)

lereng ini faktor vegetasi ada tapi hanya sedikit dan bahkan bisa dikatakan tidak ada serta vegetasinya adalah sawit, kelapa dan tanaman hortikultura.

Pada kemiringan lereng 30 -45 % dan merupakan klasifikasi kemiringan lereng curam didapat bahwa prediksi erodibilitas menggunakan rumus Boycous yang tertinggi terdapat T 3 sebesar 1.04 serta tidak termasuk dalam kriteria erodibilitas dan menurut nomograph serta perhitungan menurut Weischmeier yang tertinggi pada T 3 yaitu sebesar 0,15- 0,16 dan termasuk tingkat erodibilitas tanahnya rendah sedangkan nilai erodibilitas tanah terendah terdapat pada T 1 yaitu sebesar 0,03-0,06 dan termasuk klasifikasi tingkat erodibilitasnya sangat rendah. Ini berarti pada kemiringan lereng 30-45 % tanahnya masih resisten atau kuat terhadap erosi.

Setiap lokasi satu dengan yang lainnya memiliki tingkat erodibilitas yang berbeda- beda disebabkan oleh kondisi tekstur tanahnya jika dibandingkan dengan lokasi yang lain. Hal ini sesuai dengan literatur Morgan (1986) yang menyatakan bahwa tekstur berperan besar dalam erodibilitas tanah serta kondisi teksturnya misalnya rendahnya tekstur liat, tingginya persentase pasir sangat halus dan debu jika dibandingkan dengan lokasi yang lainnya.

Pada hasil diatas bahwa perhitungan menurut aturan Boycous kurang memenuhi karena hanya menggunaakan persentase tekstur tanah saja dan tidak memperhatikan sifat fisik yanah yang lain sehingga kurang cocok untuk diterapkan karena tanah yang peka terhadap erosi atau kurang peka terhadap erosi sangat ditentukan oleh kadar pasir sangat halus dan bentuk agregat tanah, bahan organik serta permeabilitas tanah itu sendiri serta ketajaman kemiringan lereng.


(2)

Hall ini sesuai dengan literatur Morgan (1986) yang menyatakan bahwa partikel yang kurang tahan terhadap erosi adalah partikel debu dan pasir sangat halus.

Pada hasil dengan kemiringan lereng sebesar 30-45 % didapat bahwa kemiringan lereng tidak mempengaruhi terhadap tingkat erodibilitas. Ini sesuai dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan di daerah Pancur Batu pada kemiringan lereng tersebut tidak berpengaruh terhadap tingkat erodibilitas karena adanya faktor teras dan adanya vegetasi tanaman penutup tanah seperti pohon pinang, hutan campuran dan pohon kelapa sehingga dapat mengurangi laju erosi yang terjadi. Hal ini sesuai dengan literatur Utomo (1983) yang menyatakan bahwa vegetasi dapat mempengaruhi erosi. Akar tanaman dapat berperan sebagai pemantap agregat tanah dan memperbesar porositas tanah sehingga dapat menghilangkan pengaruh topografi terhadap erosi.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan metode Boycous didapat bahwa:

a) Erodibilitas tertinggi terdapat pada kemiringan lereng 10-15 % pada T 11 sebesar 6 dan tidak termasuk dalam kriteria erodibilitas tanah.

b) Erodibilitas terendah terdapat pada kemiringan 30- 45 % pada T 2 sebesar 0,52 dan termasuk tingkat erodibilitas tinggi atau tanahnya mudah terkena erosi.

2. Berdasarkan metode Weischmeier didapat bahwa :

a) Erodibilitas tertinggi terdapat pada kemiringan lereng 10-15 % pada T 10 sebesar 0,40 dan termasuk tingkat erodibilitasnya agak tinggi atau tanahnya agak peka terhadap erosi.

b) Erodibilitas terendah terdapat pada kemiringan lereng 2-8 % pada T 8 sebesar – 0,02 dan kriteria erodibilitas tanahnya sangat rendah atau tanahnya resisten terhadap erosi

3. Berdasarkan metode Nomograph didapat bahwa :

a) Erodibilitas tertinggi terdapat pada kemiringan lereng 10-15 % yaitu pada T 10 sebesar 0,41 dan termasuk erodibilitasnya agak tinggi atau tanahnya agak peka terhadap erosi.

b) Erodibilitas terendah terdapat pada kemiringan lereng 30-45 % pada T 11 sebesar 0,05 dan termasuk tingkat erodibilitasnya sangat rendah atau tanahnya resisten terhadap erosi.

4. Faktor kemiringan lereng tidak berpengaruh terhadap nilai erodibilitas tanah.

Saran

Sebaiknya perlu diadakan lagi tinjauan yang lebih lanjut mengenai tingkat erodibilitas tanah dengan faktor yang lain seperti faktor erosivitas.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2008. Kepekaan Tanah Terhadap Erosi. http : www. google.com

Arsyad, S, 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB, Bogor.

Arsyad, S, 2006. Konservasi Tanah dan Air, IPB, Bogor.

Bowles, J, 1991. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Rahim, S, 2000. Pengendalian Erosi Tanah. Bumi Aksara, Jakarta.

Donahue, R.L, 1984. Soil and Introduction to Soil and Plant Growth Printice Hall Inc, Engelwood Clifts, New York.

Foth, H. D, 1978. Fundamental of Soil Science, John Willey and Sons, New York, Christer, Brisbane, Toronto.

Hakim, N. M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis, S.G Nugroho., M.R Saul., M.A Diha., Goban Hong dan H.H Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Lampung, Lampung.

Hardjowigeno,, S, 2003. Ilmu Tanah. Aka Presindo, Bandung.

Hillel, D. 1971. Soil and Water, Physical Principles and Process Academic Press,New York- London.

Kartasaepotra, G, A.G Kartasaepotra, dan M.M Sutedjo, 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Akapress, Bandung.

Konkhe, H. 1968. Soil Physic, Mc graw Hill, Inc. New York.


(5)

Meyer, L.D., and W.C. Harmon, 1984. Suspectibility of agricultural soils to interil erosion. Soil Sci. Soc. Am. J. 8 :1.152-1.157.

Morgan, R.P.C. 1986. Soil Erosion and Consevation. Longman scientic and Technical, New York.

Muklis, 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. USU Press, Medan.

Penuntun Praktikum Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah, 2003. USU Press, Medan.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Agroklimat dan Tanah (Puslitanak), 2005. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Bogor.

Rafi’i, 1990. Ilmu Tanah. Penerbit Buana, Bandung.

Sinulingga, 1990. Dasar Konservasi Tanah dan Perencanaan Pertanian Konservasi, IPB Press, Bogor.

Sitorus, S.R.P. O. Harianja dan K.R Brata. 1980. Penuntun Praktikum FisikaTanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Soepardi, G, 1983. Sifat dan Ciri Tanah, IPB, Bogor.

Suci Handayani dan Bambang Hendro Sunarminto, 2002. Kajian Struktur Tanah Lapis Olah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Utomo, H. 1989. Konservasi Tanah di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.

Veiche, A. 2002. The Spatial Variability of Erodibility and Its Relation To Soil Types. A Study for Northen Ghana.


(6)

Wischmeier, W.H. C.B. Johnson, and B.V. Cros. 1971. A Soil erodibility Nomograph for farmland and construction sites. J. Soil and Water Conservation.Sept. – Oct.p.189-193.